KECENDERUNGAN SOCIALLY-PRESCRIBED PERFECTIONISM PADA MAHASISWA SKRIPSI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA: SEBUAH STUDI KUANTITATIF DESKRIPTIF
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh: Juwita Krisanty NIM : 089114104
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Tu h a n a d a l a h g em b a l a k u ,
A k u t a k k a n b er k ek u r a n g a n .
( m a z m u r 2 3 :1 )
“U rip iku sejatine gawe urup.”
( Pepatah J awa)
The secret of life, though, is to
fall seven times and
to get up eight times.”
v
K upersembahkan t ulisan sederhana ini kepada:
T uhan A llah H yang Rama
Gust i Pangeran,
dengan segala kuasa-N ya
K eluarga kecilku,
dengan segala pengalamannya
I nsan-insan yang t ert ulis dalam ref erensi,
vii
KECENDERUNGAN SOCIALLY-PRESCRIBED PERFECTIONISM PADA MAHASISWA SKRIPSI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
SANATA DHARMA: SEBUAH STUDI KUANTITATIF DESKRIPTIF
Juwita Krisanty
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai tingkat kecenderungan
Socially-Prescribed Perfectionism pada subjek penelitian, yakni mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Socially-Prescribed Perfectionism dapat diartikan sebagai kecenderungan individu untuk berusaha memenuhi harapan serta tekanan yang dianggapnya berasal dari lingkungan sosial, dengan tujuan untuk mendapatkan persetujuan atau validasi dari orang lain. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa aktif angkatan 2006, 2007, dan 2008 yang telah mengerjakan skripsi selama lebih dari dua semester, sejumlah 78 orang. Alat pengambilan data menggunakan skala Perfectionism Inventroy (Hill, Huelsman, Furr, Kibler, Vicente, dan Kennedy, 2004), dengan menggunakan dua indikator yang berkaitan dengan kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism, yakni Need of Approval dan Perceived Parental Pressure. Uji coba skala menghasilkan nilai reliabilitas Alpha sebesar 0,787, dengan jumlah item skala sebanyak 16 item. Data penelitian diproses menggunakan peranti lunak komputer yakni SPSS for Windows versi 16. Hasil analisis deskriptif memberikan hasil bahwa sebaran data adalah normal, dengan subjek penelitian memiliki kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang rendah. Hasil ini didapatkan dari perbedaan nilai mean hipotetik dan empiriknya, di mana nilai mean empirik lebih rendah dari nilai mean hipotetik (µempirik= 45,628 < µhipotetik = 48).
viii
THE SOCIALLY-PRESCRIBED PERFECTIONISM AMONG THESIS STUDENTS AT FACULTY OF PSYCHOLOGY SANATA DHARMA
UNIVERSITY: A QUANTITATIVE DESCRIPTIVE RESEARCH
Juwita Krisanty
ABSTRACT
This research was aimed to give the description of Socially-Prescribed Perfectionism tendency among the research subject, which are thesis students at Faculty of Pschology of Sanata Dharma University. The Socially-Prescribed Perfectionism can be described as one’s endeavor tendency to fulfill hopes and pressures which perceived as prescribed by significant others, in order to gain validation from them. This research was a quantitative descriptive research which used the survey method. The subject of this research was 78 the students from three different academic year (2006, 2007, and 2008), who has been undergoing the thesis writing for more than two semesters. Data has been collected by using two of eight indicators of Perfectionism Inventory (Hill, Huelsman, Furr, Kibler, Vicente, dan Kennedy, 2004). The two indicators are related to the Socially-Prescribed Perfectionism, which are Need of Approval and Perceived Parental Pressure. The inventory has been tested and resulted Cronbach’s Alpha reliability as much as 0,787 for the 16 items of the scale. The data in this research are processed by a computer software which is SPSS for Windows version 16. The analysis has resulted that the data was normally distributed, and the Socially-Prescribed Perfectionim tendency among the subject is low. This result derived from the mean differences between the Hypothetical Mean and the Empirical Mean, which the empirical mean is lower than hypothetical mean ((µempirical= 45,628 < µhipothetical = 48).
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis limpahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang
telah memberikan berkat dan kekuatan selama proses pengerjaan skripsi, sehingga
dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi dengan judul “Kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism
pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma: Sebuah
Studi Kuantitatif Deskriptif”, diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Psikologi.
Banyak hal yang penulis dapatkan dari penyelesaian skripsi ini. Penulis
banyak mempelajari mengenai penerimaan serta penolakan dari berbagai kalangan
selama proses ini. Berbagai kendala yang ditempuh oleh penulis merupakan suatu
ajang pembelajaran yang sangat berarti untuk kehidupan mendatang.
Skripsi ini akhirnya dapat selesai berkat bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada:
1. Ibu Dr. Ch Siwi Handayani, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma, atas bantuannya terhadap perijinan
xi
3. Ibu Agnes Indar E., M.Si., Psi., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
Terima kasih atas penguatannya agar penulis cepat lulus.
4. Ibu Nimas Eki S., M.Si., Psi. selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima
kasih yang sebesar-besarnya atas segala pelajaran dan pengalaman yang
diberikan kepada penulis. Semoga menjadi semangat tersendiri bagi
penulis untuk melangkah lebih baik ke depannya.
5. Bapak Agung Santoso, M.A., terima kasih atas pencerahan yang diberikan
secara tulus kepada penulis.
6. Romo Dr. A. Priyono Marwan, S.J. Terima kasih atas segala doa dan
perhatian yang diberikan selama penyelesaian skripsi.
7. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
atas ilmu yang diberikan.
8. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Ibu Nanik,
Mas Doni, Mas Muji dan Pak Gie.
9. Keluarga kecilku; Papa Roy, Mama Merry, dan Cici Ita :). Terima kasih
atas curahan doa, kasih sayang, dan kepercayaan yang telah diberikan
kepada penulis selama ini. Itu yang menguatkan penulis. Luar biasa..!
10. Teman-teman yang ikut membantu dalam menyebarkan skala try-out
maupun skala penelitian. Skolastika, Ellisa ”sinter”, Valent, Galuh, Pritha
“Gidul”, Arischay, Sinto, Abeth, Fajar “Fael”, Lusi, Rimpi, Kak Lisa.
Terimakasih banyak atas kesediannya untuk meluangkan waktu. It was
xii
11. Teman-teman yang selayaknya obat “anti-aging” bagi penulis: Skolastika,
Valen, Ellisa, Wieana, Nana, Dewi, Ayu dan little Elkan, Ade “Paung”,
Bertha, Heimbach. Terimakasih atas segala cerita dan tawa yang membuat
penulis merasa bahagia selama penulisan skrispi ini. *kechuup basah..
12. Teman-teman satu bimbingan skripsi: Kak Lisa, Rimpi, Heny, Tinna, mas
Lulu. Terimakasih atas segala pertukaran info dan semangat yang
diberikan. Ayo teman-teman, satu langkah lagi...!!
13. Teman-teman SLP 2011, Pak Chosa, Mam Tata, Mas Anton, Topan,
Ajeng, Save, Diana, Mba Achie dan Heimtjeng. You gave me tons of
entertainments and experiences..!! Huggsss...
14. Teman-teman angkatan di Fakultas Psikologi ini, atas segala informasi dan
bahan candaan yang mengalir terus menerus. Dan yang terpenting adalah
pengalaman yang tidak akan terlupakan bersama mulai dari AKSI sampai
selesai kuliah. Terima kasih semuanya. Love you all...
15. Bapak Prasetyadi Wibawa, Ibu Lenny, Mbah Kung, Mbah Uti, Lek Kenty
dan seluruh saudara-saudara di dusun Diwak. Terima kasih atas segala
penerimaan dan kesempatan yang disediakan bagi penulis selama ini.
Nuwun nggih...
16. Teruntuk Dante Allgherry, mijn schat, lelakiku. There are no proper words
could describe all the things you have done to support me. All I can say is
thank you for your hearty presences through all the days. Mahal kita...!!
