• Tidak ada hasil yang ditemukan

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN SANTRI PUTRI DALAM BERINTERAKSI DENGAN MASYARAKAT Realisasi Kesantunan Berbahasa Di Kalangan Santri Putri Dalam Berinteraksi Dengan Masyarakat Pesantren Di Ponpes Al Ma’un Sroyo Karanganyar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN SANTRI PUTRI DALAM BERINTERAKSI DENGAN MASYARAKAT Realisasi Kesantunan Berbahasa Di Kalangan Santri Putri Dalam Berinteraksi Dengan Masyarakat Pesantren Di Ponpes Al Ma’un Sroyo Karanganyar."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN SANTRI PUTRI DALAM BERINTERAKSI DENGAN MASYARAKAT PESANTREN DI PONPES AL MA’UN SROYO KARANGANYAR

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Diajukan Oleh :

UMAMAH KHOIRUNNISAA’ A 310110161

Kepada:

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)

iii

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN SANTRI PUTRI DALAM BERINTERAKSI DENGAN MASYARAKAT

PESANTREN DI PONPES AL MA’UN KARANGANYAR

Diajukan Oleh:

UMAMAH KHOIRUNNISAA’ A310110161

Artikel Publikasi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk dipertanggungjawabkan dihadapan tim penguji skripsi

Surakarta, Pembimbing,

(4)

iv ABSTRAK

Umamah Khoirunnisaa’/A310110161. REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DIKALANGAN SANTRI PUTRI DALAM BERINTERAKSI

DENGAN MASYARAKAT PESANTREN AL MA’UN SROYO

KARANGANYAR. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Maret, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bentuk kesantunan berbahasa di kalangan santri putri dalam berinteraksi dengan masyarakat pesantren. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak libat cakap, teknik rekam, teknik catat, dan teknik sadap pancing. Teknik analisisnya menggunakan metode analisis cara-tujuan. Hasil dari penelitian ini terdapat bentuk kesantunan berbahasa santri putri dalam berinteraksi, penyimpangan prinsip kesopanan, dan dominasi peringkat pelanggaran prinsip kesopanan. Bentuk kesantunan berbahasa ini yakni, (1) kesantunan dalam memohon, (2) kesantunan dalam mengajak, (3) kesantunan dalam menolak, (4) kesantunan dalam membujuk, (5) kesantunan dalam mendesak, (6) kesantunan dalam menyilakan, dan (7) kesantunan meminta. Penyimpangan prinsip kesopanan dalam kesantunan berbahasa terdapat dalam semua maksim kecuali maksim kesimpatian. Peringkat pelanggaran paling banyak dan yang mendominasi yakni maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kebijaksanaan, maksim kecocokan, dan maksim kemurahan hati.

(5)

1

PENDAHULUAN

Kesantunan berbahasa akan tercermin dalam tata cara berkomunikasi. Tata cara berbahasa tersebut sangat penting diperhatikan para peserta komunikasi demi kelancaran komunikasi dan interaksi antarsesama. Tata cara berbahasa seseorang dipengaruhi norma-norma budaya, suku bangsa, atau kelompok masyarakat tertentu. Sebab, tata cara berbahasa yang mengikuti norma-norma budaya itulah yang akan menghasilkan kesantunan berbahasa (Muslich, 2006:2).

Kesantunan sangat kontekstual artinya berlaku di masyarakat, tempat atau situasi tertentu, tetapi belum tentu berlaku bagi masyarakat, tempat, atau situasi lain. Kesantunan selalu memiliki dua kutub, seperti antara anak dan orang tua, antara tuan rumah dan tamu, antara pria dan wanita, antar murid dan guru, antara mahasiswa dan dosen, dan sebagainya. (Muslich, 2006:1).

Kepribadian santri putri dalam berinteraksi dengan masyarakat pesantren juga tidak lepas dengan bahasa. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukkan identitas masyarakat pemakai bahasa. Masyarakat tutur merupakan masyarakat yang timbul karena rapatnya komunikasi dengan tetap menghormati kemampuan komunikatif penuturnya tanpa mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan. Interaksi santri putri dengan masyarakat pesantren yang meliputi guru, ustadz atau ustadzah, pengurus pondok, petugas masak, dan santri lain selalu dilandasi oleh norma-norma pesantren. Norma-norma itu tampak dari perilaku verbal maupun perilaku nonverbalnya.

