• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKIBAT HUKUM PUTUSAN SENGKETA MEREK ANTARA DC COMICS MELAWAN PT MARXING (STUDI PUTUSAN 1105 K/PDT.SUS-HKI/2018) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AKIBAT HUKUM PUTUSAN SENGKETA MEREK ANTARA DC COMICS MELAWAN PT MARXING (STUDI PUTUSAN 1105 K/PDT.SUS-HKI/2018) SKRIPSI"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

FATHIYA AL’UZMA 170200136

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

AKIBAT HUKUM PUTUSAN SENGKETA MEREK ANTARA DC COMICS MELAWAN PT MARXING (STUDI PUTUSAN 1105

K/PDT.SUS-HKI/2018) SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH:

FATHIYA AL’UZMA 170200136

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Prof.Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum NIP. 196602021991032002

Dosen Pembimbing I: Dosen Pembimbing II:

Prof. Dr. Saidin,SH.,M.Hum Syamsul Rizal,SH.,M.Hum NIP. 196202131990031002 NIP. 196402161989111001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(3)

penggugat menggugat logo merek dagang yang digunakan tergugat dalam menjalankan bisnis ayam Superman. Tergugat dianggap telah menggunakan merek yang lebih dulu didaftarkan oleh Penggugat sehingga penggugat merasa dirugikan atas penggunaan merek dagang tersebut. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah pelanggaran penggunaan merek yang sudah didaftarkan, bagaimanakah bentuk penyelesaian sengketa merek atas pelanggaran hak pemegang merek dan bagaimanakah akibat hukum yang timbul atas putusan sengketa merek Nomor 1105 K/Pdt.Sus-HKI/2018.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif. Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa Studi Kepustakaan atau Studi Dokumen (Documentary Study) dengan meneliti Putusan Nomor 1105 K/Pdt.Sus-HKI/2018, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelanggaran penggunaan merek yang sudah didaftarkan adalah penggandaan merek. Penggandaan dapat diartikan sebagai tindakan menduplikasi atau membuat dengan semirip mungkin atau bahkan dapat juga membuat sama seperti aslinya. Di Indonesia pada zaman Hindia Belanda, zaman Orde Lama, dan zaman Orde Baru yang baru saja berhukum hak cipta telah mendapat tempatnya dalam berbagai perundang- undangan internasional maupun nasional berbagai negara termasuk Indonesia.

Penyelesaian sengketa merk dijelaskan pada Pasal 83 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografi, yaitu: Pemilik Merek terdaftar dan/atau penerima Lisensi Merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa yang sejenis berupa: a. gugatan ganti dan/atau b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek tersebut. Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula diajukan oleh pemilik Merek terkenal berdasarkan putusan pengadilan. Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan Niaga. Akibat hukum yang timbul dengan adanya putusan pengadilan pada Putusan Nomor 1105 K/Pdt.Sus-HKI/2018 adalah menetapkan putusan sebelumnya pada tingkat Pengadilan Niaga tetap berlaku. Dengan demikian maka PT Marxing tetap memegang hak merek atas merek produk wafer Superman dan menyatakan bahwa gugatan penggugat ditolak.

Kata kunci: Akibat Hukum, Sengketa, Merek

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I

*** Dosen Pembimbing II

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan sukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah, kasih karunia, hikmat dan sukacita sehingga peulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Akibat Hukum Putusan Sengketa Merek Antara DC Comics Melawan PT Marxing (Studi Putusan 1105 K/PDT.SUS-HKI/2018)” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (S-1) pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini difokuskan pada keabsahan perjanjian kerja pekerja honorer di Kantor Pengadilan Kelas I-A Medan.

Saat penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dari bergai pihak baik secara langsung maupun tidak lagsung yang telah membantu mendapatkan data berupa data primer maupun sekunder untuk menyelesaikan skripsi ini.

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum Selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Univeritas Sumatera Utara.

3. Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum Selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Prof. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum Selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

dalam pnulisan skripsi ini.

8. Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum Selaku Dosen Pembimbing II saya, yang telah banyak membantu dan memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

9. Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya yang saya sayangi, Buya Drs.H.A’zam Nasution M.AP dan Umi Idwina yang selalu mendoakan dan mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih saya ucapkan atas segala pemberian kedua orang tua saya baik materil maupun moril sehingga saya dapat berhasil menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Terima kasih juga saya ucapkan kepada saudara-saudara tercinta, Ahmad Fathurrahman Azwin Nasution S.Or., Ahmad Zaidan Nasution.

11. Teristimewa untuk teman dekat saya, yaitu Noprialdy Juliansaputra yang sudah banyak mendukung dan membantu saya selama penyusunan skripsi ini.

12. Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan saya, Syarifah Hasna Ritonga Muhammad Fadhli, Muhammad Afifuddin Zaini Nst, yang telah memotivasi saya selama penyusunan skripsi ini.

13. Terima kasih kepada rekan-rekan saya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu saya selama penyusunan skripsi ini

(6)

teristimewa kepada Nabila Aprilia Nasution, Nur Syahfani, S.H., Mita Syahfitri, S.H., Jason Nathanael.

Mudah-mudahan skripsi saya ini dapat bermanfaat khususnya dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan berguna bagi masyarakat.

Medan, November 2020

Fathiya al”uzma

(7)

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Kepustakaan ... 11

F. Metode Penelitian ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II : PELANGGARAN PENGGUNAAN MEREK YANG SUDAH DIDAFTARKAN A. Pengaturan Pendaftaran Merek ... 22

B. Pemegang Merek Terdaftar ... 27

C. Pelanggaran Terhadap Merek Terdaftar ... 40

BAB III : BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA MEREK ATAS PELANGGARAN HAK PEMEGANG MEREK A. Pengertian Sengketa Merek ... 49

B. Penyebab Terjadinya Sengketa Merek ... 58

C. Bentuk Penyelesaian Sengketa dalam Penyelesaian Sengketa Merek ... 72

BAB IV : AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL ATAS PUTUSAN SENGKETA MEREK NOMOR 1105 K/PDT.SUS-HKI/2018 A. Kasus Posisi ... 76

(8)

vi

B. Pertimbangan Hakim ... 79 C. Akibat Hukum Atas Putusan Nomor 1105 K/Pdt.Sus-HKI/2018 ... 85 BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 89 B. Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA ... 91 LAMPIRAN

(9)

1

pentingnya sebuah nama dan simbol yang digunakan dalam menjalankan bisnis dan pemasaran barang dan jasa. Simbol-simbol ini akan membantu untuk menunjukkan asal barang dan/atau jasa, serta perusahaan komersialyang bergerak dalam bidang dan menyediakan barang dan jasa. Dalam pangsa pasar, nama-nama dan simbol-simbol tersebut dikenal sebagai merek (trademark), nama usaha (business name), dan nama perusahaan (company name). Perbedaan ketiganya kadang-kadang membuat bingung, baik bagi perusahaan itu sendiri maupun masyarakat.