17. Teruntuk Tuhan dengan kuasa-Nya; Yesus Kristus dan Bunda Maria.
xiii
pengharapan atas hidup, yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
penulis dengan cara yang ajaib.
Akhir kata, penulis menyadari masih memiliki kekurangan dari skripsi ini,
mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritk dan saran yang dapat membangun. Terima
kasih.
Penulis,
xiv DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. LANDASAN TEORI ... 7
A. Socially-Prescribed Perfectionism ... 7
xv
2. Perkembangan Socially-Prescribed Perfectionsim ... 7
3. Alat Ukur Socially-Prescribed Perfectionsim ... 9
4. Penelitian Mengenai Socially-Prescribed Perfectionsim ... 11
B. Kerangka Berpikir ... 13
BAB III. METODE PENELITIAN ... 18
A. Jenis Penelitian ... 18
B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 18
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 18
D. Subjek Penelitian ... 19
E. Metode Pengumpulan Data ... 21
F. Validitas, Reliabilitas, dan Analisis Item ... 24
1. Validitas ... 24
2. Reliabilitas ... 25
3. Analisis Item ... 26
G. Metode Analisis Data ... 28
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian ... 29
1. Orientasi Kancah ... 29
2. Pelaksanaan Uji Coba ... 30
B. Pelaksanaan Penelitian ... 30
C. Hasil Penelitian ... 31
1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 31
xvi
3. Deskripsi Data Penelitian ... 33
4. Deskripsi Data Penelitian Tiap Angkatan ... 37
5. Deskripsi Data Penelitian Tiap Indikator ... 39
6. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42
D. Pembahasan ... 43
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
A. Kesimpulan... 46
B. Saran ... 46
1. Bagi Mahasiswa ... 46
2. Bagi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma... 47
3. Bagi Orang Tua... 47
4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 49
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Jumlah Mahasiswa Skripsi Angkatan 2006, 2007, dan 2008 ... 3
Tabel 2 Ukuran Sample Tiap Strata ... 21
Tabel 3 Blue Print dan Sebaran Item Skala Perfectionism Inventory ... 23
Tabel 4 Pemberian Skor Skala Perfectionism Inventory ... 24
Tabel 5 Reliabilitas Perfectionism Inventory Setelah Uji Coba ... 28
Tabel 6 Pelaksanaan Uji Coba ... 30
Tabel 7 Deskripsi Subjek Penelitian ... 31
Tabel 8 Uji Normalitas Data dengan Teknik Kolmogorov-Smirnov ... 32
Tabel 9 Hasil Analisis Deskriptif Penelitian ... 34
Tabel 10 Uji Statistik One Sample T-Test ... 36
Tabel 11 Hasil Analisis Deskriptif Tiap Angkatan ... 37
Tabel 12 Uji Statistik One Sample T-Test Tiap Angkatan ... 38
Tabel 13 Hasil Analisis Deskriptif Tiap Indikator ... 40
Tabel 14 Uji Statistik One Sample T-Test Tiap Indikator ... 41
Tabel 15 Uji Statistik Two Independent Sample T-Test Jenis Kelamin ... 42
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Perfectionism Inventory ... 53
Lampiran 2 Perfectionism Inventory Hasil Back-translation... 55
Lampiran 3 Skala Penelitian... 57
Lampiran 4 Hasil Uji Coba ... 64
Lampiran 5 Data Subjek Penelitian ... 67
Lampiran 6 Total Skor Penelitian dan Histogram ... 71
Lampiran 7 Data Deskriptif Jenis Kelamin, Usia, dan Tahun Angkatan ... 73
Lampiran 8 Uji Normalitas Data ... 76
Lampiran 9 Uji One Sample T-Test Keseluruhan Data ... 78
Lampiran 10 Uji One Sampe T-Test Tahun Angkatan dan Indikator ... 80
1 BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan bagi kemajuan
bangsa dan negara. Menurut Undang-Undang SISDIKNAS (2003),
disebutkan bahwa tujuan dari pendidikan adalah agar setiap peserta didik
memiliki pengendalian diri, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan
bagi dirinya, masyarakat maupun bangsa dan negara.
Salah satu peserta didik di Indonesia adalah mahasiswa. Mahasiswa
merupakan peserta didik yang berada pada batas usia 18-30 tahun dan telah
resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi. Mahasiswa
akan mendapatkan gelar akademik dari perguruan tinggi yang bersangkutan
sebagai seorang Sarjana setelah menyelesaikan masa studinya sekitar tiga
setengah tahun (Fibrianti, 2009). Seorang Sarjana diharapkan menjadi salah
satu gambaran mengenai keberhasilan dari tujuan pendidikan di Indonesia.
Meskipun demikian, tujuan dari pendidikan Indonesia tersebut masih
belum sesuai dengan kenyataan yang terjadi di kalangan mahasiswa. Hal
tersebut menyangkut dengan disiplin waktu yang dilakukan oleh mahasiswa
dalam menempuh jenjang pendidikannya. Mahasiswa melakukan penundaan
dalam memulai suatu pekerjaan serta penghindaran terhadap tugas yang
dengan nama prokrastinasi akademik, salah satunya adalah prokrastinasi
akademik penyelesaian skripsi.
Prokrastinasi atau penundaan dalam penyelesaian skripsi berasal dari
permasalahan yang dihadapi mahasiswa selama proses penulisan skripsi
tersebut. Darmono dan Hasan (2005), menyebutkan bahwa permasalahan
yang dihadapi mahasiswa skripsi antara lain adalah kurang terbiasanya
dengan pengaturan target dan waktu, kesulitan mencari literatur, serta
berbagai masalah dengan dosen pembimbing skripsi. Permasalahan yang
sering terjadi ini dapat menyebabkan mahasiswa menunda penyelesaian
skripsinya (dalam Januarti, 2009).
Prokrastinasi akademik skripsi ternyata terjadi di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma. Hal ini dilihat dari adanya mahasiswa aktif
angkatan 2006, 2007, dan 2008 yang belum dinyatakan lulus.
Mahasiswa-mahasiswa tersebut merupakan Mahasiswa-mahasiswa yang telah menempuh masa studi
lebih dari delapan semester. Hal ini bertentangan dengan kebijakan yang
terdapat pada Buku Pedoman Fakultas Psikologi (2008), yang menyebutkan
bahwa masa studi yang tersedia untuk program Sarjana Psikologi
direncanakan sebanyak delapan semester. Selain itu, berdasarkan Buku
Peraturan Akademik Universitas Sanata Dharma (2010), disebutkan bahwa
Universitas menetapkan sepuluh semester sebagai target penyelesaian masa
Tabel 1
Jumlah Mahasiswa Skripsi Angkatan 2006, 2007, dan 2008
Angkatan Jumlah Persentase
2006 16 12,21 %
2007 27 20,61 %
2008 88 67,18 %
Total 131 100%
Melihat kasus prokrastinasi akademik mahasiswa skripsi cukup
banyak terjadi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, maka
peneliti mengadakan wawancara informal terhadap beberapa mahasiswa
skripsi angkatan 2006, 2007, dan 2008. Berdasarkan wawancara informal
mengenai alasan melakukan penundaan dalam menyelesaikan skripsi,
didapatkan hasil bahwa mahasiswa skripsi merasa kebingungan setiap kali
menyelesaikan revisi setelah bimbingan. Mahasiswa merasa kurang mampu
untuk membuat revisi yang sesuai dengan saran dari dosen pembimbing,
sehingga mereka melakukan penundaan untuk menghindari revisi
selanjutnya. Selain dari dosen pembimbing, permasalahan juga terjadi dari
orang tua mahasiswa yang menginginkan anaknya untuk cepat lulus. Hal
tersebut dianggap sebagai suatu tekanan tersendiri bagi beberapa mahasiswa
skripsi.
