• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Strategi Penanggulangan Stres Pada Anggota Dalmas Polwiltabes di Kota "X".

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Strategi Penanggulangan Stres Pada Anggota Dalmas Polwiltabes di Kota "X"."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum mengenai strategi penanggulangan stres yang digunakan oleh anggota Dalmas Polwiltabes di kota “X”. Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori strategi penanggulangan stres dari Lazarus & Folkman (1984). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik survey. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 44 orang.

Alat ukur yang digunakan merupakan hasil modifikasi peneliti dari Ways of Coping Quetionnaire yang dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman (1984) yang terdiri atas 45 item. Data yang diperoleh diolah dengan program SPSS 11 menggunakan uji korelasi Spearman dan didapat nilai validitas item antara 0.313 - 0.809. Sedangkan derajat reliabilitas diolah menggunakan uji alpha cronbach dan didapat derajat reliabilitas sebesar 0.7105.

Dari hasil penelitian, diperolah hasil sebesar 52.3% anggota Dalmas Polwiltabes di Kota “X” menggunakan kedua jenis strategi penanggulangan stres secara seimbang. Sebanyak 40.9% menggunakan strategi penanggulangan stres yang cenderung berpusat pada masalah dan sebanyak 6.8% lainnya menggunakan strategi penanggulangan stres yang cenderung berpusat pada emosi.

(2)

v

DAFTAR ISI

Halaman Judul Lembar Pengesahan

Lembar Orisinalitas Laporan

Lembar Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud ... 11

1.3.2 Tujuan ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan Ilmiah ... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 12

1.5 Kerangka Pikir ... 12

(3)

vi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

2.1 Stres ... 25

2.1.1 Definisi Stres ... 25

2.1.2 Pendekatan Ilmiah Tentang Stres ... 26

2.1.3 Penyebab Stres ... 28

2.1.4 Gejala Stres ... 29

2.1.5 Dampak Stres ... 30

2.2 Teori tentang Penilaian Kognitif dari Lazarus ... 31

2.3 Strategi Penanggulangan Stres ... 33

2.3.1 Pengertian Strategi Penanggulangan Stres ... 33

2.3.2 Bentuk Strategi Penanggulangan Stres ... 35

2.3.3 Jenis Strategi Penanggulangan Stres ... 37

2.3.4 Hubungan Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat pada Masalah dengan Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat pada Emosi ... 38

2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Penanggulangan Stres ... 40

2.4 Hubungan antara Stres, Penilaian Kognitif, dan Strategi Penanggulangan Stres ... 42

2.5 Masa Dewasa Awal ... 43

2.5.1 Pengertian Masa Dewasa Awal ... 43

(4)

vii BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ... 46

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operational ... 47

3.2.1 Variabel Penelitian ... 47

3.2.2 Definisi Operasional ... 47

3.3 Alat Ukur ... 49

3.3.1 Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres ... 49

3.3.2 Prosedur Pengisian Kuesioner ... 51

3.3.3 Sistem Penilaian ... 51

3.3.4 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 53

3.3.5 Validilitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 53

3.3.5.1. Validitas ... 53

3.3.5.2. Reliabilitas ... 55

3.4 Populasi ... 56

3.4.1 Populasi Sasaran ... 56

3.4.2 Karakteristik Sampel ... 56

3.4.2 Teknik Penarikan Sampel ... 56

3.5 Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 59

4.2 Hasil Penelitian ... 61

4.2.1 Strategi Penanggulangan Stres ... 61

(5)

viii

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Saran ... 78

5.2.1 Saran Bagi Penelitian Lanjutan ... 78

5.2.2 Saran Bagi Kegunaan Praktis ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(6)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Gambaran Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stres ... 50

Tabel 3.2 Sistem Penilaian ... 51

Tabel 3.3 Kategori Penilaian ... 52

Tabel 3.4 Analisis Data ... 57

Tabel 4.1 Usia Responden ... 59

Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden ... 60

Tabel 4.3 Lama Bekerja Responden ... 60

Tabel 4.4 Strategi Penanggulangan Stres ... 61

Tabel 4.5 Jenis Strategi Penanggulangan Stres Pada Responden Yang Menggunakan Strategi Penanggulangan Stres Cenderung Berpusat Pada Masalah ... 62

Tabel 4.6 Jenis Strategi Penanggulangan Stres Pada Responden Yang Menggunakan Kedua Jenis Strategi Penanggulangan Stres Secara Seimbang ... 63

Tabel 4.7 Jenis Strategi Penanggulangan Stres Pada Responden Yang Menggunakan Strategi Penanggulangan Stres Cenderung Berpusat Pada Emosi ... 65

Tabel 4.8 Derajat Stres ... 67

(7)

x

DAFTAR BAGAN

(8)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 Kisi-Kisi Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stres Lampiran 02 Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stres

Lampiran 03 Hasil Perhitungan Validitas Alat Ukur

Lampiran 04 Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stres Setelah Pengujian Validitas

Lampiran 05 Identitas dan Data Penunjang Lampiran 06 Data Strategi Penanggulangan Stres

Lampiran 07 Data Bentuk Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Masalah

Lampiran 08 Data Bentuk Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Emosi

Lampiran 09 Perbandingan Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Masalah dengan Strategi Penanggulangan Stres yang Berpusat Pada Emosi

Lampiran 10 Data Derajat Stres

Lampiran 11 Tabulasi Silang Usia dengan Strategi Penanggulangan Stres

Lampiran 12 Tabulasi Silang Lama Bekerja dengan Strategi Penanggulangan Stres

(9)

xii

Lampiran 14 Tabulasi Silang Keyakinan Positif dengan Strategi Penanggulangan Stres

Lampiran 15 Tabulasi Silang Keterampilan Memecahkan Masalah dengan Strategi Penanggulangan Stres

Lampiran 16 Tabulasi Silang Keterampilan Sosial dengan Strategi Penanggulangan Stres

Lampiran 17 Tabulasi Silang Dukungan Sosial dengan Strategi Penanggulangan Stres

Lampiran 18 Tabulasi Silang Fasilitas dengan Strategi Penanggulangan Stres Lampiran 19 Survey Awal

(10)
(11)

Lampiran 01 Kisi-Kisi Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stres

Variabel Aspek Komponen Indikator Item

Strategi penanggulangan

stres : seberapa sering anggota situasi yang akan

dihadapi saat

2. Saya mencoba menganalisa keadaan lapangan dan kondisi massa yang akan saya hadapi ketika bertugas agar saya dapat memahami situasi.

1. Saat saya menghadapi massa yang sulit dikendalikan, saya mengatasinya tanpa pikir panjang.

13. Saya membuat rencana terlebih dahulu untuk menyelesaikan masalah yang muncul saat bertugas.

16. Pengalaman saya bertugas sebelumnya tidak membuat saya melakukan tugas dengan lebih baik.

20. Saya belajar dari pengalaman saya sebelumnya saat bertugas sehingga hasil kerja saya menjadi lebih baik.

25. Berdasarkan pengalaman saya sebelumnya, saya tahu apa yang harus saya lakukan saat bertugas, oleh karena itu saya berusaha keras melakukannya dengan baik.

9. Saya mencoba menyampaikan ide saya pada komandan tentang cara lain yang lebih efektif untuk mengatasi massa. kota “X” bereaksi

agresif

15. Saya mengungkapkan kekesalan yang saya rasakan saat bertugas.

18. Saya berani mengambil resiko untuk menyelesaikan masalah yang muncul saat bertugas.

36. Saya meminta arahan dari komandan tentang apa yang harus dilakukan untuk mengatasi massa.

(12)

memegang teguh

dalam menghadapi massa, saya akan meminta bantuan komandan.

24. Saat bertugas, saya bertindak sesuai dengan prinsip kerja yang saya yakini. kota “X” menolak memikirkan beban

22. Saya berpikir bahwa tugas mengendalikan massa bukan tugas yang berat bagi saya.

43. Saat bertugas menghadapi massa saya berpikir tidak memikul tanggung jawab yang besar.

10. Saya berusaha untuk melupakan beban yang saya rasakan ketika bertugas.

45. Saya melupakan masalah yang saya hadapi saat bertugas.

3. Ketika sedang bertugas, saya berpikir bahwa seiring berjalannya waktu saya dapat menyelesaikan tugas tersebut tanpa harus melakukan sesuatu.

Self-control: seberapa sering anggota Dalmas Polwiltabes di kota “X” menjaga

perasaan maupun tindakannya agar tetap tenang, tidak

tergesa-gesa, dan

7. Ketika bertugas, saya memendam perasaan yang saya rasakan agar tidak mengganggu kinerja saya dalam bekerja.

38. Saya berusaha tidak tergesa-gesa dalam bertindak saat bertugas.

27. Saya berusaha agar pikiran dan perasaan saya tidak terganggu oleh hal lain saat bertugas.

32. Saya memikirkan apa yang akan saya lakukan untuk menyelesaikan tugas saya agar tidak terjadi kesalahan.

(13)

saya merasa lelah.

