SKRIPSI
Oleh: Desi Almaqfirah NIM: C34213073
Dosen Pembimbing : Dr. Iskandar Ritonga, M.Ag
NIP. 196506151991021001
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
NIM
Fakultas/Prodi
Judul Skripsi
c34213073
Ekonomi dan Bisnis Islam / Ekonomi Syariah
Analisis Sharia Compliance terhadap Implementasi
Akad Mu(arabalt Muflaqah dalam Produk Simpanan Deposito Mudharabah' pada
KCP
BRI
Syariah Sepanjang SidoarjoDengan srurgguh-sungguh menyatakan bahwa skripsi
ini
secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali padh bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.Surabay4 06 April2017
Saya yang menyatakan,
Desi Almaqfirah
c342t3073
Surabaya,06 April 2017 Pembimbing,
tll
LEMBAR PERN}'ATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Ampel Sumbaya, yaog bertandatangan di bawah ini, saya:
Nama
NIM
FakultasfJuusan
E-maii address
,P_s*._S133Sfi "...*,_
: C3A13073
: FEBI
/
Ekonomi Syariah:
desi.almaq frrah@;yahoo.comDemi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetuiui unhrk membetikan kepada Peqpustakaan
UIN Sunan Ampel Sutabaya, Hak Bebas Royalti Noa-Eksldusif atas karya ilmiah ;
dskripsi
-E
Tesis [] Disertaii n
Lain-lain(
.-
.
) yang beriudul :ANALISIS SHARIA
COMPLTANCETERHADAP IMPLRMENTASI
AKAI}MW.RABAH
TUTLITLAQAII DALAI\,IPRODI]K
SIMPAI{A}I
DEPOSITOMWTTARABATTPADA KCP BRI SYARIAH SEPA}IIA}IG SIDOARIO
Beserta perangkat vang clipe.dukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Ro,valti Non-Ekslusif ini
Perpustakaan
UIN
Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelolanya dalam bennrk pangkalandata
(database), tnendistribtrsikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fuIltextur*tk kepentingan akademis tanpa pedu meminta iiin dari saya selama tetap mencantumkan nama seya sebagai penulis,/pencipta dan atau penerbit yang bersargkutan.Saya betsedia uutuk menan&+rng secara pribadi, t*npa r:relibatkan pihak Perpustakaan UIN
Sunan Ampel Sumbaya, segala bentuk tuntutarr hukufn yang timbui atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya iimiah saya ini.
Demikian pefilyataar ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 12Jvn12017
Penulis
4
v
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Analisis Sharia Compliance terhadap Implementasi Akad Mud{a>rabah Mut{laqah dalam Produk Simpanan Deposito Mudharabah pada KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo” ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana implementasi akad mud{a>rabah mut{laqah dalam produk simpanan deposito mudharabah pada KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo dan bagaimana analisis sharia compliance terhadap implementasi akad mud{a>rabah mut{laqah dalam produk simpanan deposito mudharabah pada KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo.
Penelitaian ini menggunakan pendekatan studi kasus pada objek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumentatif dan wawancara langsung dengan customer service, manager operational dan pimpinan cabang pembantu sebagai pihak yang menangani proses transaksi produk simpanan deposito mudharabah. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi secara mendalam terkait permasalahan yang peneliti angkat. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR TRANSLITERASI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 12
C. Rumusan Masalah ... 13
D. Kajian Pustaka... 13
E. Tujuan Penelitian ... 18
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 18
G. Definisi Operasional ... 19
H. Metode Penelitian ... 20
I. Sistematika Pembahasan ... 27
BAB II SHARIA COMPLIANCE, KONSEP AKAD MUD{A>RABAH DAN DEPOSITO MUDHARABAH ... 29
A. Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance) ... 29
1. Pengertian Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance) ... 29
2. Ketentuan Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance) ... 32
3. Mekanisme Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance) ... 33
4. Peran Dewan Pengawas Syariah ... 35
B. Konsep Akad Mud{a>rabah ... 43
1. Pengertian Akad Mud{a>rabah ... 43
2. Dasar Hukum Mud{a>rabah ... 43
3. Ketentuan Umum Tabungan Mud{a>rabah ... 45
4. Jenis-Jenis Mud{a>rabah ... 46
C. Konsep Deposito Mudharabah dan Konsep Bagi Hasil ... 50
1. Deposito Mud{a>rabah ... 50
2. Konsep Bagi Hasil ... 55
BAB III SHARIA COMPLIANCE DAN IMPLEMENTASI AKAD MUD{A>RABAH MUT{LAQAH DALAM PRODUK SIMPANAN DEPOSITO MUDHARABAH DI KCP BRI SYARIAH SEPANJANG SIDOARJO ... 62
A. Gambaran Umum KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo ... 62
1. Sejarah Berdirinya KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo .. 62
2. Visi dan Misi KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo ... 65
3. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo ... 66
B. Implementasi Akad Mud{a>rabah Mut{laqah dalam Produk Simpanan Deposito Mudharabah pada KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo... 69
C. Implementasi Sharia Complance pada Akad Mud{a>rabah Mut{laqah dalam Produk Simpanan Deposito Mudharabah pada KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo ... 86
BAB IV ANALISIS SHARIA COMPLIANCE TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD MUD{A>RABAH MUT{LAQAH DALAM PRODUK SIMPANAN DEPOSITO MUDHARABAH ... 93
A. Analisis Implementasi Akad Mud{a>rabah Mut{laqah dalam Produk Simpanan Deposito Mudharabah pada KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo ... 93
BAB V PENUTUP ... 121
A. Kesimpulan ... 122
B. Saran ... 124
DAFTAR PUSTAKA ... 126
DAFTAR TABEL
1.1Pendapatan Simpanan Deposito Mudharabah Tahun 2015 ... 8
1.2Pendapatan Simpanan Deposito Mudharabah Tahun 2017 ... 8
2.1 Aspek Sharia Compliance pada Produk Simpanan Deposito Mudharabah ... 60
DAFTAR TRANSLITERASI
Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
A. Konsonan
No Arab Indonesia Arab Indonesia
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ’ b t th j h} kh d dh r z s sh s} d} ط ظ ع غ ف ق ك ل م ت و ه ء ي t} z} ‘ gh f q k l m n w h ’ y
Sumber: Kate L.Turabian. A Manual of Writers of Term Papers, Disertations (Chicago and London: The University of Chicago Press, 1987).
B. Vokal
1. Vokal Tunggal (monoftong)
Tanda dan
Huruf Arab
Nama Indonesia
ـــــــ
ـ
fath}ah aــــــــ
kasrah iــــــــ
d}ammah uCatatan: Khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika hamzah berh}arakat sukun atau didahului oleh huruf yang berh}arakat sukun. Contoh:
2. Vokal Rangkap (diftong)
Tanda dan
Huruf Arab Nama Indonesia Ket.