Berdasarkan pengakuan tersebut, beberapa mahasiswa skripsi
merasakan adanya tuntutan serta harapan yang berasal dari luar dirinya.
mahasiswa. Akan tetapi, dalam usaha pemenuhan tersebut, mahasiswa merasa
takut saat diberikan penilaian dan pengawasan dari lingkungan luarnya. Hal
ini menyebabkan mahasiswa cenderung untuk menunda penyelesaian
skripsinya agar tidak terus menerus merasa tertekan.
Paparan di atas, memiliki kaitan dengan sebuah kecenderungan yakni
kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism, sebagai salah satu dari
dimensi perfeksionisme yang dikemukakan oleh Hewitt dan Flett (1991).
Individu dengan kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang
tinggi, mempunyai anggapan mengenai perlunya mencapai standar serta
harapan yang ditetapkan oleh lingkungan sosialnya. Individu menjadi cemas
akan penilaian orang lain, karena penilaian tersebut akan menentukan apakah
dirinya dapat diterima oleh orang lain atau sudah mencapai standar tersebut
(Burka dan Yuen, 2008). Saat individu tidak mampu mencapai standar atau
harapan dari orang lain, maka konsekuensi negatif menjadi umum terjadi
(Hewit dan Flett, 1991). Salah satu konsekuensi negatifnya adalah
prokrastinasi akademik (Flett, Blankstein, Hewitt, dan Koledin, 1992;
Onwouegbuzie, 2000).
Berdasarkan hal tersebut, maka penting untuk diadakan penelitian
mengenai gambaran kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism pada
subjek mahasiswa. Hal ini disebabkan karena penelitian mengenai
kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism, belum mendapat perhatian
erat dengan kecenderungan prokrastinasi akademik yang menjadi fenomena
nyata mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, sebagai salah satu
Universitas yang berada di Indonesia, belum pernah mengadakan pemetaan
mengenai kecenderungan-kecenderungan yang berhubungan dengan
permasalahan prokrastinasi akademik pada mahasiswa skripsi. Oleh karena
itu, penelitian baru mengenai kecenderungan Socially-Prescribed
Perfectionism dapat menjadi sebuah data baru bagi permasalahan yang kerap
terjadi. Harapannya dengan diadakan penelitian ini, maka Fakultas dapat
menggunakannya sebagai basis atas penelitian maupun kebijakan-kebijakan
lanjutan yang bertujuan mengurangi kecenderungan prokrastinasi
mahasiswanya. Oleh karena itu, peneliti ingin memberikan gambaran
mengenai sebuah kecenderungan lain yang terjadi pada mahasiswa skripsi,
yang tertuang dalam penelitian berjudul “Kecenderungan Socially-Prescribed
Perfectionism pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma: Sebuah Studi Kuantitatif Deskriptif”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah seperti apakah
kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism pada mahasiswa skripsi
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang dilakukan oleh
mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu untuk menambah wawasan
pengetahuan mengenai variabel yang terkait dengan permasalahan
prokrastinasi akademik di jenjang pendidikan perguruan tinggi. Terutama
permasalahan yang dilihat dari sisi yang masih minim diteliti di Indonesia.
Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu memberikan pengetahuan
mengenai kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism pada mahasiswa
skripsi khususnya di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Hasil
dari penelitian ini dapat dijadikan data atau pengetahuan baru, sehingga dapat
bermanfaat bagi penelitian maupun pengambilan kebijakan oleh petinggi
Fakultas, yang bersifat memberikan intervensi terhadap kecenderungan
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Socially-Prescribed Perfectionism
1. Pengertian Socially-Prescribed Perfectionism
Socially-Prescribed Perfectionism merupakan salah satu dimensi
perfeksionisme yang dikemukakan oleh Hewitt dan Flett (1991).
Socially-Prescribed Perfectionism adalah kecenderungan individu mempercayai
lingkungan sosial mempunyai standar yang tidak realistik, menekan
individu menjadi sempurna, serta mengevaluasi individu secara ketat.
Individu akan berusaha memenuhi standar serta harapan yang berasal dari
lingkungan sosial tersebut. Hal ini menyebabkan individu akan mengalami
ketakutan terhadap evaluasi negatif yang diberikan. Selain itu, individu
juga mempunyai kebutuhan yang besar untuk mendapat penerimaan atau
menghindari penolakan dari orang lain (Hewitt dan Flett, 1991; 1993).
2. Perkembangan Socially-Prescribed Perfectionism
Menurut Flett, Hewitt, Oliver, dan Macdonald (2002),
perfeksionisme mempunyai akarnya pada perkembangan seorang anak dan
orang tua memegang peranan penting dalam perkembangan
perfeksionisme. Berikut akan dijelaskan hipotesis mengenai pengaruh
perfeksionisme orang tua, tekanan dari orang tua serta gaya pengasuhan
orang tua (dalam Stoeber dan Childs, in press).
a. Perfeksionisme Orang Tua
Hipotesis ini berasal dari teori belajar sosial yang dikemukakan
oleh Albert Bandura, yang menyuguhkan pemikiran bahwa anak-anak
akan mengembangkan perfeksionismenya karena me”model”
(mengamati dan meniru) perfeksionisme dari orang tuanya.
Berdasarkan penelitian oleh Vieth dan Trull (1999), menunjukkan
bahwa modelling perfeksionisme terhadap orang tua yang berjenis
kelamin sama (anak perempuan dengan ibu, anak laki-laki dengan
ayah), lebih banyak dilakukan daripada modelling terhadap orang tua
berjenis kelamin berbeda (dalam Stoeber dan Childs, in press).
b. Tekanan Orang Tua
Flett dkk (2002), mengemukakan bahwa tekanan orang tua
berdasarkan pada dua model sosialisasi, yaitu harapan sosial serta reaksi
sosial. Tekanan orang tua merupakan sebuah kombinasi dari harapan
orang tua; bahwa anak seharusnya bisa menjadi sempurna (harapan
sosial) dan kritik dari orang tua; yang muncul jika anak gagal untuk
memenuhi harapan tersebut (reaksi sosial).
c. Gaya Pengasuhan Orang Tua
Hipotesis ini berdasar pada teori dari Baumrind mengenai gaya
pengasuhan orang tua. Penelitian yang dilakukan oleh Flett dkk (2002),
dengan orang tua yang sering mengkritik), berasosiasi dengan level
perfeksionisme yang tinggi. Berkebalikan dari penelitian sebelumnya,
penelitian yang dilakukan oleh Miller-Day dan Marks (2006),
menemukan bahwa orang tua yang responsif serta komunikasi positif
yang dilakukan oleh orang tua, berasosiasi dengan level perfeksionisme
yang rendah (dalam Stoeber dan Childs, in press).
Berdasarkan hal tersebut, maka perkembangan Socially-Prescribed
Perfectionism dipengaruhi oleh adanya proses modelling yang dilakukan
anak terhadap orang tua yang juga perfeksionis. Selain itu, gaya
pengasuhan orang tua yang otoriter disertai adanya tekanan dari orang tua,
mempengaruhi terbentuknya Socially-Prescribed Perfectionism pada anak.
3. Alat Ukur Socially-Prescribed Perfectionism
Untuk mengukur kecenderungan Socially-Prescribed
Perfectionism, dapat menggunakan alat ukur yang bernama Perfectionism
Inventory (Hill, Huelsman, Furr, Kibler, Vicente, dan Kennedy, 2004).
Penggunaan Perfectionism Inventory (PI) dikarenakan alat ukur tersebut
telah dirancang untuk menangkap konstruk-konstruk penting yang telah
disediakan oleh kedua Multidimensional Perfectionism Scale (MPS), yakni
MPS Frost dkk (1990) dan MPS Hewitt-Flett (1991). Dengan
menggunakan Perfectionism Inventory, maka dapat memperluas cakupan
Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur kecenderungan
Socially-Prescribed Perfectionism pada penelitian ini adalah indikator
Need of Approval dan indikator Perceived Parental Pressure. Kedua
indikator tersebut digunakan karena memiliki kaitan yang erat dengan
konstruk Socially-Prescribed Perfectionism (Hill, dkk, 2004).