33. Saya mencontoh bagaimana komandan saya bertindak dalam menghadapi massa. kota “X” mencari

dukungan,

11. Saya melakukan konsultasi dengan komandan untuk membantu saya dalam menyelesaikan tugas.

17. Saya meminta bantuan kepada rekan sesama anggota Dalmas saat saya menghadapi masalah dalam bertugas.

37. Saya berharap orang lain mengerti tentang beban kerja saya sebagai anggota Dalmas.

42. Ketika menghadapi masalah dalam bertugas, saya berusaha mencari simpati dari orang lain.

23. Saya bercerita pada orang lain tentang beban kerja yang saya rasakan saat bertugas.

Accepting dan evaluasi diri, mencoba menilai masalah secara

objektif dan menyadari bahwa

beban kerja yang ditanggung

12. Saya berusaha memperbaiki keadaan apabila saya melakukan kesalahan ketika bertugas.

26. Saya menyadari bahwa tugas mengendalikan massa merupakan salah satu tanggung jawab saya sebagai polisi.

34. Saya pasrah menerima tugas saya sebagai anggota Dalmas.

40. Saya berusaha berpikir objektif dalam menghadapi masalah saat bertugas.

(14)

Escape avoidance: seberapa sering anggota Dalmas Polwiltabes di kota “X” berusaha

menghindar saat melaksanakan

tugas dengan melakukan aktivitas lain yang

tidak menunjang pekerjaannya, melimpahkan masalah pada orang lain dan berharap keadaan

35. Saya terus memikirkan beban kerja saya saat bertugas.

21. Selesai bertugas, saya memilih untuk segera pulang dan beristirahat.

39. Saya berharap orang lain dapat menggantikan saya dalam bertugas.

6. Saya berharap dapat bertugas di fungsi lain di kepolisian.

29. Saya berharap bisa mendapatkan tugas lain selain mengendalikan massa.

30. Saya berharap saya dapat menyelesaikan tugas tanpa perasaan tertekan.

8. Jika memungkinkan, saat bertugas saya akan mundur dari barisan untuk istirahat dalam jangka waktu yang lebih lama. seperti berdoa saat

melaksanakan kan diri lebih baik

ƒ Berdoa

4. Saya berpikir tugas mengendalikan massa tidak memberikan tambahan pengetahuan bagi saya sebagai anggota polisi.

14. Saya berpikir tugas yang saya lakukan dapat membuat keamanan dan ketertiban lingkungan tetap terjaga.

19. Saya berpikir tugas mengendalikan massa menambah pengalaman saya sebagai anggota polisi.

28. Saya berusaha lebih mengendalikan emosi agar dapat menjalankan tugas lebih baik.

(15)

Lampiran 02 Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stres

No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak

Pernah 1. Saat saya menghadapi massa yang sulit

dikendalikan, saya mengatasinya tanpa pikir panjang.

2. Saya mencoba menganalisa keadaan lapangan dan kondisi massa yang akan saya hadapi ketika bertugas agar saya dapat memahami situasi.

3. Saya mengobrol saat bertugas untuk mengalihkan pikiran saya dari beban kerja yang berat.

4. Ketika sedang bertugas, saya berpikir bahwa seiring berjalannya waktu saya dapat menyelesaikan tugas tersebut tanpa harus melakukan sesuatu.

5. Saya berpikir tugas mengendalikan massa tidak memberikan tambahan pengetahuan bagi saya sebagai anggota polisi.

6. Saya akan melakukan berbagai cara untuk menyelesaikan masalah yang muncul saat saya bertugas.

7. Saya melapor langsung pada komandan tentang kesulitan yang saya hadapi saat bertugas.

(16)

9. Saya melakukan evaluasi terhadap diri saya jika saya melakukan kesalahan ketika bertugas. 10. Saya berusaha untuk tidak menyerah ketika

bertugas walaupun saya merasa lelah.

11. Saya berharap dapat bertugas di fungsi lain di kepolisian.

12. Saya pasrah menerima tugas sebagai anggota Dalmas dalam mengendalikan massa.

13. Saya berpikir bahwa tugas mengendalikan massa adalah tugas yang berat bagi saya.

14. Ketika bertugas, saya memendam perasaan yang saya rasakan agar tidak mengganggu kinerja saya dalam bekerja.

15. Saya berpikir tugas mengendalikan massa merupakan tugas yang memberikan beban pada diri saya.

16. Jika memungkinkan, saat bertugas saya akan mundur dari barisan untuk istirahat dalam jangka waktu yang lebih lama.

17. Saya mengungkapkan kemarahan saya pada orang yang menimbulkan masalah saat saya bertugas.

18. Saya mencari simpati dari orang lain ketika menghadapi masalah dalam bertugas.

19. Saya berpikir bahwa saya tidak mampu melaksanakan tugas dengan baik.

(17)

21. Saya berusaha untuk melupakan beban yang saya rasakan ketika bertugas.

22. Saya melakukan konsultasi dengan komandan untuk membantu saya dalam menyelesaikan tugas.

23. Saya melakukan latihan fisik untuk mempersiapkan diri saya dalam bertugas.

24. Saya akan langsung turun ke lapangan untuk bertugas tanpa perlu mengamati situasi massa yang akan dihadapi.

25. Saya berusaha memperbaiki keadaan apabila saya melakukan kesalahan ketika bertugas. 26. Saya membuat rencana terlebih dahulu untuk

menyelesaikan masalah yang muncul saat bertugas.

27 Saya berpikir tugas yang saya lakukan dapat membuat keamanan dan ketertiban lingkungan tetap terjaga.

28. Saya mengungkapkan kekesalan yang saya rasakan saat bertugas.

29. Saya menyadari bahwa masalah yang timbul saat bertugas bersumber dari saya.

30. Pengalaman saya bertugas sebelumnya tidak membuat saya melakukan tugas dengan lebih baik.

(18)

32 Ketika bertugas, saya meminta ijin pada komandan untuk mundur dari barisan dan beristirahat sejenak.

33. Agar saya merasa lebih tenang saat bertugas, saya merokok lebih banyak dari biasanya.

34. Saya berani mengambil resiko untuk menyelesaikan masalah yang muncul saat bertugas.

35. Saya mencoba untuk berhati-hati dalam bertugas.

36. Saya berpikir tugas mengendalikan massa menambah pengalaman saya sebagai anggota polisi.

37. Dalam bertugas, saya berani melakukan hal-hal diluar prinsip kerja yang saya yakini.

38. Dengan bertugas mengendalikan massa, saya merasa mendapat pengalaman berharga yang membuat saya menjadi anggota polisi yang lebih baik.

39. Saya belajar dari pengalaman saya sebelumnya saat bertugas sehingga hasil kerja saya menjadi lebih baik.

40. Selesai bertugas, saya memilih untuk segera pulang dan beristirahat.

41. Saya tidak ingin memikirkan terlalu banyak tentang tanggung jawab saya ketika bertugas. 42. Saat bertugas saya tidak meminta bantuan dari

(19)

43. Saya berusaha agar orang lain tidak mengetahui tentang beban kerja yang berat yang harus saya tanggung.

44. Saya berpikir bahwa tugas mengendalikan massa bukan tugas yang berat bagi saya.

45. Saya bercerita pada orang lain tentang beban kerja yang saya rasakan saat bertugas.

46. Saat bertugas, saya bertindak sesuai dengan prinsip kerja yang saya yakini.

47. Saya menganggap masalah yang timbul saat bertugas merupakan kesalahan komandan yang memberi instruksi.

48. Pengalaman saya sebelumnya saat bertugas tidak mempengaruhi cara kerja saya saat ini. 49. Berdasarkan pengalaman saya sebelumnya,

saya tahu apa yang harus saya lakukan saat bertugas, oleh karena itu saya berusaha keras melakukannya dengan baik.

50. Saya percaya bahwa tugas mengendalikan massa merupakan tugas yang memiliki tanggung jawab yang besar.

51. Saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya akan bertugas dengan lebih baik di masa yang akan datang.

52. Saya sudah cukup puas dengan cara-cara yang di instruksikan komandan setiap kali menyelesaikan tugas.

(20)

54. Saya berusaha agar pikiran dan perasaan saya tidak terganggu oleh hal lain saat bertugas. 55. Saya memang berharap sebagai anggota polisi

saya ditugaskan untuk mengendalikan massa. 56. Saya berusaha lebih mengendalikan emosi agar

dapat menjalankan tugas lebih baik.

57. Saya berharap bisa mendapatkan tugas lain selain mengendalikan massa.

58. Saya berharap tugas yang saya lakukan dapat segera selesai tanpa saya harus bekerja keras. 59. Saya berharap saya dapat menyelesaikan tugas

tanpa perasaan tertekan.

60. Sebelum bertugas, saya berinisiatif berdoa lebih dulu.

61. Saya pasrah menghadapi hal terburuk yang mungkin terjadi selama saya bertugas.

62. Saya memikirkan apa yang akan saya lakukan untuk menyelesaikan tugas saya agar tidak terjadi kesalahan.

63. Saya mencontoh bagaimana komandan saya bertindak dalam menghadapi massa.

64. Saya meminta pendapat orang lain ketika saya menghadapi masalah dalam bertugas.

65. Saya pasrah menerima tugas saya sebagai anggota Dalmas.

66. Saya terus memikirkan beban kerja saya saat bertugas.

(21)

68. Jika menghadapi masalah dalam bertugas, saya tidak akan memikirkan langkah yang harus dilakukan untuk mengatasinya.

69. Saya berharap orang lain mengerti tentang beban kerja saya sebagai anggota Dalmas.

70. Saya tidak ingin memikirkan masalah yang saya hadapi saat bertugas.

71. Saya berusaha tidak tergesa-gesa dalam bertindak saat bertugas.

72. Saya berbagi cerita tentang masalah yang saya hadapi saat bertugas.

73. Setelah selesai bertugas, saya berharap bisa segera pulang dan tidak ikut membahas masalah yang muncul saat bertugas.

