ABSTRAK
PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN
MENGGUNAKAN FULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN
HARGA JUAL DENGAN COST PLUS PRICING
Studi Kasus pada UKM Langgeng Roti
Vita Krisnamurti NIM: 112114023 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penghitungan harga pokok produksi UKM Langgeng Roti selama tahun 2014 dan untuk mengetahui penentuan harga jual roti di perusahaan. Penghitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing dan penentuan harga jual dengan menggunakan cost plus pricing.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik perusahaan dan catatan penjualan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari biaya-biaya produksi selama tahun 2014.
Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa harga pokok produksi yang dihitung sebagai dasar penentuan harga jual menggunakan metode perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan metode full costing. Harga pokok produksi yang dihitung menggunakan metode perusahaan yaitu sebesar Rp2.074 dan menurut metode full costing sebesar Rp2.088. Ini disebabkan dalam penghitungan biaya overhead pabrik perusahaan tidak memperhitungkan biaya depresiasi dan perawatan alat produksi.
Kata Kunci: Harga Pokok Produksi, Full Costing, Cost Plus Pricing.
ABSTRACT
THE CALCULATION OF PRODUCTION COST BASED ON
FULL COSTING AS THE BASIS FOR DETERMINING THE SELLING PRICE BASED ON COST PLUS PRICING
Case Study on Langgeng Roti SME Klaten
Vita Krisnamurti NIM: 112114023 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
There are two purposes of this study, firstly, analyzing the calculation of production cost and secondly determining the white bread selling price at Langgeng Roti SME in the year 2014. Analyzing the calculation of production cost was based on full costing method and the determination of selling price was based on cost plus pricing method.
There are two different type of data in this study, primary data and secondary data. The primary data was collected through interview and documentation. Secondary data was collected through documentation of production cost in the year 2014.
The result showed that the production cost calculation by the Langgeng Roti SME was lower than that of full costing method. Cost production calculation
by company’s method was Rp2.074 whereas by full costing method was Rp2.088
per unit. Production cost calculation was different because the calculation of the company was not taking into account the depreciation expense and maintenance expense.
PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN FULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN
HARGA JUAL DENGAN COST PLUS PRICING
Studi Kasus pada UKM Langgeng Roti
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi akuntansi
Oleh:
Vita Krisnamurti NIM:112114023
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
MOTTO
“Jangan pernah merasa bahwa kau seorang yang gagal.
Tetapi percayalah bahwa kau ada di jalan menuju
kebenaran”
(Ajahn Brahm)
“To succeed in life, you need two things: Ignorance and Confidence”
(Mark Twain)
“Being successfull doesn’t necessarily make you great is when you
reach back and help somebody else become great.”
(Joel Osteen)
“I am thankful to all those who said NO. Because of them I did it myself”
(Albert Einstein)
“We cannot solve our problems with the same thinking we used when we
created them”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
*Papa…VincentiusYuliRustamaji
*Mama…Vincentia UniSovianawati
*Kakak…Mutiara Krisnamurti& Wiwid Widjaja
*My Beloved Boyfriend…Raymundus Indra Y
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang
tak terhingga kepada:
a. Drs. Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma.
b. Dr. Herry Maridjo, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma.
c. Drs. YP. Supardiyono, M.Si.,Akt., QIA. CA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
d. Ir. Drs. Hansiadi Yuli H., M.Si., Akt., QIA., CA. selaku dosen pembimbing
yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
e. Bp. Rosi selaku pemilik UKM Langgeng Roti yang memberikan izin untuk
melakukan penelitian di UKM miliknya serta kerjasama selama penyusunan
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ………...
HALAMAN PERSETUJUAN………...
HALAMAN PENGESAHAN………....
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS………....
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS…………...
BAB II. LANDASAN TEORI...
A.Usaha Kecil Menengah (UKM)...………...
a. Menurut UU No.20/2008 Tentang UMKM. Bab IV Pasal ayat 1-4...
b. Menurut World Bank...
B.Biaya dan Penggolongannya………....
C.Harga Pokok Produksi………...………....
a. Manfaat Harga Pokok Produksi………...
b. Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi...………..
D.Metode Pengumpulan dan Penetapan Harga Pokok Produksi...
a. Sistem Periodik...…...………
b. Metode Pengumpulan Biaya Produksi...………...………..
c. Metode Penentuan Biaya Produksi
E. Perbedaan Hasil dalam Metode Full Costing dengan Variable Costing…. a. Dengan Menggunakan Full Costing... b. Dengan Menggunakan Variable Costing... F. Sistem Harga Pokok Taksiran ...
G.Harga Jual. ...
a. Pentingnya Penentuan Harga Jual (Pricing) yang Baik... b. Metode Penetapan Mark Up...
c. Menentukan Harga Jual Dengan Cost Plus Pricing...
A.Jenis Penelitian………...
B. Waktu dan Tempat Penelitian………...
C.Subyek dan Obyek Penelitian………...
D.Teknik Pengumpulan Data………...
E. Teknik Analisa Data……...………...
BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN……….
A.Sejarah Singkat Perusahaan………...
B. Lokasi Perusahaan………...
C.Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan………...
D.Struktur Organisasi Perusahaan………...
E. Proses Produksi..………...
BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……...
A. Analisis Data...………...…...
a. Perbedaan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan Dengan
Metode Full Costing... 1) Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan...
2) Harga Pokok Produksi Menurut Metode Full Costing...
3) Perbandingan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan Dengan
Menurut Metode Full Costing... b. Perbedaan Harga Jual Menurut Perusahaan Dengan Metode Cost Plus
1) Harga Jual Menurut Perusahaan...
2) Harga Jual Menurut Metode Cost Plus Pricing... 3) Perbandingan Harga Jual Menurut Perusahaan Dengan Menurut
DAFTAR TABEL
Tabel5.1: Data Penjualan Tahun 2014...
Tabel5.2: Data Biaya Bahan Baku Perusahaan...
Tabel 5.3: Data Biaya Tenaga Kerja Perusahaan...
Tabel 5.4: Data Biaya Air Perusahaan...
Tabel 5.5: Data Biaya Listrik Perusahaan...…………...
Tabel 5.6: Data Biaya Plastik...
Tabel 5.7: Data Biaya LPG Perusahaan…………...
Tabel 5.8: Harga Pokok Produksi Perusahaan...………...
Tabel 5.9: Rincian Biaya Bahan Baku Aktual Per Unit...
Tabel 5.10: Biaya Tenaga Kerja Perusahaan Tahun 2014...
Tabel 5.11: Biaya Air Aktual Tahun 2014...
Tabel 5.12: Biaya Listrik Aktual Tahun 2014...
Tabel 5.13: Biaya Plastik Aktual Tahun 2014...
