ABSTRAK
Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dekokta daun paitan dibandingkan glibenklamid dan menghitung persentase penurunan kadar glukosa darah terhadap efek antidiabetes pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi streptozotosin. Penelitian ini menggunakan 18 ekor tikus yang dibagi dalam 6 kelompok yaitu kelompok I (kontrol basal) tanpa diberikan perlakuan, kelompok II (kontrol pankreotoksik) streptozotosin 40 mg/gBB, kelompok III (kontrol positif) glibenklamid 0,45 mg/gBB serta kelompok IV-VI (perlakuan dekokta daun paitan) dengan dosis 1 (400 mg/kgBB); dosis 2 (800 mg/kgBB); dan dosis 3 (1600 mg/kgBB). Pengukuran kadar glukosa darah pada hari ke-0, 4, 7, dan 14 dengan metode enzimatik. Data dianalisa menggunakan uji
One-Way ANOVA taraf kepercayaan 95%, dilanjutkan dengan analisis Post Hoc Tamhane. Dosis dekokta yang efektif pada penelitian ini yaitu 800 mg/kgBB. Penurunan kadar glukosa darah dekokta daun paitan tidak berbeda bermakna dibandingkan glibenklamid dengan persentase penurunan kadar glukosa secara bertutut-turut yakni dosis 1 (87,69%); dosis 2 (96,42%); dan dosis 3 (95,49%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dekokta daun paitan mempunyai pengaruh menurunkan kadar glukosa darah tikus jantan galur Wistar yang terinduksi streptozotosin pada hari ke-7 dan ke-14.
ii ABSTRACT
Diabetes Mellitus is a metabolic disease characterized by hyperglicemic. This study research aimed to examine antidiabetic effect of decoction of paitan leaves compared glibenclamid also to calculate percentage of blood glucose level reduction in male Wistar rats induced streptozotocin. This study used 18 rats divided into six group: group I (basal control) without treatment, group II (pancreotoxic control) streptozotosin 40 mg/gBB, group III (positive control) glibenclamid 0,45 mg/gBB, also group IV-VI (decoction of paitan leaves) with dose 1 (400 mg/kgBB); dose 2 (800 mg/kgBB); and dose 3 (1600 mg/kgBB). Measurement of blood glucose level at days 0, 4, 7, and 14 with enzymatic method. Data were analyzed by One-WayANOVA test with 95% confidence level, followed by Post HocTamhane analysis. The decrease of blood sugar level of decoction of paitan leaves did not differ significantly compared to glibenclamid at day-7 and day-14 with percentage of decrease of blood sugar level in respectively dose 1 (87,69%); dose 2 (96,42%); and dose 3 (95,49%). The result showed that decoction of paitan leaves decreased blood glucose level in male Wistar rats induced streptozotocin.
EFEK ANTIDIABETES DEKOKTA DAUN PAITAN (Tithonia diversifolia) PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR TERINDUKSI
STREPOZOTOSIN SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Meliana
NIM : 138114055
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
“There is no path to happiness. Happiness is the path.”
― Buddha―
“Jangan menunggu bahagia dating baru bersyukur, tapi bersyukurlah maka kebahagiaan akan datang.”
―Author Unknown―
Kupersembahkan skripsi ini untuk :
Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya
Orang tua dan adik-adikku terkasih
Teman-teman yang telah mendukungku
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Masa Esa atas segala berkat, kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “EFEK ANTIDIABETES DEKOKTA DAUN PAITAN (Tithonia
diversifolia) PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR TERINDUKSI STREPTOZOTOSIN” dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak drh. Sugiyono, M. Sc., selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji pada skripsi ini, atas segala bimbingan, bantuan, dan saran yang telah diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini.
3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Penguji pada skripsi ini yang telah memberikan saran dan bantuan untuk kesempurnaan skripsi ini. 4. Ibu Dr. Yustima Sri Hartini, Apt. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini
yang telah memberikan bantuan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. 5. Bapak Heru Purwanto, Bapak Kayatno, dan Bapak Parjiman selaku Laboran
Laboratorium Fakultas Farmasi atas segala bantuan dan dukungannya kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi.
vii
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah ikut membantu selama proses penyusunan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi masyarakat.
Yogyakarta, Juni 2017 Penulis
ix
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii
DAFTAR ISI ... ix
Persiapan Sampel dan Pembuatan Dekokta ... 2
Pembuatan Buffer Sitrat dan Streptozotosin... 3
Pembuatan CMC Na 0,5% dan Glibenklamid ... 3
Penyiapan dan Pengelompokkan Hewan Uji ... 3
Penyiapan dan Pengukuran Kadar Glukosa Darah ... 3
x
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel I. Rerata kadar glukosa darah tikus setiap kelompok (mean SD) (n=3) ... 4 Tabel II. Hasil uji Post Hoc Tamhane kadar glukosa darah hari ke-7
pada kelompok uji efek antidiabetes (n=3)... 6 Tabel III. Hasil uji Post Hoc Tamhane kadar glukosa darah hari ke-14
pada kelompok uji efek antidiabetes (n=3)... 7 Tabel IV. Rerata penurunan kadar glukosa darah tikus (mean SD)
(n=3) ... 7 Tabel V. Hasil uji Post Hoc Tamhane penurunan kadar glukosa darah
xi
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 1. Rerata kadar glukosa darah tikus antar waktu (n=3) ... 5
Gambar 2. Rerata penurunan kadar glukosa darah tikus (n=3) ... 8
Gambar 3. Tanaman paitan ... 13
Gambar 4. Daun paitan ... 13
Gambar 5. Serbuk daun paitan ... 13
Gambar 6. Dekokta daun paitan ... 13
Gambar 7. Pengambilan sampel darah tikus ... 14
Gambar 8. Pembuatan serum menggunakan sentrifuge ... 14
Gambar 9. Pengukuran kadar glukosa darah dengan mikrovitalab... 15
Gambar 10. Penyuntikan streptozotosin secara intraperitonial ... 15
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1. Serbuk daun paitan dan dekokta daun paitan ... 13
Lampiran 2. Perlakuan pada tikus ... 14
Lampiran 3. Surat keterangan determinasi daun paitan ... 16
Lampiran 4. Surat Ethical Clearance (EC) ... 17
Lampiran 5. Surat hasil penetapan kadar air serbuk daun paitan ... 18
Lampiran 6. Reagen GOD-PAP Diasys ... 19
Lampiran 7. Surat legalitas penggunaan aplikasi SPSS ... 20
Lampiran 8. Perhitungan ... 21
Lampiran 9. Skema uji efek antidiabetes dekokta daun paitan ... 23
Lampiran 10. Analisis statistik rerata kadar glukosa darah hari 7 ... 24
Lampiran 11. Analisis statistik rerata kadar glukosa darah hari 14 ... 27
xiii
ABSTRAK
Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dekokta daun paitan dibandingkan glibenklamid dan menghitung persentase penurunan kadar glukosa darah terhadap efek antidiabetes pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi streptozotosin. Penelitian ini menggunakan 18 ekor tikus yang dibagi dalam 6 kelompok yaitu kelompok I (kontrol basal) tanpa diberikan perlakuan, kelompok II (kontrol pankreotoksik) streptozotosin 40 mg/gBB, kelompok III (kontrol positif) glibenklamid 0,45 mg/gBB serta kelompok IV-VI (perlakuan dekokta daun paitan) dengan dosis 1 (400 mg/kgBB); dosis 2 (800 mg/kgBB); dan dosis 3 (1600 mg/kgBB). Pengukuran kadar glukosa darah pada hari ke-0, 4, 7, dan 14 dengan metode enzimatik. Data dianalisa menggunakan uji
One-Way ANOVA taraf kepercayaan 95%, dilanjutkan dengan analisis Post Hoc Tamhane. Dosis dekokta yang efektif pada penelitian ini yaitu 800 mg/kgBB. Penurunan kadar glukosa darah dekokta daun paitan tidak berbeda bermakna dibandingkan glibenklamid dengan persentase penurunan kadar glukosa secara bertutut-turut yakni dosis 1 (87,69%); dosis 2 (96,42%); dan dosis 3 (95,49%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dekokta daun paitan mempunyai pengaruh menurunkan kadar glukosa darah tikus jantan galur Wistar yang terinduksi streptozotosin pada hari ke-7 dan ke-14.
xiv ABSTRACT
Diabetes Mellitus is a metabolic disease characterized by hyperglicemic. This study research aimed to examine antidiabetic effect of decoction of paitan leaves compared glibenclamid also to calculate percentage of blood glucose level reduction in male Wistar rats induced streptozotocin. This study used 18 rats divided into six group: group I (basal control) without treatment, group II (pancreotoxic control) streptozotosin 40 mg/gBB, group III (positive control) glibenclamid 0,45 mg/gBB, also group IV-VI (decoction of paitan leaves) with dose 1 (400 mg/kgBB); dose 2 (800 mg/kgBB); and dose 3 (1600 mg/kgBB). Measurement of blood glucose level at days 0, 4, 7, and 14 with enzymatic method. Data were analyzed by One-WayANOVA test with 95% confidence level, followed by Post Hoc Tamhane analysis. The decrease of blood sugar level of decoction of paitan leaves did not differ significantly compared to glibenclamid at day-7 and day-14 with percentage of decrease of blood sugar level in respectively dose 1 (87,69%); dose 2 (96,42%); and dose 3 (95,49%). The result showed that decoction of paitan leaves decreased blood glucose level in male Wistar rats induced streptozotocin.
1
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemik. Penyakit tersebut disertai kelainan terhadap karbohidrat, lemak, dan metabolisme protein sehingga menghasilkan komplikasi kronik termasuk mikrovaskular, makrovaskular, dan gangguan neuropatik (Dipiro et al., 2011). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 mendapatkan prevalensi diabetes melitus pada penduduk usia 25-64 tahun di Jawa dan Bali sebesar 7,5%. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013 menunjukkan proporsi diabetes melitus pada Riskesdas 2013 meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2007 (Kementrian Kesehatan RI., 2014).
Angka prevalensi penderita diabetes semakin meningkat. Negara berkembang termasuk Indonesia menggunakan bahan alam sebagai obat tradisional karena mudah diperoleh, relatif murah, dan terjangkau oleh masyarakat. Menurut WHO (2013), penggunaan obat tradisional mengalami peningkatan pada berbagai negara. Oleh karena itu, penetapan kualitas, keamanan dan efikasi obat tradisional dibutuhkan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Daun paitan (Tithonia diversifolia [Hemsley] A. Gray) merupakan salah satu tanaman yang secara tradisional digunakan masyarakat sebagai obat antidiabetes. Penelitian Prasetyo, dkk., (2016) menunjukkan infusa daun paitan dapat menurunkan kadar glukosa darah. Berdasarkan penelitian Ezeonwumelu et al., (2012) ekstrak air daun paitan memiliki kandungan saponin, alkaloid, tanin, dan flavonoid. Penelitian Lavle et al., (2016) menunjukkan bahwa senyawa flavonoid dan saponin berperan sebagai antidiabetes.
Pemilihan bentuk sediaan dekokta berdasarkan cara pemanfaatan tanaman obat yang banyak digunakan oleh masyarakat yaitu dengan metode rebusan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian dekokta daun paitan dibandingkan glibenklamid sebagai kontrol positif dan menghitung persentase penurunan kadar glukosa darah pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi streptozotosin
METODE PENELITIAN Bahan dan Alat
2
160-200 g. Daun paitan diperoleh dari CV Merapi Farma, Yogyakarta.
Bahan penelitian lainnya yang digunakan adalah streptozotosin (Nacalai Tesque) digunakan sebagai zat diabetogenik, buffer sitrat sebagai pelarut streptozotosin, glibenklamid® sebagai kontrol positif, Na CMC 0.5% sebagai pelarut glibenklamid, serta aquadest sebagai pelarut Na CMC 0.5%. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayakan nomor mesh 40, alat-alat gelas (gelas ukur, gelas beker, labu ukur, batang pengaduk, dan pipet tetes, corong), timbangan analitik (Mettler Toledo®), panci enamel, penangas air, kain flanel, termometer, stopwatch, spuit, vortex, mortir, stemper, pH meter, tabung efendorf, tabung sentrifugasi, mikropipet dan mikrovitalab.
Persiapan Sampel dan Pembuatan Dekokta
Daun paitan diperoleh dari CV Merapi Farma Yogyakarta berbentuk daun kering berwarna hijau pucat yang telah dibersihkan dan dijemur. Determinasi dilakukan di Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk mengidentifikasi daun paitan yang digunakan dalam penelitian. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman paitan yang digunakan adalah benar (Lampiran 3). Serbuk daun paitan diserbuk dengan mesin penyerbuk dan diayak menggunakan ayakan nomor
mesh 40 untuk mendapatkan serbuk yang lebih halus dan ukuran partikel yang seragam. Penetapan kadar air dari serbuk dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pengukuran kadar air dilakukan untuk memastikan serbuk daun paitan memiliki kadar air kurang dari 10% (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI., 2014). Hasil penetapan kadar air dari serbuk daun paitan sebesar 3,84% menunjukkan bahwa serbuk daun paitan memenuhi persyaratan serbuk yang baik (Lampiran 5).
3
Pembuatan Buffer Sitrat dan Streptozotosin
Buffer sitrat menggunakan Na sitrat sebesar 14,705 g dan asam sitrat sebesar 10,507 g yang masing-masing dilarutkan dalam 1 L aquadest. Titrasi buffer sitrat menggunakan 48 mL Na sitrat dan 11 mL asam sitrat hingga diperoleh pH 5,5 yang diukur dengan pH meter (Tokan, 2014). Berdasarkan Goud et al., (2015) dan Tokan (2014), dosis streptozotosin yang digunakan sebesar 40 mg/kgBB yang mampu meningkatkan kadar glukosa darah tikus dengan konsentrasi 1,6 mg/kg yang diberikan secara intraperitonial (Lampiran 8).
Pembuatan CMC Na 0,5% dan Glibenklamid
Serbuk CMC sebesar 0,5 g dilarutkan dengan 50 mL aquadest selama 24 jam dan ditambahkan aquadest hingga 100 mL. Suspensi glibenklamid terdiri dari tablet glibenklamid yang digerus homogen ditimbang setara 5 mg dan ditambahkan larutan CMC Na 0,5% hingga 100 mL (Tokan, 2014).
Penyiapan dan Pengelompokkan Hewan Uji
Penelitian penggunaan hewan uji ini telah disetujui oleh Komisi Etik, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (Lampiran 4). Tikus jantan putih galur Wistar yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 160-200 g sebanyak 18 ekor diadaptasikan dengan lingkungan penelitian selama 3 hari dengan kondisi dan perlakuan yang sama. Semua tikus ditimbang dan dibagi secara acak, kemudian dipuasakan selama 8-12 jam sebelum diberikan perlakuan yang dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok I (kontrol basal) tidak diberikan perlakuan apapun, kelompok II (kontrol pankreotoksik) terinduksi streptozotosin 40 mg/kgBB secara intraperitonial, kelompok III (kontrol positif) terinduksi streptozotosin dan diberikan glibenklamid (0,45 mg/kgBB secara peroral), kelompok IV-VI (kelompok perlakuan) terinduksi streptozotosin dan diberikan dosis dekokta daun paitan berturut-turut yaitu dosis 1 (400 mg/kgBB); dosis 2 (800 mg/kgBB); dan dosis 3 (1600 mg/kgBB) secara peroral (Lampiran 7).
Penyiapan dan Pengukuran Kadar Glukosa Darah
4
2014; Zhang et al, 2012). Serum sampel darah tikus diambil sebanyak 10 L dan ditambahkan 1000 L reagen GOD-PAP. Serum tersebut divortex dan didiamkan dengan
Operating Time (OT) selama 10 menit. Setelah OT, serum tersebut diukur menggunakan mikrovitalab. Pengukuran kadar glukosa darah diambil hari ke-0; 4; 7; dan 14 (Lampiran 9).
Analisis Statistika
Analisis data kadar glukosa darah dilakukan antara kelompok perlakuan terhadap kontrol negatif, kontrol pankreotoksik dan kontrol positif. Pengujian statistik menggunakan uji Shapiro-Wilk, jika terdistribusi normal maka dilanjutkan uji One-Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%, dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tamhane untuk melihat perbedaan antar kelompok bermakna (p<0.05) atau tidak bermakna (p>0.05) (Dahlan, 2014).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian dekokta daun paitan dibandingkan glibenklamid sebagai kontrol positif dan menghitung persentase penurunan kadar glukosa darah pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi streptozotosin. Indikator kuantitatif berupa kadar glukosa darah yang menunjukkan gangguan hiperglikemia yang dialami tikus. Hasil rerata kadar glukosa darah tikus pada semua kelompok perlakuan dapat dilihat dalam Tabel I dan Gambar 1.
Tabel I. Rerata kadar glukosa darah setiap kelompok (mean SD) (n=3)
Kelompok Waktu (hari)
II : Kontrol pankreotoksik III : Kontrol positif
5
Gambar 1. Rerata kadar glukosa darah tikus antar waktu (n=3)
Tabel I dan Gambar 1 menunjukkan bahwa kadar glukosa darah tikus pada setiap kelompok dalam hari ke-0 termasuk dalam range normal. Menurut Boehm et al., (2007) range kadar glukosa darah tikus normal berkisar 91-166 mg/dl. Pengukuran tersebut dilakukan untuk memastikan hewan uji yang digunakan tidak menderita penyakit diabetes. Pada hari ke-4 menunjukkan kadar glukosa darah pada kontrol pankreotoksik, kontrol positif dan perlakuan dekokta daun paitan mengalami peningkatan kadar glukosa lebih dari 200 mg/dl. Peningkatan kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl setelah tiga hari induksi (Goud et al., 2015).
Streptozotosin sebagai zat diabetogenik yang menyebabkan kerusakan sel β pankreas sehingga terjadi defisiensi insulin dan hiperglikemik pada hewan uji. Mekanisme streptozotosin yaitu menembus sel β Langerhans pankreas melalui Glucose Transporter 2 (GLUT-2) dan gugus nitrosourea mengakibatkan alkilasi DNA sel β pankreas. Streptozotosin merupakan donor Nitric Oxide (NO) yang juga memiliki kontribusi terhadap kerusakan sel β pankreas melalui peningkatan aktivitas guanilil siklase dan pembuatan Cyclic Guanosine Monophosphate (cGMP) (Goud et al., 2015). Pelarut streptozotosin yaitu buffer sitrat tidak mempengaruhi perubahan kadar glukosa darah tikus (Sellamuthu et al., 2009).
Dekokta Dosis 1 Dekokta Dosis 2 Dekokta Dosis 3
6
II : Kontrol pankreotoksik III : Kontrol positif
IV : Dekokta dosis 1 (400 mg/kgBB) V : Dekokta dosis 2 (800 mg/kgBB) VI : Dekokta dosis 3 (1600 mg/kgBB) BB : Berbeda Bermakna (p<0.05) BTB : Berbeda Tidak Bermakna (p>0.05)
Pengukuran pada hari ke-7 menunjukkan kontrol pankreotoksik dan kontrol positif berbeda bermakna dibandingkan dengan kontrol basal. Hal tersebut menunjukkan bahwa kontrol pankreotoksik dan kontrol positif mengalami penurunan kadar glukosa darah namun masih dalam konsiri diabetes (kadar glukosa darah > 200 mg/dl). Penurunan kadar glukosa darah kontol pankreotoksik mungkin disebabkan sel β pankreas yang terluka tidak rusak secara permanen sehingga sel-sel β pankreas dewasa yang mengandung sel β perkursor mengalami regenerasi (Zhang et al, 2012).
Perbandingan kontrol positif dengan perlakuan dekokta daun paitan menunjukkan berbedaan tidak bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan kadar glukosa darah tikus hampir sebanding. Apabila perlakuan dekokta daun paitan dibandingkan dengan kontrol basal, menunjukkan perbedaan tidak bermakna yang berarti perlakuan dekokta daun paitan hampir mendekati kadar glukosa darah tikus kontrol basal.
7
Tabel III. Hasil uji Post Hoc Tamhane kadar glukosa darah hari ke-14 pada kelompok uji efek antidiabetes (n=3)
Kelompok I II III IV V VI
II : Kontrol pankreotoksik III : Kontrol positif
IV : Dekokta dosis 1 (400 mg/kgBB) V : Dekokta dosis 2 (800 mg/kgBB) VI : Dekokta dosis 3 (1600 mg/kgBB) BB : Berbeda Bermakna (p<0.05) BTB : Berbeda Tidak Bermakna (p>0.05)
Hasil kadar glukosa darah pada hari ke-14 dianalisis secara statistik menggunakan
Post Hoc Tamhane dapat dilihat pada tabel II. Berdasarkan hasil pada tabel II menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif dan perlakuan dekokta daun paitan mempunyai pengaruh efek antidiabetes dengan adanya penurunan kadar glukosa darah tikus. Apabila kelompok tersebut dibandingkan dengan kontrol basal, terlihat adanya perbedaan tidak bermakna maka kadar glukosa darah tersebut termasuk normal. Perbandingan perlakuan dekokta daun paitan dengan kontrol positif terlihat adanya perbedaan tidak bermakna, menunjukkan pengaruh perubahan kadar glukosa darah tikus dekokta daun paitan hampir sebanding dengan kontrol positif.
Tabel IV. Rerata penurunan kadar glukosa darah tikus (mean SD) (n=3)
Kelompok Waktu penurunan (hari)
8
Gambar 2. Rerata penurunan kadar glukosa darah tikus (n=3)
Hasil rerata penurunan kadar glukosa darah tikus setiap kelompok dapat dilihat dalam tabel III dan gambar 2. Rerata penurunan kadar glukosa darah tertinggi hingga terendah pada hari 4-14 yaitu dekokta dosis 3 (395,33), kontrol positif (359,33), dekokta dosis 2 (350,33), kontrol pankreotoksik (323,33), dekokta dosis 1 (270,67) dan kontrol basal (1).
Tabel V. Hasil uji Post Hoc Tamhane penurunan kadar glukosa darah hari 4-14 (n=3) II : Kontrol pankreotoksik III : Kontrol positif
IV : Dekokta dosis 1 (400 mg/kgBB) V : Dekokta dosis 2 (800 mg/kgBB) VI : Dekokta dosis 3 (1600 mg/kgBB) BB : Berbeda Bermakna (p<0.05) BTB : Berbeda Tidak Bermakna (p>0.05)
Penurunan kadar glukosa darah tikus pada dekokta daun paitan dosis 1, 2, 3 tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif, menunjukkan penurunan kadar glukosa darah tikus dekokta daun paitan hampir sebanding dengan kontrol positif (tabel IV). Persentase penurunan kadar glukosa darah tertinggi hingga terendah pada hari ke 4-14 yaitu dekokta dosis 2 (96,42%), dekokta dosis 3 (95,49%), kontrol positif (94,73%), dekokta dosis 1
Kontrol Positif Dekokta Dosis 1 Dekokta Dosis 2 Dekokta Dosis 3
9
(87,69%), kontrol pankreotoksik (83,55%), dan kontrol basal (4,92%) (Lampiran 9). Maka dapat dlilihat dosis dekokta yang efektif pada penelitian ini yaitu 400 mg/kgBB.
Glibenklamid merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk penderita diabetes dan digunakan sebagai obat standar dalam membandingkan aktivitas antidiabetes pada tikus sebagai model diabetes terinduksi streptozotosin Mekanisme glibenklamid dengan merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas yang masih bisa berproduksi (Departemen Kesehatan RI, 2005). Glibenklamid menghambat kanal Adenosine Phosphate-sensitive K+ (KATP) pada membran plasma sehingga terjadi depolarisasi membran. Hal tersebut
menyebabkan kanal Ca terbuka, meningkatnya Ca+ dan terlepasnya insulin (Sellamuthu et al., 2009). Pelarut glibenklamid yaitu CMC Na 0,5% tidak mempengaruhi perubahan kadar glukosa darah tikus (Prasetyo dkk., 2016; Tokan, 2014).
Dekokta daun paitan memiliki efek antidiabetes dengan menurunkan kadar glukosa darah tikus yang terinduksi streptozosin. Efek tersebut mungkin dipengaruhi adanya kandungan flavonoid dan saponin. Senyawa flavonoid dapat meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan perifer dan mengurangi resistensi insulin, inflamasi serta stress oksidatif pada otot dan lemak (Jadhav dan Puchchakayala, 2011; Lavle et al., 2016). Senyawa saponin dapat meningkatkan sensitivitas insulin, menghambat gluconeogenesis dan meningkatkan ekspresi Glucose Transporter 4 (GLUT-4) (Bhavsar et al., 2009; Lavle
et al., 2016).
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh dan uji statistik yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian dekokta daun paitan dengan dosis 400; 800; 1600 mg/kgBB memiliki pengaruh menurunkan kadar glukosa darah pada tikus jantan galur wistar yang terinduksi streptozotosin pada hari ke-7 dan ke-14 dengan persentase penurunan kadar glukosa darah secara berturut turut sebesar 87,69%; 96,42%; dan 95.49%.
SARAN
10
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI., 2010. Acuan Sediaan Herbal. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Jakarta, 4.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI., 2014. Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Jakarta, 10.
Bhavsar, S.K., Singh, S., Giri, S., Jain, M.R., dan Santani, D.D., 2009. Effect of Saponin from Helicteres isora on Lipid and Glucose Metabolism Regulating Genes Expression. Journal of Ethnopharmacology, 124, 426-433.
Boehm, O., Zur, B., Koch, A., Tran, N., Freyenhagen, R., Hartmann, M., dan Zacharowski, K., 2007. Clinical Chemistry Reference Database for Wistar Rats and C57/BL6 Mice. Bio. Chem., 388: 548.
Dahlan, M.S., 2014, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 6. Epidemiologi Indonesia, Jakarta, 14, 110-117.
Departemen Kesehatan RI, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 37-39.
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., dan Posey, L.M., 2011.
Pharmacotherapy Handbook 8th Edition. McGraw-Hill, 1256.
Ezeonwumelu, J.O.C., Omolo, R.G., Ajayi, A.M., Agwu, E., Tanayen, J.K., Adiukwu, C.P., Oyewale, A.A., Adju, B., Okoruwa, A.G., and Ogbonnia, S.O., 2012. Studies of Phytochemical Screening, Acute Toxicity and Anti-Diarrhoeal Effect of Aqueous Extract of Kenyan Tithonia diversifolia Leaves in Rats.
British Journal of Pharmacology and Toxicology, 3(3), 127-134.
Fahri, C., Sutarno, dan Listyawati, S., 2005. Kadar Glukosa dan Kolesterol Total Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Hiperglikemik Setelah Pemberian Ekstrak Metanol Akar Meniran (Phyllanthus niruri L.). Biofarmasi, 3(1): 1-6.
Goud, B.J., Dwarakanath, V., dan Swamy, B.K.C., 2015. Streptozotocin-A Diabetogenic Agent in Animal Models. International Journal of Pharmacy & Pharmaceutical Research, 3(1): 253-265.
Harmita dan Radji, M., 2006. Buku Ajar Analisis Hayati. EGC, Jakarta, 66-67.
11
Kementrian Kesehatan RI, 2014. Situasi dan Analisis Diabetes. Kementrian Kesehatan RI, Jakarta, 1.
Lavle, N., Sukla, P., Panchal, A., 2016. Role of Flavonoids and Saponins in The Treatment of Diabetes Mellitus. Journal of Pharmaceutical Science and Bioscientific Research, 6(4): 535-541.
Prasetyo, A., Denashurya, T.G., Putri, W.S., Ilmiawan, M.I., 2016. Perbandingan Efek Hipoglikemik Infusa Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hamsley) A. Gray) dan Metformin pada Tikus yang Diinduksi Aloksan. IAI, Pontianak, 91-94.
Sellamuthu, P.S., Muniappan, B.P., Perumal, S.M., dan Kandasamy, M., 2009. Antigyperglycemic Effect of Mangiferin in Streptozotocin Induced Diabetic Rats. Journal of Health Science, 55(2), 206-214.
Tokan, I.R., 2014. Efek Antihiperglikemik Ekstrak Etanol Daun Artocarpus altilis (Park.) Foesberg pada Tikus Terinduksi Streptozotosin. Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Zhang, Y., Zhang, Y., None, R.N., Cui, W., Beng, J.B., Siegal, G.P., Wang, H., dan Wu, H., 2012. Regeneration of Pancreatic Non-β Endocrine Cells in Adult Mice following a Single Diabetes-Inducing Dose of Streptozotocin. Plos One, 7(5): e36675.
12
13
Lampiran 1. Serbuk daun paitan dan dekokta daun paitan
Gambar 3. Tanaman paitan Gambar 4. Daun paitan
Gambar 5. Serbuk daun paitan
14
Lampiran 2. Perlakuan pada tikus
Gambar 7. Pengambilan sampel darah tikus
15
Gambar 9. Pengukuran kadar glukosa dengan mikrovitalab
Gambar 10. Penyuntikan streptozotosin secara intraperitonial
16
17
18
19
20
21
Lampiran 8. Perhitungan
a. Konsentrasi Streptozotosin
Dosis streptozotosin : 40 mg/kgBB Berat badan tikus : 200 g
Dosis glibenklamid pada manusia sebesar 5 mg dengan berat badan 70 kg.
Nilai konversi berat badan manusia (70 kg) ke tikus (200 g) = 0.018 (Harmita dan Radji, 2006).
Dosis glibenklamid = 5 mg x 0.018
= 0,09 mg/200gBB tikus = 0,45 mg/kgBB tikus
c. Dosis dekokta akar daun paitan
Konsentrasi dekokta : 8% = 80 g/mL
g = 1600 mg/kgBB; dibuat peringkat dosis dengan dibagi 2
Maka, peringkat dosis yaitu : 400; 800; 1600 mg/kgBB
d. Konversi dosis dari tikus ke manusia
Nilai konversi tikus 200 g ke manusia 70 kg = 56
Dosis untuk manusia 70 kg = dosis tikus 200 g x nilai konversi Dekokta daun paitan dosis 1 (400 mg/kgBB)
22
Dosis manusia = 0,08 g/200gBB x 56 = 4,48 g/70kgBB manusia Dekokta daun paitan dosis 2 (800 mg/kgBB)
800 mg/kgBB = 0,8 g/kgBB = 0,8 g/1000gBB = 0,16 g/200gBB Dosis manusia = 0,16 g/200gBB x 56 = 8,96 g/70kgBB manusia Dekokta daun paitan dosis 3 (1600 mg/kgBB)
1600 mg/kgBB = 1,6 g/kgBB = 1,6 g/1000gBB = 0,32 g/200gBB Dosis manusia = 0,32 g/200gBB x 56 = 417,92 g/70kgBB manusia
e. Perhitungan persentase penurunan kadar glukosa darah tikus
Penurunan pra-perlakuan = rerata penurunan kadar glukosa darah tikus hari 4-0 Penurunan post-perlakuan = rerata penurunan kadar glukosa darah tikus hari 4-14 % penurunan hari 4-14 = e a − e a a
e a a− e a a x %
(Fahri, dkk., 2005) Dekokta dosis 1 = ,
, x % = 87,69%
Dekokta dosis 2 = ,
, x % = 96,42%
23
Lampiran 9. Analisis statistik kadar glukosa darah tikus
Gambar 2. Skema uji efek antidiabetes dekokta daun paitan Keterangan
STZ : streptozotosin Kontrol (+) : kontrol positif
Kontrol P : kontrol prankreotoksik
Kelompok IV : dekokta daun paitan dosis 1 (400 mg/kgBB) Kelompok V : dekokta daun paitan dosis 2 (800 mg/kgBB) Kelompok VI : dekokta daun paitan dosis 3 (1600 mg/kgBB)
Hari ke-0 Diukur kadar glukosa darah
Hari ke-1
Kontrol basal
Kontrol (+)
18 ekor tikus dipuasakan selama 8-12 jam
Hari ke-4
Diukur kadar glukosa darah >200 mg/dL
Kontrol
Induksi STZ 40 mg/kgBB i.p.
Kontrol (P) Kelompok IV-VI
Kelompok VI Diberi dekokta
24
Lampiran 10. Analisis statistik rerata kadar glukosa darah tikus hari 7
a. Uji normalitas (Shapiro-Wilk) Wilk, nilai p setiap kelompok lebih dari 0.05, maka disimpulkan sampel terdistribusi normal, maka analisis dilanjutkan analisis One-Way ANOVA.
b. Uji homogenitas Lower Bound Upper Bound
Kontol Basal 3 82.3333 11.06044 6.38575 54.8577 109.8090 72.00 94.00 Kontrol
Pankreotoksik
26
Test of Homogeneity of Variances
Hari_7
Levene Statistic df1 df2 Sig.
6.721 5 12 .003
Jika nilai p>0.05 maka sampel dikatakan memiliki varian yang sama. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa varian data berbeda (0.003), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai varian berbeda dan analisis data dilanjutkan dengan One Way ANOVA.
c. Uji ANOVA
ANOVA
Hari_7
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 146722.500 5 29344.500 9.923 .001
Within Groups 35486.000 12 2957.167
Total 182208.500 17
Hasil uji analisis One-Way ANOVA menunjukkan 0.035 (p<0.05), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai rerata kadar glukosa darah yang berbeda bermakna. Oleh karena itu, dilanjutkan analisis Post Hoc Tamhane untuk mengetahui antar kelompok mana yang mempunyai perbedaan.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Hari_7
Tamhane
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
Kontrol Positif -298.33333* 15.23884 .006 -439.6913 -156.9754
Dekokta Dosis 1 -178.00000 34.75949 .379 -692.6902 336.6902
Dekokta Dosis 2 -223.33333 62.16287 .649 -1237.0069 790.3403
Dekokta Dosis 3 -153.33333 24.19137 .225 -465.3748 158.7082
26
Pankreotoksik Kontrol Positif -148.33333* 18.39082 .021 -264.4225 -32.2442
Dekokta Dosis 1 -28.00000 36.25220 1.000 -432.8297 376.8297
Dekokta Dosis 2 -73.33333 63.00970 .999 -994.3473 847.6806
Dekokta Dosis 3 -3.33333 26.29111 1.000 -226.4271 219.7605
Kontrol Positif Kontol Basal 298.33333* 15.23884 .006 156.9754 439.6913
Kontrol
Pankreotoksik 148.33333
*
18.39082 .021 32.2442 264.4225
Dekokta Dosis 1 120.33333 36.86311 .581 -256.0014 496.6681
Dekokta Dosis 2 75.00000 63.36315 .998 -812.8964 962.8964
Dekokta Dosis 3 145.00000 27.12727 .145 -63.7514 353.7514
Dekokta Dosis 1 Kontol Basal 178.00000 34.75949 .379 -336.6902 692.6902
Kontrol
Pankreotoksik 28.00000 36.25220 1.000 -376.8297 432.8297
Kontrol Positif -120.33333 36.86311 .581 -496.6681 256.0014
Dekokta Dosis 2 -45.33333 70.64622 1.000 -617.5160 526.8494
Dekokta Dosis 3 24.66667 41.37498 1.000 -265.6325 314.9659
Dekokta Dosis 2 Kontol Basal 223.33333 62.16287 .649 -790.3403 1237.0069
Kontrol
Pankreotoksik 73.33333 63.00970 .999 -847.6806 994.3473
Kontrol Positif -75.00000 63.36315 .998 -962.8964 812.8964
Dekokta Dosis 1 45.33333 70.64622 1.000 -526.8494 617.5160
Dekokta Dosis 3 70.00000 66.09001 .999 -638.4762 778.4762
Dekokta Dosis 3 Kontol Basal 153.33333 24.19137 .225 -158.7082 465.3748
Kontrol
Pankreotoksik 3.33333 26.29111 1.000 -219.7605 226.4271
Kontrol Positif -145.00000 27.12727 .145 -353.7514 63.7514
Dekokta Dosis 1 -24.66667 41.37498 1.000 -314.9659 265.6325
Dekokta Dosis 2 -70.00000 66.09001 .999 -778.4762 638.4762
27
Lampiran 11. Analisis statistik rerata kadar glukosa darah tikus hari 14
a. Uji normalitas (Shapiro-Wilk) Wilk, nilai p setiap kelompok lebih dari 0.05, maka disimpulkan sampel terdistribusi normal, maka analisis dilanjutkan analisis One-Way ANOVA.
b. Uji homogenitas
Pankreotoksik 3 146.3333 20.81666
12.0185
0 94.6219 198.0448 123.00 163.00
Kontrol Positif 3 102.0000 7.93725 4.58258 82.2828 121.7172 96.00 111.00
Dekokta Dosis 1
3 118.0000 37.26929 21.5174
3 25.4180 210.5820 75.00 141.00
Dekokta Dosis 2 3 96.3333 4.50925 2.60342 85.1317 107.5349 92.00 101.00
Dekokta Dosis 3 3 99.6667 2.08167 1.20185 94.4955 104.8378 98.00 102.00
28
Test of Homogeneity of Variances
Hari_14
Levene Statistic df1 df2 Sig.
7.081 5 12 .003
Jika nilai p>0.05 maka sampel dikatakan memiliki varian yang sama. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa varian data berbeda (0.003), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai varian berbeda dan analisis data dilanjutkan dengan One Way ANOVA.
c. Uji ANOVA
ANOVA
Hari_14
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 5896.444 5 1179.289 3.515 .035
Within Groups 4026.000 12 335.500
Total 9922.444 17
Hasil uji analisis One-Way ANOVA menunjukkan 0.035 (p<0.05), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai rerata kadar glukosa darah yang berbeda bermakna. Oleh karena itu, dilanjutkan analisis Post Hoc Tamhane untuk mengetahui antar kelompok mana yang mempunyai perbedaan.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Hari_14
Tamhane
Pankreotoksik -51.33333 13.37078 .396 -170.3316 67.6650
Kontrol Positif -7.00000 7.43864 1.000 -55.7232 41.7232
Dekokta Dosis 1 -23.00000 22.30097 1.000 -311.3354 265.3354
Dekokta Dosis 2 -1.33333 6.41179 1.000 -62.5232 59.8565
29
Kontrol
Pankreotoksik
Kontol Basal
51.33333 13.37078 .396 -67.6650 170.3316
Kontrol Positif 44.33333 12.86252 .551 -92.5858 181.2525
Dekokta Dosis 1 28.33333 24.64639 .998 -169.7069 226.3736
Dekokta Dosis 2 50.00000 12.29724 .519 -124.2533 224.2533
Dekokta Dosis 3 46.66667 12.07845 .599 -150.8446 244.1780
Kontrol Positif Kontol Basal 7.00000 7.43864 1.000 -41.7232 55.7232
Kontrol
Pankreotoksik -44.33333 12.86252 .551 -181.2525 92.5858
Dekokta Dosis 1 -16.00000 22.00000 1.000 -329.4972 297.4972
Dekokta Dosis 2 5.66667 5.27046 .999 -36.1594 47.4927
Dekokta Dosis 3 2.33333 4.73756 1.000 -59.9839 64.6505
Dekokta Dosis 1 Kontol Basal 23.00000 22.30097 1.000 -265.3354 311.3354
Kontrol
Pankreotoksik -28.33333 24.64639 .998 -226.3736 169.7069
Kontrol Positif 16.00000 22.00000 1.000 -297.4972 329.4972
Dekokta Dosis 2 21.66667 21.67436 1.000 -325.9797 369.3130
Dekokta Dosis 3 18.33333 21.55097 1.000 -344.5921 381.2587
Dekokta Dosis 2 Kontol Basal 1.33333 6.41179 1.000 -59.8565 62.5232
Kontrol
Pankreotoksik -50.00000 12.29724 .519 -224.2533 124.2533
Kontrol Positif -5.66667 5.27046 .999 -47.4927 36.1594
Dekokta Dosis 1 -21.66667 21.67436 1.000 -369.3130 325.9797
Dekokta Dosis 3 -3.33333 2.86744 .998 -29.9268 23.2602
Dekokta Dosis 3 Kontol Basal 4.66667 5.98145 1.000 -81.5884 90.9217
Kontrol
Pankreotoksik -46.66667 12.07845 .599 -244.1780 150.8446
Kontrol Positif -2.33333 4.73756 1.000 -64.6505 59.9839
Dekokta Dosis 1 -18.33333 21.55097 1.000 -381.2587 344.5921
30
Lampiran 12. Analisis statistik rerata penurunan kadar glukosa darah tikus hari 4-14
a. Uji normalitas (Shapiro-Wilk)
Tests of Normality Wilk, nilai p setiap kelompok lebih dari 0.05, maka disimpulkan sampel terdistribusi normal, maka analisis dilanjutkan analisis One-Way ANOVA.
b. Uji homogenitas
Pankreotoksik 3 323.3333 24.70493 14.26340 261.9629 384.7038 297.00 346.00
Kontrol Positif 3 359.3333 20.74448 11.97683 307.8012 410.8655 337.00 378.00
Dekokta Dosis 1 3 270.6667 55.50976 32.04857 132.7728 408.5606 220.00 330.00
Dekokta Dosis 2 3 350.3333 71.34657 41.19196 173.0986 527.5680 268.00 394.00
Dekokta Dosis 3 3 395.3333 96.46416 55.69361 155.7031 634.9636 284.00 454.00
31
Test of Homogeneity of Variances
Penurunan_H_4_14
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.839 5 12 .012
Jika nilai p>0.05 maka sampel dikatakan memiliki varian yang sama. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa varian data berbeda, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai varian berbeda dan analisis data dilanjutkan dengan One Way ANOVA.
c. Uji ANOVA
ANOVA
Penurunan_H_4_14
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 312844.667 5 62568.933 20.200 .000
Within Groups 37169.333 12 3097.444
Total 350014.000 17
Hasil uji analisis One-Way ANOVA menunjukkan 0.000 (p<0.05), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai rerata kadar glukosa darah yang berbeda bermakna. Oleh karena itu, dilanjutkan analisis Post Hoc Tamhane untuk mengetahui antar kelompok mana yang mempunyai perbedaan.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Penurunan_H_4_14
Tamhane
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
Kontrol Positif -358.33333* 12.87547 .004 -492.1976 -224.4691
Dekokta Dosis 1 -269.66667 32.39513 .171 -774.5078 235.1744
Dekokta Dosis 2 -349.33333 41.46216 .175 -1018.4394 319.7728
Dekokta Dosis 3 -394.33333 55.89375 .247 -1319.2293 530.5626
32
Pankreotoksik Kontrol Positif -36.00000 18.62495 .871 -154.9039 82.9039
Dekokta Dosis 1 52.66667 35.07928 .983 -281.6894 387.0228
Dekokta Dosis 2 -27.00000 43.59154 1.000 -521.1331 467.1331
Dekokta Dosis 3 -72.00000 57.49106 .997 -836.1604 692.1604
Kontrol Positif Kontol Basal 358.33333* 12.87547 .004 224.4691 492.1976
Kontrol
Pankreotoksik 36.00000 18.62495 .871 -82.9039 154.9039
Dekokta Dosis 1 88.66667 34.21338 .779 -280.4941 457.8274
Dekokta Dosis 2 9.00000 42.89781 1.000 -528.0729 546.0729
Dekokta Dosis 3 -36.00000 56.96685 1.000 -845.1837 773.1837
Dekokta Dosis
1
Kontol Basal 269.66667 32.39513 .171 -235.1744 774.5078
Kontrol
Pankreotoksik -52.66667 35.07928 .983 -387.0228 281.6894
Kontrol Positif -88.66667 34.21338 .779 -457.8274 280.4941
Dekokta Dosis 2 -79.66667 52.19089 .968 -422.2630 262.9297
Dekokta Dosis 3 -124.66667 64.25643 .900 -629.8748 380.5415
Dekokta Dosis
2
Kontol Basal 349.33333 41.46216 .175 -319.7728 1018.4394
Kontrol
Pankreotoksik 27.00000 43.59154 1.000 -467.1331 521.1331
Kontrol Positif -9.00000 42.89781 1.000 -546.0729 528.0729
Dekokta Dosis 1 79.66667 52.19089 .968 -262.9297 422.2630
Dekokta Dosis 3 -45.00000 69.27161 1.000 -510.4100 420.4100
Dekokta Dosis
3
Kontol Basal 394.33333 55.89375 .247 -530.5626 1319.2293
Kontrol
Pankreotoksik 72.00000 57.49106 .997 -692.1604 836.1604
Kontrol Positif 36.00000 56.96685 1.000 -773.1837 845.1837
Dekokta Dosis 1 124.66667 64.25643 .900 -380.5415 629.8748
Dekokta Dosis 2 45.00000 69.27161 1.000 -420.4100 510.4100
33
BIOGRAFI PENULIS
32