• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Tingkat Harga dan Produksi Kelapa Sawit di Wilayah Basis terhadap Kinerja Perdagangan Kelapa Sawit Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Perubahan Tingkat Harga dan Produksi Kelapa Sawit di Wilayah Basis terhadap Kinerja Perdagangan Kelapa Sawit Indonesia"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

J-MAS

ISSN 2541-6243 (Online), ISSN 2541-688X (Print), DOI 10.33087/jmas.v7i1.355

Perubahan Tingkat Harga dan Produksi Kelapa Sawit di Wilayah Basis terhadap Kinerja Perdagangan Kelapa Sawit Indonesia

Adi Putra*, Wella Sandria

Universitas Muhammadiyah Jambi, Indonesia

*Correspondence email: adiputra@umjambi.ac.id; wellasandria@umjambi.ac.id

Abstrak. Sektor pertanian khususnya ssub sektor perkebunan mempunyai peran penting dalam perekonomian nasional, sehingga sektor ini harus mendapat perhatian pemerintah, khususnya yang terkait dengan pengelolaan serta pemanfaatan hasil-hasilnya secara strategis yang menyangkut penyediaan produk eksport terhadap penerimaan negara. Penelitian ini menggunakan data time series yang diperoleh dari Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), dengan metode analisis melalui analisis deskriptif kuantitatif, analisis trend dan analisis jalur. Hasil penelitian didapatkan hasil dimana tingkat harga dan produksi kelapa sawit di wilayah Sentra Provinsi Riau, Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah kondisinya masih berfluktuatif, tingkat harga Kelapa Sawit juga mempengaruhi produksi dan kinerja perdagangan kelapa sawit Indonesia secara langsung maupun secara tidak langsung di wilayah basis. Untuk itu pemerintah harus merespon hambatan ekspor kelapa sawit Indonesia khususnya berkaitan dengan kebijakan perdagangan yang kompetitif antar negara serta menjaga kestabilan harga dan produksi kelapa sawit nasional.

Kata Kunci: Ekspor; Tingkat Harga; Produksi; Kinerja Perdagangan

Abstract. The agricultural sector, especially the plantation sub-sector, has an important role in the national economy, so this sector must receive the government's attention, especially those related to the management and strategic use of its products, which involve the provision of export products to state revenues. This study uses time series data obtained from the Ministry of Agriculture, Central Statistics Agency (BPS), with analytical methods through quantitative descriptive analysis, trend analysis and path analysis. The results showed that the price level and production of palm oil in the Sentra area of Riau, North Sumatra and Central Kalimantan Provinces were still fluctuating, the price level of Palm Oil also affected the production and trade performance of Indonesian palm oil directly or indirectly in the base area. For this reason, the government must respond to barriers to Indonesian palm oil exports, especially those related to competitive trade policies between countries as well as maintaining price stability and national palm oil production.

Keywords: Export; Price Level; Production; Trade Performance

Pendahuluan

Transaksi perdagangan internasional merupakan bentuk sumber pembiayaan yang penting untuk meningkatkan perekonomian nasional, dari transaksi perdagangan internasional tersebut diperoleh cadangan devisa yang dapat memacu kenaikan gross domestik product dan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Perdagangan Internasional merupakan bagian yang mutlak dilakukan oleh karena setiap negara memiliki perbedaan sumber daya serta kemampuan untuk memproduksi suatu barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan. Perdagangan Internasional biasanya dilakukan dengan ekspor-impor. Transaksi ekspor-impor menjadi salah satu kegiatan yang sangat penting bagi perkembangan perekonomian Indonesia (Willy & Sarwono, 2014). Teori klasik comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of labor antar negara (Salvatore, 2006).

Teori H-O menyatakan penyebab perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki oleh masing masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Teori modern H-O ini dikenal dengan The Proportional Factor Theory memprediksi bahwa negara-negara yang akan mengekspor barang secara intensif menggunakan faktor berlimpah secara lokal, sambil mengimport barang secara intensif menggunakan faktor-faktor lokal yang langka. Heckscher-Ohlin juga mengemukakan, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Ekspor produk Indonesia dalam transaksi perdagangan international ditopang dua sektor utama yaitu sektor migas dan sektor non migas. Sektor migas unggulan Indonesia bersumber dari gas alam yang stock gas Indonesia yang masih melimpah, sedangkan eksport non migas di pasar internasional bersumber dari produk perkebunan seperti kelapa sawit, karet, produk tekstil, elektronik maupun otomotif. Pemerintah Indonesia sekarang saat ini fokus mendorong peningkatan ekspor non migas yang bersumber dari sektor perkebunan, karena ekspor migas Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami defisit (Zuhdi dkk, 2015).

