• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 1

BAB III

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

3.1.1.1 Arahan RPJMN Tahun 2015-2019

RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015. Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:

TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG. Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA, yaitu:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

(2)

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 2

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup:

1. Sasaran Makro;

2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat:

3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan;

4. Sasaran Dimensi Pemerataan;

5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah;

6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.

Sasaran pembangunan sektor unggulan diantaranya adalah sasaran infrastruktur dasar terkait pembangunan permukiman meliputi:

a. Kawasan permukiman kumuh perkotaan kondisi awal tahun 2014 seluas 38.431 menjadi 0 ha pada tahun 2019

b. Akses air minum layak kondisi awal tahun 2014 sebesar 70% menjadi 100% pada tahun 2019.

c. Akses sanitasi layak kondisi awal tahun 2014 sebesar 60,9% menjadi 100% pada tahun 2019.

Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia ke depan, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 terkait pembangunan infrastruktur dasar adalah: Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Pertumbuhan dan Pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai kese-imbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruk-tur perumahan dan kawasan permukiman (air minum dan sanitasi) serta infrastruktur kelistrikan, menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan.

Kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah- Swasta.

Agenda pembangunan nasional disusun sebagai penjabaran operasional dari Nawa Cita yaitu:

(1) menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara; (2) mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya; (3) membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah- daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; (4) Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;

(3)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 3

(5) meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; (6) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional; (7) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; (8) melakukan revolusi karakter bangsa; dan (9) memperteguh kebhine- kaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Masing-masing agenda dijabarkan menurut prioritas- prioritas yangdilengkapi dengan uraian sasaran, arah kebijakan dan strategi.

Dalam rangka meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional disusun 11 sub agenda prioritas sebagai berikut: (1) Membangun Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan; (2) Membangun Transportasi Massal Perko-taan; (3) Membangun Infrastruktur/Prasarana Dasar; (4) Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi dalam Pembiayaan Infrastruktur; (5) Menguatkan Peran Investasi; (6) Mendorong BUMN menjadi Agen Pembangunan; (7) Meningkatkan Kapasitas Inovasi dan Teknologi; (8) Meningkatkan Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Nasional; (9) Mengembangkan Kapasitas Perdagangan Nasional; (10) Meningkatkan Daya Saing Tenaga Kerja; dan (11) Meningkatkan Kualitas Data dan Informasi Statistik dalam Sensus Ekonomi Tahun 2016.

Sedangkan sasaran serta arah kebijakan dan strategi sub agenda prioriras membangun infrastruktur/prasarana dasar kawasan permukiman diuraikan sebagai berikut:

SASARAN

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.

2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia yang dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu optimalisasi dan pembangunan baru (supply side), peningkatan efisiensi layanan air minum (demand side), dan penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment).

3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum dilakukan melalui (i) fasilitasi SPAM PDAM yaitu bantuan program PDAM menuju 100% PDAM Sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 5.700 kawasan dan (ii) fasilitasi SPAM non-PDAM yaitu bantuan program non-PDAM menuju 100%

pengelola non-PDAM sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 1.400 kawasan. Sedangkan pembangunan baru dilakukan melalui (i) pembangunan SPAM kawasan khusus yaitu SPAM kawasan kumuh perkotaan untuk 661.600 sambungan rumah (SR), SPAM kawasan nelayan untuk 66.200 SR, dan SPAM rawan air untuk 1.705.920 SR; (ii) pembangunan SPAM berbasis masyarakat untuk 9.665.920 SR; (iii) pembangunan SPAM perkotaan yaitu SPAM IKK untuk 9.991.200 SR dan SPAM Ibukota Pemekaran dan Perluasan Perkotaan untuk 4.268.800 SR; (iv) pembangunan SPAM Regional untuk 1.320.000 SR di 31 kawasan.

(4)

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 4

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional. Penerapan prinsip tersebut dilakukan melalui (i) pelaksanaan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) pada komponen sumber, operator dan konsumen di seluruh kabupaten/kota; (ii) optimalisasi bauran air domestik di seluruh kabupaten/kota; (iii) penerapan efisiensi konsumsi air minum pada tingkat rumah tangga sekitar 10 liter/orang/hari setiap tahunnya dan pada tingkat komersial dan fasilitas umum sekitar 10 persen setiap tahunnya.

5. Penciptaan lingkungan yang mendukung dilakukan melalui (i) penyusunan dokumen perencanaan air minum sebagai rujukan pembangunan air minum di seluruh kabupaten/kota yang mencakup Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), rencana strategis penyediaan air minum daerah (Jakstrada) dan rencana tahunan penyediaan air minum; (ii) peningkatan pendataan air minum sebagai rujukan perencanaan dan penganggaran air minum di seluruh kabupaten/kota; (iii) fasilitasi pengembangan peraturan di daerah yang menjamin penyediaan layanan air minum di seluruh kabupaten/kota.

6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan pembangunan dan peningkatan infrastruktur air limbah sistem terpusat skala kota, kawasan, dan komunal di 438 kota/kab (melayani 34 juta jiwa), serta peningkatan kualitas pengelolaan air limbah sistem setempat melalui peningkatan kualitas pengelolaan lumpur tinja perkotaan dan pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di 409 kota/kab; (ii) untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab; (iii) untuk sarana prasarana drainase permukiman dalam pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman termasuk 4.500 Ha di kawasan kumuh; serta (iv) kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507 kota/kab seluruh Indonesia.

7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan melalui (i) pembinaan dan pengawasan khususnya bangunan milik Pemerintah di seluruh kabupaten/kota; (ii) penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) untuk seluruh bangunan gedung dan penerapan penyelenggaraan bangunan hijau di seluruh kabupaten/kota; dan (iii) menciptakan building codes yang dapat menjadi rujukan bagi penyelenggaraan dan penataan bangunan di seluruh kabupaten/kota.

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

1. Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku dalam pemanfaatan air minum dan pengelolaan sanitasi melalui strategi:

(5)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 5

a. Jaga Air, yakni strategi yang ditempuh melalui (1) pengarusutamaan pembangunan air minum yang memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan), (2) pengelolaan sanitasi melalui peningkatan pengelolaan air limbah di perdesaan dengan sistem on-site dan di perkotaan dengan sistem on-site melalui IPLT dan sistem off-site baik skala kawasan maupun skala kota, peningkatan kualitas TPA menjadi TPA sanitary landfill dengan prioritas skema TPA regional, pengelolaan sampah melalui penerapan prinsip 3R, serta (3) peningkatan kesadaran masyarakat akan hygiene, sanitasi dan nilai ekonomis air.

b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui upaya konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan air hujan, pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air baku air minum maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan penampung air hujan) dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan drainase berwawasan lingkungan.

c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20 persen, pemanfaatan idle capacity;

dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat penyelenggara dan skala kota.

d. Bauran Air Domestik, yakni upaya untuk mengoptimalkan berbagai alternatif sumber air domestik yang tersedia sesuai tujuan pemanfaatan air, termasuk di dalamnya pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang air yang telah dipergunakan (water reclaiming).

2. Penyediaan infrastruktur produktif dan manajemen layanan melalui penerapan manajemen aset baik di perencanaan, penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun melalui strategi:

a. Optimalisasi infrastruktur air minum dan sanitasi eksisting melalui penurunan Non-Revenue Water (NRW) dan pemanfaatan idle capacity.

b. Pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi untuk memperluas cakupan layanan.

c. Rehabilitasi infrastruktur air minum dan sanitasi untuk infrastruktur dengan pemanfaatan yang sub-optimal, infrastruktur yang menua, dan infrastruktur yang terkena dampak bencana.

d. Pengembangan inovasi teknologi air minum, air limbah, persampahan dan drainase untuk memaksimalkan potensi yang ada.

e. Pembentukan dan penyehatan pengelola infrastruktur air minum, air limbah dan persampahan, baik berbasis institusi maupun berbasis masyarakat.

f. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan sanitasi terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP). Pemberian subsidi dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi juga dilakukan sebagai langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam rangka pemenuhan full cost recovery.

(6)

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 6

g. Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan aset infrastruktur.

3. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi:

a. Peningkatan kualitas rencana dan implementasi Rencana Induk-Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) dan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) melalui pengarusutamaan dalam proses perencanaan dan penganggaran formal. Penyusunan RI-SPAM didasari optimalisasi bauran sumber daya air domestik kota/kabupaten dan telah mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum. Peningkatan kualitas SSK dilakukan dengan memutakhirkan SSK untuk mengakomodasi perubahan lingkungan dan mengadopsi target universal access di wilayah kabupaten/kota;

b. Integrasi peningkatan promosi higiene dan sanitasi dalam rangka demand generation sebagai prasyarat penyediaan infrastruktur air minum dan sanitasi;

c. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di sektor air minum dan sanitasi.

d. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan sanitasi, baik eksekutif maupun legislatif serta media untuk menjamin keselarasan serta konsistensi perencanaan dan implementasinya di tingkat pusat dan daerah.

4. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi melalui strategi:

a. Sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap perencanaan sampai implementasi baik secara vertikal maupun horizontal, termasuk sinergi dengan pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya- upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, penanganan dan pencegahan kawasan kumuh, serta pembangunan kawasan tertinggal, perbatasan dan kawasan khusus.

b. Pelaksanaan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis regional dalam rangka mengatasi kendala ketersediaan air baku dan lahan serta dalam rangka mendukung konektivitas antar wilayah untuk pertumbuhan ekonomi.

c. Sinergi pendanaan air minum dan sanitasi yang dilaksanakan melalui (i) peningkatan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan Kab/Kota, (ii) pemanfaatan alokasi dana terkait pendidikan untuk penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi di sekolah; (iii) pemanfaatan alokasi dana terkait kesehatan baik untuk upaya preventif penyakit dan promosi higiene dan sanitasi serta pemanfaatan jaminan kesehatan masyarakat; serta (iv) sinergi penyediaan air minum dan sanitasi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK), Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan (TP), dana hibah berbasis kinerja/hasil,

(7)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 7

masyarakat, dan sumber dana lain terkait lingkungan hidup, pembangunan desa, serta kelautan dan perikanan.

d. Penguatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) termasuk pengelolaan data dan informasi melalui sistem terintegrasi (National Water and Sanitation Information Services/NAWASIS) yang memanfaatkan teknologi serta melibatkan partisipasi aktif seluruh stakeholder terkait.

3.1.1.2 Arahan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015-2019 3.1.2 Arahan Penataan Ruang

3.1.2.1 Arahan RTRW Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional PP 26/2008 yang selanjutnya disebut RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah Negara. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:

a. ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

b. keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

c. keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

d. keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;

e. keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

f. pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;

g. keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;

h. keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan

i. pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, telah diatur Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional untuk beberapa kawasan/lokasi di wilayah Jawa Tengah yang dijelaskan melalui tabel berikut ini.

(8)

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 8

Tabel 3. 1

Penentuan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Jawa Tengah

PKW Boyolali, Klaten, Salatiga, Tegal, Pekalongan, Kudus, Cepu, Kabupaten Magelang, Kota Magelang Wonosobo, Kebumen dan Purwokerto

Sumber :PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

3.1.1 RencanaTata RuangWilayah Pulau (RTRWPulau)

Rencana TataRuang(RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisas idari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antaralain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan polaruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c. Strategi operasionalisasi rencana polaruang dan struktur ruang khususnya untukbidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH , rusunawa, agropolitan, dll.

Sesuai dengan arahan yang terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali, Kota Magelang tidak termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN). PKN merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Didalam PP No 28 Tahun 2012 Kota Magelang masuk dalam Pusat Kawasan Wilayah Magelang.

Berikut adalah arahan pengembangan polaruangdan strukturruang, strategi operasionalisasi pola ruang dan struktur ruang, serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang RTR Pulau Jawa-Bali terhadap Kota Magelang:

 Pemantapan jaringan jalan arteri primer Secang-Magelang-Sleman-Yogyakarta

 PengembanganjaringanjalanbebashambatanantarkotadiPulauJawa yangmenghubungkan Yogyakarta-Bawen

 Pemantapan jaringan jalur kereta api lintas utara-selatan (pengumpan) Pulau Jawa pada lintas Kedung jati-Ambarawa-Magelang-Yogyakarta yang melayani PKW Magelang dan PKN Yogyakarta.

(9)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 9

3.1.2 Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

1. Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:

a. pertahanan dan keamanan b. pertumbuhan ekonomi c. sosial dan budaya

d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Kawasan Strategis Nasional Nasional untuk beberapa kawasan/lokasi di wilayah Kota Magelang yang dijelaskan melalui tabel berikut ini.

Sebagaimana RTRWN dan RTR Pulau Jawa-Bali, maka arahan yang terkandung dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2014tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah, ditetapkan Pusat Kegiatan wilayah (PKW) meliputi PKW meliputi Purwokerto, Kebumen, Wonosobo, Boyolali, Klaten, Cepu, Kudus, Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Kota Pekalongan, Kota Tegal dan Kota Salatiga

2. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.

Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang yaitu sebagai berikut:

a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan

dengan negara tetangga

c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya

d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

3. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk

(10)

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 10

melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut:

a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional

b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi.

c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

(11)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 11

Gambar 3. 1Pola Ruang Jawa Tengah

(12)

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 12

3.1.2.2 RTRW Provinsi Jawa Tengah

Rencana Tata Ruang Wilayah ProvinsiJawa Tengah 2009-2029 (Perda Jawa Tengah No. 6Tahun 2010) sebagai bagian integral penataan ruang nasional berazaskan manfaat ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdayaguna dan berhasilguna, tertib, serasi, seimbang, lestari dan berkelanjutan.

1. Rencana Struktur Ruang Jawa Tengah

Rencana Struktur Ruang Wilayah terdiri atas Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan dan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah, dijelaskan melalu gambar berikut ini:

(13)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 13

Gambar 3.2 Struktur Ruang Jawa Tengah

(14)

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 14

Rencana Struktur Pola Ruang Provinsi Jawa Tengah

No Rencana Sistem Pengembangan Arah Pengembangan

1 Sistem Perkotaan a) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) :

- kawasan perkotaan Semarang – Kendal – Demak – Ungaran - Purwodadi (Kedungsepur);

- Surakarta, meliputi Kota Surakarta dan sekitarnya; dan - Cilacap, meliputi kawasan perkotaan Cilacap dan sekitarnya.

b) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) :

Purwokerto, Kebumen, Wonosobo, Boyolali, Klaten, Cepu, Kudus, Kota Magelang, Kota Pekalongan, Kota Tegal dan Kota Salatiga.

c) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) :

Kroya, Majenang, Wangon, Ajibarang, Banyumas, Purbalingga, Bobotsari, Sokaraja, Banjarnegara, Klampok, Gombong, Karanganyar Kebumen, Prembun, Kutoarjo, Purworejo, Mungkid, Muntilan, Mertoyudan, Borobudur, Secang, Ampel, Sukoharjo, Kartasura, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Jaten, Delanggu, Prambanan, Tawangmangu, Blora, Purwodadi, Gubug, Godong, Rembang, Pati, Juwana, Tayu, Jepara, Pecangaan, Demak, Mranggen, Ungaran, Ambarawa, Temanggung, Parakan, Kendal, Boja, Kaliwungu, Weleri, Sukorejo, Batang, Kajen, Wiradesa, Comal, Pemalang, Slawi- Adiwerna, Ketanggungan-Kersana, Bumiayu, Brebes.

2 Sistem Perwilayahan a) Kedungsepur yang meliputi Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang (Ungaran), Kota Semarang, Kota Salatiga dan Kabupaten Grobogan (Purwodadi), dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi, Nasional dan Internasional;

b) Juwana-Jepara-Kudus-Pati (Wanarakuti) yang berpusat di Kudus, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi dan Nasional;

c) Surakarta dan sekitarnya (Subosukawonosraten), yang terdiri dari Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi, Nasional dan Internasional;

d) Bregasmalang, yaitu Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Slawi (Kabupaten Tegal), dan Kabupaten Pemalang, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi dan Nasional;

e) Petanglong yang terdiri dari Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang dan Kota Pekalongan dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan Provinsi;

f) Barlingmascakeb, meliputi Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi dan Nasional (khusus Cilacap);

g) Purwomanggung meliputi Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kota Magelang, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan Provinsi; h. Banglor yang terdiri dari Kabupaten Rembang dan Kabupaten Blora, dengan pusat di Cepu, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan Provinsi.

3 Sistem Jaringan Prasana Wilayah Arahan pengembangan Jaringan Jalan sebagaimana direncanakan sebagai berikut : a) jalan bebas hambatan : Yogyakarta-Bawen

(15)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 15

No Rencana Sistem Pengembangan Arah Pengembangan

b) jalan arteri primer : ruas jalan Yogyakarta-Semarang,

c) jalan kolektor primer : Bawen - Magelang - Perbatasan Yogyakarta

Arahan pengembangan prasarana lingkungan dilaksanakan pembangunan dan/atau pengembangan : a) pembangunan jaringan air bersih perpipaan di kawasan perkotaan;

b) Pengembangan prasarana persampahan

- Tempat Pengolahan Akhir Sampah Regional direncanakan di Metropolitan Kedungsepur, Metropolitan Bregasmalang, Metropolitan Subosukawonosraten, Purwomanggung dan Petanglong.

- Tempat Pemrosesan Akhir Sampah lokal direncanakan di setiap Kabupaten yang diluar wilayah pelayanan Tempat Pengelolaan Akhir Sampah regional yang berada di Metropolitan;

- pembangunan Tempat Pemrosesan Sementara di lokasi-lokasi strategis.

c) Pengembangan prasarana limbah dan drainase

- Penyediaan sistem pengolahan limbah cair domestik sesuai kebutuhan pada kawasan perkotaan;

- pembangunan tempat pengolahan limbah industri Bahan Berbahaya dan Beracun;

- pembangunan IPAL dan IPLT di kawasan perkotaan di tiap Kabupaten/Kota;

- pengembangan sistem drainase terpadu di seluruh ibukota kabupaten/kota;

- pengembangan sumur resapan di tiap bangunan.

d) Rencana pengembangan sistem prasarana lingkungan yang digunakan lintas wilayah administrative

- kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah perkotaan;

- pengalokasian tempat pembuangan akhir sesuai dengan persyaratan teknis;

- pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis;

- pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan daya dukung lingkungan Sumber: RTRW Jawa Tengah 2009-2029

(16)

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 16

2. Rencana Pola Ruang Jawa Tengah

Pola ruang wilayah Provinsi menggambarkan rencana sebaran kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung di Jawa Tengah dapat dilihat sebagai berikut:

a. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

Kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat sebagaimana dimaksud dalam terletak di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Magelang, Kota Salatiga, Kota Semarang.

b. kawasan perlindungan setempat;

c. kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya;

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan berada di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Pekalongan, Kota Tegal.

d. kawasan rawan bencana alam;

Kota Magelang dalam RTRW Jawa Tengah masuk dalam zona potensi bencana alam Gunung Berapi. Kawasan rawan letusan gunung berapi erada di kawasan Gunung Merapi dan Kawasan Gunung Slamet, meliputi Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten

(17)

ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KOTA MAGELANG

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 17

Klaten, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Magelang dan Kota Tegal

e. kawasan lindung geologi;

f. kawasan lindung lainnya

Kota Magelang masuk dalam kawasan perlindungan Plasma Nuftah di daratan.

Sebaran kawasan perlindungan Plasma Nutfah di daratan meliputi Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Magelang, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Tegal.

Pola ruang mengatur kawasan lindung dan kawasan budidaya, penatapan kawasan lindung dan budidaya yang terkait dengan Bidang Cipta Karya dijelaskan melalui tabel di bawah ini.

Tabel 3.3

Kawasan Lindung dan Budidaya

No. Kawasan Strategi Pengembangan Lokasi

1. Kawasan Rawan Bencana

 menegakkan aturan untuk mempertahankan fungsi lindung;

 mengatur penghunian di dalam kawasan untuk keselamatan manusia; dan

 mengatur kegiatan kehidupan untuk mitigasi bencana.

Kota Magelang dalam RTRW Jawa Tengah masuk dalam zona potensi bencana alam Gunung Berapi.

Kawasan rawan letusan gunung berapi erada di kawasan Gunung Merapi dan Kawasan Gunung Slamet, meliputi Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Magelang dan Kota Tegal

Sumber: RTRW Jawa Tengah

3. Kawasan Strategis Jawa Tengah

Kawasan Strategis di Provinsi dapat dilithat pada tabel berikut :

(18)

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 18

Tabel 3.4

Kawasan Strategis Povinsi Jawa Tengah

No Kawasan Strategis Rencana Pengembangan

1. Pertahanan Keamanan - diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional;

- diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan militer sistem pertahanan; atau

- merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas 2. Pertumbuhan Ekonomi - Kawasan Perkotaan Kendal - Demak - Ungaran - Salatiga - Semarang -

Purwodadi (Kedungsepur);

- Kawasan Perkotaan Surakarta-Boyolali-Sukoharjo-Karanganyar- Wonogiri - Sragen-Klaten (Subosukawonosraten);

- Kawasan Perkotaan Brebes-Tegal-Slawi-Pemalang (Bregasmalang); d.

Kawasan Perkotaan Juwana-Jepara-Kudus-Pati (Wanarakuti);

- Kawasan Perkotaan Pekalongan-Batang-Kabupaten Pekalongan (Petanglong);

- Kawasan Perkotaan Purwokerto dan sekitarnya - Kawasan Perkotaan Magelang dan sekitarnya;

- Kawasan Perkotaan Cilacap dan sekitarnya;

- Kawasan Perkotaan Gombong-Karanganyar-Kebumen;

- Kawasan Perkotaan Purworejo-Kutoarjo;

- Kawasan Perkotaaan Wonosobo dan sekitarnya;

- Kawasan Perkotaan Temanggung-Parakan;

- Kawasan Perkotaan Cepu;

- Kawasan Koridor Solo-Selo-Borobudur;

- Kawasan Koridor Jalur Lintas Selatan Selatan dan pesisir Jawa Tengah;

- Kawasan Strategis Ekonomi Kendal;

- Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap; r. Kawasan Agropolitan Jawa Tengah;

- Kawasan Pangandaran-Kalipucang-Segara Anakan-Nusa Kambangan (Pacangsanak);

- Kawasan Koridor Perbatasan Cirebon-Brebes-Kuningan (Cibening);

- Kawasan Koridor Perbatasan Blora-Tuban-Rembang-Bojonegoro (Ratubangnegoro);

- Kawasan Koridor Perbatasan Pacitan-Wonogiri-Wonosari (Pawonsari);

- Kawasan Koridor Perbatasan Purworejo-Kulon Progo (Purwokulon);

- Kawasan Koridor Perbatasan Klaten-Sukoharjo-Wonosari (Kesukosari);

- Kawasan Majenang dan sekitarnya;

- Kawasan Bumiayu dan sekitarnya;

- Kawasan strategis lainnya 4 Social Dan Budaya - Kawasan Candi Prambanan;

- Kawasan Candi Borobudur;

- Kawasan Kraton Kasunanan dan Mangkunegaran;

- Kawasan Candi Dieng;

- Kawasan Candi Gedongsongo;

- Kawasan Candi Cetho dan Candi Sukuh;

- Kawasan Sangiran;

- Kawasan Masjid Agung Demak dan Kadilangu;

- Kawasan Menara Kudus dan Gunung Muria;

- Kawasan Kota Lama, Masjid Agung Semarang, Masjid Agung Jawa Tengah dan Gedong Batu Semarang;

- Kawasan permukiman tradisional Samin di Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Blora;

(19)

ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KOTA MAGELANG

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 19

No Kawasan Strategis Rencana Pengembangan

- Kawasan strategis lainnya 5 Pendayagunaan

sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi;

- Kawasan Muria;

- Kawasan Cilacap;

- Kawasan Rembang;

- Kawasan Mangkang;

- Kawasan Panas Bumi Dieng, Kawasan Panas Bumi Guci, Kawasan Panas Bumi Baturraden, Kawasan Panas Bumi Gunung Ungaran;

- Kawasan Blok Cepu;

- Kawasan strategis lainnya.

6 Daya Dukung

Lingkungan Hidup - Kawasan Taman Nasional Merapi;

- Kawasan Taman Nasional Merbabu;

- Kawasan Taman Nasional Karimunjawa;

- Kawasan Dataran Tinggi Dieng;

- Kawasan Sindoro Sumbing;

- Kawasan Rawa Pening;

- Kawasan Segara Anakan;

- Daerah Aliran Sungai Garang;

- Kawasan Daerah Aliran Sungai kritis lintas kabupaten/kota;

- Kawasan Kebun Raya Baturraden;

- Kawasan Karangsambung;

- Kawasan Karst Sukolilo;

- Kawasan Karst Gombong;

- Kawasan Karst Wonogiri;

- Kawasan Bledug Kuwu;

- Kawasan Pantai Ujung Negoro-Roban;

- Kawasan Gunung Lawu;

- Kawasan Gunung Slamet Sumber: RTRW Jawa Tengah

3.1.2.3 RTRW Kota Magelang

Ruang Lingkup Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang (Perda Nomor 4 Tahun 2012) mencakup strategi dan pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah kota sampai dengan batas ruang daratan, ruang perairan, dan ruang udara sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Wilayah perencanaan Daerah meliputi wilayah administrasi seluas 18,5 Km2 yang terdiri dari 3 (tiga) kecamatan.

Tujuan penataan ruang wilayah Kota Magelang adalah mewujudkan ruang Daerah sebagai kota jasa bertaraf regional yang berbudaya, maju, dan berdaya saing dalam masyarakat madani dan mampu menyejahterakan masyarakat, aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

Kebijakan sebagai arahan tindakan untuk mencapai tujuan penataan ruang Kota Magelang dan strategi sebagai langkah operasionalisasi dari kebijakan penataan ruang wilayah Kota Magelang meliputi:

a. kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang Daerah;

b. kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang Daerah; dan

(20)

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 20

c. kebijakan dan strategi penetapan kawasan strategis Daerah.

1. Rencana Struktur Ruang Kota Magelang

Struktur Ruang Daerah bertujuan untuk mengakomodasi fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sebagaimana telah ditetapkan dalam RTRW Nasional serta melaksanakan pengembangan dan pembangunan Daerah sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Magelang. Kebijakan pengembangan struktur ruang Kota Magelang meliputi:

a. penataan dan pengembangan pusat-pusat kegiatan yang mampu meningkatkan peran dan fungsi Daerah menjadi PKW di Purwomanggung;

b. pengembangan dan peningkatan akses, serta jangkauan pelayanan kawasan pusat-pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi wilayah Daerah yang merata dan berhierarki, guna meningkatkan produktifitas dan daya saing Daerah;

c. pengembangan sistem sarana dan prasarana yang terintegrasi dengan sistem regional, provinsi, dan nasional; dan pengembangan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan system sarana dan prasarana yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Daerah

d. sesuai dengan arahan penyediaan yang berdasarkan standar dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Strategi Penataan dan Pengembangan Struktur Ruang Kota

Strategi penataan dan pengembangan pusat-pusat kegiatan yang mampu meningkatkan peran dan fungsi Daerah menjadi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Purwomanggung meliputi :

a. meningkatkan keterkaitan antara Daerah sebagai PKW dengan Kawasan Purwomanggung sebagai Pusat Kegiatan Lokal;

b. menata, mengembangkan, dan/atau membangun kawasan pusat-pusat kegiatan perekonomian Daerah yang mempunyai skala pelayanan regional yang terdiri dari Kawasan Armada Estate, Kawasan Kebonpolo, Kawasan Alun-alun, Kawasan Jalan Pemuda, Kawasan Sentra Perekonomian Lembah Tidar, Kawasan Taman Kyai Langgeng, Kawasan Soekarno Hatta, dan Kawasan Pasar Tradisional Rejowinangun;

c. menata, mengembangkan, mengkoordinasi, dan/atau membangun kawasan pusat-pusat kegiatan pendidikan Daerah yang mempunyai skala pelayanan regional dan/atau nasional yang terdiri dari Kawasan Pendidikan Sidotopo, Kawasan Akademi Keperawatan (AKPER) dan Akademi Kebidanan (AKBID) Politeknik Kesehatan,

(21)

ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KOTA MAGELANG

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 21

Kawasan Akademi Teknik Tirta Wiyata, Kawasan Gedung Olahraga (GOR) Samapta, Kawasan Universitas Tidar Magelang (UTM), Kawasan Sekolah Calon Bintara (SECABA), Kawasan Universitas Muhammadiyah (UMM), dan Kawasan Akademi Militer (AKMIL), serta kawasan pendidikan tingkat atas, menengah, dan dasar yang ditetapkan Pemerintah Daerah bertaraf nasional dan internasional; dan

d. menata, mengembangkan, mengkoordinasi dan/atau membangun kawasan pusat-pusat kegiatan kesehatan Daerah yang terdiri dari Kawasan Komplek Rumah Sakit Jiwa Prof.

dr. Soerojo, Kawasan Rumah Sakit Islam, Kawasan Rumah Sakit Bersalin Budi Rahayu, Kawasan Rumah Sakit Tentara dr Soedjono, Kawasan Rumah Sakit Lestari Raharja, Kawasan Rumah Sakit Amanda, Kawasan Rumah Sakit Bersalin Gladiool, Kawasan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar, Kawasan Rumah Sakit Harapan, Kawasan Rumah Bersalin Panti Bahagia, dan Kawasan Balai Pengobatan Paru-paru.

Pengembangan Sistem Sarana Dan Prasarana

Strategi pengembangan sistemsarana dan prasarana yang terintegrasi dengan sistem regional, provinsi, dan nasional meliputi:

a. memadukan, meningkatkan, dan/atau membangun jaringan infrastruktur transportasi darat yang terdiri dari jaringan jalan beserta pendukungnya, sarana terminal penumpang dan barang, dan lokasi pergantian moda transportasi barang dan orang secara terintegrasi dengan jaringan pelayanan transportasi regional, Provinsi, dan nasional;

b. memadukan, menata, dan/atau membangun jaringan pengolahan sampah Daerah dengan Kawasan Kabupaten Magelang secara terintegrasi melalui Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Regional; dan

c. memadukan, mengembangkan, dan menjaga kualitas jaringan irigasi Kali Progo Manggis sebagai bagian infrastruktur pengairan Pemerintah dan Kali Bening sebagai bagian infrastruktur pengairan Provinsi untuk menunjang pengembangan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

Sistem Jaringan Transportasi dan Telekomunikasi

a. meningkatkan kualitas dan kuantitas, menata, dan/atau membangun sistem prasarana transportasi darat di Daerah untuk kelancaran distribusi barang/jasa dengan mengembangkan terminal tipe A, terminal tipe C, jaringan jalan kota, sarana angkutan umum, prasarana pejalan kaki, dan prasarana pendukung jaringan jalan;

(22)

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 22

b. mengembangkan, menata, meningkatkan, dan/atau membangun sarana dan prasarana telekomunikasi dan informatika secara proporsional, efektif, dan efisien yang meliputi jaringan telepon, stasiun televisi lokal Daerah, jaringan penyiaran radio, jaringan informatika, dan penataan Menara telekomunikasi;

Sistem Jaringan Energi

System jaringan energy dilakukan dengan mengembangkan, menata, dan mewujudkan keterpaduan sistem prasarana ketenagalistrikan yang meliputi jaringan transmisi, gardu induk distribusi, dan jaringan distribusi energi kelistrikan, serta energi alternatif;

Sistem Prasarana Pertanian dan Pengelolaan Lingkungan

a. mengembangkan, menata, dan mengintegrasikan sistem prasarana dan jaringan pengairan irigasi Daerah agar terpadu dengan jaringan irigasi regional untuk menunjang kegiatan sektor pertanian pangan berkelanjutan;

b. mengembangkan, menata, meningkatkan, dan/atau membangun kualitas sistem jaringan air bersih Daerah meliputi sumber mata air, jaringan transmisi, dan jaringan distribusi air bersih, serta sarana pendukungnya;

c. menata, memantau, melindungi, dan mengkonservasi air tanah sebagai salah satu sumber daya air bersih Daerah dengan prinsip berkelanjutan;

d. mengembangkan, menata, meningkatkan kualitas sistem pengelolaan sampah Daerah dengan metode penggunaan kembali sampah, reduksi sampah, dan daur ulang sampah, serta membangun dan mewujudkan keterpaduan sistem pengelolaan persampahan Daerah dengan wilayah Kabupaten Magelang;

e. mengembangkan, menata, meningkatkan, dan/atau membangun secara bertahap jaringan dan sarana pengolahan air limbah sehingga terpisah dengan jaringan drainase untuk kesehatan dan keberlanjutan lingkungan Daerah;

f. mengembangkan, menata, meningkatkan, dan/atau membangun jaringan drainase secara bertahap dan berhierarki sehingga tercapai keterpaduan sistem drainase untuk menghindari genangan air dan/atau banjir akibat hujan di wilayah Daerah; dan

g. mengembangkan, menata, meningkatkan, dan/atau membangun sarana dan prasarana dasar lingkungan perumahan dan kawasan permukiman untuk mewujudkan keterpaduan dengan sistem penyediaan jaringan pelayanan air bersih, persampahan, air limbah, dan drainase tingkat kota agar lebih berkualitas.

(23)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 23

Gambar 3.3:

Peta Rencana Pola Ruang Kota Magelang

Sumber : Dokumen Perencanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis RTRW Kota Magelang, 2013

(24)

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 23

2. Rencana Pola Ruang Kota Magelang

Rencana pola ruang wilayah Kota Magelang terdiri atas : a. kawasan lindung Daerah;

b. kawasan budidaya Daerah;

Kawasan Lindung Daerah

Arahan pengunaan lahan kawasan lindung Kota Magelang berdasarkan RTRW Kota Magelang Tahun 2011-2031 adalah:

a) Kawasan Perlindungan Setempat meliputisempadan sungai dan ruang terbuka hijau (hutan kota). Kota Magelang memiliki kawasan lindung dan hutan kota yang keberadaannya penting untuk memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau kota, yaitu kawasan konservasi Gunung Tidar. Kelestarian Gunung Tidar perlu dijaga dan dipertegas fungsinya, jika tidak semakin lama kawasan ini akan semakin mengalami degradasi lingkungan, mengingat letak kawasan ini sangat strategis dinilai dari sudut pandang investasi.

b) Kawasan Rawan Bencana Longsor merupakan kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensitinggi mengalami bencana longsoran. Bencana tanah longsor merupakan melimpahnya volume air yang berlebih umumnya dari air hujan yang tidak bisa diserap oleh lapisan tanah dan vegetasi di kawasan resapan air daerah (hulu) sehingga semakin lama air dapat mengikis tanah dan akhirnya terjadi longsor. Daerah-daerah yang termasuk kawasan rawan bencana longsor di Kota Magelang meliputi daerah yang terdapat di sekitar DAS Progo dan Elo.

Kebijakan pengembangan kawasan lindung di Kota Magelang dilakukan dengan melakukan sebagai berikut:

a. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

Strategi pengembangan kawasan lindung untuk pemeliharaan dan peningkatan kelestarian fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan:

- menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang udara, dan ruang di dalam bumi yang meliputi kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, RTH, kawasan suaka alam, kawasan lindung geologi, kawasan cagar budaya, dan kawasan rawan bencana alam;

(25)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 23

- mewujudkan RTH untuk mencapai luasan 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah Daerah;

- mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah

- mengembangkan, menata, mempertahankan, dan/atau meningkatkan kualitas kawasan cagar budaya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pariwisata Daerah; dan

- mengarahkan kawasan rawan bencana tanah longsor sebagai awasan sabuk hijau (green belt).

b. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.

Strategi pengembangan kawasan lindung untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dilakukan dengan:

- menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;

- melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;

- melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lainnya yang dibuang kedalamnya;

- mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;

- mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; dan

- mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.

Kawasan Budidaya Daerah

Kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi:

a. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya; dan b. pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung

lingkungan hidup.

(26)

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 23

Arahan penggunaan lahan kawasan budidaya Kota Magelang berdasarkan RTRW Kota Magelang Tahun 2011-2031 adalah :

(27)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 23

Tabel 3.5

Arahan Penggunaan Lahan Kawasan Budidaya

No Kawasan Pengembangan Kawasan

1 Kawasan Permukiman

Pengembangan kawasan permukiman diarahkan menyebar di seluruh unit lingkungan atau BWP yang ada di wilayah Kota Magelang dengan luas keseluruhan ± 701,36 ha. Secara eksisting perumahan di Kota Magelang memiliki kepadatan yang sangat tinggi, sehingga pengembangannya dimasa mendatang diarahkan secara vertikal. Selain itu diperlukan pengembangan rumah susun untuk mencukupi kebutuhan perumahan bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan untuk bermukim. Kawasan yang masih memungkinkan adanya pengembangan permukiman di BWP III dan V.

2 Kawasan

Perdagangan/Jasa Pengembangan kawasan perdagangan/jasa diarahkan di sekitar jalan arteri primer di BWP IV khusus untuk perdagangan/jasa skala regional, jalan arteri sekunder di BWP I, BWP II, BWP IV dan BWP V dan jalan lokal primer/sekunder di BWP I dengan luas keseluruhan ± 120,86 ha

3 Kawasan

Perkantoran Fasilitas perkantoran utama yang diarahkan untuk dikembangkan di kawasan perkantoran antara lain meliputi perkantoran pusat pemerintahan, kantor dinas/instansi pemerintahan Kota Magelang, kantor instansi vertikal di Kota Magelang, kantor pemerintahan kecamatan, maupun sarana perkantoran niaga.

Fasilitas/ kegiatan lain yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan ekonomi, sosial dan budaya yang layak dan dapat dikembangkan di kawasan perkantoran antara lain meliputi kantor pemerintah kelurahan, kantor niaga dan perbankan, koperasi, kantor jasa, gedung pertemuan, museum, fasilitas kesehatan skala lokal, peribadatan skala lokal, rekreasi/olah raga skala lokal, dan kegiatan-kegiatan lain yang layak peruntukannya. Pengembangan kawasan perkantoran diarahkan di seluruh unit lingkungan atau BWP yang ada di wilayah Kota Magelang dengan luas keseluruhan ± 48,76 ha.

4 Kawasan Pendidikan Pengembanganfasilitas pendidikan diarahkan menyebar di seluruh unit lingkungan atau BWP yang ada di wilayah Kota Magelangagar sistem pelayanan kepada masyarakat merata. Luas keseluruhannya ± 107,92 ha.

5 Kawasan Kesehatan Rencana pengembangan fasilitas kesehatan diarahkan tersebar pada seluruh wilayah perkotaan guna memeratakan sistem pelayanan kepada masyarakat.

Pengembangan kawasan kesehatan diarahkan di BWP I, BWP II, BWP III dan BWP V danluas keseluruhan ± 42,46 ha.

6 Kawasan

Peribadatan Ketersediaan fasilitas peribadatan di Kota Magelang jika dilihat pada kondisi eksisting yang ada saat ini sudah sangat mencukupi. Sehingga dalam pengembangannya hanya berorientasi pada perbaikan atau peningkatan kondisi dari fasilitas peribadatan yang ada. Pengem-bangan kawasan peribadatan penting diarahkan di seluruh unit BWP yang ada di Kota Magelang dengan luas keseluruhan ± 2,80 ha

7 Kawasan

Rekreasi/Olah Raga Rencana pengembangan kawasan rekreasi di Kota Magelang diarahkan dalam dua bentuk, yaitu rekreasi terbuka dan rekreasi tertutup. Untuk rekreasi terbuka direncanakan dengan memanfaatkan arena olahraga, lapangan dan taman- taman kota yang direncanakan ada di setiap pusat kawasan sebagai sarana interaksi sosial bagi masyarakatnya. Untuk rekreasi yang tertutup direncanakan berbentuk sarana rekreasi bioskop, tempat olahraga, arena permainan dan sebagainya. Fasilitas rekreasi tersebut berada pada kawasan pusat kota dan sub pusat kota, serta kawasan perdagangan terutama yang berupa pasar swalayan.

Fasilitas dan/atau kegiatan lain yang mendukung kegiatan ekonomi, sosial dan budaya yang layak dan dapat dikembangkan di kawasan rekreasi/ olahraga antara lain fasilitas rekreasi/olah raga skala lokal, kesehatan skala lokal, peribadatan skala lokal, gedung pertemuan, gedung kesenian/ 8pertunjukan,

(28)

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 23

No Kawasan Pengembangan Kawasan

dan kegiatan-kegiatan lain yang layak peruntukannya. Pengembangan kawasan rekreasi olah raga diarahkan di BWP II, BWP III dan BWP V dengan luas keseluruhan ± 89,39 ha.

8 Kawasan

Industri/Perdagangan

Dalam penataan ruang untuk industri, diprioritaskan untuk industri sedang dan industri kecil/rumah tangga yang rata-rata berkembang dikawasan permukiman, sehingga perlu diatur dengan dukungan penyediaan prasarana sarana seperti pengelolaan limbah dan showroom sekaligus outlet sebagai sarana promosi dan pemasaran. Pengembangan kawasan industri/ perdagangan diarahkan di BWP IV dengan luas keseluruhan ± 68,03 ha.

9 Kawasan Militer Sebagaimana kondisi yang ada saat ini, di luar kawasan-kawasan milik TNI yang pemanfaatannya untuk fungsi non kemiliteran lain (seperti lapangan golf, gedung pertemuan A. Yani, gelanggang remaja dan lainnya) berada di BWP II, BWP III dan BWP V . Luas keseluruhan ± 151,05 ha.

10 Kawasan Pertanian Pengembangankawasan pertanian diarahkan di BWP II, BWP III, BWP IV dan BWP Vdengan luas keseiuruhan ± 185,56 ha

11 Kawasan Terbuka

Non Hijau Adapun RTNH yang ada di Kota Magelang, meliputi : plasa, parkir, lapangan olahraga, tempat bermain dan rekreasi, pembatas (median jalan), dan koridor rumah. Pengembangan RTNH merupakan salah satu alternatif untuk penganti RTH yang bisa di terapkan pada kawasan-kawasan padat Kota.

12 Kawasan Transportasi (Terminal)

Sarana (fasilitas) terminal yang diarahkan untuk dikembangkan di kawasan terminal antara lain meliputi terminal regional, terminal angkutan kota dan terminal barang. Fasilitas dan/atau kegiatan yang mendukung perikehi-dupan dan penghidupan ekonomi, sosial dan budaya yang dapat dikem-bangkan di kawasan terminal antara lain fasilitas perdagangan skala lokal (kios), kesehatan skala lokal, peribadatan skala lokal, dan kegiatan-kegiatan lain yang layak peruntukannya. Pengembangan kawasan terminal diarahkan di BWP I, BWP II dan BWP IV dengan luas keseluruhan ± 4,85 ha.

13 Kawasan Pemakaman

Kawasan pemakaman merupakan kawasan budidaya yang mempunyai fungsi utama dan satu-satunya sebagai tempat pemakaman umum ataupun taman makam pahlawan. Pengembangan kawasan pemakaman diarahkan di seluruh unit lingkungan atau BWP yang ada di Kota Magelang dengan luas keseluruhan

± 35,65 ha.

14 Kawasan Khusus

Sektor Informal Pengembangan kawasan khusus sektor informal untuk PKL secara umum dapat dikembangkan di daerah-daerah yang merupakan simpul-simpul perdagangan, memiliki tingkat aksesibilitas untuk dijangkau dengan berjalan kaki, ruang terbuka aktif, daerah-daerah yang memiliki tingkat keramaian dan merupakan area bebas yang cukup luas dan memiliki potensi untuk dikunjungi penduduk sebagai lokasi untuk bersantai dan melepas lelah. Arahan pengembangan kawasan khusus sektor informal untuk PKL dapat dikembangkan dan ditata di kawasan Jalan Jenggolo dengan melakukan penutupan akses di malam hari di Jalan Pajajaran dan Jalan Pajang. Kawasan khusus ini diperuntukan bagi pedagang kuliner khas Kota Magelang dan sekitar (yang berupa makanan unggulan).

Area untuk mewadahi PKL di waktu siang hari adalah di sepanjang jalan Pemuda dengan memanfaatkan jalur lambat. Pengembangan PKL di sebelah utara Kota Magelang akan diakomodasi di Kawasan Armada Estate dengan membuka waktu jualan di siang dan malam hari di sekitar tanah kosong milik Armada Estate.

Sumber: RTRW Kota Magelang

(29)

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

PEMBARUAN DATA DASAR USULAN KECIPTAKARYAAN

KOTA MAGELANG 2017 BAB III- 23

3. Kawasan Strategis Kota Magelang

Penetapan Kawasan Strategis diarahkan untuk menetapkan kawasan yang di dalamnya terbentuk Citra Kota sebagai unsur pendukung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang sekitarnya dan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta dimaksudkan untuk mewadahi sejarah dan masa depan.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Magelang secara umum membagi Kota Magelang menjadi 5 (lima) Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) dan memuat kebijakan dan strategi dalam pentaan ruang, salah satunya mengenaikawasan strategis kota.Kawasan strategis tersebut adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempuyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Kebijakan pengembangan kawasan strategis di Kota Magelang sebagai penjabaran dari tujuan penataan ruang meliputi:

1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya Kota Magelang;

2. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan dalam kerangka ketahanan nasional;

3. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian Kota Magelang yang produktif, efisien, dan mampu berdaya saing; dan

4. Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa.

Penetapan kawasan strategis kota di Kota Magelang didapatkan dari kawasan strategis yang sebagian teridentifikasi oleh produk RPJP Kota Magelang dan RTRW Nasional dan RTRW Provinsi Jawa Tengah. Adapun kawasan strategis yang terdapat di Kota Magelang adalah :

1. Kawasan Sidotopo;

2. Kawasan GOR Samapta;

3. Kawasan Sentra Perekonomian Lembah Tidar;

4. Kawasan Sukarno-Hatta;

5. Kawasan Kebonpolo;

6. Kawasan Alun-alun Kota;

7. Kawasan Strategis Lindung Gunung Tidar;

8. Kawasan Historical (Bangunan Kuno); dan 9. Kawasan Strategis Militer.

Gambar

Gambar 3. 1Pola Ruang Jawa Tengah
Gambar 3.2  Struktur Ruang Jawa Tengah
Tabel 3.10  Rencana Sistem Pelayanan

Referensi

Dokumen terkait

Sidang Dewan Yang Terhormat, Hadirin Para Sahabat Yang Berbahagia Terhadap 3 Rancangan Peraturan Daerah yang menjadi tugas dari Pansus 2 DPRD Kabupaten Sumbawa, dapat

Tembung tangan tengen sajrone cuplikan (30) ing ndhuwur nuduhake anane majas kolokasi .Tangan tengen sajrone cuplikan ing ndhuwur digunakake pangripta kanggo

Faizah menyimpulkan bahwa pelaksanaan arisan kurbanoleh jamaah Masjid Al-Munawaroh termasuk akad yang diperbolehkan ( mubah ), karena telah terpenuhinya syarat dan rukun akad.Di

Disetiap jalur pendakian tentunya sudah disertai rambu - rambu yang menunjukkan arahan bagi pendaki gunung agar sesuai jalur yang sudah ditentukan, namun masih

Langkah awal analisis data yaitu membuat kuesioner yang akan diproses dengan analisa regresi untuk mengetahui faktor bauran pemasaran mana yang paling berpengaruh dan

Untuk menunjukkan bahwa metode pajak hotel digunakan potensial yang meliputi tarif pajak dari pajak hotel, rata-rata kamar, jumlah hari dan jumlah kamar di hotel.Hasil

Berdasarkan mata kuliah prasyarat pembelajaran mikro yang terdapat pada program studi pendidikan kimia UIN Walisongo Semarang, peneliti tertarik untuk mengetahui

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterlaksanaan RPP, keterlaksanaan LKS, aktivitas siswa saat diterapkan pembelajaran, hasil belajar siswa dan respons