• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism pada mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma : sebuah studi kuantatif deskriptif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism pada mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma : sebuah studi kuantatif deskriptif."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

KECENDERUNGAN SOCIALLY-PRESCRIBED PERFECTIONISM PADA MAHASISWA SKRIPSI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA: SEBUAH STUDI KUANTITATIF DESKRIPTIF

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh: Juwita Krisanty NIM : 089114104

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Tu h a n a d a l a h g em b a l a k u ,

A k u t a k k a n b er k ek u r a n g a n .

( m a z m u r 2 3 :1 )

“U rip iku sejatine gawe urup.”

( Pepatah J awa)

The secret of life, though, is to

fall seven times and

to get up eight times.”

(5)

v

K upersembahkan t ulisan sederhana ini kepada:

T uhan A llah H yang Rama

Gust i Pangeran,

dengan segala kuasa-N ya

K eluarga kecilku,

dengan segala pengalamannya

I nsan-insan yang t ert ulis dalam ref erensi,

(6)
(7)

vii

KECENDERUNGAN SOCIALLY-PRESCRIBED PERFECTIONISM PADA MAHASISWA SKRIPSI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

SANATA DHARMA: SEBUAH STUDI KUANTITATIF DESKRIPTIF

Juwita Krisanty

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai tingkat kecenderungan

Socially-Prescribed Perfectionism pada subjek penelitian, yakni mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Socially-Prescribed Perfectionism dapat diartikan sebagai kecenderungan individu untuk berusaha memenuhi harapan serta tekanan yang dianggapnya berasal dari lingkungan sosial, dengan tujuan untuk mendapatkan persetujuan atau validasi dari orang lain. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa aktif angkatan 2006, 2007, dan 2008 yang telah mengerjakan skripsi selama lebih dari dua semester, sejumlah 78 orang. Alat pengambilan data menggunakan skala Perfectionism Inventroy (Hill, Huelsman, Furr, Kibler, Vicente, dan Kennedy, 2004), dengan menggunakan dua indikator yang berkaitan dengan kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism, yakni Need of Approval dan Perceived Parental Pressure. Uji coba skala menghasilkan nilai reliabilitas Alpha sebesar 0,787, dengan jumlah item skala sebanyak 16 item. Data penelitian diproses menggunakan peranti lunak komputer yakni SPSS for Windows versi 16. Hasil analisis deskriptif memberikan hasil bahwa sebaran data adalah normal, dengan subjek penelitian memiliki kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang rendah. Hasil ini didapatkan dari perbedaan nilai mean hipotetik dan empiriknya, di mana nilai mean empirik lebih rendah dari nilai mean hipotetik (µempirik= 45,628 < µhipotetik = 48).

(8)

viii

THE SOCIALLY-PRESCRIBED PERFECTIONISM AMONG THESIS STUDENTS AT FACULTY OF PSYCHOLOGY SANATA DHARMA

UNIVERSITY: A QUANTITATIVE DESCRIPTIVE RESEARCH

Juwita Krisanty

ABSTRACT

This research was aimed to give the description of Socially-Prescribed Perfectionism tendency among the research subject, which are thesis students at Faculty of Pschology of Sanata Dharma University. The Socially-Prescribed Perfectionism can be described as one’s endeavor tendency to fulfill hopes and pressures which perceived as prescribed by significant others, in order to gain validation from them. This research was a quantitative descriptive research which used the survey method. The subject of this research was 78 the students from three different academic year (2006, 2007, and 2008), who has been undergoing the thesis writing for more than two semesters. Data has been collected by using two of eight indicators of Perfectionism Inventory (Hill, Huelsman, Furr, Kibler, Vicente, dan Kennedy, 2004). The two indicators are related to the Socially-Prescribed Perfectionism, which are Need of Approval and Perceived Parental Pressure. The inventory has been tested and resulted Cronbach’s Alpha reliability as much as 0,787 for the 16 items of the scale. The data in this research are processed by a computer software which is SPSS for Windows version 16. The analysis has resulted that the data was normally distributed, and the Socially-Prescribed Perfectionim tendency among the subject is low. This result derived from the mean differences between the Hypothetical Mean and the Empirical Mean, which the empirical mean is lower than hypothetical mean ((µempirical= 45,628 < µhipothetical = 48).

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis limpahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang

telah memberikan berkat dan kekuatan selama proses pengerjaan skripsi, sehingga

dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi dengan judul “Kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism

pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma: Sebuah

Studi Kuantitatif Deskriptif”, diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Psikologi.

Banyak hal yang penulis dapatkan dari penyelesaian skripsi ini. Penulis

banyak mempelajari mengenai penerimaan serta penolakan dari berbagai kalangan

selama proses ini. Berbagai kendala yang ditempuh oleh penulis merupakan suatu

ajang pembelajaran yang sangat berarti untuk kehidupan mendatang.

Skripsi ini akhirnya dapat selesai berkat bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada:

1. Ibu Dr. Ch Siwi Handayani, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma, atas bantuannya terhadap perijinan

(11)

xi

3. Ibu Agnes Indar E., M.Si., Psi., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

Terima kasih atas penguatannya agar penulis cepat lulus.

4. Ibu Nimas Eki S., M.Si., Psi. selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima

kasih yang sebesar-besarnya atas segala pelajaran dan pengalaman yang

diberikan kepada penulis. Semoga menjadi semangat tersendiri bagi

penulis untuk melangkah lebih baik ke depannya.

5. Bapak Agung Santoso, M.A., terima kasih atas pencerahan yang diberikan

secara tulus kepada penulis.

6. Romo Dr. A. Priyono Marwan, S.J. Terima kasih atas segala doa dan

perhatian yang diberikan selama penyelesaian skripsi.

7. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

atas ilmu yang diberikan.

8. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Ibu Nanik,

Mas Doni, Mas Muji dan Pak Gie.

9. Keluarga kecilku; Papa Roy, Mama Merry, dan Cici Ita :). Terima kasih

atas curahan doa, kasih sayang, dan kepercayaan yang telah diberikan

kepada penulis selama ini. Itu yang menguatkan penulis. Luar biasa..!

10. Teman-teman yang ikut membantu dalam menyebarkan skala try-out

maupun skala penelitian. Skolastika, Ellisa ”sinter”, Valent, Galuh, Pritha

“Gidul”, Arischay, Sinto, Abeth, Fajar “Fael”, Lusi, Rimpi, Kak Lisa.

Terimakasih banyak atas kesediannya untuk meluangkan waktu. It was

(12)

xii

11. Teman-teman yang selayaknya obat “anti-aging” bagi penulis: Skolastika,

Valen, Ellisa, Wieana, Nana, Dewi, Ayu dan little Elkan, Ade “Paung”,

Bertha, Heimbach. Terimakasih atas segala cerita dan tawa yang membuat

penulis merasa bahagia selama penulisan skrispi ini. *kechuup basah..

12. Teman-teman satu bimbingan skripsi: Kak Lisa, Rimpi, Heny, Tinna, mas

Lulu. Terimakasih atas segala pertukaran info dan semangat yang

diberikan. Ayo teman-teman, satu langkah lagi...!!

13. Teman-teman SLP 2011, Pak Chosa, Mam Tata, Mas Anton, Topan,

Ajeng, Save, Diana, Mba Achie dan Heimtjeng. You gave me tons of

entertainments and experiences..!! Huggsss...

14. Teman-teman angkatan di Fakultas Psikologi ini, atas segala informasi dan

bahan candaan yang mengalir terus menerus. Dan yang terpenting adalah

pengalaman yang tidak akan terlupakan bersama mulai dari AKSI sampai

selesai kuliah. Terima kasih semuanya. Love you all... 

15. Bapak Prasetyadi Wibawa, Ibu Lenny, Mbah Kung, Mbah Uti, Lek Kenty

dan seluruh saudara-saudara di dusun Diwak. Terima kasih atas segala

penerimaan dan kesempatan yang disediakan bagi penulis selama ini.

Nuwun nggih...

16. Teruntuk Dante Allgherry, mijn schat, lelakiku. There are no proper words

could describe all the things you have done to support me. All I can say is

thank you for your hearty presences through all the days. Mahal kita...!!

