SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan
Gelar Sarjana Fisioterapi
Disusun Oleh :
DONNY HENDARTO
J 120 131 035
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
FAKULAS ILMU KESEHATAN
v
“Allah SWT Maha Tahu dan Selalu memberikan apa yang kita butuhkan.
Jadikan Kerja Kita Sebagai Ibadah Kita.
Untuk rezeki Biarlah Allah SWT yang Akan Mencukupinya”
(Donny Hendarto,Fisioterapis Yogyakarta)
“Sukses Itu Milik Kalian yang mau Berjuang, Bukan Mereka yang Cuma
Mengandalkan Faktor Keturunan “
(Hipwee.com)
Mandiri dari sekarang….. atau selanjut nya menyesal !. (Mr. Mujianto, Fisioterapis BALI)
Dengan berwirausaha. Untuk Keluar Dari Zona Nyaman.
RENCANAKAN, ILUSTRASIKAN. LAKSANAKAN. FOKUS. KOREKSI. INOVASI. EVALUASI.
BERSIAP UNTUK SUKSES. DUNIA AKHERAT (Mr. Totok Budi Santoso, FISIOTERAPI. PD III FIK UMS)
vi
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Alhamdulilah atas berkat rahmad, hidayah
serta karunia-Nya yang membuat hamba menjadi semangat, memiliki kekuatan,
ketabahan dan kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
Saya persembahkan cinta dan kasih sayang ini kepada Allah SWT, Nabi Besar
Muhammad SAW, Kedua Orangtua ku tercinta Papa H. Drs. Sukiman Ngadiman,
MM. Almarhum Mama Hj. Dra. Paniyah, MM. Semua saudaraku, Mami Tari,
Almarhum Bapak mertua dan Ibu Mertua, BIDADARI SURGA Istriku
tersayang Nindah Kesuma Sari, AMKep yang setia serta kesabaran
mendampingi, Jagoanku Kesyanida Najwa Hendarto dan Hanan Dzaka
Hendarto, kedua orangtua ku Bapak Yosef Sumartono, BSc dan ibu sekeluarga,
Yang menjadi motivasi dan Inspirasi dan tiada hentinya memberikan
semangat, doa kepada penulis.
Terimakasih yang tidak terhingga untuk dosen pembimbingku,
Bapak Totok Budi Santoso, S,Fis, MPH dan Bapak Agus Widodo, S.Fis, M.Fis
Teruntuk semua saudara ku di Kelas Fisioterapi Transfer FIK UMS angkatan
2013, terimakasih atas suka duka ini, canda tawa, “Kita Memang Luar Biasa”.
Seluruh Bapak Ibu Dosen dan staf Fisioterapi FIK UMS, terimakasih untuk semua
ilmu dan pengetahuan yang diberikan, semoga keikhlasan bapak ibu mendapat
hadiah terbaik dari Allah SWT.
vii
Alhamdulilahirabbil’alamin, dengan mengucapkan puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimphkan karunia, rahmad dan hidayah nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “EFEK ACTIVE STRETCHING
OTOT PLANTAR FLEXOR ANKLE TERHADAP PENURUNAN NYERI
FASCIITIS PLANTARIS”
Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
fisioterapi pada Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak.
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Setiadji. Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
2. Bapak Dr. Suwaji, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Ibu Isnaini Herawati, S.Fis, M.Sc selaku Kaprodi Fisioterapi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
4. Bapak Totok Budi Santoso, S.Fis, M.PH selaku pembimbing I dan
viii
5. Segenap Bapak Ibu dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Terimakasih atas seluruh ilmu yang
diberikan kepada penulis.
6. Keluargaku. Papa, Almarhum Mama, Mami Tari. Istriku Tersayang dan
jagoanku, bapak Yosef sumartono beserta ibu. Terimakasih atas seluruh
kasih sayang, dukungan, motivasi serta doa yang tiada henti tercurah.
7. Seluruh saudara dikelas S1 Fisioterapi transfer 2013. Terimakasih atas
semuanya, cinta kasih sayang, kebahagian serta pengorbanan.
8. Bunda ririt, bang dedi genzo super, diaz, nurlizan, taufik, dedi supri,
margha, dewik, latif, widhi, miftah. Terimakasih terbesarku, Doa terbaik
untuk saudaraku ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Untuk ini
penulis mengharapkan saran beserta masukan yang membangun demi sempurnanya
skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Surakarta, Oktober 2015
ix ABSTRAK
PROGRAM STUDI S 1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Skripsi, Oktober 2015 33 Halaman
DONNY HENDARTO
EFEK ACTIVE STRETCHING OTOT PLANTAR FLEXOR ANKLE
TERHADAP PENURUNAN NYERI FASCIITIS PLANTARIS
(Dibimbing Oleh: Totok Budi Santoso, S.Fis., MPH dan Agus Widodo, S.Fis, M.Fis)
Latar belakang : Fasciitis plantaris merupakan peradangan pada fascia plantaris. Faktor yang menyebabkan adalah umur, berat badan, aktivitas, trauma. Gejala awal yang dialami timbulnya nyeri pada bagian belakang tumit. Active Stretching pada otot plantar flexor ankle merupakan salah satu metode terapi latihan yang dapat diterapkan untuk mengurangi nyeri fasciitis plantaris.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek active stretching otot
plantar flexor ankle untuk menurunkan nyeri fasciitis plantaris.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode pre eksperimental design dengan desain one group pre test and post test design, jumlah sampel 18 orang. Cara
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan judgment
sampling. Tehnik judgment sampling dilakukan ketika seorang peneliti memilih anggota-anggota sampel untuk menyesuaikan diri dengan beberapa kriteria. Serta menggunakan system drop out. Sistem drop out dilakukan apabila responden tidak melakukan metode latihan rutin akan gugur/tidak digunakan.
Hasil : data yang diperoleh berdistribusi tidak normal, uji statistik menggunakan uji wilxocon test untuk uji hipotesis, di peroleh nilai p = 0,001 atau nilai p < 0,05 yang berarti ada efek pemberian active stretching otot plantar flexor ankle
terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.
Kesimpulan : adanya efek active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.
x
Thesis, October 2015 33 Pages DONNY HENDARTO
THE EFFECTS OF ACTIVE STRETCHING OF ANKLE PLANTAR FLEXOR MUSCLE TOWARD THE DECREASE OF PLANTAR FASCIITIS PAIN
(Supervised By Totok Budi Santoso, S.Fis., MPH and Agus Widodo, S.Fis, M.Fis)
Background: plantar fasciitis is an inflammation of the plantar fascia. Factors that cause this plantar fasciitis are age, weight, activity, and trauma. The initial symptoms are experienced the onset of pain in the back of the heel. Active stretching of the plantar flexor muscles of the ankle is one of exercise methods therapy that can be applied to reduce the pain of plantar fasciitis. Objective: This study was aimed to determine the effects of the active stretching of the ankle plantar flexor muscles to reduce plantar fasciitis pain. Methods: This study applied a pre-experimental design by using one group pre test and post test design, the sample size are 18 people. The sample was determined by using purposive sampling of judgment sampling. Judgmental sampling is a non-probability sampling technique where the researcher selects units to be sampled based on their knowledge and professional judgment.