Merek (trademark) sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual pada dasarnya ialah tanda untuk mengidentifikasikan asal barang dan jasa (an indication of origin) dari suatu perusahaan dengan barang dan/atau jasa perusahaan lain. Merek

merupakan ujung tombak perdagangan barang dan jasa. Melalui merek, pengusaha dapat menjaga dan memberikan jaminan akan kualitas (a guarantee of quality) barang dan/atau jasa yang dihasilkan dan mencegah tindakan persaingan

(konkurensi) yang tidak jujur dari pengusaha lain yang beritikad buruk yang bermaksud membonceng reputasinya. Merek sebagai sarana pemasaran dan periklanan (a marketing and advertising device) memberikan tingkat informasi

(10)

2

tertentu kepada konsumen mengenai barang dan/atau jasa yang dihasilkan pengusaha.1

Merek (trademark) sebagai tanda dengan daya pembeda yang digunakan untuk perdagangan barang dan/atau jasa. Untuk itu merek harus memiliki elemen:

1. Tanda dengan daya pembeda 2. Tanda tersebut harus digunakan

3. Untuk perdagangan barang dan/ atau jasa

Jadi merek merupakan definisi hukum yang memberikan perlindungan dan upaya pemulihan jika suatu tanda perdagangan digunakan oleh pihak yang tidak memiliki kewenangan untuk itu. Jadi merek bisa lebih luas atau lebih sempit dari pada nilai suatu cap sebagai suatu ciri pembeda (a distinctive character) dari barang dan jasa suatu perusahaan dengan barang dan/atau jasa perusahaan lain.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis pada Bab I Pasal 1, dalam Undang-Undang ini yang di maksud dengan:

a. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka- angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

b. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang di perdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama

1 Rahmi Janed, Hukum Merek Trademark Law, Jakarta, Kencana Prenadamedia Group, 2015, hal. 3-4

(11)

atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

c. Merek jasa adalah merek yang di gunakan pada jasa yang di perdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

Dalam Undang-Undang Merek sebagaimana dimaksudkan pada Ayat(1) huruf a meliputi:

1. Merek Dagang; dan 2. Merek Jasa.

Mengingat merek adalah sesuatu (gambar atau nama) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu produk atau perusahaan di pasaran.

Pengusaha biasanya berusaha mencegah orang lain menggunakan merek mereka karena dengan menggunakan merek, para pedagang memperoleh reputasi baik dan kepercayaan dari para konsumen serta dapat membangun hubungan antara reputasi tersebut dengan merek yang telah digunakan perusahaan secara regular.

Semua hal di atas tentunya membutuhkan pengorbanan waktu, tenaga dan uang.

Pentingnya suatu merek untuk suatu produk adalah karena dengan merek sebuah produk dapat mempunyai nilai jual yang tinggi dan sebagai tanda pembeda dengan produk lainnya.

Merek ini dapat digunakan sebagai tameng oleh para pengusaha untuk tetap mempertahankan produknya di dunia perdagangan bebas, dan merupakan hak pemilik merek untuk mempertahankannya dihadapan hukum. Oleh karena itu

(12)

4

hak pemilik atas merek ini digunakan untuk tetap menjaga agar tidak terjadi persaingan usaha yang tidak sehat dalam dunia perdagangan.2

Merek dagang di Indonesia semakin banyak macam pilihannya. Teknologi informasi dan komunikasi mendukung perkembangan macam-macam merek yang dikenal oleh masyarakat. Masyarakat dapat mencari informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat memilih produk yang diinginkan. Oleh karena itu, antar pemilik merek suatu produk akan bersaing untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat selaku konsumen. Kondisi inilah yang mendorong terjadinya tindakan persaingan yang tidak tepat seperti pemalsuan atau peniruan merek.3

Peniruan ini akan mengakibatan kerugian baik secara materi maupun psikis bagi produsen yang mngguanakan merek tersebut. Merek yang dibuat oleh produsen menimbulkan sudut pandang tertentu bagi konsumen. Dengan demikian, konsumen dapat mengetahui baik atau tidaknya kualitas produk melalui merek.

Oleh karena itu, merek yang berkualitas dan dikenal luas oleh konsumen berpotensi untuk diikuti, ditiru, serta dibajak. Guna mengantisipasi hal tersebut, maka perlu untuk mendaftarkan suatu merek.4

Merek yang didaftarkan haruslah merek yang telah memenuhi syarat dan prosedur menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek sehingga memperoleh pelindungan hukum. Pendaftaran merek dilakukan oleh

2 Surianto Ruslan, Mendesain Logo, (Jakarta, Gramedia Pustaka, 2009), hal. 40

3 Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), Jakarta, Rajawali Press, 2008, hal 23

4 Insan Budi Maulana, Sukses Bisnis Melalui Merek, Paten dan Hak Cipta, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1997, hal. 97

(13)

pemohon atau kuasanya sesuai dengan syarat dan prosedur yang telah diatur dalam Undang-Undang Merek. Hak atas merek diperoleh sejak tanggal penerbitan sertifikat merek.5

Pemegang hak suatu merek bisa mendapatkan pelindungan atas merek dengan cara mendaftarkan merek tersebut. Merek tersebut berupa logo atau huruf atau lambang yang mengandung makna, terdiri atas satu kata atau lebih sebagai lambang atau nama (biasanya perusahaan dan sebagainya), dipahami juga sebagai suatu gambar atau sekedar sketsa dengan ahli tertentu, dan mewakili suatu arti, serta memiliki filosofi dan kerangka dasar berupa konsep dengan tujuan melahirkan sifat yang berdiri sendiri atau mandiri. Sedangkan simbol adalah lambang, sesuatu sebagai tanda (lukisan, lencana, dan sebagainya) yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu, bisa berupa gambar, bentuk, atau benda yang mewakili suatu gagasan sesuatu (meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri, namun simbol sangatlah dibutuhkan untuk kepentingan penghayatan akan nilai- nilai yang diwakili, dapat digunakan untuk pengetahuan, kehidupan sosial maupun keagamaan). Terhadap merek yang hendak didaftarkan, diberikan waktu Menteri mengumumkan Permohonan dalam Berita Resmi Merek dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa merek dapat dibedakan atas dua jenis, menurut Pasal 1 angka 2 dan 3 UUM yaitu merek dagang dan merek jasa.

5 Insan Budi Maulana, Op.Cit, hal. 7

(14)

6

Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. Salah satu sengketa merek dagang yang terjadi adalah dalam Putusan Nomor 1105 K/Pdt.Sus-HKI/2018.

Sengketa ini terjadi antara DC Comics melawan PT Marxing. Dalam gugatannya, penggugat menggugat logo merek dagang yang digunakan tergugat dalam menjalankan bisnis ayam Superman. Tergugat dianggap telah menggunakan merek yang lebih dulu didaftarkan oleh Penggugat sehingga penggugat merasa dirugikan atas penggunaan merek dagang tersebut.

