• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA: DESKRIPSI PENGELOLAAN DAN PERRTUNJUKAN SENI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA: DESKRIPSI PENGELOLAAN DAN PERRTUNJUKAN SENI"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA: DESKRIPSI

PENGELOLAAN DAN PERRTUNJUKAN SENI

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

ARAH S. SITUMORANG NIM: 070707020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

(2)

LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA: DESKRIPSI

PENGELOLAAN DAN PERRTUNJUKAN SENI

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

ARAH S. SITUMORANG NIM: 070707020

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang

Etnomusikologi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

(3)

LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA: DESKRIPSI

PENGELOLAAN DAN PERRTUNJUKAN SENI

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

ARAH S. SITUMORANG NIM: 070707020

Pembimbing 1 Pembimbing 11

Drs . Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D. Drs. Fadlin, M.A

NIP : 19651221 199103 1 001 NIP : 1961 0220 1989 03 1003 Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang

Etnomusikologi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

(4)

PENGESAHAN Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi di Fakultas Sastra USU Medan.

Medan Hari : Tanggal :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan

Dr .Syahron Lubis, M.A NIP: 1951 1013197603 1 001

Panitia Ujian :

(5)

DISETUJUI OLEH :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

MEDAN

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI Ketua ,

Drs . Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman, kekuatan serta kesempatan kepada penulis, sehingga karena kasih dan rahmat-NYA penulis mampu menyelesaikan skripsi.

Skripsi ini berjudul ’’LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA: DESKRIPSI PENGELOLAAN DAN PERRTUNJUKAN SENI’’, yang diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana seni (S.Sn) pada Depertemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari akan kemampuan penulis yang masih kurang dan terbatas dalam menulis oleh karena itu, penulis merasa bahwa tulisan ini belumla sempurna karena masih banyak kekurangan-kekurangan didalam tata cara penulisan, perbendaharaan kata ataupun makna yang terkandung dalam tulisan ini. Dengan segala kerendahan hati penulis meminta maff dan perhatian kepada para pembaca sebelumnya, agar dapat memberikan kritikan dan saran yang bersifat membangun di dalam penyempurnaan tulisan ini.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari tidak dapat menyelesaikan dengan sendiri, ada banyak pihak yang telah membantu dan mendukung agar terlaksana dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepda pihak yang telah membantu didalam penyelesaian skripsi ini. Kepada:

(7)

2. Dosen pembimbing 1 sekaligus Ketua Jurusan, Bapak Drs. Muhammad Takari, M. Hum, Ph.D dan pembimbing 2, Bapak Drs. Fadlin M. A, yang paling banyak memberikan masukan-masukan dan saran kepada penulis

3. Ibu Dra. Heristina Dewi M. Pd, selaku Dosen Wali, Ibu Arifni Netrirosa SST, M. A dan Ibu Dra. Ritaony Hutajulu , M.A yang memberikan saran dan buku-buku pendukung serta masukan-masukan yang mendukung akan skripsi ini.

4. Ibu adly S.S sebagai pegawai yang selalu membantu banyak mengenai administrasi dan surat menyurat Penulis sebagai mahasiswa sehingga dapat berjalan dengan baik

5. Monang Butar-Butar S.Sn, selaku informan kunci serta para penari anggota dan juga informan lainya yang pernah terlibat pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara yang sudah memberikan banyak informasi.

6. Kepada Rebecca dan Vanesia terma kasih buat bantuannya dalam mentranskripsi dan menganalisis melodi yang penulis teliti. Kepada sahabat-sahabtku Imes, Dussel yang selalu setia bersama di dalam perkuliahan, dan juga Rizky, Winka serta Kak Becca, Kak Miti, Kak Destri, Kak Tety, Kak Inta, Kak Eva, Kak Sanri, Kak Seridah, Kak Jery, Kak Nova, Kak Eunika, Bang Jefri, Bang Junaedi, Bang Amran serta sahabat-sahabtku di kosan Septian, Herman, Jonatan, Daniel, Natal yang selalu mengingtakan penulis dikala penulis sedang malas dan selalu memberikan semangat.

Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

(8)

DAFTAR ISI

BAB II SEJARAH LEMBAGA KESENIAN RIA AGUNG NUSANTARA 2.1 Sejarah Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara……….…...23

2.2 Jenis kesenian yang diproduksi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara………..29

2.3 Visi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara ………...…….……31

2.4 Misi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara………...………..…31

(9)
(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam setiap kegiatan bersosialisasi, mereka langsung atau tidak langsung selalu melibatkan orang lain. Dengan hal itulah manusia membentuk kelompok-kelompok dan organisasi tertentu, guna melakukan aktivitas yang mereka sepakati. Begitu juga halnya dengan organisasi yang mereka bentuk akibat bersosialisasi. Setiap organisasi yang mereka ciptakan membutuhkan pengelolaan yang baik demi kelangsungan organisasi manusia itu sendiri.

Pengelolaan atau manajemen ialah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok atau orang-orang ke arah tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata (Terry dan Rue 2000:1). Dengan kata lain, keberhasilan suatu lembaga juga ditentukan oleh manajemen yang diterapkan oleh pengelola dan kemampuan untuk mengelola, yang setiap bidang kegiatan termasuk kegiatan berkesenian. Manusia yang terlibat di dalamnya membutuhkan sistem pengolaan agar prosesnya terjadi secara teratur, terpadu, dan mencapai sasaran yang tepat. Untuk mengkaji seni, manusia menggunakan berbagai disiplin ilmu seperti antropologi tari, antropologi teater, musikologi, dan etnomusikologi.

(11)

mendeskripsikan struktur musik yang mempunyai hukum- hukum internalnya sendiri--sedangkan etnologi memandang musik sebagai bagian dari fungsi kebudayaan manusia dan sebagai suatu bagian yang menyatu dari suatu dunia yang lebih luas. Secara eksplisit dinyatakan oleh Merriam sebagai berikut.

Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for it has always been compounded of two distinct parts, the musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither but takes into account both. This dual nature of the field is marked by its literature, for where one scholar writes technically upon the structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part of a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in culture and its functions in the wider social and cultural organization of man. It has been tentatively suggested by Nettl (1956:26-39) that it is possible to characterize German and American "schools" of ethnomusicology, but the designations do not seem quite apt. The distinction to be made is not so much one of geography as it is one of theory, method, approach, and emphasis, for many provocative studies were made by early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies heve been devoted to technical analysis of music sound (Merriam 1964:3-4).

(12)

sebagai bagian yang integral dari keseluruhan kebudayaan. Pada saat yang sama, beberapa sarjana dipengaruhi secara luas oleh para pakar antropologi Amerika, yang cenderung untuk mengasumsikan kembali suatu aura reaksi terhadap aliran-aliran yang mengajarkan teori-teori evolusioner difusi, dimulai dengan melakukan studi musik dalam konteks etnologisnya. Di sini, penekanan etnologis yang dilakukan para sarjana ini lebih luas dibanding dengan kajian struktur komponen suara musik sebagai suatu bagian dari permainan musik dalam kebudayaan, dan fungsi-fungsinya dalam organisasi sosial dan kebudayaan manusia yang lebih luas.

Hal tersebut telah disarankan secara tentatif oleh Nettl yaitu terdapat kemungkinan karakteristik "aliran-aliran"etnomusiko-logi di Jerman dan Amerika, yang sebenarnya tidak persis sama. Mereka melakukan studi etnomusikologi ini, tidak begitu berbeda, baik dalam geografi, teori, metode, pendekatan, atau penekanannya. Beberapa studi provokatif awalnya dilakukan oleh para sarjana Jerman. Mereka memecahkan masalah-masalah yang bukan hanya pada semua hal yang berkaitan dengan struktur musik saja. Para sarjana Amerika telah mempersem-hkan teknik analisis suara musik. Dari kutipan di atas tergambar dengan jelas bahwa etnomusikologi dibentuk dari dua disiplin dasar yaitu etnologi dan musikologi, walau terdapat variasi penekanan bidang yang berbeda dari masing-masing ahlinya. Namun terdapat persamaan bahwa mereka sama-sama berangkat dari musik dalam konteks kebudayaannya.

(13)

psikologi, dan dalam hal ini manajemen. Namun ilmu-ilmu bantu ini digunakan sesuai dengan proyek penelitian yang dilakukan oleh para etnomusikolog.

Berangkat dari pengertian di atas, salah satu unsur kebudayan tersebut adalah kesenian, di dalam melakukan kesenian itulah manusia memerlukan pengelolan atau yang disebut dengan manajemen. Kesenian itu baik tradisional maupun modern harus dikelola dengan baik agar menghasilkan produk yang baik juga, guna memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Kemudian, hasil atau produk tersebut misalnya musik, tari, teater, akan dipertunjukkan pada masyarakat sesuai dengan fungsi dan kegunaan masing-masing sesuai permintaan pasar . Tujuan dari sebahagian aktivitas berkesenian itulah adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi pelaku kesenian. Namun terlepas dari hal materi, hasil dari berkegiatan berkesenian itulah yang menjadikan etnomusikologi berkaitan dengan manajemen (pengelolaan) karena hasil akhirnya dapat dipandang sebagai kajian etnomusikologi.