ْ يــــ
fath}ah dan ya’ ay a dan yْ وـــــ
fath}ah dan wawu aw a dan wContoh : bayna ( نيب )
: mawd}u>‘ ( عوضوم )
3. Vokal Panjang (mad)
Tanda dan Huruf Arab
Nama Indonesia Keterangan
اــــ
fath}ah dan alif a> a dan garis di atasيـــ
kasrah dan ya’ i> i dan garis di atasوــــ
d}ammah dan wawu u> u dan garis di atasContoh : al-jama>‘ah ( ةعامجلا )
: takhyi>r ( رييخت )
: yadu>ru ( رودي )
C. Ta’ Marbut}ah
Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua :
1. Jikahidup (menjadi mud}a>f) transliterasinya adalah t. 2. Jikamati atau sukun, transliterasinya adalah h.
Contoh : shari>‘at al-Isla>m (ماسااْةعيرش)
: shari>‘ah isla>mi>yah (ْةيماسإْةعيرش)
D. Penulisan Huruf Kapital
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan
bank sebagai tempat untuk melakukan transaksi keuangannya. Mereka
menganggap bank merupakan lembaga yang aman dalam melakukan
berbagai macam aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang sering
dilakukan masyarakat di negara maju dan negara berkembang antara lain
aktivitas penyimpanan dan penyaluran dana. Oleh karena itu, di negara
maju bank menjadi lembaga yang sangat strategis dan memiliki peran
penting dalam perkembangan perekonomian negara juga dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat. Sedangkan di negara berkembang, kebutuhan
masyarakat terhadap bank tidak terbatas pada penyimpanan dan penyaluran
dana tetapi juga pada pelayanan jasa yang ditawarkan oleh bank.1
Bank dapat menghimpun dana masyarakat secara langsung dari
nasabah. Bank merupakan lembaga yang dipercaya oleh masyarakat dari
berbagai kalangan dalam menempatkan dananya secara aman. Oleh karena
itu bank berperan menyalurkan dananya kepada masyarakat. Bank dapat
memberikan pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan dana.
Masyarakat dapat secara langsung mendapat pinjaman dari bank, sepanjang
peminjam dapat memenuhi persyaratan yang diberikan oleh bank. Pada
dasarnya bank mempunyai peran dalam dua sisi, yaitu menghimpun dana
secara langsung dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus unit) dan
menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang kekurangan dana
(defisit unit) untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga bank disebut
sebagai Financial Depository Institution.2
Bank syariah di Indonesia lahir sejak 1992. Bank syariah pertama di
Indonesia adalah Bank Muamalat Indonesia. Pada tahun 1992 hingga 1999,
perkembangan Bank Muamalat Indonesia masih tergolong stagnan. Namun
sejak adanya krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 dan
1998, maka para bankir melihat bahwa Bank Muamalat Indonesia (BMI),
satu-satunya bank syariah di Indonesia, tahan terhadap krisis moneter. Pada
tahun 1999, berdirilah bank Syariah Mandiri yang merupakan konversi dari
Bank Susila Bakti. Bank Susila Bakti merupakan bank konvensional yang
dibeli oleh Bank Dagang Negara, kemudian di konversi menjadi Bank
Syariah Mandiri, bank syariah kedua di Indonesia. Pendirian Bank Syariah
Mandiri menjadi pertaruhan bagi bankir syariah. Bila BSM berhasil, maka
bank syariah di Indonesia dapat berkembang. Sebaliknya, bila BSM gagal,
maka besar kemungkinan bank syariah di Indonesia akan gagal. Hal ini
disebabkan karena BSM merupakan bank syariah yang didirikan oleh Bank
BUMN milik Pemerintah. Ternyata BSM dengan cepat mengalami
perkembangan. Pendirian Bank Syariah Mandiri diikuti oleh pendirian
beberapa bank syariah atau unit usaha syariah lainnya.3
Menurut UU No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 (ayat 7) Bank syariah
merupakan bank yang menjalankan aktivitas usahanya dengan
menggunakan landasan prinsip-prinsip syariah yang terdiri dari BUS (Bank
Umum Syariah), BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah), dan UUS
(Unit Usaha Syariah). Menurut UU No. 21 Tahun 2008 Bank Umum
Syariah adalah bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan Unit Usaha Syariah menurut
pasal 1 (ayat 10) adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dan kantor atau unit
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah, atau unit
kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi
sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu Syariah dan/atau unit
Syariah.4
Bank Syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan bank
konvensional. Bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para
nasabahnya. Dalam sistem operasional bank syariah, pembayaran dan
penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Bank syariah
tidak mengenal sistem bunga, baik bunga yang diperoleh dari nasabah
yang meminjam uang atau bunga yang dibayar kepada penyimpan dana di
3 Ibid., 31.
bank syariah.5 Sebagaimana dalam al-Qur’an surat ar-Rum ayat 39 yang
berbunyi :
َكَز نِّم مُتۡ يَ تاَء ٓاَمَو َِّۖٱ َدنِع ْاوُبۡرَ ي َََف ِساَنلٱ ِلَٰوۡمَأ ِِٓ ْاَوُ بۡرَ يِّل اِّر نِّم مُتۡ يَ تاَء ٓاَمَو
َنوُديِرُت ةٰو
َه ۡجَو
َف َِّٱ
نوُفِعۡضُم
ۡلٱ
ُمُ َكِئ
َٰٓلْوُأ
)
٩٣
(
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.6
Bank Syariah dalam klasifikasi penghimpunan dananya yang utama
tidak didasarkan atas nama produk melainkan atas prinsip yang digunakan.
Dalam Fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 M
yang menyatakan bahwa keperluan masyarakat dalam peningkatan
kesejahteraan dan dalam penyimpanan kekayaan, pada masa kini,
memerlukan jasa perbankan; dan salah satu produk perbankan di bidang
penghimpunan dana dari masyarakat adalah tabungan, tabungan yaitu
simpanan dana yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.7 Selain itu
bank wajib menerapkan prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian dalam
kegiatan usahanya melakukan penghimpunan dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan investasi.8
5 Ibid., 32.
6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2010), 408. 7Dewan Syariah Nasional MUI, Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 02/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Tabungan.
8Sarip Muslim, Akuntansi Keuangan Syariah: Teori dan Praktik (Bandung: Pustaka Setia, 2015),
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 03/DSN-MUI/IV/2000
tentang deposito menyatakan bahwa keperluan masyarakat dalam
peningkatan kesejahteraan dan dalam bidang investasi, pada masa kini,
memerlukan jasa perbankan, dan salah satu produk perbankan di bidang
penghimpunan dana dari masyarakat adalah deposito, yaitu simpanan dana
berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Selain itu Fatwa
Dewan Syariah Nasional No: 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang Deposito juga
menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan yaitu deposito yang
berdasarkan prinsip mudharabah.9
Investasi mud{a>rabah ada dua jenis diantaranya, mud{a>rabah mut{laqah
yaitu pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu
kepada bank syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan
dengan tempat, cara maupun objek investasinya. Dengan kata lain, bank
syariah mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam
menginvestasikan dana mud{a>rabah mut{laqah ini ke berbagai sektor bisnis
yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan. Sedangkan dalam
mud{a>rabah muqoyyadah, pemilik dana memberikan batasan atau
persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam mengelola investasinya,
baik yang berkaitan dengan tempat, cara, maupun objek investasinya.
Dengan kata lain, bank syariah tidak mempunyai hak dan kebebasan
9Dewan Syariah Nasional MUI, Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 03/DSN-MUI/IV/2000
sepenuhnya dalam menginvestasikan dana mud{a>rabah muqoyyadah ini ke
berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan.10
Sebagaimana kita ketahui salah satu bank syariah yang menjalankan
produk simpanan deposito mudharabah salah satunya adalah KCP BRI
Syariah Sepanjang Sidoarjo. KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo
merupakan salah satu kantor cabang pembantu di kabupaten Sidoarjo yang
bertempat di Jl. Ngelom Raya No. 62, RT.02/RW.03 Kelurahan Sepanjang
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur – 61257. Kantor Cabang Pembantu BRI
Syariah Sepanjang Sidoarjo didirikan pada tanggal 13 mei 2013.