(6)

2

Ketidaksantunan tuturan santri putri tersebut dapat dianalisis dengan prinsip kesantunan Leech. Sejumlah maksim ini disebut prinsip sopan santun (principle politeness). Maksim-maksim yang dikemukakan oleh Leech (1993:206-217)

diantaranya yakni maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kemurahan hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian. Tuturan yang diungkapan santri putri kepada masyarakat akan terlihat tuturan yang mematuhi dan melanggar maksim dalam prinsip kesantunan. Data tuturan yang didapatkan akan diklasifikasikan dan dianalisis tuturan yang yang melanggar maksim. Data tuturan yang sudah dianalisis akan terlihat pelanggaran maksim yang paling dominan atau paling banyak dilanggar oleh santri putri dalam berinteraksi dengan masyarakat pesantren.

Danette, dkk (2004) yang berjudul “Politeness Theory and Refusals of Request: Face Threat As a Function of Expressed Obtacles” menjelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk memperpanjang. Brown dan Levinson dengan berfokus pada hubungan antara ancaman wajah dan penolakan permintaan. Hasil penelitian ini mendukung bahwa (a) ketika ada permintaan yang ditolak, ancaman terhadap wajah yang membutukan negatif dari pemohon lebih banyak terjadi dari pada ancaman terhadap wajah negatif yang menolak (b) tergantung pada rintangan yang mendasari penolakan tersebut, ada perbedaan dalam jenis ini ancaman untuk wajah yang positif sebagai pemohon dan wajah positif yang menolak.

Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian Danette, dkk. yakni pada isi penelitiannya yang menunjukkan adanya hubungan antara wajah dan penolakan permintaan. Adanya ancaman yang memunculkan wajah negatif lebih banyak terjadi pada saat memohon daripada saat menolak.

(7)

3

multietnis di lingkungan sekolah. Teknik pengampilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purpositive sampling.

Persamaan penelitian Dewi, dkk. dengan penelitian ini terdapat pada teknik pengumpulan data yakni dengan observasi dan data yang diperoleh berupa data lisan yang ditranskipkan. Perbedaannya terdapat rumusan masalah yang diambil serta teknik pengumpulan data di lingkungan yang diobservasi. Penelitian Dewi, dkk. menggunkan teknik pengampilan sampel sedangkan dalam penelitian ini semua populasi tetap digunakan untuk memperoleh data penelitian.

Penelitian mengenai kesantunan berbahasa di lingkungan pesantren masih jarang dilakukan, maka penulis tertarik untuk menelitinya. Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin mendeskripsikan bentuk kesantunan berbahasa di kalangan santri putri, mendiskripsikan pelanggaran-pelanggaran prinsip kesantunan dikalangan santri putri dalam interaksi dengan masyarakat pesantren, dan mengidentifikasi pelanggaran kesantunan berbahhasa yang ditemukan dalam tuturan satri putri ponpes Al Maun Sroyo.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini semua santri putri di pondok pesantren yang berinteraksi dengan masyarakat pesantren. Masyarakat pesantren ini meliputi ustadz, ustadzah, penjaga pondok atau satpam, petugas masak atau koki pondok, ibu asrama, dan pengurus pondok. Objek penelitian ini berupa tuturan dari interaksi atau percakapan santri putri dengan masyarakat pesantren di ponpes Al Maun Sroyo.

(8)

4

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak libat cakap, teknik rekam, teknik catat, dan teknik sadap pancing. Upaya untuk mendapatkan keabsahan data penelitian ini, perlu dilakukan pengecekan terhadap data yang ditemukan. Pengecekan data dalam ini ditempuh melalui ketekunan pengamatan dan diskusi dengan teman sejawat Teknik analisisnya menggunakan metode analisis cara-tujuan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian kesantunan berbahasa santri putri dengan masyarakat pesantren terdiri dari tiga bagian.

Bagaian pertama yakni dominasi kesantuan meminta dalam kesantunan berbahasa santri putri dengan masyarakat pesantren. Di dalam kesantunan berbahasa santri putri didominasi oleh tuturan yang mengandung kesantunan meminta. Secara garis besar santri putri berinteraksi dengan teman sebaya, kakak kelas, ustadz, ustadzah, pengurus pondok, guru formal di sekolah, dan juru masak pondok pesantren hanya pada saat membutuhkan dan mempunyai permintaan saja.