74. Saya berharap orang lain dapat menggantikan saya dalam bertugas.

76. Berdoa tidak membantu saya dalam bertugas. 77. Saya berusaha berpikir objektif dalam

(22)

Lampiran 03 Hasil Perhitungan Validitas Alat Ukur

Validitas Strategi Penanggulangan Stres yang Terfokus Pada Masalah Aspek Planfull Problem Solving

No item Koefisien Korelasi Keterangan

1 0,342 Dipakai

2 0,683 Dipakai

20 0,531 Dipakai

24 0,290 Tidak dipakai

26 0,672 Dipakai

30 0,333 Dipakai

39 0,809 Dipakai

48 0,223 Tidak dipakai

49 0,438 Dipakai

(23)

Validitas Strategi Penanggulangan Stres yang Terfokus Pada Masalah Aspek Confrontative Coping

No item Koefisien Korelasi Keterangan

6 0,158 Tidak dipakai

7 0,387 Dipakai

17 0,133 Tidak dipakai

28 0,336 Dipakai

34 0,382 Dipakai

37 0,017 Tidak dipakai

46 0,393 Dipakai

67 0,578 Dipakai

Validitas Strategi Penanggulangan Stres yang Terfokus Pada Emosi Aspek Distancing

No item Koefisien Korelasi Keterangan

4 0,367 Dipakai

13 0,003 Tidak dipakai

21 0,563 Dipakai

41 0,273 Tidak dipakai

44 0,437 Dipakai

50 0,366 Dipakai

68 0,091 Tidak dipakai

(24)

Validitas Strategi Penanggulangan Stres yang Terfokus Pada Emosi Aspek Self-control

No item Koefisien Korelasi Keterangan

10 0,345 Dipakai

14 0,454 Dipakai

19 0,236 Tidak dipakai

35 0,163 Tidak dipakai

43 0,157 Tidak dipakai

54 0,607 Dipakai

62 0,491 Dipakai

63 0,659 Dipakai

(25)

Validitas Strategi Penanggulangan Stres yang Terfokus Pada Emosi Aspek Seeking Social Support

No item Koefisien Korelasi Keterangan

8 0,051 Tidak dipakai

18 0,530 Dipakai

22 0,625 Dipakai

31 0,402 Dipakai

42 0,189 Tidak dipakai

45 0,364 Dipakai

69 0,341 Dipakai

(26)

Validitas Strategi Penanggulangan Stres yang Terfokus Pada Emosi Aspek Accepting Responsibility

No item Koefisien Korelasi Keterangan

9 0,108 Tidak dipakai

12 0,083 Tidak dipakai

25 0,665 Dipakai

29 0,018 Tidak dipakai

53 0,517 Dipakai

61 0,195 Tidak dipakai

64 0,316 Dipakai

65 0,553 Dipakai

(27)

Validitas Strategi Penanggulangan Stres yang Terfokus Pada Emosi Aspek Escape Avoidance

No item Koefisien Korelasi Keterangan

3 0,126 Tidak dipakai

11 0,486 Dipakai

16 0,333 Dipakai

32 0,165 Tidak dipakai

33 0,217 Tidak dipakai

40 0,452 Dipakai

47 0,080 Tidak dipakai

55 0,096 Tidak dipakai

57 0,420 Dipakai

58 0,016 Tidak dipakai

59 0,619 Dipakai

66 0,370 Dipakai

73 0,077 Tidak dipakai

(28)

Validitas Strategi Penanggulangan Stres yang Terfokus Pada Emosi Aspek Positive Reappraisal

No item Koefisien Korelasi Keterangan

5 0,497 Dipakai

15 0,071 Tidak dipakai

23 0,190 Tidak dipakai

27 0,358 Dipakai

36 0,386 Dipakai

38 0,072 Tidak dipakai

51 0,244 Tidak dipakai

56 0,360 Dipakai

60 0,318 Dipakai

(29)

Lampiran 04 Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stres Setelah Pengujian Validitas

No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak

Pernah 1. Saat saya menghadapi massa yang sulit

dikendalikan, saya mengatasinya tanpa pikir panjang.

2. Saya mencoba menganalisa keadaan lapangan dan kondisi massa yang akan saya hadapi ketika bertugas agar saya dapat memahami situasi.

3. Ketika sedang bertugas, saya berpikir bahwa seiring berjalannya waktu saya dapat menyelesaikan tugas tersebut tanpa harus melakukan sesuatu.

4. Saya berpikir tugas mengendalikan massa tidak memberikan tambahan pengetahuan bagi saya sebagai anggota polisi.

5. Saya berusaha untuk tidak menyerah ketika bertugas walaupun saya merasa lelah.

6. Saya berharap dapat bertugas di fungsi lain di kepolisian.

7. Ketika bertugas, saya memendam perasaan yang saya rasakan agar tidak mengganggu kinerja saya dalam bekerja.

(30)

9. Saya mencoba menyampaikan ide saya pada komandan tentang cara lain yang lebih efektif untuk mengatasi massa.

10. Saya berusaha untuk melupakan beban yang saya rasakan ketika bertugas.

11. Saya melakukan konsultasi dengan komandan untuk membantu saya dalam menyelesaikan tugas.

12. Saya berusaha memperbaiki keadaan apabila saya melakukan kesalahan ketika bertugas. 13. Saya membuat rencana terlebih dahulu untuk

menyelesaikan masalah yang muncul saat bertugas.

14. Saya berpikir tugas yang saya lakukan dapat membuat keamanan dan ketertiban lingkungan tetap terjaga.

15. Saya mengungkapkan kekesalan yang saya rasakan saat bertugas.

16. Pengalaman saya bertugas sebelumnya tidak membuat saya melakukan tugas dengan lebih baik.

17. Saya meminta bantuan kepada rekan sesama anggota Dalmas saat saya menghadapi masalah dalam bertugas.

18. Saya berani mengambil resiko untuk menyelesaikan masalah yang muncul saat bertugas.

(31)

20. Saya belajar dari pengalaman saya sebelumnya saat bertugas sehingga hasil kerja saya menjadi lebih baik.

21. Selesai bertugas, saya memilih untuk segera pulang dan beristirahat.

22. Saya berpikir bahwa tugas mengendalikan massa bukan tugas yang berat bagi saya.

23. Saya bercerita pada orang lain tentang beban kerja yang saya rasakan saat bertugas.

24. Saat bertugas, saya bertindak sesuai dengan prinsip kerja yang saya yakini.

25. Berdasarkan pengalaman saya sebelumnya, saya tahu apa yang harus saya lakukan saat bertugas, oleh karena itu saya berusaha keras melakukannya dengan baik.

26. Saya menyadari bahwa tugas mengendalikan massa merupakan salah satu tanggung jawab saya sebagai polisi.

27. Saya berusaha agar pikiran dan perasaan saya tidak terganggu oleh hal lain saat bertugas. 28. Saya berusaha lebih mengendalikan emosi agar

dapat menjalankan tugas lebih baik.

29. Saya berharap bisa mendapatkan tugas lain selain mengendalikan massa.

30. Saya berharap saya dapat menyelesaikan tugas tanpa perasaan tertekan.

(32)

32. Saya memikirkan apa yang akan saya lakukan untuk menyelesaikan tugas saya agar tidak terjadi kesalahan.

33. Saya mencontoh bagaimana komandan saya bertindak dalam menghadapi massa.

34. Saya pasrah menerima tugas saya sebagai anggota Dalmas.

35. Saya terus memikirkan beban kerja saya saat bertugas.

36. Saya meminta arahan dari komandan tentang apa yang harus dilakukan untuk mengatasi massa.

37. Saya berharap orang lain mengerti tentang beban kerja saya sebagai anggota Dalmas. 38. Saya berusaha tidak tergesa-gesa dalam

bertindak saat bertugas.