Produk di KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo untuk funding sendiri
diantaranya, tabungan faedah BRISyariah iB, tabunganku BRISyariah IB,
tabungan impian BRISyariah iB, deposito BRISyariah iB, giro BRISyariah
iB. Sedangkan untuk produk pembiayaan KCP BRI Syariah Sepanjang
Sidoarjo diantaranya, pembiayaan Multi Guna BRISyariah IB, Qardh
Beragun Emas BRISyariah iB, kepemilikan logam mulia BRISyariah,
pembiayaan untuk kendaraan bermotor memakai skim pembiayaan adalah
jual beli, pembiayaan mikro, pembiayaan kepemilikan rumah, pembiayaan
Umrah BRISyariah iB. Selain itu produk jasa sendiri yang dijalankan oleh
KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo diantaranya e-Banking yaitu BRIS
menyediakan layanan Electronic Banking atau e-Banking untuk memenuhi
kebutuhan nasabah melalui media elektronik untuk melakukan transaksi
10Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press,
perbankan, selain yang tersedia di kantor cabang dan ATM, dan Treasury
yang terdiri dari Sukuk ritel, Money Changer dan Letter of Credit.11
Produk simpanan deposito mudharabah BRISyariah iB di KCP BRI
Syariah Sepanjang Sidoarjo banyak diminati oleh nasabah sebagian
diantaranya karena mendepositokan uang di bank syariah menggunakan
sistem bagi hasil, dimana perbankan syariah menekankan pada profit
sharing, dengan pengertian bahwa simpanan yang ditabung atau
didepositokan pada bank syariah nantinya akan digunakan untuk
pembiayaan ke sektor riil oleh bank syariah, kemudian hasil atau
keuntungan yang didapat akan dibagi menurut nisbah yang disepakati
bersama. Jika keuntungan yang didapat besar, maka bagi hasil yang didapat
juga besar.12 Selain itu, nisbah bagi hasil deposito biasanya lebih tinggi dari
pada nisbah bagi hasil tabungan biasa, deposito mudharabah juga
menciptakan rasa aman dan terjamin, karena sistem yang dijalankan sesuai
syariah.
Peningkatan jumlah produk simpanan deposito mudharabah dapat
dilihat dari neraca. Berikut adalah ringkasan neraca simpanan deposito
mudharabah:13
11BRI Syariah, “Customer Banking”, dalam http://www.brisyariah.co.id (26 Agustus 2016). 12Siti Afifah, “Analisis Produk Deposito Mudharabah dan Penerapannya”, Al-Muzara’ah, No. 2,
Vol. 1 (2013), 141.
a. Bulan Agustus tahun 2015
Tabel 1.1
Pendapatan Simpanan Deposito Mudharabah
No Jenis Deposito Jumlah
1 1 Bulan Rp. 2.129.000.000
2 3 Bulan Rp. 200.000.000
3 6 Bulan Rp. 230.000.000
4 12 Bulan Rp. 110.000.000
b. Bulan Agustus tahun 2016
Tabel 1.2
Pendapatan Simpanan Deposito Mudharabah
No Jenis Deposito Jumlah
1 1 Bulan Rp. 3.196.000.000
2 3 Bulan Rp. 326.000.000
3 6 Bulan Rp. 333.000.000
4 12 Bulan Rp. 112.000.000
Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa produk simpanan deposito
mudharabah tumbuh secara stabil dari tahun ke tahun (Agustus tahun 2015
dan Agustus tahun 2016) dengan dibuktikannya pendapatan bank yang
semakin meningkat dari bulan Agustus tahun 2015 dengan bulan Agustus
pada tahun 2016. Dari keterangan diatas pula kita bisa menyimpulkan
[image:20.595.138.508.175.574.2]BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo semakin banyak dari tahun ke tahun.
Selain itu bisa diketahui pula bahwa perkembangan untuk produk simpanan
deposito mud{a>rabah di KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo selalu
mengalami kenaikan.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.3/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Deposito disebutkan bahwa prinsip yang dibenarkan syariah adalah
menggunakan prinsip mud{a>rabah. Dalam praktiknya simpanan deposito
mudharabah di perbankan syariah khususnya di KCP BRI Syariah
Sepanjang Sidoarjo menggunakan prinsip mud{a>rabah, akan tetapi pihak
KCP BRI Syariah Sepanjang kurang memberitahukan dengan jelas kepada
nasabah bahwa pada dasarnya KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo
menggunakan akad mud{a>rabah mut{laqah yaitu investasi tidak terikat,
dimana dana dari pihak investor dikelola kembali oleh bank kepada nasabah
yang membutuhkan dana dalam bentuk pembiayaan. Maka disini perlu
adanya penjelasan pada saat akad bahwa investasi dari pihak deposan
dikelola kembali oleh bank sehingga bank mendapat keuntungan yang
nantinya juga diterima oleh pihak deposan. Hal demikian mengantisipasi
adanya kesalahpahaman nasabah tentang keuntungan yang nantinya akan
diterima oleh nasabah dan mengantisipasi terjadinya (gharar) sebagaimana
yang disebutkan dalam prinsip-prinsip dasar bank syariah bahwa salah satu
syariah yaitu bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar).14
Sedangkan gharar sangat dilarang di dalam Islam. Islam melarang gharar
hadir dalam kegiatan perekonomian, karena gharar mengkonstruk adanya
ketidakadilan.15
Selain itu dalam buku yang ditulis oleh Muhammad dengan judul
Manajemen Dana Bank Syariah yang menjelaskan tentang besarnya nisbah
ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak yang berkontrak.
Jadi angka besaran nisbah muncul sebagai hasil tawar menawar antara
pemilik dana dengan pengelola dana. Dengan demikian, angka nisbah ini
bervariasi, bisa 50:50, 60:40, 70:30, 80:20, bahkan 99:1. Namun para ahli
fiqih sepakat bahwa nisbah 100:0 tidak diperbolehkan.16 Akan tetapi sejauh
ini pihak KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo tidak terdapat unsur tawar
menawar dalam pembagian porsi bagi hasil, sehingga nasabah tidak
mempunyai kesempatan untuk tawar menawar mengenai nisbah yang akan
diterima oleh masing-masing pihak nantinya.
Mekanisme lain dalam hal pencairan deposito mud{a>rabah mut{laqah
dengan pembayaran bagi hasil bulanan dilakukan sebelum jatuh tempo,
bank syariah dapat mengenakan denda (penalty) kepada nasabah yang
bersangkutan sebesar 3% dari nominal bilyet deposito mud{a>rabah
14Ascarya, et al., Bank Syariah: Gambaran Umum (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Study
Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia, 2005), 4.
15
Sirajul Arifin, “Gharar dan Risiko dalam Transaksi Keuangan”, Tsaqafah, Vol. 6, No. 2 (Oktober, 2010), 317.
mut{laqah.17 Akan tetapi, praktiknya sebagaimana yang tertera di akad
menjelaskan bahwa deposito tidak dapat dicairkan sebelum jatuh tempo.