Indikator Need of Approval digunakan karena terdapat
kecenderungan individu untuk mencari validasi atau pengakuan dari orang
lain disertai adanya rasa sensitif terhadap kritikan-kritikan. Definisi dari
Need of Approval dianggap memiliki hubungan dengan kecenderungan
Socially-Prescribed Perfectionism dalam hal kebutuhan individu terhadap
penerimaan orang lain dan ketakutan individu atas evaluasi negatif dari
orang lain (Hewitt dan Flett, 1991).
Indikator Perceived Parental Pressure, digunakan karena terdapat
kecenderungan individu untuk melakukan performansi yang sempurna
demi mendapatkan persetujuan dari orang tua (Hill, dkk, 2004). Hal ini
berhubungan dengan dimensi Parental Expectations dan Parental Critics
yang dianggap berkorelasi erat dengan kecenderungan Socially-Prescribed
Perfectionism (Enns dan Cox, 2004).
Berdasarkan paparan di atas, maka alat ukur Socially-Prescribed
Perfectionism menggunakan dua indikator Perfectionism Inventory, yakni
Need of Approval dan Perceived Parental Pressure. Hal tersebut
dikarenakan indikator Need of Approval diharapkan memiliki hubungan
(Hill, dkk, 2004). Sedangkan indikator Perceived Parental Pressure
digunakan karena dianggap memiliki hubungan dengan dimensi Parental
Expectations (PE) dan Parental Critics (PC), yang terbukti berkorelasi
dengan dimensi Socially-Prescribed Perfectionism (Enns dan Cox, 2001).
4. Penelitian Mengenai Socially-Prescribed Perfectionism
Penelitian korelasional mengenai Socially-Prescribed
Perfectionism telah dilakukan dengan variabel prokrastinasi (Flett, dkk,
1992; Onwouegbuzie,2000). Meskipun demikian, masih ada penelitian lain
yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Socially-Prescribed
Perfectionism dengan variabel selain prokrastinasi, seperti berikut ini:
a. Eating Disorder (Gangguan Pola Makan)
Penelitian yang dilakukan oleh Hewitt, Flett, dan Ediger (1995),
menghasilkan sebuah penemuan yang menyebutkan bahwa
Socially-Prescribed Perfectionism berhubungan dengan pola makan yang
terganggu dan kekhawatiran terhadap penampilan. Pada Eating
Disorder, terdapat konsep bahwa usaha untuk menjadi sempurna
dimotivasi oleh kebutuhan untuk meniru sebuah ide atau model yang
sempurna, seperti yang dianggap oleh seorang inidividu sebagai
b. Dating Relationship
Penelitian yang dilakukan oleh Flett, Hewitt, Shapiro, dan
Rayman (2001), lebih menekan pada varibel relasi. Dari hasil penelitian
disebutkan bahwa, Socially-Prescribed Perfectionism berhubungan
dengan aspek neurotik dalam percintaan, seperti kecemasan kepada diri
sendiri, kecemasan yang berlebihan pada pasangan, serta
ketergantungan emosional terhadap pasangan. Dalam penelitian
tersebut juga ditemukan bahwa Socially-Prescribed Perfectionism juga
berasosiasi dengan cara-cara yang kurang adaptif dalam menanggulangi
konflik-konflik relasi. Selain itu, disebutkan pula bahwa individu
dengan Socially-Prescribed Perfectionism yang tinggi tidak mempunyai
kepekaan terhadap pasangan serta anggapan yang negatif terhadap
hubungan percintaanya.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah dilakukan
penelitian mengenai Socially-Prescribed Perfectionism. Dari penelitian
tersebut, Socially-Prescribed Perfectionism erat kaitannya dengan outcome
yang bersifat negatif, seperti prokrastinasi, relasi percintaan yang sulit,
serta gangguan pola makan (Flett, dkk, 1992; 2001, Hewitt , dkk, 1995,
B. Kerangka Berpikir
Kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism berkembang pada
masing-masing individu. Perkembangan tersebut bermula pada awal
perkembangan seorang individu. Perkembangan individu mendapatkan
pengaruhnya dari keluarga sebagai unit sosial terkecil proses pembelajaran
(Prasetyawati, dalam Silalahi, 2010). Salah satunya adalah relasi antara orang
tua dan anak yang terlihat dalam pola asuh orang tua.
Ada beberapa pola asuh orang tua yang berpengaruh terhadap
perkembangan kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism. Pola asuh
otoriter salah satunya, merupakan pola asuh yang cenderung untuk
mengekang, menghukum, dan mengontrol secara berlebihan (Flett, dkk,
1995). Dalam pola asuh ini, orang tua menyuruh anak-anaknya untuk
melakukan performansi yang terbaik (Stornelli, 1997). Pola seperti ini dapat
menyebabkan seorang anak melihat lingkungan sosialnya sebagai sesuatu
yang mengontrol mereka untuk melakukan permintaan-permintaan yang tidak
realistik. Lamborn (dalam Flett, dkk, 1995), menyebutkan dalam pola asuh
ini, anak-anak selalu berusaha untuk mematuhi standar yang diberikan orang
tuanya. Pola asuh otoriter memberi pengaruh terhadap perkembangan
kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang tinggi pada
anak-anak (Flett, dkk, 1995).
Selain pola asuh orang tua yang otoriter, maka terdapat pola asuh
orang tua autoritatif dan permisif. Pada pola asuh autoritatif, terdapat tuntutan
kepada harapan serta aturan orangtua yang dirasa masuk akal bagi tingkah
laku anaknya. Sedangkan pada pola asuh permisif, ditandai dengan adanya
kebebasan yang berlebihan, yang di dalamnya orang tua tidak memberikan
panduan yang jelas bagi pengalaman anaknya (Baumrind, dalam Silalahi,
2010). Kedua pola asuh tersebut tidak memberi banyak tekanan pada anak
seperti pada pola asuh otoriter. Hal tersebut menyebabkan anak-anak pada
kedua pola asuh ini, tidak merasakan kontrol berlebih dari orang tua untuk
memenuhi standar mereka, sehingga cenderung memiliki Socially-Prescribed
Perfectionism yang rendah.
Kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang mulai tumbuh
pada anak-anak, akan menjadi bagian dari kepribadiannya sampai dengan
anak tersebut menjadi seorang mahasiswa. Sebagai mahasiswa, anak-anak
tersebut tidak terlepas dari sebuah tugas akhir sebelum menjadi seorang
Sarjana. Mahasiswa akan menempuh sebuah fase akhir masa studinya, yaitu
skripsi.
Dalam mengerjakan skripsinya, mahasiswa akan dibimbing oleh
dosen pembimbing skripsi. Darmono dan Hasan (2005), menyebutkan bahwa,
dosen pembimbing sebagai sosok yang perlu dihormati, berhak untuk
memeriksa dan memberikan saran bagi setiap hasil kerja mahasiswa dalam
tahapan penulisan skripsinya (dalam Januarti, 2009). Peran dosen
pembimbing tersebut dapat berupa pemberian koreksi jika menemukan
sekaligus memahami sumber-sumber bacaan yang digunakan. Peran tersebut
dilakukan demi membantu mahasiswa mengerjakan skripsinya.
Situasi dalam pengerjaan skripsi tersebut ternyata akan direspon
secara berbeda oleh masing-masing mahasiswa. Salah satunya adalah dengan
merespon situasi tersebut berdasarkan kecenderungan Socially-Prescribed
Perfectionism yang berbeda pada diri mahasiswa. Seorang mahasiswa dengan
kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang tinggi akan
mempercayai bahwa saran atau permintaan dosen pembimbing merupakan
sebuah tuntutan yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, dalam prosesnya
mereka lebih mementingkan penerimaan. Selain itu, mahasiswa akan merasa
sensitif jika mendapatkan kritikan dari dosen pembimbing dalam bentuk
koreksian skripsi. Hal ini akan berbeda dengan mahasiswa yang memiliki
kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang rendah, karena
mereka tidak akan melihat peran dosen pembimbing sebagai sebuah tuntutan
dan tekanan yang berlebihan, melainkan sebagai arahan positif demi
kesuksesan skripsinya.