Perkebunan merupakan salah satu sub sektor yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan. Hasil perkebunan yang di ekspor dan menjadi komoditas utama Indonesia salah satunya adalah kelapa sawit. Buah kelapa sawit merupakan bagian penting dari tanaman kelapa sawit yang diolah menjadi minyak setengah jadi yaitu Crude

(2)

Palm Oil (CPO) dan minyak jadi yaitu Palm Oil (Maygirtasari dkk 2015). Minyak sawit adalah salah satu minyak yang paling dikonsumsi dan diproduksi di dunia. Minyak kelapa sawit digunakan sebagai sumber biofuel dan biodiesel. Produksi minyak dunia di dominasi oleh Indonesia dan Malaysia. Indonesia saat ini adalah produsen dan eksportir minyak kelapa sawit terbesar di dunia. (Pusdatin, 2016). Areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini berdampak langsung terhadap produksi kelapa sawit Indonesia yang dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan, sehingga dengan meningkatnya produksi CPO, Indonesia meningkatkan volume ekspor CPO ke beberapa negara (Alatas, 2015). Menurut data Direktorat Jendral Perkebunan, sektor kelapa sawit merupakan sektor yang memiliki luas lahan dan jumlah produksi paling tinggi dibandingkan sektor perkebunan lainnya di Indonesia. Peningkatan volume ekspor erat kaitannya dengan harga, sebagaimana dengan hukum penawaran yaitu apabila harga suatu komoditi naik maka barang yang ditawarkan akan naik . Peningkatan harga ekspor mendorong produsen domestik meningkatkan volume ekspornya untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar (Setiawan & Sugiarti, 2016).

Perubahan harga ekspor dapat meningkatkan atau menurunkan barang yang ditawarkan. Harga relatif suatu barang dapat berubah menjadi lebih mahal atau lebih murah dikarenakan adanya perubahan nilai tukar. Jika nilai tukar rupiah mengalami apresiasi akan menyebabkan turunnya nilai ekspor, karena harga produk domestik relatif mahal, begitupun sebaliknya apabila nilai tukar mengalami depresiasi maka nilai ekspor akan meningkat karena di pasaran internasional produk domestik menjadi kompetitif. Perubahan posisi ekspor inilah yang kemudian berguna untuk memperbaiki posisi neraca perdagangan (Huda, 2017). Kinerja perdagangan komoditas Kelapa Sawit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain harga dan produksi, artinya semakin tinggi harga maka akses serta proses pengiriman produk tersebut dari ke negara tujuan eksport juga semakin baik, sehingga neraca perdagangan nasional juga akan semakin baik. Beberapa upaya untuk mendorong peningkatan eksport komoditas kelapa sawit harus dilakukan, terutama pembenahan struktur social politik dan ekonomi khususnya di wilayah basis dari produk kelapa sawit tersebut, karena apabila ketiga indikator tersebut dalam keadaan stabil maka proses produksi akan bergerak baik dari sektor hulu sampai ke hilir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan produksi dan harga Kelapa Sawit di Provinsi Sentra di Indonesia, serta bagaimana perubahan tingkat harga mempengaruhi kinerja perdagangan komoditas Kelapa Sawit Indonesia dengan dengan variabel antara tingkat produksi Kelapa Sawit di Wilayah Basis.

Metode

Penelitian ini menggunakan paradigma melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan data sekunder berupa data time series atau data kurun waktu yang bersumber dari hasil-hasil penelitian, laporan-laporan instansi terkait, serta dari media elektronik seperti internet. Adapun teknik analisis data untuk menjawab permasalahan pertama dan kedua digunakan teknik analisis deskriptif, yang dianalisis dengan menggunakan pendekatan Analisis Trend dengan chart Balok, serta analisis pertumbuhan serta kontribusi terhadap variabel yang diuji khususnya pada produksi dan tingkat harga Kelapa Sawit Indonesia yang kemudian dihitung dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Analisis data deskriptif bertujuan menganalisa data dilakukan dengan analisis statitistik Inferensial, sedangkan analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel serta untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Analisis regresi dilakukan untuk melihat pengaruh antara satu atau lebih variabel bebas (X) dengan satu peubah tak bebas (Y). pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan pengaruh antar variabel penelitian secara parsial sehingga didapatkan model rantai kausal pengaruh antar variabel independenya dengan variabel dependent.