Tabel 5.14: Biaya LPG Aktual Per Unit Tahun 2014...
Tabel 5.15: Biaya LPG Aktual Tahun 2014...
Tabel 5.16: Biaya Depresiasi Alat Produksi...
Tabel 5.17: Biaya Pemeliharaan dan Perawatan Alat Produksi...
Tabel 5.18: Tabel Harga Pokok Produksi Menurut Metode Full Costing Tahun 2014...
Tabel 5.19: Perbandingan Harga Pokok Produksi Metode Perusahaan dengan
Metode Full Costing... Tabel 5.20: Biaya Produksi Perusahaan Taksiran Tahun 2015...
Tabel 5.21: Penentuan Harga Jual Tahun 2015...
Tabel 5.22: Harga Jual Menurut Perhitungan Perusahaan Dengan Metode Cost
Plus Pricing... Tabel 5.23: Harga Jual Aktual Dengan Metode Cost Plus Pricing...
57
58
59
61 61
ABSTRAK
PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN
MENGGUNAKAN FULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA
JUAL DENGAN COST PLUS PRICING
Studi Kasus pada UKM Langgeng Roti
Vita Krisnamurti NIM: 112114023 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penghitungan harga pokok produksi UKM Langgeng Roti selama tahun 2014 dan untuk mengetahui penentuan harga jual roti di perusahaan. Penghitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing dan penentuan harga jual dengan menggunakan
cost plus pricing.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik perusahaan dan catatan penjualan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari biaya-biaya produksi selama tahun 2014.
Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa harga pokok produksi yang dihitung sebagai dasar penentuan harga jual menggunakan metode perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan metode full costing. Harga pokok produksi yang dihitung menggunakan metode perusahaan yaitu sebesar Rp2.074 dan menurut metode full costing sebesar Rp2.088. Ini disebabkan dalam penghitungan biaya overhead pabrik perusahaan tidak memperhitungkan biaya depresiasi dan perawatan alat produksi.
ABSTRACT
THE CALCULATION OF PRODUCTION COST BASED ON
FULL COSTING AS THE BASIS FOR DETERMINING THE SELLING PRICE BASED ON COST PLUS PRICING
Case Study on Langgeng Roti SME Klaten
Vita Krisnamurti production cost and secondly determining the white bread selling price at Langgeng Roti SME in the year 2014. Analyzing the calculation of production cost was based on full costing method and the determination of selling price was based on cost plus pricing method.
There are two different type of data in this study, primary data and secondary data. The primary data was collected through interview and documentation. Secondary data was collected through documentation of production cost in the year 2014.
The result showed that the production cost calculation by the Langgeng Roti SME was lower than that of full costing method. Cost production calculation by company’s method was Rp2.074 whereas by full costing method was Rp2.088 per unit. Production cost calculation was different because the calculation of the company was not taking into account the depreciation expense and maintenance expense.
Keywords: Production Cost, Full Costing, Cost Plus Pricing
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini persaingan antar perusahaan semakin ketat. Setiap perusahaan
bersaing untuk mendapatkan konsumen sebanyak mungkin dan meningkatkan
penjualan dari tahun ke tahun. Hal ini menuntut adanya manajemen yang
memiliki pandangan serta sikap profesional untuk memajukan bisnis tersebut.
Salah satu usaha yang dilakukan adalah menetapkan harga jual produk dengan
tepat, namun tetap menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Harga pokok
produksi merupakan salah satu data yang penting untuk dipertimbangkan dalam
penentuan harga jual produk. Dengan menentukan harga pokok produksi, maka
perusahaan dapat mengetahui biaya produksi yang akan dikeluarkan dan lebih
mudah menentukan harga jual produk. Laba yang diperoleh perusahaan pun
menjadi lebih optimal. Sebab, harga jual yang ditetapkan ditentukan oleh
besarnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi produk tersebut.
Penentuan harga jual suatu produk tidak lepas dari penghitungan harga
pokok produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Ketepatan penghitungan harga
pokok produksi merupakan hal yang sangat penting dalam penentuan harga jual.
jual produk yang ditetapkan menjadi kurang sesuai, misalnya terlalu tinggi atau
terlalu rendah. Harga jual yang terlalu rendah jelas akan merugikan bagi
perusahaan, sedangkan harga jual yang terlalu tinggi akan menyebabkan
perusahaan tidak mampu bersaing dengan perusahaan yang memproduksi produk
serupa.
UKM Langgeng Roti adalah sebuah perusahaan manufaktur yang
memproduksi roti tawar untuk roti bakar. Perusahaan ini memasarkan hasil
produksi melalui pelanggannya yang tersebar di kota Klaten. UKM Langgeng
Roti menetapkan harga jual dengan metode naive cost plus pricing, yaitu menetapkan harga apa adanya. Harga ditetapkan dengan menambah mark up
yang dianggap pantas pada kos barang.
Mengingat pentingnya penghitungan harga pokok produksi bagi
kemajuan perusahaan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Penghitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Full Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual dengan Cost Plus Pricing” dengan mengambil studi kasus pada UKM Langgeng Roti.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan antara harga pokok produksi yang dihitung
menggunakan metode perusahaan dengan harga pokok produksi yang dihitung
berdasarkan metode full costing?
2. Apakah ada perbedaan antara harga jual yang ditetapkan menggunakan
metode perusahaan dengan harga jual yang ditetapkan menggunakan metode
cost plus pricing?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara harga pokok produksi
yang dihitung menggunakan metode perusahaan dengan harga pokok produksi
yang dihitung berdasarkan metode full costing
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara harga jual yang
ditetapkan menggunakan metode perusahaan dengan harga jual yang
ditetapkan menggunakan metode cost plus pricing.
D. Batasan Penelitian
Kemungkinan kurang tepatnya dalam pengukuran nilai ekonomis untuk
alat-alat produksi yang digunakan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
pertimbangan yang bermanfaat bagi perusahaan khususnya dalam hal
penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wacana ilmiah tentang
berguna sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya. Bagi ilmu akuntansi,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih luas mengenai
penghitungan harga pokok produksi di dalam perusahaan manufaktur.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk pengembangan diri dan
menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama masa kuliah ke
dalam praktek yang sesunguhnya serta menambah wawasan baru mengenai
masalah yang diteliti.
E. Sistematika Penulisan
Bab I: Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan sistematika penulisan.
Bab II: Landasan Teori
Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang relevan dengan
permasalahan yang diangkat antara lain: pengertian
UKM/UMKM, biaya dan penggolongannya, pengertian harga
pokok produksi, metode pengumpulan biaya dan penetapan harga
pokok produksi, perbedaan hasil dalam metode full costing dan
variable costing, sistem harga pokok taksiran, harga jual.