Respon-respon yang berbeda terhadap situasi skripsi dapat
menghasilkan outcome yang berbeda. Mahasiswa dengan kecenderungan
Socially-Prescribed Perfectionism yang tinggi, akan berujung pada outcome
negatif seperti kemarahan dan depresi (Hewitt dan Flett, 1991). Salah satu
outcome yang berkaitan erat dengan kecenderungan Socially-Prescribed
Perfectionism adalah prokrastinasi akademik, sebagai antisipasi dari tekanan
Flett, Hewitt, dan Singer, 1995; Onwuegbuzie, 2000). Berkebalikan dari hal
tersebut, maka mahasiswa yang memiliki kecenderungan Socially-Prescribed
Perfectionism yang rendah, tidak akan menghasilkan outcome berupa
emosi-emosi yang negatif. Dengan kata lain, mahasiswa dengan kecenderungan
Socially-Prescribed Perfectionism yang rendah, tidak menunda penyelesaian
DIAGRAM KERANGKA BERPIKIR
SPP : Socially-Prescribed Perfectionism Orang tua Pola Asuh Otoriter Pola Asuh Autoritatif dan Permisif
Anak dengan SPP tinggi
Anak dengan SPP rendah MAHASISWA
SKRIPSI
Mencari dan memahami jurnal penelitian Mempertanggung jawabkan skripsi Menerima koreksi atas kesalahan Memperbaiki sesuai dengan saran dosen18 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang
merupakan salah satu jenis penelitian umtuk memberikan gambaran atau
uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin. Dalam penelitian ini tidak
terdapat perlakuan terhadap variabel yang hendak diteliti, melainkan
menguraikan secara jelas variabel penelitiannya (Kountur, 2003).
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan satu variabel tunggal, yaitu
Socially-Prescribed Perfectionism pada mahasiswa skripsi.
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Socially-Prescribed Perfectionism merupakan kecenderungan individu
untuk berusaha memenuhi atau mencapai harapan serta tekanan yang
dianggapnya berasal dari lingkungan sosial, dengan tujuan untuk
mendapatkan persetujuan atau validasi dari orang lain. Karakteristik dari
Socially-Prescribed Perfectionism termasuk di dalamnya adalah
kecenderungan untuk mencari persetujuan dari orang lain disertai adanya rasa
melakukan performansi yang sempurna demi mendapatkan persetujuan dari
orang tua.
Adapun tingkat Socially-Prescribed Perfectionism dapat dilihat
berdasarkan besarnya skor yang diperoleh pada skala. Semakin besar nilai
skor total pada skala, maka semakin tinggi kecenderungan
Socially-Prescribed Perfectionism, begitu pula kebalikannya, semakin kecil nilai skor
total pada skala, maka semakin rendah kecenderungan Socially-Prescribed
Perfectionismnya.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sumber utama dalam penelitian, yaitu
yang mempunyai data mengenai variabel yang akan diteliti pada dirinya.
Subjek penelitian adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian
(Azwar, 2005).
Adapun karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah:
1. Mahasiswa dan mahasiswi aktif angkatan 2006, 2007 dan 2008
Fakultas Psikologi Sanata Dharma,
2. menempuh “Skripsi” lebih dari dua semester dan belum pernah
mengambil cuti selama mengerjakan skripsi.
Subjek penelitian diambil dengan menggunakan cara sampling, yakni
proses pengambilan sebagian dari populasi untuk dijadikan sebagai wakil atau
representasi dari populasi tersebut. Penarikan jumlah sampling pada
n = Populasi Kelas × Jumlah sampel yang ditentukan Populasi Keseluruhan
semakin besar sampel maka semakin baik. Adapun jumlah sampel yang
disarankan atau dianggap normal adalah minimal 30 (Kerlinger, 2006).
Adapun jumlah keseluruhan populasi sebesar 131 (N=130). Berdasarkan
kaidah mengenai sampling dan jumlah populasi yang ada, maka pada
penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah sebesar 80 (n= 80).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cara
Sampling Acakan dengan Stratifikasi (Proportional Stratified Random
Sampling). Populasi akan digolongkan menurut ciri-ciri tertentu sesuai
dengan keperluan penelitian (Nasution, 2011). Teknik pengambilan sampel
ini membutuhkan data mengenai besarnya populasi untuk setiap strata yang
tersedia. Kemudian setelah mengetahui populasi tiap stratanya, maka
diperlukan perhitungan untuk mengetahui jumlah sampel yang akan diambil
dari tiap strata. Untuk melakukan perhitungan ini, maka digunakan sebuah
rumus untuk menentukan jumlah sampel pada setiap strata. Berikut adalah
rumusnya:
Keterangan:
n = ukuran sampel tiap strata
Populasi Kelas = *. Angaktan 2006 = 16
*. Angkatan 2007 = 27
Populasi seluruh = 131
Sampling size = 80
Berdasarkan rumus di atas, maka besaran sampel yang akan diambil
[image:39.595.99.512.212.671.2]untuk masing-masing strata adalah sebagai berikut;
Tabel 2
Ukuran Sampel Tiap Strata
Angkatan Populasi Strata Jumlah Sampel Tiap
Strata
2006 16 10
2007 27 16
2008 88 54
Total 131 80
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan metode skala.
Adapun skala yang digunakan merupakan skala Perfectionism Inventory (Hill
dkk, 2004). Indikator yang digunakan dalam skala penelitian ini berdasarkan
paparan mengenai Socially-Prescribed Perfectionism yang diambil dari
indikator Perfectionism Inventory, yakni :
1. Need of Approval
2. Perceived Parental Pressure
Mengingat bahwa Perfectionism Inventory merupakan skala penelitian
yang dikembangkan di luar negeri, maka diperlukan metode penerjemahan.
dikumpulkan dari sekelompok manusia yang berbeda bahasa. Dalam metode
tersebut, bahasa yang diterjemahkan haruslah dapat dimengerti dan berarti
bagi subjek yang mengerjakan. Selain itu, respon-respon jawaban juga harus
serupa dengan skala aslinya (Greco,Walop, dan Eastridge, 1987).
Salah satu metode terjemahan yang digunakan adalah
Back-translation. Dalam metode ini, seorang penerjemah yang “buta” terhadap
skala asli diminta untuk menerjemahkan kembali item-item skala ke dalam
bahasa aslinya. Hasil Back-translation kemudian dibandingkan dengan skala
aslinya, jika dianggap pantas, maka item-item skala dapat dituliskan kembali
(Greco,Walop, dan Eastridge, 1987).
Proses Back-translation yang dilakukan oleh penulis terhadap 16 item
dari Perfectionism Inventory dilakukan satu kali. Proses ini bermula ketika
penulis menyusun 16 item soal yang siap untuk diterjemahkan oleh dua orang
ahli dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Penerjemahan 16 item Perfectionism Inventory dari bahasa asli
(bahasa Inggris) menjadi bahasa Indonesia, dilakukan di Djendelo Cafe pada
hari Senin tanggal 10 Desember 2012, pukul 14.30 WIB. Penerjemahan
dilakukan oleh salah satu staff pengajar pada Realia Pusat Bahasa dan Budaya
Yogyakarta.
Kemudian, setelah didapatkan hasil terjemahan bahasa Indonesia,
maka proses Back-translation dilanjutkan dengan meminta salah satu lulusan
Sastra Inggris Universitas Sanata Dharma, untuk menerjemahkan kembali
dilakukan di aula Universitas Sanata Dharma Mrican, pada hari Senin tanggal
7 Desember, 2013.
Setelah kedua hasil terjemahan dikumpulkan, maka penulis melihat
perbandingan antara hasil Back-translation dengan skala asli Perfectionism
Inventory. Kemudian, penulis membuat Blue Print bagi skala yang
[image:41.595.100.512.218.586.2]digunakan pada penelitian.
