UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN KARO DALAM
MELESTARIKAN DAN MEMPOPULERKAN
INSTRUMEN MUSIK TRADISIONAL KARO
MELALUI LEMBAGA KESENIAN
BUNGA DAWA NUSANTARA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
CHRISTIN JULI EMMA P.A
NIM. 2103340009
PRODI SENI MUSIK
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati dan ucapan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan rahmatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penulisan Skripsi ini dapat selesai dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Skripsi ini berjudul “Upaya Pemerintah Kabupaten Karo Dalam Melestarikan dan Mempopulerkan Instrumen Musik Tradisional Karo Melalui Lemabaga Kesenian Bunga Dawa Nusantara”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun penyampaian ide penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan juga saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis juga mengalami berbagai kesulitan. Namun berkat doa dan juga bantuan moril maupun materi dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini dengan segenap ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
3. Dra. Tuti Rahayu, M.Si selaku Ketua Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Medan.
4. Panji Suroso, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Seni Musik Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Medan, sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi II
5. Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku dosen Pembimbing Skripsi I
6. Adina Sastra Sembiring selaku Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik Jurusan Sendratasik Universitas Negeri
7. Dosen Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan yang telah memberikan ilmunya selama proses pembelajaran berlangsung dan selama perkuliahan. Staff pegawai Jurusan Sendratasik dan para Cleaning Servis di Jurusan Sendratasik
iii
Bapak Bangun Tarigan selaku Ketua Lembaga Kesenian Bunga Dawa Nusantara yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan data yang di butuhkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
9. Teristimewa kepada kedua Orang tua saya tercinta Ng.Perangin-Angin dan M. Sembiring terimakasih untuk Doa, kesabaran, kesetiaan, perhatian, kasih sayang, dukungan dan pengorbanan baik moral maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan hingga sampai kepada skripsi. Keleng ateku kam Nande, Bapaku totondu singarak-ngarak aku seh sirasa lalap
10.Buat adik saya yang tercinta Wahyu Erliasna Perangin-angin dan seluruh keluarga Perangin-angin, Sembiring mergana yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini
11.Seluruh teman-teman stambuk 2010 terkhusus yang sama-sama menyelesaikan skripsi, Risna Margareta Damanik, Lerin Sitohang, Gusti Tamba, Elda Sari Sihombing, Rumintang Elisabeth Gultom, Prawika Lestari Purba, Icha Paskalis Ginting dan Friskila Theresia Pandia
12.Buat keluarga kost 5A terkhusus Kak Lisa Minnely Sitepu, Jojor Sihombing, Kak Cika dan Bang Hendri Sihombing
13.Teman teristimewa Heriawan Ginting (mama itingku) yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada penulis.
14. Buat Uwa Arie Gintza, Kriswanto Ginting, Sepna Makafo, Fransiska Claudia Bangun dan teman-teman PPL di SMA N. 1 Kisaran 2013 yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis
15.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat, menambah wawasan dalam khazanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang Pendidikan Seni Musik dan dapat dijadikan bahan rujukan bagi peneliti lain yang tertarik pada bidang yang sama.
Medan, September 2014 Penulis
i
ABSTRAK
Christin Juli Emma P.A. NIM 2103340009. Upaya Pemerintah Kabupaten Karo Dalam Melestarikan dan Mempopulerkan Instrumen Musik Tradisional Karo Melalui Lembaga Kesenian Bunga Dawa Nusantara. Fakultas Bahasa Dan Seni. Universitas Negeri Medan 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya lembaga kesenian Bunga Dawa Nusantara dalam melestarikan dan mempopulerkan instrumen musik tradisional Karo, untuk mengetahui keterkaitan pemerintah Kabupaten Karo dalam melestarikan dan mempopulerkan instrumen musik tradisional Karo di Kabupaten Karo, untuk mengetahui jenis instrumen musik tradisional Karo yang dilestarikan, untuk mengetahu hasil dari upaya pelestarian musik tradisional Karo yang dilakukan oleh Lembaga Kesenian Bunga Dawa Nusantara.