Bab III: Metode Penelitian
Bab ini meliputi jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
Bab IV: Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan yang terdiri
dari sejarah singkat perusahaan, lokasi perusahaan, visi, misi dan
tujuan perusahaan, struktur organisasi perusahaan, serta proses
produksi perusahaan.
Bab V: Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini menguraikan mengenai deskripsi data dan uraian secara
terinci mengenai analisis dari penelitian yang telah dilakukan.
Bab VI: Penutup
Bab ini berisi kesimpulan penelitian dan saran-saran bagi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Usaha Kecil Menegah (UKM)
Usaha Kecil Menengah (UKM) atau yang juga dikenal dengan Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah salah satu penggerak perekonomian
di Indonesia. Tidak sedikit masyarakat yang mulai memilih untuk menekuni
usaha ini. Dilihat dari namanya, besarnya modal awal yang dibutuhkan tidak
terlalu besar. Kesuksesan bisnis ini secara garis besar lebih bergantung pada
pemilik usaha bisnis tersebut. Misalnya jumlah karyawan yang dimiliki,
pangsa pasar yang menjadi sasaran, dan tingkat laba yang ingin dicapai.
Berikut beberapa definisi UKM/UMKM menurut UUD dan World Bank:
1. Menurut UU No.20/2008 tentang UMKM. Bab IV pasal ayat 1 - 4
a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut (ayat 1):
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah)
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut (ayat 2):
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut (ayat 3):
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2. Menurut World Bank
a. Medium enterprise, dengan kriteria:
1) Jumlah karyawan maksimal 300 orang.
2) Pendapatan setahun hingga sejumlah US$ 15 juta, dan 3) Jumlah aset hingga sejumlah US$ 15 juta.
b. Small enterprise, dengan kriteria:
1) Jumlah karyawan kurang dari 30 orang.
2) Pendapatan setahun tidak melebihi US$ 3 juta, dan 3) Jumlah aset tidak melebihi US$ 3 juta.
c. Micro enterprise, dengan kriteria:
2) Pendapatan setahun tidak melebihi US$ 100 ribu, dan 3) Jumlah aset tidak melebihi US$ 100 ribu.
B. Biaya dan Penggolongannya
Konsep biaya telah berkembang sesuai dengan kebutuhan akuntan,
ekonom, dan insinyur. Akuntan telah mendefinisikan biaya sebagai “suatu
nilai tukar, pengeluaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin
perolehan manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan
pada tanggal akuisisi dicerminkan oleh penyusutan atas kas atau aset lain yang
terjadi pada saat ini atau di masa yang akan datang.” (Carter: 2009).
Menurut Ony dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Biaya” (2012:
12-15), dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam
cara yang kemudian dikenal dengan konsep “different cost for different
purposes”
1. Menurut objek pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan
bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar
disebut “biaya bahan bakar”.
2. Menurut fungsi pokok dalam perusahaan
a. Biaya produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek
pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi:
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik (factory overhead cost). b. Biaya pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk. contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya
angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan
bagian pemasaran, biaya contoh (sample) dan lain-lain. c. Biaya administrasi dan umum
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
koordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. contohnya adalah
biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, dan
bagian hubungan masyarakat, biaya fotocopy dan lain-lain. 3. Menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
a. Biaya langsung (Direct cost)
Biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya
sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada,
b. Biaya tidak langsung (Indirect Cost)
Biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang
dibiayai. Biaya ini tidak mudah diidentifikasi dengan produk tertentu.
4. Menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan:
a. Biaya variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan. Contohnya: biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung.
b. Biaya semivariabel
Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan.
c. Biaya semifixed
Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah
dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
d. Biaya tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume tertentu.
5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya
a. Pengeluaran modal (Capital expenditures)
Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva
tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi
besaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu
produk.
b. Pengeluaran pendapatan (Revenue expenditures)
Biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi
terjadinya pengeluaran tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan
adalah biaya iklan dan biaya tenaga kerja.
C. Harga Pokok Produksi
Menurut Iman (2013: 57), harga pokok produksi adalah penjumlahan
seluruh pengorbanan sumber ekonomi yang digunakan dalam pengolahan
bahan baku menjadi produk jadi.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga pokok
produk merupakan biaya produksi yang telah dinikmati oleh setiap unit
produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Harga pokok produk bisa
dikatakan sama dengan biaya produksi karena merupakan biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik. Biaya tersebut akan melekat pada persediaan sebagai harga pokok
produksi sebelum produk tersebut laku dijual. Apabila sudah laku dijual,
maka cost berubah menjadi expense yaitu sebagai harga pokok penjualan yang dipertemukan dengan penghasilan pada periode yang bersangkutan. Berikut
adalah rumus harga pokok penjualan menurut Harnanto dalam bukunya yang
Harga Pokok Produk Dihasilkan Rpxx
Produk Jadi Awal Periode Rpxx +
Produk Tersedia untuk Dijual Rpxx
Produk Jadi Akhir Periode Rpxx _
Harga Pokok Penjualan Rpxx
1. Manfaat Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2005: 65), dalam perusahaan yang berproduksi
massa, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu
tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk:
a. Menentukan harga jual produk.
Dengan diketahuinya harga pokok produk total maupun per unit,
maka dapat ditentukan pula laba yang diinginkan untuk ditambah ke
dalam harga pokok produk tersebut sebagai harga jual. Dari biaya
produk yang sebenarnya maka dapat diadakan perbandingan dengan
biaya produksi atau harga jual dari perusahaan sejenis lainnya yang
merupakan pesaing, kemudian dapat diambil suatu kebijaksanaan harga
jual. Bagi produksi yang bersifat massal, maka perlu dikalkulasikan unit
cost atau biaya per unit dari hasil produksi setengah jadi maupun hasil jadi atau barang jadi.
b. Memantau realisasi biaya produksi.
Berdasarkan harga pokok produk yang sesungguhnya, maka dapat
diperbandingkan dengan biaya standar yang telah ditentukan sebelum
proses produksi dimulai. Dari hasil perbandingan tersebut dapat
diketahui penyimpangan serta dapat sekaligus mengetahui sampai di
mana tingkat efisiensinya
c. Menghitung laba atau rugi periodik.
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah
dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu.
Informasi biaya tersebut untuk mengetahui apakah kegiatan produksi
dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan
laba bruto atau rugi bruto, selanjutnya untuk mengetahui kontribusi
produk dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau
rugi tiap periode.
d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk proses yang disajikan dalam neraca.
Pada penyajian laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan
rugi laba, harus ada unsur harga pokok persediaan produk jadi dan harga
pokok produk yang ada pada tanggal neraca masih dalam proses.