17. Teruntuk Tuhan dengan kuasa-Nya; Yesus Kristus dan Bunda Maria.

(13)

xiii

pengharapan atas hidup, yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan

penulis dengan cara yang ajaib.

Akhir kata, penulis menyadari masih memiliki kekurangan dari skripsi ini,

mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritk dan saran yang dapat membangun. Terima

kasih.

Penulis,

(14)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ... 7

A. Socially-Prescribed Perfectionism ... 7

(15)

xv

2. Perkembangan Socially-Prescribed Perfectionsim ... 7

3. Alat Ukur Socially-Prescribed Perfectionsim ... 9

4. Penelitian Mengenai Socially-Prescribed Perfectionsim ... 11

B. Kerangka Berpikir ... 13

BAB III. METODE PENELITIAN ... 18

A. Jenis Penelitian ... 18

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 18

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 18

D. Subjek Penelitian ... 19

E. Metode Pengumpulan Data ... 21

F. Validitas, Reliabilitas, dan Analisis Item ... 24

1. Validitas ... 24

2. Reliabilitas ... 25

3. Analisis Item ... 26

G. Metode Analisis Data ... 28

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian ... 29

1. Orientasi Kancah ... 29

2. Pelaksanaan Uji Coba ... 30

B. Pelaksanaan Penelitian ... 30

C. Hasil Penelitian ... 31

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 31

(16)

xvi

3. Deskripsi Data Penelitian ... 33

4. Deskripsi Data Penelitian Tiap Angkatan ... 37

5. Deskripsi Data Penelitian Tiap Indikator ... 39

6. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

D. Pembahasan ... 43

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. Kesimpulan... 46

B. Saran ... 46

1. Bagi Mahasiswa ... 46

2. Bagi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma... 47

3. Bagi Orang Tua... 47

4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Jumlah Mahasiswa Skripsi Angkatan 2006, 2007, dan 2008 ... 3

Tabel 2 Ukuran Sample Tiap Strata ... 21

Tabel 3 Blue Print dan Sebaran Item Skala Perfectionism Inventory ... 23

Tabel 4 Pemberian Skor Skala Perfectionism Inventory ... 24

Tabel 5 Reliabilitas Perfectionism Inventory Setelah Uji Coba ... 28

Tabel 6 Pelaksanaan Uji Coba ... 30

Tabel 7 Deskripsi Subjek Penelitian ... 31

Tabel 8 Uji Normalitas Data dengan Teknik Kolmogorov-Smirnov ... 32

Tabel 9 Hasil Analisis Deskriptif Penelitian ... 34

Tabel 10 Uji Statistik One Sample T-Test ... 36

Tabel 11 Hasil Analisis Deskriptif Tiap Angkatan ... 37

Tabel 12 Uji Statistik One Sample T-Test Tiap Angkatan ... 38

Tabel 13 Hasil Analisis Deskriptif Tiap Indikator ... 40

Tabel 14 Uji Statistik One Sample T-Test Tiap Indikator ... 41

Tabel 15 Uji Statistik Two Independent Sample T-Test Jenis Kelamin ... 42

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Perfectionism Inventory ... 53

Lampiran 2 Perfectionism Inventory Hasil Back-translation... 55

Lampiran 3 Skala Penelitian... 57

Lampiran 4 Hasil Uji Coba ... 64

Lampiran 5 Data Subjek Penelitian ... 67

Lampiran 6 Total Skor Penelitian dan Histogram ... 71

Lampiran 7 Data Deskriptif Jenis Kelamin, Usia, dan Tahun Angkatan ... 73

Lampiran 8 Uji Normalitas Data ... 76

Lampiran 9 Uji One Sample T-Test Keseluruhan Data ... 78

Lampiran 10 Uji One Sampe T-Test Tahun Angkatan dan Indikator ... 80

(19)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan bagi kemajuan

bangsa dan negara. Menurut Undang-Undang SISDIKNAS (2003),

disebutkan bahwa tujuan dari pendidikan adalah agar setiap peserta didik

memiliki pengendalian diri, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan

bagi dirinya, masyarakat maupun bangsa dan negara.

Salah satu peserta didik di Indonesia adalah mahasiswa. Mahasiswa

merupakan peserta didik yang berada pada batas usia 18-30 tahun dan telah

resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi. Mahasiswa

akan mendapatkan gelar akademik dari perguruan tinggi yang bersangkutan

sebagai seorang Sarjana setelah menyelesaikan masa studinya sekitar tiga

setengah tahun (Fibrianti, 2009). Seorang Sarjana diharapkan menjadi salah

satu gambaran mengenai keberhasilan dari tujuan pendidikan di Indonesia.

Meskipun demikian, tujuan dari pendidikan Indonesia tersebut masih

belum sesuai dengan kenyataan yang terjadi di kalangan mahasiswa. Hal

tersebut menyangkut dengan disiplin waktu yang dilakukan oleh mahasiswa

dalam menempuh jenjang pendidikannya. Mahasiswa melakukan penundaan

dalam memulai suatu pekerjaan serta penghindaran terhadap tugas yang

(20)

dengan nama prokrastinasi akademik, salah satunya adalah prokrastinasi

akademik penyelesaian skripsi.

Prokrastinasi atau penundaan dalam penyelesaian skripsi berasal dari

permasalahan yang dihadapi mahasiswa selama proses penulisan skripsi

tersebut. Darmono dan Hasan (2005), menyebutkan bahwa permasalahan

yang dihadapi mahasiswa skripsi antara lain adalah kurang terbiasanya

dengan pengaturan target dan waktu, kesulitan mencari literatur, serta

berbagai masalah dengan dosen pembimbing skripsi. Permasalahan yang

sering terjadi ini dapat menyebabkan mahasiswa menunda penyelesaian

skripsinya (dalam Januarti, 2009).

Prokrastinasi akademik skripsi ternyata terjadi di Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma. Hal ini dilihat dari adanya mahasiswa aktif

angkatan 2006, 2007, dan 2008 yang belum dinyatakan lulus.

Mahasiswa-mahasiswa tersebut merupakan Mahasiswa-mahasiswa yang telah menempuh masa studi

lebih dari delapan semester. Hal ini bertentangan dengan kebijakan yang

terdapat pada Buku Pedoman Fakultas Psikologi (2008), yang menyebutkan

bahwa masa studi yang tersedia untuk program Sarjana Psikologi

direncanakan sebanyak delapan semester. Selain itu, berdasarkan Buku

Peraturan Akademik Universitas Sanata Dharma (2010), disebutkan bahwa

Universitas menetapkan sepuluh semester sebagai target penyelesaian masa

(21)

Tabel 1

Jumlah Mahasiswa Skripsi Angkatan 2006, 2007, dan 2008

Angkatan Jumlah Persentase

2006 16 12,21 %

2007 27 20,61 %

2008 88 67,18 %

Total 131 100%

Melihat kasus prokrastinasi akademik mahasiswa skripsi cukup

banyak terjadi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, maka

peneliti mengadakan wawancara informal terhadap beberapa mahasiswa

skripsi angkatan 2006, 2007, dan 2008. Berdasarkan wawancara informal

mengenai alasan melakukan penundaan dalam menyelesaikan skripsi,

didapatkan hasil bahwa mahasiswa skripsi merasa kebingungan setiap kali

menyelesaikan revisi setelah bimbingan. Mahasiswa merasa kurang mampu

untuk membuat revisi yang sesuai dengan saran dari dosen pembimbing,

sehingga mereka melakukan penundaan untuk menghindari revisi

selanjutnya. Selain dari dosen pembimbing, permasalahan juga terjadi dari

orang tua mahasiswa yang menginginkan anaknya untuk cepat lulus. Hal

tersebut dianggap sebagai suatu tekanan tersendiri bagi beberapa mahasiswa

skripsi.

Berdasarkan pengakuan tersebut, beberapa mahasiswa skripsi

merasakan adanya tuntutan serta harapan yang berasal dari luar dirinya.

(22)

mahasiswa. Akan tetapi, dalam usaha pemenuhan tersebut, mahasiswa merasa

takut saat diberikan penilaian dan pengawasan dari lingkungan luarnya. Hal

ini menyebabkan mahasiswa cenderung untuk menunda penyelesaian

skripsinya agar tidak terus menerus merasa tertekan.