39. Saya berharap orang lain dapat menggantikan saya dalam bertugas.

40. Saya berusaha berpikir objektif dalam menghadapi masalah saat bertugas.

41. Saat saya menghadapi kesulitan dalam menghadapi massa, saya akan meminta bantuan komandan.

42. Ketika menghadapi masalah dalam bertugas, saya berusaha mencari simpati dari orang lain. 43. Saat bertugas menghadapi massa saya berpikir

(33)

44. Saya bertanya pendapat orang lain tentang masalah yang saya hadapi saat mengendalikan massa.

(34)

Lampiran 05 Identitas dan Data Penunjang

IDENTITAS Usia :

Lama bekerja di satuan Dalmas :

DATA PENUNJANG 1

1. Kondisi kesehatan saudara saat ini? a. Sehat

b. Kurang sehat, penyakit yang diderita:... 2. Apakah saudara merasa yakin dapat melaksanakan tugas sebagai anggota

Dalmas dengan baik? a. Cukup yakin b. Kurang yakin

3. Hal-hal yang akan saudara lakukan dalam mempersiapkan diri untuk melaksanakan tugas anggota Dalmas dalam mengendalikan massa?

a. Menenangkan diri dengan berdoa agar tugas dapat dilaksanakan dengan lancar

b. Mencari informasi tentang situasi yang akan dihadapi

4. Ketika menjalankan tugas sebagai anggota Dalmas, saudara lebih sering: a. Memikirkan sendiri langkah apa yang harus dilakukan saat

menghadapi massa

b. Berdiskusi dengan rekan sesama anggota Dalmas untuk mencari pemecahan masalah saat bertugas

5. Sikap teman maupun keluarga saat saudara melaksanakan tugas sebagai anggota Dalmas dalam mengendalikan massa?

(35)

6. Fasilitas yang diberikan oleh Kepolisian bagi anggota Dalmas dalam melaksanakan tugas mengendalikan massa?

a. Mendukung b. Tidak mendukung

DATA PENUNJANG 2

No. Pernyataan SL SR J TP

1. Saya mudah merasa cemas saat harus bertugas mengendalikan massa dalam jumlah yang besar.

2. Saya merasa tidak puas dengan hasil pekerjaan saya saat saya bertugas mengendalikan massa.

3. Saya merasa sakit kepala ketika saya harus melaksanakan tugas mengendalikan massa yang sulit dikendalikan.

4. Saya akan merokok lebih banyak saat saya bertugas mengendalikan massa.

5. Jika keesokan harinya saya tahu akan bertugas mengendalikan massa dalam jumlah yang besar saya mengalami sulit tidur.

6. Saya menjadi mudah berkeringat ketika bertugas mengendalikan massa yang cenderung anarkis.

(36)

8. Saya memiliki rasa percaya diri yang tinggi saat bertugas meskipun kondisi massa yang dihadapi tidak kondusif.

9. Saya merasakan urat-urat yang tegang disekitar leher dan bahu saat harus bertugas mengendalikan massa yang memancing emosi.

10. Saat mengendalikan massa yang memaki-maki anggota, saya melakukan hal-hal diluar prosedur untuk melawan mereka. 11. Saya tidak suka menerima kritikan dari

orang lain tentang kinerja saya sebagai anggota Dalmas.

12. Saya mengalami migrain saat harus bertugas mengendalikan massa yang anarkis.

13. Saya merasa gugup ketika harus bertugas mengendalikan massa dalam jumlah yang besar.

14. Saya merasa tersinggung oleh perkataan massa yang terkesan menghina anggota Dalmas saat saya sedang bertugas.

15. Jika terjadi masalah ketika saya bertugas maka saya akan menyalahkan orang lain yang telah menyebabkan hal itu terjadi. 16. Jika sedang bertugas mengendalikan massa

saya menjadi mudah marah.

(37)

18. Jika sedang bertugas mengendalikan massa yang tidak kooperatif saya menjadi sulit berkonsentrasi.

19. Saya sulit mempercayai orang lain jika sedang bertugas mengendalikan massa.

(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)

Lampiran 09 Perbandingan Strategi Penanggulangan Stres Yang Berpusat Pada Masalah dengan Strategi Penanggulangan Stres Yang Berpusat Pada Emosi

Responden

Cenderung berpusat pada masalah

5 CT CT Seimbang

6 CT CT Seimbang

7 CT CR

Cenderung berpusat pada masalah

8 CT CT Seimbang

9 CT T

Cenderung berpusat pada emosi

10 CT CT Seimbang

11 CT CT Seimbang

12 CR CT

Cenderung berpusat pada emosi

13 CT CT Seimbang

14 T CT

Cenderung berpusat pada masalah

15 T T Seimbang

16 T T Seimbang

17 T CT

Cenderung berpusat pada masalah

(49)

19 CR CT

Cenderung berpusat pada emosi

20 T CT

Cenderung berpusat pada masalah

21 T CT

Cenderung berpusat pada masalah

22 T CT

Cenderung berpusat pada masalah

23 CT CT Seimbang

24 CT CT Seimbang

25 T T Seimbang

26 T CT

Cenderung berpusat pada masalah

27 T CT

Cenderung berpusat pada masalah

28 T CT

Cenderung berpusat pada masalah

29 CT CT Seimbang

30 T CT

Cenderung berpusat pada masalah

31 T CT

Cenderung berpusat pada masalah

32 T T Seimbang

33 T T Seimbang

34 T CT

Cenderung berpusat pada masalah

35 T T Seimbang

36 T T Seimbang

37 T T Seimbang

(50)

39 T T Seimbang

40 T CT

Cenderung berpusat pada masalah

41 T CT

Cenderung berpusat pada masalah

42 T CT

Cenderung berpusat pada masalah

43 T CT

Cenderung berpusat pada masalah

44 T CT

Cenderung berpusat pada masalah

Keterangan:

(51)

Lampiran 10 Data Derajat Stres

reaksi fisik reaksi intelektual responden

item

(52)

3 12 6 17 2 7 8 13 Dampak Kesehatan Dampak Fisiologis Dampak Organisasi

(53)
(54)

Lampiran 11 Tabulasi Silang Usia dengan Strategi Penanggulangan Stres

Usia

Strategi Penanggulangan Stres

Total Cenderung Berpusat

pada Masalah

Seimbang Cenderung Berpusat pada Emosi <20 tahun 1

(20%)

4

(80%) -

5 (11.36%) 20-40 tahun 17

(43.6% %)

19 (48.7%)

3 (7.7%)

(55)

Lampiran 12 Tabulasi Silang Lama Bekerja dengan Strategi Penanggulangan Stres

Lama Bekerja

Strategi Penanggulangan Stres

Total Cenderung Berpusat

pada Masalah

Seimbang Cenderung Berpusat pada Emosi <1 tahun 2

(28.6%)

5

(71.4%) -

7 (15.9%)

1 – 3 tahun 4

(28.6% %)

9 (64.3%)

1 (7.1%)

14 (31.8%) >3 tahun 12

(52.2%)

9 (39.1%)

2 (8.7%)

(56)

Lampiran 13 Tabulasi Silang Kondisi Kesehatan dengan Strategi Penanggulangan Stres

Kondisi Kesehatan

Strategi Penanggulangan Stres

Total Cenderung Berpusat

pada Masalah

Seimbang Cenderung Berpusat pada Emosi

Sehat 18 (41.9%)

23 (53.5 %)

2 (4.7%)

43 (97.7%) Kurang Sehat

- -

1 (100%)

(57)

Lampiran 14 Tabulasi Silang Keyakinan Positif dengan Strategi Penanggulangan Stres

Keyakinan Positif

Strategi Penanggulangan Stres

Total Cenderung Berpusat

pada Masalah

Seimbang Cenderung Berpusat pada Emosi

Cukup Yakin 10

(43.5%)

13

(56.5 %) -

23 (52.3%)

Kurang Yakin 8

(38.1%)

10 (47.6%)

3 (14.3%)

(58)

Lampiran 15 Tabulasi Silang Keterampilan Memecahkan Masalah dengan Strategi Penanggulangan Stres

Persiapan Dalam Melaksanakan

Tugas

Strategi Penanggulangan Stres

Total Cenderung Berpusat

pada Masalah

Seimbang Cenderung Berpusat pada Emosi Menenangkan

Diri

12 (41.4%)

15 (51.7 %)

2 (6.9%)

29 (65.9%) Mencari

Informasi

6 (40%)

8 (53.3%)

1 (6.7%)

(59)

Lampiran 16 Tabulasi Silang Keterampilan Sosial dengan Strategi Penanggulangan Stres

Kemampuan Bekerja Sama

Strategi Penanggulangan Stres

Total Cenderung Berpusat

pada Masalah

Seimbang Cenderung Berpusat pada Emosi Memikirkan

Sendiri

1

(100%) - -

1 (2.3%) Berdiskusi

dengan Rekan

17 (39.5%)

23 (53.5%)

3 (7%)

(60)

Lampiran 17 Tabulasi Silang Dukungan Sosial dengan Strategi Penanggulangan Stres

Dukungan Sosial Strategi Penanggulangan Stres Total Cenderung Berpusat

pada Masalah

Seimbang Cenderung Berpusat pada Emosi Mendukung 18

(40.9%)

23 (52.3%)

3 (6.8%)

44 (100%) Tidak

(61)

Lampiran 18 Tabulasi Silang Fasilitas dengan Strategi Penanggulangan Stres

Fasilitas

Strategi Penanggulangan Stres

Total Cenderung Berpusat

pada Masalah

Seimbang Cenderung Berpusat pada Emosi Mendukung 15

(40.5%)

20 (54.1%)

2 (5.4%)

37 (84.1%) Tidak

Mendukung

3 (42.9%)

3 (42.9%)

1 (14.3%)

(62)

Lampiran 19 Survey Awal

DATA PRIBADI Nama:

Umur:

Lama bekerja di fungsi Dalmas:

DAFTAR PERTANYAAN

1. Apa saja tugas dan kewajiban yang saudara lakukan saat dinas di fungsi Dalmas?

2. Apa yang saudara rasakan ketika saudara melaksanakan tugas sebagai Dalmas? (apakah dinilai sebagai beban kerja yang berat atau tidak?)

3. Kesulitan apa saja yang saudara hadapi ketika saudara melaksanakan tugas sebagai Dalmas?

4. Bagaimana dampak dari kesulitan-kesulitan tersebut terhadap kinerja saudara?

5. Bagaimana saudara mengatasi kesulitan-kesulitan yang muncul ketika saudara bertugas?

6. Adakah kesulitan lain yang dapat mengganggu ketika saudara bertugas? (hal-hal pribadi)

7. Ketika saudara melaksanakan tugas, apakah saudara sering merasakan sakit kepala, mudah lelah, gelisah, cemas, mudah marah, sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan,mudah menyalahkan orang lain? (dampak stres)

8. Apa yang saudara lakukan ketika saudara merasakan hal-hal diatas?

9. Jika dirata-ratakan berapa kali saudara dinas di lapangan (menghadapi massa) dalam satu minggu?

(63)

Lampiran 20 POLRI

Tugas Polri

Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan salah satu organisasi besar yang ada di Negara Indonesia dengan dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Organisasi Polri menggunakan sistem Sentralisme dimana ada satu kesatuan yang saling terkait antara Polri tingkat pusat yaitu Mabes Polri sampai dengan Polri tingkat bawah yaitu Polsek (Polisi Sektor) sebagai ujung tombaknya. Kepolisian Negara Indonesia mempunyai tugas selaku alat negara penegak hukum, pelindung, pengayom dan pembimbing masyarakat. Didalam pencapaian tujuan organisasi Polri, Polri didukung oleh banyak personil dengan segala bentuk perilakunya yang mempengaruhi kinerja Polri itu sendiri.

Kepolisian dalam kedudukannya sebagai fungsi diartikan sebagai fungsi dan peranan kepolisian dalam melaksanakan tugas kepolisian, digolongkan menjadi : a. Tugas Preemtif

b. Tugas Preventif c. Tugas Represif

Dalam pelaksanaan tugas tersebut mengandung pembedaan akan sifat, luas kewenangan dan cara bertindaknya dengan uraian sebagai berikut :

a. Tugas Preemtif

(64)

mengawasi kegiatan yang rawan pelanggaran hukum. Adapun tindakan tertulis dapat berupa peringatan lewat surat kabar kepada masyarakat untuk waspada, buat peraturan yang ketat, peraaturan dinas. Sedangkan tindakan lisan berupa perintah untuk mengawasi dan penjagaan.

b. Tugas Preventif

Adalah tindakan yang penjabarannya sangat luas, tindakan ini adalah mencegah adanya kesempatan bagi orang yang akan melakukan pelanggaran hukum, yang dilakukan dengan kehadiran sosok polisi secara :

1) Fisik, kehadiran sosok polisi dapat menghalangi adanya niat jahat.

2) Kegiatan patroli atau ronda untuk mengetahui keberadaan tempat-tempat yang rawan kejahatan dan masalah sosial.

3) Penjagaan di tempat-tempat keramaian untuk mencegah munculnya kejahatan. c. Tugas Represif

Merupakan tugas pada upaya paksa atau sifatnya penindakan. Namun tindakan ini tetap dibatasi dengan peraturan perundang-undangan yaitu KUHP untuk hukum materiilnya, sedangkan untuk KUHAP memuat hukum acara pidananya. Dimaksud supaya tidak terjadi tindakan yang sewenang-wenang dan pelanggaran terhadap HAM. Dengan demikian tugas-tugas kepolisian ini juga dibatasi etika dan aturan hukum dan norma yang berlaku dan harus dipatuhi.

(65)

didasari filsafat dan etika kepolisian. Bahwa fungsi kepolisian memiliki tugas dan kewenangan yang diikat oleh azas yang saling berhubungan, yaitu :

1) Azas Legalitas

Azas yang mendukung semua tindakan polisi asal tindakan itu didasarkan pada aturan dan ketentuan hukum yang berlaku.

2) Azas Oportunitas

Azas yang memberikan kewenangan kepada polisi untuk melakukan tindakan hukum yang sah karena selaras antara kebijaksanaannya dengan hukum yang mengaturnya.

3) Azas Kewajiban

Azas yang membenarkan tindakan polisi asalkan tindakan tersebut didasarkan atas kewajibannya selaku aparat penegak hukum dan tindakan tersebut untuk melindungi kepentingan umum/masyarakat.

4) Azas Subsidaritas

(66)

Bagian Dalmas

Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Tentang Pedoman Pengendalian Massa:

BAB I Ketentuan Umum

Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Pengendalian Massa yang selanjutnya disebut Dalmas adalah kegiatan yang dilakukan oleh satuan Polri dalam rangka menghadapi massa pengunjuk rasa. 2. Dalmas Awal adalah satuan Dalmas yang tidak dilengkapi dengan alat-alat

perlengkapan khusus kepolisian, digerakkan dalam menghadapi kondisi massa masih tertib dan teratur/ situasi hijau.

3. Dalmas Lanjut adalah satuan Dalmas yang dilengkapi dengan alat-alat perlengkapan khusus kepolisian, digerakkan dalam menghadapi kondisi massa yang sudah tidak tertib/ situasi kuning.

4. Lapis Ganti adalah kegiatan peralihan kendali dari satuan Dalmas Awal ke Dalmas Lanjut.

5. Lintas Ganti adalah kegiatan peralihan kendali dari satuan kompi Dalmas Lanjut kepada satuan Kompi/ Detasemen Penanggulangan Huru-Hara Brimob. 6. Negosiator adalah anggota Polri yang melaksanakan peundingan melalui

tawar menawar dengan massa pengunjuk rasa untuk mendapatkan kesepakatan bersama.

(67)

kerusuhan massa atau huru hara guna melindungi warga masyarakat dari ekses yang ditimbulkan.

8. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan, pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah, dan atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.

9. Gedung/Bangunan Penting adalah bangunan yang meliputi ruangan, halaman dan sekitarnya yang digunakan untuk melakukan kegiatan pemerintahan, kegiatan usaha, dan gedung-gedung/ bangunan lainnya yang digunakan sebagai pusat kegiatan kemasyarakatan secara umum (vital) yang menjadi sasaran unjuk rasa.

10.Lapangan/Lahan Terbuka adalah tempat tertentu yang digunakan sebagai sarana oleh massa dalam melakukan unjuk rasa.

(68)

12.Alih Kendali adalah peralihan kendali dari Kapolsek/ Kapolsekta/ Kapolsek Metro kepada Kapolres/ Kapolresta/ Kapolres Metro/ Kapoltabes, dari Kapolres/ Kapolresta/ Kapolres Metro kepada Kapolwil/ Kapolwiltabes/ Kapolda.

13.Kendali taktis adalah pengendalian oleh Kapolsek, Kapolsekta, Kapolsek Metro, Kapolres, Kapolresta, Kapolres Metro, Kapoltabes, Kapolwiltabes, Kapolda yang berwenang mengatur segala tindakan pasukan di lapangan pada lokasi unjuk rasa.

14.Kendali teknis adalah pengendalian oleh pejabat pembina fungsi atau pimpinan pasukan dan atau perwira lapangan di kesatuan masing-masing yang bertanggung jawab atas teknis pelaksanaan tugas semua anggota yang menjadi tanggung jawabnya.

15.Kendali umum adalah pengendalian oleh Kapolda untuk mengatur seluruh kekuatan dan tindakan pasukan di lapangan dalam unjuk rasa pada kondisi dimana massa pengunjuk rasa sudah melakukan tindakan melawan hukum dalam bentuk pengancaman, pencurian dengan kekerasan, perusakan, pembakaran, penganiayaan berat, teror, intimidasi, penyanderaan, dan lain-lain sebagainya selanjutnya disebut dalam situasi merah.

Pasal 2

(69)

Pasal 3

Pedoman Dalmas ini bertujuan untuk memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan terhadap sekelompok masyarakat yang sedang menyampaikan pendapat atau menyampaikan aspirasinya di depan umum demi terpeliharanya ketertiban umum.

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 4 Ruang Lingkup Dalmas meliputi:

a. di jalan raya;

b. di gedung/ bangunan penting; dan c. di lapangan/ lahan terbuka.

• Larangan Pada Pengendalian Massa

Pasal 7

Larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d dalam pengendalian massa adalah:

a. bersikap arogan dan terpancing oleh perilaku massa;

b. melakukan tindakan kekerasan yang tidak ssuai dengan prosedur; c. membawa peralatan di luar peralatan Dalmas;

d. membawa senjata tajam dan peluru tajam;

e. keluar dari Ikatan Satuan/ Formasi dan melakukan pengejaran massa secara perorangan;

(70)

g. mengucapkan kata-kata kotor, pelecehan seksual/ perbuatan asusila, memaki-maki pengunjuk rasa; dan

h. melakukan perbuatan lainnya yang melanggar peraturan perundang-undangan.

• Kewajiban Pengendalian Massa

Pasal 7

Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d dalam pengendalian massa adalah:

a. menghormati hak asasi manusia dari setiap orang yang melakukan unjuk rasa; b. melayani dan mengamankan pengunjuk rasa sesuai ketentuan;

c. setiap pergerakan anggota Dalmas selalu dalam Ikatan Satuan dan membentuk Formasi sesuai ketentuan;

d. melindungi jiwa dan harta benda;

e. tetap menjaga dan mempertahankan situasi hingga unjuk rasa selesai; dan f. patuh dan taat kepada perintah /kepala Kesatuan Lapangan yang bertanggung

(71)

Tahapan Pengendalian Massa

BAB III PELAKSANAAN

Pasal 6

Sebelum Pelaksanaan Dalmas, Kepala Kesatuan melaksanakan Acara Pimpinan Pasukan (APP) kepada seluruh satuan anggota Dalmas yang terlibat Dalmas dengan menyampaikan:

a. gambaran massa yang akan dihadapi oleh satuan Dalmas (jumlah, karakteristik, tuntutan, dan alat yang dibawa serta kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi selama unjuk rasa);

b. gambaran situasi obyek dan jalan raya tempat unjuk rasa;

c. rencana urutan langkah dan tindakan yang akan dilakukan oleh satuan Dalmas; dan

d. larangan dan kewajiban yang dilakukan oleh satuan Dalmas.

Situasi Tertib/ Hijau

Paragraf Kedua Tahap Pelaksanaan

Pasal 8

Cara bertindak pada Dalmas untuk situasi tertib/hijau adalah:

(72)

b. satuan Dalmas dan/atau satuan pendukung memberikan himbauan kepolisian dan himbauan dapat dilakukan dengan menggunakan helikopter;

c. pada saat massa unjuk rasa tidak bergerak/mogok, Komandan Kompi (Danki) dan/atau Komandan Pleton (Danton) Dalmas Awal membawa pasukan menuju objek dan turun dari kendaraan langsung membentukformasi dasar bersaf satu arah dengan memegang tali Dalmas yang sudah direntangkan oleh petugas tali Dalmas;

d. melakukan rekaman jalannya unjuk rasa menggunakan video kamera baik bersifat umum maupun khusus/menonjol selama unjuk rasa berlangsung; e. satuan pendukung melakukan kegiatan sesuai dengan fungsi masing-masing; f. negosiator berada di depan pasukan Dalmas awal, melakukan

perundingan/negosiasi dengan Koordinator Lapangan (Korlap) untuk menampung dan menyampaikan aspirasi;

g. negosiator melaporkan kepada Kapolsek dan atau Kapolres tentang tuntutan pengunjuk rasa untuk diteruskan kepada pihak yang dituju;

h. negosiator dapat mendampingi perwakilan pengunjuk rasa menemui pihak yang dituju untuk menyampaikan aspirasi;

(73)

j. Kapolsek/Kapolsekta/KapolsekMetro/Kapolres/Kapolresta/KapolresMetro/Ka polwil/Kapolwiltabes/Kapolda dan negosiator mendampingi pimpinan instansi/pihak yang dituju atau yang mewakili pada saat memberikan penjelasan;

k. mobil Penerangan Dalmas berada di belakang pasukan Dalmas Awal untuk melakukan himbauan kepolisian oleh Kapolsek/Kapolsekta/Kapolsek Metro selaku pengendali taktis;

l. Danton /atau Danki Dalmas melaporkan setiap perkembangan situasi kepada Kapolsek/Kapolsekta/Kapolsek Metro dan/atau Kapolres/Kapolresta/Kapolres Metro/Kapoltabes/Kapolwil/Kapolwiltabes;

m. apabila situasi meningkat dari tertib/hijau ke tidak tertib/kuning, maka dilakukan lapis ganti dengan Dalmas Lanjut.

Situasi Tidak Tertib/ Kuning

Pasal 9

Cara bertindak pada Dalmas untuk situasi tidak tertib/kuning adalah:

a. pada saat massa menutup jalan dengan cara duduk-duduk, tidur-tiduran. aksi teatrikal, dan aksi sejenisnya, maka pasukan Dalmas Awal membantu menertibkan, mengangkat dan memindahkan ke tempat yang netral dan atau lebih aman dengan cara persuasif dan edukatif;

(74)

c. satuan pendukung/polisi udara melakukan pemantauan dan memberikan himbauan kepolisian dari udara sedangkan satuan pendukung lainnnya melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi dan perannya;

d. dapat menggunakan unit satwa dengan formasi bersaf di depan Dalmas Awal untuk melindungi saat melakukan proses lapis ganti dengan Dalmas Lanjut; e. atas perintah Kapolres Pasukan Dalmas Lanjut maju dengan cara lapis ganti

dan membentuk formasi bersaf di belakang Dalmas Awal, kemudian saf kedua dan ketiga Dalmas Awal membuka ke kanan dan kiri untuk mengambil perlengkapan Dalmas guna melakukan penebalan kekuatan Dalmas Lanjut, diikuti saf kesatu untuk melakukan kegiatan yang sama setelah tali Dalmas digulung;

f. setelah Dalmas Lanjut dan Dalmas Awal membentuk formasi lapis bersaf, unit Satwa ditarik ke belakang menutup kanan dan kiri Dalmas;

g. apabila pengunjuk rasa semakin memperlihatkan perilaku menyimpang maka Kapolres/Kapolresta/KapolresMetro/Kapoltabes/Kapolwil/Kapolwiltabes

memberikan himbauan kepolisian;

h. apabila eskalasi meningkat dan/atau massa melempari petugas dengan benda keras, Dalmas lanjut melakukan sikap berlindung, selanjutnya Kapolres/Kapolresta/KapolresMetro/Kapoltabes/Kapolwil/Kapolwiltabes

(75)

1. kendaraan taktis pengurai massa bergerak maju melakukan tindakan mengurai massa, bersamaan dengan itu Dalmas Lanjut maju melakukan pendorongan massa;

2. petugas pemadam api dapat melakukan pemadaman api (pembakaran ban, spanduk, bendera dan alat peraga lainnya); dan 3. melakukan pelemparan dan penembakan gas air mata;

i. evakuasi terhadap VIP/pejabat penting lainnya dapat menggunakan kendaraan taktis penyelamat;

j. Danki Dalmas melaporkan setiap perkembangan situasi kepada Kapolres/Kapolresta/Kapolres Metro/Kapoltabes/Kapolwil/Kapolwiltabes; dan

k. apabila situasi meningkat Kapolres/Kapolresta/Kapolres Metro/Kapoltabes/Kapolwil/Kapolwiltabes melaporkan kepada Kapolda selaku pengendali umum agar dilakukan lintas ganti dengan Detasemen/Kompi Penanggulangan Huru-Hara (PHH) Brigade Mobil (Brimob).

Situasi Melanggar Hukum/ Merah

Pasal 10

Cara bertindak pada PHH dalam situasi melanggar hukum/merah adalah:

(76)

b. Detasemen/Kompi PHH Brimob maju membentuk formasi bersaf sedangkan pasukan Dalmas Lanjut melakukan penutupan serong kiri dan kanan (situasional) terhadap pasukan Detasemen/Kompi PHH Brimob dan diikuti Unit Satwa, Rantis Pengurai Massa Samapta membentuk formasi sejajar dengan Rantis Pengurai Massa Detasemen PHH Brimob;

c. apabila pada satuan kewilayahan yang tidak ada Detasemen/Kompi PHH Brimob, maka Kapolda selaku pengendali umum memerintahkan Kapolres/Kapolresta menurunkan Peleton Penindak Samapta untuk melakukan penindakan hukum yang didukung oleh satuan Dalmas Lanjut Polres/Polresta terdekat.

Tahap Pengakhiran

Paragraf Ketiga Tahap Pengakhiran

Konsolidasi Pasal 11

1) Konsolidasi dilakukan oleh satuan Dalmas dalam rangka mengakhiri kegiatan Dalmas dengan melakukan pengecekan kekuatan personel dan peralatan; 2) Dalam rangka konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apel

konsolidasi dilakukan oleh:

(77)

b. Kapolres/Kapolresta/Kapolres

Metro/Kapoltabes/Kapolwil/Kapolwil-tabes dalam situasi kuning; dan

c. Kapolda selaku pengendali umum, dalam situasi merah.

(78)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia saat ini telah memasuki era reformasi yang memungkinkan masyarakat memiliki kebebasan untuk dapat menyampaikan aspirasinya tanpa perlu merasa takut dan terbatasi. Masyarakat banyak melakukan unjuk rasa untuk bisa menyuarakan aspirasi mereka. Unjuk rasa yang dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu tidak jarang berujung pada kerusuhan dan tindak kriminalitas yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat umum. Seperti yang terjadi akhir-akhir ini, unjuk rasa yang dilakukan masyarakat terkait dengan kenaikan harga BBM banyak yang berakhir rusuh dan menganggu ketertiban umum (http://www.indosiar.com/news/jejak-kasus/73617/dampak kenaikan bbm).

Kerusuhan yang terjadi biasanya dimulai dengan aksi saling dorong antara massa dengan aparat yang berjaga di area tersebut atau terjadi aksi saling lempar antara aparat dan pengunjuk rasa. Tidak jarang kerusuhan dapat menimbulkan korban luka-luka maupun korban jiwa, dan bisa berakibat pada rusaknya fasilitas-fasilitas umum yang ada di area tersebut.