(14)

dengan tujuan, menetapkan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan kreatif yang diperlukan (lihat Takari 2008:43).

Lembaga kesenian ini berdiri sejak tahun 1988 dengan nama awal Ria Agung, yang beranggotakan 19 orang, yaitu 7 orang pemusik dan 12 orang penyanyi dan belum memiliki badan hukum. Baru pada tahun 1990 Ria Agung berubah nama menjadi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara oleh Edward Silitonga (Edward Silitonga adalah pendana pada lembaga ini ). Nama ini dibuat dengan tujuan untuk memberi kegembiraan pada siapa pun yang menikmatinya. Menurut hasil wawancara yang berlangsung pada Senin, 13 Desember 2010, bertempat di lembaga kesenianya, Monang Butar Butar S.Sn (lebih akrab dipanggil Bang Monang yang juga merupakan alumni Etnomusikologi). Saat ini anak didiknya ada sebanyak 30 orang. Mereka yang datang belajar pada lembaga kesenian ini mulai berumur 16 tahun sampai yang sudah tua (54 tahun) Marsius Sitohang yang juga pernah bergabung di dalam lembaga kesenian ini, yang saat ini merupakan dosen luar biasa pada departemen Etnomusikologi, Universitas Sumatera Utara. Setiap anak yang ingin masuk menjadi anggota pada lembaga kesenian ini tidak dipungut biaya apa pun namun dituntut kesetiaan dan loyalitas dan yang tidak kalah pentingnya ialah penampilan yang layak atau paras cantik bagi para penari wanita. Tidak ada syarat utama dalam kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki oleh setiap anggota yang ingin masuk, hanya saja dituntut disiplin pada waktu latihan, loyalitas dan kesetiaan pada lembaga kesenian ini. Namun, masalah diterima atau tidak selanjutnya tergantung pada ketua lembaga ini.

(15)

juga pemusik dituntut untuk dapat menari dan menyanyi. Dalam sistem pembagian pupur atau uang terima kasih, uang capek, uang jalan dan sebagainya ialah 50% untuk anggota tergantung tingkat kesenioritasnya, 30% untuk kas, dan 20% untuk biaya make-up dan kostum anggota. Untuk sistem pengajaran, pada lembaga ini memberdayakan murid yang sudah mahir (biasanya senior) untuk melatih murid yang masih dalam kemampuan dasar sedangkan untuk tahap penyempurnaan sebelum memasuki materi baru, ketua langsung terjun untuk melatih. Sedangkan murid yang belum menguasai materi akan diajarkan oleh senior sampai murid tersebut mahir sebelum memasuki materi berikutnya.

Untuk anggota saat ini berjumlah 31 orang baik pemusik maupun penari, mereka yang belajar dan menjadi anggota berasal dari latar belakang yang berbeda-beda Nandra misalnya, anak seni Tari Universitas Medan ini sudah belajar dan menjadi anggota Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara selama satu tahun sedangkan Willy anak SMA. N. 2 Medan masih 11 bulan. Sejak tahun 1990 jumlah anggota tiap tahunnya sebanyak 40 orang. Hal ini disebabkan untuk memenuhi anggota dipaduan suara pada lembaga ini sampai pada tahun 1999, awal tahun 2000 anggota sudah berkurang menjadi 30 Orang, sampai saat ini juga masih terjadi pergantian anggota. Hal ini disebabbkan karena sebahagian anggota sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing.

(16)

ataupun dibuat komposisi musik baru kembali tampa melibatkan alat musik modern atau barat, misalnya lagu Soleram, Anakkon Hi do Hamoraon Diau, Dekke Jahir, Opio, Cindai, Tak Tong Tong, dan juga lagu-lagu medley lainya lembaga ini memang biasanya membawakan kesenian tradisional Sumatera Utara, Aceh dan Sumatera Barat tetapi lebih memperkuat dan lebih sering membawakan kesenian Batak Toba sebagai spesifikasinya. Sementara untuk produksi tari misalnya tarian massal yang dibuat sendiri oleh Monang Butar Butar.

Produk adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia, yang berwujud ataupun tidak berwujud (Hjaslim, 1996:6) dalam hal ini produk yang dimaksud adalah musik dan tari yang dipertunjukkan. Untuk memproduksi tarian dan musik biasanya pertama yang dibuat adalah tarian yang sudah ada di olah kembali, diolah dalam artian ditambah atau dibuat jadi berbeda dengan yang biasa, penambahan yang dimaksud adalah geraknya. Setelah itu kemudian dibuat musiknya tetapi dengan penambahan variasi misalnya menambahkan alat musik lainya. Barulah digabungkan antara musik dan tari.

Di dalam memproduksi musik dan tari, unsur tradisional sangatlah kuat, ”kami tidak mencampurkan alat musik barat seperti keyboard untuk tarian dan musik yang akan kami bawakan tetapi harus menggunakan alat musik tradisional jika kami membawakan secara live atau langsung . Di sinilah letak keistimewaan kami disetiap panggung“ tuturnya di samping itu, usaha setiap organisasi dapat berjalan dengan dengan baik dan dapat berkembang bila dapat memberi kepuasan kepada konsumenya, dalam hal ini konsumen adalah yang mengundang mereka.

Seperti yang dikemukan oleh Asiyanto:

(17)

dibutuhkan tersebut, dan memperoleh laba yang dapat menjamin kelangsungan hidup usaha dan bahkan berkembang bila ia dapat mengembangkan produk yang terjual (2005:1).

Demikian juga halnya dengan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara jika mereka diundang untuk suatu acara, mereka akan membawakan pertunjukan lebih dari pada yang diminta oleh sang pengundang (konsumen) sehingga diharapkan mereka akan tetap diundang untuk acara selanjutnya. Selain memperbaiki hubungan dengan para mitranya, lembaga ini mengembangkan ikatan yang lebih kuat dengan pelanggan akhirnya guna menjalin kelangsungan lembaga ini. Lembaga kesenian yang sudah sering tampil keluar negeri ini, memiliki hubungan baik dengan Pemerintah kota Medan, Sumatera Utara, Direktoral Pariwisata Jakarta dan KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) sudah dimulai sejak tahun 1988 sejak awal berdirinya lembaga kesenian ini. Ketua lembaga ini juga menambahkan bahwa untuk saat ini, setiap kali mereka diundang untuk tampil ke luar negeri mereka tidak pernah membawa banyak alat musik, disamping pihak pengundang telah menyediakan sebahagian alat musik, hal itu memberatkan secara dana, walau dana yang membiayai mereka berasal dari pihak pengundang dimana uangnya terlebih dahulu di transfer ke rekening pihak yang diundang dan disponsori oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara atau KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia). Ia juga menambahkan, untuk menajemen waktu penampilan mereka di luar negeri mereka akan tampil 1 hari dan mempelajari lingkungan setempat selama 3 hari. ’’Jadi untuk mencapai eksistensi dan kelangsungan suatu lembaga dibutuhkan pengelolaan yang baik dan cara pengelolaan yang tepat sehingga dapat bertahan. Kami tidak hanya tampil tetapi, semaksimalnya menjalin hubungan atau relasi yang baik’’ tuturnya.

(18)

dari Sumatra Utara, Serampang Dua Belas dari melayu dan tari Saman dari Aceh serta Tari Zapin Darah Medan yang diakui Monang Butar-Butar sebagai hasil karyanya. Kebanyakan Tari-tarian yang sudah ada ini mereka buat dengan komposisi baru (komposisi baru disini mengarah pada jumlah penari laki-laki dan perempuan serta kostum yang dipakai karena setiap sanggar mempunyai keunikan yang berbeda-beda tetapi dengan gerak dan makna tari yang sama, tari Cawan misalnya mereka hanya menggunakan 3 laki-laki saja lainya adalah perempuan, sedangkan untuk tari Serampang Dua Belas dan tari Persembahan lebih sering hanya perempuan saja atau tarian Gandang yang melibatkan perempuan dan laki-laki.

Walaupun kesenian Sumatera Utara mereka pelajari namum diantara kesenian Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir dan Nias, Kesenian Batak Toba menjadi kesenian yang sering mereka bawakan. Untuk para pemusik dan penari lembaga ini juga kadang menggunakan sistem cabut dari luar sesuai kebutuhan. Hal ini juga dibenarkan oleh Marsius Sitohang, Pemusik yang pernah tergabung di lembaga ini membenarkan hal itu: ”Sewaktu saya bergabung di lembaga kesenian itu, pemusik dan penari sebahagian menggunakan sistem cabut dari Lembaga Kesenian lainya salah satunya dari Lembaga Kesenian Cindai.

(19)

dilembaganya saat itu , yang dibentuk setelah adanya Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara.