Paparan di atas, memiliki kaitan dengan sebuah kecenderungan yakni

kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism, sebagai salah satu dari

dimensi perfeksionisme yang dikemukakan oleh Hewitt dan Flett (1991).

Individu dengan kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang

tinggi, mempunyai anggapan mengenai perlunya mencapai standar serta

harapan yang ditetapkan oleh lingkungan sosialnya. Individu menjadi cemas

akan penilaian orang lain, karena penilaian tersebut akan menentukan apakah

dirinya dapat diterima oleh orang lain atau sudah mencapai standar tersebut

(Burka dan Yuen, 2008). Saat individu tidak mampu mencapai standar atau

harapan dari orang lain, maka konsekuensi negatif menjadi umum terjadi

(Hewit dan Flett, 1991). Salah satu konsekuensi negatifnya adalah

prokrastinasi akademik (Flett, Blankstein, Hewitt, dan Koledin, 1992;

Onwouegbuzie, 2000).

Berdasarkan hal tersebut, maka penting untuk diadakan penelitian

mengenai gambaran kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism pada

subjek mahasiswa. Hal ini disebabkan karena penelitian mengenai

kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism, belum mendapat perhatian

(23)

erat dengan kecenderungan prokrastinasi akademik yang menjadi fenomena

nyata mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, sebagai salah satu

Universitas yang berada di Indonesia, belum pernah mengadakan pemetaan

mengenai kecenderungan-kecenderungan yang berhubungan dengan

permasalahan prokrastinasi akademik pada mahasiswa skripsi. Oleh karena

itu, penelitian baru mengenai kecenderungan Socially-Prescribed

Perfectionism dapat menjadi sebuah data baru bagi permasalahan yang kerap

terjadi. Harapannya dengan diadakan penelitian ini, maka Fakultas dapat

menggunakannya sebagai basis atas penelitian maupun kebijakan-kebijakan

lanjutan yang bertujuan mengurangi kecenderungan prokrastinasi

mahasiswanya. Oleh karena itu, peneliti ingin memberikan gambaran

mengenai sebuah kecenderungan lain yang terjadi pada mahasiswa skripsi,

yang tertuang dalam penelitian berjudul “Kecenderungan Socially-Prescribed

Perfectionism pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma: Sebuah Studi Kuantitatif Deskriptif”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah seperti apakah

kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism pada mahasiswa skripsi

(24)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan

kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang dilakukan oleh

mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu untuk menambah wawasan

pengetahuan mengenai variabel yang terkait dengan permasalahan

prokrastinasi akademik di jenjang pendidikan perguruan tinggi. Terutama

permasalahan yang dilihat dari sisi yang masih minim diteliti di Indonesia.

Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu memberikan pengetahuan

mengenai kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism pada mahasiswa

skripsi khususnya di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Hasil

dari penelitian ini dapat dijadikan data atau pengetahuan baru, sehingga dapat

bermanfaat bagi penelitian maupun pengambilan kebijakan oleh petinggi

Fakultas, yang bersifat memberikan intervensi terhadap kecenderungan

(25)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Socially-Prescribed Perfectionism

1. Pengertian Socially-Prescribed Perfectionism

Socially-Prescribed Perfectionism merupakan salah satu dimensi

perfeksionisme yang dikemukakan oleh Hewitt dan Flett (1991).

Socially-Prescribed Perfectionism adalah kecenderungan individu mempercayai

lingkungan sosial mempunyai standar yang tidak realistik, menekan

individu menjadi sempurna, serta mengevaluasi individu secara ketat.

Individu akan berusaha memenuhi standar serta harapan yang berasal dari

lingkungan sosial tersebut. Hal ini menyebabkan individu akan mengalami

ketakutan terhadap evaluasi negatif yang diberikan. Selain itu, individu

juga mempunyai kebutuhan yang besar untuk mendapat penerimaan atau

menghindari penolakan dari orang lain (Hewitt dan Flett, 1991; 1993).

2. Perkembangan Socially-Prescribed Perfectionism

Menurut Flett, Hewitt, Oliver, dan Macdonald (2002),

perfeksionisme mempunyai akarnya pada perkembangan seorang anak dan

orang tua memegang peranan penting dalam perkembangan

perfeksionisme. Berikut akan dijelaskan hipotesis mengenai pengaruh

(26)

perfeksionisme orang tua, tekanan dari orang tua serta gaya pengasuhan

orang tua (dalam Stoeber dan Childs, in press).

a. Perfeksionisme Orang Tua

Hipotesis ini berasal dari teori belajar sosial yang dikemukakan

oleh Albert Bandura, yang menyuguhkan pemikiran bahwa anak-anak

akan mengembangkan perfeksionismenya karena me”model”

(mengamati dan meniru) perfeksionisme dari orang tuanya.

Berdasarkan penelitian oleh Vieth dan Trull (1999), menunjukkan

bahwa modelling perfeksionisme terhadap orang tua yang berjenis

kelamin sama (anak perempuan dengan ibu, anak laki-laki dengan

ayah), lebih banyak dilakukan daripada modelling terhadap orang tua

berjenis kelamin berbeda (dalam Stoeber dan Childs, in press).

b. Tekanan Orang Tua

Flett dkk (2002), mengemukakan bahwa tekanan orang tua

berdasarkan pada dua model sosialisasi, yaitu harapan sosial serta reaksi

sosial. Tekanan orang tua merupakan sebuah kombinasi dari harapan

orang tua; bahwa anak seharusnya bisa menjadi sempurna (harapan

sosial) dan kritik dari orang tua; yang muncul jika anak gagal untuk

memenuhi harapan tersebut (reaksi sosial).

c. Gaya Pengasuhan Orang Tua

Hipotesis ini berdasar pada teori dari Baumrind mengenai gaya

pengasuhan orang tua. Penelitian yang dilakukan oleh Flett dkk (2002),

(27)

dengan orang tua yang sering mengkritik), berasosiasi dengan level

perfeksionisme yang tinggi. Berkebalikan dari penelitian sebelumnya,

penelitian yang dilakukan oleh Miller-Day dan Marks (2006),

menemukan bahwa orang tua yang responsif serta komunikasi positif

yang dilakukan oleh orang tua, berasosiasi dengan level perfeksionisme

yang rendah (dalam Stoeber dan Childs, in press).

Berdasarkan hal tersebut, maka perkembangan Socially-Prescribed

Perfectionism dipengaruhi oleh adanya proses modelling yang dilakukan

anak terhadap orang tua yang juga perfeksionis. Selain itu, gaya

pengasuhan orang tua yang otoriter disertai adanya tekanan dari orang tua,

mempengaruhi terbentuknya Socially-Prescribed Perfectionism pada anak.

3. Alat Ukur Socially-Prescribed Perfectionism

Untuk mengukur kecenderungan Socially-Prescribed

Perfectionism, dapat menggunakan alat ukur yang bernama Perfectionism

Inventory (Hill, Huelsman, Furr, Kibler, Vicente, dan Kennedy, 2004).

Penggunaan Perfectionism Inventory (PI) dikarenakan alat ukur tersebut

telah dirancang untuk menangkap konstruk-konstruk penting yang telah

disediakan oleh kedua Multidimensional Perfectionism Scale (MPS), yakni

MPS Frost dkk (1990) dan MPS Hewitt-Flett (1991). Dengan

menggunakan Perfectionism Inventory, maka dapat memperluas cakupan

(28)

Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur kecenderungan

Socially-Prescribed Perfectionism pada penelitian ini adalah indikator

Need of Approval dan indikator Perceived Parental Pressure. Kedua

indikator tersebut digunakan karena memiliki kaitan yang erat dengan

konstruk Socially-Prescribed Perfectionism (Hill, dkk, 2004).

Indikator Need of Approval digunakan karena terdapat

kecenderungan individu untuk mencari validasi atau pengakuan dari orang

lain disertai adanya rasa sensitif terhadap kritikan-kritikan. Definisi dari

Need of Approval dianggap memiliki hubungan dengan kecenderungan

Socially-Prescribed Perfectionism dalam hal kebutuhan individu terhadap

penerimaan orang lain dan ketakutan individu atas evaluasi negatif dari

orang lain (Hewitt dan Flett, 1991).