Results: The data obtained are not normally distributed, statistical test of Wilcoxon test for the hypotheses, obtained value of p = 0.001 or p <0.05, means that there is a significant effects of active stretching of ankle plantar flexor muscles toward fasciitis pain reduction.
Conclusion: active stretching of the ankle plantar flexor muscles has show significant effect toward the fasciitis pain reduction.
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………..……… i
HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii
HALAMAN PENGESAHAN.………... iii
HALAMAN PERNYATAAN ………..…... iv
MOTTO ………. v
PERSEMBAHAN ………. vi
KATA PENGANTAR ……… vii
ABSTRAK ………. ix
ABSTRACT ……….. x
DAFTAR ISI ………. xi
DAFTAR GAMBAR …..……….. xiii
DAFTAR TABEL ….………. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………. xv
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang Masalah ……….. 1
B. Rumusan masalah ……… 3
C. Tujuan Penelitian ………... 3
D. Manfaat Penelitian ………... 3
BAB II LANDASAN TEORI ……… 5
A. Kerangka Teori ……… 5
xii
2. Patofisiologi Fasciitis Plantaris ……….. 7
3. Pemeriksaan Fasciitis Plantaris ……… 10
4. Diagnosa Fasciitis Plantaris ……….. 10
5. Pengobatan Fasciitis Plantaris ………... 11
6. Prognosis Nyeri Fasciitis Plantaris ………... 11
7. Nyeri Fasciitis Plantaris ……… 11
8. Terapi Latihan Active Stretching Otot Plantar Flexor Ankle ….. 13
9. Pengukuran Nyeri Dengan Visual Analog Scale (VAS) ……….. 16
B. Kerangka Pikir ………... 17
C. Kerangka Konsep ………. 17
D. Hipotesa ……… 18
BAB III METODE PENELITIAN ……… 19
A. Jenis Penelitian ……… 19
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 19
C. Populasi dan Sampel ……… 20
D. Variabel Penelitian ……….. 21
E. Definisi Konseptual ……….. 21
F. Definisi Operasional ……… 22
G. Jalannya Penelitian ……….. 23
H. Tehnik Analisis Data ………... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 25
A. Gambaran Umum ……… 25
B. Karakteristik Responden ………. 26
C. Hasil Analisis Data ……….. 28
D. Pembahasan ………. 29
E. Keterbatasan Penelitian ………... 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 32
A. Kesimpulan ……….. 32
B. Saran ……… 32 DAFTAR PUSTAKA
xiii
Gambar 2.1 Otot Plantar Flexor Ankle………...… 5
Gambar 2.2 Aponeurosis Plantaris……… 7
Gambar 2.3 Latihan calf stretch……….…….... 14
Gambar 2.4 Latihan peregangan dengan counter top ………... 15
Gambar 2.5 Latihan Achilles tendon stretch ..………... 15
Gambar 2.6 Visual Analoque Scale ………..…. 16
Gambar 2.7 Kerangka Pikir ……….. 17
Gambar 2.8 Kerangka Konsep ………. 17
xiv
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ……….… 26
Tabel 4.2 Karakteristik Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin ………... 26
Tabel 4.3 Karakteristik Hasil Pengukuran Nyeri VAS –Pre………... 27
Tabel 4.4 Karakteristik Hasil Pengukuran Nyeri –Post………... 27
Tabel 4.5 Mean Derajat Nyeri VAS Pre dan Post……….. 28
xv
A. DATA PENELITIAN
B. SURAT KETERANGAN
1. Surat Persetujuan Menjadi Responden
2. Surat Ijin Penelitian 3. Surat Selesai Penelitian 4. Lembar Konsultasi Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dari survei pre penelitian yang dilakukan di Klinik Fisioterapi Kalasan
Yogyakarta, pada periode bulan Januari – Maret tahun 2015, keluhan nyeri pada
tumit dan telapak kaki menempati posisi ke-3 setelah nyeri pinggang bawah dan
lutut. Dari 26 orang pasien dengan keluhan nyeri pada tumit, Sebanyak 18 orang
pasien terdiagnosa nyeri tumit karena di sebabkan oleh fasciitis plantaris,
selebihnya akibat dari calcaneus spur.
Fasciitis plantaris adalah suatu kasus dimana terjadinya peradangan pada
fascia plantaris. Simpai Fascia plantaris berjalan dari tulang tumit ke setiap
tulang tulang jari-jari kaki, berfungsi sebagai penyokong telapak kaki terutama
mempertahankan lengkung kaki. Bila ada tekanan yang tiba-tiba merentangkan
jari-jari atau mendatarkan lengkung kaki, fascia plantaris dapat robek (Wibowo,
1994).
Fasciitis plantaris sering terjadi pada usia 40 – 70 tahun, tetapi pada
seseorang yang mempunyai kelainan bentuk kaki (abnormal foot) yaitu telapak
kaki datar (flat foot) bisa terjadi pada usia kurang dari 40 tahun. Bila
dibandingkan dengan laki-laki, wanita lebih sering mengalaminya. Sebanyak 43
% terjadi pada pekerja yang berdiri lebih dari 6 jam sehari. Sebanyak 70 % terjadi
pada orang kegemukan atau obesitas, dan lebih dari 50 % pada orang berusia
obesitas, flaat foot dan pes cavus, tightness otot gastrocnemius atau soleus,
pengguna sepatu hak tinggi dan degenerative (Wibowo, 1994). Salah satu gejala
awal yang di rasakan pada kondisi fasciitis plantaris adalah timbulnya nyeri.
Nyeri pada fasciitis plantaris biasanya timbul secara bertahap, tetapi dapat juga
terjadi dengan tiba-tiba dan langsung nyeri hebat. Nyeri sering terjadi pada pagi
hari, dibagian belakang tumit dan pada saat berjalan maka nyeri akan meningkat
(Wibowo, 2011).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Digiovani dkk, 2001 disimpulkan
bahwa analisa dilakukan terhadap responden yang diberikan intervensi active
stretching otot plantar flexor ankle didapatkan hasil yang signifikan dalam hal
penurunan nyeri pada fasciitis plantaris. Demikian sama hal nya yang akan
dilakukan peneliti kali ini mencoba untuk menggunakan modalitas latihan
peregangan active stretching otot plantar fleksor ankle tanpa mengkombinasikan
dengan modalitas lain sehingga diharapkan dapat dicapai efek yang lebih spesifik
untuk mengurangi nyeri pada kondisi plantar fasciitis.