Dapat disimpulkan dari keseluruhan data tuturan santri putri di atas dapat dikalsifikasikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1. Jumlah Kesantunan Tuturan Santri Putri

No Kesantunan Jumlah

Tuturan

Santun Tidak santun

1 Meminta 55 42 13

2 Mengajak 39 25 6

3 Menyilakan 25 24 1

4 Mendesak 8 4 4

5 Memohon 5 5 0

6 Menolak 11 5 6

7 Membujuk 7 7 0

Total 150 120 30

[image:8.595.110.518.513.666.2]
(9)

5

kesantunan mendesak, dan 6 kesantunan menolak. Sedangkan kesantunan memohon dan membujuk tidak ada.

Jika dikaitkan dengan teori maka kesantunan berbahasa santri putri tersebut tidak terlepas dengan situasi tutur yang diungkapkan Leech diantaranya adanya penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan dan aktivitas, dan tuturan dari tindak verbal. Selain itu untuk mengetahui tinggi rendahnya kadar kesantunan, maka menggunakan parameter kesantunan Leech yang terdiri dari skala keuntungan dan kerugian, skala ketidaklangsungan yang menunjuk pada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan, skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan, dan skala jarak sosial.

[image:9.595.126.502.412.534.2]

Bagian kedua, pelanggaran-pelanggaran yang dituturkan santri putri terdapat dalam maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kemurahan hati, maksim kecocokan atau kemufakatan, dan maksim kerendahan hati.

Tabel 2. Jumlah Pelanggaran Maksim No Maksim Prinsip

Kesantunan

Jumlah Pelanggaran

Peringkat 1 Maksim Kebijaksanaan 5 III 2 Maksim Kemurahan hati 3 V

3 Maksim Penerimaan 12 I

4 Maksim Kerendahan hati 6 II

5 Maksim Kecocokan 4 IV

Jumlah 30

Dari tabel di atas dapat diperoleh data bahwa peringkat pelanggaran yang paling dominan adalah pelanggaran maksim penerimaan sebanyak 12 data. Peringkat kedua pelanggaran maksim 6 data, peringkat pelanggaran ketiga maksim kebijaksanaan ada 4 data, peringkat pelanggaran keempat yakni maksim kecocokan ada 4 data, dan peringkat pelanggaran terakhir maksim kemurahan hati ada 3 data. Penyimpangan prinsip kesantunan terdiri dari 5 maksim kebijaksanaan, 4 maksim kecocokan, 3 maksim kemurahan hati, 6 maksim kerendahan hati, 12 maksim penerimaan, dan 0 maksim kesimpatian.

(10)

6

maksim kecuali maksim kesimpatian. Pelanggaran tersebut dapat dilihat dan dikaji melalui teori prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Leech. Prinsip kesantunan tersebut tidak meninggalkan bentuk-bentuk ujaran yang digunakan untuk mengekspresikan maksim-maksim dalam prinsip kesantunan. Bentuk ujaran yang dimaksud yakni bentuk ujaran impositif, komisif, ekspresif, dan asertif.

Bagian ketiga, kesantunan berbahasa santri putri dalam berinteraksi dengan masyarakat pesantren cenderung menyimpang dari maksim penerimaan. Mahasiswa dalam berinteraksi dengan teman sebaya, kakak kelas, ustadz, ustadzah, pengurus pondok, guru formal di sekolah, dan juru masak pondok pesantren cenderung menyimpang dari amksim penerimaan karena santri putri memaksimalkan keuntungan diri sendiri dan meminimalkan kerugian diri sendiri, seolah-seolah santri putri jika bertutur tidak mau dirugikan dan selalu ingin diterima segala sesuatu yang diperlukan.

Hasil penemuan tersebut jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang sama-sama menemukan pelanggaran maksim dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Dewi, A.C. Kusuma dkk. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Tuturan Remaja Dikalanggan Pelajar Anak Multietnis (Indonesia-Asing) pada SMP Swasta se-Kecamatan Kuta, Badung: Sebuah Kajian Kesantunan dalam Tindak Tutur” mennjelaskan bahwa penelitiannya itu bertujuan untuk mendeskripsikan kesantunan bentuk tindak tutur berbahasa, fungsi tindak tutur berbahasa, dan bentuk penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa remaja anak multietnis di lingkungan sekolah. Persamaan penelitian Dewi, dkk. dengan penelitian ini terdapat pada bentuk penyimpangan prinsip kesantunan yang datanya diperoleh dari data lisan seorang pelajar. Penelitian Dewi dengan penelitian ini sama-sama menggunakan pemakaian tuturan bermakna pragmatik.

(11)

7

penelitian Firmansyah dengan penelitian ini yakni analisis data yang dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif. Sama-sama meneliti tentang penyimpangan sebuah prinsip dalam kajian pragmatik. Perbedaan penelitian Firmansyah dengan penelitian ini yaitu pada rumusan masalah yang disuguhkan. Rumusan masalah pada penelitian Firmansyah lebih difokuskan pada dua prinsip pada kajian pragmatik yakni prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan pada kelompok humor buku Mang Kunteng, sedangkan pada penelitian ini difokuskan pada analisis prinsip kesantunan baik pematuhannya maupun pelanggaran yang dituturkan para santri putri.

SIMPULAN

Sejalan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini maka terdapat tiga hal pokok yang perlu disampaikan pada kesimpulan dibagian penutup ini.

Pertama, penelitian yang berjudul “Realisasi Kesantuan Berbahasa Dikalangan Santri Putri dalam Berinteraksi dengan Masyarakat Pesantren di Ponpes Al Maun Sroyo” ini mempunyai bentuk kesantunanyang berupa, (1) kesantunan dalam memohon, (2) kesantunan dalam mengajak, (3) kesantunan dalam menolak, (4) kesantunan dalam membujuk, (5) kesantunan dalam mendesak, (6) kesantunan dalam menyilakan, dan (7) kesantunan meminta.

Kedua, penyimpangan prinsip kesopanan dalam kesantunan berbahasa berupa (1) penyimpangan terhadap maksim penerimaan, (2) penyimpangan terhadap maksim kerendahan hati, (3) penyimpangan terhadap maksim kebijaksanaan, (4) penyimpangan terhadap maksim kecocokan, dan (5) penyimpangan terhadap maksim kemurahan hati.

(12)

DAFTAR PUSTAKA Anam, Syamsul. 200

Jurnal Ilmu Ba Arifianti, Ika. 2008. “ Rubrik Konsu Agustus”. Tes Diakses dari 16 November Aziz, Aminudin. 200 Pengajaran Ba Indonesia, di Aziz.doc. pada Chaer, Abdul dan A Rhineka Cipta Danette Ifert Johnson Theory and R Communicatio Diakses dari November 201 Dewi, A.C. Kusuma

Multietnis (In Badung: Sebu Program Pasc Diakses http://pasca.un oad/686/471, p Firmansyah, Anand. Kesopanan dal

Skripsi. Y

http://eprints.u %20SASINDO pukul 14.36 W Laswati, Elih. 2013.

Siswa Kelas IX 2012/2013”. http://pustaka. Kesantuan-Im

KA

001. Sopan Santun Berbahasa atau Sekedar Bahasa dan Sastra. Vol. 1/Nomor 2/Juli Desem 8. “Jenis Tuturan, Implikatur, dan Kesantunan sultasi Seks dan Kejiwaan pada Tabloid Nyata Tesis. Semarang: Program studi PBSI Univer ri http://lib.unnes.ac.id/16747/1/2101505004.pd

er 2014, pukul 14.20 WIB.

006. “Aspek-Aspek Budaya yang Terlupakan Bahasa Asing”. Makalah disajikan di Univers diakses dari http://www.ialf.edu/ kip bipa. ada tanggal 22 Desember 2014.

Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan pta.

son; Roloff, Michael E; Riffee, Melissa A. (20 Refusals of Requests: Face threat as a Function tion Studies 55(2). Journal Summer 2004, ri proquest research library, http://proquest

014.

ma, dkk. 2013. “Tuturan Remaja Dikalangan (Indonesia-Asing) pada SMP Swasta se-Ke ebuah Kajian Kesantunan dalam tindak Tut ascasarjana Prodi PBSI Universitas Pendid .undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_bahas , pada tanggal 16 November 2014, pukul 15.36 d. 2011. “Penyimpangan Prinsip Kerjasam dalam Wacana Humor Verbal Tulis pada Buku Yogyakarta: PBSI, UNY. Di s.uny.ac.id/4244/1/ANAND%20FIRMANSYA DO%20-%20SKRIPSI.pdf, pada tanggal 16 N WIB.

3. “Kesantuan Imperatif Bahasa Indonesia dal s IX Semester Genap SMP Islam Harapan Ibu T

. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah ka.uinsyarifhidyatullah.ac.id/wp-content/upload Imperatif-Bahasa-Indonesia-dalam-Teks-Pidato

8

dar Berbasa-Basi. ember 2001.

an dalam Wacana ata Edisi Maret s.d ersitas Semarang. .pdf, pada tanggal

an dalam Praktek ersitas Pendidikan pa. E Aminudin.

an Awal. Jakarta:

(2014). Politeness tion Of Expressed.

, page 227-238. est.com pada 15

gan Pelajar Anak Kecamatan Kuta, utur”. E-journal. didikan Ganesha. dari hasa/article/downl

.36 WIB.

ama dan Prinsip ku Mangkunteng”. Diakses dari

November 2014,

alam Teks Pidato u Tahun Pelajaran lah. Diakses dari

(13)

9

IX-Semester-Genap-SMP-Islam-Harapan-Ibu-Tahun-Pelajaran-2012/2013, pada tanggal 17 November 2014, pukul 16.40 WIB.

Leech, Geoffray. 1993. Principle of Pragmatik. New York: Longman Group Limited.

Levinson, Stephen C. 2000. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Stategi, Metode, dan

Tekniknya. Jakarta : Grafindo.

Moleog, Lexy. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muslih, Masnur. 2006. “Kesantunan Berbahasa: Sebuah Kajian Sosiolinguistik”. Makalah ini diseminarkan di Universitas Negeri.

Nurhayati, dkk. 2013. “Kesantunan Berbahasa Jawa di Kalangan Remaja Masyarakat Jawa di Desa Mampun Baru Pamenang Jambi”. Skripsi. Padang: FBS Universitas Negeri Padang. Diakses dari http://pustaka.unp.ac.id./content/upload/2013/ Kesantunan-Berbahasa- Jawa-diKalangan-Remaja-Masyarakat-Jawa-di-Desa-Mampun-Baru-Pamenang-Jambi, pada tanggal 20 November 2014, pukul 09.46 WIB. Nurhayati, Neng. 2014. “Strategi Kesantunan Imperatif Imperatif Percakapan

Dosen dan Mahasiswa di STKIP Siliwangi Bandung Kajian Pragmatik”.

Tesis. Bandung: Universitas Padjajaran. Diakses dari

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/09/Strategi- Kesantunan-Imperatif-Percakapan-Dosen-Dan-Mahasiswa-Di-STKIP-Siliwangi-Bandung-Kajian-Pragmatik.pdf, pada tanggal 16 November 2014, pukul 16. 45 WIB.

Rahardi, Kunjana. 1999. Imperatif dalam Bahasa Indonesia: Penanda-Penanda Kesantunan Linguistiknya. Jurnal Humaniora. No 11, Mei-Agustus 1999. Diunduh dari http://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/658, pada tanggal 15 November 2014, pukul 12.30.

---. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Rahmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik Teori dan Analisis Bahasa. Yogyakarta: Lingkar Media.

(14)

10

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret

University Press.

Thomas, Jenny. 1995. Meaning in Interaction : An Introduction to Pragmatics. London/New York : Longman.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Kesantunan Tuturan Santri Putri
Tabel 2. Jumlah Pelanggaran Maksim

Referensi

Dokumen terkait

Dengan hak bebas ro-valti non-ekskiusif rni Universitas Sebeias Maret berhak menyimpan, mengalihmediakan, mengelolanya dalam benruk pangkalan data (database),

Cara mengatasi kendala penerapan Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas III SD Negeri 1 Simo Tahun Pelajaran 2012/2013adalah guru

Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel terhadap faktor-faktor yang memengaruhi indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan diperoleh hasil sebagai berikut: (1)

Ibu Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid), Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan arahan, dan

[r]

Matriks prioritas pelaksanaan mata kuliah riset agroindustri (Tabel 2) menunjukkan bahwa prioritas utama untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan mata kuliah

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui dosis penyerap etilen terbaik yang merupakan kombinasi antara larutan KMnO 4 dengan berat silika gel untuk menghambat

Alhamdulillahhirobbil’alamin selalu penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas nikmat, berkah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi