• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP PROSES URBANISASI DI JAWA TENGAH TAHUN 1990 2005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP PROSES URBANISASI DI JAWA TENGAH TAHUN 1990 2005"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN

PENDUDUK TERHADAP PROSES URBANISASI

DI JAWA TENGAH TAHUN 1990-2005

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi

Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Sebelas Maret

Disusun oleh:

Arini Dyah Setyowati

F 0106020

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

HALAMAN MOTTO

Believe in yourself! Have faith in your abilities! Without a humble and reasonable confidence in your own powers you cannot be successful or happy.

(Norman Vincent Peale)

I can, therefore I am. (ADS)

If plan A doesn’t work, then I have to prepare my plan B but if the plan B doesn’t work too, I have faith that GOD’s plan is better.

(ADS)

Don’t get stuck with the things that ruining your day. Life is too short to be wasted on crap.

(Unee)

I don’t believe in failure. It’s not failure if you enjoyed the process. (Oprah Winfrey)

(5)

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahan untuk:

w

ALLAH SWT

The one that I believe. Thank you for Your never ending blessing. I am ultra-blessed!

w

My beloved father and mother

Shines with pride when I succeed and have faith in me even I fail. With all the love that you’ve given to me, I’ll love you back more Dad, Mom.

w

My lovely sister

We know each other as we always were. We know each other’s hearts. We share private family jokes. We remember family feuds and secrets.

Family griefs and enjoy.

w

Ndut, Pujot, Bekatul

The crap we talk, the guys we stalk, the way we shop, laugh we can’t stop, the gossip we spill, the looks that could kill, we’ll stay together because we are best

friend forever.

w

Dyah

I’ll stop becoming your friend and start becoming your sister.

w

Kokoh & Dodol

The guys behind me, like true brother. The cocholate chips in my cookies life.

w

You

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Tujuan skripsi ini adalah untuk memenuhi tugas-tugas dan

syarat-syarat guna mencapai Gelar Sarjana Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis

telah banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena

itu dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas bantuan, dorongan, bimbingan, dan pengarahannya kepada :

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com.,Akt, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret.

2. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Universitas Sebelas Maret.

3. Dr. J.J Sarungu, MS selaku pembimbing skripsi yang telah banyak

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan

membimbing penulis dari awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi

ini.

4. Drs. Mulyanto, ME selaku ketua tim penguji skripsi yang telah meluangkan

waktu dan memberikan saran kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi

lebih baik.

5. Dr. A.M Soesilo, MS selaku anggota tim penguji skripsi yang telah

meluangkan waktu dan meberikan saran kepada penulis agar menjadi lebih

(7)

commit to user

vii

6. Bapak, Mama, dan Adik tercinta, yang telah memberikan dukungan baik

moril maupun materiil, kepercayaan, kesabaran, pengorbanan, serta doa dan

kasih sayang yang tak terhingga.

7. Seluruh keluarga besar di Jakarta dan Klaten yang senantiasa memberikan

dukungan dan doa.

8. Sahabat-sahabat terbaikku yang senantiasa mendukung dan membantu

penulis selama pembuatan skripsi ini.

9. Teman-teman EP, Manajemen, Akuntansi FE UNS Angkatan 2006

10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga ikut

berperan selama masa studi hingga diselesaikannya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis

menerima kritik dan saran untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi

karya kecil yang dapat berguna bagi kita semua.

Surakarta , Januari 2011

(8)

commit to user

viii

ABSTRAKSI

PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK

TERHADAP PROSES URBANISASI

DI JAWA TENGAH TAHUN 1990-2005

Arini Dyah Setyowati F 0106020

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. Analisis dilakukan dengan teknik regresi linear berganda atas data panel (pooled data) dengan model Fixed Effect.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel industrialisasi berpengaruh positif signifikan secara statistik terhadap proses urbanisasi. Sedangkan variable pertumbuhan penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap proses urbanisasi. Periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel dummy menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat urbanisasi di Jawa Tengah, sedangkan periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel interaksi terbukti tidak mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan kata lain tidak ada perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi berdasarkan periode sebelum dan sesudah krisis moneter 1997. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa variabel industrialisasi mempunyai pengaruh yang lebih dominan daripada pertumbuhan penduduk.

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAKSI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..……….… 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Urbanisasi ……… 8

1. Pengertian Urbanisasi ………... 8

2. Sebab-sebab Urbanisasi ………. 12

3. Pengukuran Urbanisasi ……….………. 14

(10)

commit to user

x

B. Struktur Ekonomi ……….. 16

1. Teori Perubahan Struktur Ekonomi ………... 19

2. Industrialisasi ………... 22

C. Konsep Perkotaan ………... 23

1. Pengertian Kota ………... 23

2. Teori Perkembangan Kota ... 25

3. Struktur Perkotaan………... 27

D. Penelitian Terdahulu………... 30

E. Kerangka Pemikiran …….…..……… 31

F.. Hipotesa ………..………...……. 32

BAB III : METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... . 33

B. Data dan Sumber Data ... . 33

C. Definisi Operasional Variabel ... . 33

D. Teknik Analisa Data ... . 34

1. Analisis Data Panel ………..……….. 34

2. Pemodelan Data Panel ... 36

3. Pemilihan Teknik Estinasi Data Panel ………..………. 38

4. Analisis Regresi Berganda ……… …... 40

E. Metode Pengujian ... 41

1. Pengujian Statistik ………. 41

(11)

commit to user

xi

BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian ……… 47

B. Perkembangan Variabel yang Diamati ……… 50

C. Deskripsi Data ………. 53

D. Hasil Analisis ……….. 54

1. Pemilihan Model Estimasi ... 54

2. Uji Satistik ... 62

3. Uji Asumsi Klasik ………..…. 68

4. Interpretasi Hasil ………. 71

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penduduk dan Proyeksi Urabanisasi Indonesia

Tahun 1990-2020 ... 3

Tabel 4.1 Angka Urbanisasi Jawa Tengah ... 52

Tabel 4.2 Angka Industrialisasi Jawa Tengah ... 53

Tabel 4.3 Angka Pertumbuhan Penduduk JawaTengah ……….. 54

Tabel 4.4 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode OLS…. 56 Tabel 4.5 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode Fixed Effect .……….…. 58

Tabel 4.6 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode Random Effect ... 61

Tabel 4.7 Perbansingan Hasil Estimasi ... 63

Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Fixed Effect ... 64

Tabel 4.9 Hasil Uji Kleins (Multikolinearitas) ... 70

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tingkat Urbanisasi Jateng ... 4

Gambar 2.1 Urbanization As a Process ... 11

Gambar 2.2 Model Perkembangan Kota ... 26

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Struktur Perkotaan ... 29

Gambar 3.1 Kurva Distribusi t ... 42

Gambar 3.2 Kurva Distribusi F ... 44

Gambar 3.3 Statistik d Durbin Watson ... 47

Gambar 4.1 Kurva Distribusi t ... 64

Gambar 4.2 Kurva Distribusi F ... 68

(14)

commit to user

PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP

PROSES URBANISASI

DI JAWA TENGAH TAHUN 1990-2005

Arini Dyah Setyowati F 0106020

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. Analisis dilakukan dengan teknik regresi linear berganda atas data panel (pooled data) dengan model Fixed Effect.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel industrialisasi berpengaruh positif signifikan secara statistik terhadap proses urbanisasi. Sedangkan variable pertumbuhan penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap proses urbanisasi. Periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel dummy menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat urbanisasi di Jawa Tengah, sedangkan periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel interaksi terbukti tidak mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan kata lain tidak ada perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi berdasarkan periode sebelum dan sesudah krisis moneter 1997. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa variabel industrialisasi mempunyai pengaruh yang lebih dominan daripada pertumbuhan penduduk.

(15)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penduduk dunia saat ini sudah mencapai lebih dari 6 miliar, dimana di

antara jumlah tersebut, 80 persen tinggal di negara-negara berkembang.

Proyeksi yang dibuat oleh United Nation (UN) memperlihatkan bahwa

penduduk dunia akan meningkat dari 6,1 miliar menjadi 7,8 miliar antar tahun

2000 dan 2025. Peningkatan tersebut 90 persen di antaranya disumbang oleh

penduduk perkotaan di negara-negara berkembang (Todaro, 2000). Bahkan

menjelang tahun 2020, mayoritas penduduk negara-negara berkembang akan

tinggal di wilayah yang dikatakan sebagai wilayah perkotaan. Hal ini selain

disebabkan oleh pertumbuhan penduduk alami (natural growth) yang pesat

juga karena terjadi perpindahan penduduk (migrasi). Menurut data pada BPS,

pertumbuhan penduduk Indonesia, yaitu 2,31 persen per tahun untuk periode

1971-1980; untuk periode 1980-1990 pertumbuhan 1,98 persen per tahun dan

periode 1990-2000 pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per tahun.

Salah satu isu aktual pembangunan di negara berkembang adalah

masalah urbanisasi. Urbanisasi merupakan proses pengkotaan yang saling

berkaitan dengan masalah pembangunan lainnya. Proses pembangunan pada

dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi semata. Pembangunan tidak

sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh

suatu negara, namun lebih dari itu pembangunan memiliki perspektif yang

(16)

commit to user

luas. Dalam proses pembangunan selain mempertimbangkan aspek

pertumbuhan dan pemerataan, juga mempertimbangkan dampak aktivitas

ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat. Lebih dari itu proses

pembangunan dilakukan bertujuan mengubah struktur ekonomi ke arah yang

lebih baik (Kuncoro, 1997). Pada umumnya negara berkembang, karena

faktor sosial, ekonomi dan politik sulit mengendalikan meningkatnya arus

urbanisasi (Todaro, 2000).

Moomaw dan Shatter (1996 dalam Chotib 2002a) pembangunan

ekonomi dapat meningkatkan ukuran pasar, yang pada gilirannya

menyebabkan adanya bagian yang meningkat dan spesialisasi tenaga kerja.

Pembangunan ekonomi juga secara dekat berkaitan terhadap urbanisasi.

Pembangunan ekonomi dapat menyebabkan urbanisasi yang lebih besar karena

dua alasan yakni: pertama, bagian yang meningkat untuk tenaga kerja yang

dihubungkan dengan pasar-pasar yang lebih besar membuat penghematan pada

biaya komunikasi dan transportasi yang pada gilirannya menguntungkan

sebagai lokasi urban; kedua, pergeseran pada struktur ekonomi jauh dari

pertanian (selalu dihubungkan dengan pembangunan) dapat menyebabkan

urbanisasi yang lebih besar.

Kondisi penduduk daerah perkotaan di Indonesia sebagai salah satu

negara yang sedang berkembang terus mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Kenaikan proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan mencerminkan

adanya proses urbanisasi. Kenaikan ini juga disebabkan karena adanya

(17)

commit to user

urbanisasi (yang merupakan rasio penduduk perkotaan di suatu wilayah), laju

urbanisasi di Indonesia menunjukkan kondisi yang menarik. Tingkat urbanisasi

pada tahun 1990 adalah 28,79% naik menjadi 36,46% pada tahun 2000.

Tingkat urbanisasi ini diperkirakan naik menjadi 44,48% pada tahun 2010 serta

menjadi 52,20% pada tahun 2020. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai

berikut:

Tabel 1.1

Penduduk Dan Proyeksi Urbanisasi Indonesia Tahun 1990-2020

Tahun Jumlah Penduduk (000 Jiwa) Tingkat

Urbanisasi (%) Pedesaan Perkotaan Total

(1) (2) (3) (4) (5)=[(3)/(4)]*100 (“Urbanisasi dan Perkembangan Perkotaan di Indonesia”)

Hasil penelitian Graeme (1990) menyatakan bahwa masyarakat

Indonesia cenderung melakukan migrasi, hal ini disebabkan selain oleh

factor-faktor daya tarik dari daerah tujuan, juga kecenderungan daerah asal yang

pertumbuhan penduduknya lebih cepat dari daerah tujuan. Hal yang demikian

ini menjadi daya pendorong penduduk pedesaan untuk bermigrasi ke

(18)

commit to user

Seiring dengan perkembangan ekonomi, perkembangan kota-kota di

Indonesia menimbulkan jejaring antara kota-kota besar dan kota-kota kecil di

sekitarnya. Demikian juga dengan berkembangnya jaringan jalan, baik jalan

darat, laut maupun udara memperluas menjadi mega urbanisasi.

Perkembangan proses urbanisasi tidak hanya terjadi di kota besar dan di

sekitar kota besar saja. Urbanisasi di negara berkembang seperti di Indonesia

juga terjadi di kota kecil dan menengah yang jaraknya cukup jauh dari kota

besar. Fenomena urbanisasi yang berlangsung di kota kecil dan menengah ini

dikenal dengan urbanisasi wilayah (regional based urbanization). Urbanisasi

yang terjadi di kota kecil dan menengah ini salah satu indikasinya ditunjukkan

dengan pertambahan dan pertumbuhan penduduk. Kota kecil yang secara

administratif termasuk wilayah kabupaten justru memiliki tingkat pertumbuhan

penduduk yang lebih pesat dibandingkan pada pusat kotanya.

Gambar 1.1 Tingkat Urbanisasi Jateng

Sumber: BPS (2006). Jawa Tengah Dalam Angka

Tingkat urbanisasi suatu wilayah ditentukan oleh banyaknya penduduk

(19)

commit to user

penduduk di perkotaan maka tingkat urbanisasi di wilayah tersebut juga akan

semakin besar. Hal ini pula yang dialami di Jawa Tengah, dimana jumlah

penduduk di wilayah perkotaan meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun

2005 dicatat bahwa tingkat urbanisasi Jawa Tengah sebesar 40,46%. Keadaan

ini meningkat jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, seperti

tahun 1990 yang masih sebesar 27,58%, tahun 1995 sebesar 31,90% dan

40,19% di tahun 2000.

Namun dengan kondisi struktur ekonomi dan struktur perkotaan yang

berbeda di setiap kabupaten/kota di Jawa Tengah menyebabkan tingkat

urbanisasi yang berbeda-beda pula di setiap kabupaten/kota. Di beberapa

kabupaten/kota di Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan

urbanisasi yang meningkat, namun di beberapa kabupaten/kota di propinsi

yang sama justru mengalami pertumbuhan yang negatif. Tinggi rendahnya

tingkat urbanisasi di kabupaten/kota di Jawa Tengah ditentukan oleh banyak

faktor, diantaranya faktor pembangunan ekonomi khususnya proses

industrialisasi dan laju pertumbuhan penduduk yang ternyata membawa

peranan yang sangat besar dalam mendorong proses urbanisasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh

Industrialisasi dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Proses Urbanisasi

(20)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, maka

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh industrialisasi terhadap proses urbanisasi di Jawa

Tengah?

2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi di

Jawa Tengah?

3. Variabel manakah di antara industrialisasi dan pertumbuhan penduduk

yang lebih dominan berpengaruh terhadap proses urbanisasi di Jawa

Tengah?

4. Adakah perbedaan pengaruh antara industrialisasi dan pertumbuhan

penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah sebelum dan sesudah

masa krisis?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh industrialisasi terhadap proses urbanisasi di

Jawa Tengah.

2. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap proses

urbanisasi di Jawa Tengah.

3. Untuk mengetahui dominasi pengaruh antara industrialisasi dan

pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah.

4. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan

(21)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Instansi terkait, dapat menjadi input dan dasar pertimbangan untuk

menentukan kebijakan yang tepat dalam mengatasi masalah urbanisasi.

2. Peneliti, mengembangkan pengetahuan dan menambah wawasan mengenai

urbanisasi.

3. Pihak lain, sebagai bahan pembanding dan referensi bagi pembaca yang

tertarik untuk meneliti hal yang sama bagi peneliti selanjutnya.

(22)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Urbanisasi

1. Pengertian Urbanisasi

Dalam rangka menemukan sebuah definisi atau konsepsi urbanisasi

diperlukan beberapa pertimbangan, dimana pertimbangan ini didasarkan

atas sifat yang dimiliki arti dan istilah urbanisasi, yaitu multi-sektoral dan

kompleks, Ningsih (2002 dalam Rahmat 2009).

a. Dari segi demografi, urbanisasi dilihat sebagai suatu proses yang

ditunjukkan melalui perubahan penyebaran penduduk dalam suatu

wilayah. Masalah-masalah mengenai kepadatan penduduk berakibat

lanjut terhadap masalah perumahan dan masalah kelebihan tenaga

kerja menjadi masalah yang sangat merisaukan karena dapat

menghambat pembangunan. Pemerintah secara khusus menangani

masalah perumahan dengan diadakannya Departemen Perumahan.

b. Dari segi ekonomi, urbanisasi adalah perubahan struktural dalam

sector mata pencaharian. Ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk

desa yang meninggalkan pekerjaannya di bidang pertanian, beralih

bekerja menjadi buruh atau pekerja kasar yang sifatnya non agraris di

kota. Masalah-masalah yang menyangkut mata pencaharian sektor

informasi atau yang lebih dikenal dengan istilah pedagang kaki lima.

(23)

commit to user

c. Dalam pengertian sosiologi maka urbanisasi dikaitkan dengan sikap

hidup penduduk dalam lingkungan pedesaan yang mendapat pengaruh

dari kehidupan kota. Dalam hal ini apakah mereka dapat bertahan

pada cara hidup desa ataukah mereka mengikuti arus cara hidup orang

kota yang belum mereka kenal secara mendalam, sehingga akan dapat

menimbulkan masalah-masalah sosiologis yang baru. Dari segi

sosiologi, urbanisasi dapat menimbulkan lapisan social yang baru dan

menjadi beban kota, karena kebanyakan dari mereka yang tidak

berhasil hidup layak di kota akan menjadi penggelandang membentuk

daerah slum atau daerah hunian liar.

d. Dari segi geografi, urbanisasi ini dilihat dari segi distribusi, difusi

perubahan dan pola menurut waktu dan tempat, hal ini tercermin dari

pernyataan:

“Geography deals first and foremost with spatial aspects of urbanization, it’s purpose being to reveal it’s forms geography variants and types and the specific features of the particular course taken by urbanization under the impact of different social, economic and natural conditions”.

Sumber: Marbun (1990)

Pernyataan di atas menyatakan jika ditinjau dari konsep

keruangan dan ekologis, urbanisasi merupakan gejala geografis karena

adanya gerakan/perpindahan penduduk dari satu wilayah atau

perpidahan penduduk ke luar wilayahnya. Hal ini terjadi karena

(24)

commit to user

Kata Urbanisasi atau urbanization didefinisikan oleh Munir (2004

dalam Soetomo 2009) sebagai bertambahnya proporsi penduduk yang

berdiam di daerah kota yang disebabkan oleh proses perpindahan penduduk

ke kota atau akibat dari perluasan daerah kota. Urbanisasi dapat terjadi

melalui dua cara yaitu; perpindahan penduduk dari desa ke kota (rural urban

migration) dan kedua karena berubahnya daerah pedesaan yang karena

beberapa faktor lambat laun menjadi daerah perkotaan (Sinulingga, 1999).

Pada umunya di negara-negara maju tingkat urbanisasi sangat tinggi

dibanding di negara-negara berkembang.

Urbanisasi dipandang pula sebagai suatu proses dalam arti sebagai berikut:

1. Meningkatnya jumlah penduduk kota menjadi lebih banyak sebagai

akibat dari pertambahan penduduk, baik oleh hasil fertilitas penghuni

kota maupun karena adanya tambahan penduduk dari desa yang

bermukim dan berkembang di kota.

2. Bertambahnya jumlah kota dalam suatu negara atau wilayah sebagai

akibat dari perkembangan ekonomi, budaya dan teknologi yang baru.

3. Berubahnya kehidupan desa atau suasana desa menjadi kehidupan

kota.

Paul Knox (1994 dalam Soetomo 2009) menjelaskan pengertian

urbanisasi sebagai suatu proses perubahan:

Urbanization is a process of changes: size, densities and

(25)

commit to user

Paul Knox (1994 dalam Soetomo 2009) menjelaskan urbanisasi sebagai

proses perubahan ukuran suatu kota, penambahan komposisi penduduk, dan

perubahan struktur ekonomi. Lebih lanjut Paul Knox merumuskan proses

urbanisasi sebagai proses yang dimotori oleh perubahan ekonomi yang

mendorong dan di dorong oleh faktor-faktor menusia, sumber daya alam adan

teknologi (sumber daya buatan) dan menghasilkan keluaran keadaan ekonomi,

sosial dan fisik serta masalah-masalah yang menjadi bahan yang harus di atasi

dalam penentuan kebijakan pembangunan kota.

Gambar 2.1 Urbanization As A Process

Sumber: Paul knox (1994 dalam Soetomo 2009)

Dalam diagram terlihat tiga kelompok kejadian, yang pertama adalah

proses perubahan atau urbanisasi itu sendiri dan faktor ekonomi memotori Demographic

Locally & Historical Contingent Factor Environmental

(26)

commit to user

Dalam diagram terlihat tiga kelompok kejadian, yang pertama adalah proses

perubahan atau urbanisasi itu sendiri dan faktor ekonomi memotori yang

mendorong perubahan pada segala aspek: kependudukan, politik, budaya,

sosial, teknologi, sumber daya lingkungan, dan hasil-hasil sejarah. Dan yang

ke dua adalah hasil perubahan tersebut, dalam proses urbanisasi kearah

internal dalam kota menghasilkan produk-produk fisik lingkungan atau

morfologi kota, interaksi sosial atau ekologi sosial, pemanfaatan lahan,

menciptakan kehidupan perkotaan dalam segala aspek (sosial, politik,

ekonomi, budaya) atau yang disebut juga urbanism. Sedangkan ke arah

eksternal menciptakan urban system dalam lingkup sistem regional baik

fisik maupun non fisik (sosial, ekonomi, budaya, politik atau penguasaan

wilayah). Proses urbanisasi dengan produk-produknya merupakan hasil

bentuk pembangunan itu sendiri dari seluruh aspek kehidupan dan fisik

lingkungan serta pada berbagai skala: dari lingkungan pemukiman, kota,

regional, nasional dan internasional.

2. Sebab- Sebab Urbanisasi

Pada umumnya dapat dikemukakan 3 (tiga) sebab urbanisasi: (a) arus

perpindahan penduduk dari desa ke kota, (b) pertambahan penduduk secara

alami, (c) tetariknya pemukiman pedesaan ke dalam konteks kota (Lee, 1991).

a. Migrasi

Arus perpindahan dari desa ke kota biasanya dipandang sebagai salah

satu faktor penyebab utama yang menjadi dasar proses urbanisasi. Pada

(27)

commit to user

faktor yaitu; faktor pendorong, faktor penarik, dan faktor penghambat atau

penghalang.

Faktor pendorong utama adalah kondisi daerah asal (pedesaan),

diantaranya adalah tekanan ekonomi, jumlah keluarga yang banyak,

lapangan usaha, dan pekerjaan terbatas serta fasilitas hidup yang terbatas

pula. Faktor penarik merupakan faktor yang berasal dari kota yang

meliputi: tersedianya bebagai fasilitas hidup yang lebih baik, terbukanya

lapangan usaha dan pekerjaan, tingkat upah dan gaji yang relatif lebih

daripada penghasilan di desa. Semua faktor-faktor ini menyebabkan

tingkat sosial ekonomi masyarakat perkotaan relatif lebih tinggi

dibandingkan masyarakat pedesaan dan hal ini yang menjadi daya tarik

masyarakat desa untuk pindah dari desa ke kota.

Faktor ketiga adalah faktor penghalang atau penghambat bagi para

pendatang yang antara lain meliputi : jarak antar kota dan desa cukup jauh

serta kurang tersedianya alat transportasi dan komunikasi di desa sehingga

kota sulit terjangkau serta pertimbangan-pertimbangan lain seperti ketidak

pastian untuk meraih kehidupan yang lebih baik di kota menjadi

pertimbangan bagi penduduk desa untuk pindah ke kota. Faktor

pendorong dan faktor penarik secara bersama-sama akan menimbulkan

arus migrasi (perpindahan) penduduk dari desa ke kota yang menjadi

tinggi bahkan melebihi pertumbuhan daya serap kota dalam menampung

(28)

commit to user

atau urbanisasi berlebih, dimana kondisi seperti ini dapat menimbulkan

berbagai dampak.

b. Pertumbuhan alamiah

Pertumbuhan penduduk alamiah adalah pertumbuhan penduduk

yang dipengaruhi oleh kelahiran (fertilitas) dan kematian (mortalitas).

Fertilitas adalah proses lahirnya seorang bayi dari rahim perempuan

dengan adanya tanda-tanda kehidupan seperti bernafas, menangis dan

bergerak, sedangkan mortalitas adalah peristiwa hilangnya semua

tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi tiap saat setelah

kelahiran hidup (Junaidi, 2009). Suatu wilayah dikatakan tengah

mengalami pertumbuhan penduduk apabila terdapat selisih positif antara

kelahiran dan kematian. Pertambahan penduduk melalui proses salami ini

menjadi semakin besar karena adanya perbaikan-perbaikan besar dalam

pemeliharaan kesehatan.

c. Reklasifikasi wilayah

Pengertian reklasifikasi wilayah mencakup pengertian diubahnya

status suatu wilayah yang dahulunya desa menjadi bagian dari wilayah

perkotaan. Hal itu berarti penduduk yang tinggal di daerah yang

mengalami reklasifikasi akan dihitung sebagai penduduk kota.

3. Pengukuran Urbanisasi

Walaupun terdapat berbagai definisi dan konsep yang beragam

(29)

commit to user

adalah tingkat urbanisasi dalam pengertian proporsi penduduk negara

tersebut yang bertempat tinggal di perkotaan.

Dalam tingkat urbanisasi ini ada tiga komponen utama yang

menentukan yaitu:

a. migrasi dari desa ke kota

b. pertumbuhan penduduk alami

c. reklasifikasi wilayah

Untuk perkembangan penduduk perkotaan dapat dilihat dari angka

urbanisasi, yaitu angka yang mencerminkan presentase penduduk yang

tinggal di wilayah perkotaan.

Ada tiga kriteria suatu daerah (lokalitas) dijadikan sebagai daerah perkotaan

yaitu:

a. kepadatan penduduk 5000 orang atau lebih per km persegi

b. jumlah rumah tangga pertanian 25 persen atau lebih kecil

c. memiliki delapan atau lebih jenis fasilitas perkotaan

4. Dampak Urbanisasi Berlebih

Urbanisasi berlebih di Indonesia menimbulkan dampak baik dampak

positif maupun dampak negatif (Graeme, 1987). Dampak positif adalah

dampak yang dialami oleh daerah yang ditinggalkan (daerah pedesaan)

diantaranya adalah meningkatnya pendapatan, kesehatan, kesejahteraan,

perubahan sosial serta meningkatnya peran secara tradisional (khususnya

wanita). Sedangkan dampak negatifnya untuk daerah perkotaan diantaranya

(30)

commit to user

Pertambahan kesempatan kerja yang terbuka di kota tidak dapat

mengimbangi tenaga kerja pendatang dari desa. Penduduk pendatang dari

desa dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu: kelompok yang

berpendidikan serta memiliki ketrampilan atau keahlian dan kelompok yang

tidak berpendidikan serta tidak memiliki ketrampilan atau keahlian.

Kelompok yang berpendidikan berharap untuk mendapatkan pekerjaan yang

sesuai dengan pendidikan serta keahliannya di kota, sementara yang tidak

berpendidikan bersedia mendapatkan pekerjaan apa saja asalkan dapat

memberikan penghasilan. Kesenjangan antara jumlah pencari kerja dengan

kesempatan kerja yang terbuka di kota-kota menimbulkan masalah yang

serius yaitu bertambahnya jumlah pengangguran dan setengah

pengangguran. Kondisi yang demikian ini menciptakan dampak yaitu:

5. Tingkat kesejahteraan menurun (ditandai dengan tidak sebandingnya

pendapatan riil dengan pengeluaran riil);

6. Meningkatnya persaingan untuk mendapatkan fasilitas pendidikan;

7. Munculnya daerah kumuh (tak layak huni);

8. Meningkatnya kriminalitas;

9. Banyaknya tuna wisma dan tuna karya;

10.Meningkatnya tingkat kebisingan dan lain-lain yang menyebabkan kota

menjadi kurang nyaman.

B. Struktur Ekonomi

Struktur sosial ekonomi dalam suatu wilayah/daerah adalah unsur

(31)

commit to user

struktur ekonomi yaitu struktur perekonomian yang terdiri dari tiga sektor

utama; diantaranya adalah sektor primer (pertanian), sektor sekunder (industri

manufaktur), dan yang ketiga adalah sektor tersier (jasa). Sedangkan

pengertian sektor ekonomi (BPS Jateng, 2000) adalah bidang kegiatan

ekonomi dimana penduduk suatu Negara melakukan kegiatan produksi dengan

menggunakan satu atau kombinasi beberapa faktor produksi sebagai input

untuk menghasilkan satu atau beberapa jenis output sehingga faktor produksi

tersebut mendapatkan balas jasa. Menurut ISIC (International Standard of

Industrial Classification) ketiga sektor ekonomi tersebut ini dijabarkan

menjadi 9 sektor di antaranya adalah:

1. Sektor Pertanian

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

3. Sektor Industri Pengolahan

4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

5. Sektor Bangunan

6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

7.Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

9. Sektor Jasa-Jasa

Dari kesembilan sektor di atas, yang merupakan sektor primer adalah

sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian, untuk sektor

(32)

commit to user

bersih dan sektor pembangunan sedangkan selebihnya (4 sektor yang lain)

merupakan sektor tersier.

Sektor primer adalah sektor utama/pokok bagi manusia, karena di

dalam sektor tersebut terjadi kegiatan guna menghasilkan bahan sandang,

pangan dan papan. Seiring berjalannya pembangunan, kegiatan sektor primer

ini menunjukkan efisiensinya didukung oleh perkembangan teknologi yang

ada, yang padaakhirnya akan mengurangi tenaga kerja yang ada di sektor

tersebut. Selanjutnya kelebihan/surplus tenaga kerja di sektor ini bergeser ke

sektor sekunder/tersier yang lebih membutuhkan ilmu pengetahuan dan

tingkat keterampilan yang lebih tinggi. Selain itu bergesernya para pencari

kerja dari sektor primer ke sektor lainnya juga disebabkan karena tawaran

pendapatan yang lebih tinggi di sektor sekunder dan tersier tersebut.

Tambunan (2003) menyatakan perubahan atau yang dimaksud dengan

‘pendalaman’ struktur ekonomi terjadi terutama didorong oleh peningkatan

pendapatan.

Suatu wilayah yang memiliki struktur ekonomi sekunder maupun

tersier akan memberikan pendapatan yang lebih besar bagi penduduknya yang

bekerja di sektor tersebut daripada di sektor primer, sehingga tidak

mengherankan apabila dominasi sektor sekunder dan tesier (terutama

sekunder) dalam suatu wilayah menunjukkan kemajuan wilayah tersebut.

Sektor industri terbukti mampu menyerap tenaga kerja yang ada dalam suatu

wilayah, yang pada tujuannya adalah dapat mengatasi jumlah pengangguran

(33)

commit to user

penduduk di wilayah yang bersangkutan. Sebagaimana yang dijelaskan BPS

Bandung (2004 dalam Soetomo 2009) bahwa angka pengangguran yang

meningkat sedikit banyak menggambarkan ketidakmampuan perekonomian

dalam menyerap tenaga kerja. Jadi dengan kemampuan sektor industri dalam

menyerap tenaga kerja tentunya akan sangat menunjang pertumbuhan

ekonomi.

Sektor-sektor ekonomi tersebut merupakan potensi yang dimiliki oleh

setiap wilayah, meskipun antara wilayah yang satu dengan wilayah yang

lainnya memiliki potensi sektor ekonomi yang berbeda, ada wilayah yang

lebih berpotensi di sektor pertanian dan ada juga yang berpotensi di sektor

industri tetapi ada juga wilayah yang sangat berpotensi di sektor jasanya.

Perbedaan potensi sektor ekonomi di masing-masing wilayah sangat

dipengaruhi oleh keadaan geografi dan demografi wilayah yang bersangkutan.

Kekayaan alam dan tenaga kerja yang berkualitas akan mempermudah usaha

untuk membangun perekonomian suatu daerah/Negara. Atau lebih jelasnya

bahwa struktur ekonomi dalam setiap wilayah itu tergantung pada kekayaan

sumber daya alamnya dan juga kuantitas dan kualitas manusianya (Sukirno,

1998).

Suatu wilayah yang memiliki jumlah penduduk yang besar dengan

tingkat pendidikan yang tinggi cenderung memiliki sektor ekonomi yang lebih

dominan di sektor industri dan jasanya. Sedangkan wilayah yang kaya akan

(34)

commit to user

dimana penduduknya lebih banyak bekerja di sektor pertanian dan juga sektor

pertambangan dan penggalian.

1. Teori Perubahan Struktur Ekonomi

Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada

mekanisme pergeseran/transformasi ekonomi yang dihadapi oleh sebagian

besar negara sedang berkembang, yang semua bersifat subsistence yang

menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur yang lebih

modern, yang menitikberatkan pada sektor industri dan sektor jasa

(Tambunan, 2003). Ada dua teori umum yang digunakan dalam

menganalisis perubahan struktur ekonomi, yaitu teori dari Arthur Lewis

(teori migrasi) dan Hollis Cenery (teori informasi struktural).

Teori Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan

ekonomi yang terjadi di pedesaan dan perkotaan. Di dalam teorinya, Lewis

(Todaro dan Smith, 2003) mengasumsikan bahwa perekonomian suatu

Negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian di pedesaan

yang bersifat tradisional yang masih didominasi oleh sektor pertanian dan

perekonomian di perkotaan yang bersifat modern yang didominasi oleh

sektor industri. Di pedesaan karena pertumbuhan penduduknya tinggi, maka

terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja dan kondisi kehidupan

masyarakatnya subsitence akibat perekonomian yang subsitence pula.

Kelebihan tenaga kerja ini ditandai dengan produk marjinalnya yang

bernilai nol dan tingkat upah riil yang rendah. Nilai MP (Marginal Product)

(35)

commit to user

pada tingkat yang optimal, dan jika jumlah tenaga kerja lebih besar dari titik

optimal itu maka akan berlaku hukum penghasilan menurun dimana

semakin banyak orang yang bekerja di sektor tersebut akan semakin rendah

tingkat produktivitas atau total produksi yang akan dihasilkan. Dalam

kondisi yang demikian, pengurangan tenaga kerja tidak akan mengurangi

jumlah output di sektor tesebut, karena proporsi tenaga kerja lebih besar

dibandingkan proporsi input lain seperti modal dan teknologi. Akibat dari

kelebihan tenaga kerja ini maka tingkat upah di sektor pertanian tersebut

menjadi sangat rendah. Sebaliknya di perkotaan, sektor industri mengalami

kekurangan tenaga kerja dan produktivitas tinggi, sesuai hokum pasar,

tingginya produktivitas membuat tingkat upah yang tinggi.

Kerangka pemikiran Chenery tidak terlalu berbeda dari apa yang

diungkapkan Lewis. Teori Chenery dikenal dengan teori pattern of

development, memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses

perubahan ekonomi di Negara-negara sedang berkembang, yang mengalami

transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri modern sebagai

penggerak perekonomiannya. Chenery (Todaro dan Smith, 2003)

menjelaskan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita

masyarakat akan ada perubahan-perubahan seperti dalam pola konsumsi dari

penekanan pada makanan dan kebutuhan barang-barang kebutuhan pokok

lain ke berbagai macam barang manufaktur dan jasa, akumulasi modal fisik

dan SDM, perkembangan kota-kota dan industri bersamaan dengan proses

(36)

commit to user

penduduk, ukuran keluarga yang semakin kecil dan perubahan struktur

ekonomi yang semula didominasi oleh sektor pertanian menjadi didominasi

oleh sektor industri. Menurut Chenery proses transformasi struktural akan

mencapai tarafnya yang paling cepat apabila pergeseran pola permintaan

domestic kea rah output industri manufaktur diperkuat oleh perubahan yang

serupa dalam komposisi perdagangan luar negeri (ekspor). Jadi kenaikan

output produksi sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh naiknya

faktor-faktor seperti kenaikan permintaan domestic, perluasan ekspor komoditas

industri manufaktur dan kemajuan teknologi.

2. Industrialisasi

Proses industrialisasi merupakan tahapan yang harus dilalui dalam

proses perubahan struktur ekonomi di suatu Negara/wilayah. Tambunan

(2003) menjelaskan bahwa industrialisasi merupakan suatu proses interaksi

antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan

perdagangan antar Negara, yang pada akhirnya akan sejalan dengan

meningkatnya pendapatan masyarakat yang mendorong perubahan struktur

ekonomi di banyak Negara, yang tadinya berbasis pertanian menjadi

berbasis industri. Dapat dikatakan pula bahwa proses industrialisasi ini dapat

menjamin pertumbuhan ekonomi suatu Negara dalam jangka panjang,

karena dengan proses ini memungkinkan naiknya tingkat pendapatan yang

pada akhirnya akan menjadikan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu banyak

(37)

commit to user

meningkatkan pertumbuhan ekonominya sebagaimana telah dicapai oleh

Negara maju sebelumnya.

Industrialisasi merupakan salah satu proses kunci dalam

pembangunan ekonomi. Di dalam proses industrialisasi, sektor industri

dijadikan sebagai tumpuan yang diharapkan mampu menghasilkan output

optimal serta dapat menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin. Hal inilah

yang menjadi keinginan setiap Negara, sehingga masalah ekonomi yang

cukup pelik seperti kemiskinan dan pengangguran dapat teratasi. Karena

dengan proses industrialisasi ini tingkat pendapatan masyarakat dapat

meningkat serta kelebihan tenaga kerja sektor primer dapat terserap, Arlini

(2005 dalam Yunariah 2007) menyatakan bahwa tahapan industrialisasi

diwujudkan secara histories melalui kenaikan kontribusi nilai tambah sektor

industri manufaktur terhadap pendapatan nasional, total produksi dan

kesempatan kerja. Jadi apabila suatu wilayah dalam menjalakan proses

industrialisasi ini maka tidak mustahil jika Negara tersebut akan memiliki

perekonomian yang maju.

C. Konsep Perkotaan

- Pengertian Kota

Istilah kota berasal dari sejarah perkotaan di Eropa kuno. Pada

zaman Yunani Kuno kota-kota yang padat pada saat itu dianggap sebagai

republik kecil, letaknya terpencar-pencar di wilayah pegunungan yang

dinamakan “polis”. kota-kota pada waktu itu berupa benteng pasukan

(38)

commit to user

di luar kota di atas parit-parit yang mengelilingi benteng disebut “suburbis”.

Dari istilah-istilah ini kemudian muncul istilah “urban” dan “suburban”,

sedangkan pedesaan di luar kota penduduknya adalah petani disebut “Ru

dan dari sinilah timbul istilah “rural”. Sementara itu suatu benteng

dinamakan Kota apabila menjadi pusat perdagangan dan pertukangan yang

memungkinkan berfungsinya pasar dalam kota (Daldjoeni, 1986).

Menurut Sullivan, A. (2003) daerah urban (urban area) adalah suatu

daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi daripada

daerah lain. Daerah urban dicirikan dengan kegiatan pemukiman yang

dominan di sektor non-agraris dan menjadi pusat kegiatan perekonomian

(yaitu produksi, distribusi dan konsumsi) baik untuk daerah itu sendiri

maupun untuk daerah di sekitarnya (hinterland).