Apabila dicairkan, maka bagi hasil yang telah diperhitungkan menjadi
milik pengelola dana. Prakteknya KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo,
misalnya penempatan awal tanggal 1 September senilai Rp. 100.000.000
dengan jenis deposito 1 bulan dengan porsi bagi hasil 44%:56%. Jadi jika
nasabah mencairkan diluar tanggal jatuh tempo kurang dari 7 hari misalnya
pada tanggal 5 september maka nasabah tidak mendapat bagi hasil pada
bulan tersebut dan dikenakan denda (penalty) Rp. 100.000, jadi bagi hasil
bulan tersebut menjadi milik bank. Jika nasabah mencairkan pada tanggal
11 September (lebih dari 7 hari) maka KCP BRI Syariah Sepanjang
Sidoarjo memberikan proporsional bagi hasil dengan acuan rate FASBIS
(Fasilitas Bank Indonesia Syariah), misal nisbah 44% setara dengan 5,18%,
kira-kira jika mendapat rate FASBIS (Fasilitas Bank Indonesia Syariah)
nasabah mendapat setara 4% (di bawah ER) dan tetap dikenakan denda
(penalty) Rp. 100.000. Jadi bisa disimpulkan bahwa selain bank mendapat
pendapatan dari denda (penalty) tersebut, bank juga mendapat bagi hasil
yang seharusnya menjadi hak nasabah pada bulan dimana nasabah
mencairkan di luar tanggal jatuh tempo. Penelitian ini diangkat karena ada
ketidaksinkronan antara teori dengan praktek yang terjadi di lapangan,
dalam hal ini KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo. Maka dari itu hal ini
menjadi menarik untuk di teliti dan melakukan kajian lebih mendalam.
Untuk menjawab fenomena tersebut, maka peneliti memutuskan
mengangkat topik pembahasan yang akan diteliti dengan judul “Analisis
Sharia Compliance terhadap Implementasi Akad Mud{a>rabah Mut{laqah
dalam Produk Simpanan Deposito Mudharabah pada KCP BRI Syariah
Sepanjang Sidoarjo”.
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat teridentifikasi masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Peran lembaga perbankan syariah dalam meminimalisir kebutuhan
masyarakat.
2. Produk funding dan lending di KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo
3. Implementasi akad mud{a>rabah mut{laqah dalam produk simpanan
deposito mudharabah pada KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo.
4. Kesesuaian produk simpanan deposito mudharabah dengan akad
mud{a>rabah mut{laqah.
5. Analisis sharia compliance terhadap implementasi akad mud{a>rabah
mut{laqah dalam produk simpanan deposito mudharabah pada KCP
BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo.
Berdasarkan identifikasi masalah dan kemampuan peneliti dalam
mengidentifikasi masalah, maka dalam penelitian ini akan dilakukan
pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Implementasi akad mud{a>rabah mut{laqah dalam produk simpanan
2. Analisis sharia compliance terhadap implementasi akad mud{a>rabah
mut{laqah dalam produk simpanan deposito mudharabah pada KCP
BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang muncul dalam
penelitian ini dapat dirumuskan dengan format pertanyaan berikut.
1. Bagaimana implementasi akad mud{a>rabah mut{laqah dalam produk
simpanan deposito mudharabah pada KCP BRI Syariah Sepanjang
Sidoarjo?
2. Bagaimana analisis sharia compliance terhadap implementasi akad
mud{a>rabah mut{laqah dalam produk simpanan deposito mudharabah
pada KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo?
D. Kajian Pustaka
Penelitian yang berjudul “Analisis Sharia Compliance terhadap
Implementasi Akad Mud{a>rabah Mut{laqah dalam Produk Simpanan
Deposito Mudharabah pada KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo” tidak
terlepas dari penelitian terdahulu yang dijadikan referensi. Beberapa hasil
penelitian berikut digunakan untuk melihat posisi penelitian yang tengah
diajukan, sehingga dapat tergambar perbedaannya dengan penelitian ini.
a. Penelitian Eka Zulianti yang berjudul “Sistem Bagi Hasil pada
Simpanan Mud{a>rabah di BMT Artha Sejahtera Srandakan Bantul”
Artha Sejahtera Srandakan Bantul. 18 Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui sistem bagi hasil yang dilakukan dan
mendeskripsikan penerapan bagi hasil dalam simpanan mudharabah di
BMT Artha Sejahtera Srandakan Bantul. Peneliti dapat menyimpulkan
bahwa jenis simpanan mudharabah anggota BMT Artha Sejahtera
Srandakan Bantul adalah simpanan mudharabah muthlaqah, bagi hasil
tersebut dihitung dengan metode revenue sharing, faktor yang
mempengaruhi pembagian hasil simpanan mudharabah adalah
pendapatan operasional yang diperoleh dalam mengelola dana anggota,
jumlah simpanan mudharabah anggota yang mendapatkan bagi hasil
apabila jumlah dana simpanan mudharabah lebih dari Rp. 50.000.000,
apabila simpanan Mud{a>rabah di bawah Rp. 50.000.000 anggota tidak
mendapatkan bagi hasil, biaya operasional simpanan mudharabah
ditanggung oleh BMT Artha Sejahtera Srandakan Bantul karena BMT
sebagai pihak yang mengelola dana.
b. Peneltian ini berjudul “Pengaruh Tabungan dan Deposito Mudharabah
terhadap penyaluran dana pada perbankan syariah di Indonesia” ditulis
oleh Hedy Kuswanto. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
tabungan dan deposito mudharabah terhadap dana yang di salurkan oleh
perbankan syariah di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
jumlah tabungan dan deposito mudharabah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penyaluran dana. Penelitian Hedy Kuswanto
18Eka Zulianti, “Sistem Bagi Hasil pada Simpanan Mudharabah di BMT Artha Sejahtera
membahas bagaimana pengaruh tabungan dan deposito mudharabah
terhadap penyaluran dana di perbankan syariah Indonesia. Sedangkan
penelitian saya membahas bagaimana penerapan akadnya dan
analisisnya terhadap Fatwa Dewan Syariah Nasional pada produk
simpanan deposito mudharabah.
c. Penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Deposito Mudharabah, Spread
Bagi Hasil, dan Tingkat Bagi Hasil terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi
Hasil: Studi Empiris pada Bank Syariah di Indonesia tahun 2010-2012”
ditulis oleh Nugroho Heri Pramono.19 Penelitian yang ditulis oleh
Nugroho Heri bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
deposito mudharabah, spread bagi hasil, dan tingkat bagi hasil terhadap
jumlah pembiayaan berbasis bagi hasil bank syariah. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel deposito
mudharabah dan spread bagi hasil berpengaruh siginifikan terhadap
jumlah pembiayaan berbasis bagi hasil. Sedangkan tingkat bagi hasil
tidak berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan berbasis bagi hasil.
Penelitian yang ditulis oleh Nugroho Heri Pramono menggunakan
metode kuantitatif dan subjeknya pun berbeda, yaitu tentang ada atau
tidaknya pengaruh deposito mudharabah, spread bagi hasil, dan tingkat
bagi hasil terhadap jumlah pembiayaan berbasis bagi hasil bank syariah
baik secara parsial maupun simultan. Sedangkan penelitian saya
19Nugroho Heri Pramono, “Pengaruh Deposito Mudharabah, Spread Bagi Hasil, dan Tingkat Bagi
membahas bagaimana penerapan akadnya dan analisisnya terhadap
Fatwa Dewan Syariah Nasional pada produk simpanan deposito
mudharabah.
d. Penelitian Sekar Asih Samawi yang berjudul “Model Perhitungan Bagi
Hasil Investasi Berjangka Mudharabah di KJKS Berkah Madani”20
membahas konsep bagi hasil investasi berjangka mudharabah menurut
prinsip ekonomi syariah dan menjelaskan apakah perhitungan bagi
hasil investasi berjangka mudharabah KJKS Berkah Madani telah
sesuai dengan prinsip ekonomi syariah. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa, pertama, konsep perhitungan bagi hasil investasi
berjangka mudharabah berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15
Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91 Tahun 2004
menggunakan akad mudharabah dan metode revenue sharing. Kedua,
penerapan perhitungan bagi hasil investasi berjangka mudharabah di
KJKS Berkah Madani menggunakan akad mudharabah dan metode
revenue sharing. Ketiga, kesesuaian penerapan perhitungan bagi hasil
investasi berjangka mudharabah di KJKS Berkah Madani terhadap
Fatwa DSN-MUI Nomor 3 dan 15 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri
Koperasi Nomor 91 Tahun 2004 ditemukan persamaan akad dan rumus
menghitung pendapatan yang dibagi hasilkan dalam metode revenue
sharing, namun ditemukan perbedaan rumus menghitung bagi hasil
pendapatan dan equivalent rate dalam metode revenue sharing.