Indikator Perceived Parental Pressure, digunakan karena terdapat

kecenderungan individu untuk melakukan performansi yang sempurna

demi mendapatkan persetujuan dari orang tua (Hill, dkk, 2004). Hal ini

berhubungan dengan dimensi Parental Expectations dan Parental Critics

yang dianggap berkorelasi erat dengan kecenderungan Socially-Prescribed

Perfectionism (Enns dan Cox, 2004).

Berdasarkan paparan di atas, maka alat ukur Socially-Prescribed

Perfectionism menggunakan dua indikator Perfectionism Inventory, yakni

Need of Approval dan Perceived Parental Pressure. Hal tersebut

dikarenakan indikator Need of Approval diharapkan memiliki hubungan

(29)

(Hill, dkk, 2004). Sedangkan indikator Perceived Parental Pressure

digunakan karena dianggap memiliki hubungan dengan dimensi Parental

Expectations (PE) dan Parental Critics (PC), yang terbukti berkorelasi

dengan dimensi Socially-Prescribed Perfectionism (Enns dan Cox, 2001).

4. Penelitian Mengenai Socially-Prescribed Perfectionism

Penelitian korelasional mengenai Socially-Prescribed

Perfectionism telah dilakukan dengan variabel prokrastinasi (Flett, dkk,

1992; Onwouegbuzie,2000). Meskipun demikian, masih ada penelitian lain

yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Socially-Prescribed

Perfectionism dengan variabel selain prokrastinasi, seperti berikut ini:

a. Eating Disorder (Gangguan Pola Makan)

Penelitian yang dilakukan oleh Hewitt, Flett, dan Ediger (1995),

menghasilkan sebuah penemuan yang menyebutkan bahwa

Socially-Prescribed Perfectionism berhubungan dengan pola makan yang

terganggu dan kekhawatiran terhadap penampilan. Pada Eating

Disorder, terdapat konsep bahwa usaha untuk menjadi sempurna

dimotivasi oleh kebutuhan untuk meniru sebuah ide atau model yang

sempurna, seperti yang dianggap oleh seorang inidividu sebagai

(30)

b. Dating Relationship

Penelitian yang dilakukan oleh Flett, Hewitt, Shapiro, dan

Rayman (2001), lebih menekan pada varibel relasi. Dari hasil penelitian

disebutkan bahwa, Socially-Prescribed Perfectionism berhubungan

dengan aspek neurotik dalam percintaan, seperti kecemasan kepada diri

sendiri, kecemasan yang berlebihan pada pasangan, serta

ketergantungan emosional terhadap pasangan. Dalam penelitian

tersebut juga ditemukan bahwa Socially-Prescribed Perfectionism juga

berasosiasi dengan cara-cara yang kurang adaptif dalam menanggulangi

konflik-konflik relasi. Selain itu, disebutkan pula bahwa individu

dengan Socially-Prescribed Perfectionism yang tinggi tidak mempunyai

kepekaan terhadap pasangan serta anggapan yang negatif terhadap

hubungan percintaanya.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah dilakukan

penelitian mengenai Socially-Prescribed Perfectionism. Dari penelitian

tersebut, Socially-Prescribed Perfectionism erat kaitannya dengan outcome

yang bersifat negatif, seperti prokrastinasi, relasi percintaan yang sulit,

serta gangguan pola makan (Flett, dkk, 1992; 2001, Hewitt , dkk, 1995,

(31)

B. Kerangka Berpikir

Kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism berkembang pada

masing-masing individu. Perkembangan tersebut bermula pada awal

perkembangan seorang individu. Perkembangan individu mendapatkan

pengaruhnya dari keluarga sebagai unit sosial terkecil proses pembelajaran

(Prasetyawati, dalam Silalahi, 2010). Salah satunya adalah relasi antara orang

tua dan anak yang terlihat dalam pola asuh orang tua.

Ada beberapa pola asuh orang tua yang berpengaruh terhadap

perkembangan kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism. Pola asuh

otoriter salah satunya, merupakan pola asuh yang cenderung untuk

mengekang, menghukum, dan mengontrol secara berlebihan (Flett, dkk,

1995). Dalam pola asuh ini, orang tua menyuruh anak-anaknya untuk

melakukan performansi yang terbaik (Stornelli, 1997). Pola seperti ini dapat

menyebabkan seorang anak melihat lingkungan sosialnya sebagai sesuatu

yang mengontrol mereka untuk melakukan permintaan-permintaan yang tidak

realistik. Lamborn (dalam Flett, dkk, 1995), menyebutkan dalam pola asuh

ini, anak-anak selalu berusaha untuk mematuhi standar yang diberikan orang

tuanya. Pola asuh otoriter memberi pengaruh terhadap perkembangan

kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang tinggi pada

anak-anak (Flett, dkk, 1995).

Selain pola asuh orang tua yang otoriter, maka terdapat pola asuh

orang tua autoritatif dan permisif. Pada pola asuh autoritatif, terdapat tuntutan

(32)

kepada harapan serta aturan orangtua yang dirasa masuk akal bagi tingkah

laku anaknya. Sedangkan pada pola asuh permisif, ditandai dengan adanya

kebebasan yang berlebihan, yang di dalamnya orang tua tidak memberikan

panduan yang jelas bagi pengalaman anaknya (Baumrind, dalam Silalahi,

2010). Kedua pola asuh tersebut tidak memberi banyak tekanan pada anak

seperti pada pola asuh otoriter. Hal tersebut menyebabkan anak-anak pada

kedua pola asuh ini, tidak merasakan kontrol berlebih dari orang tua untuk

memenuhi standar mereka, sehingga cenderung memiliki Socially-Prescribed

Perfectionism yang rendah.

Kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang mulai tumbuh

pada anak-anak, akan menjadi bagian dari kepribadiannya sampai dengan

anak tersebut menjadi seorang mahasiswa. Sebagai mahasiswa, anak-anak

tersebut tidak terlepas dari sebuah tugas akhir sebelum menjadi seorang

Sarjana. Mahasiswa akan menempuh sebuah fase akhir masa studinya, yaitu

skripsi.

Dalam mengerjakan skripsinya, mahasiswa akan dibimbing oleh

dosen pembimbing skripsi. Darmono dan Hasan (2005), menyebutkan bahwa,

dosen pembimbing sebagai sosok yang perlu dihormati, berhak untuk

memeriksa dan memberikan saran bagi setiap hasil kerja mahasiswa dalam

tahapan penulisan skripsinya (dalam Januarti, 2009). Peran dosen

pembimbing tersebut dapat berupa pemberian koreksi jika menemukan

(33)

sekaligus memahami sumber-sumber bacaan yang digunakan. Peran tersebut

dilakukan demi membantu mahasiswa mengerjakan skripsinya.

Situasi dalam pengerjaan skripsi tersebut ternyata akan direspon

secara berbeda oleh masing-masing mahasiswa. Salah satunya adalah dengan

merespon situasi tersebut berdasarkan kecenderungan Socially-Prescribed

Perfectionism yang berbeda pada diri mahasiswa. Seorang mahasiswa dengan

kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang tinggi akan

mempercayai bahwa saran atau permintaan dosen pembimbing merupakan

sebuah tuntutan yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, dalam prosesnya

mereka lebih mementingkan penerimaan. Selain itu, mahasiswa akan merasa

sensitif jika mendapatkan kritikan dari dosen pembimbing dalam bentuk

koreksian skripsi. Hal ini akan berbeda dengan mahasiswa yang memiliki

kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism yang rendah, karena

mereka tidak akan melihat peran dosen pembimbing sebagai sebuah tuntutan

dan tekanan yang berlebihan, melainkan sebagai arahan positif demi

kesuksesan skripsinya.