Gugatan penggugat dalam sengketa ini yaitu pada Putusan Pengadilan Niaga Jakarta yaitu sebagai berikut:

1. Menteri mengumumkan Permohonan dalam Berita Resmi Merek dalam waktu paling lama 15 (lima belas) Hari terhitung sejak Tanggal Penerimaan Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.

2. Pengumuman Permohonan dalam Berita Resmi Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlangsung selama 2 (dua) bulan.

3. Berita Resmi Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan secara berkala oleh Menteri melalui sarana elektronik dan/atau non- elektronik.

4. Menteri mengumumkan Permohonan dalam Berita Resmi Merek dalam waktu paling lama 15 (lima belas) Hari terhitung sejak Tanggal Penerimaan Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.

5. Pengumuman Permohonan dalam Berita Resmi Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlangsung selama 2 (dua) bulan.

6. Berita Resmi Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan secara berkala oleh Menteri melalui sarana elektronik dan/atau non- elektronik.

Selanjutnya Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah memberikan Putusan Nomor 17/Pdt.Sus-Merek/2018/PN.Niaga.Jkt.Pst. tanggal 13 Agustus 2018:

(15)

1. Mengabulkan eksepsi Tergugat dan Turut Tergugat untuk sebagian;

Dalam Pokok Perkara:

2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard);

3. Membebankan biaya perkara kepada Penggugat sebesar Rp1.066.000,00 (satu juta enam puluh enam ribu rupiah)

Sengketa ini kemudian dilanjutkan hingga tingkat Kasasi. Namun hingga tingkat Kasasi, pengadilan tetap memutuskan bahwa DC Comics bukan pemegang hak atas logo Superman. Tentu saja putusan tersebut akan mengakibatkan beberapa akibat hukum terhadap para pihak dan tentunya terhadap logo Superman itu sendiri.

Berdasarkan hal- hal di atas, telah menjadi latar belakang dari penulisan skripsi ini dengan judul: “Akibat Hukum Putusan Sengketa Merek Antara DC Comics Melawan PT Marxing (Studi Putusan 1105 K/Pdt.Sus-HKI/2018)”.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka beberapa permasalahan yang perlu dikaji, yakni:

1. Bagaimanakah pelanggaran penggunaan merek yang sudah didaftarkan?

2. Bagaimanakah bentuk penyelesaian sengketa merek atas pelanggaran hak pemegang merek?

3. Bagaimanakah akibat hukum yang timbul atas putusan sengketa merek Nomor 1105 K/Pdt.Sus-HKI/2018?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di uraikan di atas maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :

(16)

8

1. Untuk mengetahui pelanggaran penggunaan merek yang sudah didaftarkan.

2. Untuk mengetahui bentuk penyelesaian sengketa merek atas pelanggaran hak pemegang merek.

3. Untuk mengetahui akibat hukum yang timbul atas putusan sengketa merek Nomor 1105 K/Pdt.Sus-HKI/2018.

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah untuk mencapai hal- hal sebagai berikut ini:

1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum keperdataan, yang terkhusus berkaitan dengan penyelesaian sengketa merek terdaftar berupa logo yang digunakan sebagai merek atas penggandaan yang terdapat di Daftar Umum Ciptaan.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat menjadikan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan mahasiswa, masyarakat, maupun pihak lainnya dalam penulisan- penulisan ilmiah lainnya yang berhubungan.

b. Agar menambah pengetahuan kepada masyarakat berkaitan dengan pelindungan hukum terhadap pemegang hak merek dan logo yang digunakan sebagai merek atas penggandaan yang terdapat di Daftar Umum Ciptaan.

(17)

c. Dapat dijadikan sebagai rujukan bagi pelaksanaan penyelesaian sengketa merek terdaftar berupa logo yang digunakan sebagai merek atas penggandaan yang terdapat di Daftar Umum Ciptaan.

D. Keaslian Penulisan

Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari peneliti sendiri atas masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penelitian dimaksud.

Sepanjang yang telah diketahui dan ditelusuri di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penelitian tentang Akibat Hukum Putusan Sengketa Merek Antara Dc Comics Melawan Pt Marxing (Studi Putusan 1105 K/Pdt.Sus- HKI/2018), belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, apabila ternyata di kemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya. Namun demikian, ada beberapa judul yang berkaitan dengan sengketa merek yaitu:

Ferdinand Winsti, NIM: 130200340, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan judul skripsi Pelindungan Merek Dagang Terkenal Berdasarkan Hukum Nasional dan Hukum Internasional. Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana pelindungan merek dagang berdasarkan hukum nasional dan hukum internasional.

2. Bagaimana bentuk pelanggaran yang terjadi terhadap merek terkenal.

(18)

10

3. Bagaimana implementasi dan upaya pemulihan terhadap merek terkenal berdasarkan hukum nasional dan hukum internasional.

Hani Rahayu, NIM: 140200043, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan judul skripsi Pelindungan Hukum Bagi Pemilik Merek Atas Pemalsuan Merek Terkenal (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 325k/

Pdt.Sus-HKI/2016). Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana pengaturan atas kriteria merek terkenal di Indonesia.

2. Bagaimana pelindungan hukum terhadap pemilik merek atas pemalsuan merek terkenal dalam rangka untuk mewujudkan penegakan hukum merek di Indonesia.

3. Bagaimana analisis atas putusan hakim dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 325/Pdt.Sus-Hki/2016.

Syahrazat Mufty, NIM: 150200020, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan judul skripsi Pelindungan Hukum Terhadap Pencipta Seni Lukis Berupa Logo yang Digunakan Sebagai Merek Atas Penggandaan yang Terdapat di Daftar Umum Ciptaan Menurut Undang-Undang No. 28 tahun 2014 (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 08/Pdt.Sus-Hak Cipta/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst). Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana pengaturan tentang hak cipta logo yang digunakan sebagai merek.

2. Bagaimana status hak kebendaan hak cipta atas logo yang didaftarkan sebagai merek.

(19)

3. Apa akibat hukum yang ditimbulkan atas Putusan Mahkamah Agung No.

08/Pdt.Sus-Hak Cipta/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst.

Apabila memperhatikan hal di atas, maka dapat dilihat perbedaan dalam tulisan skripsi ini. Dengan demikian maka tulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan baik secara hukum maupun secara akademis.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Pelindungan Hukum

Pelindungan hukum berkaitan dengan fungsi hukum itu sendiri yakni melindungi. Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara memberikan kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam memenuhi kepentingannya tersebut.

Pemberian kekuasaan, atau yang sering disebut dengan hak ini, dilakukan secara terukur, keluasan dan ke dalamannya. Hal ini tentu merupakan hal penting bagi sebuah negara hukum. Untuk mencapai fungsi hukum, memungkinkan pemerintah bersikap aktif dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara dinamis.6

Suatu kepentingan merupakan sasaran hak, bukan hanya karena ia dilindungi oleh hukum, melainkan juga karena ada pengakuan terhadap itu. Hak tidak hanya mengandung unsur pelindungan dan kepentingan, tapi juga kehendak.