Berdasarkan catatan biaya produksi tiap periode, manajemen dapat
menentukan biaya produksi yang melekat pada produk jadi yang belum
laku dijual pada tanggal neraca. Berdasarkan catatan tersebut,
manajemen dapat pula menentukan biaya produksi yang melekat pada
2. Unsur – Unsur Harga Pokok Produksi a. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1) Biaya Bahan Baku Langsung
Bahan yang dapat dengan mudah dan akurat ditelusuri ke barang jadi.
Contoh biaya bahan baku langsung ini adalah kayu dalam pembuatan
meja.
2) Biaya Bahan Baku Tidak Langsung.
Bahan baku yang tidak dapat secara mudah dan akurat ditelusuri ke
produk. Contoh biaya bahan baku tidak langsung ini adalah paku
dalam pembuatan meja.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang terlibat
secara langsung dalam pembuatan barang jadi dan pembayaran upahnya
berdasarkan unit yang dihasilkan atau berdasarkan jam kerja. Biaya
tenaga kerja langsung dapat dengan mudah ditelusuri dengan akurat ke
bahan baku.
c. Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik merupakan biaya tidak langsung produk. Salah satu biaya overhead
pabrik adalah biaya penyusutan pabrik. Karena biaya overhead pabrik
merupakan biaya tidak langsung produk, maka tidak dapat secara
langsung dibebankan ke produk.
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Atas Dasar Tarif yang Ditentukan di Muka
Menurut Mulyadi (2005: 196), pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan
berubah-ubahnya harga pokok per satuan produk yang dihasilkan dari
bulan satu ke bulan yang lain. Apabila biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dibebankan kepada produk, maka harga pokok
produksi per satuan mungkin akan berfluktuasi karena sebab berikut ini:
a. Perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan ke bulan.
b. Perubaan tingkat efisiensi produksi.
c. Adanya biaya overhead pabrik yang terjadinya secara sporadik, menyebar tidak merata selama jangka waktu setahun.
d. Biaya overhead pabrik tertentu sering terjadi secara teratur pada waktu-waktu tertentu.
D. Metode Pengumpulan dan Penetapan Harga Pokok Produksi 1. Sistem Periodik
Menurut Harnanto dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Biaya” (1992:
207), dalam sistem periodik aliran biaya pada perusahaan manufaktur dapat
Gambar 2.1
Aliran Biaya, Pada Sistem Periodik
2. Metode Pengumpulan Biaya Produksi
Menurut Mulyadi (2012: 17), pengumpulan kos produksi sangat
ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar, cara memproduksi
produk terbagi dua macam, yaitu produksi atas dasar pesanan dan produksi
massa. Perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan akan melakukan
proses produksi hanya jika ada pesanan yang diterima dari pihak luar.
Perusahaan yang berproduksi secara massal akan akan berproduksi untuk
memenuhi persediaan gudang. Ada dua sistem akuntansi biaya yang biasa
digunakan dalam pengumpulan harga pokok produksi, yaitu metode harga
pokok pesanan/Job Order Costing Method dan metode harga pokok proses/Process Costing Method.
a. Metode Harga Pokok Pesanan/Job Order Costing Method
Metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang
melaksanakan kegiatan produksinya atas dasar pesanan. Dalam metode
ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan kos
produksi per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan
tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang
bersangkutan (Mulyadi, 2005: 17).
Karakteristik metode harga pokok pesanan
a. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan
spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga
pokok produksinya secara individual.
b. Biaya produksi harus digolongakn berdasarkan hubungannya dengan
produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung
dan biaya produksi tidak langsung.
c. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung, sedangkan biaya tidak langsung disebut
dengan istilah biaya overhead pabrik.
d. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok
terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan kedalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
e. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang
dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
b. Metode Harga Pokok Proses/Process Costing Method
Metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang
berproduksi secara massal. Dalam metode ini biaya-biaya produksi
dikumpulkan untuk periode tertentu dan kos produksi per satuan produk
yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara membagi
total biaya produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan (Mulyadi,
2005: 17).
Karakeristik Metode Harga Pokok Proses
a. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
b. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
c. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi
yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu
tertentu.
3. Metode Penentuan Biaya Produksi
Menurut Mulyadi (2012: 17), metode penentuan kos produk adalah
cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi. Dalam
memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produk terdapat dua
pendekatan yaitu metode full costing dan variable costing.
a. Full Costing Method
Metode full costing adalah metode penentuan kos produk yang memperhitungkan semua biaya produksi ke dalam kos produksi, yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian kos produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini.
Biaya Bahan Baku Rp xx
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xx
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp xx
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp xx +
Kos Produk Rp xx
Kos produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur kos produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran, biaya
Menurut Ony, Sri, dan Donny (2011: 66), dalam full costing,
biaya overhead pabrik baik yang berperilaku tetap maupun variabel dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang
ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya. Oleh karena itu biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan barang dianggap
sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk tersebut
telah dijual.
b. Variable Costing Method
Menurut Mulyadi (2012, 18), metode variable costing
merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam
kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian kos produksi menurut metode variable costing terdiri dari unsur biaya
produksi berikut ini:
pendekatan variable costing terdiri dari unsur kos produksi variabel
(biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik variabel) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya
pemasarann variabel dan biaya administrasi umum variabel) dan biaya
tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap).
Menurut Ony, Sri, dan Donny (2011: 67), dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs
dan bukan unsur harga pokok produk sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan
demikian biaya overhead tetap di dalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung
dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
Berdasarkan Harnanto dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Biaya”
(1992: 207), dalam sistem periodik aliran biaya pada perusahaan manufaktur
dapat diikhtisarkan bahwa harga pokok produk dimasukkan ke dalam proses
produksi atau yang dalam buku “Akuntansi Biaya” milik Mulyadi (2012: 17),
disebut juga dengan kos produk merupakan hasil penjumlahan dari biaya
bahan baku, biaya overhead pabrik dan biaya tenaga kerja langsung. Sementara harga pokok produksi dihasilkan dihitung dengan menambahkan
produk dalam proses awal periode dan dikurangkan dengan produk dalam
Penjelasan di atas dapat diringkas seperti dalam rumus dibawah ini:
Harga Pokok Produk Dimasukkan ke Dalam Proses Rp xx
Produk Dalam Proses Awal Periode Rp xx +
Harga Pokok Produk dalam Proses Rp xx
Produk Dalam Proses Akhir Periode Rp xx _
Harga Pokok Produk Dihasilkan Rp xx
E. Perbedaan Hasil dalam Metode Full Costing dengan Variable Costing
Pada dasarnya, perbedaan kedua metode tersebut terletak pada waktu
(timing) perlakuan fixed overhead cost. Variable costing, beranggapan bahwa
fixed overhead cost harus segera dibebankan pada periode terjadinya. Namun tidak demikan dengan absorption costing, fixed overhead cost harus dibebankan dan dikurangkan dari pendapatan untuk setiap unit yang terjual.