20Sekar Asih Samawi, “Model Perhitungan Bagi Hasil Investasi Berjangka Mudharabah di KJKS
membahas konsep bagi hasil investasi berjangka mudharabah menurut
prinsip ekonomi syariah dan menjelaskan apakah perhitungan bagi
hasil investasi berjangka mudharabah KJKS Berkah Madani telah
sesuai dengan prinsip ekonomi syariah.
e. Penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Efisiensi
terhadap Tingkat Bagi Hasil Tabungan dan Deposito Mudharabah
Muthlaqah pada Bank Muamalat Indonesia Tbk”.21 ditulis oleh Siti
Juwairiyah membahas bagaimana pengaruh profitabilitas dan efisiensi
terhadap tingkat bagi hasil tabungan deposito mudharabah muthlaqah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat pengaruh Return On
Asset secara parsial terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudharabah,
terdapat pengaruh BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional) secara parsial terhadap tingkat bagi hasil simpanan
mudharabah, dan terdapat pengaruh Return On Asset secara parsial dan
BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) secara
simultan terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudharabah. Penelitian
ini membahas bagaimana pengaruh profitabilitas dan efisiensi terhadap
tingkat bagi hasil pada tabungan deposito. Sedangkan penelitian saya
membahas bagaimana penerapan akadnya dan analisisnya terhadap
Fatwa Dewan Syariah Nasional pada produk simpanan deposito
mudharabah.
21Siti Juwairiyah “Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Efisiensi terhadap Tingkat Bagi Hasil
Dari beberapa penelitian terdahulu diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa penelitian terdahulu yang saya tulis jelas berbeda dengan penelitian
yang saya angkat, meskipun ada kesamaan tentang subjek penelitiannya
akan tetapi cakupan yang dibahas berbeda. Maka dari itu bisa dilihat posisi
perbedaan penelitian saya dengan penelitian terdahulu.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui implementasi akad mud{a>rabah mut{laqah dalam produk
simpanan deposito mudharabah pada KCP BRI Syariah Sepanjang
Sidoarjo
2. Mengetahui analisis sharia compliance terhadap implementasi akad
mud{a>rabah mut{laqah dalam produk simpanan deposito mudharabah
pada KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini penulis harapkan mempunyai beberapa
manfaat baik secara teoritis maupun praktis:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan serta memperkaya hasanah
intelektual dan pengetahuan dalam bertransaksi simpanan deposito
mudharabah di KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai wawasan
bagi nasabah untuk memilih produk dalam transaksi perbankan
bahan masukan kebijakan atau keputusan untuk meningkatkan kualitas
produknya.
G. Definisi Operasional
Penelitian ini berjudul “Analisis Sharia Compliance terhadap
Implementasi Akad Mud{a>rabah Mut{laqah dalam Produk Simpanan
Deposito Mudharabah pada KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo”.
Beberapa istilah yang perlu mendapatkan penjelasan dari judul tersebut
adalah:
1. Sharia Compliance
Kepatuhan Syariah adalah elemen kunci untuk mengeluarkan suatu
kebijakan, aturan, dan tata kerja yang berfungsi sebagai regulator di
dalam praktik dunia lembaga keuangan syariah.22 Dalam penelitian ini,
kepatuhan syariah memiliki makna tentang kepatuhan terhadap
prinsip-prinsip syariah, yaitu sesuai fatwa yang dikeluarkan oleh
DSN-MUI dalam pelaksanaan operasional simpanan deposito mudharabah di
KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo.
2. Implementasi
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu
pelaksanaan atau penerapan. Jadi bagaimana penerapan produk
simpanan deposito mudharabah pada bank syariah yang menjadikan
prinsip-prinsip syariah sebagai landasan operasionalnya.
3. Mud{a>rabah Mut{laqah
22Rifka,“ShariaCompliance”,dalam
Ialah jenis dana investasi dari investor kepada bank, dimana bank
diberikan kekuasaan mutlak/penuh untuk melakukan investasi usaha.
Karena itu, produk ini menggunakan prinsip mud{a>rabah mut{laqah.
Produk ini dapat juga disebut sebagai unstricted fund.23
4. Deposito Mud{a>rabah
Ialah investasi melalui simpanan pihak ketiga (perseorangan atau
badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka
waktu tertentu (jatuh tempo), dengan mendapatkan imbalan bagi
hasil.24
H. Metode Penelitian
1. Tempat atau Lokasi Penelitian
Penilitian ini dilakukan di lembaga perbankan Syariah yang
bertempat di Kantor Cabang Pembantu BRI Syariah Sepanjang
Sidoarjo JL. Ngelom Raya No. 62 RT.02/RW.03 Kelurahan Ngelom
Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur – 61257.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, yakni penelitian
yang tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam
memberikan penafsiran terhadap hasilnya.25
23Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007),
111.
24Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999), 53.
25Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan oleh peneliti secara
pribadi dengan mendatangi lembaga yang peneliti teliti. Peneliti
sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan informasi melalui
pengamatan dan wawancara. Objek kajian berupa fakta sosial yang
berada di tempat penelitian.
3. Data yang Dikumpulkan
Data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dan rumusan
masalah pada penelitian ini adalah data yang terkait implementasi
akad mud{a>rabah mut{laqah dalam produk simpanan deposito
mudharabah pada KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo dan analisis
sharia compliance terhadap implementasi akad mud{a>rabah mut{laqah
dalam produk simpanan deposito mudharabah pada KCP BRI Syariah
Sepanjang Sidoarjo.
4. Sumber Data
Untuk melengkapi data, maka diperlukan sumber-sumber data
sebagai berikut:
a. Sumber data primer
Sumber data primer disini dilakukan peneliti melalui interview.
