iv ABSTRAK
Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seseorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan “Yang Maha Esa”. Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa Negara yang berdasarkan Pancasila, dimana sila yang pertamanya ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir/jasmani, tetapi unsur batin/rohani juga mempunyai peranan yang penting. kekerasan seksual dalam rumah tangga dapat diajdikan alasan perceraian menurut Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam khususnya dalam Buku I tentang Hukum Perkawinan yang mengatur pokok-pokok perceraian yang didalamnya dibahas tentang alasan-alasan perceraian. berdasarkan Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam dan UU KDRT, sebenarnya sama-sama mengatur tentang kekerasan seksual atau dampak seksual yang dapat dijadikan sebagai alasan perceraian, tetapi dalam UU KDRT tidak dijelaskan secara detail lingkup rumah tangga secara sempit seperti kehidupan rumah tangga dalam hubungan perkawinan antara suami-istri. Tujuan dari pembuatan Skripsi ini adalah supaya mengerti tentang kekerasan yang ada di dalam perkawinan yang sangat umum terjadi di dalam kehidupan serta mengetahui cara penyelesaiannya dengan baik dan benar.
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskripstif analitis yaitu melalui metode pendekatan yuridis normative serta menggunakan data berupa bahan primer yaitu dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Dan Intruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1991Tentang Kompilasi Hukum Islam, yang dianalisis dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku secara yuridis kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan permohonon minta data di Komnas Perempuan.