Setiap unit produk yang tidak terjual (terdapat fixed overhead cost yang melekat pada unit produk) akan dilekatkan di persediaan dan akan dibawa ke
periode berikutnya sebagai aset. Perubahan persediaan merupakan poin kunci
untuk memahami perbedaan kedua metode ini.
1. Dengan menggunakan full costing
a. Biaya overhead pabrik baik yang variabel maupun yang tetap, dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka
pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang sesungguhnya.
b. Selisih biaya overhead pabrik akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
2. Dengan menggunakan variable costing
a. Biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead
pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.
b. Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap
tidak melekat pada persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai
biaya dalam periode terjadinya.
Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan
penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama
periode yang akan datang.
F. Sistem Harga Pokok Taksiran
Sistem harga pokok taksiran adalah salah satu sistem harga pokok
yang ditentukan di muka untuk mengolah produk atau jasa tertentu dengan
jalan menentukan besarnya taksiran biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik yang diperlukan untuk mengolah produk atau jasa di waktu yang akan datang.
Pembebanan harga pokok sesungguhnya adalah pembebanan harga
dinikmati. Sistem harga pokok sesungguhnya memiliki kelemahan sebagai
berikut:
1. Harga pokok produk baru dapat dihitung pada akhir periode setelah biaya
sesungguhnya dapat dikumpulkan.
2. Sistem ini hanya bermanfaat untuk penentuan harga pokok produk,
sedangkan untuk tujuan pengendalian biaya dan sebagai dasar
pengambilan keputusan tidak dapat menyajikan informasi yang memadai
disebabkan:
a. Tidak ada alat untuk mengukur prestasi pelaksanaan sehingga tidak
dapat dilakukan pengukuran terhadap daya guna danhasil guna yang
dicapai.
b. Untuk pengambilan keputusan diperlukan informasi biaya yang
diperkirakan akan terjadi untuk menghasilkan produk atau pesanan.
Data yang disajikan oleh sistem harga pokok sesungguhnya sudah
terlambat atau tidak relevan dengan tujuan tersebut.
G. Harga Jual
Menurut Samryn (2012: 38), harga merupakan salah satu jenis
informasi penting yang diterima pelanggan tentang suatu produk. Penetapan
harga juga berhubungan dengan seluruh tujuan jangka pendek dan sasaran
jangka panjang sebuah perusahaan.
1. Pentingnya penentuan harga jual (pricing) yang baik
Menurut Gunawan (2011: 112), kelangsungan hidup suatu
perusahaan dalam jangka panjang sangat ditentukan oleh keputusan
pricing ini, karena harga jual produk akan mempengaruhi: a. Kesediaan pembeli untuk menggunakan produk perusahaan.
b. Daya saing perusahaan menghadapi pesaing-pesaingnya.
c. Tingkat penghasilan, biaya dan laba perusahaan.
2. Metode penetapan mark up
Menurut Samryn, (2012: 352), mark up adalah selisih antara harga jual suatu produk atau jasa dengan harga pokoknya. Selisih ini biasanya
dinyatakan sebagai persentase dari biaya yang dapat diperhitungkan. Dua
pendekatan yang dapat digunakan adalah penetapan mark up atas biaya variabel, dan mark up atas biaya penuh. Jika target harga jual didasarkan pada sejumlah biaya maka pendekatan ini disebut metode harga jual
berdasarkan biaya plus. Berikut adalah metode-metode dalam
menentukan mark up:
a. Mark up: Harga Pokok Produk/Cost Plus
c. Mark up: Beban Pemakaian Bahan dan Waktu
Sesuai dengan namanya yang diperhitungkan sebagai elemen biaya
dalam metode ini adalah nilai dari komponen waktu tersebut dan nilai
bahan langsung seperti suku cadang yang dikonsumsi dalam
produksi. Komponen waktu biasanya dinyatakan sebagai tarif tenaga
kerja per jam. Tarif ini dihitung dengan menambahkan secara
bersama-sama tiga elemen harga jual yang terdiri dari:
Biaya tenaga kerja langsung
Cadangan untuk biaya penjualan, biaya administrasi dan umum
organisasi.
Cadangan untuk laba yang diinginkan per jam tenaga kerja.
d. Mark up Modal Terpakai: Harga Pokok Penuh
e. Mark up Modal Terpakai: Harga Pokok Variabel
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses
produknya berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan.
Dengan demikian biaya produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan
biaya produksi yang lain, tergantung pada spesifikasi pesanaan yang
dikehendaki pemesan. Oleh karena itu harga jual yang dibebankan kepada
pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan
dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tersebut. Formula untuk
menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan adalah
sebagai berikut:
Taksiran biaya produksi untuk pesanan Rp xx
Taksiran biaya nonproduksi yang dibebankan kepada pemesan Rp xx +
Taksiran total biaya pesanan Rp xx
Laba yang diinginkan Rp xx +
Taksiran harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp xx
Dari formula tersebut terlihat bahwa informasi taksiran biaya
produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan yang
diinginkan oleh pemesan dipakai sebagai salah satu dasar untuk
menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.
Untuk menaksir biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam
a. Taksiran biaya bahan baku Rp xx
b. Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp xx
c. Taksiran biaya overhead pabrik Rp xx +
Taksiran Biaya Produksi Rp xx
3. Menentukan harga jual dengan cost plus pricing
Menurut Samryn (2012: 353), cara menentukan harga jual yang
paling sederhana adalah menambahkan sejumlah mark up atas harga pokok produk yang akan dijual. Sesuai dengan elemennya pendekatan ini
disebut dengan cost plus mark up. Mark up ditetapkan dengan formula umum berikut ini:
Sehingga harga jual dengan cost plus pricing adalah:
Menurut Mulyadi (1992: 265), dalam penentuan harga jual,
taksiran biaya penuh yang secara langsung berhubungan dengan volume
produk dipakai sebagai dasar penentuan harga jual, sedangkan taksiran
biaya penuh yang tidak dipengaruhi oleh volume produk ditambahkan
kepada laba yang diharapkan untuk kepentingan persentase mark up.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode studi kasus (case study). Dimana penelitian dipusatkan pada suatu obyek tertentu. Kesimpulan yang
diambil hanya akan berlaku terbatas untuk obyek yang diteliti.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di UKM Langgeng Roti, Pandanrejo, Klaten
Tengah, Klaten 57413.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015
3. Periode Pengamatan
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil sampel pada periode
pengamatan tahun 2014.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subyek penelitian: Pimpinan Perusahaan.