Di Indonesia, jumlah penduduk merupakan ukuran besar kecilnya

kota. Kota kecil adalah kota yang mempunyai jumlah penduduk antara

5.000 sampai dengan 50.000 orang, kota sedang yaitu kota yang

berpenduduk antara 50.000 orang sampai dengan 500.000 orang, sedangkan

kota besar adalah kota yang berpenduduk 500.000 ke atas

(Reksohadiprodjo, 2001). Kota yang memiliki penduduk lebih dari satu juta

orang disebut kota Metropolitan, yaitu suatu wilayah yang memiliki ciri

sebagai suatu pusat perdagangan, industri, budaya dan pemerintahan yang

dikelilingi oleh daerah semi urban (suburban), kawasan perumahan atau

(39)

commit to user

2. Teori Perkembangan Kota

Urbanisasi bukanlah fenomena kependudukan semata, namun juga

terkait dengan berbagai dimensi sosio-ekonomi. Terlebih lagi urbanisasi

terkait dengan perkembangan kegiatan pertanian yang mengakibatkan

dislokasi tenaga kerja pertanian ( Davis 1969). Teori ini mengisyaratkan

terdapatnya kaitan antara industrialisasi dan perkembangan perkotaan.

Perkembangan industri perkotaan akan memicu migrasi desa-kota yang

akhirnya mendorong lebih jauh ke arah urbanisasi.

Teori klasik, seperti central-place-theory yang dikemukakan oleh

Christaller mengilhami model perkembangan kota. Dari sudut pandang

geografi, teori ini memiliki dua konsep yaitu: threshold (jarak jangkauan

minimal untuk dapat bertahan) dan range (jarak jangkauan sesungguhnya

yang dapat dicapai). Jika dalam sebuah pasar threshold lebih besar

dibanding range, maka ia akan mati, dan sebaliknya jika range lebih besar

daripada threshold, maka pasar itu akan berkembang dan bahkan tumbuh

menjadi daerah perkotaan.

Teori klasik yang cukup banyak dianut di kalangan geografi ini

sebenarnya belum dapat memberikan gambaran yang memadai mengenai

urbanisasi kontemporer. Teori klasik umumnya hanya melihat ke dalam

ketika menjelaskan faktor-faktor penyebab perkembangan perkotaan. Peran

proses (ekonomi) global yang memunculkan fenomena kota-kota global

(global cities) tidak mendapat perhatian. Padahal, internasionalisasi

(40)

commit to user

besar peranannya dalam mempengaruhi perkembangan kota-kota yang

terlibat dalam proses tersebut.

Menurut McGee dan Douglas (1995 dalam Firman 1996), proses

urbanisasi yang terjadi di Asia dewasa ini pada dasarnya mencerminkan

integrasi kota-kota ke dalam sistem ekonomi global, yang digerakan oleh

akumulasi kapital pada skala dunia. Proses ini disebut pula sebagai

mega-urbanization, yang tampaknya akan menjadi kecenderungan (trends)

urbanisasi di Asia, termasuk Indonesia.

Lebih jauh lagi Amstrong dan McGee (1985 dalam Chotib 2002b)

mengajukan teori tentang pembentukan kota-kota berdasarkan penelitiannya

di Asia dan Amerika Latin. Mereka mengemukakan bahwa kota-kota pada

dasarnya “teater dari akumulasi kapital” yang mengalami penetrasi ke

negara-negara berkembang. Meskipun urbanisasi yang terjadi di negara

berkembang merupakan bagian integrasi dari akumulasi kapital di negara

maju, namun dalam proses perkembangannya terdapat banyak perbedaan.

Perbedaan ini bertitik tolak dari kenyataan demografi dan ekonomi yang

terjadi di negara berkembang. Itu sebabya urbanisasi yang terjadi di negara

berkembang dikatakan sebagai “pseudeo urbanization”, dari pada “true

urbanization” di negara maju.

Teori yang menekankan adanya interaksi antara sistem produksi dan

regulasi pada tingkat nasional, perspektif globalisasi dan modernisasi

dikembangkan dalam sebuah model perkembangan perkotaan yang lebih

(41)

commit to user

mencakup faktor-faktor struktural pada tingkat internasional maupun

nasional/regional serta faktor sosial-demografi. Perkembangan perkotaan

dan urbanisasi merupakan resultan bekerjanya faktor-faktor tersebut.

Gambar 2.2 Model Perkembangan Kota Sumber: Prabatmojo (2000)

3. Struktur Perkotaan

Struktur perkotaan dalam suatu wilayah menentukan maju atau

tidaknya pembangunan di wilayah bersangkutan. Struktur perkotaan adalah

kondisi perkotaan di suatu wilayah yang biasanya diidentifikasi berdasarkan

jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan (tingkat urbanisasi) tersebut.

Struktur perkotaan di masing-masing wilayah juga berbeda, tergantung pada

faktor-faktor yang menarik di wilayah kota yang bersangkutan, seperti Proses Ekonomi Global

Sistem Produksi Sistem Regulasi

Perkembangan Perkotaan

Faktor Sosial Demografi

(42)

commit to user

lapangan kerja yang tersedia beserta besarnya upah dan juga infrastruktur

yang tersedia di kota tersebut. Daerah perkotaan yang memiliki faktor

penarik yang lebih banyak cenderung diikuti oleh jumlah penduduk di

perkotaan tersebut semakin besar. Sebagaimana dijelaskan oleh Ghalib

(2005 dalam Chotib 2006) bahwa penduduk memerlukan pekerjaan yang

produktif atau pekerjaan yang layak, sehingga banyak penduduk yang

memilih tinggal di kota dari pada di desa.

Tumbuh berkembangnya sektor non-primer (proses industrialisasi) di

suatu daerah bisa merupakan akibat gagalnya sektor pertanian tetapi bisa

juga akibat berhasilnya sektor pertanian di suatu daerah. Sektor pertanian

yang gagal berkembang bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti kurang

memadainya teknologi yang diperlukan, rendahnya kualitas SDM atau

tenaga kerja dan berpindahnya tenaga kerja di sektor tersebut ke sektor

non-primer. Akibatnya produktivitas sektor pertanian tersebut menjadi rendah

yang berakibat rendahnya pendapatan. Rendahnya pendapatan ini

menyebabkan penduduk yang bekerja di sektor itu memiliki taraf hidup

yang rendah. Didorong oleh keinginan untuk memperbaiki taraf hidupnya

maka banyak pekerja di sektor primer tersebut pindah ke sektor non primer

yang dianggap mampu memberikan upah yang lebih besar, dan ini sangat

menunjang berkembangnya proses industrialisasi di suatu daerah.

Berhasilnya pembangunan sektor pertanian juga menunjang

tumbuhnya industrialisasi di suatu daerah. Berkembangnya sektor pertanian

(43)

bahan-commit to user

bahan lain guna meningkatkan produktivitas sektor pertanian tersebut. Hal

ini mendorong tumbuhnya industri untuk menghasilkan input bagi sektor

pertanian tersebut seperti pupuk, penyediaan bibit maupun penyediaan

mesin-mesin guna produksi sektor pertanian tersebut. Selain itu apabila

produksi hasil pertanian itu dapat optimal dan berkualitas, maka hal ini akan

mendororng tumbuhnya industri pengolahan hasil pertanian. Tumbuhnya

industri-industri ini baik industri penyedia input pertanian maupun

pengolahan hasil pertanian ini, akan mendorong tumbuhnya proses

industrialisasi lebih lanjut yang pada akhirnya akan mempengaruhi proses

urbanisasi di daerah yang bersangkutan.

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Struktur Perkotaan

Gagalnya sektor pertanian Berhasilnya sektor pertanian

Industrialisasi

Struktur perkotaan

Jumlah penduduk perkotaan

(tingkat urbanisasi)

Pemekaran Reklasifikasi Migrasi

(44)

commit to user

D. Penelitian Terdahulu

J.J. Sarungu (2007) meneliti hubungan variabel-variabel sosial,

ekonomi, dan demografis dengan variabel derajat urbanisasi. Analisis

dilakukan dengan teknik regresi linear berganda atas data panel (pooled data).