Penelitian ini berdasarkan pada landasan teoritis yang menjelaskan pengertian upaya pemerintah Kabupaten Karo, pengertian melestarikan dan mempopulerkan, pengertian instrumen musik tradisional Karo, pengertian lembaga kesenian.
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang kebudayaan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo, Ketua lembaga kesenian Bunga Dawa Nusantara,dan beberapa seniman musik tradisional Karo yang berdomisil di tanah Karo. Pengumpulan data dilakukan dengan metode studi kepustakaan, observasi atau pengamatan, wawancara, dokumentasi dan teknik analisis data. Penelitian ini mengambil lokasi di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo, Lembaga Kesenian Bunga Dawa Nusantara dan penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2014 sampai dengan Agustus 2014.
Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya lembaga kesenian Bunga Dawa Nusantara dalam melestarikan dan mempopulerkan instrument musik tradisional Karo adalah memberikan pelatihan bermain musik tradisional Karo,melakukan kegiatan pentas seni/pertunjukan, memberikan pelatihan pembuatan instrumen musik tradisional Karo,terbuka terhadap kunjungan wisatawan asing. Pemerintah tidak memiliki keterkaitan yang signifikan dalam hal pelestarian ini. Jenis instrumen yang dilestarikan dan dipopulerkan yaitu jenis intrumen yang tergabung dalam kelompok ensambel gendang lima sedalanen, telu sedalanen dan kelompok instrumen non-ensambel. Sejauh ini hasil melestarikan dan mempopulerkan instrumen musik tradisional Karo belum berhasil sepenuhnya hal ni dikarenakan kurangnya kepedulian dari pemerintah daerah, masyarakat luas dan kurangnya dana pendukung untuk kegiatan pelestarian dan pempopuleran instrumen musik tradisional ini.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penenlitian ... 9
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoritis ... 10
1. Pengertian Upaya Pemerintah Kabupaten Karo ... 10
a. Pengertian Upaya ... 10
b. Pemerintah Kabupaten Karo ... 11
2. Melestarikan dan Mempopulerkan ... 13
a. Melestarikan ... 13
b. Mempopulerkan ... 13
3. Pengertian Instrumen Musik Tradisional Karo ... 14
a. Pengertian Instrumen ... 14
v
c. Instrumen Musik Tradisional Karo ... 16
1) Gendang Lima Sendalanen ... 17
2) Gendang Telu Sendalanen ... 25
4. Pengertian Lembaga Kesenian ... 30
A. Kerangka Konseptual ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian... 33
B. Lokasi danWaktu Penelitian ... 34
C. Populasi danSampel ... 35
1. Populasi ... 35
2. Sampel ... 35
D. Teknik Pengumpulan Data ... 37
1. Studi Kepustakaan ... 37
2. Observasi ... 39
3. Wawancara ... 40
4. Dokumentasi ... 42
E. Teknik Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 45
1. Profil Lembaga Kesenian Bunga Dawa Nusantara ... 45
2. Gambaran Kepariwisataan Kabupaten Karo ... 48 B. Upaya Lembaga Kesenian Bunga Dawa Nusantara
vi
Musik Tradisional Karo ... 51 C. Keterkaitan Pemerintah Kabupaten Karo
Dalam Melestarikan dan Mempopulerkan
Instrumen Musik Tradisional Karo ... 59
D. Jenis Instrumen Musik Tradisional Yang Dilestarikan ... 64 E. Hasil dari Upaya Melestarikan dan Mempopulerkan
Instrumen Musik Tradisional Karo yang dilakukan
Lemabaga Kesenian Bunga Dawa Nusantara ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 68 B. Saran ... 69
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Sarune ... 21
Gambar 2.2 Gendang Singindungi ... 22
Gambar 2.3 Gendang Singanaki ... 23
Gambar 2.4 Gung ... 24
Gambar 2.5 Penganak ... 24
Gambar 2.6 Kulcapi ... 27
Gambar 2.7 Balobat ... 27
Gambar 2.8 Keteng-Keteng ... 28
Gambar 2.9 Gendang Kulcapi ... 29
Gambar 2.10 Gendang Balobat ... 29
Gambar 4.1 Spanduk YLK Bunga Dawa Nusantara ... 47
Gambar 4.2 Suasana Pelatihan YLK Bunga Dawa Nusantara ... 53
Gambar 4.3 Suasana Pelatihan anak-anak di usia < 15 tahun ... 54
Gambar 4.4 Penampilan Peserta Didik YLK ... 55
Gambar 4.5 Pelatihan Pembuatan Instrumen Surdam ... 56
Gambar 4.6 Kunjungan Wisatawan Asing ... 57
Gambar 4.7 Suasana Pemberian Pelatihan ... 60
Gambar 4.8 Peserta Pelatihan angkatan II ... 60
Gambar 4.9 Peserta Pelatihan III ... 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahIndonesia merupakan salah satu negara yang terdiri dari berbagai suku dan kaya akan keberagaman budaya. Kebudayaan suatu daerah pada umumnya berbeda dengan daerah lain dimana kebudayaan tersebut senantiasa berkembang
dari waktu ke waktu. Kebudayaan berkembang disebabkan oleh kemampuan manusia menggunakan akal, pikiran dan perasaannya. Walaupun kebudayaan
tersebut berbeda-beda, tetapi memiliki unsur-unsur yang sama. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur yang universal artinya dapat di temukan pada setiap
kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat (1980 : 7) unsur-unsur tersebut antara lain sistem kepercayaan, sistem kekerabatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi.
Di Sumatera Utara terdapat enam kelompok Suku Batak, yaitu Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Pak-Pak, Batak Mandailing, dan
Batak Angkola. Dari enam kelompok suku batak ini memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Secara turun temurun banyak hal diwariskan olen nenek moyang mereka. Kebudayaan tradisional lahir
dari kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung dalam satu suku yang tanpa disadari telah memperkuat ciri khas suku/etnis atau daerah tersebut. Hal ini dapat kita lihat
2
Secara garis besar suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran
Tinggi Karo dan beberapa tempat lain seperti Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kabupaten Simalungun, Kota Medan, dan Kabupaten
Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten pada salah satu wilayah yang mereka diami (Dataran Tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo. Gambaran tentang daerah domisili masyarakat Karo dapat pula dilihat seperti
yang digambarkan oleh J.H. Neuman dalam buku Lentera Kehidupan Orang Karo Dalam Berbudaya (Sarjani Tarigan, 2009 : 36) yang mengatakan bahwa :
“Wilayah yang didiami oleh suku Karo dibatasi sebelah timur oleh pinggir jalan yang memisahkan dataran tinggi dari Serdang. Di sebelah Selatan kira-kira dibatasi oleh sungai Biang (yang diberi nama sungai Wampu, apabila memasuki Langkat), disebelah Barat dibatasi oleh gunung Sinabung dan disebelah Utara wilayah itu meluas sampai kedataran rendah Deli dan Serdang.”
Dari gambaran luas daerah diatas, domisili masyarakat Karo ini memang tidak dapat dibantah dimana ada beberapa kelompok yang berdomisili di daerah pantai
dan hidup berdampingan dengan penduduk Melayu serta secara bertahap kedua suku tersebut saling berbaur dan berakulturasi antara sesamanya. Dengan demikian, orang-orang Karo yang tersebar dan berakulturasi dengan suku-suku
lain tersebut mengakibatkan adanya perbedaan julukan atas dasar wilayah seperti : Karo Kenjulu, Karo Teluh Dereng, Karo Singalor Lau, Karo Baluren, Karo
Langkat, Karo Timur dan Karo Dusun.