Sarwono,(2010) mengemukakan analisis jalur (Path Analisis) digunakan untuk memudahkan pengujian hipotesis dari hubungan antar variabel yang cukup rumit. Path Analisis pada penelitian dengan model rekursif dengan arah semua anak panah menuju ke satu arah dan dipergunakan untuk menganalisis hubungan akibat antar satu variabel dengan variabel lainnya berupa pengaruh langsung dan tidak langsung. Struktur hubungan kausalitas Diagram Jalur dari beberapa variabel yang diteliti berupa variabel Independent produksi perubahan tingkat harga (X), dengan variabel intervening produksi kelapa sawit (Z) dan kinerja perdagangan Indonesia sebagai variabel Dependent (Y).

Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai t-Sig dengan α adalah sebagai berikut:

H0 : ρzX = 0, Tidak terdapat pengaruh variabel X secara parsial terhadap Z H1 : ρzX ≠ 0, Terdapat pengaruh variabel X secara parsial terhadap Z H0 : ρyX = 0, Tidak terdapat pengaruh variabel X secara parsial terhadap Y H2 : ρyX ≠ 0, Terdapat pengaruh variabel X secara parsial terhadap Y H0 : ρzx1 ρzx2 = 0, Terdapat pengaruh variabel X secara simultan terhadap Z H3 : ρzx1 ρzx2 ≠ 0, Terdapat pengaruh variabel X secara simultan terhadap Z

H0 : ρyx1 ρyx2 ρyz= 0, Tidak terdapat pengaruh variabel X dan Z secara simultan terhadap Y H4 : ρyx1 ρyx2 ρyz ≠ 0, Terdapat pengaruh variabel X dan Z secara simultan terhadap Y

(3)

Pasangan hipotesis tersebut kemudian diuji untuk diketahui tentang diterima atau ditolaknya hipotesis.

Selanjutnya dilakukan uji signifikan koefisien berganda, dengan tarap signifikan 5% dimana, R2 merupakan koefisien korelasi ganda, k adalah banyaknya variabel independen dan n adalah jumlah anggota sample. Dengan distribusi F dengan pembilang (k) dan dk penyebut (n-k-l) dengan ketentuan sebagai berikut: Jika t hitung ≤ t tabel, H0 diterima , Jika t hitung ≥ t tabel, H0 ditolak

Hasil

Tabel 1

Pertumbuhan Harga Kelapa Sawit di Provinsi Sentra

Tahun Riau (%) Sumut (%) Kalteng (%)

2013 1397 2148 927

2014 1597 0,143 2533 0,179 1266 0,366

2015 1454 (0,090) 2137 (0,156) 1366 0,079

2016 1664 0,144 2398 0,122 1366 -

2017 1502 (0,097) 1500 (0,374) 1192 (0,127)

Rata-rata 1.523 0,025 2.143 (0,057) 1.223 0,079

Sumber: data olahan

Tabel 1 memperlihatkan dimana pada periode tahun 2013 sampai 2017 tingkat harga Kelapa Sawit dalam bentuk TBS khususya di Provinsi Sentra RIAU, SUMUT dan KALTENG kondisinya masih berfluktuatif. Harga tertinggi berada di Sumatera Utara dan terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 2.533/Kg, sedangkan harga TBS yang terendah terjadi di Kalimantan Tengah pada tahun 2013 sebesar Rp. 927/Kg.

Tabel 2

Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit di Provinsi Sentra

Tahun Riau (%) Sumut (%) Kalteng (%)

2013 6646997 - 4549202 - 3127138 -

2014 6993241 0,052 4870202 0,071 3158239 0,010

2015 8059846 0,153 5193135 0,066 3572982 0,131

2016 7668081 (0,049) 3983730 (0,233) 4260093 0,192

2017 9071275 0,183 5845782 0,467 4364115 0,024

Rata-rata 7948111 0,085 4973212 0,093 3838857 0,089

Sumber: data olahan

Tabel 2 memperlihatkan dimana produksi kelapa sawit dalam bentuk TBS di Provinsi Sentra Riau, Sumut dan Kalteng pada periode tahun 2013 sampai tahun 2017 juga berfluktuatif dengan pertumbuhan rata-rata 0,085 sampai 0,093. Penurunan produksi juga terjadi pada tahun 2016 di Riau (0,049) dan Sumatera Utara (0,233). Namun selanjutmya pada tahun 2017 kembali mengalami peningkatan. Besarnya sumbangan (kontribusi) koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X terhadap Y serta dampaknya terhadap Z.