Terkait fungsi hukum untuk memberikan pelindungan, Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta mengatakan bahwa hukum itu ditumbuhkan dan dibutuhkan manusia justru berdasarkan produk penilaian manusia untuk menciptakan kondisi yang

6 Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, Jakarta, Pustaka LP3ES, 2006, hal. 187

(20)

12

melindungi dan memajukan martabat manusia serta untuk memungkinkan manusia menjalani kehidupan yang wajar sesuai dengan martabatnya.7

Pelindungan hukum bagi setiap warga negara Indonesia tanpa terkecuali, dapat ditemukan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI 1945), untuk itu setiap produk yang dihasilkan oleh legislatif harus senantiasa mampu memberikan jaminan perlindungan hukum bagi semua orang, bahkan harus mampu menangkap aspirasi-aspirasi hukum dan keadilan yang berkembang di masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari ketentuan yang mengatur tentang adanya persamaan kedudukan hukum bagi setiap warga negara.

Pelindugan hukum juga dapat diartikan sebagai tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.

Dalam Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), konsep pelindungan hukum, yang tidak lepas dari perlindungan hak asasi manusia, merupkan konsep Negara hukum yang merupkan istilah sebagai terjemahan dari dua istilah rechstaat dan rule of law. Sehingga, dalam penjelasan UUD RI 1945 sebelum amandemen

disebutkan, “Negara Indonesia berdasar atas hukum, (rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machtsstaat)”.

Prinsip pelindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan pelindungan terhadap hak-hak

7 Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta, Filsafat Hukum Madzab dan Refleksi, Bandung, PT.

Remaja Rosda Karya, 1994, hal. 64

(21)

asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan pelindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.

Aspek dominan dalam konsep barat tertang hak asasi manusia menekankan eksistensi hak dan kebebasan yang melekat pada kodrat manusia dan statusnya sebagai individu, hak tersebut berada di atas negara dan di atas semua organisasi politik dan bersifat mutlak sehingga tidak dapat diganggu gugat. Karena konsep ini, maka sering kali dilontarkan kritik bahwa konsep Barat tentang hak-hak asasi manusia adalah konsep yang individualistik. Kemudian dengan masuknya hak- hak sosial dan hak-hak ekonomi serta hak kultural, terdapat kecenderungan mulai melunturnya sifat indivudualistik dari konsep Barat.

Fokus dalam skripsi ini adalah mengenai pelindungan hukum terhadap pemegang merek terdaftar. Adapun pelindungan hukum pemegang merek terdaftar diatur dalam Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis mengatur mengenai jangka waktu pelindungan merek terdaftar, yang menyatakan bahwa: Merek terdaftar mendapat pelindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu dapat diperpanjang.

2. Pengertian Sengketa Merek

Terjadinya sengketa timbul akibat adanya pelanggaran hak satu pihak.

Sengketa dapat erat kaitannya dengan konflik. Dimana ada sengketa pasti disitu ada konflik. Begitu banyak konflik dalam kehidupan sehari-hari. Entah konflik

(22)

14

kecil ringan bahkan konflik yang besar dan berat. Hal ini dialami oleh semua kalangan, karena hidup ini tidak lepas dari permasalahan. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Kenapa harus mempelajari tentang sengketa. Karena untuk mengetahui lebih dalam bagaimana suatu sengketa itu dan bagaimana penyelesaiannya.8

Secara etimologis, pengertian sengketa dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pertentangan atau konflik. Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi terhadap satu obyek permasalahan. Menurut Winardi, pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu obyek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang lain.

Berdasarkan hal di atas maka dapat dikatakan bahwa sengketa merek adalah pertentangan atau pelanggaran terhadap salah satu pihak yang mengakibatkan kerugian atas hak merek tersebut.

3. Pengertian Logo

Logo merupakan suatu gambar atau sekadar sketsa dengan arti tertentu, dan mewakili suatu arti dari perusahaan, daerah, organisasi, produk, negara, lembaga, dan hal lainnya membutuhkan sesuatu yang singkat dan mudah diingat sebagai pengganti dari nama sebenarnya. Logo harus memiliki filosofi dan kerangka dasar berupa konsep dengan tujuan melahirkan sifat yang berdiri sendiri

8 Ibid.

(23)

atau mandiri. Logo lebih lazim dikenal oleh penglihatan atau visual, seperti ciri khas berupa warna dan bentuk logo tersebut.9

Logo memiliki 5 unsur yang harus dipenuhi. Yaitu:10 1. Kesatuan (berhubungan)

2. Dominasi (daya tarik) 3. Irama (ber-sikenambungan) 4. Proporsi (enak di pandang) 5. Keseimbangan (sama)

Logo yang baik bisa mewakili produk atau perusahaan dan juga mudah diingat. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis disebutkan dalam Pasal 1 bahwa merek dapat berupa logo yang artinya sebuah logo dapat didaftarkan juga sebagai merek oleh suatu perusahaan.

Hal ini disebabkan karena dalam Pasal 1 tersebut diatur dengan kata atau yang artinya logo tersebut dapat digunakan sebagai merek.

4. Pengertian Merek Terkenal

Merek terkenal adalah merek yang mempunyai reputasi tinggi, merek yang demikian itu memiliki kekuatan pancaran yang memukau dan menarik, sehingga jenis barang apa saja yang berada dibawah merek itu langsung menimbulkan

9 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2013, hal. 417

10 Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Bandung, Alumni, 2014, hal. 52

(24)

16

sentuhan keakraban (familiar attachement) dan ikatan mitos (mythical context) kepada segala lapisan konsumen.11

Pengaturan mengenai pelindungan Merek terkenal dapat dilihat pada Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, di mana dinyatakan bahwa:

Permohonan ditolak jika Merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan:

a. Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;

b. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;

c. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis yang memenuhi persyaratan tertentu; atau

d. Indikasi Geografis terdaftar

Dalam bagian Penjelasan Pasal 21 ayat (1) huruf b dinyatakan bahwa penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan.

F. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran

11 M.Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 82- 83

(25)

secara sistematis, metodologis, dan konsisten. Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisa dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.

Oleh karena penelitian merupakan suatu sarana (ilmiah) bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka metodologi penelitian yang diterapkan harus senantiasa disesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya.

Penulisan skripsi ini, menggunakan metodologi penulisan sebagai berikut:

1. Jenis Atau Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian normatif. Penelitian normatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Fenomena yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai Akibat Hukum Putusan Sengketa Merek Antara DC Comics Melawan PT Marxing (Studi Putusan 1105 K/Pdt.Sus-HKI/2018). Penelitian ini juga didasarkan pada upaya untuk membangun pandangan subjek penelitian yang rinci, dibentuk dengan kata- kata, gambaran holistik dan rumit agar dapat membantu memperjelas hasil penelitian12.

2. Sifat Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yaitu penelitian yang mengkonsepkan hukum sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in book) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang

12 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007, hal. 6

(26)

18

dianggap pantas dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan analitis (Analitical Approach). Penggunaan penelitian yuridis normatif bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai suatu fenomena hukum dikaitkan dengan undnag-undang.