Latihan peregangan Active stretching (peregangan aktif) adalah metode
latihan yang dilakukan pasien sendiri dengan diberitahukan terlebih dahulu
latihannya oleh fisioterapis (Kisner, 2007). Latihan ini bertujuan untuk terjadinya
pelepasan adhesion dan meningkatkan fleksibilitas pada fascia. Kekuatan yang
dihasilkan dari kontraksi ini menghasilkan kontraksi memanjang pada tendon dan
fascia sehingga secara perlahan akan terjadi penguluran pada tendon dan fascia.
Dengan adanya peningkatan kelenturan pada tendon maka pada fasciitis plantaris
sehingga nyeri dapat berkurang. Pemberian active stretching juga dapat
melepaskan perlengketan dalam apponeurosis plantaris dan abnormal cross link,
sehingga dapat melepaskan jaringan fibrous dan mengurangi iritasi terhadap saraf
tipe C dan A yang menimbulkan nyeri regang, serta meningkatkan jumlah sel
darah merah, sehingga terjadi peningkatan kadar hemoglobin darah, yang
mengakibatkan fasilitasi kapasitas darah dalam membawa oksigen dan
peningkatan aliran darah serta metabolisme lokal (Digiovani dkk, 2001).
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas, peneliti ingin
mengetahui apakah ada pengaruh active stretching otot plantar fleksor ankle
terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.
C.Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh active stretching otot plantar fleksor ankle
terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.
D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Dapat Sebagai pedoman ilmiah untuk menambah pengetahuan
tentang ilmu terapi latihan fisioterapi dan dapat dijadikan sebagai acuan
2. Manfaat praktis
Dapat dijadikan pedoman ilmiah untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu dalam rangka mengembangkan
metode serupa sehingga dapat bermanfaat bagi praktisi medis dan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teori
1. Anatomi dan Biomekanik Kaki
a. Persarafan, otot pergelangan kaki
Persarafan pergelangan kaki berasal dari plexus lumbalis dan plexus
sacralis. Persarafan yang berfungsi mengontrol pergerakan pergelangan
kaki yaitu n. tibialis, n. fibularis profundus dan n. fibularis superficialis.
Saraf sensoris berasal dari n. suralis dan n. saphenus (Gibson, 2002).
Otot yang berperan untuk gerakan plantar fleksi ankle yaitu m.
gastrocnemius dan m. soleus, dibantu m. tibialis posterior, m. flexor
halusis longus dan m. flexor digitorum longus (Faiz, 2002).
b. Osteologi pergelangan kaki
Kaki dibentuk dari gabungan beberapa tulang : talus, calcaneus,
cuboid, navicular, 3 ossa cuneiform, metatarsal I-V, phalanges I-V, 4 ossa
phalanges distal, 3 phalanges middle dan 2 ossa sesamoid di bagian
plantar (Netter, 1998).
c. Persendian pada pergelangan kaki
Persendian pergelangan kaki terdiri dari sendi tibiofibularis distal
joint, merupakan pertemuan os tibia dan os fibula, yang merupakan
syndesmosis sehingga pergerakannya terbatas. Sendi taloclularis joint
(upper ankle joint), yang dibentuk oleh ujung distal os tibia dan os fibula
serta bagian atas tulang talus. Sendi subtalaris joint (talocalcanea joint)
yang dibentuk oleh talus dan calcaneus.
d. Ligament Plantar fascia
Ligamen plantar fascia atau aponeurosis plantaris yang berupa
lapisan jaringan ikat tebal dan kuat pada telapak kaki (Gibson, 2002).
Ligamen ini berjalan secara transversal dari tuberositas medial kalkaneus
kearah caput ossa metatarsal I-V telapak kaki, berfungsi sebagai
2.2 Aponeurosis plantaris (Netter, 1998)
2. Patofisiologi fasciitis plantaris
a. Definisi
Fasciitis plantaris adalah suatu kasus dimana terjadinya peradangan
pada fascia plantaris (Siburian, 2008). Fasciitis plantaris diawali dengan
plantaris yang letaknya dibawah tuberositas calcaneus. Adanya radang
pada sisi tempat perlengketan fascia akan menimbulkan cidera, inflamasi
dan nyeri pada fascia plantaris (Cooper, 2007).
b. Gejala
Gejala terjadinya fasciitis plantaris adalah nyeri tajam dibagian
dalam telapak kaki di daerah tumit. Nyeri tumit yang cenderung bertambah
buruk pada beberapa langkah pertama setelah bangun tidur, pada saat naik
tangga atau pada saat jinjit, nyeri tumit setelah berdiri lama kemudian
bangkit dan berjalan. Area nyeri terdapat di bagian medial atau lateral
calcaneus atau dibagian lunak dari apponeurosis plantaris dari bagian
inferior tuberositas di calcaneus (Wibowo, 2011).
c. Faktor penyebab dan faktor resiko
Secara anatomi, pada saat kita berjalan, semua berat badan kita
bertumpu pada tumit yang kemudian tekanan ini akan disebarkan ke
ligamen plantar fascia. Sehingga ligamen tersebut akan tertarik ketika kaki
melangkah, tegang, berulang terus menerus, sehingga terasa nyeri ringan
yang akhirnya mengalami inflamasi pada tuberositas calcaneus dan
robekan kecil di serabut ligamenplantar fascia akan menjadi teriritasi atau
meradang (Cooper, 2007).
Faktor resiko terjadinya fasciitis plantaris adalah : obesitas, kelainan
bawaan pada arcus plantaris berupa flaat foot dan pes cavus, tightness m.
gastrocnemius dan m. soleus, penggunaan alas kaki high heels, serta faktor
dengan obesitas akan terjadi peningkatan beban fascia pada saat stance
phase. Pronasi yang berlebihan pada sendi subtalar akan menyebabkan
eversi yang berlebihan pada calcaneus. Eversi yang berlebihan tersebut
akan menyebabkan tarikan pada fascia plantaris selama fase foot flat,
sedangkan kaki dengan bentuk pes capus terjadi peningkatan arcus pada
fore foot dan hind foot sehingga tekanan oleh berat badan akan serap oleh
plantar fascia. Tightnes calf muscles menyebabkan adanya pembatasan
kemampuan dari mid foot untuk melakukan supinasi serta terjadinya
pengurangan pencapaian dorsal fleksi pada saat terminal stance dan
preswing. Pada seseorang yang gemar menggunakan sepatu hak tinggi
dimana tendon Achilles yakni tendon yang melekat pada tumit akan
berkontraksi/tegang dan memendek. Faktor degenerative dimana akan
terjadinya perubahan musculoskeletal di usia lanjut sehingga akan
berpengaruh pada kemampuan fascia plantaris untuk meregang. Lengkung
telapak kaki yang datar atau terlalu melengkung dapat mengakibatkan
distribusi berat badan tidak seimbang diterima oleh kedua kaki dan
menyebabkan stress tambahan pada plantar fascia.
d. Epidemiologi
Fasciitis plantaris bisa terjadi pada semua umur terutama pada usia
pertengahan dan usia lanjut. Lebih beresiko karena faktor seperti pekerjaan
atau aktivitas yang lebih banyak berdiri atau berjalan, obesitas, kehamilan,
diabetes melitius, aktivitas fisik yang berlebihan seperti atlit, penggunaan
wanita, namun frekuensinya yang besar terjadi adalah pada wanita umur
40-60 tahun. Hal ini disebabkan faktor-faktor seperti obesitas, kehamilan
serta perubahan hormon (Wibowo, 2011).