Tabel 3
Blue Print dan Sebaran Item Skala Perfectionism Inventory
Indikator Sebaran Item Bobot
Need of Approval 1,3,5,7,9,11,13,15 8
(50 %)
Perceived Parental
Pressure 2,4,6,8,10,12,14,16
8 (50 %)
TOTAL 16 item
(100 %)
Skala menggunakan model skala Likert, dengan menggunakan lima
jawaban yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju dan
Tidak Setuju (N), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Semua item pada skala
ini merupakan item yang bersifat Favorable, sehingga pemberian skor pada
tiap item dimulai dengan skor 5 bagi jawaban Sangat Setuju (SS) dan
Tabel 4.
Pemberian Skor Skala Perfectionism Inventory
Jawaban
Skor
Favorabel
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Netral 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
F. Validitas, Reliabilitas, dan Analisis Item 1. Validitas
Validitas pada alat ukur dalam penelitian ini menggunakan
validitas isi. Kountur (2003), menyebutkan bahwa validitas isi menyangkut
tingkat kebenaran suatu instrumen dalam mengukur isi dari area yang
hendak diukur. Dalam validitas isi penting diperhatikan apakah alat ukur
yang dibuat benar-benar mengukur perilaku yang telah diasumsikan oleh
peneliti atau telah mengukur konsepnya (Soewarno, 1987).
Untuk mengukur validitas dari Perfectionism Inventory, maka
dilakukan dengan cara meminta pendapat ahli atau professional
judgement, dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Professional
judgement tersebut digunakan untuk menentukan apakah item dari skala
telah dapat mengukur aspek-aspek dari Socially-Prescribed Perfectionism.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal tersebut berhubungan
dengan konsistensi atau keajegan suatu instrumen. Suatu alat ukur dapat
dikatakan konsisten apabila alat pengukur tersebut menunjukkan hasil
yang sama pada pengukuran yang berulang (Noor, 2011).
Reliabilitas skala pada penelitian ini diukur dengan menggunakan
pendekatan reliabilitas konsistensi internal (internal consistency). Hal ini
bertujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam tes
itu sendiri (Azwar, 2009). Reliabilitas suatu skala mengacu kepada
koefisien reliabilitas (rxx). Ukuran dari rxx menjadi indikasi utama dari
reliabilitas suatu alat ukur. Sebuah tes yang baik biasanya mempunyai
koefisien reliabilitas sekitar 0,80 sampai 0,95 (Nunnally, 1970).
Pengukuran reliabilitas pada skala Perfectionism Inventory telah
dilakukan dengan serangkaian penelitian oleh penemu dari Perfectionism
Inventory (Hill,dkk, 2004). Dari hasil penelitian mengenai reliabilitas
Perfectionism Inventory, maka diperoleh hasil bahwa koefisien Alpha
Cronbach berkisar pada nilai 0,83 sampai dengan 0,91. Kemudian,
pengukuran reliabilitas melalui test-retest, juga menghasilkan hasil
reliabilitas yang berkisar pada nilai 0,71 sampai dengan 0,91.
Pada penelitian Hill dkk (2004), juga menghasilkan koefisian
Alpha Cronbach pada setiap indikator Perfectionism Inventory yang
diperoleh adalah sebesar 0,87, sedangkan indikator Perceived Parental
Pressure, Cronbach Alpha mencapai nilai 0,88.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka Perfectionism Inventory
merupakan skala yang telah memenuhi syarat sebagai alat ukur yang dapat
diandalkan karena memiliki koefisien reliabilitas sekitar 0,80. Kemudian,
item-item pada indikator Need of Approval serta Perceived Parental
Pressure, yang menjadi alat ukur penelitian yang dilakukan oleh penulis,
merupakan item yang dapat dipercaya karena memiliki koefisien
reliabilitas Alpha Cronbach di atas 0,80.
Meskipun reliabilitas dari Perfectionism Inventory dapat dipercaya,
namun penulis melakukan pengujian reliabilitas pada item-item yang
termasuk ke dalam dua indikator yang hendak diukur. Hal ini dilakukan
mengingat perbedaan subjek dari penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya. Selain itu, pengukuran reliabilitas dilakukan untuk menguji
apakah hasil Back-translation dapat dipercaya untuk mengukur
kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism.
3. Analisis Item
Analisis item pada uji coba Skala Socially-Prescribed
Perfectionism menggunakan analisis konsistensi internal untuk mengetahui
reliabilitas dari skala. Item-item pada skala akan dianalisis dan kemudian
akan digugurkan jika ternyata mempunyai koefisien korelasi item atau
digunakan karena tidak mampu untuk membedakan subjek yang mendapat
nilai tinggi serta rendah pada alat ukur. Idealnya, besaran dari rix
mendekati angka + 1,00, namun hal tersebut merupakan hal yang tidak
memungkinkan (Gregory, 2007). Oleh karena itu pada beberapa penelitian,
besaran indeks daya beda item dapat diturunkan menjadi ≥ 0,25; ≥ 0,20
(Yazinta, 2008; Wisnu, 2010; Thorndike, Cunningham, Thorndike, dan
Hagen, dalam Azwar, 2009).
Nilai indeks daya beda item yang digunakan pada penelitian ini
adalah ≥ 0,25. Item soal dengan nilai rix yang berada di bawah ≥ 0,25,
merupakan item soal yang dianggap gugur. Berdasarkan hasil perhitungan
terhadap 16 item Perfectionism Inventoy, maka didapatkan rentangan rix
mulai dari nilai terendah yakni 0,245 sampai dengan 0,661 sebagai nilai
tertingginya.
Meskipun salah satu item mempunyai nilai rix di bawah 0,245,
tetapi soal tersebut tidak digugurkan. Hal tersebut dilakukan karena nilai
reliabilitasnya akan berkurang jika item tersebut digugurkan. Oleh karena
itu, semua item dianggap sebagai item yang lolos untuk dijadikan skala
penelitian.
Berikut analisis mengenai reliabilitas dari Perfectionism Inventory,
Tabel 5
Reliabilitas Perfectionism Inventory Setelah Uji Coba
G. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode statistik deskriptif, yakni metode yang memberi gambaran mengenai
suatu gejala (Partino dan Idrus, 2009). Dalam statistika deskriptif, peneliti
mengelola data agar dapat disajikan ke dalam bentuk-bentuk yang lebih
berguna, sehingga dapat lebih mudah dipahami (Subagyo, 2003). Statistik
deskriptif dapat disertai dengan perhitungan-perhitungan sederhana yang
bertujuan untuk memperjelas suatu karakteristik data yang bersangkutan
dalam penelitian (Azwar, 1999).
Dalam metode statistik deskriptif, data penelitian disusun secara lebih
teratur ke dalam distribusi frekuensi. Data-data tersebut juga dikenai
perhitungan-perhitungan statistik sederhana, meliputi perhitungan Nilai
Rata-rata (Mean), Standar Deviasi (SD), Median, serta Modus. Kemudian, agar
data yang telah dihitung tersebut dapat dipahami dengan lebih cepat, maka
penyajian data dapat dilakukan dengan membuat diagram maupun tabel-tabel
mengenai hasil perhitungan data (Partino dan Idrus, 2009; Subagyo, 2003).