Pendekatan Analitis (Analitical Approach) tujuannya adalah mengetahui makna yang dikandung dalam peraturan perundang-undangan secara konsepsional, sekaligus mengetahui penerapannya dalam praktik.13 Penggunaan metode penelitian yuridis normatif dan pendekatan Analitis disesuaikan dengan judul penelitian ini yaitu Akibat Hukum Putusan Sengketa Merek Antara DC Comics Melawan PT Marxing (Studi Putusan 1105 K/Pdt.Sus-HKI/2018). Metode ini digunakan untuk menyesuaikan peraturan yang ada dengan realita di lingkungan sekitar.

3. Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari buku-buku, referensi terkait serta internet juga putusan yang berkaitan dengan judul penelitian skripsi ini.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi : a. Bahan-bahan hukum primer, yang mencakup Putusan Nomor 1105

K/Pdt.Sus-HKI/2018, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. Peraturan Menteri Hukum

13 Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Edisi Revisi).

Malang, Bayu Media Publishing, 2007, hal. 303

(27)

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Insentif Kekayaan Intelektual.

b. Bahan-bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer seperti Jurnal mengenai Merek atau Sengketa Merek Nasional maupun Internasional, hasil-hasil penelitian.

c. Bahan-bahan hukum tersier,meliputi kamus hukum, kamus bahasa Indonesia

4. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh baik dari studi dokumen merupakan data yang dianalisis secara kualitatif, yaitu setelah data terkumpul kemudian dituangkan dalam bentuk uraian logis dan sistematis, selanjutnya dianalisis untuk memperoleh kejelasan penyelesaian masalah, kemudian ditarik kesimpulan secara deduktif, yaitu dari hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus.14

Dalam melakukan penelitian ini, digunakan analisis data secara kualitatif.

Analisis data Kualitatif adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan

14 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta, 2006, hal. 87

(28)

20

serta juga tingkah laku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.15

Metode penelitian ini menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth analysis), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi

kualitatif yakin sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah.

G. Sistematika Penulisan

Keseluruhan sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah satu kesatuan yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan tidak terpisahkan.

Sistematika penulisan adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN yang berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar di dalamnya terurai mengenai latar belakang, perumusan masalah, kemudian dilanjutkan, dengan tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II: PELANGGARAN PENGGUNAAN MEREK YANG SUDAH DIDAFTARKAN. Bab ini merupakan bab yang membahas tentang Pengaturan Pendaftaran Merek, Hak Pemegang Merek Terdaftar dan Pelanggaran Terhadap Hak Pemegang Merek Terdaftar.

BAB III: BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA MEREK ATAS PELANGGARAN HAK PEMEGANG MEREK. Bab ini merupakan bab yang

15 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1982, hal. 93

(29)

membahas tentang Pengertian Sengketa Merek, Penyebab Terjadinya Sengketa Merek dan Bentuk Penyelesaian Sengketa dalam Penyelesaian Sengketa Merek.

BAB IV: AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL ATAS PUTUSAN SENGKETA MEREK NOMOR 1105 K/PDT.SUS-HKI/2018. Bab ini merupakan bab yang membahas tentang Kasus Posisi, Pertimbangan Hakim dan Akibat Hukum Atas Putusan Nomor 1105 K/Pdt.Sus-HKI/2018.

BAB V: PENUTUP. Berisikan tentang kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi penerapan penyelesaian sengketa merek.

(30)

22 BAB II

PELANGGARAN PENGGUNAAN MEREK YANG SUDAH DIDAFTARKAN

A. Pengaturan Pendaftaran Merek

Sistem pendaftaran merek pada secara umum terdiri dari dua sistem pendaftaran. System tersebut adalah sistem deklaratif dan sistem konstitutif.

Sistem deklaratif digunakan pada Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961, sedangkan sistem konstitutif digunakan sejak Undang- undang Nomor 19 Tahun 1992 sampai Undang-Undang merek terbaru tahun 2016.

Secara internasional menurut Soegondo Soemodiredjo ada dikenal 4 sistem pendaftaran merek yaitu:16

1. Pendaftaran merek tanpa pemeriksaan terlebih dahulu. Menurut sistem ini merek yang dimohonkan pendaftarannya segera didaftarkan asal syarat- syarat permohonannya telah dipenuhi antara lain pembayaran biaya permohonan,pemeriksaan dan pendaftaran. Tidak diperiksa apakah merek tersebut memenuhi syarat-syarat lain yang ditetapkan dalam undang- undang, misalnya tidak diperiksa apakah merek tersebut pada keseluruhannya atau pada pokoknya ada persamaan dengan merek yang telah didaftarkan untuk barang sejenis atas nama orang lain.Sistem ini dipergunakan misalnya oleh negara Perancis, Belgia, Luxemburg, dan Rumania.

16 Soegondo Soemodiredjo, Merek Perusahaan dan Perniagaan, Jakarta, Lembaga Administrasi Negara, 1963, hal. 10-11

(31)

2. Pendaftaran dengan pemeriksaan merek terlebih dahulu. Sebelum didaftarkan merek yang bersangkutan terlebih dahulu diperiksa mengenai syarat-syarat permohonannya maupun syarat-syarat mengenai merek itu sendiri. Hanya merek yang memenuhi syarat dan tidak mempunyai persamaaan pada keseluruhan atau pada pokoknya dengan merek yang telah didaftarkan untuk barang sejenis atas nama orang lain dapat didaftarkan. Misalnya sistem ini dianut oleh Amerika Serikat,Jerman, Inggris, Jepang dan Indonesia.

3. Pendaftaran dengan pengumuman sementara.Sebelum merek yang bersangkutan didaftarkan, merek itu diumumkan lebih dahulu untuk memberi kesempatan kepada pihak lain untuk mengajukan keberatan- keberatan tentang pendaftaran merek tersebut.Sistem ini dianut antara lain negara Spanyo, Colombia, Mexico, Brazil dan Australia.

4. Pendaftaran merek dengan pemberitahuan terlebih dahulu tentang adanya merek-merek terdaftar lain yang ada persamaannya.Pemohon pendaftaran merek diberitahu bahwa mereknya mempunyai persamaaan pada keseluruhan atau pada pokoknya dengan merek yang telah didaftarkan untuk barang sejenis atas nama orang lain.Walaupun demikian, jika pemohon tetap menghendaki pendaftaran mereknya, maka mereknya itu didaftarkan juga.Sistem ini dipakai oleh negara Swiss dan Australia.

(32)

24

Dalam sistem deklaratif, pemakai pertama dianggap sebagai orang yang memiliki hak untuk menggunakan suatu merek sehingga pendaftaran tidak wajib dilakukan.Sedangkan dalam sistem konstitutif, seseorang dapat mempunyai hak atas merek jika merek tersebut sudah didaftarkan pada instansi terkait.