Pada pasien obesitas akan terjadi peningkatan beban fascia yang
berpengaruh pada arcus dimana terletak ligament plantar fascia.
Sedangkan pada kehamilan terjadi perubahan hormon, berat badan yang
bertambah dan pembengkakan yang dialami dapat menyebabkan ligamen
pada tubuh termasuk di kaki mengendur, ini dapat menyebabkan
permasalahan mekanikal dan peradangan (Wibowo, 2011).
3. Pemeriksaan Fasciitis plantaris
Proses pemeriksaan diawali dengan anamnesa pasien. Diperoleh data
pasien mengeluhkan ada nya nyeri dibagian medial atau lateral tumit. Setelah
itu dilakukan pemeriksaan fisik berupa tes cepat, positif nyeri gerak saat
gerakkan dorsal fleksi ankle. Dalam inspeksi dinamis diperoleh antalgic gait
(Wolf, 1994).
Tes khusus berupa stretch test dilakukan pada posisi dorsal fleksi
ankle, dan hasil didapat nyeri regang pada fascia plantaris. Palpasi dilakukan
didaerah fascia plantaris diperoleh titik nyeri tekan pada sisi medial atau
lateral dari tuberositas calcaneus (Wolf, 1994).
4. Diagnosa Fasciitis plantaris
Diagnosa secara umum diperoleh dari pemeriksaan riwayat serta
joint dan calcaneus untuk memperoleh data apa ada bone spur. Pemeriksaan
laboratorium untuk memperoleh data apa ada Rhematoid arthtritis.
5. Pengobatan Fasciitis plantaris
Penggunaan NSAID (Non steroid Anti inflammation Drugs) seperti
ibuprofen (advil, motrin) untuk menghambat reaksi peradangan dan nyeri
digunakan sebagai anti inflamasi dan analgesic. Methylprednisolon topical
untuk menurunkan peradangan dan menurunkan permeabilitas kapiler.
Aspirin untuk menurunkan respon peradangan dan efek sistemik yang
mengawali terjadinya peradangan lanjut (Meliala, 2001).
6. Prognosis nyeri Fasciitis plantaris
Semua bentuk penekanan berlebih yang diberikan pada fascia
plantaris akan menghasilkan tarikan atau peregangan pada insertio medial
tuboresitas calcaneus, hal ini akan menyebabkan kegagalan pada periosteal
dan selanjutnya avulse dari periosteum pada tuboresitas calcaneus kemudian
avulse tersebut akan diikuti oleh pengisian kalsium sehingga akan terbentuk
calcaneal spur/heel spur (Wibowo,1994).
Menurut Wibowo, 2011 pada kebanyakan kasus, nyeri dari plantar
fasciitis ini akan menghilang dengan sendirinya tanpa pembedahan atau
pengobatan invasive lainnya.
7. Nyeri Fasciitis Plantaris
a. Teori Nyeri
Reseptor nyeri perifer (nosiseptor) terdapat disetiap struktur kutan,
aktual maupun potensial memicu nosiceptor untuk melepas zat-zat
kimiawi endogen yang kemudian akan mentransduksi rangsangan tersebut
menjadi impuls nyeri (Parjoto, 2006). Terdapat 3 macam reseptor nyeri
yaitu kemoreseptor, mekanoreseptor, termoreseptor. Kemoreseptor peka
terhadap rangsangan kimiawi dan impuls nyerinya akan diteruskan melalui
serabut C. Mekanoreseptor dan termoreseptor peka terhadap rangsangan
mekanik dan thermal, impuls akan diteruskan oleh serabut A delta
(Widiastuti, 1996 dikutip Parjoto, 2006).
Impuls nyeri setelah melalui proses tranduksi dan transformasi
(menjadi rentetan potensial aksi) ditingkat reseptor, kemudian
ditransmisikan melalui serabut C dan atau serabut A delta menuju ke
cornu posterior medulla spinalis (Parjoto, 2006). Disini serabut-serabut
tersebut membentuk suatu berkas nyeri dibagian ventral dan membentuk
sinaps yang berada di substansia gelatinosa (SG) rolandi yang merupakan
tempat terjadinya system relai / teori gerbang control (Newton, 1990
dikutip Parjoto, 2006).
b. Mekanisme nyeri
Nyeri fasciitis plantaris diawali adanya lesi pada soft tissue disisi
tempat perlengkatan plantar aponeurosis yang letaknya dibawah dari
tuberositas calcaneus atau pada facia plantaris bagian medial calcaneus
akibat dari penekanan dan penguluran yang berlebihan. Hal itu
menimbulkan aksi potensial dari ujung saraf nocisensorik (serabut saraf
medulla spinalis lalu ke otak, dan diotak impuls tersebut di
interprestasikan sebagai nyeri (Siburian, 2008).
8. Terapi latihan active stretching otot plantar flexor ankle
Terapi Latihan active stretching (peregangan aktif) adalah metode
latihan yang dilakukan oleh pasien secara mandiri dengan diberitahukan
terlebih dahulu latihannya oleh fisioterapi (Kisner, 2007).
Terapi latihan active stretching pada otot plantar flexor ankle
bertujuan untuk terjadinya pelepasan adhesion dan meningkatkan fleksibilitas
fascia plantaris, kekuatan yang dihasilkan dari kontraksi ini menghasilkan
kontraksi memanjang pada tendon dan fascia. Sehingga akan secara perlahan
akan terjadi penguluran pada tendon dan fascia dan jaringan disekitarnya.