Obyek Penelitian: Elemen-elemen biaya dan penentuan besarnya harga pokok
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Data yang dikumpulkan melalui interaksi secara langsung dengan pemilik
perusahaan dengan mengadakan tanya jawab guna memperoleh data yang
diperlukan. Data yang akan dikumpulkan adalah:
a. Sejarah singkat perusahaan
b. Struktur organisasi perusahaan
c. Proses produksi roti.
2. Dokumentasi
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi.
Dari teknik ini, data yang akan dikumpulkan adalah:
a. Gambaran umum perusahaan.
b. Data biaya produksi roti yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja, dan biaya overhead pabrik selama tahun 2014.
c. Penghitungan harga pokok produksi roti selama tahun 2014.
d. Data persentase mark up yang diharapkan selama tahun 2014. e. Data lain yang relevan dengan penelitian selama tahun 2014.
E. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Analisis rumusan masalah pertama akan dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan penentuan harga pokok produksi menurut perusahaan
dengan menggunakan data penentuan harga pokok produk milik
perusahaan.
b. Mendeskripsikan penentuan harga pokok produksi menggunakan metode
full costing dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menghitung biaya aktual bahan baku tahun 2014.
2) Menghitung biaya aktual tenaga kerja tahun 2014.
3) Menghitung biaya aktual overhead pabrik variabel dan biaya overhead
pabrik tetap tahun 2014.
4) Menghitung kos produk selama tahun 2014 dengan metode full costing
seperti di bawah ini:
Biaya Bahan Baku Rp xx
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xx
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp xx
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp xx +
Kos Produk/Biaya Produksi Rp xx
Produk dalam Proses Awal Periode Rp xx +
Harga Pokok Produksi dalam Proses Rp xx
Produk Dalam Proses Akhir Periode Rp xx _
Harga Pokok Produksi Dihasilkan Rp xx
5) Menghitung taksiran harga pokok produksi tahun 2015 dengan asumsi
c. Membuat tabel perbandingan harga pokok produksi tahun 2014 menurut
perusahaan dengan dengan menurut metode full costing.
2. Analisis rumusan masalah kedua akan dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan penentuan harga jual produk menurut perusahaan dengan
menggunakan data penentuan harga jual menurut perusahaan.
b. Mendeskripsikan penentuan harga jual dengan menggunakan metode cost plus pricing dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung Harga Pokok Penjualan tahun 2014 seperti di bawah ini:
Harga Pokok Produk Dihasilkan Rp xx
Produk Jadi Awal Periode Rp xx +
Produk Tersedia untuk Dijual Rp xx
Produk Jadi Akhir Periode Rp xx _
Harga Pokok Penjualan Rp xx
2) Menghitung persentase mark up atas dasar Harga Pokok Produk dengan rumus di bawah ini:
3) Menentukan harga jual dengan cost plus pricing, dengan rumus di bawah ini:
c. Membuat tabel perbandingan taksiran harga jual tahun 2015 menurut
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
Langgeng Roti merupakan usaha yang didirikan oleh Bapak Rosi bersama
dengan istrinya pada bulan Februari tahun 2002 yang berlokasi di Jalan Bali, Gg.
Romong No. 2 Pandanrejo, Klaten. Pada awal produksinya UKM Langgeng Roti
masih belum sebesar seperti sekarang. Awalnya usaha ini hanya mencoba
keberuntungan memproduksi roti tawar untuk roti bakar yang banyak diminiati
oleh konsumen pada waktu itu. Melihat peluang yang lumayan besar untuk bisnis
roti bakar di Klaten, maka Bapak Rosi mulai mempromosikan usahanya ini
melalui mulut ke mulut.
Usaha pembuatan roti tawar yang seaat ini sudah berjalan sekitar 13 tahun
ini seiring dengan berjalannya waktu, usaha roti tawar ini semakin berkembang.
UKM Langgeng Roti tidak hanya memproduksi roti tawar, namun juga mulai
menjual berbagai isian untuk roti bakar seperti meises, keju, dan aneka selai roti.
UKM ini pun tidak hanya melayani pesanan roti tawar yang diterima tapi juga
menerima pesanan roti keju bila ada yang menginginkan. Jumlah pelanggan yang
dimiliki pun semakin bertambah. Hingga sekarang sudah memiliki sekitar 15
pelanggan yang pasti memesan untuk setiap harinya.
Selama 13 tahun menjalankan usaha ini bukanlah hal yang mudah bagi
Langgeng Roti. Seperti kebanyakan usaha pada umumnya, UKM Langgeng Roti
juga mengalami banyak kendala dalam menjalankan serta mempertahankan
bisnisnya. Seperti harga bahan baku yang terus melambung tinggi, banyaknya
pesaing, serta cuaca yang tidak pasti.
B. Lokasi Perusahaan
UKM Langgeng Roti terletak di Jalan Bali, Gg. Romong No. 2, Pandanrejo,
Klaten Tengah, Klaten.
C. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan 1. Visi Perusahaan
a. Mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin dengan tidak
mengesampingkan nilai gizi pada roti yang diproduksi.
b. Menjadi usaha roti yang selalu berkembang dan menjadi kepercayaan
masyarakat.
2. Misi Perusahaan
a. Mempersembahkan produk dan pelayanan terbaik dengan tetap
mempertahankan tradisi.
b. Menyajikan roti yang berkualitas baik serta selalu konsisten untuk menjaga
kepercayaan konsumen atas kualitas roti dari generasi ke generasi.
3. Tujuan Perusahaan
Tujuan awal dari UKM Langgeng roti ini adalah dapat memenuhi
kebutuhan kehidupan sehari-hari keluarga. Namun seiring berjalannya waktu
tujuan perusahaan pun beralih menjadi mengembangkan kreatifitas dalam
memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen. Dengan demikian bisnis
roti tawar pun akan selalu terjalin.
D. Struktur Organisasi Perusahaan
UKM Langgeng Roti tidak memiliki struktur organisasi formal. Usaha
yang dijalankan oleh Bapak Rosi beserta istrinya ini memiliki 5 orang karyawan
yang setiap harinya membantu proses produksi dari awal hingga akhir. Secara
keseluruhan proses produksi dipantau oleh Bapak Rosi dan istrinya. Semua yang
terkait dengan jumlah produksi, bahan baku, serta harga jual tergantung pada
kebijakan Bapak Rosi sendiri selaku pemilik UKM tersebut.
E. Proses Produksi
UKM Langgeng Roti menerima pesanan dan memproduksi sendiri pesanan
yang diterima. Setiap harinya usaha ini mampu memproduksi hingga 450 roti.
Namun jumlah produksi tersebut bersifat fluktuatif karena tergantung pada
jumlah pesanan yang diterima pada malam sebelumnya. Tempat produksi
menyatu dengan rumah pemilik bisnis tersebut, tidak terlalu besar namun sudah
cukup untuk menjalankan usaha tersebut. Di dalam pabrik tersebut terdapat
beberapa alat yang digunakan untuk proses produksi seperti, mixer, oven dua pintu, dan loyang cetakan sebanyak 216 unit.
Proses pembuaan roti tersebut terdiri dari beberapa tahapan proses.
Pertama-tama semua bahan baku seperti tepung terigu, gula, mentega, dry yeast
atau ragi, bread improver atau pengempuk roti, dan juga garam akan dicampur ke dalam mixer. Secara perlahan-lahan adonan akan diaduk dengan sedikit demi
sedikit memasukan 14 liter air (2 ember hitam kecil). Pengadukan akan terus
dilakukan hingga adonan menjadi kalis. Tunggu ±1 jam hingga adonan
mengembang. Selanjutnya adonan akan dipindahkan ke wadah sementara
sebelum dicetak ke dalam loyang, masing-masing cetakan memiliki berat 300
gram. Setelah ditimbang adonan tidak segera dimasukkan kedalam loyang tapi
harus ditunggu ±15 menit terlebih dahulu. Sekiranya sudah 15 menit,
masing-masing adonan tersebut akan dimasukkan kedalam loyang yang sudah diolesi
dengan mentega sebelumnya. Adonan yang dimasukkan tidak akan segera
memenuhi loyang, oleh karena itu perlu ditunggu lagi ±1,5 jam hingga fermentasi
full (adonan mengembang hingga mmenuhi loyang). Setelah adonan terjadi fermentasi full maka bisa segera dimasukkan kedalam oven yang telah dipanaskan sebelumnya ±15 menit. Tahapan terakhir dari proses produksi di
UKM Langgeng roti adalah tahap pengemasan. Roti yang sudah matang akan
dikeluarkan dari oven dan diletakan diatas meja. Setelah dirasa roti sudah tidak
terlalu panas, maka roti siap untuk dikemasi dengan plastik yang berukuran 20 ×
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
1. Perbedaan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan dengan Metode Full Costing
a. Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan
Jumlah penjualan roti tawar selama tahun 2014 selalu mengalami
perubahan setiap bulannya. Tingkat permintaan dari konsumen yang
terus berubah disebabkan karena iklim yang terus
Dari tabel di atas dapat kita lihat setiap bulannya perusahaan mampu menjual
roti hingga diatas angka 13.000 unit. Penjualan tertinggi terjadi pada bulan
Januari dan Desember karena pada bulan tersebut terdapat hari raya yang
dirayakan semua orang yaitu tahun baru dan perayaan natal. Mengingat produk
yang ditawarkan adalah roti tawar untuk roti bakar sehingga banyak diminati
masyarakat untuk sekedar teman berkumpul bersama keluarga di hari raya.
Penjualan terendah terjadi pada bulan Juni, pada bulan ini diyakini banyak
konsumen yang sedang berhemat untuk menyiapkan pendidikan anak-anaknya,
namun walaupun demikian jumlah penjualan kembali mengalami peningkatan
pada bulan-bulan berikutnya.
1) Biaya Produksi Menurut Perusahaan Tahun 2014
Komponen biaya untuk menentukan harga pokok produksi adalah
biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi roti tawar. Dalam
penghitungan harga pokok produksi, cara yang digunakan oleh perusahaan
masih sederhana. Hasil dari penghitungan harga pokok produksi ini
nantinya tidak hanya akan digunakan sebagai dasar untuk penentuan harga
jual namun juga digunakan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh
perusahaan selama tahun 2014.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data selama tahun 2014,
selama tahun tersebut perusahaan setiap harinya mampu memproduksi
hingga ±450 roti tawar. Berikut ini adalah rincian biaya yang digunakan
a) Biaya Bahan Baku Tahun 2014
Perusahaan menggunakan beberapa bahan baku dalam proses produksi roti
tawar. Bahan baku tersebut antara lain terigu, mentega, gula pasir, bread yeast/ragi, bread improver/pengempuk roti, serta garam. Data biaya bahan baku yang digunakan oleh perusahaan selama tahun 2014 dapat dilihat dalam tabel 5.2.
Tabel 5.2
Biaya Bahan Baku UKM Langgeng Roti Tahun 2014
Bahan Baku Januari Februari Maret
Nama Harga (Rp)
/Satuan Kuantitas Biaya (Rp) Kuantitas Biaya (Rp) Kuantitas Biaya (Rp)
Terigu 7000/kg 2250 kg 15.750.000 2225 kg 15.575.000 2200 kg 15.400.000
Total 19.545.000 19.303.500 19.129.600
Sub Total 57.978.100
Sumber: UKM Langgeng Roti
Tabel 5. 2
Biaya Bahan Baku UKM Langgeng Roti Tahun 2014 (Lanjutan)
Bahan Baku April Mei Juni
Total 19.103.200 18.920.300 19.098.600
Sub Total 57.122.100
Sumber: UKM Langgeng Roti
Tabel 5.2
Biaya Bahan Baku UKM Langgeng Roti Tahun 2014 (Lanjutan)
Bahan Baku Juli Agustus September
Nama Harga (Rp)
/Satuan Kuantitas Biaya (Rp) Kuantitas Biaya (Rp) Kuantitas Biaya (Rp)
Terigu 7000/kg 2175 kg 15.225.000 2200 kg 15.400.000 2225 kg 15.575.000
Total 18.912.000 19.084.900 19.324.300
Sub Total 57.321.200
Sesuai dengan data penjualan milik perusahaan (tabel 5.1), maka biaya bahan
baku untuk bulan Januari dan Februari adalah yang tertinggi. Hal ini sesuai
dengan jumlah penjualan pada bulan tersebut. Biaya bahan baku terbesar terdapat
pada terigu sekaligus sebagai bahan pokok utama dan kemudian diikuti dengan
gula pasir, mentega, bread yeast/ragi, bread improver/pengembang roti hingga garam.
a) Biaya Tenaga Kerja Tahun 2014
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan tidak membagi proses produksinya
kedalam beberapa departemen tertentu. Semua proses produksi dari awal
hingga akhir dilakukan secara bersama-sama oleh karyawannya. Proses
produksi baru akan dimulai jika bahan baku produksi sudah tersedia
Upah karyawan yang diberikan oleh perusahaan disesuaikan dengan Upah
Minimum Regional (UMR) setiap tahunnya. Untuk tahun 2014 kota Klaten
memiliki tingkat UMR sebesar Rp1.070.000 dengan jumlah karyawan
sebanyak 5 orang, maka dapat diketahui biaya tenaga kerja langsung untuk
setiap bulannya adalah Rp5.350.000 (Rp1.070.000 × 5 karyawan). Biaya
tenaga kerja perusahaan selama tahun 2014 dapat dilihat dalam tabel 5.3.
Tabel 5.3
b)Biaya Overhead Pabrik Tahun 2014 1. Biaya Air Langgeng Roti Tahun 2014
Biaya air perusahaan masih menyatu dengan rumah tangga. Namun dalam
penentuan harga pokok produksi perusahaan menggunakan air sebanyak 6
ember hitam kecil (7 liter/ember) dalam satu hari. Ini berarti dalam satu
hari perusahaan akan membutuhkan ±42 liter dan ±1260 liter (1,26m3)
dalam satu bulan. Pemilik perusahaan menggunakan estimasi harga air
dalam penghitungan harga pokok produksi per m3 adalah Rp3.000. Maka
biaya air untuk setiap bulannya adalah:
Biaya Air = pemakaian (m3) × estimasi tarif air
= 1,26 × 3000
= Rp3.780
Dari hasil perhitungan di atas diketahui biaya air yang diestimasikan
perusahaan untuk setiap bulannya adalah Rp3.780. Biaya air perusahaan
dapat dilihat lebih lengkap pada tabel 5.4.
2. Biaya Listrik Langgeng Roti Tahun 2014
Biaya listrik yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan selama satu bulan
berkisar ± Rp225.000. Biaya listrik yang dikeluarkan tersebut masih berupa
biaya listrik gabungan antara listrik rumah tangga dengan listrik untuk
perusahaan. Perusahaan mengestimasikan besarnya biaya listrik untuk
rumah tangga adalah 70% dan untuk perusahaan adalah 30%, sehingga
biaya listrik untuk rumah tangga adalah Rp157.500 (Rp225.000×70%) dan
biaya listrik untuk perusahaan sendiri adalah Rp67.500 (Rp225.000×30%).
Biaya listrik perusahan dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5
Sumber: UKM Langgeng Roti
3. Biaya Plastik Langgeng Roti Tahun 2014
Biaya plastik yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2014 selalu
berubah-ubah setiap bulannya mengingat biaya plastik di sini adalah biaya
variabel, yaitu biaya yang besarnya akan berubah mengikuti jumlah unit
yang diproduksi. Perusahaan membeli plastik dalam satuan pack, yang mana dalam 1pack = 1000 lembar plastik. Harga beli setiap 1 pack plastik tersebut adalah Rp50.000. Perhitungan biaya plastik perusahaan tahun
2014 dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6
Januari 14 Rp50.000 Rp700.000
Februari 13 50.000 650.000
4. Biaya LPG Langgeng Roti Tahun 2014
Biaya LPG yang digunakan oleh perusaahaan merupakan biaya variabel,
semakin banyak jumlah unit yang diproduksi maka semakin tinggi juga
biaya LPG yang dikeluarkan perusahaan. Dalam proses produksi
perusahaan menggunakan gas LPG ukuran 12kg. Berdasarkan informasi
yang diperoleh dari perusahaan, 1 tabung gas bisa dimanfaatkan untuk
(12kg) dengan harga per tabungnya adalah Rp100.000. Data biaya LPG
perusahan selama tahun 2014 dapat dilihat di dalam tabel 5.7.
Tabel 5.7
Januari 23 Rp100.000 Rp2.300.000
Februari 22 100.000 2.200.000
September 22 100.000 2.200.000
Oktober 23 100.000 2.300.000
November 22 100.000 2.200.000
Desember 23 100.000 2.300.000
Total 267 Rp26.700.000
Sumber: UKM Langgeng Roti
Dalam penghitungan harga pokok produksi perusahaan menjumlahkan
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, serta biaya overhead pabrik yang terdiri dari biaya air, listrik, biaya plastik dan biaya LPG setiap bulannya.
Penghitungan harga pokok produksi menurut perusahaan lebih jelasnya
dapat dilihat dalam tabel 5.8.
Tabel 5.8
Harga Pokok Produksi Langgeng Roti Tahun 2014 (Dalam Satuan Rupiah)
BIAYA Januari Februari Maret April Sub Total
Biaya Bahan Baku 19.545.000 19.303.500 19.129.600 19.103.200 77.081.300
Biaya Tenaga Kerja 5.350.000 5.350.000 5.350.000 5.350.000 21.400.000
Biaya Overhead Pabrik
-Biaya Air 3.780 3.780 3.780 3.780 15.120
-Biaya Listrik 67.500 67.500 67.500 67.500 270.000
-Biaya Plastik 700.000 650.000 650.000 700.000 2.700.000
-Biaya LPG 2.300.000 2.300.000 2.300.000 2.300.000 9.200.000
Biaya Produksi 27.966.280 27.674.780 27.500.880 27.524.480 110.666.420
Produk Dalam Proses Awal
Periode - - - - -
Harga Pokok Produksi Dalam
Proses 27.966.280 27.674.780 27.500.880 27.524.480 110.666.420
Produk Dalam Proses Akhir
Periode - - - - -
Harga Pokok Produksi Dihasilkan 27.966.280 27.674.780 27.500.880 27.524.480 110.666.420
Juml. Produksi (Unit) 13.500 13.240 13.260 13.155 53.155
Harga Pokok Produksi/Unit
(Pembulatan) Rp2.072 Rp2.090 Rp2.074 Rp2.092
Sumber: UKM Langgeng Roti
Tabel 5.8 (Lanjutan)
Harga Pokok Produksi Langgeng Roti Tahun 2014 (Dalam Satuan Rupiah)
BIAYA Mei Juni Juli Agustus Sub Total
Biaya Bahan Baku 18.920.300 19.098.600 18.912.000 19.084.900 76.015.800
Biaya Tenaga Kerja 5.350.000 5.350.000 5.350.000 5.350.000 21.400.000
Biaya Overhead Pabrik
-Biaya Air 3.780 3.780 3.780 3.780 15.120
-Biaya Listrik 67.500 67.500 67.500 67.500 270.000
-Biaya Plastik 650.000 650.000 650.000 650.000 2.600.000
-Biaya LPG 2.300.000 2.300.000 2.300.000 2.300.000 9.200.000
Biaya Produksi 27.291.580 27.469.880 27.283.280 27.456.180 109.500.920
Produk Dalam Proses Awal - - - - -
Harga Pokok Produksi Dalam
Proses 27.291.580 27.469.880 27.283.280 27.456.180 109.500.920
Produk Dalam Proses Akhir - - - - -
Harga Pokok Produksi
Dihasilkan 27.291.580 27.469.880 27.283.280 27.456.180 109.500.920
Juml. Produksi (Unit) 13.145 13.130 13.135 13.135 52.545
Harga Pokok Produksi/Unit Rp2.076 Rp2.092 Rp2.077 Rp2.090