Suatu merek dapat menjadi merek terdaftar harus melalui prosedur pendaftaran merek yang ada. Merek tersebut harus didaftarkan dengan memenuhi syarat-syarat pendaftaran merek. Dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari terhitung sejak tanggal disetujuinya permohonan untuk didaftar, kantor merek akan mengumumkan permohonan tersebut dalam Berita Resmi Merek.

Pengumuman tersebut akan berlangsung selama 1(satu) hari yang dilakukan dengan menempatkannya dalam Berita Resmi Merek yang diterbitkan secara berkala, atau dengan menempatkannya pada sarana khusus yang dengan mudah serta jelas dapat dilihat oleh masyarakat misalnya internet.

Selama jangka waktu pengumuman tersebut, setiap orang atau badan hukum dapatmengajukan keberatan secara tertulis kepada kantor merek atas permintaan pendaftaran merek yang bersangkutan. Keberatan tersebut dapat diajukan apabila terdapat alasan yang cukup disertai bukti bahwa merek yang dimintakan pendaftaran adalah merek yang berdasarkan Pasal 20 dan Pasal 21 UUM 2016 tidak dapat didaftarkan atau harus ditolak.

Setelah berakhirnya masa pengumuman dan permintaan pendaftaran merektersebut telah disetujui, maka kantor merek :

a. Mendaftar merek tersebut dalam Daftar Umum Merek;

(33)

b. Memberitahukan pendaftaran merek tersebut kepada orang atau badan hukumatau kuasanya yang mengajukan permintaan pendaftaran merek;

c. Memberikan sertifikat merek;

d. Mengumumkan pendaftaran tersebut dalam Berita Resmi Merek.

Pendaftaran merek dapat dimintakan untuk 2 (dua) kelas barang atau lebih dan/atau jasa secara bersamaan17. Prosedur demikian ini memberikan kemudahan kepada pemilik merek dan pemeriksa merek karena administrasi dan penanganan pemeriksaannya lebih sederhana, dan pula tidak bertentangan dengan ketentuan yang mengatur perlindungan hukum terhadap orang atau jasa yang berada pada jenis yang bersangkutan.

Prosedur pendaftaran merek merupakan syarat formal untuk mendaftarkan merek yang diatur dalam Pasal 4 sampai Pasal 6 UU N0.20/2016. Surat permohonan harus dibuat secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dan diajukan pada Ditjen HKI yang mencantumkan hal-hal sebagai berikut:

a. tanggal, bulan, dan tahun Permohonan;

b. nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat Pemohon;

c. nama lengkap dan alamat Kuasa jika Permohonan diajukan melalui Kuasa;

d. warna jika Merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur warna;

e. nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas; dan

f. kelas barang dan/atau kelas jasa serta uraian jenis barang dan/atau jenis jasa.

g. dalam hal Merek berupa bentuk 3 (tiga) dimensi, label Merek yang dilampirkan dalam bentuk karakteristik dari Merek tersebut.

17 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, Pasal 6.

(34)

26

h. dalam hal Merek berupa suara, label Merek yang dilampirkan berupa notasi dan rekaman suara.

Selain formulir standar dengan isian tersebut diatas, permohonan pendaftaran merek harus dilampiri dan dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut:18

a. Surat pernyataan kepemilikan merek dengan tanda tangan diatas materai bahwa merek yang dimintakan pendaftaran adalah miliknya.

b. 24 (dua puluh empat) helai etiket merek yang bersangkutan dengan ukuran maksimal 7cm x 7cm.

c. Dalam hal etiket merek menggunakan bahasa asing atau didalamnya terdapat huruf selain huruf latin atau angka yang tidak lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia wajib disertai terjemahannya dalam Bahasa Indonesia, dalam huruf Latin dan dalam angka yang lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia.

d. Tambahan berita negara yang memuat akta pendirian badan hukum atau salinan akta pendirian badan hukum yang dilegalisasi oleh Notaris,apabila pemilik merek adalah badan hukum.

e. Surat kuasa apabila permintaan pendaftaran merek melalui kuasa.

f. Pembayaran seluruh biaya dalam rangka permintaan pendaftaran merek yang jenis dan besarnya ditetapkan melalui keputusan menteri.

Merek yang telah terdaftar di Ditjen HKI membawa akibat bagi pemilik merek memperoleh hak atas merek. Pemilik merek diberi hak eksklusif oleh negara untuk menggunakan mereknya dalam dunia perdagangan. Oleh karena itu pemilikmerek harus konsekuen dengan merek yang telah terdaftar tersebut.

Konsekuensinya pemilik merek harus tetap menggunakan mereknya untuk berdagang dengan tetap memproduksi objek sesuai dengan kelasnya sebagai mana dalam pendaftaran merek.19Apabila pemilik merek pasif, tidak melakukan kegiatan perdagangan dengan menggunakan merek yang telah terdaftar, maka

18 Rahmi Jened,Hukum Merek (Trademark Law) Dalam Era Global dan Integras Ekonomi, Jakarta, Kencana, 2015, hal.147

19 Gatot Supramono. Op. Cit. hal. 42.

(35)

akibatnya merek tidak mendapat perlindungan hukum untuk masa yang akan datang. Dalam hal ini ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu :

a. Pemilik merek tidak dapat memperpanjang masa perlindungan merek;

b. Ditjen HKI melakukan penghapusan pendaftaran merek.

Mengenai pemilik merek tidak dapat memperpanjang masa perlindungan merekadalah sudah sangat logis karena mereknya saja tidak digunakan dalamperdagangan, tidak ada gunanya pemilik merek diberi kesempatan untuk memperpanjang masa perlindungan mereknya. Kalaupun dilakukan perpanjangan masa perlindungannya merupakan pekerjaan yang sia-sia karena tidak ada gunanya sama sekali. Merek yang demikian walaupun tetap dilindungi hukum akan tetapi tidak ada nilainya.

Merek terdaftar yang tidak dugunakan oleh pemiliknya sudah tepat apabila pendaftaran mereknya dihapuskan. Merek yang tidak digunakan selama tiga tahun berturut-turut akan dihapuskan dari pendaftarannya. Pemiliknya saja sudah tidaklagi menggunakannya dan untuk apa harus tetap dilindungi oleh hukum.

Dengan dilakukan penghapusan pendaftaran merek oleh Ditjen HKI dapat mencegah perbuatan pelanggaran merek oleh pihak lain yang sengaja memanfaatkan keadaan untuk memperoleh keuntungan yang tidak wajar.

B. Hak Pemegang Merek Terdaftar 1. Subyek hukum merek

Menurut Soedjono Dirdjosisworo, subjek hukum atau subject van een recht yaitu“orang” yang mempunyai hak, manusia pribadi atau badan

(36)

28

hukum yang berhak,berkehendak atau melakukan perbuatan hukum2019.