Gambar 1 Hasil Analisis Jalur

XY 0,598 tidak berpengaruh signifikan ZY 0,068 tidak berpengaruh signifikan Besarnya pengaruh langsung 3087,331

Besarnya pengaruh tidak langsung -1715,54 x 5,144 = -8824,74 Total pengaruh X terhadap Y 3087,331 + -8824,74 = -5737,41 Pengaruh langsung -0.93863685

(4)

Hasil yang didapatkan tersebut maka dapat dijelaskan model rantai kausal yang memperlihatkan pengaruh- pengaruh sebagai berikut dimana pengaruh langsung TBS di Wilayah Basis berpengaruh negative secara langsung terhadap poduksi Kelapa Sawit di wilayah basis sebesar -1715,54, sedangkan pengaruh TBS di Wilayah Basis berpengaruh positif secara langsung terhadap kinerja perdagangan sawit Indonesia sebesar 3087,331. Untuk produksi kelapa sawit di Wilayah basis berpengaruh langsung terhadap kinerja perdagangan sawit Indonesia dengan nilai (5,144). Pengaruh tidak langsung TBS Kelapa Sawit di wilayah Basis (Riau, Sumsel dan Sulteng) berpengaruh negative secara tidak langsung terhadap kinerja perdagangan sawit Indonesia sebesar -8824,74. Besarnya pengaruh tidak langsung tersebut didapatkan dari perkalian antara pengaruh produksi Kelapa Sawit di Wilayah Basis (-1715,54) dengan pengaruh poduksi Kelapa Sawit di wilayah basis terhadap kinerja perdagangan Kelapa Sawit Indonesia (5,144). Sedankan Pengaruh total Tingkat TBS Kelapa Sawit di wilayah Basis (X) terhadap kinerja perdagangan Kelapa Sawit Indonesia (Y) dihitung dengan menjumlahkan nilai pengaruh langsung (3087,331) dengan nilai pengaruh tidak langsung (-8824,74) didapatkan nilai pengaruh total sebesar -5737,41.Hasil analisis regresi pertama dan kedua yang membentuk model analisis jalur (path analysis) keterkaitan tingkat harga Kelapa Sawit (TBS) di wilayah Basis terhadap kinerja perdagangan Kelapa Sawit Indonesia dengan variabel produksi Kelapa Sawit sebagai mediatornya dilakukan analisis Sobel test dimana hasil perhitungan nilai z dari sobel test di dapatkan nilai z sebesar (3.786 > 1.96) pada tingkat signifikansi 5% maka hasil tersebut membuktikan bahwa produksi mampu memediasi pengaruh harga terhadap Kinerja Sawit di Indonesia sebesar -0.938. Hasil dari sobel test tersebut juga membuktikan bahwa Produksi tidak mampu memediasi hubungan antara tingkat harga terhadap Kinerja perdagangan Kelapa Sawit Indonesia.

Analisis pengaruh langsung terlihat dimana tingkat harga (TBS) Kelapa Sawit di Wilayah Basis (Riau, Sumsel dan Sulteng) berpengaruh negative secara langsung terhadap poduksi Kelapa Sawit di wilayah Basis, sedangkan pengaruh Tingkat Harga Sawit terhadap kinerja perdagangan sawit Indonesia berpengaruh positif secara langsung.

Hasil analis pengaruh Mediasi juga membuktikan bahwa produksi mampu memediasi hubungan pengaruh harga terhadap Kinerja Sawit Indonesia. Pentingnya mengetahui tingkat harga dan produksi Kelapa Sawit Nasional, karena Kelapa Sawit merupakan salah satu sektor penyumbang ekspor terbesar Indonesia berasal dari sektor pertanian subsektor perkebunan dengan produk berupa Minyak Kelapa Sawit. Industri Minyak Kelapa Sawit juga merupakan salah satu industri strategis sektor pertanian (agro-based industry) yang biasa digunakan sebagai bahan dasar industri lainnya seperti industri makanan, industri kosmetika, dan industri sabun.

Prospek perkembangan industri kelapa sawit saat ini sangat pesat, karena terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat. Perkebunan industri minyak kelapa sawit menyerap lebih dari 4,5 juta petani dan tenaga kerja serta menyumbang sekitar 4,5 persen dari total nilai ekspor nasional sehingga kondisi ini telah menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor crude palm oil (CPO) terbesar di dunia.