Respon fisiologis pemberian metode ini terhadap fasciitis plantaris
adalah melepaskan perlengketan dalam appeneorosus plantaris dan abnormal
cross link sehingga mengurangi iritasi terhadap A delta dan saraf tipe C yang
menimbulkan nyeri regang serta meningkatkan jumlah sel darah merah
sehingga terjadi peningkatan kadar hemoglobin darah yang mengakibatkan
fasilitasi kapasitas darah dalam membawa oksigen dan peningkatan aliran
darah serta metabolisme lokal. Sehingga dapat mempercepat proses perbaikan
jaringan yang rusak akibat fasciitis plantaris, serta dapat mempercepat proses
inflamasi menuju perbaikan jaringan. Dengan ada peningkatan kelenturan
pada tendon maka pada fasciitis plantaris diharapkan fascia plantaris atau
Metode active stretching otot plantar flexor ankle yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan :
a. Latihan calf stretch
Posisi : pasien menghadap dinding, berdiri sekitar dua, tiga kaki dari
tembok, lakukan dorongan dengan tangan responden pada tembok. Dengan
kaki yang sakit dibelakang dan kaki lainnya didepan. Dorong tembok,
jadikan kaki yang didepan sebagai tumpuan, sementara meregangkan kaki
yang belakang, tumit kaki yang belakang menempel dilantai. Dosis : tahan
posisi selama 10 detik, pengulangan 10 (sepuluh) kali, dan dilakukan 3
(tiga) kali sehari.
2.3 Latihan calf stretch (Ordine dkk, 2011)
b. Latihan peregangan dengan counter top
Posisi : pasien menghadap depan dengan memegang counter top.
Letakkan kaki terpisah dengan satu kaki yang lain. Kemudian tekuk lutut
sampai dalam posisi jongkok tahan. Tahan posisi tumit dilantai selama 10
kemudian rileks, luruskan kembali. Ulangi 10 (sepuluh) kali. Lakukan 3
(tiga) kali sehari.
2.4 Latihan peregangan dengan counter top (Belis, 2001)
c. Latihan Achilles tendon stretch
Posisi : posisikan ke-2 distal telapak kaki bertumpu pada anak tangga.
Tekan tumit pelan kebawah sampai terprovokasi nyeri ditelapak kaki.
Dosis : tahan posisi 10 (sepuluh) detik, istirahat, ulangi gerakan 10 kali.
Lakukan 3 (tiga) kali sehari.
9. Pengukuran nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS)
Pengukuran nyeri dengan VAS dilakukan dengan cara yaitu terapis
membuat garis lurus sepanjang 100 mm dengan diberi angka 0 mm pada satu
ujung dan angka 100 mm pada ujung yang lain. Kemudian terapis
menerangkan pada pasien bahwa angka 0 mm menunjukkan rasa tidak nyeri
dan angka 100 mm menunjukkan rasa nyeri yang sangat hebat dan tidak
dapat ditahan lagi oleh pasien. Kemudian pasien diminta untuk menunjukkan
satu titik pada garis tersebut yang kira-kira menggambarkan letak nyeri yang
dirasakan pasien. Panjang garis yang dimulai dari titik tidak nyeri/angka nol
sampai dengan titik yang ditunjuk pasien menunjukkan derajat / besarnya
nyeri yang dirasakan pasien. Besar nyeri diukur dalam satuan millimeter
(Crichton, 2001).
G
B. Kerangka Pikir
Gambar 2.7 Kerangka Pikir
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.8 Kerangka Konsep Nyeri
Faktor Resiko :
Obesitas, Flaat foot, pes capus, Tightness m.gastrocnemius,
m. soleus, Alas kaki tinggi/high heel
Fasciitis Plantaris
Gangguan Gerak dasar dan Gerak
Fungsional
Active stretching
otot plantar flexor ankle
Faktor Resiko :
Degenerative
Kehamilan Hormon Jenis Kelamin
profesi
Active Stretching otot plantar flexor ankle
Nyeri Fasciitis Plantaris
Keterangan gambar : Intervensi Active stretching otot Plantar flexor ankle
memberikan efek pada nyeri fasciitis plantaris.
D. Hipotesa
Hipotesis pada penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian intervensi
active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah pre eksperimental, dengan desain penelitian
one group pre-test-post-test design, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
latihan active stretching pada otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri
fasciitis plantaris.
Gambar 3.1 Rancangan penelitian one grup pre-test-post-test
Keterangan gambar :
S : subyek yang dilakukan penelitian
01 : pengukuran tingkat nyeri dengan VAS sebelum dilakukan latihan
active stretching otot plantar flexor ankle
02 : pengukuran tingkat nyeri dengan VAS setelah dilakukan latihan
active stretching otot plantar flexor ankle
X1 : perlakuan latihan active stretching otot plantar flexor ankle
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Klinik Fisioterapi Kalasan
Yogyakarta, dengan waktu pelaksanaan penelitian pada tanggal 20 april 2015 s.d
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien di Klinik Fisioterapi
Kalasan Yogyakarta dengan kondisi fasciitis plantaris. Jumlah populasi
26 (dua puluh enam) orang.
2. Sampel
a. Teknik pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel menggunakan motode purposive
sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1) Kriteria Inklusi (penerimaan)
a) Responden menderita nyeri pada area plantar fascia yang
telah dipilih berdasarkan prosedur assesment fisioterapi serta
tes khusus berupa stretch test.
b) Responden bersedia mengikuti jalannya penelitian dan
berkenan bekerja sama hingga penelitian berakhir
2) Kriteria Eksklusi (penolakan)
a) Responden Sedang mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit
atau mendapatkan terapi modalitas lain dalam 10 hari
sebelumnya
b) Sedang mengalami gangguan menstruasi / hamil trimester
pertama
d) Nyeri yang disertai dengan penyakit lain pada telapak kaki
misal menderita osteoforosis, kanker & tumor
e) Responden dengan lesi meniscus dan fraktur pada area
plantar fascia.
3) Kriteria Dropout
a) Responden mengundurkan diri dari program penelitian
b) Responden tidak hadir di Klinik Fisioterapi Kalasan
sekurang-kurangnya 4 kali berturut-turut
c) Responden tidak melakukan metode yang sudah diberikan
peneliti kepada pasien untuk diterapkan dirumah
sekurang-kurangnya 3 hari berturut-turut
b. Besar sampel penelitian
Jumlah sampel penelitian ini adalah 18 (delapan belas) orang.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
1. Variabel bebas (independent variable) yaitu latihan active stretching
2. Variabel terikat (dependent variable) yaitu nyeri fasciitis plantaris
E. Definisi Konseptual
1. Latihan Active Stretching
Terapi latihan active stretching (peregangan aktif) yang dilakukan
oleh pasien secara mandiri dengan diberitahukan terlebih dahulu
latihannya oleh fisioterapi (Kisner, 2007).
Penekanan dan penguluran pada fascia plantaris dapat
menimbulkan aksi potensial dari ujung saraf nocisensorik (serabut saraf
A-delta dan C) yang menghantarkan impuls nyeri ke kornu dorsalis
medulla spinalis lalu ke otak, dan diotak impuls tersebut di
interprestasikan sebagai nyeri (Periatna dan Gerhaniawati, 2006).