Subjek hukum memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting didalam bidang hukum, khususnya hukum keperdataan karena subjek hukum tersebut yang dapat mempunyai wewenang hukum. Menurut ketentuan hukum, dikenal 2 macam subjek hukum yaitu manusia dan badan hukum21.Orang yang memperoleh hak atas merek disebut pemilik hak atas merek, namanya terdaftar dalam Daftar Umum Merek yang diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Menurut Abdulkadir Muhammad Pemilik Merek terdiri dari22 :

a. Orang perseorangan (one person);

b. Beberapa orang secara bersama-sama (several persons jointly), atau c. Badan hukum (legal entity).

Merek dapat dimiliki secara perorangan atau satu orang karena pemilik mereka adalah orang yang membuat merek itu sendiri. Dapat pula terjadi seseorang memiliki merek berasal dari pemberian atau membeli dari orang lain23. Subjek hak atas merek yang diatur dalam UUM 2001 adalah pihak yang mengajukan permohonan pendaftaran merek dan pihak yang menerima permohonan pendaftaran merek dalam

20 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 128

21 Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher, 2006, hal. 50

22 Abdulkadir Muhammad. Op. Cit. hal. 130

23 Gatot Supramono, Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum Indonesia, Pekanbaru, Rineka Cipta, 2008, hal. 9

(37)

hal ini adalah kuasa yang telah diberikan oleh pemohon atau pejabat kantor Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual(Ditjen HKI)2423.

Dalam penelitian ini yang dimaksud sebagai subjek hak atas merek adalah DC Comics yang mengajukan gugatan penggunaan logo Superman yang dilakukan oleh PT Marxing dalam produk wafer.

2. Objek Hak atas Merek

Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum (manusia atau badan hukum) yang dapat menjadi pokok suatu perhubungan hukum, karena sesuatu itu dapat dikuasai oleh subjek hukum25. Dalam hal ini tentunya sesuatu itu mempunyai harga dan nilai, sehingga memerlukan penentuan siapa yang berhakatasnya, seperti benda-benda bergerak ataupun tidak bergerak yang memiliki nilaidan harga, sehingga penguasaannya diatur oleh kaidah hukum.

Barang adalah objek hak milik26. Hak juga dapat menjadi objek hak milik.

Karena itu benda adalah objek hak milik. Dalam arti hukum, yang dimaksud dengan benda ialah segala sesuatu yang menjadi objek hak milik. Semua benda dalam arti hukum dapat diperjualbelikan, dapat diwariskan dan dapat diperalihkan kepada pihak lain.

24 Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI, Buku panduan Hak Kekayaan Intelektual. Tangerang. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI, 2008

25 Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Rineka Cipta, 2004, hal. 285

26 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 126

(38)

30

Adapun objek hukum yang dinyatakan dalam Pasal 503 KUHPdt yaitu:

“Tiap-tiap kebendaan adalah bertubuh atau tidak bertubuh.” Benda dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu27:

a. Benda berwujud (lichamelijke zaken), yaitu segala sesuatu yang dapat dirabaoleh panca indera seperti tanah, meja dan sebagainya;

b. Benda yang tidak berwujud (onlichamelitje zaken), yaitu segala hak.

Dalam penelitian ini yang dimaksud sebagai objek hak atas merek adalah nama atau merek produk wafer Superman yang dilakukan oleh PT Marxing.

Dalam pendafataran merek, tentunya memiliki fungsi dan tujuan. Adapun fungsi dan tujuan tersebut adalah:

1. Persamaan Keseluruhan

Adapun pengertian mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar, Penjelasan Pasal 21 Ayat (1) UU Merek 2016, yang dimaksud dengan

"persamaan pada pokoknya" adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur yang dominan antara Merek yang satu dengan Merek yang lain sehingga menimbulkan kesan adanya persamaan, baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsur, maupun persamaan bunyi ucapan, yang terdapat dalam Merek tersebut.

27 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Jakarta, Pradnya Paramita, 1996, Pasal 503

(39)

Hal yang sama juga disampaikan Wayne Covell dalam Trademark Reporter Nomor 3 Volume 82. Mei-Juni 1992 yang juga dikutip dari bukunya M. Yahya Harahap menyatakan kriteria persamaan itu adalah:

a. persamaan pandangan (visual similarity) b. persamaan kemasan (packaging similarity)

c. persamaan dalam asosiasi (similarity in association)

d. persamaan fungsi dan pemakaian (similarity in function and use).

Menurut doktrin persamaan menyeluruh, persamaan merek ditegakan diatas prinsip entireties similar yang berarti antara merek yang satu dengan merek yang lain mempunyai persamaan yang menyeluruh meliputi semua faktor yang relevan secara optimal yang menimbulkan persamaan28.

2. Doktrin Persamaan Identik

Doktrin persamaan identik mempunyai perngertian lebih luas dan fleksibel, bahwa untuk menentukan ada persamaan merek tidak perlu semua unsur secara komulatif sama, tetapi cukup beberapa unsur atau faktor yang relevan saja yang sama sehingga terlihat antara dua merek yang dibandingkan secara identik atau sangat mirip. Jadi menurut doktrin ini antara merek yang satu dengan yang lainnya tetap ada perbedaan tetapi perbedaan tersebut tidak menonjol dan tidak mempunyai kekuatan

28 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal. 288

(40)

32

pembeda yang kuat sehingga yang satu dengan yang lain mirip (similar) maka sudah dapat dikatakan identik.

Dari pengertian-pengertian tentang merek dapat disimpulkan bahwa fungsi merek adalah sebagai pembeda antara satu produk barang atau jasa dengan produk barang atau jasa yang dibuat oleh pihak lain. Dengan demikian, merek menghubungkan barang dan atau jasa, dengan produsennya sehingga dapat menggambarkan jaminan kepribadian, dan reputasi barang dan atau jasa tersebut sewaktu diperdagangkan

Merek dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu merek dagang dan merek jasa. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. Setiap lambang, atau kombinasi dari beberapa lambang, yang mampu membedakan barang atau jasa suatu usaha dari usaha lain, dapat menjadi merek dagang.

Lambang-lambang dimaksud, terutama yang berupa rangkaian kata-kata dari nama pribadi, huruf,angka, unsur figur dan kombinasi dari beberapa warna dapat didaftarkan sebagaimerek dagang. Pemilik merek dagang terdaftar mempunyai hak eksklusif untuk mencegah pihak ketiga yang tidak memperoleh izinnya untuk menggunakan merek dagang tersebut untuk usaha yang sejenis, atau menggunakan lambang yang mirip untuk barang yang sejenis, atau mirip dengan barang untuk mana suatu merek dagang didaftarkan, dimana penggunaan tersebut dapat menyebabkan ketidakpastian.

(41)

Merek dagang dipakai pada barang berdasarkan kelas-kelasnya. Kelas barangadalah kelompok jenis barang yang mempunyai persamaan dalam sifat, cara pembuatan, dan tujuan penggunaannya. Kelas barang bagi pendaftaran merekdiatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1993. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan olehseseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya. Merek jasa sebagaimana merek dagang juga dipakai pada jasa berdasarkan kelas-kelasnya. Kelas jasa adalah kelompok jenis jasa yang mempunyai persamaan dalam sifat dan tujuan penggunaannya. Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang atau jasa sejenis lainnya.

