Universitas Kristen Maranatha
iv
ABSTRAK
EFEKTIVITAS BERBAGAI SEDIAAN EKSTRAK BAWANG PUTIH
(Allium sativum Linn.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN
Staphylococcus aureus DAN Salmonella typhi
Ricky Hartanto, 2006. Pembimbing I : Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes.
Pembimbing II : Triswaty Winata, dr., M.Kes.
Bawang putih merupakan tanaman yang dapat kita temui di mana saja dan
mempunyai efek terapi yang perlu dipelajari. Senyawa
allicin
yang dihasilkan saat
siung bawang putih dihancurkan, memiliki efek antimikroba, termasuk terhadap
Staphylococcus aureus
dan
Salmonella typhi
. Tujuan dari percobaan ini adalah
mengetahui efektivitas ekstrak bawang putih di pasaran terhadap
Staphylococcus
aureus
dan
Salmonella typhi
. Dasar pemikiran adalah
allicin
yang terdapat pada
ekstrak bawang putih di pasaran dapat mengobati penyakit infeksi. Penelitian
deskriptif ini bersifat eksperimental prospektif dan dilakukan dengan metode
spread
plate
secara
in vitro
. Tolak ukur penelitian adalah diameter zona hambatan
pertumbuhan
Staphylococcus aureus
dan
Salmonella typhi
pada daerah di sekitar
cakram yang ditetesi air perasan bawang putih,
garlic oil
, dan
garlic powder
. Air
perasan dari bawang putih dibuat dengan konsentrasi 100%,
garlic oil
dengan
konsentrasi 100%, dan1gr
garlic powder
dilarutkan ke dalam 1ml aquades. Diameter
zona hambatan pertumbuhan dari air perasan bawang putih yang terbentuk pada
cawan petri adalah 30,50mm dan 30,13mm untuk
Staphylococcus aureus
, sedangkan
untuk cakram yang ditetesi
garlic oil
dan
garlic powder
tidak terbentuk.
Salmonella
typhi
memiliki diameter zona hambatan pertumbuhan dari air perasan bawang putih
pada cawan petri adalah 25,64mm dan 25,38mm, sedangkan untuk cakram yang
ditetesi
garlic oil
dan
garlic powder
tidak terbentuk. Dari data di atas, didapat
gambaran bahwa ekstrak bawang putih di pasaran tidak memiliki efektivitas
antimikroba terhadap
Staphylococcus aureus
dan
Salmonella typhi
.
Universitas Kristen Maranatha
v
ABSTRACT
EFFECTIVITY OF GARLIC EXTRACT PRODUCTS (Allium sativum Linn.)
TO INHIBIT THE GROWTH OF Staphylococcus aureus AND Salmonella typhi
Ricky Hartanto, 2006.
First Tutor
: Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes.
Second Tutor
: Triswaty Winata, dr., M.Kes.
Garlic is a herb which could be found almost in everywhere and have therapeutic
effects that need to be learnt. Its compound called allicin, which is produced when the
raw garlic is crushed, has a great antimicrobial effect, including to Staphylococcus
aureus and Salmonella typhi. The aim of this experiment is to know the effectivity of
garlic extract in market. The fundamental thought of this experiment is allicin in
garlic extract in market has ability to cure some infectious disease. This descriptive
and prospective experiment done by spread plate method in vitro . The parameter of
this experiment is diameter of growth inhibition zone of Staphylococcus aureus and
Salmonella typhi around disc which has been dropt by the squeezed rasp garlic
liquid, garlic oil, and garlic powder. The squeezed of garlic is made with 100%
concentration, garlic oil with 100% concentration, and 1gr garlic powder solved in
1ml aquadest. Diameter of growth inhibition zone from the squeezed rasp garlic
liquid is 30,50mm and 30,13mm for Staphylococcus aureus, theres no inhibition zone
in garlic oil and garlic powder.
Salmonella typhi had 25,64mm and 25,38mm
diameter of growth inhibition zone from the squeezed rasp garlic liquid, and has no
inhibition zone in garlic oil and garlic powder. From those data, we can say that
garlic extract in market has no antimicrobial effect against Staphylococcus aureus
and Salmonella typhi.