Respon-respon yang berbeda terhadap situasi skripsi dapat

menghasilkan outcome yang berbeda. Mahasiswa dengan kecenderungan

Socially-Prescribed Perfectionism yang tinggi, akan berujung pada outcome

negatif seperti kemarahan dan depresi (Hewitt dan Flett, 1991). Salah satu

outcome yang berkaitan erat dengan kecenderungan Socially-Prescribed

Perfectionism adalah prokrastinasi akademik, sebagai antisipasi dari tekanan

(34)

Flett, Hewitt, dan Singer, 1995; Onwuegbuzie, 2000). Berkebalikan dari hal

tersebut, maka mahasiswa yang memiliki kecenderungan Socially-Prescribed

Perfectionism yang rendah, tidak akan menghasilkan outcome berupa

emosi-emosi yang negatif. Dengan kata lain, mahasiswa dengan kecenderungan

Socially-Prescribed Perfectionism yang rendah, tidak menunda penyelesaian

(35)

DIAGRAM KERANGKA BERPIKIR

SPP : Socially-Prescribed Perfectionism Orang tua Pola Asuh Otoriter Pola Asuh Autoritatif dan Permisif

Anak dengan SPP tinggi

Anak dengan SPP rendah MAHASISWA

SKRIPSI

Mencari dan memahami jurnal penelitian Mempertanggung jawabkan skripsi Menerima koreksi atas kesalahan Memperbaiki sesuai dengan saran dosen
(36)

18 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang

merupakan salah satu jenis penelitian umtuk memberikan gambaran atau

uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin. Dalam penelitian ini tidak

terdapat perlakuan terhadap variabel yang hendak diteliti, melainkan

menguraikan secara jelas variabel penelitiannya (Kountur, 2003).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu variabel tunggal, yaitu

Socially-Prescribed Perfectionism pada mahasiswa skripsi.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Socially-Prescribed Perfectionism merupakan kecenderungan individu

untuk berusaha memenuhi atau mencapai harapan serta tekanan yang

dianggapnya berasal dari lingkungan sosial, dengan tujuan untuk

mendapatkan persetujuan atau validasi dari orang lain. Karakteristik dari

Socially-Prescribed Perfectionism termasuk di dalamnya adalah

kecenderungan untuk mencari persetujuan dari orang lain disertai adanya rasa

(37)

melakukan performansi yang sempurna demi mendapatkan persetujuan dari

orang tua.

Adapun tingkat Socially-Prescribed Perfectionism dapat dilihat

berdasarkan besarnya skor yang diperoleh pada skala. Semakin besar nilai

skor total pada skala, maka semakin tinggi kecenderungan

Socially-Prescribed Perfectionism, begitu pula kebalikannya, semakin kecil nilai skor

total pada skala, maka semakin rendah kecenderungan Socially-Prescribed

Perfectionismnya.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber utama dalam penelitian, yaitu

yang mempunyai data mengenai variabel yang akan diteliti pada dirinya.

Subjek penelitian adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian

(Azwar, 2005).

Adapun karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa dan mahasiswi aktif angkatan 2006, 2007 dan 2008

Fakultas Psikologi Sanata Dharma,

2. menempuh “Skripsi” lebih dari dua semester dan belum pernah

mengambil cuti selama mengerjakan skripsi.

Subjek penelitian diambil dengan menggunakan cara sampling, yakni

proses pengambilan sebagian dari populasi untuk dijadikan sebagai wakil atau

representasi dari populasi tersebut. Penarikan jumlah sampling pada

(38)

n = Populasi Kelas × Jumlah sampel yang ditentukan Populasi Keseluruhan

semakin besar sampel maka semakin baik. Adapun jumlah sampel yang

disarankan atau dianggap normal adalah minimal 30 (Kerlinger, 2006).

Adapun jumlah keseluruhan populasi sebesar 131 (N=130). Berdasarkan

kaidah mengenai sampling dan jumlah populasi yang ada, maka pada

penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah sebesar 80 (n= 80).

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cara

Sampling Acakan dengan Stratifikasi (Proportional Stratified Random

Sampling). Populasi akan digolongkan menurut ciri-ciri tertentu sesuai

dengan keperluan penelitian (Nasution, 2011). Teknik pengambilan sampel

ini membutuhkan data mengenai besarnya populasi untuk setiap strata yang

tersedia. Kemudian setelah mengetahui populasi tiap stratanya, maka

diperlukan perhitungan untuk mengetahui jumlah sampel yang akan diambil

dari tiap strata. Untuk melakukan perhitungan ini, maka digunakan sebuah

rumus untuk menentukan jumlah sampel pada setiap strata. Berikut adalah

rumusnya:

Keterangan:

n = ukuran sampel tiap strata

Populasi Kelas = *. Angaktan 2006 = 16

*. Angkatan 2007 = 27

(39)

Populasi seluruh = 131

Sampling size = 80

Berdasarkan rumus di atas, maka besaran sampel yang akan diambil

[image:39.595.99.512.212.671.2]

untuk masing-masing strata adalah sebagai berikut;

Tabel 2

Ukuran Sampel Tiap Strata

Angkatan Populasi Strata Jumlah Sampel Tiap

Strata

2006 16 10

2007 27 16

2008 88 54

Total 131 80

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan metode skala.

Adapun skala yang digunakan merupakan skala Perfectionism Inventory (Hill

dkk, 2004). Indikator yang digunakan dalam skala penelitian ini berdasarkan

paparan mengenai Socially-Prescribed Perfectionism yang diambil dari

indikator Perfectionism Inventory, yakni :

1. Need of Approval

2. Perceived Parental Pressure

Mengingat bahwa Perfectionism Inventory merupakan skala penelitian

yang dikembangkan di luar negeri, maka diperlukan metode penerjemahan.

(40)

dikumpulkan dari sekelompok manusia yang berbeda bahasa. Dalam metode

tersebut, bahasa yang diterjemahkan haruslah dapat dimengerti dan berarti

bagi subjek yang mengerjakan. Selain itu, respon-respon jawaban juga harus

serupa dengan skala aslinya (Greco,Walop, dan Eastridge, 1987).

Salah satu metode terjemahan yang digunakan adalah

Back-translation. Dalam metode ini, seorang penerjemah yang “buta” terhadap

skala asli diminta untuk menerjemahkan kembali item-item skala ke dalam

bahasa aslinya. Hasil Back-translation kemudian dibandingkan dengan skala

aslinya, jika dianggap pantas, maka item-item skala dapat dituliskan kembali

(Greco,Walop, dan Eastridge, 1987).

Proses Back-translation yang dilakukan oleh penulis terhadap 16 item

dari Perfectionism Inventory dilakukan satu kali. Proses ini bermula ketika

penulis menyusun 16 item soal yang siap untuk diterjemahkan oleh dua orang

ahli dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

Penerjemahan 16 item Perfectionism Inventory dari bahasa asli

(bahasa Inggris) menjadi bahasa Indonesia, dilakukan di Djendelo Cafe pada

hari Senin tanggal 10 Desember 2012, pukul 14.30 WIB. Penerjemahan

dilakukan oleh salah satu staff pengajar pada Realia Pusat Bahasa dan Budaya

Yogyakarta.

Kemudian, setelah didapatkan hasil terjemahan bahasa Indonesia,

maka proses Back-translation dilanjutkan dengan meminta salah satu lulusan

Sastra Inggris Universitas Sanata Dharma, untuk menerjemahkan kembali

(41)

dilakukan di aula Universitas Sanata Dharma Mrican, pada hari Senin tanggal

7 Desember, 2013.

Setelah kedua hasil terjemahan dikumpulkan, maka penulis melihat

perbandingan antara hasil Back-translation dengan skala asli Perfectionism

Inventory. Kemudian, penulis membuat Blue Print bagi skala yang

[image:41.595.100.512.218.586.2]

digunakan pada penelitian.

Tabel 3

Blue Print dan Sebaran Item Skala Perfectionism Inventory

Indikator Sebaran Item Bobot

Need of Approval 1,3,5,7,9,11,13,15 8

(50 %)

Perceived Parental

Pressure 2,4,6,8,10,12,14,16

8 (50 %)

TOTAL 16 item

(100 %)

Skala menggunakan model skala Likert, dengan menggunakan lima

jawaban yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju dan

Tidak Setuju (N), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Semua item pada skala

ini merupakan item yang bersifat Favorable, sehingga pemberian skor pada

tiap item dimulai dengan skor 5 bagi jawaban Sangat Setuju (SS) dan

(42)
[image:42.595.98.516.155.713.2]

Tabel 4.

Pemberian Skor Skala Perfectionism Inventory

Jawaban

Skor

Favorabel

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

F. Validitas, Reliabilitas, dan Analisis Item 1. Validitas

Validitas pada alat ukur dalam penelitian ini menggunakan

validitas isi. Kountur (2003), menyebutkan bahwa validitas isi menyangkut

tingkat kebenaran suatu instrumen dalam mengukur isi dari area yang

hendak diukur. Dalam validitas isi penting diperhatikan apakah alat ukur

yang dibuat benar-benar mengukur perilaku yang telah diasumsikan oleh

peneliti atau telah mengukur konsepnya (Soewarno, 1987).

Untuk mengukur validitas dari Perfectionism Inventory, maka

dilakukan dengan cara meminta pendapat ahli atau professional

judgement, dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Professional

judgement tersebut digunakan untuk menentukan apakah item dari skala

telah dapat mengukur aspek-aspek dari Socially-Prescribed Perfectionism.

(43)

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal tersebut berhubungan

dengan konsistensi atau keajegan suatu instrumen. Suatu alat ukur dapat

dikatakan konsisten apabila alat pengukur tersebut menunjukkan hasil

yang sama pada pengukuran yang berulang (Noor, 2011).

Reliabilitas skala pada penelitian ini diukur dengan menggunakan

pendekatan reliabilitas konsistensi internal (internal consistency). Hal ini

bertujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam tes

itu sendiri (Azwar, 2009). Reliabilitas suatu skala mengacu kepada

koefisien reliabilitas (rxx). Ukuran dari rxx menjadi indikasi utama dari

reliabilitas suatu alat ukur. Sebuah tes yang baik biasanya mempunyai

koefisien reliabilitas sekitar 0,80 sampai 0,95 (Nunnally, 1970).

Pengukuran reliabilitas pada skala Perfectionism Inventory telah

dilakukan dengan serangkaian penelitian oleh penemu dari Perfectionism

Inventory (Hill,dkk, 2004). Dari hasil penelitian mengenai reliabilitas

Perfectionism Inventory, maka diperoleh hasil bahwa koefisien Alpha

Cronbach berkisar pada nilai 0,83 sampai dengan 0,91. Kemudian,

pengukuran reliabilitas melalui test-retest, juga menghasilkan hasil

reliabilitas yang berkisar pada nilai 0,71 sampai dengan 0,91.

Pada penelitian Hill dkk (2004), juga menghasilkan koefisian

Alpha Cronbach pada setiap indikator Perfectionism Inventory yang

(44)

diperoleh adalah sebesar 0,87, sedangkan indikator Perceived Parental

Pressure, Cronbach Alpha mencapai nilai 0,88.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka Perfectionism Inventory

merupakan skala yang telah memenuhi syarat sebagai alat ukur yang dapat

diandalkan karena memiliki koefisien reliabilitas sekitar 0,80. Kemudian,

item-item pada indikator Need of Approval serta Perceived Parental

Pressure, yang menjadi alat ukur penelitian yang dilakukan oleh penulis,

merupakan item yang dapat dipercaya karena memiliki koefisien

reliabilitas Alpha Cronbach di atas 0,80.

Meskipun reliabilitas dari Perfectionism Inventory dapat dipercaya,

namun penulis melakukan pengujian reliabilitas pada item-item yang

termasuk ke dalam dua indikator yang hendak diukur. Hal ini dilakukan

mengingat perbedaan subjek dari penelitian yang sudah dilakukan

sebelumnya. Selain itu, pengukuran reliabilitas dilakukan untuk menguji

apakah hasil Back-translation dapat dipercaya untuk mengukur

kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism.

3. Analisis Item

Analisis item pada uji coba Skala Socially-Prescribed

Perfectionism menggunakan analisis konsistensi internal untuk mengetahui

reliabilitas dari skala. Item-item pada skala akan dianalisis dan kemudian

akan digugurkan jika ternyata mempunyai koefisien korelasi item atau

(45)

digunakan karena tidak mampu untuk membedakan subjek yang mendapat

nilai tinggi serta rendah pada alat ukur. Idealnya, besaran dari rix

mendekati angka + 1,00, namun hal tersebut merupakan hal yang tidak

memungkinkan (Gregory, 2007). Oleh karena itu pada beberapa penelitian,

besaran indeks daya beda item dapat diturunkan menjadi ≥ 0,25; ≥ 0,20

(Yazinta, 2008; Wisnu, 2010; Thorndike, Cunningham, Thorndike, dan

Hagen, dalam Azwar, 2009).

Nilai indeks daya beda item yang digunakan pada penelitian ini

adalah ≥ 0,25. Item soal dengan nilai rix yang berada di bawah ≥ 0,25,

merupakan item soal yang dianggap gugur. Berdasarkan hasil perhitungan

terhadap 16 item Perfectionism Inventoy, maka didapatkan rentangan rix

mulai dari nilai terendah yakni 0,245 sampai dengan 0,661 sebagai nilai

tertingginya.

Meskipun salah satu item mempunyai nilai rix di bawah 0,245,

tetapi soal tersebut tidak digugurkan. Hal tersebut dilakukan karena nilai

reliabilitasnya akan berkurang jika item tersebut digugurkan. Oleh karena

itu, semua item dianggap sebagai item yang lolos untuk dijadikan skala

penelitian.

Berikut analisis mengenai reliabilitas dari Perfectionism Inventory,

(46)
[image:46.595.96.514.166.592.2]

Tabel 5

Reliabilitas Perfectionism Inventory Setelah Uji Coba

G. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode statistik deskriptif, yakni metode yang memberi gambaran mengenai

suatu gejala (Partino dan Idrus, 2009). Dalam statistika deskriptif, peneliti

mengelola data agar dapat disajikan ke dalam bentuk-bentuk yang lebih

berguna, sehingga dapat lebih mudah dipahami (Subagyo, 2003). Statistik

deskriptif dapat disertai dengan perhitungan-perhitungan sederhana yang

bertujuan untuk memperjelas suatu karakteristik data yang bersangkutan

dalam penelitian (Azwar, 1999).

Dalam metode statistik deskriptif, data penelitian disusun secara lebih

teratur ke dalam distribusi frekuensi. Data-data tersebut juga dikenai

perhitungan-perhitungan statistik sederhana, meliputi perhitungan Nilai

Rata-rata (Mean), Standar Deviasi (SD), Median, serta Modus. Kemudian, agar

data yang telah dihitung tersebut dapat dipahami dengan lebih cepat, maka

penyajian data dapat dilakukan dengan membuat diagram maupun tabel-tabel

mengenai hasil perhitungan data (Partino dan Idrus, 2009; Subagyo, 2003).

Cronbach’s Alpha (α) Jumlah Item

(47)

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah

Penelitian ini dilakukan pada sebuah institusi pendidikan, yakni

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Salah satu Fakultas

Psikologi yang berada di Yogyakarta ini, didirikan pada 4 Juni 1996

berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, dengan

nomor surat 162/DIKTI/Kep/1996. Adapun pembagian tahun angkatan

pada Fakultas Psikologi terbagi ke dalam 8 angkatan, yakni angkatan 2006

sampai dengan 2012. Mahasiswa aktif yang telah menempuh mata kuliah

penulisan skripsi sebelum semester genap 2012/2013 adalah mahasiswa

tahun angkatan 2006 sampai 2008. Untuk mahasiswa aktif tahun angkatan

2009, baru mengambil mata kuliah skripsi pada semester genap 2012/2013

ini, sedangkan mahasiswa aktif angkatan 2010 sampai 2012 masih

menempuh mata kuliah teori. Berdasarkan pembagian klasifikasi tahun

angkatan tersebut, maka mahasiswa aktif yang menjadi subjek penelitian

merupakan mahasiswa aktif yang telah sebelumnya mengambil mata

kuliah skripsi sebelum semester genap 2012/2013, yakni mahasiswa

(48)

2. Pelaksanaan Uji Coba

[image:48.595.100.518.208.593.2]

Berikut adalah tabel jadwal pelaksanaan uji coba skala penelitian.

Tabel 6

Pelaksanaan Uji Coba

Tanggal Pelaksanaan Tempat Pelaksanaan Jumlah

Responden

18 Januari 2013 “Kost Intan”, Paingan 2

20 Januari 2013

Menitipkan Ke Teman, Untuk Mahasiswa UAJY Di Kost “Wisma 33 B”, Janti.

7

25 Januari 2013 Menitipkan Ke Teman, Untuk

Mudika Gereja Mlati 10

31 Januari 2013

Menitipkan Ke Teman, Untuk Remaja Gereja Kristen Indonesia Gejayan

7

2 Februari 2013 Kost Putri, Sanggrahan, Maguwo 5

Total 31

B. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 3 Maret sampai dengan

tanggal 16 Maret 2013, dengan menggunakan alat ukur yakni skala

Perfectionism Inventory yang mengandung indikator Socially-Prescribed

Perfectionism. Adapun subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa/i

Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang telah mengerjakan skripsi lebih dari

(49)

(dengan Googledocs), menitipkan kepada teman kost subjek, serta meminta

subjek untuk mengisi skala secara langsung saat bertemu dengan peneliti.

Jumlah skala yang disebar untuk penelitian ini adalah sejumlah 80, Meskipun

demikian, ada dua buah skala yang tidak dikembalikan/direspon oleh subjek

penelitian. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hanya 78 skala yang

memenuhi persyaratan sebagai data pada penelitian ini.

C. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa/i Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma yang telah menempuh skripsi lebih dari dua

semester. Mahasiswa/i tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan berdasarkan

tahun angkatan, yakni tahun angkatan 2006, 2007, dan 2008. Berikut

adalah paparan subjek penelitian berdasarkan tahun angkatan, umur, dan

[image:49.595.101.515.257.717.2]

jenis kelamin.

Tabel 7.

Deskripsi Subjek Penelitian Tahun

Angkatan

Umur Jenis Kelamin

22 23 24 25 26 Laki-laki Perempuan

2006 - - 5 4 1 5 5

2007 - 10 4 - - 7 7

2008 28 21 4 - 1 18 36

(50)

2. Uji Normalitas Data

Setelah mengetahui paparan data subjek, maka tahapan selanjutnya

adalah melakukan uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk

mengetahui apakah data yang berasal dari populasi berdistribusi normal

atau tidak (Noor, 2011). Salah satu teknik yang dilakukan untuk menguji

normalitas adalah dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov.

Dengan metode ini, maka suatu data dikatakan memiliki distribusi yang

normal jika memenuhi syarat, yakni nilai signifikansinya lebih besar dari

nilai alpha sebesar 0,05 ( p > α 0,05). Namun jika nilai signifikansinya

lebih kecil dari 0,05 ( p < 0,05), maka data tidak terdistribusi secara

normal. Berikut adalah tabel hasil pengujian normalitas dengan

[image:50.595.102.514.285.716.2]

menggunakan aplikasi SPSS for Windows version 16.

Tabel 8

Uji Normalitas Data dengan Teknik Kolmogorov-Smirnov Total Skor

N 78

Normal Parametersa Mean 45.6282

Std. Deviation 8.18473

Most Extreme Differences Absolute .094

Positive .094

Negative -.052

Kolmogorov-Smirnov Z .833

(51)

Berdasarkan hasil di atas, maka didapatkan hasil nilai

signifikansinya (p) adalah sebesar 0,492. Nilai signifikansi sebesar 0,492,

ternyata lebih besar dari nilai 0,05 ( p > 0,05). Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa syarat normalitas data terpenuhi, sehingga distribusi

data dapat dikatakan normal.

3. Deskripsi Data Penelitian

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan dari

penelitian deskriptif adalah untuk mengumpulkan berbagai data, yang

nantinya akan disajikan ke dalam bentuk yang lebih sistematis. Penyajian

olahan data tersebut dapat digunakan sebagai paparan mengenai

kecenderungan suatu variabel tertentu.

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif akan menghasilkan nilai mean hipotetik dan

mean empirik. Adapun mean hipotetik merupakan rata-rata skor dari

suatu alat ukur yang diperoleh dari angka yang menjadi nilai tengah

alat ukur tersebut.

Sedangkan mean empirik adalah rata-rata skor dari hasil

penelitian. Setelah kedua mean tersebut diketahui, maka akan dilakukan

perbandingan nilai kedua skor mean tersebut.

Untuk mencari nilai mean hipotetik, maka penentuan skor

minimum dan maksimum dari alat harus dilakukan. Jumlah butir

(52)

jawaban bermula dari nilai 1 sampai dengan nilai 5. Skor minimum dari

alat ukur adalah sebesar 16, yang berasal dari 16 item dikalikan skor 1,

dan skor maksimum dari alat ukur adalah 80, yang berasal dari 16 item

dikalikan dengan skor 5. Kemudian, rentangan skor pada skala adalah

sebesar 64, yakni nilai skor maksimum dikurang skor minimum.

Kemudian hasil rentangan skor dibagi ke dalam enam satuan standar

deviasi, sehingga nilai standar deviasi dari alat ukur adalah sebesar

10,67. Adapun mean hipotetik dari alat ukur dicari dengan

menjumlahkan skor minimum dan maksimum, kemudian hasil

penjumlahan dibagi dua, sehingga diperoleh mean hipotetik sebesar 48.

Berikut adalah hasil analisis deskriptif dari keseluruhan data alat

[image:52.595.99.515.274.686.2]

ukur.

Tabel 9

Hasil Analisis Deskriptif Penelitian

Parameter Statistik Nilai Hipotetik Nilai Empirik

N 78 78

Skor Minimum 16 31

Skor Maksimum 80 68

Range 64 37

Mean 48 45,628

(53)

Berdasarkan tabel di atas, maka nilai empirik sebesar bernilai

45,628. Nilai ini lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai mean

hipotetik, yakni sebesar 48. Hal ini menunjukan ada perbedaan di antara

kedua nilai mean. Perbedaan yang terjadi menunjukan bahwa

kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism pada mahasiswa

skripsi, cenderung lebih rendah.

b. Analisis Uji One Sample T-Test

Untuk menguji perbedaan di antara kedua kelompok mean,

maka pengujian tambahan dilakukan, yakni dengan menggunakan uji

One Sample T-Test. Adapun prinsip dari pengujian ini adalah untuk

menguji apakah suatu nilai yang dianggap sebagai pembanding,

memiliki perbedaan dengan nilai dari suatu sampel (Santoso, 2010).

Pengujian ini akan menggunakan nilai rerata dari nilai hipotetik. Selain

itu, pengujian ini akan menggunakan uji hipotesis yang didasarkan atas

beberapa dasar pengambilan keputusan, yaitu berdasarkan

perbandingan t hitung dengan t tabel, dan perbandingan nilai

probabilitas (p).

Berikut adalah paparan mengenai hasil Uji One Sample T-Test

(54)
[image:54.595.103.514.186.638.2]

Tabel 10.

Uji Statistik One Sample T-Test

Berdasarkan tabel di atas, maka nilai t yang diperoleh adalah

sebesar 2,559, dan nilai signifikansinya adalah sebesar 0,012 (p=

0,012). Perbandingan nilai t hitung (2,559) dengan nilai t tabel (1,66),

menunjukkan hasil bahwa t hitung memiliki nilai yang lebih besar

daripada t tabel. Kemudian analisis nilai probabilitas menunjukkan hasil

bahwa nilai p (0,012) lebih kecil daripada nilai p 0,05. Hasil ini

mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di antara ke

dua nilai rata-rata. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa Hipotesis nol ditolak, yakni bahwa ada perbedaan di antara

rata-rata dari mean hipotetik dan mean empirik. Perbedaan tersebut

menyatakan bahwa ada perbedaan kecenderungan Socially-Prescribed

Perfectionism, yakni kecenderungan tersebut cenderung lebih rendah. Test Value = 48

95% Confidence Interval of the Difference

t df Sig.

(2tailed)

Mean

Difference Lower Upper

(55)

4. Deskripsi Data Penelitian Tiap Angkatan

Setelah memberikan paparan deskriptif mengenai kecenderungan

Socially-Prescribed Perfectionism secara umum, maka penelitian

dilanjutkan dengan memaparkan hasil analisis deskriptif untuk subjek pada

tahun angkatan yang berbeda.

a. Analisis Deskriptif Tiap Angkatan

Berikut adalah hasil analisis deskriptif subjek penelitian pada

[image:55.595.100.519.204.687.2]

tahun angkatan yang berbeda.

Tabel 11.

Hasil Analisis Deskriptif Tiap Angkatan

Parameter Statistik

Tahun Angkatan

2006 2007 2008

Nilai Hipotetik Nilai Empirik Nilai Hipotetik Nilai Empirik Nilai Hipotetik Nilai Empirik

N 10 10 14 14 54 54

Skor

Minimum 16 34 16 34 16 31

Skor Maksimu m

80 58 80 61 80 68

Range 64 24 64 27 64 37

Mean 48 45,5 48 47 48 45,296

(56)

Berdasarkan perhitungan di atas, maka mean empirik pada setiap

angkatan cenderung lebih rendah daripada nilai mean hipotetik. Adapun

perbedaan di antara kedua mean tersebut, bergerak dari rentang nilai 1

sampai dengan 2,7, di mana subjek angkatan 2008 memiliki perbedaan

mean yang paling besar yakni 2,7.

b. Analisis Uji One Sample T-Test Tiap Angkatan

Berikut adalah hasil uji One Sample T-Test untuk setiap subjek

[image:56.595.100.509.220.648.2]

pada tahun angkatan yang berbeda.

Tabel 12.

Uji Statistik One Sample T-Test Tiap Angkatan

Test Value = 48

95% Confidence Interval of the

Difference

t df Sig.

(2tailed)

Mean

Difference Lower Upper

2006 -1.034 9 .328 -2.50000 -7.9714 2.9714

2007 -.391 13 .702 -1.0000 -6.5195 4.5195

2008 -2.476 53 .016 -2.70370 -4.8935 -.5139

Berdasarkan hasil perhitungan One Sample T-Test pada setiap

angkatan, maka diperoleh hasil untuk subjek dengan tahun angkatan

(57)

rerata hipotetiknya. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas dari kedua

kelompok angkatan (p 0,328; p 0,702) lebih besar dari nilai signifikansi

p 0,05. Selain itu, jika menggunakan perbandingan dengan t tabel untuk

df sebesar 9 dan 13 ( t9 = 1,83; t13= 1,77), maka nilai t hitung pada

subjek angkatan 2006 dan 2007 lebih kecil daripada nilai t tabel. Hal ini

berbeda dengan nilai probabilitas yang dimiliki oleh subjek tahun

angkatan 2008, yakni sebesar 0,016. Nilai tersebut lebih kecil daripada

nilai signifikansi p sebesar 0,05. Selain itu, nilai t hitung subjek

[image:57.595.98.516.266.620.2]

angkatan 2008 sebesar 2,476, lebih besar jika dibandingkan dengan t

tabel dengan df 53, yakni sebesar 1,67.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara mean hipotetik dan mean empirik

pada subjek angkatan 2006 dan 2007. Sedangkan pada angkatan 2008,

terdapat perbedaan yang signifikan di antara kedua nilai rerata hipotetik

dan empiriknya. Hasil ini menunjukkan bahwa kecenderungan

Socially-Prescribed Perfectionism cenderung rendah pada berbagai angkatan.

5. Deskripsi Data Penelitian Tiap Indikator a. Analisis Deskriptif Tiap Indikator

Berikut adalah paparan mengenai analisis deskriptif kedua

(58)
[image:58.595.98.515.179.597.2]

Tabel 13

Hasil Analisis Deskriptif Tiap Indikator

Parameter Statistik

Indikator Socially-Prescribed Perfectionism

Indikator 1 (Need of Approval)

Indikator 2 (Perceived Parental

Pressure) Nilai Hipotetik Nilai Empirik Nilai Hipotetik Nilai Empirik

N 78 78 78 78

Skor Minimum 8 13 8 12

Skor Maksimum 40 36 40 34

Range 32 23 32 22

Mean 24 23,025 24 22,602

SD 5,33 5,21 5,33 5,406

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa mean empirik dari setiap indikator Socially-Prescribed

Perfectionism memiliki nilai yang lebih rendah daripada mean

hipotetiknya. Perbedaan kedua nilai mean yang lebih besar yakni 1,39

terdapat pada indikator Perceived Parental Pressure.

b. Analisis Uji One Sample T-Test Tiap Indikator

Berikut adalah uji One Sample T-Test untuk setiap indikator

(59)
[image:59.595.98.516.153.592.2]

Tabel 14

Uji Statistik One Sample T-Test Tiap Indikator Test Value = 24

95% Confidence Interval of the Difference

t df Sig.

(2tailed)

Mean

Difference Lower Upper

NoAp -1.651 77 .103 -.97436 -2.1496 .2008

PPP -2.283 77 .025 -1.39744 -2.6164 -.1785

Berdasarkan hasil pengujian One Sample T-Test pada setiap

indikator Socially-Prescribed Perfectionism, maka didapatkan hasil

bahwa indikator Need of Approval, tidak terbukti secara signifikan

memiliki perbedaan di antara mean hipotetik dan mean empiriknya. Hal

ini disebabkan karena nilai probabilitasnya (p 0,103) lebih besar

daripada nilai signifikansi p 0,05. Selain itu, nilai t hitung pada

indikator Need of Approval sebesar 1,651 mempunyai nilai yang lebih

rendah dari nilai t tabel sebesar 1,66.

Sedangkan untuk indikator Perceived Parental Pressure,

terbukti memiliki perbedaan nilai rerata hipotetik dan empirik secara

signifikan. Hal ini dikarenakan nilai probabilitas 0,025 lebih kecil

daripada nilai signifikansi 0,05 dan nilai t hitung (2,283) lebih besar

daripada nilai t tabelnya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

kecenderungan Socially-Prescribed Perfectionism dilihat dari kedua

(60)

6. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Untuk mengetahui perbedaan nilai rerata di antara dua buah

sampel, maka dilakukan Uji t untuk Sampel yang Bebas, atau Independent

Sampel T-Test (Santoso, 2010). Tidak jauh berbeda dengan One Sample

T-Test, dalam uji t untuk sampel bebas diperlukan dasar pengambilan

keputusan untuk menguji signifikansinya.

a. Analisis Two Independent Sample T-Test untuk Jenis Kelamin

Berikut adalah hasil dari analisis perbedaan mean antara subjek

[image:60.595.103.513.262.612.2]

laki-laki dan perempuan.

Tabel 15

Uji Statistik Two Independent Sample T-Test Jenis Kelamin

JK N Mean SD

Levene’s Test For Equality of

Variances

t-test For Equality of Means

F Sig. t Sig

(2-tailed)

L 30 45.9333 8.50531

.111 .740 .259 .797

P 48 54.4375 8.06333

Berdasarkan hasil di atas, maka nilai probabilitas adalah sebesar

0,740 dengan nilai F adalah sebesar 0,111. Nilai p 0,740 bernilai lebih

besar daripada nilai signifikansi p 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa

kedua kelompok memiliki varian yang sama. Setelah melihat

perbandingan nilai variansnya, maka perhitungan berlanjut dengan

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Ukuran Sampel Tiap Strata
Tabel 3 Blue Print dan Sebaran Item Skala Perfectionism Inventory
Tabel 4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan Pusat Penelitian Rekayasa Jalan Wilayah XV Sulut - Gorontalo di Manado pada dasarnya adalah yang di butuhkan pada perkantoran yang lebih khusus untuk Balai

Untuk mengetahui pengaruh bauran pemasaran terhadap minat beli pada shampoo Sariayu Hijab terhadap mahasiswi berjilbab di FEBI UIN Raden Fatah, maka penulis menyebarkan

Apabila kita lihat kenyataan tersebut, maka dalam benak kita akan timbul beberapa pertanyaan yang antara lain sebagai berikut: Apa yang menyebabkan para pegawai kurang

Suradinata (1999) menyatakan bahwa bahwa tuntutan desentralisasi dilandasi untuk: a) mencegah tertumpuknya kekuasaan di satu tangan, b) mengikut sertakan masyarakat

Dari analisis yang dilakukan diketahui bahwa tidak ada perbedaan nyata penilaian responden terhadap dua belas aspek kualitas halte, baik untuk tingkat kepentingan maupun

Penelitian ini menganalisis pengaruh harga dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan serta dampaknya pada loyalitas pelanggan. Objek penelitian ini adalah Restoran Sop

Pemodelan airtanah sebagai bagian dari penelitian penggunaan airtanah secara kuantitatif dapat digunakan untuk memberikan informasi seberapa besar aktivitas eksploitasi airtanah

Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan, sebesar 2,18 persen, dimana indeks ini lebih besar dibandingkan dengan indeks harga