Pertumbuhan permintaan dunia atas pasokan CPO, terutama untuk memenuhi bahan baku energi alternatif (biodiesel).

Industri/perkebunan minyak kelapa sawit sebagai salah satu sektor unggulan Indonesia memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap ekspor nonmigas nasional dan setiap tahun cenderung terus mengalami peningkatan dimana Ekspor CPO Indonesia setiap tahunnya juga menunjukkan tren meningkat dengan rata-rata peningkatan adalah 12,97 persen. Dalam jangka panjang, permintaan dunia akan minyak sawit juga akan menunjukkan kecenderungan meningkat sejalan dengan jumlah populasi dunia yang bertumbuh dan karenanya meningkatkan konsumsi produk- produk dengan bahan baku minyak kelapa sawit. Sehingga jika dikelola secara baik maka Industri perkebunan dan pengolahan kelapa sawit akan menjadi industri kunci bagi perekonomian Indonesia. Ekspor minyak kelapa sawit adalah penghasil devisa yang penting dan industri ini memberikan kesempatan kerja bagi jutaan orang Indonesia.

Upaya-upaya untuk mendorong peningkatan eksport komoditas Kelapa Sawit harus dilakukan, terutama pada aspek pembenahan infrastruktur, social, dan kestabilan kondisi politik dan ekonomi khususnya di wilayah-wilayah basis produksi dari produk Kelapa Sawit nasional. Karena apabila indikator tersebut dalam keadaan stabil maka proses produksi dari sektor Hulu sampai ke hilir akan terus bergerak, perekonoian masyarakat juga akan meningkat.

Simpulan

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingkat harga dan Produksi Kelapa Sawit di wilayah Sentra Provinsi Riau, Sumut dan Kalteng kondisinya masih berfluktuatif dengan pertumbuhan rata-rata 0,085 sampai 0,093, dimana tingkat harga kelapa sawit (TBS) di wilayah Basis mempengaruhi produksi dan kinerja perdagangan Kelapa Sawit Indonesia secara langsung, serta secara tidak langsung melalui variabel antara produksi kelapa sawit (TBS) di wilayah Basis tersebut.

Daftar Pustaka

Alatas, A. 2015. Trend Produksi dan Ekspor Minyak Sawit (CPO) Indonesia. DOI, 1(2) Huda, M. 2017. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(5)

Maygirtasari, T., Yulianto, E., & Mawardi, M. K. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia. Jurnal Administrasi Bisnis, 25(2).

Salvatore, Dominick. 2006. Ekonomi Internasional. Edisi ke 5. Bandung: PT Gelora Aksara Pratama.

Sarwono, Jonathan. 2010. Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Edisi 5. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Setiawan, A. E dan Sugiarti, T. 2016. Daya Saing dan Faktor Penentu Ekspor. Impor Kopi Indonesia ke Malaysia dalam Skema CEPT

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin), 2016, Statistik Pertanian Agricultural Statistics, Kementerian Pertanian Republik Indonesia/Ministry of Agriculture Republic of Indonesia ISBN 979-8958-65-9

Willy, P & Sarwono. 2014. Analisis Daya Saing Kedelai Indonesia. Jejak, 100-202.

Zuhdi, F., & Suharno, 2015. Analisis Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia dan Vietnam di Pasar ASEAN 5. Habitat, 152-162.

Referensi

Dokumen terkait

Reproduksi merupakan hal yang sangat penting dari suatu siklus hidup organisme, dengan mengetahui biologi reproduksi ikan dapat memberikan keterangan yang berarti mengenai

Teknik aplikasi yang digunakan adalah dengan melakukan penyemprotan pada tanaman uji sesuai dengan petak-petak perlakuan yang sudah dibagi dengan rancangan acak

1 Keberadaan produk asuransi syariah selain karena tuntutan pasar, juga dikarenakan keberadaan suatu produk diperlukan dalam rangka menjaga komitmen terhadap prinsip–prinsip

PEM ERINTAH KABUPATEN KLATEN PEJABAT PENGADAAN BARANG/ JASA.. BIDANG CIPTA KARYA DPU

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel budaya kerja, fasilitas kerja, keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan unit

Kemandirian Belajar Siswa Kelas X IPS pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017”.

Selain menggunakan SMS gateway yang dapat mengirim informasi berupa titik koordinat ke handphone lainnya, kita juga dapat langsung mengunci dan mengamankan data yang

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel iklan tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian sabun mandi Lux cair di Gelalel Mall Ciputra Semarang