3
dilakukan dengan upacara adat, seperti pernikahan, meninggal (begitu juga syukuran harus dilakukan dengan upacara adat.
Menurut Perikuten Tarigan (2004:110) memaparkan bahwa „instrumen
musik tradisional Karo dikenal dengan „Gendang Lima Sedalanen‟ yaitu gendang
dapat diartikan dengan „alat musik‟, lima berarti „lima‟, sedalanen berarti
„sejalan‟. Dengan demikian Gendang Lima Sedalanen mengandung pengertian
„lima buah alat musik yang dimainkan sejalan atau secara bersama-sama‟. Ada
juga yang dikenal dengan „Gendang Telu Sendalanen‟ yaitu tiga buah instrumen musik yang dimainkan secara bersama-sama.
Pada dasarnya Gendang Lima Sedalanen dan Gendang Telu Sedalanen digunakan pada upacara-upacara adat etnis Karo. Selain fungsinya sebagai pengiring sebuah tarian, saat-saat tertentu musik tradisional diyakini memiliki
kekuatan magis yang dapat memanggil roh untuk ikut serta dalam pesta adat. Bagi kepercayaan masyarakat Karo yang sudah menganut berbagai agama masih
mempercayai hal demikian.
Seiring dengan perkembangan musik dan kemajuan ilmu teknologi (IT),
musik tradisional Karo tersebut mengalami perubahan yang sangat signifikan. Menurut P. Sinuraya dalam Yetty Sitepu (2007 : 2) perubahan besar terjadi ketika para misionaris Jerman yang datang ke wilayah Karo dalam misi penyebaran
Agama Kristen pada tahun 1890. Yang dipelopori oleh Hendrik C Kruyt bersama Nicolas Pontoh.Masuknya kebudayaan barat membuat perubahan pada instrumen
4
musik tradisional, dimana dalam hal ini musik tradisional Karo sudah mulai mengalami pergeseran sedikit demi musik-musik modern. Masyarakat tampaknya
lebih mengedepankan pergelaran musik keyboard dari pada musik-musik tradisional. Hal ini terlihat pada upacara-upacara adat-istiadat, kerap kali
masyarakat Karo mementaskan musik keyboard. Misalnya pada upacara perkawinan masyarakat mementaskan hiburan perkolong-kolong, yaitu berupa nyanyian dan tarian yang diiringi musik tradisional seperti sarune, singindungi,
singanaki, gong dan lain-lain. Maka terjadilah perubahan fungsi maupun unsur
instrumen musik tradisional dalam upacara-upacara adat Karo.
Instrumen musik tradisional yang digunakan dalam upacara adat pada masa sekarang ini tidak lagi murni Gendang Lima Sedalanen, yang diantaranya Sarune, Gendang Singanaki, Gendang Singindungi, Penganak, dan Gung.
Instrumen musik tradisional Etnis Karo ini telah dikolaborasikan dengan instrumen musik modern, dan karena kemajuan teknologi sejumlah instrumen
musik tradisional telah digantikan peranannya oleh musik modern yang dinamakan keyboard. Penggunaan instrumen musik tradisional tidak lagi populer,
melainkan instrumen musik modern yang lebih disukai oleh masyarakat khususnya masyarakat Karo.
Jika hal ini terus berlangsung dan berkembang di tengah-tengah
masyarakat, khususnya masyarakat suku Karo, tentu akan berdampak negatif terhadap kelestarian nilai-nilai budaya yang terdapat dalam seni musik tersebut
5
Adanya kesenjangan ini maka perlu dilakukan antisipasi bagaimana caranya agar masyarakat disamping menggemari instrumen musik modern seperti
keyboard juga tidak melupakan instrumen musik tradisional. Dalam hal ini
lembaga kesenian Bunga Dawa Nusantara melakukan berbagai upaya untuk
melestarikan dan mempopulerkan instrumen musik tradisional Karo. Lembaga kesenian Bunga Dawa Nusantara merupakan wadah atau tempat pelatihan kesenian baik seni tari, seni musik dan seni suara yang merupakan kesenian asli
suku Karo.
Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk mengangkat
permasalahan tersebut dalam suatu penelitian yang berjudul, “Upaya Pemerintah Kabupaten Karo dalam Meletarikan dan Mempopulerkan Instrumen Musik
Tradsional Karo melalui Lembaga Kesenian Bunga Dawa Nusantara”.
A. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah ialah suatu tahapan permulaan dari penguasaan masalah, dimana suatu objek tertentu dalam situasi tertentu dapat kita kenali
sebagai suatu masalah bertujuan agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah, serta cakupan masalah tidak terlalu luas. Hal ini sejalan dengan pendapat Hadeli (2006 :23), yang mengatakan bahwa:
6
Berdasarkan pendapat diatas dan uraian latar belakang masalah, maka permasalahan penelitian ini di identifikasi menjadi beberapa bagian,
diantaranya:
1. Jenis instrumen musik tradisional yang bagaimana yang dilestarikan ? 2. Bagaimana eksistensi instrumen musik tradisional Karo di Kabupaten
Karo?
3. Bagaimana upaya Lembaga Kesenian Bunga Dawa Nusantara melestarikan dan mempopulerkan instrumen musik tradisional Karo di
Kabupaten Karo?
4. Bagaimana keterkaitan pemerintah Kabupaten Karo dalam melestarikan dan mempopulerkan instrumen musik tradisional Karo di Kabupaten
Karo?
5. Bagaimana hasil dari upaya pelestarian musik tradisional Karo yang
dilakukan oleh lembaga kesenian Bunga Dawa Nusantara?
B. Pembatasan Masalah
Setelah diidentifikasi, ternyata banyak faktor yang dapat diteliti lebih lanjut dalam permasalahan ini maka arah penelitian harus dibatasi. Hal ini
dilakukan agar dalam proses penelitian data nantinya pembahasan tidak meluas dan melebar sehingga penelitian ini lebih terarah. Hal ini sesuai
7
peneliti. Oleh karena itu perlu hati-hati dan jeli dalm mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian, dan dirangkum kedalam beberapa pertanyaan yang jelas”.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merasa perlu membatasi masalah. Untuk itu, berdasarkan identifikasi masalah diatas maka pembatasan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana upaya Lembaga Kesenian Bunga Dawa Nusantara melestarikan dan mempopulerkan instrumen musik tradisional Karo di
Kabupaten Karo?
2. Bagaimana keterkaitan pemerintah Kabupaten Karo dalam melestarikan
dan mempopulerkan instrumen musik tradisional Karo di Kabupaten Karo?
3. Jenis instumen musik tradisional yang bagaimana yang dilestarikan ?
4. Bagaimana hasil dari upaya pelestarian musik tradisional Karo yang dilakukan oleh lembaga kesenian Bunga Dawa Nusantara?
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan peneliti apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan keluar. Rumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi masalah dan
pembatasan masalah.
Hal ini sejalan dengan pendapat Maryaeni (2005 : 14 ), yang mengatakan
bahwa :
8
kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya. Rumusan masalah juga bias disikapi sebagai jabaran fokus penelitian karena dalam praktiknya, proses penelitian berfokus pada butir-butir masalah sebagaimana dirumuskan”.
D. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan senantiasa berorientasi kepada tujuan, tanpa ada tujuan yang jelas maka arah kegiatan yang akan dilakukan tidak tau apa yang ingin dicapai dalam kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Ridwan (2004
:25 ) yang mengatakan bahwa :
“ Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan peneliti atas
hasil penelitiannya dengan mengetengahkan indikator-indikator apa yang hendak ditemukan dengan variabel-variabel peelitian”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian tidak lain untuk mengetengahkan indikator-indikator apa yang hendak
ditemukan dalam penelitian terutama yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Untuk melihat berhasil tidaknya suatu kegiatan, dapat dilihat
melalui tercapainya tujauan yang telah ditetapkan. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Lembaga Kesenian Bunga Dawa Nusantara dalam melestarikan dan mempopulerkan instrumen musik tradisional Karo.
2. Untuk mengetahui keterkaitan pemerintah Kabupaten Karo dalam melestarikan dan mempopulerkan instrumen musik tradisional Karo di
Kabupaten Karo
9
4. Untuk mengetahui hasil dari upaya pelestarian musik tradisional Karo yang dilakukan oleh lembaga kesenian Bunga Dawa Nusantara.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan
sumber informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya. Setelah penelitian dirampungkan diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan informan bagi pembaca.
2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dalam menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai upaya pemerintah Kabupaten Karo dalam melestarikan dan mempopulerkan instrumen musik tradisional Karo melalui lembaga kesenian Bunga Dawa Nusantara.
3. Untuk menambah wawasan bagi peneliti dan pembaca, khususnya generasi muda, terutama masyarakat setempat agar termotivasi untuk melestarikan
musik tradisional Karo.
4. Menumbuhkan keinginan untuk menjaga eksistensi dari alat alat musik
tradisional Karo.
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KesimpulanDari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Upaya yang dilakukan lembaga kesenian Bunga Dawa Nusantara dalam
melestarikan dan mempopulerkan instrumen musik tradisional Karo adalah dengan memberikan pelatihan bermain musik, melakukan kegiatan pementasan, memberikan pelatihan pembuatan instrumen musik
tradisional, terbuka terhadap kunjungan wisatawan asing.
2. Keterkaitan pemerintah Kabupaten Karo dalam melestarikan dan
mempopulerkan instrument musik tradisional Karo di Kabupaten Karo adalah tidak memiliki keterkaitan yang sangat signifikan terhadap upaya pelestarian instrumen musik tradisional Karo tersebut. Dalam hal ini
pemerintah hanya bertugas sebagai pengarah dalam pelaksanaan kesenian budaya tradisional yang ada dan mengawasi perkembangan budaya yang
ada supaya budaya yang berkembang tidak lari dari keasliannya. Namun untuk melestarikan dan mempopulerkannya menurut hemat beliau, ini merupakan tanggung jawab bersama seluruh warga tanah Karo.
3. Jenis instrumen yang dilestarikan adalah instrumen yang melambangkan identitas dari suku Karo tersebut. Adapun jenis instrumen tersebut adalah
Kulcapi, Keteng-keteng, Surdam, Balobat, Gendang Singindungi,
69
4. Hasil dari upaya pelestarian musik trasdisional Karo yang dilakukan lembaga kesenian Bunga Dawa Nusantara adalah antusiasme dari warga
setempat masih kurang sehingga untuk daerah tanah Karo itu sendiri sangat banyak anak muda yang tidak mau tau dalam hal kesenian
tradisinya. Hal ini dikarenakan banyaknya orang tua yang tidak mendukung anak-anakya untuk belajar bermain kesenian tradisional. Bagi para orang tua ini berpendapat bahwa jika anak-anaknya lebih suka belajar
kesenian tradisional maka mereka khawatir di kemudian hari anak-anaknya tidak akan bisa mencukupi kebutuhannya lewat bermain musik
tradisi tersebut.
B. Saran
1. Dalam hal ini diharapkan masyarakat Kabupaten Karo secara luas hendaknya tidaklah hanya memandang dari segi ekonomisnya saja
dalam melaksanakan acara-acara tradisional seperti penggunaan keyboard dalam acara kematian, pernikahan dan lain sebagainya.
Namun hendaknya juga memperthatikan kelangsungan instrumen musik tradisional itu sendiri agar tidak lenyap ditelan zaman.