F. Definisi Operasional
1. Latihan Active stretching
Terapi latihan active stretching (peregangan aktif) yang dilakukan
oleh pasien secara mandiri dengan diberitahukan terlebih dahulu
latihannya oleh fisioterapi (Kisner, 2007). Metode yang diterapkan pada
active stretching otot plantar flexor ankle meliputi latihan calf stretch,
latihan peregangan dengan counter top, latihan Achilles stretch. Dosis
yang diberikan : waktu utntuk menahan posisi yang berikan selama 10
detik, frekuensi pengulangan 10 kali/sesi. Dilakukan 3 kali / hari.
2. Nyeri Fasciitis plantaris
Nyeri fasciitis plantaris terdapat pada tempat perlengkatan plantar
aponeurosis yang letaknya dibawah dari tuberositas calcaneus atau pada
facia plantaris bagian medial calcaneus.
Proses pemeriksaan diawali dengan anmanesa pasien. Diperoleh
data pasien mengeluhkan adanya nyeri dibagian medial atau lateral tumit.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik berupa tes cepat, didapat positif
nyeri gerak saat gerakkan dorsal fleksi ankle. Dalam inspeksi dinamis
dilakukan pada posisi dorsal fleksi ankle, dan hasilnya didapat nyeri
regang pada fascia plantaris. Palpasi dilakukan didaerah fascia plantaris
diperoleh titik nyeri tekan pada sisi medial atau lateral dari tuberositas
calcaneus.
Pengukuran nyeri dilakukan dengan menggunakan VAS, berupa
garis lurus yang panjangnya 10 cm, dengan penggambaran verbal pada
masing-masing ujungnya, angka 0 (tanpa nyeri) sampai angka 10 untuk
nyeri terberat, dengan Nilai VAS 0 - < 4 = nyeri ringan, 4 - < 7 = nyeri
sedang, 7 - 10 = nyeri berat (Meliala, 2001).
G. Jalannya Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti melakukan tahapan sebagai berikut :
1. Peneliti melakukan observasi terlebih dahulu di Klinik Fisioterapi
Kalasan Yogyakarta
2. Peneliti menentukan populasi, teknik pengambilan sampel responden
3. Peneliti melaporkan hasil yang diperoleh dari observasi kepada Program
Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta
4. Mengajukan izin pada Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Manajemen Klinik Fisioterapi
Kalasan Yogyakarta
5. Peneliti melakukan perkenalan kepada responden sekaligus mendapatkan
tanda tangan sebagai bukti persetujuan dari responden (informed consent)
6. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang proses yang akan
dilakukan, tujuan dan manfaat penelitian, metode intervensi fisioterapi
yang dipakai pada kondisi responden yang diterapkan ketika di klinik
fisioterapi, dan program latihan mandiri yang akan dilakukan dirumah
7. Awal pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari senin tanggal 20 april
2015. Sebelum melakukan program latihan active stretching pada otot
plantar flexor ankle, peneliti melakukan pengukuran nyeri pre dengan
skala VAS sebelum melakukan tindakan pada semua sampel.
8. Penelitian dilakukan selama 4 minggu, dimulai pada hari senin tanggal
20 april 2015 dan berakhir pada tanggal 15 mei 2015 dengan frekuensi
kunjungan 3 kali/minggu yaitu pada hari senin, rabu, jum’at.
9. Pelaksanaan pengukuran nyeri post tindakan dengan skala VAS
dilakukan pada hari jumat tanggal 15 mei 2015.
10.Peneliti mendokumentasi hasil penelitian yang dilakukan.
H. Teknik Analisis Data
Uji analisa yang digunakan untuk mengetahui efek active stretching otot
plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris antara data pre
(sebelum penelitian) dan post (setelah penelitian) menggunakan uji non
parametric yaitu wilcoxon test dengan nilai probabilitas p < 0,05 yang
mengandung arti bermakna yaitu ada efek active stretching otot plantar flexor
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta berdiri pada tanggal 1 november
2013, beralamat di Jl. Kalasan – Piyungan KM 1 Bendungan 1/13 Tirtomartani
Kalasan Sleman DI Yogyakarta Indonesia. Jadwal praktek hari senin sampai
dengan sabtu pukul 13.00 sampai dengan pukul 21.00 WIB. Berdasarkan data
yang terdapat di Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta periode bulan Januari –
Maret 2015, keluhan nyeri pada tumit dan telapak kaki menempati posisi ke-3
(tiga) setelah nyeri pinggang bawah dan nyeri lutut. Dengan jumlah pasien 26
orang pasien dengan keluhan nyeri tersebut. Setelah melakukan pemilihan sampel
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga terpilih 18 orang pasien.
Pengolahan data hasil penelitian ini diawali dengan deskripsi data.
Penelitian ini dilakukan di Klinik Fisioterapi Kalasan Yogyakarta dengan subyek
adalah pasien yang menderita nyeri tumit yang disebabkan oleh fasciitis plantaris,
pada tanggal 20 april 2015 – 15 mei 2015. Sampel penelitian berjumlah 18
(delapan belas) orang, yang diberi perlakuan terapi latihan active stretching otot
plantar flexor ankle. Dengan desain penelitian one group pre-test-post-test design,
uji non parametric dengan wilcoxon test.
B. Karakteristik Responden
Pengelompokan usia responden pada tabel dibawah ini sesuai
dengan pembagian karakteristik usia menurut WHO yang
mengelompokan usia 30 - 40 tahun sebagai kelompok usia pertengahan
(middle age) dan usia 41 – 60 tahun sebagai kelompok usia lanjut
(elderly).
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
1 30 – 40 tahun (middle age) 8 orang 44 % 2 41 – 51 tahun (elderly age) 10 orang 56 %
Jumlah 18 % 100 %
Sumber : Olah Data 2015
Berdasarkan data tabel diatas didapatkan pasien dengan umur 30 – 40
tahun sebanyak 8 orang dan umur 41 – 51 tahun sebanyak 10 orang.
2. Distribusi Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Presentase
1 Laki – laki 9 50% 2 Perempuan 9 50%
Jumlah 18 100 %
Sumber : Hasil Olah Data, 2015
Berdasarkan data tabel diatas didapatkan bahwa pasien laki-laki
berjumlah 9 orang dan perempuan berjumlah 9 orang.
Pada penelitian ini pengukuran derajat nyeri fasciitis plantaris
menggunakan parameter alat ukur yaitu VAS (Visual Analoque Scale).
Hasil penelitian pengukuran nyeri fasciitis plantaris dengan VAS
dipaparkan dibawah ini.