(79)

2

Universitas Kristen Maranatha aman kepada negara, masyarakat, harta benda dari tindakan kriminalitas dan bencana alam (www.polri.go.id).

Dalam kaitannya dengan tanggung jawab sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, Polri memiliki bagian kerja dalam organisasi yang disebut Samapta. Di dalam bagian Samapta terdapat satu satuan kerja Pengendali Massa atau biasa disebut Dalmas. Tugas dari Dalmas ini secara umum adalah mengendalikan massa, terutama pada saat terjadi kerusuhan/demonstrasi. Dalmas melakukan antisipasi terhadap kerawanan gangguan keamanan dan ketertiban yang mungkin muncul jika terdapat suatu kumpulan massa, baik itu pengunjuk rasa maupun kerumunan orang dalam jumlah besar, seperti penonton dalam konser-konser musik atau pertemuan kader-kader dan simpatisan dalam suatu kampanye. Polwiltabes di kota “X” memiliki 1 kompi anggota Dalmas yang terdiri dari 3 peleton yang masing-masing terdiri dari 30 orang anggota dengan rentang usia 18 - 37 tahun dan 1 orang Komandan Pleton (Danton). Petugas yang akan terjun langsung menghadapi massa adalah para anggota Dalmas dengan pengawasan dari Danton dan Komandan Kompi (Danki).

(80)

3

Universitas Kristen Maranatha Polwiltabes di kota “X”, intensitas unjuk rasa yang muncul di wilayah “X” selama 3 bulan terakhir yaitu bulan Maret 2008 hingga bulan Mei 2008 menunjukkan angka yang tergolong tinggi yaitu sebanyak 62 kali. Bahkan dalam satu hari dapat terjadi dua hingga tiga kali unjuk rasa di wilayah kota “X”. Unjuk rasa yang terjadi akhir-akhir ini terutama yang terkait dengan kenaikan harga BBM.

Anggota Dalmas dituntut mampu melakukan tahapan-tahapan penanganan yang telah diatur sesuai aturan kepolisian ketika menghadapi massa. Anggota Dalmas akan menggunakan formasi-formasi khusus yang telah dirancang dan diatur untuk dapat menghadapi massa. Formasi-formasi tersebut akan digunakan tergantung situasi massa yang mereka hadapi.

Formasi pertama yang akan diturunkan ketika menghadapi massa adalah formasi Dalmas awal. Formasi ini akan diturunkan ketika massa masih dalam keadaan yang tertib dan terkendali, massa melakukan unjuk rasa hanya dengan melakukan orasi atau pawai di sepanjang jalan dan tidak melakukan tindakan yang mengganggu ketertiban umum. Pada tahap ini anggota Dalmas akan membentuk barisan bersaf satu arah dengan memegang tali yang sudah direntangkan sebagai pembatas. Selain itu pada tahap ini, pihak kepolisian juga akan melakukan negosiasi dengan berusaha berbicara dengan perwakilan massa untuk mengetahui keinginan mereka dan mencari titik tengah dengan pihak yang bersangkutan.

(81)

4

Universitas Kristen Maranatha dan helm untuk membantu menertibkan massa. Peralatan tersebut hanya digunakan anggota Dalmas untuk bertahan dan menjaga diri apabila mendapat serangan dari massa. Formasi yang terakhir akan diturunkan ketika massa mulai melakukan tindakan pengrusakan dan tindak pidana lainnya seperti pemukulan, penyanderaan, dan lain sebagainya. Pada tahap ini anggota Dalmas akan dibantu oleh Detasemen Penanggulangan Huru Hara Brimob, anggota berhak melakukan tindakan tegas sesuai hukum seperti penangkapan atau pembubaran massa yang bertujuan untuk melumpuhkan dan memecah konsentrasi massa.

Dalam menjalankan tugasnya mengendalikan massa, kepolisian memiliki aturan tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh anggota Dalmas. Peraturan Kapolri No. Pol.:16 Tahun 2006, tentang Pedoman Pengendalian Massa, pada pasal 7 memuat larangan bagi anggota Dalmas yang antara lain adalah bersikap arogan dan terpancing oleh perilaku massa, misalnya membalas pelemparan yang dilakukan massa; melakukan tindakan kekerasan yang tidak sesuai dengan prosedur seperti memukul atau menendang; melakukan pengejaran massa secara perorangan; mengucapkan kata-kata kotor; pelecehan seksual/perbuatan asusila, memaki-maki pengunjuk rasa; dan melakukan perbuatan lainnya yang melanggar perundang-undangan.

(82)

5

Universitas Kristen Maranatha ditetapkan dan tetap patuh pada aturan tersebut dalam situasi apapun. Apabila anggota Dalmas melakukan pelanggaran ketika bertugas menghadapi massa misalnya melakukan pemukulan pada massa maka anggota akan mendapatkan sanksi dari atasan. Sanksi tersebut bisa berupa surat peringatan, penurunan pangkat bahkan pemecatan. Apabila anggota tersebut melakukan tindak pidana ketika menghadapi massa maka anggota yang bersangkutan akan dihukum di pengadilan sipil dan kode etik kepolisian.

Keadaan massa yang terkadang tidak terkendali dan bahkan mengancam keselamatan para anggota Dalmas sendiri juga menjadi suatu beban pekerjaan yang berat yang harus dihadapi. Selain itu, berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada kepala bagian Samapta yang membawahi Dalmas diketahui bahwa para anggota Dalmas harus siap dipanggil bertugas sewaktu-waktu selama 24 jam setiap hari jika terjadi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat. Oleh karena itu, anggota Dalmas harus selalu siap untuk bertugas meskipun waktu libur. Para anggota Dalmas juga memiliki kewajiban untuk piket selama 1x12 jam setiap hari. Apabila tidak sedang bertugas mengendalikan massa maka anggota akan melakukan latihan formasi-formasi Dalmas dan berolah raga untuk menjaga kebugaran tubuh.

(83)

6

Universitas Kristen Maranatha dijalankannya merupakan hal yang wajar dan tidak menjadi beban yang berat bagi dirinya.

Bagi para anggota Dalmas yang menghayati pekerjaannya memiliki beban kerja yang berat, tugas anggota Dalmas terkadang membuat mereka merasa kelelahan ketika harus berjaga dan berdiri selama beberapa jam saat menghadapi massa. Selain itu tanggung jawab anggota Dalmas dalam menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan saat terjadi unjuk rasa juga dinilai sebagai tanggung jawab yang besar. Anggota Dalmas diharapkan dapat mengendalikan kegiatan pengunjuk rasa agar tidak mengarah pada perilaku anarkis. Selain itu, anggota Dalmas juga harus dapat menjaga keamanan objek-objek vital serta fasilitas umum yang ada di area unjuk rasa serta memberikan rasa aman kepada masyarakat umum yang ada di sekitar lokasi unjuk rasa.

(84)

7

Universitas Kristen Maranatha maupun membalas pelemparan. Hal ini justru membuat situasi unjuk rasa menjadi tidak kondusif dan bahkan mengarah pada kerusuhan. Selain itu, ketika menghadapi massa para anggota Dalmas juga sering merasa takut akan keselamatan diri mereka sendiri. Hal-hal ini yang dirasakan oleh para anggota Dalmas dapat menjadi sumber stres saat melaksanakan tugas mereka.

(85)

8

Universitas Kristen Maranatha mengobrol dengan anggota lain atau menggunakan handphone untuk mengirin pesan singkat pada orang lain. Saat anggota Dalmas mulai merasakan dampak dari stes, anggota Dalmas menjadi tidak maksimal menunjukkan kinerja dalam menjaga massa. Anggota Dalmas seringkali merasa takut saat akan menjalankan tugas, menjadi kurang berkonsentrasi dan akhirnya membuat penjagaan terhadap massa kurang dapat dilakukan sesuai prosedur yang akibatnya dapat membuat situasi massa menjadi tidak kondusif. Dalam keadaan seperti itu, massa sering kali menjadi lebih agresif untuk mendorong ke arah barisan anggota karena melihat ketidaksiapan dari para anggota. Hal ini menyebabkan keadaan massa yang pada awalnya masih dapat dikendalikan menjadi kurang terkendali. Selain itu, ketika anggota Dalmas mulai merasakan dampak stres dan mengakibatkan menurunnya kinerja kerja, sering kali massa menjadi lebih leluasa untuk melakukan aksi demo yang mengganggu ketertiban umum, misalnya dengan tiba-tiba memblokir jalan dan mulai berunjuk rasa di tengah jalan dan mengganggu lalu lintas.

(86)

9

Universitas Kristen Maranatha Dalam kenyataannya individu juga dapat menggunakan kedua jenis strategi penanggulangan tersebut secara seimbang.

Anggota Dalmas yang telah diwawancara peneliti sebanyak 7 orang mengenai beban kerja dan dampak stres mengemukakan bahwa 14.2 % melakukan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah, yaitu sebagai berikut: 1 orang anggota Dalmas mengatakan selalu mendengarkan briefing sebelum menghadapi massa dengan seksama, selalu berusaha untuk tetap berkonsentrasi dan fokus saat berjaga, serta menjalankan prosedur yang sesuai saat menghadapi massa, hal ini sesuai dengan jenis strategi yang dinamakan planfull problem solving.