Cronbach’s Alpha (α) Jumlah Item
29 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah
Penelitian ini dilakukan pada sebuah institusi pendidikan, yakni
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Salah satu Fakultas
Psikologi yang berada di Yogyakarta ini, didirikan pada 4 Juni 1996
berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, dengan
nomor surat 162/DIKTI/Kep/1996. Adapun pembagian tahun angkatan
pada Fakultas Psikologi terbagi ke dalam 8 angkatan, yakni angkatan 2006
sampai dengan 2012. Mahasiswa aktif yang telah menempuh mata kuliah
penulisan skripsi sebelum semester genap 2012/2013 adalah mahasiswa
tahun angkatan 2006 sampai 2008. Untuk mahasiswa aktif tahun angkatan
2009, baru mengambil mata kuliah skripsi pada semester genap 2012/2013
ini, sedangkan mahasiswa aktif angkatan 2010 sampai 2012 masih
menempuh mata kuliah teori. Berdasarkan pembagian klasifikasi tahun
angkatan tersebut, maka mahasiswa aktif yang menjadi subjek penelitian
merupakan mahasiswa aktif yang telah sebelumnya mengambil mata
kuliah skripsi sebelum semester genap 2012/2013, yakni mahasiswa
2. Pelaksanaan Uji Coba
[image:48.595.100.518.208.593.2]Berikut adalah tabel jadwal pelaksanaan uji coba skala penelitian.
Tabel 6
Pelaksanaan Uji Coba
Tanggal Pelaksanaan Tempat Pelaksanaan Jumlah
Responden
18 Januari 2013 “Kost Intan”, Paingan 2
20 Januari 2013
Menitipkan Ke Teman, Untuk Mahasiswa UAJY Di Kost “Wisma 33 B”, Janti.
7
25 Januari 2013 Menitipkan Ke Teman, Untuk
Mudika Gereja Mlati 10
31 Januari 2013
Menitipkan Ke Teman, Untuk Remaja Gereja Kristen Indonesia Gejayan
7
2 Februari 2013 Kost Putri, Sanggrahan, Maguwo 5
Total 31
B. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 3 Maret sampai dengan
tanggal 16 Maret 2013, dengan menggunakan alat ukur yakni skala
Perfectionism Inventory yang mengandung indikator Socially-Prescribed
Perfectionism. Adapun subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa/i
Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang telah mengerjakan skripsi lebih dari
(dengan Googledocs), menitipkan kepada teman kost subjek, serta meminta
subjek untuk mengisi skala secara langsung saat bertemu dengan peneliti.
Jumlah skala yang disebar untuk penelitian ini adalah sejumlah 80, Meskipun
demikian, ada dua buah skala yang tidak dikembalikan/direspon oleh subjek
penelitian. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hanya 78 skala yang
memenuhi persyaratan sebagai data pada penelitian ini.
C. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa/i Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma yang telah menempuh skripsi lebih dari dua
semester. Mahasiswa/i tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan berdasarkan
tahun angkatan, yakni tahun angkatan 2006, 2007, dan 2008. Berikut
adalah paparan subjek penelitian berdasarkan tahun angkatan, umur, dan
[image:49.595.101.515.257.717.2]jenis kelamin.
Tabel 7.
Deskripsi Subjek Penelitian Tahun
Angkatan
Umur Jenis Kelamin
22 23 24 25 26 Laki-laki Perempuan
2006 - - 5 4 1 5 5
2007 - 10 4 - - 7 7
2008 28 21 4 - 1 18 36
2. Uji Normalitas Data
Setelah mengetahui paparan data subjek, maka tahapan selanjutnya
adalah melakukan uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah data yang berasal dari populasi berdistribusi normal
atau tidak (Noor, 2011). Salah satu teknik yang dilakukan untuk menguji
normalitas adalah dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov.
Dengan metode ini, maka suatu data dikatakan memiliki distribusi yang
normal jika memenuhi syarat, yakni nilai signifikansinya lebih besar dari
nilai alpha sebesar 0,05 ( p > α 0,05). Namun jika nilai signifikansinya
lebih kecil dari 0,05 ( p < 0,05), maka data tidak terdistribusi secara
normal. Berikut adalah tabel hasil pengujian normalitas dengan
[image:50.595.102.514.285.716.2]menggunakan aplikasi SPSS for Windows version 16.
Tabel 8
Uji Normalitas Data dengan Teknik Kolmogorov-Smirnov Total Skor
N 78
Normal Parametersa Mean 45.6282
Std. Deviation 8.18473
Most Extreme Differences Absolute .094
Positive .094
Negative -.052
Kolmogorov-Smirnov Z .833
Berdasarkan hasil di atas, maka didapatkan hasil nilai
signifikansinya (p) adalah sebesar 0,492. Nilai signifikansi sebesar 0,492,
ternyata lebih besar dari nilai 0,05 ( p > 0,05). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa syarat normalitas data terpenuhi, sehingga distribusi
data dapat dikatakan normal.
3. Deskripsi Data Penelitian
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan dari
penelitian deskriptif adalah untuk mengumpulkan berbagai data, yang
nantinya akan disajikan ke dalam bentuk yang lebih sistematis. Penyajian
olahan data tersebut dapat digunakan sebagai paparan mengenai
kecenderungan suatu variabel tertentu.
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif akan menghasilkan nilai mean hipotetik dan
mean empirik. Adapun mean hipotetik merupakan rata-rata skor dari
suatu alat ukur yang diperoleh dari angka yang menjadi nilai tengah
alat ukur tersebut.
Sedangkan mean empirik adalah rata-rata skor dari hasil
penelitian. Setelah kedua mean tersebut diketahui, maka akan dilakukan
perbandingan nilai kedua skor mean tersebut.
Untuk mencari nilai mean hipotetik, maka penentuan skor
minimum dan maksimum dari alat harus dilakukan. Jumlah butir
jawaban bermula dari nilai 1 sampai dengan nilai 5. Skor minimum dari
alat ukur adalah sebesar 16, yang berasal dari 16 item dikalikan skor 1,
dan skor maksimum dari alat ukur adalah 80, yang berasal dari 16 item
dikalikan dengan skor 5. Kemudian, rentangan skor pada skala adalah
sebesar 64, yakni nilai skor maksimum dikurang skor minimum.
Kemudian hasil rentangan skor dibagi ke dalam enam satuan standar
deviasi, sehingga nilai standar deviasi dari alat ukur adalah sebesar
10,67. Adapun mean hipotetik dari alat ukur dicari dengan
menjumlahkan skor minimum dan maksimum, kemudian hasil
penjumlahan dibagi dua, sehingga diperoleh mean hipotetik sebesar 48.
Berikut adalah hasil analisis deskriptif dari keseluruhan data alat
[image:52.595.99.515.274.686.2]ukur.
Tabel 9
Hasil Analisis Deskriptif Penelitian
Parameter Statistik Nilai Hipotetik Nilai Empirik
N 78 78
Skor Minimum 16 31
Skor Maksimum 80 68
Range 64 37
Mean 48 45,628
Berdasarkan tabel di atas, maka nilai empirik sebesar bernilai
45,628. Nilai ini lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai mean
hipotetik, yakni sebesar 48. Hal ini menunjukan ada perbedaan di antara
kedua nilai mean. Perbedaan yang terjadi menunjukan bahwa
kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism pada mahasiswa
skripsi, cenderung lebih rendah.
b. Analisis Uji One Sample T-Test
Untuk menguji perbedaan di antara kedua kelompok mean,
maka pengujian tambahan dilakukan, yakni dengan menggunakan uji
One Sample T-Test. Adapun prinsip dari pengujian ini adalah untuk
menguji apakah suatu nilai yang dianggap sebagai pembanding,
memiliki perbedaan dengan nilai dari suatu sampel (Santoso, 2010).
Pengujian ini akan menggunakan nilai rerata dari nilai hipotetik. Selain
itu, pengujian ini akan menggunakan uji hipotesis yang didasarkan atas
beberapa dasar pengambilan keputusan, yaitu berdasarkan
perbandingan t hitung dengan t tabel, dan perbandingan nilai
probabilitas (p).
Berikut adalah paparan mengenai hasil Uji One Sample T-Test
Tabel 10.