Tabel 4.3 Karakteristik Hasil Pengukuran Nyeri VAS –Pre
No VAS pre Frekuensi Persentase
1. 7,4 – 7,5 3 16,7%
2. 7,6 – 7,7 2 11,1%
3. 7,8 – 7,9 4 22,2%
4. 8,0 – 8,1 3 16,7%
5. 8,2 – 8,3 6 33,3%
Jumlah 18 100 %
Sumber : Hasil Olah Data, 2015
Tabel 4.4 Karakteristik Hasil Pengukuran Nyeri VAS –Post
No VAS Post Frekuensi Persentase
1. 0,7 – 1,1 1 5,6%
2. 1,2 – 1,6 5 27,8%
3. 1,7 – 2,1 4 22,2%
4. 2,2 – 2,6 4 22,2%
5. 2,7 – 3,1 4 22,2%
Jumlah 18 100 %
Untuk membuktikan efek active stretching otot plantar flexor ankle
terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris adalah dengan menghitung
adanya perbedaan mean pre dan post pengukuran derajat nyeri dengan
skala VAS. Pengolahan statistic mean pre dan post derajat nyeri fasciitis
plantaris VAS pada penatalaksanaan active stretching otot plantar flexor
ankle menggunakan wilcoxon test sebagai berikut :
Tabel 4.5 Mean Derajat Nyeri VAS Pre dan Post Active Stretching otot
Plantar Flexor Ankle
N Mean Std Min Dev Max Dev
Pre 18 7,9500 .30341 7.40 8.3
Post 18 2,0500 .66266 .70 3.102
Selisih 5,9000 .35925 -6.7 5.198
Sumber : Hasil Olah Data, 2015
Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil penurunan nyeri setelah diberikan
penatalaksanaan latihan active stretching otot plantar flexor ankle pada
kondisi fasciitis plantaris, yaitu dari mean 7,9500 menjadi 2,0500 dengan
selisih 5,9000.
C. Hasil Analisis Data
Tabel 4.6 Analisis Statistik Wilcoxon signed ranks test
Efek Active stretching otot plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri Fasciitis plantaris
Post - Pre
Z -3,728
Asymp. Sgn. (2-tailed) ,000
Analisis data memperoleh hasil nilai Z = -3,728 dan p = 0.000
atau p < 0.05 mengandung arti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulannya ada efek active stretching otot plantar flexor ankle
terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris.
D. Pembahasan
Berdasarkan tabel 4.1 interval usia dalam penelitian adalah 30 – 51 tahun,
dengan persentase 30 – 40 tahun sebesar 44 % dan 41 – 51 tahun sebesar 56 %.
Hasil penelitian menyatakan bahwa responden usia 41 - 51 tahun menjadi interval
usia yang paling banyak menderita fasciitis plantaris. Menurut Wibowo (2011)
fasciitis plantaris sering terjadi pada usia 40 – 70 tahun. Sedangkan menurut
Carter (2001) plantar fasciitis bisa terjadi pada semua usia terutama pada usia
pertengahan dan usia lanjut. Pada rentang usia tersebut akan terjadi perubahan
kimiawi dalam sel dan jaringan tubuh khususnya pada cross-link seiring dengan
bertambahnya usia seseorang. Connective tissue juga akan kehilangan banyak
kandungan seperti collagen, elastin, glycoprotein, hylauronic acid dan contractile
protein (Siburian, 2008).
Berdasarkan tabel 4.2 didapat sampel penelitian laki-kali berjumlah 9
orang dan perempuan sebanyak 9 orang. Menurut Wibowo (2011) plantar
fasciitis dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan. Penelitian dilakukan selama 4
(empat) minggu dengan pemberian tindakan active Steretching otot plantar flexor
ankle dengan frekuensi 3 (tiga) kali dalam 1 minggu. Intervensi dimulai tanggal
Pada tabel 4.3 sebelum dilakukan tindakan terapi didapatkan interval nyeri
paling tinggi 8,2 - 8,3 skala VAS dengan frekuensi 6 orang dan paling rendah
berada pada interval 7,4 – 7,5 skala VAS dengan frekuensi 3 orang. Dengan
adanya nyeri tinggi, pasien akan cenderung membatasi gerakan yang akan
berpotensi menimbulkan nyeri. Termasuk gerakan mengulur sehingga pasien akan
malas melakukan gerakan. Mengakibatkan adanya gangguan saat melakukan
aktivitas sehari-hari (Siburian, 2008).
Pada tabel 4.4 diketahui ada pengaruh efek active stretching otot plantar
flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris. Karena pada tabel 4.4
diperoleh nyeri paling tinggi, turun pada interval 2,7 – 3,1 skala VAS. Pada tabel
4.5. diperoleh nilai Z = -3,728 dan p = 0,001, sehingga nilai p < 0,05 maka ada
pengaruh pemberian active stretching otot plantar flexor ankle terhadap
penurunan nyeri pada penderita nyeri fasciitis plantaris. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Digiovani (2001) dinyatakan bahwa setelah
melakukan analisa terhadap responden yang diberikan intervensi active stretching
otot plantar flexor ankle didapatkan hasil yang signifikan dalam hal penurunan
nyeri pada fasciitis plantaris.
Proses fisiologis active stretching otot plantar flexor ankle terhadap
mekanisme pengurangan nyeri fasciitis plantaris dimulai dengan terlepasnya
perlengketan dalam appeneurosus plantaris dan abnormal crosslink sehingga
mengurangi iritasi terhadap serabut saraf A delta dan tipe C yang menimbulkan
nyeri regang serta meningkatkan sel darah merah sehingga terjadi peningkatan
membawa oksigen dan peningkatan aliran darah serta metabolisme lokal.
Sehingga akan mempercepat proses perbaikan jaringan yang rusak akibat fasciitis
plantaris, serta dapat mempercepat proses inflamasi menuju perbaikan jaringan.
Dengan adanya peningkatan kelenturan pada tendon maka pada fasciitis plantaris
diharapkan fascia plantaris atau apponeurosis plantaris akan lebih fleksibel
sehingga nyeri dapat berkurang (Rica, 2011)
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini sudah dilakukan secara maksimal dan cermat tetapi masih
ada keterbatasan di luar jangkauan peneliti diantaranya sebagai berikut:
1. Peneliti hanya menggunakan satu grup perlakuan tanpa group kontrol
karena keterbatasan waktu dan kesulitan mendapatkan subyek dalam
penelitian sehingga penelitian ini memiliki kelemahan.
2. Peneliti tidak dapat mengendalikan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
subyek, tidak bisa mengontrol tingkat ketegangan pikiran (stress),
penggunaan obat dan alat terapi lain serta nutrisi yang berpengaruh
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Peneliti memberikan penatalaksanaan terapi latihan active stretching otot
plantar flexor ankle pada kasus fasciitis plantaris yang menyebabkan terjadi nya
nyeri pada tumit atau telapak kaki.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan setelah dianalisis dengan
uji Wilcoxon dapat diambil suatu kesimpulan ada efek active stretching otot
plantar flexor ankle terhadap penurunan nyeri fasciitis plantaris. sehingga
berpengaruh terhadap kemampuan gerak fungsional dasar dan gerak fungsional
aktivitas yang melibatkan persendian ankle secara umum. Namun dalam
penelitian ini hanya mengambil satu variable saja yaitu nyeri.