Universitas Kristen Maranatha
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT
... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR DIAGRAM ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ... 2
1.4 Kegunaan Penelitian ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran ... 3
1.6 Metode Penelitian ... 3
1.7 Lokasi dan Waktu ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat Tradisional ... 5
2.2 Tanaman Bawang Putih ... 5
2.2.1 Botani Bawang Putih ... 6
2.2.1.1 Daun ... 7
2.2.1.2 Batang ... 7
2.2.1.3 Akar ... 8
2.2.1.4 Siung dan Umbi ... 8
2.2.1.5 Bunga ... 9
2.2.2 Varietas Bawang Putih ... 10
2.2.3 Kandungan Kimia Bawang Putih ... 10
2.2.4
Allicin
... 11
2.3
Staphylococcus aureus
... 15
2.3.1 Morfologi
Staphylococcus aureus
... 15
2.3.2 Karakteristik Pertumbuhan
Staphylococcus aureus
... 16
2.3.3 Metabolit
Staphylococcus aureus
... 17
2.3.3.1 Metabolit Non Toksin ... 17
2.3.3.1.1 Antigen Permukaan ... 17
2.3.3.1.2 Katalase ... 18
Universitas Kristen Maranatha
vii
2.3.3.1.4 Hialuronidase ... 18
2.3.3.1.5 Staphylokinase ... 19
2.3.3.1.6 Metabolit Non Toksin Lainnya ... 19
2.3.3.2 Eksotoksin ... 19
2.3.3.2.1 Alfa Hemolisin ... 19
2.3.3.2.2 Leukosidin ... 20
2.3.3.2.3 Toksin Eksfoliatif ... 20
2.3.3.3 Enterotoksin ... 20
2.3.4 Patogenesis
Staphylococcus aureus
... 21
2.3.5 Patologi
Staphylococcus aureus
... 21
2.3.6 Manifestasi Klinis Infeksi
Staphylococcus aureus
... 21
2.3.7
Multidrug-resistant Staphylococcus aureus
... 22
2.4
Salmonella typhi
... 24
2.4.1 Morfologi dan Karakteristik
Salmonella typhi
... 24
2.4.2 Struktur Antigen dan Faktor Virulensi Salmonella typhi .... 25
2.4.2.1 Antigen Somatik (O)/Antigen Dinding Sel ... 25
2.4.2.2 Antigen Permukaan (Kapsul) ... 26
2.4.2.3 Antigen Flagela (H) ... 26
2.4.3 Patogenesis Infeksi
Salmonella typhi
... 28
2.4.4 Manifestasi Klinis Infeksi
Salmonella typhi
... 30
2.4.5 Multidrug-resistant
Salmonella typhi
... 30
2.5 Bawang Putih Sebagai Antibakteri, Khususnya Terhadap
Staphylococcus aureus
dan
Salmonella typhi
... 32
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan ... 33
3.2 Diagram Kerja ... 34
3.3 Metode Penelitian ... 35
3.3.1 Identifikasi Kuman Uji... 35
3.3.2 Pembuatan Suspensi Bakteri ... 35
3.3.3 Pembuatan Air Perasan Dari Parutan Bawang Putih ... 35
3.3.4 Persiapan Berbagai Sediaan Ekstrak Bawang Putih ... 36
3.3.5 Pengujian Efektivitas Berbagai Sediaan Ekstrak
Bawang Putih dan Air Perasan dari Parutan
Bawang Putih Terhadap
Staphylococcus aureus
... 36
3.3.6 Pengujian Efektivitas Berbagai Sediaan Ekstrak
Bawang Putih dan Air Perasan dari Parutan
Bawang Putih Terhadap
Salmonella typhi
... 37
3.3.7 Pengamatan dan Pencatatan Hasil Penelitian ... 37
Universitas Kristen Maranatha
viii
4.1.1 Hasil Identifikasi Kuman Uji ... 38
4.1.1.1 Identifikasi
Staphylococcus aureus
... 38
4.1.1.2 Identifikasi
Salmonella typhi
... 39
4.1.2 Hasil Pengujian Efektivitas Berbagai Sediaan
Ekstrak Bawang Putih ... 39
4.1.2.1 Hasil Pengujian Efektivitas Berbagai Sediaan
Ekstrak Bawang Putih Terhadap
Staphylococcus aureus
... 40
4.1.2.2 Hasil Pengujian Efektivitas Berbagai Sediaan
Ekstrak Bawang PutihTerhadap
Salmonella typhi
... 41
4.2 Pembahasan ... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 45
5.2 Saran.... ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
LAMPIRAN ... 48
Universitas Kristen Maranatha
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Standar Interpretasi Diameter Zona Hambatan... 39
Tabel 4.2 Diameter Zona Hambatan Berbagai Sediaan Ekstrak
Bawang Putih Terhadap
Staphylococcus aureus
... 40
Tabel 4.2 Diameter Zona Hambatan Berbagai Sediaan Ekstrak
Universitas Kristen Maranatha
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tanaman Bawang Putih ... 6
Gambar 2.2 Umbi dan Siung Bawang Putih ... 8
Gambar 2.3 Struktur Kimia
Allicin
... 12
Gambar 2.4 Proses Perubahan
Alliin
Menjadi
Allicin
... 13
Gambar 2.5 Pewarnaan Gram Staphylococcus aureus ... 16
Gambar 2.6
Staphylococcus aureus
Dengan Mikroskop Elektron ... 16
Gambar 2.7 Faktor-Faktor Virulensi
Staphylococcus aureus
... 17
Gambar 2.8 Tempat Infeksi dan Penyakit yang Disebabkan
Staphylococcus aureus
... 22
Gambar 2.9 Pewarnaan Gram
Salmonella typhi
... 25
Gambar 2.10 Flagela Pada
Salmonella typhi
... 26
Gambar 2.11 Patogenesis Dari Salmonellosis ... 28
Gambar 2.12 Invasi Mukosa Usus Manusia Oleh
Salmonella
... 29
Gambar L1a Zona Hambatan Pertumbuhan
Staphylococcus aureus
Oleh Cakram Ampisilin ... 49
Gambar L1b Zona Hambatan Pertumbuhan
Staphylococcus aureus
Oleh Cakram Netral ... 49
Gambar L1c Zona Hambatan Pertumbuhan
Staphylococcus aureus
Oleh Air Perasan Dari Parutan Bawang Putih dan
Berbagai Sediaan Ekstrak Bawang Putih Jenis
Garlic Oil
... 50
Gambar L1d Zona Hambatan Pertumbuhan
Staphylococcus aureus
Oleh Air Perasan Dari Parutan Bawang Putih dan
Berbagai Sediaan Ekstrak Bawang Putih Jenis
Garlic Powder
... 50
Universitas Kristen Maranatha
xi
Oleh Cakram Kloramfenikol ... 51
Gambar L2b Zona Hambatan Pertumbuhan
Salmonella typhi
Oleh Cakram Netral ... 51
Gambar L2c Zona Hambatan Pertumbuhan
Salmonella typhi
Oleh Air Perasan Dari Parutan Bawang Putih dan
Berbagai Sediaan Ekstrak Bawang Putih Jenis
Garlic Oil
... 52
Gambar L2d Zona Hambatan Pertumbuhan
Salmonella typhi
Oleh Air Perasan Dari Parutan Bawang Putih dan
Universitas Kristen Maranatha
xii
DAFTAR LAMPIRAN
48
LAMPIRAN 1
Gambar-Gambar Hasil Penelitian
Gambar-gambar hasil peneltian yang dapat dilihat pada lampiran ini terdiri dari :
1.
Gambar L1, yaitu gambar zona hambatan pertumbuhan
Staphylococcus aureus
dengan berbagai perlakuan, diantaranya :
- Gambar L1a, yaitu zona hambatan pertumbuhan
Staphylococcus aureus
oleh
cakram Ampisilin sebagai kontrol positif
- Gambar L1b, yaitu zona hambatan pertumbuhan
Staphylococcus aureus
oleh
cakram netral sebagai kontrol negatif
- Gambar L1c, yaitu zona hambatan pertumbuhan
Staphylococcus aureus
oleh
air perasan dari parutan bawang putih dan berbagai sediaan ekstrak bawang
putih jenis
garlic oil
- Gambar L1d, yaitu zona hambatan pertumbuhan
Staphylococcus aureus
oleh
air perasan dari parutan bawang putih dan berbagai sediaan ekstrak bawang
putih jenis
garlic powder
2. Gambar L2, yaitu gambar zona hambatan pertumbuhan
Salmonella typhi
dengan berbagai perlakuan, diantaranya :
- Gambar L2a, yaitu zona hambatan pertumbuhan
Salmonella typhi
oleh
cakram Kloramfenikol sebagai kontrol positif
- Gambar L2b, yaitu zona hambatan pertumbuhan
Salmonella typhi
oleh
cakram netral sebagai kontrol negatif
- Gambar L2c, yaitu zona hambatan pertumbuhan
Salmonella typhi
oleh
air perasan dari parutan bawang putih dan berbagai sediaan ekstrak bawang
putih jenis
garlic oil
49
Gambar L1a Zona Hambatan Pertumbuhan
Staphylococcus aureus
Oleh Cakram Ampisilin
Gambar L1b Zona Hambatan Pertumbuhan
Staphylococcus aureus
50
Gambar L1c Zona Hambatan Pertumbuhan
Staphylococcus aures
Oleh
Air Perasan Dari Parutan Bawang Putih dan Berbagai Sediaan
Ekstrak Bawang Putih Jenis
Garlic Oil
Keterangan : X: air perasan dari parutan bawang putih
A: sediaan minyak merk A
B: sediaan minyak merk B
C: sediaan minyak merk C
Gambar L1d Zona Hambatan Pertumbuhan
Staphylococcus aures
Oleh
Air Perasan Dari Parutan Bawang Putih dan Berbagai Sediaan
Ekstrak Bawang Putih Jenis
Garlic Powder
Keterangan : X: air perasan dari parutan bawang putih
D: sediaan serbuk merk D
51
Gambar L2a Zona Hambatan Pertumbuhan
Salmonella typhi
Oleh Cakram Kloramfenikol
Gambar L2b Zona Hambatan Pertumbuhan
Salmonella typhi
52
Gambar L2c Zona Hambatan Pertumbuhan
Salmonella typhi
Oleh
Air Perasan Dari Parutan Bawang Putihdan Berbagai
Sediaan Ekstrak Bawang Putih Jenis
Garlic Oil
Keterangan : X: air perasan dari parutan bawang putih
A: sediaan minyak merk A
B: sediaan minyak merk B
C: sediaan minyak merk C
Gambar L2d Zona Hambatan Pertumbuhan
Salmonella typhi
Oleh
Air Perasan Dari Parutan Bawang Putihdan Berbagai
Sediaan Ekstrak Bawang Putih Jenis
Garlic Powder
Keterangan : X: air perasan dari parutan bawang putih
D: sediaan serbuk merk D
53
RIWAYAT HIDUP
Nama
:
Ricky
Hartanto
Nomor Pokok Mahasiswa
: 0210147
Tempat dan Tanggla Lahir
: Cianjur, 5 September 1983
Alamat
:
Jl.
Ibu
Atikah
No.24,
Cianjur
Riwayat Pendidikan
:
TK BPK Penabur, Cianjur, 1988
SD BPK Penabur, Cianjur, 1990
SMP BPK Penabur, Cianjur, 1996
SMU Santo Aloysius II, Bandung, 1999
1
Universitas Kristen MaranathaBAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian,
karena tingginya insidensi penyakit infeksi terutama di negara-negara
berkembang. Infeksi adalah suatu keadaan terjadinya invasi dan pembiakan
mikroorganisme di jaringan tubuh (Doorland, 2002).
Infeksi oleh bakteri
Staphylococcus aureus
dapat menimbulkan tanda-tanda
yang khas pada setiap jaringan atau alat tubuh yang diinfeksi olehnya, yaitu
peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses (Usman Chatib Warsa, 1993).
Penyakit infeksi lain yang sering dijumpai adalah demam tifoid dengan penyebab
bakteri
Salmonella typhi
. Akibat invasi bakteri tersebut ke dalam aliran darah,
dapat timbul demam dengan komplikasi berupa perdarahan dan perforasi usus
yang dapat menyebabkan kematian. Angka kematiannya sekitar 10-15% (Brooks,
Butel, Morse, 2005).
Manusia berusaha mengembangkan obat-obatan untuk mengatasi penyakit
infeksi oleh
Staphylococcus aureus
dan
Salmonella typhi
. Berbagai antimikroba
telah dikembangkan antara lain Ampisilin dan Kloramfenikol yang dapat
mengatasi penyakit infeksi ini. Meskipun demikian, kebutuhan akan antimikroba
baru terus bertambah karena adanya masalah resistensi. Oleh karena itu, para ahli
mulai mengembangkan penggunaan obat tradisional yang diharapkan dapat
mengurangi timbulnya resistensi, karena bahan yang berasal dari tumbuhan
mempunyai struktur dan mekanisme aksi yang berbeda dari antimikroba lainnya.
Pemanfaatan obat-obat tradisional memiliki beberapa keunggulan, antara lain
dalam mengatasi bakteri patogen yang resisten terhadap obat-obatan sintetik,
diduga mempunyai efek samping yang minimal, tingkat toksisitas yang rendah,
harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan obat-obatan sintetik dan
mudah diperoleh karena terdapat di lingkungan sekitar kita (Agus Kardinan,
Universitas Kristen Maranatha
2
Salah satu obat tradisional yang telah dikembangkan sejak berpuluh tahun
yang lalu adalah bawang putih (
Allium sativum
Linn.). Bawang putih mudah
ditemukan di daerah tropis seperti di Indonesia. Bawang putih ini memiliki
khasiat sebagai antimikroba spektrum luas termasuk terhadap bakteri Gram positif
Staphylococcus aureus
dan bakteri Gram negatif
Salmonella typhi
. Zat
antimikroba yang terkandung di dalam bawang putih adalah
allicin
yang dapat
ditemukan apabila umbi bawang putih dihancurkan (Tadashi Watanabe, 1998).
Bawang putih telah dikenal lama oleh masyarakat Indonesia sebagai obat
tradisional. Bawang putih ini telah banyak tersedia di pasaran dalam berbagai
bentuk sediaan yang dikemas dan ditawarkan pada masyarakat sehingga dapat
memudahkan dalam penggunaannya.
Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengetahui efek antimikroba dari
berbagai sediaan ekstrak bawang putih yang terdapat di pasaran. Efektivitas
antimikroba pada penelitian ini akan diuji coba terhadap bakteri Gram positif
Staphylococcus aureus
dan bakteri Gram negatif
Salmonella typhi
.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah berbagai sediaan ekstrak bawang putih yang terdapat di pasaran
mempunyai efektivitas menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus
2. Apakah berbagai sediaan ekstrak bawang putih yang terdapat di pasaran
mempunyai efektivitas menghambat pertumbuhan
Salmonella typhi
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai penggunaan bawang putih sebagai obat alternatif
pengobatan penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus
dan
Universitas Kristen Maranatha
3
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas antimikroba
berbagai sediaan ekstrak bawang putih yang terdapat di pasaran terhadap
Staphylococcus aureus
dan
Salmonella typhi
.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan akademis dari penelitian ini adalah pengembangan ilmu
pengetahuan mengenai tanaman obat tradisional khususnya bawang putih di
bidang Farmakologi dan Mikrobiologi. Sedangkan, kegunaan praktisnya adalah
agar masyarakat lebih memahami efektivitas antimikroba bawang putih dalam
pengobatan penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus
dan
Salmonella typhi
.
1.5 Kerangka Pemikiran
Bawang putih yang dihancurkan akan mengeluarkan suatu zat yang bernama
allicin
.
Allicin
memiliki efek antimikroba terhadap
Staphylococcus aureus
dan
Salmonella typhi
. Sediaan ekstrak bawang putih, baik yang berbentuk minyak dan
serbuk yang terdapat di pasaran, praktis dalam penggunaanya, dan menjadi
alternatif pengobatan penyakit infeksi.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental prospektif. Penelitian dilakukan secara
in
vitro
. Hasil yang dijadikan sebagai tolak ukur penelitian adalah diameter zona
hambatan pertumbuhan
Staphylococcus aureus
dan
Salmonella typhi
. Suspensi
kuman
Staphylococcus aureus
dan
Salmonella typhi
ditanam pada medium
Mueller Hinton
secara
spread plate
. Selanjutnya, cakram netral yang telah ditetesi
dengan air dari parutan bawang putih, minyak ekstrak bawang putih, serbuk
ekstrak bawang putih, serta cakram Ampisilin dan Kloramfenikol yang digunakan
Universitas Kristen Maranatha
4
1.7 Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha pada bulan Agustus 2006 –
45
Universitas Kristen MaranathaBAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa berbagai
sediaan ekstrak bawang putih yang terdapat di pasaran tidak memiliki efektivitas
sebagai antimikroba terhadap
Staphylococcus aureus
dan
Salmonella typhi
.
5.2 Saran
Dalam penelitian ini didapatkan gambaran bahwa berbagai sediaan ekstrak
bawang putih yang terdapat di pasaran tidak memiliki efektivitas sebagai
antimikroba, maka :
1.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode yang lebih
teliti, sehingga didapatkan hasil yang akurat.
2.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas berbagai sediaan
ekstrak bawang putih yang terdapat di pasaran terhadap mikroorganisme
patogen lain selain
Staphylococcus aureus
dan
Salmonella typhi
.
3.
Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan aktif yang terdapat
dalam berbagai sediaan ekstrak bawang putih yang terdapat di pasaran yang
46
Universitas Kristen MaranathaDAFTAR PUSTAKA
Agus Kardinan. 2004.
Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh Alami
.
Edisi1. Jakarta: AgroMediaPustaka. p.1-5.
Allicin
.com.
Welcome to allicin.com
http://www.allicin .com.November 22
nd, 2006.
Allisure
TM. 2003.
Summary of product characteristics
http://www.allisure.com/AllisureSPMC.pdf. November 22
nd, 2006.
Ankri, S., Miron, T., Rabinkov, A., Wilchek, M., Mirelman, D. 1997. Allicin from
garlic strongly inhibits cysteine proteinases and cytopathic effects of
Entamoeba histolytica
.
Antimicrobial Agents And Chemotherapy
, 10 (41) :
2286-2288
Brooks, G.F., Butel, J.S., Morse, S.A. 2005.
Jawetz, Melnick, & Adelberg’s
Mikrobiologi Kedokteran
. Terjemahan Eddy Mudihardi, dkk. Edisi 1.
Jakarta: Salemba Medika.
Bruneton, J. 1999.
Pharmacognosy Phytochemistry Medical Plants. 2
nded
. French.
Capupuccino, J.G., Sherman, N. 1999.
Microbiology A Laboratory Manual
.
5
thed
.
California: Benjamin/Cummings Science Publishing. p.256.
Forbes, B.A., Sahm, D.F., Weissfeld, A.S. 2002.
Bailey & Scott’s
Diagnostic Microbiology
.
11
thed
. St. Louis, Missouri: Mosby, Inc.
Gianella, R.A.
Salmonella
http://gsbs.utmb.edu/microbook/ch021.htm. November 22
nd, 2006.
Iyam Siti Syamsiah, Tajudin. 2003.
Khasiat dan Manfaat Bawang Putih :
Raja Antibiotik Alami
. Edisi 1. Jakarta : AgroMediaPustaka. p.1-14
Jay, J.M. 1992.
Modern Food Microbiology
.
4
thed
. London: Chapman&Hall.
Johnson, T.R., Case, C.L. 2001.
Laboratory Experiments in Microbiology
.
6
thed
.
San Fransisco: Benjamin/Cummings Science Publishing.
Josling, P. 2002.
Allicin is the key component from garlic
Universitas Kristen Maranatha
47
Karsinah, Lucky, H.M., Suharto, Mardiastuti, H.W. 1993. Bakteri Gram Negatif. In
Staf Pengajar FK-UI:
Mikrobiologi Kedokteran
. Edisi 1. Jakarta:
Binarupa Aksara. p.168-173.
Lesser, C.F., Miller, S.I. 2005. Salmonellosis. In
Harrison’s: Principles of
Internal Medicine
.
16
thed
. USA: McGraw-Hill Companies. p. 897-899.
North, C. Quadrini, F. 2001.
Allicin-the smell of health
http://www.chem.ox.ac.uk/mom/allicin.html. November 22
nd, 2006.
PDB Newsletter. 2001.
Alcohol Dehydrogenase: Our Precarious Line of Defense
http://www.rscb.org/pdb/newsletter/2001q1/mom/html. November 28
nd, 2006.
Salyers, A.A., Whitt, D.D. 2002.
Bacterial Pathogenesis: A Molecular Approach
.
2
nded
. Washington D.C: Benjamin/Cummings Science Publishing. 217, 219, 225.
Scherer, C.A., Miller, S.I. 2001. Molecular Pathogenesis of Salmonellae.
In
Principles of Bacterial Pathogenesis
.
1
sted
. USA: Academic Press. p. 265-270.
Sivam, G.P. 2001. Protection Against
Helicobacter pylori
and Other
Bacterial Infections by Garlic
http://jn.nutrition.org/cgi/ajb/pdf2004. November 28
nd, 2006.
Todar, K. 2005.
Salmonella and Salmonellosis
http:// textbookofbacteriology.net/salmonella.html. November 28
nd, 2006.
Tortora, G.J., Funke, B.R., Case, C.L. 1997.
Microbiology An Introduction
.
6
thed
.
California: Addison Wesley Longman Inc.
Usman Chatib Warsa. 1993. Kokus Positif Gram. In Staf Pengajar FK-UI:
Mikrobiologi Kedokteran
. Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara. p.103-111.
Watanabe, Tadashi. 1998.
Penyembuhan dengan Bawang Putih
. Edisi 1. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. p.17-22.
Woodland Publishing, Inc. 1995.
Garlic: nature’s amazing nutritional and
medical wonder food
http://www.nutraceutical.com/educate/pdf/garlic/pdf. November 28
nd, 2006.
Yuda Turana. 2003.
Tanaman obat tidak lepas dari efek samping