2. Dalam melestarikan dan mempopulerkan instrumen musik tradisional
Karo atau bahkan dalam kesenian tradisional lainnya hendaknya pemerintah dapat mengkemasnya secara menarik mungkin sehingga
70
sederhana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berkerja sama dengan Dinas pendidikan untuk melakukan festival hal-hal yang
bersinggungan dengan keberlangsungan kesenian tradisional Karo tersebut.
3. Diharapkan pemerintah lebih cepat dan tanggap dalam meningkatkan kesadaran cinta akan kesenian tradisonalnya kepada masyarakat seperti lebih memperkuat dokumentasi-dokumentasi dan karya nyata
dalam tulisan mengenai kesenian tradisi Karo tersebut agar di kemudian hari jika generasi penerus suku Karo ingin mempelajari
menjadi lebih mudah.
4. Diharapkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata lebih melengkapi arsip dan dokumentasinya sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat lebih
jelas dalam pemaparan setiap data yang dibutuhkan peneliti.
5. Diharapkan sebagai upaya melestarikan dan mempopulerkan
71
71
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafinds Persada
Cerah Noveli.2010.Penyajian Musik Gendang Sedalanen Pada Upacara Erpangir Ku Lau di Desa Budaya Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Skripsi.UniverstasNegeri Medan
Corazon,CD. 2007. Traditional Musical Instrument of The Philippines Nevada : FMA digest
Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang: Quantum Teaching Hidayat, Aziz Halmut.2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisa Data.
Surabaya: Salemmedia
Koentjaraningrat.1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru
LumbanGaol,Malthus Rodinasa.2013 Perubahan Alat Musik Tradisional Karo pada Upacara Kematian dalam Studi Antropologi di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Skripsi.Universitas Negeri Medan
Maryaeni.2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : BumiAksara Prinst, Darwan. 2012. Adat Karo. Medan: Bina Media Printis
Ridwan.2004.Belajar Mudah Penelitian. Catatan ke-6. Bandung: Alfabeta
Rohendi Rohidi, Tjetjep.2000. Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STISI Pres
Sebayang, Sepakat.1992. Peralatan Musik Tradisional Karo. Medan :Depdikbud Sitepu A.G.1980. Mengenal Seni Kerajinan Tradisional Karo. Medan: Depdikbud Sitepu, Yetty. 2007. Perubahan Alat Musik Tradisional yang digunakan dalam upacara kematian Cawir Metua pada etnis Karo di desa Buluh Awar. Skripsi.Universitas Negeri Medan
72
Suprapto, J.2004. Proposal dan Penelitian dan Contoh. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-PRESS)
Tarigan, Perikuten. 2004. Pluralitas Musik Etnik: Batak Toba, Mandailing,Melayu, Pak-Pak Dairi, Angkola, KarodanSmalungun. Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak HKBP Nomensen
Tarigan, Sarijani. 2009. Lentera Kebudayaan Orang Karodalam Berbudaya. Medan
Tarigan, Sarijani. 2012. Mutiara Hijau Budaya Karo. Medan: Balai Adat Budaya Karo Indonesia
Virganta, Roma Abraham. 2012. Kajian Organologi Alat Musik Balobat Karya Ropong Tarigan. Skripsi.Universitas Negeri Medan
(http://kamusbahasaindonesia.org/upaya#ixzz2xn8WFpAN). (http://carapedia.com)
(http://penelitihukum.org/tag/pengertian-pemerintahan-kabupatenkota). (http://kbbi.web.id/).
(http://artikata.com/arti-345739-populer.html) (http://pariwisatakaro.blogspot.com)
(http://usmadihambali11.blogspot.com/2013/07/pengertian-melestarikan-lingkungan-hidup3.html)
(http://carapedia.com/pengertian_definisi_kesenian_menurut_para_ahli_info491.h tml).