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel-variabel yang signifikan

berpengaruh terhadap urbanisasi adalah pendapatan per kapita yang bersifat

positif, kesempatan kerja pertanian yang bersifat negatif, peranan sektor

manufaktur prpopinsi secara nasional yang bersifat positif. Sementara variabel

situasional menunjukkan bahwa ada kecenderungan semakin ke barat wilayah

indonesia akan semakin besar derajt urbanisasi, dan semakin berjalannya

waktu semakin meningkat derahat urbanisasi meskipun lajunya semakin

lamban.

Firebaugh (1979) meneliti pola hubungan antara pembangunan sosial

ekonomi dan tingkat urbanisasi. Penelitiannya meliputi 54 negara sedang

berkembang di Asia dan Amerika Latin dengan menggunakan analisis data

panel. Teknik analisis regresi berganda digunakan dengan variabel tingkat

urbanisasi sebagai variabel tak bebas, sedangkan pembangunan ekonomi,

kondisi pedesaan, dan tingkat urbanisasi masa lalu (sebagai proksi

karakteristik historis dan demografis) masing-masing negara observasi

diperlakukan sebagai variabel bebas. Hasil yang diperoleh menunjukkan

bahwah pembangunan ekonomi dan tingkat urbanisasi masa lalu berpengaruh

(45)

commit to user

berpengaruh negatif dan signifikan. Tetapi yang berpengaruh paling dominan

adalah kondisi pedesaan yang merosot.

Pernia (1977) telah meneliti hubungan antara pembangunan dan

urbanisasi dengan asumsi urbanisasi merupakan konsekuensi proses

pembangunan. Penelitiannya dilakukan di Filipina berdasarkan data sensus

tahun 1970 secara cross sectional dan dianalisis dengan menggunakan model

regresi linear berganda. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa

variabel-variabel yang sangat menentukan bagi terjadinya proses urbanisasi dalah

jumlah industri pengolahan dan komersial, penggunaan mesin-mesin

pertanian, pemilikan radio, rasio migrasi masuk daerah perkotaan dan daerah

pedesaan dalam satu propinsi yang berasal dari propinsi lainnya, dan

kedekatan dengan ibukota negara.

E. Kerangka Pemikiran

Urbanisasi didefinisikan sebagai bertambahnya proporsi penduduk

yang berdiam di daerah kota yang disebabkan oleh proses perpindahan

penduduk ke kota aau akibat dari perluasan kota. Paul knox (1994)

merumuskan proses urbanisasi sebagai proses yang dimotori oleh perubahan

ekonomi dan juga faktor demografi atau pertumbuhan penduduk.

Sekor industri akan dapat membuka lapangan pekerjaan baru dan

produksi barng-barang kebutuhan baru, sehingga dapat menarik orang-orang

untuk pindah ke daerah perkotaan. Pertumuhan penduduk suau daerah yang

relative tinggi secara langsung dapat mempengaruhi tingkat urbannisasi di

(46)

commit to user

akan meningkat, karena manusia akan mencari kehidupan yang lebih layak

sehingga mereka akan mencari lapangan pekerjaan yang dapa memberikan

upah yang besar, yang kebanyakan terletak di daerah perkotaan.

Untuk lebih memudahkan dalam proses analisis permasalahan yang

telah dikemukakan diatas maka digunakan kerangka pemikiran sebagai

berikut:

Gambar 2.4 K erang ka Pemikiran

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Industrialisasi diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap proses

urbanisasi di Jawa Tengah.

2. Pertumbuhan penduduk diduga berpengaruh positif dan signifikan

terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah.

3. Variabel Industrialisasi diduga lebih dominan berpengaruh terhadap

proses urbanisasi di Jawa Tengah.

4. Diduga ada perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan

penduduk pada era sebelum dan sesudah krisis. Industrialisasi

Pertumbuhan Penduduk Proses Urbanisasi

(47)

commit to user

BAB III

ME TODE PE NE LI TI AN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah tentang proses urbanisasi dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu industrialisasi, pertumbuhan penduduk di

Jawa Tengah selama kurun waktu 1990-2005, dan waktu yang diperlakukan

sebagai varibel dummy dan variable interaksi.

B. Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu jenis data yang

diperoleh dari laporan-laporan dan buku-buku yang mempunyai hubungan

dengan penelitian yaitu dengan cara pencatatan dari sumber yang diperoleh

dari berbagai edisi, laporan-laporan yang diterbitkan Badan Pusat Statistik

(BPS) dan data-data yang diterbitkan dari sumber-sumber penunjang lainnya.

C. Definisi Operasional Variabel

a. Tingkat Urbanisasi

Tingkat urbanisasi merupakan besarnya proporsi penduduk

perkotaan dalam wilayah tersebut. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk di

perkotaan maka tingkat urbanisasi di wilayah yang bersangkutan akan

semakin besar

Tingkat urbanisasi dihitung dengan cara:

Tingkat Urbanisasi = x100%

(48)

commit to user b. Industrialisasi

Industrialisasi merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi

di suatu wilayah/negara. Industrialisasi dapat dilihat melalui kontribusi

sektor manufaktur terhadap PDB dan dinyatakan dalam bentuk persen.

c. Laju Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah pertambahan penduduk dari tahun ke

tahun yang disajikan dalam bentuk presentase. Data diperoleh dari statistik

Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik.

d. Waktu (Krisis Moneter 1997)

Variabel waktu dalam penelitian ini dijadikan variabel boneka/

dummy, selain itu waktu juga dijadikan variabel interaksi yaitu untuk

memperlihatkan perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan

penduduk terhadap tingkat urbanisasi pada era sebelum dan sesudah krisis.

D. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Panel

Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah panel data yang

merupakan gabungan dari observasi runtun waktu (time serries) dan lintas

sektoral (cross section). Estimasi data panel akan meningkatkan derajat

kebebasan, mengurangi kolinearitas antar variabel penjelas dan

memperbaiki efisiensi estimasi. Verbeek (2000 dalam Rahayu 2007)

mengemukakan bahwa keuntungan regresi dengan data panel adalah

kemampuan regresi dalam mengidentifikasi parameter-parameter regresi

(49)

commit to user

Baltagagi (1995 dalam Rahayu 2007), keunggulan data panel disbanding

data runtun waktu atau data lintas sektoral adalah:

a. Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam

tiap unit.

b. Dengan data panel, data lebih informative, mengurangi kolinieritas

antar variable, meningkatkan derajat kebebasan dan lebih efisien.

c. Data panel cocok untuk menggambarkan adanya dinamika perubahan.

d. Data panel dapat lebih mampu mendeteksi dan mengukur dampak.

e. Data panel dapat digunakan untuk studi dengan model yang lebih

lengkap.

f. Data panel dapat meminimumkan bias yang mungkin dihasilkan dalam

agregasi data individu.

Secara teoritis, ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan

menggunakan data yang digabungkan tersebut. Pertama, semakin banyak

jumlah observasi yang dimiliki bagi kepentingan estimasi perameter

populasi yang membawa akibat positif dengan memperbesar derajat

kebebasan (degree of freedom) dan menurunkan kemungkinan kolinearitas

antar variabel independen. Kedua, dimungkinkannya estimasi

masing-masing karakteristik individu maupun karakteristik menurut waktu secara

terpisah. Dengan demikian, analisa hasil estimasi akan lebih komprehensif

(50)

commit to user

2. Pemodelan Data Panel

Permodelan dalam menggunakan teknik regresi panel data dapat

dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan alternatif metode dalam

pengolahannya. Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu metode

Common-Constant (The Pooled OLS method), metode efek tetap (Fixed Effect

Method), dan terakhir metode efek acak (Random Effect Method)

a. Common-Constant (The Pooled OLS method)

Sebelum membuat regresi, kita harus menggabungkan data lintas

sektoral dan lintas waktu kemudian data gabungan ini diperlakukan

sebagai satu kesatuan pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi

model dengan metode OLS. Ada sejumlah K regresor pada Xit, tidak

termasuk constant term, α adalah individual effect yang konstan antar

waktu t dan spesifik untuk masing-masing unit individu i. Jika

menganggap α adalah sama untuk semua unit individu, maka OLS

memberikan estimasi yang koefisien untuk parameter α dan β konstan

untuk setiap data lintas waktu dan lintas sektoral.