Uji Statistik One Sample T-Test
Berdasarkan tabel di atas, maka nilai t yang diperoleh adalah
sebesar 2,559, dan nilai signifikansinya adalah sebesar 0,012 (p=
0,012). Perbandingan nilai t hitung (2,559) dengan nilai t tabel (1,66),
menunjukkan hasil bahwa t hitung memiliki nilai yang lebih besar
daripada t tabel. Kemudian analisis nilai probabilitas menunjukkan hasil
bahwa nilai p (0,012) lebih kecil daripada nilai p 0,05. Hasil ini
mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di antara ke
dua nilai rata-rata. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa Hipotesis nol ditolak, yakni bahwa ada perbedaan di antara
rata-rata dari mean hipotetik dan mean empirik. Perbedaan tersebut
menyatakan bahwa ada perbedaan kecenderungan Socially-Prescribed
Perfectionism, yakni kecenderungan tersebut cenderung lebih rendah. Test Value = 48
95% Confidence Interval of the Difference
t df Sig.
(2tailed)
Mean
Difference Lower Upper
4. Deskripsi Data Penelitian Tiap Angkatan
Setelah memberikan paparan deskriptif mengenai kecenderungan
Socially-Prescribed Perfectionism secara umum, maka penelitian
dilanjutkan dengan memaparkan hasil analisis deskriptif untuk subjek pada
tahun angkatan yang berbeda.
a. Analisis Deskriptif Tiap Angkatan
Berikut adalah hasil analisis deskriptif subjek penelitian pada
[image:55.595.100.519.204.687.2]tahun angkatan yang berbeda.
Tabel 11.
Hasil Analisis Deskriptif Tiap Angkatan
Parameter Statistik
Tahun Angkatan
2006 2007 2008
Nilai Hipotetik Nilai Empirik Nilai Hipotetik Nilai Empirik Nilai Hipotetik Nilai Empirik
N 10 10 14 14 54 54
Skor
Minimum 16 34 16 34 16 31
Skor Maksimu m
80 58 80 61 80 68
Range 64 24 64 27 64 37
Mean 48 45,5 48 47 48 45,296
Berdasarkan perhitungan di atas, maka mean empirik pada setiap
angkatan cenderung lebih rendah daripada nilai mean hipotetik. Adapun
perbedaan di antara kedua mean tersebut, bergerak dari rentang nilai 1
sampai dengan 2,7, di mana subjek angkatan 2008 memiliki perbedaan
mean yang paling besar yakni 2,7.
b. Analisis Uji One Sample T-Test Tiap Angkatan
Berikut adalah hasil uji One Sample T-Test untuk setiap subjek
[image:56.595.100.509.220.648.2]pada tahun angkatan yang berbeda.
Tabel 12.
Uji Statistik One Sample T-Test Tiap Angkatan
Test Value = 48
95% Confidence Interval of the
Difference
t df Sig.
(2tailed)
Mean
Difference Lower Upper
2006 -1.034 9 .328 -2.50000 -7.9714 2.9714
2007 -.391 13 .702 -1.0000 -6.5195 4.5195
2008 -2.476 53 .016 -2.70370 -4.8935 -.5139
Berdasarkan hasil perhitungan One Sample T-Test pada setiap
angkatan, maka diperoleh hasil untuk subjek dengan tahun angkatan
rerata hipotetiknya. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas dari kedua
kelompok angkatan (p 0,328; p 0,702) lebih besar dari nilai signifikansi
p 0,05. Selain itu, jika menggunakan perbandingan dengan t tabel untuk
df sebesar 9 dan 13 ( t9 = 1,83; t13= 1,77), maka nilai t hitung pada
subjek angkatan 2006 dan 2007 lebih kecil daripada nilai t tabel. Hal ini
berbeda dengan nilai probabilitas yang dimiliki oleh subjek tahun
angkatan 2008, yakni sebesar 0,016. Nilai tersebut lebih kecil daripada
nilai signifikansi p sebesar 0,05. Selain itu, nilai t hitung subjek
[image:57.595.98.516.266.620.2]angkatan 2008 sebesar 2,476, lebih besar jika dibandingkan dengan t
tabel dengan df 53, yakni sebesar 1,67.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara mean hipotetik dan mean empirik
pada subjek angkatan 2006 dan 2007. Sedangkan pada angkatan 2008,
terdapat perbedaan yang signifikan di antara kedua nilai rerata hipotetik
dan empiriknya. Hasil ini menunjukkan bahwa kecenderungan
Socially-Prescribed Perfectionism cenderung rendah pada berbagai angkatan.
5. Deskripsi Data Penelitian Tiap Indikator a. Analisis Deskriptif Tiap Indikator
Berikut adalah paparan mengenai analisis deskriptif kedua
Tabel 13
Hasil Analisis Deskriptif Tiap Indikator
Parameter Statistik
Indikator Socially-Prescribed Perfectionism
Indikator 1 (Need of Approval)
Indikator 2 (Perceived Parental
Pressure) Nilai Hipotetik Nilai Empirik Nilai Hipotetik Nilai Empirik
N 78 78 78 78
Skor Minimum 8 13 8 12
Skor Maksimum 40 36 40 34
Range 32 23 32 22
Mean 24 23,025 24 22,602
SD 5,33 5,21 5,33 5,406
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa mean empirik dari setiap indikator Socially-Prescribed
Perfectionism memiliki nilai yang lebih rendah daripada mean
hipotetiknya. Perbedaan kedua nilai mean yang lebih besar yakni 1,39
terdapat pada indikator Perceived Parental Pressure.
b. Analisis Uji One Sample T-Test Tiap Indikator
Berikut adalah uji One Sample T-Test untuk setiap indikator
Tabel 14
Uji Statistik One Sample T-Test Tiap Indikator Test Value = 24
95% Confidence Interval of the Difference
t df Sig.
(2tailed)
Mean
Difference Lower Upper
NoAp -1.651 77 .103 -.97436 -2.1496 .2008
PPP -2.283 77 .025 -1.39744 -2.6164 -.1785
Berdasarkan hasil pengujian One Sample T-Test pada setiap
indikator Socially-Prescribed Perfectionism, maka didapatkan hasil
bahwa indikator Need of Approval, tidak terbukti secara signifikan
memiliki perbedaan di antara mean hipotetik dan mean empiriknya. Hal
ini disebabkan karena nilai probabilitasnya (p 0,103) lebih besar
daripada nilai signifikansi p 0,05. Selain itu, nilai t hitung pada
indikator Need of Approval sebesar 1,651 mempunyai nilai yang lebih
rendah dari nilai t tabel sebesar 1,66.
Sedangkan untuk indikator Perceived Parental Pressure,
terbukti memiliki perbedaan nilai rerata hipotetik dan empirik secara
signifikan. Hal ini dikarenakan nilai probabilitas 0,025 lebih kecil
daripada nilai signifikansi 0,05 dan nilai t hitung (2,283) lebih besar
daripada nilai t tabelnya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism dilihat dari kedua
6. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Untuk mengetahui perbedaan nilai rerata di antara dua buah
sampel, maka dilakukan Uji t untuk Sampel yang Bebas, atau Independent
Sampel T-Test (Santoso, 2010). Tidak jauh berbeda dengan One Sample
T-Test, dalam uji t untuk sampel bebas diperlukan dasar pengambilan
keputusan untuk menguji signifikansinya.
a. Analisis Two Independent Sample T-Test untuk Jenis Kelamin
Berikut adalah hasil dari analisis perbedaan mean antara subjek
[image:60.595.103.513.262.612.2]laki-laki dan perempuan.
Tabel 15
Uji Statistik Two Independent Sample T-Test Jenis Kelamin
JK N Mean SD
Levene’s Test For Equality of
Variances
t-test For Equality of Means
F Sig. t Sig
(2-tailed)
L 30 45.9333 8.50531
.111 .740 .259 .797
P 48 54.4375 8.06333
Berdasarkan hasil di atas, maka nilai probabilitas adalah sebesar
0,740 dengan nilai F adalah sebesar 0,111. Nilai p 0,740 bernilai lebih
besar daripada nilai signifikansi p 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa
kedua kelompok memiliki varian yang sama. Setelah melihat
perbandingan nilai variansnya, maka perhitungan berlanjut dengan