Hal itu disebabkan karena belum adanya anggota yang menetap dan cukup menguasai materi, setelah saya tidak lagi bergabung, tetap menggunakan sistem cabut untuk sebahagian pemusik alasanya karena pemusik yang berasal dari mahasiswa hanya sebahagian yang mampu untuk membawakanya dengan baik dan berbeda ketika yang membawakanya materi musik itu seniman tradisional karena bagaimanpun musisi tradisional lebih bisa menjiwai materinya karena sudah akrab dengan materinya” tuturnya (wawancara, Rabu, 21 April 2011, pukul 10:00 Wib). Untuk latihan dan dipanggung pertunjukan para penari menggunakan musik rekam juga mereka membawakan musik secara langsung sesuai dengan keiginan pihak yang mengundang. Sementara untuk ensambel yang sering dibawakan mereka menamakan ensambel gondang sabangunan yang kadang ditambahkan dengan seruling sebagai kreasi baru, yang terdiri dari Tagading, Gordang, Gong 4 buah yaitu (Oloan, Panggora, Ihutan dan Doal) Sarune Bolon dan Hesek dan sebuah seruling.

(20)

membawakan vokal grup yang dibawakan oleh lembaga ini didukung oleh musik. Tari dan musik yang dibawakan dikemas dengan konsep seni pertunjukan yaitu bertujuan untuk menghibur para penonton atau pihak pengundang. Pertunjukan yang mereka bawakan tidak mengarah atau dinikmati untuk satu suku tertentu tetapi untuk umum.

Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang berpihak dengan pihak lain (Sunarto 2006:4) dalam hal ini bagaimana cara lembaga ini untuk mempromosikan dan Untuk sistem pemasaran produk, selain membuat pamplet depan lembaga kesenianya juga pada akun jejaring sosial facebooknya serta e-amil Monang Butar-Butar, lembaga ini tidak membuat dalam bentuk kaset sehingga pemasaranya hanya melalui teman keteman dan hubungan yang baik dari pihak ketika mereka pertama kali diundang, sampai saat ini, tidak jarang ketika mereka selesai diundang mereka atau pimpinanya tetap melakukan kontak salah satu pihak yang mengundang sehingga mereka berharap kerja sama bisa terus berjalan. Tetapi terlepas dari apa yang didapat untuk saat ini, hal yang tidak bisa dilupakan adalah ilmu yang didapat dari Departemen Etnomusikologi dan diterapakn dilapangan sehingga dapat bertahan sebagai salah satu Lembaga Kesenian di Sumatera Utara.

Dengan latar belakang di atas, maka saya tertarik membuat peneliatian ini ke dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul

Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara: Deskripsi

(21)

1.2 Pokok Permasalahan

Dari uraian di atas, maka penulis akan membuat batasan masalah dengan tujuan menghindari terjadinya kesimpangsiuran di dalam pembahasan nantinya. Selain itu, juga agar lebih mendapatkan kejelasan yang lebih akurat tentang pokok permasalahan.

Adapaun pokok permasalahannya adalah:

1. Bagaimana pengelolaan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara? 2. Bagaimana pertunjukan seni Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan yang harus dicapai pada ahirnya, sesuai yang dikatakan oleh Mantle Hood tentang etnomusikologi dan Willi Apel (1969:298), yang menyatakan bahwa etnomusikologi adalah suatu metode untuk mengajari musik apapun dari segi musiknya, tetapi juga melihat hubunganya dengan konteks budaya. Maka berdasarkan pendapat tersebut penulis membuat tujuan dari penelitian ini yaitu:

Adapaun tujuan dari penelitian ini meliputi:

a. Untuk mengetahui deskripsi pengelolaan Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara

(22)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dirampungkan, diharapkan dapat memberi mamfaat sebagai berikut :

1. Sebagai masukan kepada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara dalam penerapan pengelolaan lembaga

2.Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki ketertarikan dengan topik penelitian.

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Menurut Mely G. Tan (1990:21), konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variable-variabel mana yang kita ingin menentukan hubungan empiris. Maka dari itu penulis memberikan konsep dari beberapa kata yang ada dalam tulisan ini sesuai dengan judul yang dibahas.

(23)

kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang yang nyata.

Pertunjukan merupakan sesuatu yang memiliki waktu pertunjukan yang terbatas, awal dan ahir, acara kegiatan yang terorganisir, sekelompok pemain, sekelompok penonton, tempat pertunjukan, dan kesempatan untuk mempertunjukanya (Siger, 1996:165). Sedangkan seni mempunyai arti suatu karya yang diciptakan dengan kecakapan yang luar biasa, seperti musik, ukiran, tari dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

1.4.2 Teori

Teori adalah salah satu acuan yang digunakan oleh penulis untuk menjawab masalah-masalah yang timbul dalam tulisan ini atau dengan kata lain teori adalah landasan berfikir dalam pembahasan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari buku-buku dan dokumen-dokumen. Menurut Snelbecker (1974:31) teori adalah sebagai seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang memiliki aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainya dengan data dasar yang diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati (baca Lexi J.Moleong dalam buku yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif 2000:34).

(24)

kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan oraganisasional atau maksud-maksud yang nyata

Manajemen merupakan suatu bentuk kegiatan yang pelaksanaanya adalah managing, atau pengeloloan, sedangkan pelaksanaanya disebut manajer. Teori ini juga menggunakan lima fungsi dari manejemen yaitu:

1. Perencanaan menjadi pegangan setiap pimpinan dan pelaksanaan untuk dilaksanakan. Dengan demikian, melalui perencanaan dapat dipersatukan kesamaan pandangan, sikap dan tindak dalam pelaksanaan dilapangan. Dikatakan juga bahwa pimpinan harus mengetahui secara pasti tujuan jangka panjang, untuk kemudian rencana jangka panjang menegah dan di atas perencanaan jangka panjang menegah ini pula, ia harus menentukan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek ini harus dirinci berdasarkan skala prioritas, mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan secara bertahap serta terencana melaksanakan tahap-tahap berikutnya sampai tujuan jangka pendek itu dapat tercapai sepenuhnya, perlu diadakan evaluasi untuk menyempurnakan langkah selanjutnya.

2. Kata organizing artinya mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dam memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.

3. Penentuan sumber daya manusia yaitu menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.

4. Motivasi yaitu mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

(25)

Sedangkan untuk mendeskripsikan pertunjukan seni pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, maka penulis menggunakan teori yang dikatakan oleh Milton Singer (MSPI, 1996: 164-165) dalam Henry Situmorang, juga menjelaskan bahwa pertunjukan memiliki: 1. Waktu pertunjukan yang terbatas

2. Awal dan akhir

3. Acara kegiatan yang terorganisir 4. Sekelompok pemain

5. Sekelompok penonton 6. Tempat pertunjukan

7. Kesempatan untuk mempertunjukannya

Dalam hal ini penulis akan berusaha untuk mengambarkan pertunjukan yang sering dibawakan oleh lembaga yang bersangkutan melalui video dukumentasi yang diperoleh oleh penulis.

Untuk membahas aspek musik yang disajikan dan sering dibawakakan serta menjadi sampel yang dibahas oleh penulis, maka penulis menggunakan teori Weighted Scale yang dikemukan William P.Malm (1977:9) bahwa terdapat 8 unsur yang harus diperhatikan, yaitu: 1. tangga nada, 2. nada dasar, 3. wilayah nada, 4. jumlah nada, 5. interval, 6. pola-pola kadensa, 7. formula melodi, dan 8. kontur.

1.5 Metode Penelitian

(26)

penting untuk diketahui oleh seorang peneliti. Metode penelitian memberikan ketentuan-ketentuan dasar untuk mendekati suatu masalah dengan tujuan menentukan atau memproses hasil yang benar-benar akurat. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: Ucapan atau tulisan dalam perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri (Arief Furchan 1992:21).

Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini, peneliti ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian umumnya berupa kata-kata, gambar dan bukan angka yang menunjukan kuantitas. Penelitian deskriftif mengumpulkan data, menentukan dan melaporkan yang ada menurut kenyataan

1.5.1 Studi Kepustakaan

Sebelum penulis mengadakan penelitian, maka terlebih dahulu penulis melakukan studi pustaka yaitu dengan cara mencari dan membaca buku-buku atau tulisan yang berhubungan dengan objek penelitian sebagai kerangka landasan berfikir di dalam tulisan ini. Bahan tersebut berupa literatur, makalah, tulisan ilmiah, dan berbagai catatan-catatan yang berkaitan dengan judul yang bersangkutan.

1.5.2 Kerja Lapangan

(27)

1.5.3 Wawancara

Salah satu tehnik pengumpulan data dalam penelitian adalah dengan tehnik wawancara. Dalam melakukan wawancara tersebut, penulis berpedoman pada metode wawancara yang dikemukankan oleh Lin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani (2004:73) dalam bukunya yang berjudul “Observasi dan Wawancar” dimana disebutkan bahwa metode wawancara memiliki empat jenis yaitu wawancara tidak terstruktur (wawancara tidak terpimpin), wawancara terstruktur (wawancara terpimpin), wawancara bebas terpimpin (focused/semi-structured interviews) dan wawancara pribadi dan kelompok tetapi, penulis juga melakukan wawancara tidak berstruktur dan dengan sistem catat.

Sesuai dengan pendapat di atas, sebelum penulis melakukan wawancara terlebih dahulu penulis membuat daftar-daftar pertanyaan. Hal tersebut dilakukan guna memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah-masalah yang menyangkut pokok permasalahan yang dibahas oleh penulis. Dalam hal ini penulis langsung melakukan wawancara dengan informan kunci yaitu Monang Butar Butar.

(28)

1.5.4 Observasi

(29)

BAB II

SEJARAH LEMBAGA KESENIAN

RIA AGUNG NUSANTARA

2.1 Sejarah Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara

Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara adalah lembaga yang dikelola dan dimiliki perorangan. Lembaga Kesenian ini salah satu lembaga kesenian yang terdapat di kota Medan dari sekian banyak lembaga kesenian yang berdiri, Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara cukup lama bertahan yaitu sudah kurang lebih dari 22 tahun hingga saat ini. Lembaga ini memiliki Akte Notaris, Farida Hanum, S,H,, Sp.N. SK. MENKEH DAN HAM RI TGL, 24 APRIL 2001. NO. C251 HT. 03. 01-2001, seperti pada Gambar 2.1.

(30)

Gambar 2.1

Akte Notaris Pendirian Ria Agung Nusantara Medan

Akhirnya pada suatu kegitan kampus yang dilaksanakan di Pendopo, Universitas Sumatera Utara, yang pada saat itu melibatkan lembaga Kesenian Universitas Sumatera Utara atau sering disebut LK-USU menjadi media atau penghubung hingga beberapa mahasiswa ini bertemu dengan Monang Butar-Butar. Pada waktu itu beliau masih aktif pada Lembaga Kesenian Universitas Sumatera Utara mulai dari tahun 1988 dan juga tercatat sebagai mahasiswa Etnomusikologi stambuk 1988.

(31)

kesepakatan itu terjadi baru, Pada akhirnya kelompok mahasiswa ini memberi nama Ria Agung Vokal Grup Nusantara. Nama ini dibuat bertujuan untuk memberikan kecerian terhadap orang-orang yang mendengarnya yang di ketuai oleh Monang Butar-Butar dan bendahara oleh Lidia Purba dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dengan total keseluruhan anggota kurang lebih dari 12 orang saja. Kelompok ini belum memiliki pembina dan karena sifatnya hanya untuk menyalurkan minat dan bakat saja, bahkan visi dan misi belum ada pada waktu itu. Lagu-lagu yang mereka bawakan merupakan lagu-lagu yang berasal dari Batak Toba seperti Dekke Jahir, Opio dan beberapa lagu-lagu batak lainya dibawakan secara medley dengan alat musik yang masih sederhana yakni gitar dan jimbe.

Walaupun kelompok ini berbentuk vokal grup, tetapi mereka dominan ingin belajar tari juga, karena Monang Butar-Butar memiliki hubungan kerja sama dengan dosen etnomusikologi, dosen luar biasa seperti Marsius Sitohang dan orang yang memiliki kemampuan berseni seperti Janter Sagala, Dasa Manao, Martogi Sitohang, Jasa Tarigan, dan masih ada lagi yang lainnya, serta masih aktif di Lembaga Kesenian Universitas Sumatera Utara, membuat vokal grup ini mulai berkembang. Perkembangan lembaga ini pada waktu itu juga terlihat dari sudah belajar tari-tarian dan bukan hanya vokal grup saja. Tempat latihan pertama vokal grup ini adalah di Jalan Bahagia No.40. Teladan. Medan, hal ini berlanjut sampai tahun 1990.

(32)

Butar-Butar mengetuai dua Lembaga Kesenian secara bersamaan0. Baru di awal tahun 2000 diketuai oleh Anton Sitepu (wawancara, Rabu, 21 April 2011, pukul 10:00 WIB dengan Marsius Sitohang).

(33)

Pada tahun 1994 awal, Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara ini sudah memiliki misi dan visi. Adapun visinya: memperkuat kemampuan berkesenian kepada muda-mudi di Kota Medan. Adapun misinya: memberikan tempat untuk berkreasi bagi kaum muda mudi Medan, dan menjadikan seni sebagai salah satu alat pemersatu. Setelah mampu berkarir karena sudah sering diundang ke berbagai acara, seperti pesta pernikahan, ulang tahun Kodam Kota Medan, dan sudah mulai terkenal.

Ketua mengusulkan untuk Bapak Edward Silintonga tidak perlu lagi membiayai anggota kecuali jika dibutuhkan dana yang cukup besar. Namun masih tetap sebagai pembina, sampai berlanjut pada tahun 2000. Bedanya di tahun 1997 tempat mereka latihan pindah lagi ke jalan Kesaman Huddin. Pada tahun 2000 anggota berkurang menjadi 30 orang dengan pembina masih tetap Bapak Edward Silitonga, penasehat Okto Simanjuntak, ketua Monang Butar-Butar, dan bendahara Siska Uli Cempaka, yang merupakan istri dari Monang sendiri. Pergantian pengurus terjadi karena banyaknya anggota yang sudah tamat dan sudah bekerja.

Sampai saat ini tempat latihan bertempat di Jalan Bahagia. No. 60. Teladan Medan. Mulai dari tahun 1991 Lembaga Kesenian ini sudah sering ke luar negeri dimulai pada tahun 1991 kunjungan pertama mereka ialah Hongkong baru tahun-tahun berikutnya berlanjut ke Korea, Jepang, Australia, Malaysia, Singapura, Belgia, Jerman, Belanda, Prancis, Spanyol, Portugal, Thailand. Saat ini Lembaga ini tengah mempersiapkan kegiatan yang akan dibawakan bulan Mei ke Inggris.

(34)

yang berbeda-beda mulai dari yang Kuliah di Universitas Negeri Medan, Universitas Sumatera Utara, SMA Negeri 2. Medan, SMA Bayangkara, SMA Muhammaddiah bahkan yang sudah bekerja, begitu juga halnya dengan waktu bergabung ada yang sudah 2 tahun, 1 tahun dan bahkan yang baru masuk. ” saya sudah lama bergabung di lembaga ini sudah 2 tahun, ada yang masih 1 tahun juga ada yang sudah kerja tapi tetap masih anggota disini” tutur Nandra salah satu penari perempuan. Berkurangnya anggota

hal ini disebabkan kurangnya minat kaum muda untuk mencintai tradisional karena zaman sekarang sudah didominasi dengan musik barat.

2.2 Jenis Kesenian yang diproduksi oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara

Setiap bentuk usaha apapun yang dikelola manusia memiliki tujuan yang pada akhirnya adalah untuk menghasilkan keuntungan uang atau financial. Untuk menghasilkan keuntungan tersebut manusia itu melakukan output yang akan dipasarkan dan dinikmati oleh masyarakat banyak. Produksi merupakan proses atau prosedur yang digunakan untuk menciptakan barang dan jasa yang bernilai. Proses tertentu dapat secara simultan mencakup aspek-aspek fisik, insan, dan ekonomis. Proses itupun dirancang untuk mengubah seperangkat unsur-unsur input menjadi seperangkat unsur-unsur output yang spesifik (Kumarruddin 1991:11).

(35)

penguasaan materi sampai mereka mempertunjukan kesenian yang dibawakan dan di pertun jukan untuk penonton atau audiens pada waktu mereka diundang dalam setiap acara.

Produk barang dan jasa yang dihasilkan ini diharapakan dapat membawa keuntungan bagi para pelaku usaha yang begerak dibidangnya masing-masing. Khususnya dalam hal ini pihak pengelola Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara yang bergerak di bidang kesenian tradisional. Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh akan tergantung pada pengelolaan keseluruhan bagian dari lembaga mulai dari proses latihan, peguasaan materi bagi para anggota dan kemampuan dipanggung serta kemampuan dalam mepromosikan atau marketing nama lembaga.

Keberhasilan produk dan sistem pemasaranya sangat mempengaruhi keuntungan yang didapat oleh pengelola usaha tersebut. Keuntungan yang banyak akan didapat oleh pelaku usaha jika mereka memasarkan nya dengan baik dan mendapat respon baik dari masyarakat. Produk atau dalam hal ini kesenian yang sering dibawakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara adalah kesenian yang berasal dari Sumatera pada umumnya, khususnya Sumatera Utara, tetapi tidak jarang juga dari Aceh dan kadang juga Sumatera Barat.

(36)

kesenian lainya dikota Medan dengan berbagai variasi masing-masing sebagai ciri khas dari lembaganya masing-masing, seperti lembaga ini dalam penampilannya tidak menggabungkan alat musik moderen atau barat.

2.3 Visi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara

Pada umumnya untuk mencapi suatu lembaga dapat bertahan lama serta dapat menghasilkan keuntungan, lembaga itu harus memiliki visi dan misi untuk menjadikan lembaga atau usaha itu sukses baik lembaga formal maupun non-formal, demikian halnya Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, walaupun lembaga ini sudah ada sejak tahun 1988 dengan nama yang berbeda yaitu Ria Agung Vokal Grup Nusantara yang kemudian di tahun 1991 mengganti nama yaitu Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara lembaga ini belum memiliki visi misi, baru ditahun 1994 lembaga ini pun membuat visi dan misinya.

Visi yang diterapkan oleh lembaga kesenian ini ialah Untuk Melestarikan Kebudayaan Indonesia khususnya Sumatera Utara. Dengan adanya misi yang dibuat, lembaga ini berharap keseluruhan pertunjukan seni yang mereka lakukan merupakan pencintaan dan bentuk melestarikan budaya Indonesia yang ada terkhusus budaya Sumatera Utara.

2.4 Misi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara

(37)
(38)

BAB III

PENGELOLAAN LEMBAGA KESENIAN

RIA AGUNG NUSANTARA

3.1 Organisasi

Bisa dikatakan bahwa manusia selalu berhubungan dengan organisasi, bahkan sejak lahir sampai dengan meninggal pun, hampir tidak pernah lepas dari organisasi baik organisasi kecil maupun organisasi besar. Setiap lembaga atau usaha yang dibangun oleh manusia pastinya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Usaha-usaha yang dibagun oleh manusia itu sendiri difungsikan juga untuk keperluan manusia itu sendiri.

Organisasi atau usaha apapun didirikan memiliki tujuan dan manusia merupakan pihak yang paling berkepentingan terhadap didirikanya sebuah organisasi atau sebuah lembaga. Organisasi didirikan karena manusia sebagai mahluk sosial, sukar untuk mencapai tujuannya jika dilakukan semuanya secara sendiri, sehingga ia harus membutuhkan sebuah usaha-usaha tertentu. Di dalam melakukan usaha tersebutlah manusia itu harus bekerja sama dengan yang lainya dengan tugas masing-masing yang sudah disepakati bersama sehingga membentuk sebuah organisasi dan memerlukan organisasi guna mencapai tujuan yang di inginkan.

Berdasarkan pendapat Malayu S. P. Hasibuan dalam bukunya yang berjudul Organisasi dan Motivasi (1996:26) mengatakan bahwa didalam sebuah manajemen, organisasi sangatlah penting dikarenakan:

(39)

2. Organisasi merupakan wadah dan alat pelaksanaan proses manajemen dalam mencapai tujuan.

3. Organisasi adalah tempat kerjasama formal dari sekelompok orang dalam melakukan tugas-tugasnya.

4. Organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara sebagai sebuah lembaga yang bergerak dibidang kesenian yang di mana di dalamnya terdapat aktivitas-aktivitas kesenian juga melakukan kegiatan organisasi terbukti seperti yang dikemukan oleh Achmad Sobirin dalam Budaya Organisasi. Dalam kiprahnya terhadap kehidupan manusia dan dalam upayanya agar bisa diterima manusia (lingkungan masyarakat), organisasi dengan kemampuanya berusaha menciptakan nilai tambah dan berbagai output yang diharapakan dapat memenuhi kebutuhan beberapa kelompok orang yang berbeda kepentinganya. Secara umum proses penciptaan nilai tambah terjadi dalam tiga tahap yaitu: masukan (input), proses transformasi (konversi) dan keluaran (output).

(40)

3.1.1 Struktur Organisasi Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia struktur adalah susunan atau bagunan. Dalam pembahasan ini penulis akan menjelaskan bagimana susunan pengurus yang diterapkan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara. Menurut S. P. Hasibuan dalam bukunya yang berjudul Organisasi dan Motivasi (1996:26) struktur organisasi adalah suatu gambar yang mengambarkan tipe organisasi atau bagan organisasi (organization chart), pendepertemenan organisasi, kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi. Dalam hal ini yang penulis maksud adalah struktur kepengurusan dalam Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara yang menggunakan tipe Piramid yaitu: Dimana bentuk bagan organisasi yang saluran wewenangnya dari puncak pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari atas ke bawah, atau sebaliknya (2002:36).

Pada masa sekarang ini beberapa sistem pengelolaan atau manajemen dari budaya barat diambil oleh kelompok-kelompok kesenian yang terdapat di nusantara. Seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Takari:

Bentuk organisasi kesenian banyak yang menggunakan sistem organisasi Barat, Seperti adanya ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, wakil bendahara, ketua bidang musik, ketua bidang tari, tata busana, make-up, manajer panggung, dan lain-lainya. Dalam kebudayaan barat sistem manajemen seperti inidisebut sebagai sistem organisasi bentuk garis (2008:23).

Struktur organisasi rancang dan dibangun sesuai dengan perkembangan organisasi dan sesuai dengan sumber-sumber kemampuanya, biasanya disusun oleh pihak pimpinan.

(41)

dalam tahap yang sederhana dan sistemnya dibuat sendiri oleh ketua lembaga. Hal itu terlihat pada adanya ketua, bendahara, dan ketua bidangnya masing-masing seperti: penanggung jawab peralatan musik, penanggung jawab vokal, penanggung jawab make-up, penanggung jawab tari, penanggung jawab pemusik, penaggung jawab,anggota, dan administrasi.

Di samping itu sistem organisasi lembaga ini masih sangat sederhana. Sehingga lima fungsi manejemen yaitu: (1) planning, atau dalam bahasa Indonesia disebut perencanaan, yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai pada masa yang akan datang dan apa yang akan diperbuat agar dapat mencapai tujuan itu. (2) organizing, atau dalam bahasa Indonesia disebut pengorganisasian, adalah pengelompokan, dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan itu. (3) Staffing, (penentuan sumber daya manusia) yaitu menentukan keperluan kerja. (4) Motivating, yaitu mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan yang hendak dicapai. (5) Contolling, yaitu pengawasaan kegiatan dalam bentuk mengukur pelaksanaan sesuai dengan tujuan, menetapkan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan kreatif yang diperlukan (lihat Takari 2008:43).

Kurang efektif terlihat dari keseluruhan aturan dilakukan secara bersama-sama oleh anggota dan kekuasaan utama di pegang oleh ketua lembaga kesenian.

(1) Planning atau perencanaan

(42)

(2) Organizing atau pengorganisasian

Pembagia tugas yang terjadi pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara bersifat tertulis saja, hal ini terlihat karena keseluruhan anggota saling bekerja sama dan saling menjagadengan yang lain untuk melakukan tugas-tugas tanpa harus menunggu anggota yang lain yang merupakan bidang masing-masingnya. Walau memang ada penaggung jawab dalam setiap bidang namun fungsinya hanya sebagai pegawas dimana tugas yang dikerjakanya sedikit lebih banyak dibanding anggotanya untuk bertanggung jawab atas bidangnya. Namum walau sebagai ketua penaggung jawab dalam bidangnya ia juga harus membantu bidang lainya. Para pemusik dan penari bekerja sama untuk melakukan tugas-tugas bersama karena sudah dianggap bagian dari satu keluarga.

(3) Staffing atau penentuan sumber daya manusia

Karena lembaga ini bukanlah lembaga yang besar atau seperti sebuah perusahaan maka sistem yang digunakanpun untuk menentukan Sumber Daya Manusianya sangatlah berbeda. Anggota tidak yang ingin bergabung didalamnya ditentukan oleh ketua lembaga ini. Tidak ada kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh anggota yang mau bergabung namum mengenai keputusan diterima atau tidaknya diputuskan oleh manajer atau ketua pimpinan.

(4) Motivating atau pengarahan

(43)

(5) Contolling atau pengawasan

Keseluruhan pengawasaan dilakukan oleh ketua lembaga yaitu Monang Butar-Butar bersama bendahara Siska Uli Cempaka yang juga merupakan istri dari ketua lembaga ini. Semua pengawasan mulai dari hal inventaris lembaga, pelatihan, atau masalah pada waktu pertunjukan semuanya dipegang oleh ketua dan bendahara. Dan pengawasan tersebut tidak bersifat tertulis atau sebuah laporan .

Struktur yang dibuat hanya sebagai syarat terpenuhinya sekumpulan orang untuk disebut sebagai organisasi, yang pada kenyataan di dalamnya tidak dikenal namanya jalur perintah dan laporan, saling tumpang tindih pekerjaan karena seluruh bagian dalam organisasi dituntut untuk menjadi serba bisa. Pembagian tugas tersebut hanya bersifat diatas kertas saja khususnya para bagian penaggung jawab. hal ini terjadi karena semua anggota dituntut juga untuk saling menjaga dan tidak hanya mengurusi bagianya saja. hal ini juga terlihat dimana setiap penari atau pemusik juga kadang mengurusi bagian lain misalnya penanggung jawab make-up kadang mengangkat atau mengurusi pakian juga atau sebaliknya .

Berhubung anggota pada lembaga ini yang masih aktif dan bertahan berjumlah 31 Orang maka pembagian tugas juga tidak begitu spesifik, tumpang tindih bagi para penanggung jawab dan anggota sering terjadi. Masing-masing kepala satuan hanya sebagai Ketua masing-masing bidang saja yang berfungsi sebagai ketua pengarah tidak memberi pertanggung jawaban atas tugasnya kepada ketua lembaga karena keseluruhan tugas-tugas dikerjakan oleh keseluruhan anggota dalam sistem gotong royong (Lebih lanjut lihat Gambar 3.1).

(44)
(45)

3.1.2 Sistem Pembagian Honor

Setiap usaha seseorang manusia hendaknya dihargai, penghargaan itu dapat berupa materi atau sebagainya. Manusia yang bergabung dalam suatu organisasi atau lembaga yang tujuan akhir dari lembaga tersebut adalah untuk mendapatkan keuntungan maka dia akan menerima upah kerja kerasnya dari lembaga tempat ia bergabung.

Besar kecilnya penghargaan yang diterima khusunya untuk lembaga kesenian tradisional yang kadang memakai jasa seniman lain atau yang bukan menetap menjadi anggota pada organisasi atau lembaga tersebut biasanya dilihat dari seberapa terkenalnya seniman tersebut di wilayahnya. Di sisi lainya jika dia anggota tetap juga dilihat dari seberapa lama dia bergabung pada lembaga kesenian tersebut. Sementara untuk para penari cabutan pembagian upah dilakukan juga berdasarkan besar kecilnya proyek yang diterima. Pembagian honor atau pupur pada setiap kesenian tradisional biasanya tergantung besarnya proyek yang dijalankan dan tingkat kesenioritasnya, biasanya diberikan setelah penampilan selesai atau tergantung cepatnya pupur atau upah yang diberikan oleh pihak pengundang, tetapi berbeda jika ke luar negeri biasanya pupur atau upah diberikan seminggu sebelum keberangkatan. Pembagian uang pupur atau honor tidak dilakukan setiap bulan.

(46)

3.1.3 Penerimaan Anggota

Anggota dalam sebuah organisasi merupakan bagian yang sangat penting. Tanpa adanya anggota maka sistem yang diterapkan tidak akan berjalan dengan baik, tidak akan mungkin seorang ketua akan menjalankan semua pekerjaan. Seorang yang akan mendirikan sebuah organisasi apapun maka ia akan merencanakan anggota, tempat dan modal. Dalam hal ini anggota yang bergabung dalam lembaga yang diteliti oleh penulis.

Sistem penerimaan anggota pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara untuk saat ini tidak membuat target untuk jumlah anggotanya setiap tahun, lembaga ini juga tidak secara resmi membuka pendaftaran untuk para anggota, artinya siapapun yang ingin bergabung dalam lembaga ini bebas datang kapan saja, tetapi yang harus diperhatikan ialah ketekunan dalam latihan dan kesetian pada lembaga dan yang tidak kalah penting ialah penampilan yang layak atau paras cantik bagi para penari wanita. Karena lembaga ini merupakan lembaga kesenian tradisional, terbukti dari aktivitas kesenian yang sering dibawakan yaitu kesenian tradisional yang berasal dari Sumatera Utara pada khususnya, maka sebahagian para pemusik dan penari kadang menggunakan sistem cabutan. Seperti yang dikemukan oleh Muhammad Takari (2008i:

Dalam rangka penentuan sumber daya manusia atau staffing, banyak kelompok seniman tradisional Nusantara, yang membentuknya berdasarkan seniman-seniman ”cabutan.” Maksud seniman cabutan dalam tanda kutip ini, adalah seniman dari kelompok lain atau seniman yang tak terikat oleh kelompok disatu-satukan untuk memenuhi permintaan kesenian dalam satu atau beberapa kali pertunjukan.

(47)

pemain musik yang sudah mahir seperti halnya seniman tradisional yang memang keseluruhan hidupnya digunakan untuk bermusik.

Di sisi lain juga karena alasan para seniman, dimana para seniman juga ingin memperbanyak keuangannya melalui banyaknya pertunjukan. Mereka tidak mau terikat dalam satu organisasi kesenian saja juga dikarenakan karena jarang sebuah lembaga kesenian membayar upah para senimanya setiap bulan dalam jumlah tertentu atau gaji d dalam perusahan yang menetap tanggal terima dan jumlahnya, hal itu terjadi khususnya bagi para pemusik. ”Saya pernah ikut menari di Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara, memang baru sekali, entah apa yang membuat mereka meminta saya untuk ikut menari pada sebuah acara waktu itu, tapi dengar-dengar karena mereka kekurangan anggota, soalnya konsep untuk pertunjukan mereka pada waktu itu menari sambil menyanyi pada acara 17 Agustus di rumah Gubernuran’’ tutur Jerry yang merupakan mahasiswa Etnomusikologi (wawancara, Senin, 5 Juni 2011, pukul 11:00 Wib)

’’Saya bukan anggota tetap di situ (Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara), saya juga bukan pemain dan anggota tetap di lembaga yang lain, tetapi saya cuma kadang dipanggil, untuk mengisi acara yang mengatasnamakan lembaga itu. Jika sesuai dengan honorya, ya saya terima, karena memang itulah pekerjaan saya’’ tutur Marsius Sitohang (wawancara, Rabu, 21 April 2011, pukul 10:00 Wib)

3.1.4 Sistem Pendanaan

(48)

namun menjelang tahun 1994 mereka tidak lagi meminta dana dari Bapak Edward Silitonga, hal ini disebabkan karena sudah mulai banyaknya tawaran yang diterima, sehingga mereka menganggap khususnya ketua lembaga ini tidak perlu memberatkan Bapak Edward Silitonga dan juga ingin mandiri, kecuali jika mereka membutuhkan dana yang cukup besar dan ada keperluan mendadak.

Hal itu berlanjut sampai saat ini. Namum jika diundang atau mereka dibawa oleh walikota medan keluar negeri yang membiayai sepenuhnya ialah wali kota dengan pihak yang mengundang, mulai dari pengurusan pass vord, tiket serta akomodasi, uang saku dan biaya makan semuanya ditanggung.

3.2 Pelatihan

Pelatihan merupakan kegiatan yang direncanakan, dilaksanakan secara sistematis sesuai dengan materi yang dibutuhkan. Di dalam melakukan latihan, materi yang dilatih bukan harus materi yang diminta oleh sang pengundang saja, tetapi lain dari pada itu juga mempelajari materi lain sebelum memasuki materi yang akan difokuskan hal ini dilakukan untuk memperbanyak pengetahuan tari dan sebagai pemanasan.

(49)

penguasaan panggung pada saat pertunjukan adalah unsur yang dituntut harus dikuasai oleh para anggota khususnya penari dan tempo serta penguasaan materi untuk pemusik.

Khusunya bagi para penari, hal ini disebabkan karena mereka tidak melihat panggung secara langsung. Pada waktu pelatihan ini juga setiap anggota dibentuk mentalnya untuk siap menerima kritikan dari pelatih dan teman jika melakukan kesalahan yang bertujuan untuk membagun ke arah yang lebih baik. Sebelum dilakukan latihan terlebih dahulu para penari melakukan pemanasan yaitu dengan lonjat-lonjat diatas tali, hal ini dilakukan sebagai syarat utama sebelum melakukan latihan guna mencegah terjadinya keseleo pada kaki pada waktu menari. Pemanasan dilakukan kurang lebih 10 menit sebelum memasuki latihan, dan hal wajib dilakukan oleh setiap anggota setiap kali mengikuti latihan.

3.2.1 Jadwal Latihan

(50)

3.2.2 Tempat Latihan

(51)

Gambar 3.2 Denah

Keterangan gambar:

Tempat latihan Ruangan dapur Tempat alat musik Ruang tamu Ruang depan sebagai warnet Pintu masuk/gerbang Teras rumah Ruang tidur Jalan raya Tembok sekeliling rumah

(52)

3.2.3 Pelatih

Untuk melatih anggota yang belum menguasai materi dibutuhkan pelatih yang memiliki kemampuan lebih dari anggota sehingga para anggota mampu menerima materi yang diajarkan dengan cepat. Di dalam melatih para anggota pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara khusunya tari dalam menguasai gerak dasar adalah Monang Butar-Butar, setelah semua anggota mengetahui gerak dasar barulah ketua lembaga mempercayakan sebahagian pada anak didik yang lebih menguasai materi dan biasanya lebih senioritas untuk melatih para anggota lain yang belum menguasai materi dasar sebelum berlanjut untuk materi berikutnya.

Sedangkan untuk para pemusik kebanyakan dari mereka biasanya sudah saling mengetahui materi yang mereka pelajari sehingga sesama pemusiklah yang menentukan dan saling belajar sedangkan untuk vocal biasanya terlebih dahulu mereka mendengarkan lagu-lagu yang akan dipelajari melalui kaset atau CD yang diputar tetapi semua perintah berasal dari pimpinan lembaga. Untuk setiap latihan mereka hanya menggunakan kurang lebih 5 menit untuk setiap istirahat, jika ada murid yang masih belum latihan padahal waktu latihan sudah mulai, maka senior akan menegurnya. Sementara untuk murid yang akan telat datang haruslah memberi pemberitahuan sebelumnya tetapi bagi mereka yang tidak hadir tampa pemberitahuan akan ditegur besoknya.

3.2.4 Alat Musik yang Digunakan

(53)

Seperti yang dilakukan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara adapun alat musik yang digunakan untuk setiap latihan adalah menggunakan musik rekaman, tape, cd berisi lagu-lagu dan tari-tarian yang kadang disertai video atau bahkan hanya musiknya saja yang merupakan milik lembaga ini. Musik rekaman inilah yang digunakan pada waktu latihan atau bahkan ketika mereka tidak membawakan musik secara liveatau langsung.

Hal ini dilakukan lebih efektif karena jika menggunakan musik langsung dengan pemusik akan terlalu kewalahan karena biasanya terjadi pengulangan-pengulangan untuk satu tarian. Pengulangan-pengulangan sering terjadi ketika para penari tidak hafal dengan gerak, sehingga akan diulang atau kurangnya kekompakan pada setiap diri penari. Karena jika menggunakn musik secara langsung maka akan memungkinkan para pemusik kewalahan sehingga mereka menggunakan musik rekaman dimana musik yang sudah ada dalam bentuk kaset atau CD tersebut memilik kemampuan yang tidak terbatas untuk diputar berulang-ulang.

Berbeda jika mereka meggunakan musik secara langsung (live) untuk latihan atau ketika mereka sedang melakukan pertunjukan, hal itu tergantung dengan tarian serta musik yang mereka bawakan misalnya ensambel gondang sabangunan yang terdiri dari tagading, gordang, gong 4 buah yaitu (oloan, panggora, ihutan, dan goal) sarune bolon, dan hesek.

3.2.5 Pemusik

(54)

terjadi jika seorang pemain musik yang bersangkutan memiliki kendala disamping itu hal ini terjadi karena sebahagian anggota khusunya pemusik kurang menguasai materi musik.

Biasanya para pemain pemusik cabutan ini lebih banyak dilakukan jika acara keluar negeri atau nasional karena hal ini akan mempengaruhi nama lembaga kesenian yang diundang, artinya untuk tampil di luar negeri persiapan dan berform atau pertunjukan lebih baik lagi ketimpang dalam negeri karena di luar negeri melibatkan orang-orang luar negeri serta menjaga nama baik lembaga. Disamping itu juga tergantung pada materi yang dibawakan, kadang penari di saat menari membawa alat musik seperti rebab misalnya pada tarian Zapin.

(55)

Deskripsi masing-masing pemain musik:

Nama Keterangan Muller Turnip   menguasai instrumen : Sarune, Suling, Taganing,

Garantung,Hasapi Toba

Thomas Saragih   accordion, Hasapi Toba, Garantung, Guitar,Piano, Organ, Gendang Padang, Talempong, gendang simalungun, gendang Karo, Gordang Toba, Gordang Sambilan, Gendrang Pakpak, Vokal

Monang Butar-butar   Taganing Toba, Garantung, Hasapi Toba, semua alat musik Gendang budaya Sumatera, Gambus Melayu, Talempong, kalondang Pakpak Dairi, Piano, Organ

Bertua sitanggang  seluruh instrumen Toba, Gendang Karo, seluruh alat musik tiup Budaya Sumatera.

Alcoboy  alat musik Minangkabau, dan beberapa alat musik Sumatera Utara seperti Hesek dan Gong

Willy   Talempong, seluruh alat musik Gong Sumatera, Gondang Sambilan

Aby  Talempong, Gong, Doal, Guitar

Udur Jagar  seluruh alat musik Gendang Sumatera, Guitar, Hasapi

3.2.6 Penari

(56)

Daftar nama-nama penari

(57)

Deskripssi masing-masing penari:

Nama Penari Perempuan Tarian yang dikuasai Ika Pratiwi pandai menari tarian

persembahan Melayu, tari Biring Manggiis, tari

tortor Batak, Dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas

( 18 tahun)

Puji Tan pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggiis, tari tor-tor Batak, Dara Zapin, Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas (19 tahun) Nandra pandai menari tarian

Persembahan Melayu, tari Biring Manggiis, tari tor-tor Batak, Dara Zapin, Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas (20 tahun) Elsa Grace pandai menari tarian

Persembahan Melayu, tari Biring Manggis, Tari Tortor Batak, Dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas (19 tahun ) Virza Isnaini dapat menari tarian

Persembahan Melayu dan Biring Manggis (16 tahun) Diana Hairani dapat menari tarian

(58)

Biring Manggis (17 tahun ) Wirda dapat menari tarian

Persembahan Melayu dan Biring Manggis(18 tahun) Malianti dapat menari tarian

Persembahan Melayu dan Biring anggis (17 tahun) Siti Sarah pandai menari tarian

Persembahan Melayu, tari Biring Manggis, Tari Tortor Batak, Dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Saman, Serampang Dua Belas dan Si Hutur Sanggul (21 tahun) Jesika dapat menari tarian

Persembahan Melayu dan Biring Manggis ( 17 tahun) Tria Rizky pandai menari tarian

Persembahan Melayu, tari Biring Manggis,Tari Tortor Batak, Dara Zapin ,Si Hutur Sanggul, Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas (24 tahun)

Ainul Husni pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggis, Tari Tortor Batak, Dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas dan Si Hutur Sanggul (22 tahun) Martina Harahap dapat menari tarian

(59)

Pitri Ani Sopian dapat menari tarian

Persembahan Melayu, Saman, Si Hutur Sanggul, Tortor Batak dan Biring Manggis dan Tarian yang berasal dari Sumatera Utara (18 tahun) Siska Uli Cempaka Istri Monang Butar-butar

pandai menari tarian Persembahan Melayu, tari Biring Manggis, tari Saman, Tortor Batak, dara Zapin , Alam Babega, Cawan,

Serampang Dua Belas dan tari Si Hutur Sanggul dan tarian yang berasal dari Sumatera Utara(35 tahun)

Nirna Marpaung dapat menari tarian

Persembahan Melayu, Tortor Batak dan Biring Manggis (22 tahun)

Diana Septiana dapat menarikan tari

Persembahan Melayu(18 tahun Nova Rizky pandai menari tarian

Persembahan Melayu, tari Biring Manggis, Tari Tortor Batak, Dara Zapin , Alam Babega, Cawan, Serampang Dua Belas dan

(60)

Nama Penari Laki-Laki Tarian yang dikuasai Aby dapat menarikan tarian Tortor

Batak, Alam

Babega,Saman,Serampang Dua Belas, Si Hutur Sanggul dan Silat (20 tahun)

Willy dapat menarikan tarian Tortor Batak, Alam

Babega,Saman,Serampang Dua Belas, Si Hutur Sanggul, Biring Manggis, Silat dan tarian yang berasal dari Sumatera Utara (17 tahun)

Alcoboy dapat menarikan tarian Tortor Batak, Alam

Babega,Saman,Serampang Dua Belas, Si Hutur Sanggul, Biring Manggis dan Silat (19 tahun

Rizky dapat menarikan tarian Tortor batak (19 tahun)

Yono dapat menarikan tarian Tortor batak (21 tahun)

Wikky Prayoga dapat menarikan tarian Tortor Batak, Alam

Babega,Saman,Serampang Dua Belas, Si Hutur Sanggul dan Silat (20 tahun)

Masri dapat menarikan tarian Biring Manggis (18 tahun)

(61)

Andi Gunawan dapat menarikan Tarian Biring Manggis dan Si Hutur Sanggul dan Serampang Dua Belas (22 tahun)

Sumber : facebook, 21 Agustus 2011

3.3 Produksi

Produksi setiap proses atau prosedur yang digunakan untuk menciptakan barang atau jasa yang mempunyai kegunaan atau nilai. Proses tertentu dapat secara simultan mencakup aspek-aspek fisik, insan, dan ekonomis. Proses itupun dirancang untuk mengubah seperangkat unsur-unsur input menjadi seperangkat unsur-unsur-unsur-unsur output yang spesfik (Kumaruddin 1991:11) dalam bukunya yang berjudul Asas Asas Menejemen Produksi.

(62)

3.3.1 Tahap-Tahap Produksi

Pada Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara kesenian (musik dan tari serta vokal) yang sering mereka bawakan atau tampilkan ketika diundang untuk mengisi suatu acara adalah jenis kesenian yang sudah ada dikemas kembali, seperti Gondang Hasapi misalnya, tarian Persembahan, tari Gandang, tari Tor-Tor Tunggal Panatuan, Tot-Tor Cawan serta lagu-lagu seperti Soleram, Dekke Jahir, Opio atau lagu-lagu opera batak yang dibawakan secara medley biasanya mereka langsung mempelajari tarian terlebih dahulu melalui video yang sudah ada sebelumnya, setelah mempelajari gerak dengan hitunganya, baru mereka memainkan dengan musik rekaman jika menggunakan musik rekaman. Sedangkan untuk lagu-lagu mereka biasanya akan mendengarkan liriknya terlebih dahulu dinyanyikan oleh pelatih atau melalui media rekam, baru membuat musiknya dengan alat musik seperti gitar.

3.3.2 Produksi Musik

(63)

3.3.3 Pemasaran Produk

Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan meyerahkan barang dan jasa konsumen dan perusahaan. Orang pemasaran melakukan pemasaran dari 10 jenis wujud yang berbeda: barang , jasa, pengayaan pengalaman, orang, tempat, kepemilikan, organisasi, informasi dan gagasan.

Dari 10 ruang lingkup pemasaran diatas menurut penulis bahwa Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara memasararkan produk dalam wujud jasa, yaitu jasa mencakup hasil kerja perusahaan penerbangan, hotel, penyewaan mobil, orang yang melakukan pemeliharaan dan perbaikan, juga para professional seperti akuntan, pengacara, insinyur, dokter dan konsultan keuangan. Dan menurut penulis bahwa pertunjukan yang dilakukan oleh Lembaga Ria Agung disetiap pertunjukan adalah salah satu bentuk jasa yaitu untuk menghibur orang banyak. Setiap kesenian yang mereka bawakan diharapkan memberi hiburan buat para yang penontonya khusunya para pihak pengundang.

Menurut Sunarto dalam bukunya “Pengantar Manajemen Pemasaran” (2006 : 4-5) Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelakasanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran individu dan organisasi.

(64)

Dalam kasus perusahaan swasta, tujuan utama adalah laba; dalam kasus organisasi public dan nirlaba, tujuan utama adalah bertahan hidup dan menarik cukup dana guna melakukan yang bermanfaat.

Setiap lembaga yang dikelola oleh setiap manusia baik lembaga yang besar atau kecil jika ingin mendapatkan laba atau keuntungan haruslah memiliki startegi pemasaran yang berbeda dengan yang lainya. Untuk konsep bersaing seperti yang dikemukan oleh Sunarto yakni ada empat konsep bersaing yang dijadikan sebagai pedoman organisasi melakukan pemasaran: konsep produksi, konsep produk, Konsep penjualan, dan konsep pemasaran.

Konsep yang digunakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara ialah konsep pemasaran, konsep ini menegaskan bawha kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan oleh perusahaan atau lembaga tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai kepada sasaran pasar yang terpilih. Konsep pemasaran inipun telah diekspresikan dalam cara yang beraneka ragam:

- “temukan keinginan dan penuhilah” - “cintailah pelanggan, bukan produk” - “lakukan dengan cara anda”.

(65)

terhadap pihak pengundang kami sehingga berharap jika mereka akan memakai kami kembali” tutur Monang Butar-Butar (wawancara, Senin, 13 Desember 2010).

Menurut Porter dalam buku yang berjudul Pengantar Manajemen Pemasaran, Strategi adalah sebagai penciptaan posisi unik dan bernilai yang mencakup perangkat unik dan berbeda. Dalam hal ini bagaimana cara lembaga ini untuk dikenal oleh masyarakat sehingga mereka memiliki mitra atau kerja sama untuk mereka dapat dipakai atau bagaimana cara lembaga ini menyalurkan produk mereka dimana mereka sebagai produsen ke konsumen atau pemakai jasa (pihak pengundang).

(66)

BAB IV

DESKRIPSI PERTUNJUKAN SENI

4.1 Seni Pertunjukan

Menurut buku yang berjudul Masyarakat dan Kesenian di Indonesia (2008: 6) seni pertunjukan yang didukung oleh musik, tari dan teater menjadi satu bahagian dari konsep estetika. Musik sendiri adalah sebuah aktivitas yang material dasarnya adalah bunyi-bunyian yang mengandung nada dan ritem tertentu. Sementara tari menggunakan medium utamanya yaitu gerik tubuh manusia, dan teater melibatkan berbagai medium baik bunyi-bunyian, gerak-gerik, alam sekitar maupun bahasa dan sastera. Dalam seni pertunjukan biasanya satu genre tertentu telah memuat unsur musik atau tari dan teater sekaligus. Namun, ada yang mengandung hanya satu bidang saja .

(67)

para penari untuk mempercepat tarianya. Semua musik dan tari atau jika membawakan vokal grup yang dibawakan oleh lembaga ini didukung oleh musik. Tari dan musik yang dibawakan dikemas dengan konsep seni pertunjukan yaitu bertujuan untuk menghibur para penonton atau pihak pengundang. Pertunjukan yang mereka bawakan tidak mengarah atau dinikmati untuk satu suku tertentu tetapi untuk umum.

Hal itu terlihat dari ketika misalnya ada perkawinan orang melayu yang mengundang mereka, mereka tidak hanya membawakan tarian yang berasal dari melayu saja tetapi juga tarian yang berasal dari suku atau etnis lainya dengan waktu pertunjukan yang sudah ditentukan oleh pihak pengundang. Disamping itu tema-tema pertunjukan seninya tidak jauh dari latar belakang yang erat hubunganya dengan pandangan hidup, pergaulan, maupun kegiatan atau kehidupan sehari-hari.

Di dalam hal ini penulis akan mendeskripsikan beberapa jenis kesenian sebagai sampel penelitian karena kesenian ini lebih sering dibawakan dalam pertunjukan seni yang dilakukan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara. Deskripsi ini dilakukan berdasarkan dari hasil video dokumentasi yang diamati oleh penulis.

4.2 Tari

(68)

Pengertian tari dalam konteks bahasa dan budaya melayu Indonesia dan Malaysia memiliki berbagai makna. Yang pertama tari adalah gerakan badam atau serta tangan dan kaki berirama mengikuti rentak musik. Dalam pengertian ini tari sangat berkaitan dengan irama (ritme dan melodi) musik. Biasanya jika ada aktivitas tari selalu menggunakan musik dalam budaya melayu. Jarang ditemukan tari yang berdiri sendiri tanpa diiringi musik.

Tari yang dibawakan oleh Lembaga Kesenian Ria Agung Nusantara merupakan tari yang tidak terlepas dari keberadaan iringan musik dan bertemakan tentang kehidupan sehar-hari. Musik berfungsi untuk mengiringi tarian, pergantian dari satu gerak atau motif tari menuju ke gerak selanjutnya dipengaruhi oleh iringan musik. Semakin cepat musik dimainkan, maka gerak tarian juga akan semakin cepat dan sebaliknya hal ini tergantung tarian yang mereka bawakan. Di dalam menarikan setiap tarian, anggota dituntut untuk menjiwai tarian yang diperagakan sehingga tidak kelihangat kaku tetapi lebih natural.

Ekspresi wajah dan kelenturan tubuh sangat ditekankan didalam membawakan setiap tarian. Salah satu motif tari yang paling asas adalah mengespresikan dan mengkomunikasikan emosi. Manusia dan juga beberapa jenis hewan selalu menari dengan cara menyalurkan perasaan. Motif tari ini bukan saja diperkuat oleh gerakan meloncat, menghentakkan kaki dan melompat lompat namun juga didukung oleh emosi yang intens. Penari dituntut untuk dapat mengkomunikasikan tema tarian yang dibawakan sehingga para penonton dapat terhibur.

4.2.1 Deskripsi Tari yang sering Dibawakan

Gambar

GAMBAR LAMPIRAN….…………………………………………….…………………......120
Gambar 2.1
Gambar 3.2 Denah
Gambar 4.1 Kostum Penari Persembahan Melayu Sumber: Ria Agung Nusantara Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kita pergunakan link video yang sudah dicopy embed linknya pada Gambar 16, maka di course anda, anda melakukan klik pada Add activity or resource sehingga akan muncul menu

Lingkungan kerja adalah seluruhalat, fasilitas yang digunakan oleh karyawan ditempat kerja dalam rangka melaksanakan pekerjaannya (Sedarmayani, 2011).Sedarmayanti

Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman (eksternal) yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan (internal)

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan

Ana cukup sensitif untuk mendektisi adanya SLE , hasil yang positif terjadi pada 95% penderita SLE tetapi ANA tidak spesifik untuk SLE saja karena ANA

Dengan demikian, teori Syah}ru>r tersebut, tidak hanya berimplikasi terhadap hukum Islam dalam bidang kesetaraan gender dan agama, melainkan juga dalam bidang-bidang yang

Berdasarkan hasil analisis survival menggunakan Cox PH terhadap 7 variabel prediktor yaitu gender, status kerja, umur, harga, kualitas layanan, produk dan switching barrier

Ada satu tahap reaksi atau lebih (dalam mekanisme reaksi) yang berada pada kondisi quasi- equilibrium, yang berlangsung sangat cepat dibandingkan dengan tahap yang lain.