Bentuk persamaannya sebagai berikut:

Yit= α + βXit+ εit (1)

Untuk i= 1, 2, …,N dan t=1, 2,…,T

Yang mana, N adalah jumlah unit crosss section (individu) dan T adalah

(51)

commit to user b. Metode Efek Tetap (Fixed Effect Method)

Variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan

model memungkinkan adanya intercept yang tidak konstan. Atau dengan

kata lain, intersep ini mungkin beubah untuk setiap waktu dan individu.

Model yang mengasumsikan adanya perbedaan intersep didalam

persamaan dikenal dengan model regresi efek tetap. Pengertian model

efek tetap ini didasarkan adanya perbedaan intersep antara variabel,

namun intersepnya sama antar waktu (time infariant). Disamping itu,

model ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi tetap antar

individu dan antar waktu. Untuk mengestimasi model efek tetap dimana

intersep berbeda antar variabel igunakan metode teknik variabel dummy

untuk menjelaskan perbedaan intersep tersebut.

Pendekatan dengan memasukkan variable boneka ini dikenal

dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy

Variable (LSDV) atau disebut juga covariance model. Bentuk

persamaannya sebagai berikut:

Yit= α1+ α2 D2i+ α3 D3i+ α4 D4i+ β2 X2it+ β3 X3it + µit (2)

c. Pendekatan Efek Acak (Random Effect)

Dalam model efek acak, parameter-parameter yang berbeda anatr

unit maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Karena hal inilah,

model efek acak sering disebut model komponen error (error component

model).

(52)

commit to user

menghemat pemakain derajat kebebasan dan tidak mengurangi

jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap.

3.Pemilihan Teknik Estimasi Data Panel

Untuk mengestimasi data panel ada tiga teknik yang dapat

digunakan yaitu model dengan metode OLS, fixed effect, dan random

effect. Untuk menentukan teknik mana yang paling tepat untuk

mengestimasi data panel maka perlu dilakukan pengujian. Adapun

pengujiannya terdiri dari:

a. Restricted F test

Untuk melihat model mana yang paling sesuai dipakai akan

dilakukan dengan menggunakan uji Restricted F dan untuk menguji

apakah model restricted model ataukah unrestricted model yang akan

dipakai.

Formulasi Restricted F test adalah sebagai berikut:

(53)

commit to user

R2UR = koefisien determinasi dari model regresi unrestricted

R2R = koefisien determinasi dari model regresi retricted

m = jumlah koefisien pada model regresi retricted

n = jumlah seluruh observasi

k = jumlah koefisien pada model refresi unrestricted

Jika nilai F signifikan, berarti estimasi model dengan fixed effect

lebih baik disbanding estimasi dengan pooled OLS.

b. The Hausman Specification Test

Hausman test ini bertujuan untuk membandingkan antara metode

fixed effect dan metode random effect. Uji Hausman ini didasarkan pada

ide bahwa LSDV di metode Fixed Effect dan GLS adalah efisien

sedangkan metode OLS tidak efisien, di lain pihak alternatifnya metode

OLS efisien dan GLS tidak efisien.

Namun, ada beberapa pertimbangan untuk memilih metode mana yang

cocok untuk data yang tersedia:

a. Ada yang menyebutkan bahwa model efek random mempunyai

parameter lebih sedikit, sehingga derajat bebasnya lebih besar

dibanding dengan model efek tetap yang mempunyai parameter lebih

banyak, sehingga derajat bebasnya lebih kecil. Akan tetapi model efek

tetap juga mempunyai beberapa kelebihan, seperti dapat membedakan

efek individual dan waktu, juga tidak perlu mengasumsikan bahwa

komponene error tidak berkorelasi dengan variabel yang mungkin sulit

(54)

commit to user

b. Pemilihan dengan pertimbangan tujuan analisis, atau ada pula

kemungkinan data yang digunakan sebagai dasar pembuatan model,

hanya dapat diolah dengan salah satu metode saja akibat dari berbagai

persoalan teknis matematis yang melandasi perhitungan.

c. Pemilihan metode estimasi juga bisa dilakukan dengan cara

membandingkan Standar Error pada masing-masing metode. Semakin

kecil SE suatu pemerkira, maka semakin teliti pemerkira tersebut

dengan parameter yang akan diperkirakan. Artinya, metode dengan SE

terkecil bisa dikatan lebih baik disbanding dengan metode lainnya.

4. Analisis Regresi Berganda

Untuk menguji pangaruh dari industrialisasi dan laju pertumbuhan

penduduk terhadap tingkat urbanisasi dalam penelitian ini menggunakan

teknik analisis regresi linear berganda dengan persamaan sebagai berikut:

Urb= β 0 + β 1Indit+ β 2 PPit+ β 3 D + β 4 Ind*D + β 5 PP*D + εit

Keterangan:

Urb = Tingkat Urbanisasi

Ind = Industrialisasi

PP = Pertumbuhan Penduduk

D = Variabel dummy waktu, 0 untuk tahun 1990-1995, dan 1 untuk

tahun 2000-2005

Ind*D = interaksi variabel industrialisasi dengan variabel dummy waktu

PP*D = interaksi variabel pertumbuhan penduduk dengan variabel

(55)

commit to user β0 = Konstanta Regresi

β1, β2, β3, β 4 β 5 = Koefisien Regresi

e = Variabel gangguan

E. Metode Pengujian

1. Pengujian Statistik

Untuk mengetahui kebenaran hipotesis, maka dilakukan uji statistik

berupa uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi R2 (goodness of fit)

a. Uji t – test statistik

Uji t adalah pengujian koefisien regresi secara individual dan untuk

mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen. Pengujian ini menggunakan uji satu sisi.

Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:

1) Menentukan Hipotesis:

Ho: βi = 0, artinya variabel independen secara individu tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Ho: βi ≠ 0, artinya variabel independen secara individu

berpengaruh positif signifikan terhadap variabel dependen.

2) Nilai t tabel dapat dilihat dengan rumus:

t tabel : t α : n-k

Yang mana,

α = derajat signufikan

n = jumlah sampel

Gambar

Tabel 4.1  Angka Urbanisasi Jawa Tengah .......................................................
Gambar 2.1 Urbanization As a Process  ............................................................
Tabel 1.1 Penduduk Dan Proyeksi Urbanisasi Indonesia Tahun 1990-2020
Gambar 1.1 Tingkat Urbanisasi Jateng Sumber: BPS (2006). Jawa Tengah Dalam Angka
+7

Referensi

Dokumen terkait

Combobox kode barang berfungsi untuk menginputkan kode barang, textbox nama barang berfungsi untuk menginputkan nama barang, combobox tahun berfungsi untuk menginputkan

Iako je prisutno manje povećanje potrebne energije za grijanje i potrebne električne energije za rasvjetu, smanjena je potrebna energija za hlađenje (Slika 45) u

Tim Persiapan Revitalisasi Pergulaan Indonesia (1999) memberikan rekomendasi kebijakan dalam masa transisi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri gula

karakteristik pasar dan perilakunya akan mempermudah kita dalam menentukan media pemasaran yang tepat digunakan untuk menjangkau

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini yang berjudul “ STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU (INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION) PADA PT

Hasil belajar siswa dalam model pembelajaran student teams achievement division (STAD) dan media monopoly games smart (MGS) pada materi Sistem Pernapasan Manusia

diperhatikan adalah karya asli yang akan digayakan atau disederhanakan harus ada terlebih dahulu sebagai patokan agar dapat dihasilkan desain baru Modifikasi adalah cara mengubah

-- bumi garis yg bersifat khayal yg meng- hubungkan kutub utara dan kutub selatan tempat bumi berputar pd posisi yg tetap; -- usus bagian terakhir usus besar yg bermuara pd