Interview dilakukan dengan Kepala Kantor Cabang Pembantu BRI
Syariah Sepanjang Sidoarjo, kepala bagian operasional (manajer
operasional), customer service, serta karyawan yang menangani
Sepanjang Sidoarjo sebagai pemberi informasi bagi peneliti dalam
pengajuan pertanyaan.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang kedua. Sumber
data sekunder merupakan sumber data pendukung yang berasal dari
buku-buku maupun literatur lain meliputi:
a) Dokumen, yang dikumpulkan yang diperoleh dari KCP BRI
Syariah Sepanjang Sidoarjo. Seperti formulir dan semua yang
berkaitan dengan simpanan deposito mudharabah di KCP BRI
Syariah Sepanjang Sidoarjo.
b) Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dengan cara
memperoleh dari kepustakaan, peneliti mendapatkan teori-teori
dan pendapat ahli serta beberapa buku referensi yang ada
berhubungan dengan penelitian ini, selain itu peneliti juga
mendapatkan teori dan jurnal, skripsi dan segala sumber
kepustakaan yang berkaitan dengan produk simpanan deposito
mudharabah.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dapat
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Penelitian ini bersifat
kualitatif, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik
gejala-gejala yang telah ada. 26. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan observasi partisipasi pasif (passive participation),
yaitu peneliti dalam hal ini peneliti datang ditempat kegiatan yang
diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.27
Dalam hal ini peneliti mengamati bagaimana implementasi akad
mud{a>rabah mut{laqah dalam produk simpanan deposito
mudharabah, juga mengamati bagaimana penerapan Fatwa Dewan
Syariah Nasional dalam produk simpanan deposito mudharabah di
KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara
lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan.28 Dalam penelitian ini, wawancara
dilakukan dengan cara wawancara langsung baik secara terstruktur
yaitu sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi
apa yang diperoleh29 , maupun tidak terstruktur yaitu wawancara
yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.30
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui
dokumen.31 Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif. 32 Hasil penelitian dari observasi atau
wawancara akan lebih dapat dipercaya apabila didukung foto-foto
atau karya tulis akademik yang telah ada.33
6. Teknik Pengolahan Data.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik
pengolahan data sebagai berikut:
a. Editing, yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan
oleh para pengumpul data. Tujuan dari editing adalah untuk
29Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif..., 73. 30 Ibid., 74.
31M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), 87. 32Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif ..., 82.
mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar
pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai sejauh mungkin.34
b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat
dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang
sudah direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.35
Peneliti melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk
dianalisis dan menyusun data tersebut dengan sistematis untuk
memudahkan peneliti dalam menganalisa data.
c. Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah
diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai
kebenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah
jawaban dari rumusan masalah.36
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Miles
and Huberman bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya jenuh37. Aktivitas yang dilakukan dalam analisis data
setelah pengumpulan data yaitu:
1) Reduksi Data (Data Reduction)
34Cholid Narbuko dkk. Metodologi Penelitian..., 153.
35Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif (Bandung: Alfa Beta, 2008), 245. 36 Ibid., 246.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya.38 Peneliti dalam hal ini melakukan proses pemilihan,
memusatkan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
2) Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, funchart dan sejenisnya serta
disajikan dalam bentuk teks naratif.39 Peneliti dalam hal ini
mendeskripsikan sekumpulan informasi tersusun yang dimana
dapat memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan serta disajikan dalam bentuk teks naratif
dan dapat berbentuk matrik, diagram, tabel, dan bagan.
3) Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (conclusion
drawing/verification)
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat bersifat
deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas,
dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau
teori.40 Dalam hal ini merupakan kegiatan akhir dari peneliti dalam
menganalisis data.
I. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan penelitian ini lebih mengarah, maka peneliti
membagi pembahasan menjadi beberapa bab. Adapun bab-bab yang
dimaksud terbagi menjadi lima bab, yang akan peneliti uraikan dibawah ini,
yaitu:
Penelitian ini dibagi dalam beberapa bab yang terdiri dari lima bab,
yaitu:
Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua adalah kajian pustaka yang berfungsi sebagai dasar kajian
untuk menjawab permasalahan yang ada pada penelitian ini. Dalam bab ini
berisi tentang kepatuhan syariah yang menjelaskan pengertian kepatuhan
syariah, ketentuan kepatuhan syariah, mekanisme kepatuhan syariah, Peran
Dewan Pengawas Syariah, Pengawasan Kepatuhan Bank Syariah yang
dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan operasional di perbankan
syariah. Selain itu tentang konsep akad mud{a>rabah, konsep deposito
mudharabah dan konsep bagi hasil.
Bab ketiga adalah deskripsi hasil yang meliputi gambaran umum
lembaga perbankan syariah, sejarah berdirinya, visi dan misi, struktrur
organisasi, penerapan akad dan kepatuhan syariah pada produk simpanan
deposito mudharabah di KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo.
Bab keempat adalah analisis masalah yang diangkat peneliti dalam
skripsi. Dalam hal ini peneliti menganalisis dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yang mengacu pada rumusan masalah. Pertama,
implementasi akad mud{a>rabah mut{laqah dalam produk simpanan deposito
mudharabah pada KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo. Kedua, analisis
sharia compliance terhadap implementasi akad mud{a>rabah mut{laqah dalam
produk simpanan deposito mudharabah pada KCP BRI Syariah Sepanjang
Sidoarjo.
Bab kelima penutup, merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan
dari hasil penelitian dan saran-saran yang dapat bermanfaat bagi banyak
BAB II
SHARIA COMPLIANCE, KONSEP AKAD MUD{A>RABAH DAN DEPOSITO MUDHARABAH
A. Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance)
1. Pengertian Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance)
Kepatuhan syariah dalam perbankan syariah adalah “penerapan
prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya dalam transaksi keuangan
dan perbankan serta bisnis lain yang terkait.”1 Dimana budaya kepatuhan
tersebut adalah nilai, prilaku dan tindakan yang mendukung terciptanya
kepatuhan bank syariah terhadap seluruh ketentuan Bank Indonesia (BI).2
Kepatuhan syariah memiliki standar internasional yang disusun dan
ditetapkan oleh Islamic Financial Service Board (IFSB),3 dimana
kepatuhan syariah merupakan bagian dari tata kelola lembaga (corporate
governance).
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011
tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum, maka yang
dimaksud dengan kepatuhan adalah nilai, perilaku, dan tindakan yang
1Zainal Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Tangerang:Aztera Publisher, 2009), 2. 2Bank Indonesia, PBI No. 13/2/PBI/2011 Tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum. 3IFSB Adalah Organisasi Penetapan Standar Internasional, diresmikan 3 November 2002 dan
mendukung terciptanya kepatuhan terhadap ketentuan Bank Indonesia
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk prinsip
syariah bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah.4
Menurut Adrian Sutedi, kepatuhan syariah dalam operasional bank
syariah tidak hanya meliputi produk saja, akan tetapi meliputi sistem,
teknik dan identitas perusahaan. Oleh karena itu, budaya perusahaan
yang meliputi pakaian, dekorasi dan image perusahaan merupakan salah
satu aspek kepatuhan syariah dalam bank syariah. Tujuannya adalah
tidak lain untuk menciptakan suatu moralitas dan spiritual kolektif, yang
apabila digabungkan dengan produksi barang dan jasa, maka akan
menopang kemajuan dan pertumbuhan jalan hidup yang Islami.5
Menurut Arifin, makna kepatuhan syariah (sharia compliance) dalam
bank syariah adalah “penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan
tradisinya dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang
terkait”.6 Selain itu, Ansori juga mengemukakan sharia compliance
adalah salah satu indikator pengungkapan islami untuk menjamin
kepatuhan bank Islam terhadap prinsip syariah.7 Hal itu berarti sharia
compliance sebagai bentuk pertanggungjawaban pihak bank dalam
pengungkapan kepatuhan bank terhadap prinsip syariah.
4
Bank Indonesia, “Peratuaran Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum”, dalam http://www.bi.go.idNRrdonlyres56D77B3A -FAEC-4E65-AF00-A38D7670D7F822060PBI_130212.pdf , diakses pada 15 Oktober 2016, 1.
5Adrian Sutedi, Perbankan Syariah, Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum (Jakarta:Ghalia
Indonesia, 2009), 145.”
6Zainal Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Tangerang: Aztera Publisher, 2009), 2. 7Ansori, “Pengungkapan Sharia Compliance dan Kepatuhan Bank Syariah terhadap Prinsip
Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan oleh pakar di atas, dapat
dipahami bahwa kepatuhan syariah (sharia compliance) merupakan salah
satu syarat pemenuhan nilai-nilai syariah di lembaga keuangan syariah
(dalam hal ini perbankan syariah) yang menjadikan fatwa DSN MUI dan
Peraturan Bank Indonesia (BI), sebagai alat ukur pemenuhan prinsip
syariah, baik dalam produk, transaksi, dan operasional di bank syariah.
Kepatuhan syariah tersebut secara konsisten dijadikan sebagai
kerangka kerja bagi sistem dan keuangan bank syariah dalam alokasi
sumber daya, manajemen, produksi, aktivitas pasar modal dan distribusi
kekayaan. Kepatuhan terhadap prinsip syariah ini berimbas kepada
semua hal dalam industri perbankan syariah, terutama dengan produk dan
transaksinya. Kepatuhan syariah seperti yang telah dijelaskan oleh
Adrian Sutedi sebelumnya, adalah dalam operasional bank syariah tidak
hanya meliputi produk saja, akan tetapi juga meliputi sistem, teknik dan
identitas perusahaan. Oleh karena itu, budaya perusahaan, yang meliputi
pakaian, dekorasi, dan image perusahaan juga merupakan salah satu
aspek kepatuhan syariah dalam bank syariah yang bertujuan untuk
menciptakan suatu moralitas dan spiritual kolektif, yang apabila
digabungkan dengan produksi barang dan jasa, maka akan menopang
kemajuan dan pertumbuhan jalan hidup yang Islami.8
2. Ketentuan Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance)
Jaminan kepatuhan syariah (sharia compliance assurance) atas
keseluruhan aktivitas bank syariah merupakan hal yang sangat penting
bagi nasabah dan masyarakat. Beberapa ketentuan yang dapat digunakan
sebagai ukuran secara kualitatif untuk menilai ketaatan syariah di dalam
lembaga keuangan syariah, antara lain sebagai berikut:
a. Akad atau kontrak yang digunakan untuk pengumpulan dan
penyaluran dana sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan aturan
syariah yang berlaku.
b. Dana zakat dihitung dan dibayar serta dikelola sesuai dengan aturan
dan prinsip-prinsip syariah.
c. Seluruh transaksi dan aktivitas ekonomi dilaporkan secara wajar
sesuai dengan standar akuntansi syariah yang berlaku.
d. Lingkungan kerja dan corporate culture sesuai dengan syariah.
e. Bisnis usaha yang dibiayai tidak bertentangan dengan syariah.
f. Terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai pengarah syariah
atas keseluruhan aktivitas operasional bank syariah.
g. Sumber dana berasal dari sumber yang sah dan halal menurut syariah.
Ketentuan-ketentuan tersebut merupakan prinsip-prinsip umum yang
menjadi acuan bagi manajemen bank syariah dalam mengoperasikan bank
syariah, termasuk dalam produk tabungan. Kepatuhan syariah dalam
operasional bank telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan umum
kepatuhan syariah tersebut.9
Bank syariah dalam menjalankan operasionalnya mengikuti aturan
dan norma-norma sesuai dengan prinsip syariah Islam. Prinsip-prinsip
dasar bank syariah diantaranya:
a. Bebas dari bunga (riba)
b. Bebas dari kegiatan spekulatif yang non produktif seperti perjudian
(maysir)
c. Bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar)
d. Bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil)
e. Hanya membiayai kegiatan usaha yang halal10
Gharar sangat dilarang di dalam Islam. Islam melarang gharar hadir
dalam kegiatan perekonomian, karena gharar mengkonstruk adanya
ketidakadilan. Al-Qur’an dengan tegas menolak dengan mengatakan
bahwa para pihak yang terlibat dalam transaksi keuangan dilarang untuk
menzalimi dan dizalimi. Karenanya, Islam mensyaratkan para pelaku
ekonomi untuk selalu patuh dan tunduk dengan prinsip-prinsip syariah.11
3. Mekanisme Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance)
Terdapat dua konsep yang mendasari pelaksanaan pengawasan
syariah secara internal di bank syariah dalam konteks pemenuhan
9Ibid., 146.
10Ascarya, et al., Bank Syariah: Gambaran Umum (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Study
Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia, 2005), 4.
11
akuntabilitas secara horizontal dan transendental. Pertama, konsep sharia
review harus dilakukan oleh DPS untuk melakukan pengawasan terhadap
kepatuhan syariah. Kedua, konsep internal sharia review bank syariah
sebagai salah satu fungsi internal audit dalam bank syariah untuk menilai
kesesuaian operasi dan transaksi dengan prinsip-prinsip syariah yang
telah ditentukan.12
Penjelasan pengawasan internal syariah dalam bank syariah tersebut
memberikan kesimpulan bahwa pengawasan internal syariah merupakan
suatu mekanisme atau sistem pengendalian secara internal untuk menilai
dan mengawasi seluruh aktivitas atau operasional bank serta
produk-produk bank syariah terhadap kepatuhan atas prinsip-prinsip dan aturan
syariah yang telah ditetapkan. Sistem pengawasan internal syariah
ditentukan oleh dua fungsi pengawasan dalam bank syariah yaitu DPS
melalui sharia riview, dan internal audit melalui internal sharia riview.
Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa operasional bank syariah telah
memenuhi prinsip-prinsip syariah, maka bank syariah harus memiliki
institusi internal independen yang khusus dalam pengawasan kepatuhan
syariah, yaitu DPS. DPS merupakan badan independen yang ditempatkan
oleh DSN pada bank syariah yang anggotanya terdiri dari para ahli
bidang Fiqh Muamalah dan memiliki pengetahuan umum dalam bidang
perbankan. Pengawasan eksternal secara berkala dilakukan oleh BI dan
tim audit syariah yang datang ke bank syariah tiga bulan sekali.13
4. Peran Dewan Pengawas Syariah
Elemen yang memiliki otoritas dan wewenang dalam melakukan
pengawasan terhadap kepatuhan syariah adalah Dewan Pengawas
Syariah.14 Dewan Pengawas Syariah melengkapi tugas pengawasan yang
diberikan oleh komisaris, dimana kepatuhan syariah semakin penting
untuk dilakukan dikarenakan adanya permintaan dari nasabah agar
bersifat inovatif dan berorientasi bisnis dalam menawarkan instrumen
dan produk baru serta untuk memastikan kepatuhan terhadap Hukum
Islam.15
Dewan Pengawas Syariah sebagai pengawas memiliki kesamaan
dengan fungsi komisaris, adapun yang membedakannya adalah
kepentingan komisaris dalam melakukan fungsinya, yaitu memastikan
bank selalu menghasilkan keuntungan ekonomis, sedangkan kepentingan
DPS semata-mata hanya untuk menjaga kemurnian ajaran Islam dalam
praktik perbankan. Oleh karena itu, kedudukan DPS dan Komisaris
sebenarnya mempunyai potensi besar melahirkan konflik, sebab DPS
harus berpihak pada kemurnian ajaran Islam walaupun itu bisa membuat
perusahaan kehilangan keuntungan, sedangkan di sisi lain, komisaris
13Ghaneiy Septian Ardhaningsih, “Sharia Compliance Akad Murabahah pada BRISyariah KCP
Surabaya Gubeng” (Skripsi--Universitas Airlangga, Surabaya, 2012).
14Pasal 32 ayat 3, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008, Tentang
Perbankan Syariah.
15Hennie van Greuning dan Zamir Iqbal, Analisis Risiko Perbankan Syariah (Risk Analysis for
harus berpihak pada keuntungan walaupun harus menyimpang dari
syariah.16
Perwaatmaja dan S. Antonio yang dikutip Adiran Sutedi
mengemukakan anggota DPS seharusnya terdiri dari ahli syariah, yang
sedikit banyak menguasai hukum dagang positif dan cukup terbiasa
dengan kontrak-kontrak bisnis, sehingga untuk menjamin kebebasan
dalam mengeluarkan pendapat bagi DPS, maka harus memperhatikan
hal-hal berikut ini:
a. Mereka bukan staf bank, dalam arti tidak tunduk di bawah kekuasaan
administrasi.
b. Mereka dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
c. Honorarium mereka ditentukan oleh RUPS.
d. DPS mempunyai sistem kerja dan tugas-tugas tertentu.17
Secara umum terdapat tiga macam aktivitas DPS dalam
menjalankan tugas pengawasan syariah, yaitu :
Pertama, Ex ante auditing merupakan aktivitas pengawasan syariah
dengan melakukan pemeriksaan terhadap berbagai kebijakan yang
diambil oleh bank. Hal itu dilakukan dengan cara melakakan review
terhadap keputusan-keputusan manajemen dan melakukan review
terhadap semua jenis kontrak yang dibuat oleh manajemen bank syariah
dengan semua pihak. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk mencegah
bank syariah melakukan kontrak yang melanggar prinsip-prinsip syariah.
Kedua, Ex post auditing merupakan aktivitas pengawasan syariah
dengan melakukan pemeriksaan terhadap laporan kegiatan (aktivitas) dan
laporan keuangan bank Syariah. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk
menelusuri kegiatan dan sumber-sumber keuangan bank syariah yang
tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Ketiga, perhitungan dan pembayaran zakat merupakan aktivitas
pengawasan syariah dengan memeriksa kebenaran bank syariah dalam
membayar zakat sesuai dengan ketentuan syariah. Tujuan pemeriksaan
ini adalah untuk memastikan agar zakat atas segala usaha yang berkaitan
dengan hasil usaha bank syariah telah dihitung dan dibayar secara benar
oleh manajemen bank syariah.18
Sementara itu menurut Agustianto, setidaknya ada delapan tugas
DPS, yaitu:
a. DPS adalah seorang ahli (pakar) yang menjadi sumber dan rujukan
dalam penerapan prinsip-prinsip syariah, termasuk sumber rujukan
fatwa.
b. DPS mengawasi pengembangan semua produk untuk memastikan
tidak adanya fitur yang melanggar syariah.
c. DPS menganalisis segala situasi yang belum pernah terjadi
sebelumnya yang tidak didasari fatwa ditransaksi perbankan untuk
memastikan kepatuhan dan kesesuaiannya kepada syariah.
d. DPS menganalisis segala kontrak dan perjanjian mengenai
transaksi-transaksi di bank syariah untuk memastikan kepatuhan kepada
syariah.
e. DPS memastikan koreksi pelanggaran dengan segera (jika ada) untuk
mematuhi syariah. Jika ada pelanggaran, anggota DPS harus
mengoreksi penyimpangan itu dengan segera agar disesuaikan dengan
prinsip syariah.
f. DPS memberikan supervisi untuk program pelatihan syariah bagi staf
bank syariah.
g. DPS menyusun sebuah laporan tahunan tentang neraca bank syariah
tentang kepatuhannya kepada syariah. Dengan pernyataan ini seorang
DPS memastikan kesyariahan laporan keuangan perbankan syariah.
h. DPS melakukan supervisi dalam pengembangan dan penciptaan
investasi yang sesuai syariah dan produk pembiayaan yang inovatif.19
Agustianto juga mengungkapkan bahwa semakin meluasnya
jaringan perbankan dan keuangan syariah, maka DPS harus lebih
meningkatkan perannya secara aktif. Dalam perkembangannya selama
ini, masih banyak DPS tidak berfungsi secara optimal dalam melakukan
pengawasan terkait aspek kesyariahan.20
Menurut Agustianto, seorang DPS seharusnya adalah sarjana
(ilmuwan) yang memiliki reputasi tinggi dengan pengalaman luas di
19Ibid.
Agustianto, “Pentingnya Sharia Compliance”, dalam http://www.agustiantocentre.com/?p=72, diakses pada 17 Oktober 2016.
bidang hukum, ekonomi dan sistem perbankan, khususnya bidang hukum
dan keuangan. Mengacu pada kualifikasi DPS tersebut di atas, maka
bank-bank Syariah di Indonesia perlu melakukan restrukturisasi,
perbaikan dan perubahan ke arah yang lebih baik, sehingga mengangkat
DPS dari kalangan ilmuwan ekonomi Islam yang berkompeten di
bidangnya. Hal ini mutlak perlu dilakukan agar perannya bisa optimal
dan menimbulkan citra positif bagi pengembangan bank syariah di
Indonesia.21
5. Pengawasan Kepatuhan Bank Syariah
Sujamto mendefinisikan pengawasan sebagai segala usaha dan
kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya
mengenai pelaksanaan tugas dan kegiatan, apakah sesuai dengan
semestinya atau tidak. Pengawasan juga diartikan sebagai kegiatan untuk
meyakinkan dan mengawasi bahwa pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.22
Arti penting kepatuhan syariah bagi pelaksanaan fungsi intermediasi
berimplikasi pada keharusan pengawasan terhadap pelaksanaan
kepatuhan tersebut. Pengawasan terhadap kepatuhan syariah merupakan
tindakan untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip syariah yang
merupakan pedoman dasar bagi operasional bank syariah telah
diterapkan dengan tepat dan menyeluruh. Melalui tindakan pengawasan,
21Agustianto, “Pentingnya Sharia Compliance”, dalam http://www.agustiantocentre.com/?p=72,
diakses pada 17 Oktober 2016.
22Ahmad Baehaqi, “Usulan Model Sistem Pengawasan Syariah pada Perbankan Syariah di
diharapkan semua pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan oleh bank
syariah tetap mendasarkan diri pada prinsip syariah.
Untuk dapat mematikan dipenuhinya prinsip syariah, pengawasan
kepatuhan syariah harus mencakup pengawasan terhadap dua hal, yaitu
terhadap produk yang dikeluarkan bank dan operasional perbankan.23
Di bawah ini terdapat dua pengawasan yang dapat memastikan
terpenuhinya prinsip syariah, diantaranya:
a. Pengawasan terhadap produk yang dikeluarkan bank
Pengawasan terhadap produk dilakukan dengan dua tahap
kegiatan, diantaranya:
1. Tahap sebelum Penawaran Produk (ex-ante)
Pengawasan dalam tahap sebelum penawaran produk
merupakan pengawasan pada saat bank syariah mempersiapkan
suatu bentuk produk baru untuk ditawarkan pada masyarakat dan
terhadap produk tersebut harus dapat dipastikan bahwa prinsip
pengelolaannya serta segala bentuk bagi hasil maupun persyaratan
dalam akad antara bank dengan pengguna produk tidak
bertentangan dengan asas-asas yariah yang telah ditentukan oleh
hukum. Setelah kemudian produk tersebut dipastikan tidak
bertentangan, maka produk dapat ditawarkan pada masyarakat.
23Point 48 Islamic Financial Services Board-Guiding Principles on Corporate Governance for