B. Saran
Peneliti memberikan saran untuk fisioterapis bahwa modalitas terapi
latihan metode active stretching otot plantar flexor ankle merupakan salah satu
pilihan untuk membantu pasien yang mengalami nyeri akibat fasciitis plantaris.
tehnik ini dapat dilakukan sesuai dengan kondisi pasien, bisa diterapkan di klinik
fisioterapi atau juga sebagai homeprogram/edukasi yang dapat dilakukan di rumah
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menggunakan kelompok kontrol
sehingga hasil lebih berkualitas, dengan waktu penelitian lebih lama dan jumlah
sampel yang lebih banyak, serta penatalaksanaan dosis latihan dan kedisplinan
Myers
Bijur PE, Silver W, Gallagher J. 2001. Reliability of the Visual Analog Scale for
Measurement of Acute Pain. Academic Emergency Medicine
Carter, 2001. The Theory and Therapy Of Osteoarthritis. New York : Thieme Stutgart
Crichton, N. 2001. Visual Analoge Scale dalam journal of clinical nursing. Di
ambil pada tanggal 20 januari 2015 dari
http://www.blackwellpublishing.com/
Cooper, Grant. 2007. Therapeutic Uses of Botulinum Toxin. Springer Science and business media. Halaman 75-77
Digiovani, Benedict F, dkk. 2001. Tissue Specific Plantar Fascia Streching Exercise Enhances Outcomes in Patients With Chronic Heel Pain. The journal of Bone and Joint Surgery, Incorporated
Faiz, Omar dan Moffat, David. 2002. At a Glande Series Anatomi. Jakarta : Erlangga. Halaman 111
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Keefe, FJ. 1996. Contribution of Pain Behavior Assestment and Pain Assestment to The Develoment of Pain Clinics, in : Cohon Treatment Centers at a crossroads A Practical and Conseptual Reappraisal. Seattle : IASP Press
Kisner, C. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and Techniques. Third Edition. F.A. Philadelphia. Davis Company
Meliala, L, dkk 2001. Prinsip Terapi Farmaka Nyeri. Kelompok Studi Nyeri
PERDOSSI. Halaman 191 – 212
Netter, Frank dan Colacino, Sharon. 1998. Atlas Of Human Anatomy.
Pharmateutical Division. CIBA – GEIGY Corporation
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Periatna, Heri dan Gerhaniawati, Liza. 2006. Perbedaan Pengaruh Pemberian Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Ultrasound Underwater dengan Intervensi Micro Wave Diathermy (MWD) dan Ultrasound Gel
terhadap Penurunan Nyeri Pada kasus Plantar Fascitis. Jurnal
Fisioterapi Indonusa. Volume 6. Nomor 1
Rica, Theresia. Kombinasi Intervensi Terapi Latihan dan Ultrasound (US) Lebih Baik Daripada Masase dan Ultrasound (US) untuk penurunan Nyeri pada Kondisi Plantar Fascitis. Universitas Udayana Denpasar Bali : Program Studi Fisioterapi
Siburian, 2008. Penyakit Plantar Fascitis. Dalam : Soeparman, Waspadji S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Wibowo, Hardianto. 1994. Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wibowo, Suryo. 2011. 100 Question and Answer : Asam Urat. Penerbit : Elex Media Komputindo
Wolf de, A.N dan Mens, J.M.A. 1994. Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh
Diagnostik Fisis Dalam Praktek Umum. Cetakan ke 2. Bohn Stafleu Van
GAMBAR LATIHAN JENIS LATIHAN
Latihan Achilles Tendon Stretch
Latihan peregangan dengan counter top
Efek Active Stretching Otot Plantar Flexor Ankle Terhadap Penurunan Nyeri Fasciitis Plantaris
No Nama Jenis
Kelamin
Usia VAS Pre 20/4/2015
VAS Post 15/5/2015
Keterangan
1 Bernadeta P 40 8,1 2,5 Menurun
2 Yuanita P 42 8,2 2,4 Menurun
3 Endang P 49 8,3 2,1 Menurun
4 Siti Maisaroh P 39 8,1 2,3 Menurun
5 Imron L 35 7,8 1,8 Menurun
6 Tri suciwati P 46 8,3 3,1 Menurun
7 Mustaqim L 39 7,5 1,5 Menurun
8 Sumarni P 49 8,3 3,1 Menurun
9 Susilo Adi L 40 7,7 0,7 Menurun
10 Tartik P 42 8,1 2,8 Menurun
11 Lusianingsih P 45 8,3 2,7 Menurun
12 Dionisius L 42 7,9 1,2 Menurun
13 Yuliani P 43 8,2 2,1 Menurun
14 Hendardi A L 35 7,4 1,4 Menurun
15 Bagas L 37 7,7 1,5 Menurun
16 Dedi L 38 7,8 1,9 Menurun
17 Suparlan L 45 7,9 2,2 Menurun
18 Yosef L 41 7,5 1,6 Menurun
Efek Active Stretching Otot Plantar Flexor Ankle Terhadap Penurunan Nyeri Fasciitis Plantaris
N Valid 18
Missing 0
JenisKelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Std. Deviation 4.162
Minimum 35
Maximum 49
Umur
Frequency Percent Valid Percent
37 1 5.6 5.6 16.7
38 1 5.6 5.6 22.2
39 2 11.1 11.1 33.3
40 2 11.1 11.1 44.4
41 1 5.6 5.6 50.0
42 3 16.7 16.7 66.7
43 1 5.6 5.6 72.2
45 2 11.1 11.1 83.3
46 1 5.6 5.6 88.9
49 2 11.1 11.1 100.0
Total 18 100.0 100.0
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Umur 18 35 49 41.50 4.162
Pre Test 18 7.40 8.30 7.9500 .30341
Post Test 18 .70 3.10 2.0500 .66266
Pre Test 18 7.9500 .30341 7.40 8.30
Post Test 18 2.0500 .66266 .70 3.10
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Post Test - Pre Test Negative Ranks 18a 9.50 171.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 0c
Total 18
a. Post Test < Pre Test b. Post Test > Pre Test c. Post Test = Pre Test
Test Statisticsb
Post Test - Pre Test
Z -3.728a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
NAMA LENGKAP : DONNY HENDARTO
TEMPAT TANGGAL LAHIR : BELITANG, 5 NOVEMBER 1982
AGAMA : ISLAM
ALAMAT : BENDUNGAN 1/13 TIRTOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA
NO TELP : 0813 286 46 334
EMAIL : donyhendarto_fisio@yahoo.co.id
RIWAYAT PENDIDIKAN :
TK ABA BELITANG
SD NEGERI 04 BELITANG TAMAT TAHUN 1996
SMP NEGERI 1 BELITANG TAMAT TAHUN 1999
SMU NEGERI 1 BELITANG TAMAT TAHUN 2001
DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN