• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KONTRAK UNTUK KONSTRUKSI RDE DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MANAJEMEN KONTRAK UNTUK KONSTRUKSI RDE DI INDONESIA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

32

MANAJEMEN KONTRAK UNTUK KONSTRUKSI RDE DI INDONESIA

Rr. Arum Puni Rijanti dan Sahala Maruli Lumbanraja Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN),BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan Jakarta 12710

Telp/Fax: (021) 5204243 Email: apunir@batan.go.id

ABSTRAK

MANAJEMEN KONTRAK UNTUK KONSTRUKSI RDE DI INDONESIA, Memilih jenis kontrak yang tepat adalah salah satu keputusan yang paling penting yang dibuat oleh pemilik reaktor sebelum pelaksanaan proyek.Pembangunan RDE (Reaktor Daya Eksperimental) merupakan proyek padat modal, dan berteknologi tinggi sehingga mempunyai resiko tinggi baik bagi pemilik maupun bagi kontraktor. Oleh karena itu, salah satu pokok permasalahan yang perlu disiapkan dengan seksama oleh pemilik adalah model pendekatan kontrak yang akan digunakan supaya resiko proyek yang ditanggung oleh pemilik dapat diminimalisir. Pembangunan RDE membutuhkan waktu cukup panjang, yaitu lebih dari lima tahun tergantung pada kompleksitas dari teknologi yang digunakan, perizinan, kesiapan SDM, dan lain-lain. Tujuan darikajian ini adalah memberikan gambaran yang tepat dan jelas tentang jenis-jenis kontrak dengan berbagai keuntungan dan kerugiannya sehingga pimpinan dapat mempertimbangkan resiko yang paling minimal dari pilihan kontrak yang diputuskan. Makalah ini menggunakan metode pembobotan dimana nilai bobot kontrak yang paling kecil merupakan pendekatan kontrak yang lebih baik diimplementasikan pada proyek RDE. Hasil pembobotan menunjukkan bahwa pendekatan kontrak putar kunci adalah kontrak yang paling sesuai untuk pembangunan RDE karena factor keterbatasan negara pemasok teknologi dan keterbatasan pengoperasian teknologi RDE di dunia.

Kata kunci: kontrak, RDE, bobot.

ABSTRACT

MANAGEMENT CONTRACT FOR RDE CONSTRUCTION IN INDONESIA, Selecting the right type of contract is one of the most important decisions made by the owner of the reactor prior to the implementation of the project. Development RDE (Experimental Power Reactor) project is capital intensive and high-tech that have a high risk both for the owner and for contractors. Therefore, one of the main issues that need to be carefully prepared by the owners is a model contract approach that will be used so that the risks are borne by the owner of the project can be minimized. RDE development requires quite a long time, namely more than five years depending on the complexity of the technology used, licensing, human resources readiness, and others. The purpose of this study is to provide a clear and precise overview of the types of contracts with various advantages and disadvantages so that leaders can consider the most minimal risk of option contracts are decided. This paper uses the weighting method where the value of the smallest weighting contract is a contract that is better approach is implemented at RDE project. Weighting results show that the approach of the turnkey contract is a contract that is most suitable for development because of factors limited state RDE suppliers of technology and operating limitations RDE technology in the world.

Keywords: contract, RDE, weight.

PENDAHULUAN

Salah satu fokus kegiatan dalam Rencana Strategis tahun 2015-1019 BATAN[1] dan Rencana Strategis tahun 2015-1019 Deputi Teknologi Energi Nuklir-BATAN[2] adalah fokus bidang energi dimana salah satu kegiatannya adalah pengembangan reaktor daya eksperimental (RDE) dengan keluaran berupa prototipe reaktor daya eksperimental berdaya 10 MWt. Reaktor ini merupakan reaktor temperatur tinggi berpendingin gas yang dapat difungsikan sebagai pembangkit listrik dan kogenerasi. Rencana aksi manajemen pembangunan dijabarkan dalam Rencana Stategis Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir tahun 2015-2019 (PKSEN-BATAN)[3]. Jadwal pelaksanaan proyek RDE dimulai pada tahun 2015 hingga tahun 2019, dimana pada tahun 2016 direncanakan dilakukan tender proyek tersebut.

(2)

33 Pembangunan RDE merupakan proyek padat modal, dan berteknologi tinggi sehingga mempunyai resiko tinggi baik bagi pemilik maupun bagi kontraktor. Oleh karena itu, salah satu pokok permasalahan yang perlu disiapkan dengan seksama oleh pemilik adalah model pendekatan kontrak yang akan digunakan supaya resiko proyek yang ditanggung oleh pemilik dapat diminimalisir. Pembangunan RDE membutuhkan waktu cukup panjang, yaitu lebih dari lima tahun tergantung pada kompleksitas dari teknologi yang digunakan, perizinan, kesiapan SDM, dan lain-lain. Kompleksitas dalam proyek pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) begitu tinggi karena jumlah kontraktor dan pemasok yang dapat berpartisipasi sangat terbatas [4].

Menurut Craic Welling[5], biaya modal reaktor daya kecil untuk tahun fiskal tahun 2010 sebesar 4800-5200 US$/kW, sedangkan menurut Energy Information Administration, Capacity, Annual Energy Outlook, Table A9; Capital Cost: Updated Capital Cost Estimates for Utility Scale Generating Plants, April 2013, biaya modal SMR sebesar 6500 – 8645 US$/kW [6].

Menurut Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah [7,8] didefisikan sebagai pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau pekerjaan yang bernilai diatas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus milliar rupiah). Dengan demikian proyek RDE dapat dikategorikan sebagai proyek kompleks.

Memilih jenis kontrak yang tepat adalah salah satu keputusan yang paling penting yang harus ditetapkan oleh pemilik proyek sebelum pelaksanaan proyek. Ada dua jenis kontrak yang umum digunakan yaitu kontrak putar kunci (turnkey contract) dan kontrak paket (package contract)[9,10]. Pengaturan kontrak utama harus memungkinkan untuk distribusi risikoyang seimbang antara pemilik dan kontraktor. Namun demikian, tanggung jawab kontraktor selalu terbatas yang terdapat pada klausa kontrak. Pemilik harus mengutamakan keselamatan instalasi, keandalan dan kinerja dalam melaksanakan manajemen proyek.

Organisasi pemilik harus mengasumsikan kegiatan sesuai dengan kesiapan pelaksanaan proyek (kualifikasi staf, pengalaman, pengetahuan, dll)[9]. Kajian difokuskan pada pendekatan kontrak menurut IAEA yang dikombinasikan dengan kondisi regulasi yang berlaku di Indonesia.

Tujuan darikajian ini adalah memberikan gambaran yang tepat dan jelas tentang jenis-jenis kontrak dengan berbagai keuntungan dan kerugiannya sehingga pimpinan dapat mempertimbangkan resiko yang paling minimal dari pilihan kontrak yang diputuskan.

TEORI

RDE merupakan sejenis Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang digunakan untuk eksperimen dan mendemontrasikan kemampuan SDM BATAN untuk mengoperasikan reaktor daya.RDE yang dipilih oleh BATAN adalah reaktor nuklir temperatur tinggi berpendingin gas dengan bahan bakar jenis bola (pebble bed). RDE akan dibangun di kawasan Puspiptek Serpong-Tangerang Selatan-Banten. Indonesia belum berpengalaman dalam membangun RDE yang akan berdampak pada resiko tinggi jika salah membuat kontrak. Oleh karena itu dibutuhkan pilihan jenis kontrak yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

Jenis-jenis Kontak

Menurut Peraturan Presiden No 70 Tahun 2012 mendefinisikan bahwa Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana.Secara umum ada dua jenis pendekatan kontrak, yaitu pendekatan kontrak putar kunci (turkey contract approach) dan pendekatan kontrak paket (package contract approach).Berdasarkan Peraturan Presiden no. 29 tahun 2000, kontrak kerja konstruksi dibedakan atas dasar[11]:

1. bentuk imbalan, yang terdiri dari lump sum, harga satuan, biaya tambah imbalan jasa, gabungan Lump Sum dan harga satuan, atau aliansi;

2. jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang terdiri dari: tahun tunggal, atau tahun jamak;

3. cara pembayaran hasil pekerjaan, yaitu sesuai kemajuan pekerjaan, atau secara berkala.

Untuk memudahkan dan membantu negara-negara yang pertama kali akan membangun PLTN, IAEA memberikan panduan jenis kontrak yang akan diimplementasikan.

Untuk memudahkan anggotanya dalam membangun PLTN, IAEA memberikan tiga jenis

(3)

34

kontrak utama yang memenuhi semua aspek dari implementasi proyek, tapak, desain, konstruksi dan komisioning, yaitu:

1. Turnkey contract (plant approach) 2. Split-package contract (island approach) 3. Multi-package contract (component approach)

Pada dasarnya, ada dua jenis pendekatan kontrak putar kunci (turnkey contract), yaitu Turnkey EPC with firm price (Super turnkey) dan Turnkey EPC with target pricing (Normal Turnkey)[12].Pada pendekatan Super Turkey Contract,kontraktor utama bertanggungjawab penuh terhadap seluruh proyek mulai dari rancang bangun (desain), konstruksi hingga komisioning dimana seluruh proyekdibeli kontraktor dengan harga tetap (firm price).Sedangkan pada pendekatan Normal Turkey Contract, pemilik proyek (owner) memasok semua komponen yang berhubungan dengan proyek(10-20% dari biaya proyek), dimana pemilik/operator bertanggungjawab untuk pekerjaan sipil dan ereksi.

Kontrakputar kunci sering digunakan untuk proyek pertama dan proyek-proyek berikutnya ketika negara dan pemilik/operator tidak memiliki rencana jangka panjang.

Pemasok kontrak putar kunci untuk memulai, mengelola dan menyelesaikan semua kegiatan dari persiapan lokasi, infrastruktur, komisioning sampai dengan instalasi beroperasi. Peran pemilik/operator dalam model ini meliputi persetujuan faktur dan pasokan dana, administrasi kontrak dan pengawasan, audit teknis dan keuangan secara berkala, memperoleh izin dan lisensi dari otoritas baik lokal maupun secara nasional. Pemilik/operator juga mengasumsikan kewajiban dan tanggung jawab untuk dekomisioning dan pembuangan limbah bahan bakar[11].

Pendekatan kontrak paket adalah pendekatan kontrak dengan beberapa kontraktor berdasarkan paket pekerjaaan proyek. Secara umum pendekatan kontrak paket dapat dibagi dua jenis, yaitu pendekatan kontrak paket terpisah (split-package contract) dan pendekatan kontrak multi paket (multiple package contract) Pada pendekatan kontrak paket terpisah, paket terpisahdidefinisikan terdiri dari paket nuclear island dan paket konvesional. Juga dapat didefinisikan terdiri dari balance of plant (BOP), pekerjaaan sipil, bahan bakar.

Umumnya rekayasa arsitektur (architect engineer) dikontrakkan untuk mengendalikan proyek dan untuk melakukan pelayanan dalam rekayasa, pengadaan, konstruksi, dan komisioning. Seluruh proses ini dilaksanakan bersama sama dengan pemilik proyek.

Pembagian porsi pekerjaan antara pemilik dan architect engineer tergantung pada kemampuan dan pengalaman pemilik dalam proyek tersebut.Dalam pendekatan kontrak paket terpisah, dimana pemilik/operator memisahkan pekerjaan kontrak dan menggunakan perusahaan manajemen proyek untuk membantu manajemen kontrak[6].Pendekatan kontrak multi-paket, terdiri dari beberapa jenis kontrak, bahkan mencapai ratusan kontrak.Pendekatan ini mempunyai keuntungan jika pemilik poyek mempunyai SDM yang mumpuni dan pengalaman dalam mengerjakan proyek-proyek sejenis, sehingga seluruh resiko proyek ditanggung oleh pemilik.Ruang lingkup proyek dapat dioptimalkan secara maksimal pada setiap kontrak.Menurut Christof von Branconi dan Christoph H. Loch ada 8 pokok masalah yang harus tercantum dalam kontrak untuk proyek utama, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Isi dari Kontrak Proyek

- menyelesaikan spesifikasi

- dalam nilai anggaran belanja/ estimasi biaya - sesuai Jadwal

- pembayaran dari nilai kontrak, dengan syarat-syarat pembayaran

Gambar 1.Isi dari Kontrak Proyek[13].

Jaminan untuk para pihak

- warrenties (kerusakan sesudah pengiriman)

- kerusakan dilikuidasi (penalty untuk non-performance) - pembatasan liabilitas untuk memproteksi kontraktor - asuransi mutual penuh dengan sekuritas

Pemilik Kontraktor

(4)

35 Sedangkan menurut Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2000, isi kontrak menimal harus berisi:

1. para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak;

2. rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan;

3. masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, memuat jangka waktu pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa;

4. tenaga ahli, memuat ketentuan jumlah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi;

5. hak dan kewajiban, memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi;

6. cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi;

7. cidera janji, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan;

8. penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan;

9. pemutusan kontrak kerja konstruksi, memuat ketentuan tentang pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;

10. keadaan memaksa (force majeure), memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak;

11. kegagalan bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan;

12. perlindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial; dan

13. aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan tentang lingkungan.

Kontrak kerja konstruksi juga harus memuat ketentuan tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual yang mencakup:

1. kepemilikan hasil perencanaan, berdasarkan kesepakatan; dan

2. pemenuhan kewajiban terhadap hak cipta atas hasil perencanaan yang telah dimiliki oleh pemegang hak cipta dan hak paten yang telah dimiliki oleh pemegang hak paten, sesuai undang-undang tentang hak cipta dan undang-undang tentang hak paten.

Regulasi di Indonesia

Proyek RDE merupakan proyek berteknologi tinggi, beresiko tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau biaya investasi cukup besar,pemilihan jenis kontrakharus menyesuaikanUndang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku yang sekurang-nya meliputi[16]:

- Undang-Undang Jasa Konstruksikon UU.no 18/1999.

- PP.28/2000 tentang Peran Serta Masyrakat Jasa Konstruksi.

- PP.29/2000 tentang Penyelenggaran Jasa Konstruksi.

- PP.30/2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Masyarakat Jasa Konstruksi.

- PP 140/2000 tentang Pajak Penghasilan Hasil Jasa Konstruksi.

- UU 22/1999 tentang Otonomi Daerah.

- UU.23/99 Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

- Per Pres 54/2010 Pengadaan Barang Jasa Pemerintah.

- Keppres No.8 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang /Jasa Instansi Pemerintah.

- UU No.9 / 1995 tentang usaha kecil.

- UU No.5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

(5)

36

Menurut Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tetntang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah didefisikan sebagai pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau pekerjaan yang bernilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratusmilliar rupiah). Dengan demikian proyek RDE dikategorikan sebagai proyek komplkes.Seluruh proses pengadaan barang/jasa harus memenuhi Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012, menjelaskan bahwa hirarki dokumen kontrak adalah sebagai berikut:

1. adendum Surat Perjanjian (apabila ada);

2. pokok perjanjian;

3. surat penawaran berikut daftar kuantitas dan harga (apabila ada);

4. syarat-syarat khusus Kontrak;

5. syarat-syarat umum Kontrak;

6. spesifikasi khusus;

7. spesifikasi umum;

8. gambar-gambar; dan

9. dokumen lainnya seperti: jaminan-jaminan, SPPBJ (Surat Penunjukan Pengadaan Barang dan Jasa), BAHP (Berita Acara Hasil Pelelangan), BAPP (Berita Acara Pemberian Penjelasan).

. METODE

Metode yang dilakukan dengan mempelajari berbagai pustaka tentang perkembangan teknologi RDE, jenis-jenis kontrak yang umum digunakan pada PLTN, dan sistem regulasi di Indonesia. Selanjutnya dilakukan pembobotan dan analisis implementasi kontrak yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Pembobotan dilakukan pada ketersediaan teknologi di pasaran, kemampuan SDM Indonesia, ketersedian pemasok komponen, ketersediaan negara pemasok teknologi, dan resiko proyek.Pembobotan dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan dan pengalaman SDM Indonesia dalam mengimplementasikan RDE. Nilai bobot kontrak A = bobot kontrak Y x nilai bobot setiap komponen. Nilai bobot kontrak yang paling kecil merupakan pendekatan kontrak yang lebih baik diimplementasikan pada proyek RDE.

Tabel 1. Nilai Bobot Kontrak para Proyek RDE Komponen Pembobotan Nilai Bobot

Kemampuan SDM 20

Ketersedian pemasok teknologi RDE 20 Ketersediaan pemasok komponen 10

Resiko proyek 30

Biaya Proyek 20

,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2000, pasal 23 ayat 6 dinyatakan bahwa, kontrak kerja tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia.Kontrak kerja konstruksi ini juga dibuat dalam Bahasa Indonesia.Dalam hal kontrak kerja konstruksi dengan pihak asing, maka dapat dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Kontrak putar kunci telah banyak diadopsi berbagai negara untuk pekerjaan konstruksi besar, seperti proyek beresiko tinggi dan berteknologi tinggi. Pendekatan kontrak putar kunci tidak selalu diimplementasikan dengan model yang sama dari satu proyek ke proyek lainnya. Freeman menyatakan bahwa kontraktor tunggal membutuhkan dan mempersiapkan semua dasar pemikiran, peralatan, pengadaan dan SDM yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek hingga siap beroperasi, serta pemilik membutuhkan semua fasilitas yang baru dibangun siap dioperasikan secara penuh dan efektif[14].

Secara umum, ada dua jenis pendekatan kontrak putar kunci, yaitu: putar kunci rekayasa, pengadaan dan konstruksi berdasarkan harga tetap (turnkey EPC with firm price), dan putar kunci rekayasa, pengadaan dan konstruksi berdasarkan harga target (turnkey EPC with target price). Pada pendekatan kontrak putar kunci, pemilik berkewajiban untuk

(6)

37 menyiapkan disain awal dan spesifikasi teknis dasar, sedangkan kontraktor menyiapkan seluruh proses proyek mulai dari rekayasa (desain dasar hingga desain rinci), pengadaan, konstruksi hingga komisoning instalasi. Kontrak putar kunci harga tetap adalah kontrak dimana dalam klausulnya menyatakan bahwa pekerjaan seluruh proyek hingga ujicoba instalasi merupakan satu kesatuan harga yang tetap, dimana pemilik seakan-akan membeli utuh instalasi tersebut hingga beroperasi. Oleh karena itu, kontraktor harus mempersiapkan proposal kontrak secara detil. Sedangkan pada kontrak putar kunci harga target, harga proyek untuk fase disain awal sudah ditetapkan, tetapi parameter harga tertentu, seperti mark-up, biaya tak terduga, dan keuntungan ditetapkan dalam kontrak. Menurut Wafa Alsakini untuk menghindari kemungkinan deviasi dari hasil kontrak maka perlu dilakukan sistem perencanaan dan penjadwalan yang didasarkan pada perencanaa detil berkelanjutan melalui proyek eksekusi untuk menggabungkan kejadian akan datang terhadap pengaruhnya[15].

Proyek RDE merupakan proyek padat modal, berteknologi tinggi dan beresiko tinggi.Teknologi RDE terdiri dari ribuan komponen yang harus diinstal dari satu komponen ke komponen lainnya. Hal ini akan memperumit pekerjaaan proyek. SDM Indonesia masih kurang berpengalaman dalam pengimplementasian RDE, baik dalam penguasaan rekayasa teknologi RDE, dan manajemen proyek pembagunannya.

Kontrak putar kunci mempunyai keuntungan bagi pemilik proyek karena resiko proyek seluruhnya ditanggung oleh kontraktor/penyedia jasa, tetapi biaya proyek akan bertambah besar karena biaya resiko proyek akan dimasukkan dalam seluruh komponen biaya proyek.Kemampuan manajerial SDM pemilik proyek hampir tidak dibutuhkan dalam mengelola proyek kecuali dalam bidang pengawasan.Sedangkan pada pendekatan kontrak paket dibutuhkan SDM yang mumpuni dalam bidang teknis dan kontrak untuk mensikronisasi seluruh kontrak sesuai dengan jenis paket proyek yang diberikan.Sikronisasi ini dibutuhkan karena melibatkan banyak pemasok komponen.Hal ini dapat mengakibatkan keterlambatan jadwal proyek dan ketidaksesuaian dengan spesifikasi antara satu paket dengan paket yang lainnya.Biaya kontrak paket lebih murah dibandingkan dengan biaya kontrak putar kunci karena resiko proyek lebih besar ditanggung oleh pemilik dibandingkan oleh kontraktor.

Tabel 2. Nilai Pembobotan Kontrak Putar Kunci vs. Kontrak Paket Komponen Pembobotan Nilai

Bobot

Putar Kunci Paket Bobot Nilai

Bobot Bobot Nilai Bobot

Kemampuan SDM 20 0,5 10 1 20

Ketersediaan pemasok

teknologi 20 1 20 1 20

Sinkornisasi paket

(komponen) 10 1 10 0,6 6

Resiko Proyek 30 0,2 6 0,5 15

Biaya proyek 20 0,6 12 0,4 8

Total Nilai Bobot 58 69

Dari hasil perhitungan pembobotan yang dilakukan terhadap kontrak putar kunci dan kontrak paket diperoleh nilai bobot kontrak putar kunci sebesar 58 sedangkan nilai bobot kontrak paket sebesar 69.Oleh karena itu nilai bobot kontrak putar kunci lebih kecil dibandingkan dengan nilai bobot kontrak paket.Dengan demikian, untuk pembangunan RDE di Indonesia, pemerintah lebih baik menggunakan pendekatan kontrak putar kunci.Klausa kontrak harus dilakukan secara rinci dalam dua bahasa (bahasa Indoneia dan bahasa Inggris), juga mencantumkan klausa ganti rugi jika terjadi pengingkaran dari para pihak.

KESIMPULAN

Rencana pembangunan RDE harus dipersiapkan secara matang agar pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai target.Isi kontrak harus sesuai dengan regulasi yang berlaku di Indonesia dan menggunakan dua bahasa (Indoensia dan Inggeris).Pendekatan kontrak yang paling sesuai diimplementasikan pada pembangunan RDE adalah pendekatan kontrak putar kunci.Hal ini dilakukan untuk meminimalisir resiko bagi pemilik (BATAN) karena faktor

(7)

38

keterbatasan negara pemasok teknologi

.RDE dan keterbatasan pengoperasian teknologi ini di dunia.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih ini saya berikan kepada keluarga, suami dan anak-anak tercinta yang telah memberi semangat hingga terselesaikannya tulisan ini, dan tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Sahala Lumbanraja sebagai penulis kedua yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini serta Bapak Dr. Suparman yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan sehingga tulisan ini dapat lebih bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

1. “……..”, Rencana Strategis 2015-2019 Badan Tenaga Nuklir Nasional, Jakarta Desember 2014

2. “……..”, Rencana Strategis 2015-2019 Deputi Teknologi Energi Nuklir-Badan Tenaga Nuklir Nasional, Jakarta Desember 2014

3. “……..”, Rencana Strategis 2015-2019 Pusat Kajian Sistem Energi Nukir-Badan Tenaga Nuklir Nasional, Jakarta Desember 2014

4. Adnan Haidar and Ralph D. Ellis Jr., Analysis and Improvement of Megaprojects Performance.

5. Craig Welling, SMR Financing and EconomicsThe Nuclear Option: Is Small Scale Nuclear Energy an Option for Alaska?, U.S. Department of Energy, December 2010, http://www.uaf.edu/files/acep/Craig-Welling---SMR-Financing-Alaska-December1010- v2.pdf

6. Mark Cooper, The Economic Failure Of Nuclear Power And The Development Of A Low Carbon Electricity Future:Why Small Modular Reactors Arepart Of The

Problem,Not The Solution, May 2014,

https://www.nirs.org/reactorwatch/newreactors/cooper- smrsaretheproblemnotthesolution.pdf

7. “……..”, Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jakarta 2012

8. “……..”, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jakarta 2010

9. IAEA-TECDOC-1390, “Construction and commissioning experience of evolutionary water cooled nuclear power plants”, IAEA April, Vienna (2004).

10. Joy T. Gloria, William E. Siegfriedt, Andrew Cartens, Project Contracting Strategies: Evaluating Costs,Risks and Staffing RequirementsPower Engineering January 2011, http://www.power-eng.com/articles/print/volume - 115/issue-3/features/project-contracting-strategies-evaluating-costsrisks- and-staffing-requirements.html

11. “……..”,Peraturan Presiden no. 29 tahun 2000 tentangPenyelenggaraan Jasa Konstruksi, Jakarta 2010

12. “……..”,IAEA-TECDOC-1555, “Managing the First Nuclear Power Plant Project”, May 2007

13. Christof von Branconi, Christoph H. Loch, Contracting for major projects: eight business levers for top management, International Journal of Project ManagementVolume 22, Issue 2, February 2004, Pages 119–130.

14. A Merna, NJ Smith, Project managers and the use of turnkey contracts, International Journal of Project Management, Volume 8, Issue 3, August 1990, Pages 183–189.

15. Wafa Alsakini,Kim Wikström,Juhani Kiiras, Proactive schedule management of industrial turnkey projects in developing countries, International Journal of Project Management, Volume 22, Issue 1, January 2004, Pages 75–85,

16. Basuki, Kajian Sistem Kontrak Turn-key ditinjau dari Aspek Hukum.

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Zew5Z5VMpRgJ:http://e- journal.unwiku.ac.id/index.php/JT/article/download/54/43%2Bkerugian+kontrak+turnke y+dan+split+package&rlz=1T4RLTB_enID507KR508&hl=en&&ct=clnk

(8)

39 DISKUSI/TANYA JAWAB:

1. PERTANYAAN: Drs. Budi Santoso, M.Eng (Ka. BP)

Apa rekomendasi manajemen kontrak untuk RDE terkait dana APBN?

2. JAWABAN : Rr. Arum Puni Rijanti, MT (PKSEN)

Pembangunan RDE disarankan untuk menggunakan jenis kontrak putar kunci (turnkey contract) untuk mengurangi resiko pemilik karena kemampuan dan pengalaman SDM dalam pembangunan reaktor nuklir masih sangat minim.Pendanaan dari APBN dirancang menggunakan skema multiyears.

Gambar

Tabel 2. Nilai Pembobotan Kontrak Putar Kunci vs. Kontrak Paket  Komponen Pembobotan  Nilai

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perencanaan, implementasi, dan evaluasi dari strategi manajemen pemasaran dalam peningkatan penerimaan peserta didik secara dengan kinerja yang di dapat madrasah

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis dan ukuran butiran pupuk Fosfatsuper tidak berpengaruh nyata terhadap P-tersedia tanah pada tanaman jagung.. Namun

4 Pengambilan sekitar 10-17 ekor Artemia salina berumur 48 jam ke dalam 100 mL air laut sintetik dilakukan secara acak, dimasukan dalam flakton-flakton yang telah diisi

Untuk dapat melakukan instalasi sistem operasi jaringan Redhat Linux 9 dengan baik dan benar diperlukan pemahaman yang baik akan kebutuhan sistem dan kondisi

SAP initial response within 16 business days of confirmation.* SAP will attempt to contact customer to clarify business impact and evaluate incident./ Respons

Sistem refrigerasi cascade merupakan salah satu dari sistem refrigerasi multistage, dimana pada sistem refrigerasi cascade terdapat dua buah sisi tekanan yang berbeda

Tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional

(1) Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya (2) Akan tetapi, jalan keluar dari masalah tersebut sering datang tidak tepat pada waktunya, se- hingga menimbulkan