(87)

10

Universitas Kristen Maranatha Sebanyak 28.6% anggota Dalmas menggunakan strategi penanggulangan stres secara seimbang, yaitu dengan menggunakan strategi yang berpusat pada masalah dan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi, antara lain: 1 orang anggota melakukan planful problem solving dan positive reappraisal, yaitu selalu mendengarkan briefing sebelum menghadapi massa, tetap konsentrasi dan fokus saat berjaga serta berdoa sebelum melaksanakan tugas; 1 orang anggota lainnya melakukan confrontative coping dan seeking social support, yaitu dengan meminta penambahan personil secara langsung pada atasan jika jumlah massa dinilai melebihi kekuatan yang dimiliki anggota Dalmas tersebut serta selalu menjalin kerjasama antar para anggota saat bertugas.

Strategi penanggulangan stres merupakan hal penting yang dilakukan setiap individu untuk bisa meredakan stres yang dialami. Para anggota Dalmas juga diharapkan bisa melakukan strategi penganggulangan stres terhadap tuntutan dan beban pekerjaan yang berat agar stres yang dirasakan bisa teratasi. Strategi ini dilakukan agar para anggota Dalmas dapat mencapai penyesuaian diri terhadap lingkungan dan tuntutan pekerjaan. Apabila mereka tidak dapat menyelesaikan stres yang dihadapi dengan strategi penanggulangan yang sesuai maka hal ini akan mempengaruhi kinerja mereka dalam bekerja yang kemudian dapat mengakibatkan terganggunya keamanan dan ketertiban lingkungan.

(88)

11

Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

Seperti apa strategi penanggulangan stres yang digunakan pada anggota Dalmas Polwiltabes di kota “X”.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai strategi penanggulangan stres yang dilakukan anggota Dalmas Polwiltabes di kota “X” .

1.3.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai strategi penanggulangan stres yang dilakukan anggota Dalmas Polwiltabes di kota “X” secara lebih rinci dan mendalam beserta faktor-faktor yang mempengaruhi.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah

•Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan bahan

masukan untuk pengembangan ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Klinis yang berkaitan dengan strategi penanggulangan stres.

•Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan mengenai

(89)

12

Universitas Kristen Maranatha •Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi

bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian terutama yang berhubungan dengan strategi penanggulangan stres.

1.4.2 Kegunaan Praktis

•Memberikan informasi kepada kepala Samapta sebagai bagian yang

membawahi Dalmas tentang strategi penanggulangan stres yang digunakan anggota Dalmas agar dapat lebih memahami bentuk strategi penanggulangan stres yang digunakan dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat program pengembangan diri dalam upaya menanggulangi stres yang dirasakan ketika menjalankan tugas sebagai anggota Dalmas.

1.5 Kerangka Pikir

(90)

13

Universitas Kristen Maranatha Dalam menjalankan tugas tersebut para anggota seringkali menghadapi tuntutan, konflik dalam diri dan ancaman dari luar diri. Tuntutan-tuntutan yang muncul juga tidak hanya berkaitan dengan beban pekerjaan, bertambahnya usia seseorang memasuki tahapan dewasa awal membuat anggota Dalmas memiliki tugas perkembangan untuk bisa berusaha mandiri secara ekonomi dan memiliki peran baru dalam kehidupan mereka (Santrock, 2002). Dalam menghadapi tuntutan dan tanggung jawab yang besar terutama sebagai anggota Dalmas mereka diharapkan dapat menyesuaikan diri, namun hal tersebut tidak selamanya berhasil. Saat para anggota Dalmas tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan tanggung jawab sebagai anggota Dalmas dan menilainya sebagai suatu beban yang berat serta melebihi kemampuan yang ada untuk bisa menyelesaikannya, maka para anggota Dalmas akan mengalami stres. Menurut Lazarus dan Folkman (1984:19), stres adalah hubungan spesifik antara individu dengan lingkungan yang dinilai individu sebagai tuntutan yang melebihi sumber dayanya dan membahayakan keberadaannya atau kesejahteraannya.

(91)

14

Universitas Kristen Maranatha Hal lain yang dapat menjadi stressor bagi anggota Dalmas adalah konflik ketika harus mengendalikan emosi diri sendiri saat menghadapi massa yang memancing emosi namun tidak dapat melakukan hal-hal lain di luar prosedur yang telah ditetapkan serta ancaman terhadap keselamatan diri sendiri saat menghadapi massa dan ancaman mendapat hukuman saat melakukan tindakan diluar prosedur kepolisian. Dalam menghadapi stressor tersebut para anggota Dalmas akan mengalami stres pada derajat yang berbeda. Hal ini bergantung pada penilaian subjektif yang dilakukan para anggota Dalmas terhadap stressor. Stressor tersebut dapat dinilai sebagai suatu keadaan yang mengancam atau tidak bagi individu yang bersangkutan. Penilaian tersebut oleh Lazarus disebut sebagai penilaian kognitif.

Definisi yang dikemukakan Lazarus (1984:19) mengenai penilaian kognitif adalah suatu proses evaluatif yang menjelaskan terjadinya stres sebagai akibat dari interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Proses penilaian kognitif terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu penilaian kognitif primer (primary appraisal), penilaian kognitif sekunder (secondary appraisal), dan penilaian kembali (reappraisal).

(92)

15

Universitas Kristen Maranatha Dalmas, hal tersebut dinilai tidak bermakna sehingga dapat diabaikan; benign positive apabila stimulus atau situasi yang terjadi dihayati sebagai hal yang positif dan dianggap dapat meningkatkan kesejahteraan pada anggota Dalmas; stressfull apabila stimulus atau situasi yang terjadi pada anggota Dalmas menimbulkan makna gangguan, perasaan kehilangan, ancaman dan tantangan bagi individu (Lazarus & Folkman, 1984: 32).

Apabila penilaian kognitif primer yang dilakukan oleh anggota Dalmas menghasilkan penilaian stressfull dalam derajat yang tinggi maka akan timbul keadaan stres. Keadaan stres tersebut dapat menimbulkan dampak pada anggota Dalmas. Dampak stres akan muncul apabila sumber daya yang dimiliki oleh anggota Dalmas dinilai kurang mampu melawan stres tersebut (Lazarus & Folkman, 1984: 51).

Tom Cox (1978: 92) mengemukakan dampak dari stres, yakni: dampak subyektif yang pada anggota Dalmas ditandai dengan kecemasan, keletihan, frustrasi, gugup, merasa takut; dampak tingkah laku yang ditandai dengan meningkatnya luapan emosi, dan perilaku impulsif. Ada pula dampak kognitif yang ditandai dengan sulit mengambil keputusan, sulit berkonsentrasi; dampak fisiologis yang ditandai dengan meningkatnya denyut jantung, dan berkeringat berlebihan; serta dampak kesehatan yang ditandai dengan migren, sakit kepala.

(93)

16

Universitas Kristen Maranatha yang harus digunakan yang dinilai paling efektif dalam menghadapi situasi tertentu dengan mempertimbangkan konsekuensi yang muncul. Cara penanggulangan yang digunakan untuk mengatasi stres tersebut disebut sebagai strategi penanggulangan stres (Lazarus & Folkman, 1984: 141).

Penilaian kognitif primer dan sekunder yang telah dilakukan anggota Dalmas akan menentukan strategi penanggulangan stres yang akan digunakan. Apabila strategi yang digunakan tersebut dirasa tidak sesuai atau mengalami kegagalan, maka anggota Dalmas akan melakukan penilaian kembali (reappraisal) terhadap stressor dan menentukan penggunaan strategi yang dianggap lebih sesuai dan lebih tepat.

Strategi penanggulangan stres menurut Lazarus adalah perubahan kognitif dan tingkah laku yang terus-menerus, sebagai usaha individu untuk mengatasi tuntutan eksternal dan internal yang dinilai sebagai beban atau melampaui sumber daya dirinya (Lazarus & Folkman, 1984:141). Strategi penanggulangan stres terbagi menjadi dua, yaitu strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah (problem focused form of coping) dan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi (emotion focused form of coping).

Referensi

Dokumen terkait

Aiming at the shortcomings of Gaussian mixture model background method, a moving object detection method mixed with adaptive iterative block and interval frame difference method in

Pihak Unit Pengembangan Karir dan Kewirausahaan (UPKK) UB Malang tidak menerapkan hal tersebut kepada para peserta pelatihan baik sebelum ataupun setelah pelatihan tersebut

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan melalui model pembelajaran project based learning dan model pembelajaran problem posing terhadap hasil belajar

[r]

kecerdasan emosional dilakukan dengan skala emotional intelligence dan skala

Kepala sekolah yang efektif adalah yang memiliki ciri-ciri ; (1) bertanggung jawab dalam penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu dengan

Pendekatan Jigsaw melibatkan partisipasi aktif individu dan bekerjasama kelompok. Penusunan pelajaran sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok memiliki informasi

HI] BUNCAN TINCI({1' PENCETAHUAN, SIKAP DAN KARAKTIR ISTI K!. IRIJ DTNCAN POLA PtrMAERIAN ASI EKSKLUSIFDI