Merek kolektif merupakan merek dari suatu perkumpulan (association), umumnya perkumpulan para produsen atau para pedagang barang atau jasa yang diproduksi dalam suatu negara tertentu, atau barang atau jasa yang diproduksi dalam suatu negara tertentu29. Tanda-tanda yang diperkenalkan dengan istilah merek kolektif tersebut bukan berfungsi untuk membedakan barang atau jasa dari suatu perusahaan terhadap perusahaan lain melainkan dipakai untuk membedakan asal-usul geografis atau karakteristik yang berbeda pada barang atau jasa dan perusahaan-perusahaan yang berbeda, tetapi memakai merek sama secara kolektif

29 Abdulkadir Muhammad. Op. Cit. hal. 136

(42)

34

dibawah pengawasan yangberhak. Dengan perkataan lain, kepada barang atau jasa tersebut diberikan jaminan tertentu tentang kualitasnya.

Pengaturan mengenai perlindungan Merek terkenal dapat dilihat pada Pasal 21 ayat (1) UU MIG, di mana dinyatakan bahwa: Permohonan ditolak jika Merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan:

a. Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;

b. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;

c. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis yang memenuhi persyaratan tertentu; atau

d. Indikasi Geografis terdaftar.

Apabila secara sah dan meyakinkan terdapat atau ada pelanggaran merek maka hakim akan memberikan perlindungan melalui putusan yang adil. Bagi Pelanggar akan dikenakan sanksi (baik pidana maupun denda) sesuai ketentuan pidana merek yang diatur dalam Pasal 90 sampai dengan Pasal 95 UU No.15 Tahun 2001. Apabila terbukti secara secara sah ada pihak yang telah melakukan pelanggaran merek maka pihak yang melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi (baik pidana atau denda) sesuai dengan pelangaran yang dilakukan. Jadi perlindungan hukum akan diberikan oleh Negara hanya kepada merek yang terdaftar saja.

(43)

Sanksi akan dikenakan bagi pelanggar merek sah karena pelanggara merupakan perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUH Perdata) antara lain memenuhi unsur:

a. Perbuatan melawan hukum, b. Adanya Kerugian,

c. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan dan kerugian yang ditimbulkan,

Adanya Kesalahan. Pihak yang melanggar akan dikenakan sanksi karena jelas memenuhi unsur perbuatan melawan hukum, karena perbuatan yang melawan hukum yaitu secara sengaja menggunakan merek pihak lain tanpa hak.

Selain itu menimbulkan kerugian. Pihak pemilik merek dirugikan (secara materiil dan non materiil) dengan adanya pelanggaran merek tersebut. Karena pelanggaran merek merupakan suatu perbuatan yang dapat dikategorikan suatu kesalahan maka apabila ada pihak yang melakukan pelanggaran merek sudah sepantasnya dikenakan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.30

Syarat multlak suatu merek agar dipenuhi adah bahwa merek itu harus mempunyai daya pembeda (distinctiveness) yang cukup. Dengan kata lain tanda yang yang dipakai haruslah sedemikian rupa, sehingga mempunyai kekuatan untuk membedakan barang hasil produksi sesuatu perusahaan atau barang perniagaan (perdagangan) atau jasa dari produksi seseorang dengan barang-barang

30 Enny Mirfa, Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terdaftar, Aceh, Jurnal Hukum Universitas Samudera, 2016, hal. 73

(44)

36

atau jasa yang diproduksi oleh orang lain, karena adanya merek itu barang-barang atau jasa yang diproduksi menjadi dapat dibedakan.31

Menurut Pasal 4 Undang-Undang Merek Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek tidak dapat dijadikan suatu merek atau yang tidak dapat didataftarkan sebagai suatu merek apabila mengandung salah satu unsur dibawah ini:

a. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum;

b. Tidak memiliki daya pembeda;

c. Telah menjadi milik umum atau;

d. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran.

Pihak- pihak yang dapat mengajukan permohonan pendaftaran merek yaitu:

1. Orang/ Perorangan 2. Perkumpulan

3. Badan Hukum (CV, Firma, Perseroan)

Menurut Suryodiningrat, di seluruh dunia terdapat empat macam sistem pendaftaran merek. yaitu :

1. Pendaftaran Tanpa Pemeriksaan Merek Terlebih Dahulu, menurut sistem ini merek yang dimohonkan pendaftarannya segera didaftarkan asal syarat- syarat permohonan telah dipenuhi.

31 Saidin, Op.Cit, hal. 348

(45)

2. Pendaftaran dengan Pemeriksaan Merek Terlebih Dahulu Merek yang didaftarkan terlebih dahulu diumumkan dalam trade journal atau kantor pendaftaran merek untuk jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah memberikan kesempatan pada pihak ketiga untuk mengajukan keberatan.

3. Pendaftaran dengan Pengumuman Sementara

4. Pendaftaran dengan Pemberitaan Terlebih Dahulu tentang adanya Merek lain terdaftar yang ada persamaannya.

Pendaftaran merek dikenal dua sistem pendaftaran yaitu:

1. Stesel Deklaratif (Passive Stelsel)

Pendaftaran bukanlah untuk menerbitkan hak, melainkan hanya memberikan dugaan, sangkaan hukum (rechtsvermoeden), atau presumption iuris bahwa pihak yang mereknya terdatar adalah

pihak yang berhak atas merek dan sebagai pemakai pertama merek yang didaftarkan.

2. Stesel Konstitutif (Active Stelsel atau atributif)

Pendaftaran yang dianggap lebih penting dan menentukan kepemilikan merek. Pihak yang berhak atas suatu merek adalah pihak yang telah mendaftarkan mereknya yang dikenal dengan sistem presumption of ownership, pihak yang mendaftarkan suatu merek adalah satu-satunya pihak yang berhak atas merek tersebut

(46)

38

dan pihak ketiga harus menghormati hak pendaftar sebagai hak mutlak.32

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis Permohonan Pendaftaran Merek ada dua macam yang dapat ditempuh yaitu dengan cara biasa atau bersifat umum dan dengan hak prioritas. Permohonan pendaftaran dengan cara biasa dilakukan karena merek yang dimohon pendaftaranya belum pernah didaftarkan sama sekali. Sedangkan permohonan pendaftaran dengan hak prioritas dilakukan karena merek yang didaftarkan di Indonesia sudah pernah didaftarkan di negara lain.

a. Dengan cara biasa

Permohonan diajukan kepada Kementerian yang diajukan secara tertulis dengan bahasa Indonesia. Adapun isi surat permohonan pendaftaran merek yang harus dimuat di dalamnya sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Merek adalah:

1) Tanggal, bulan dan tahun,

2) Nama lengkap, kewarganegaraan dan alamat pemohon,

3) Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohnan diajukan melaui kuasa,

4) Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur-unsur warna,

32 Sudaryat, Hak kekayaan intelektual, Bandung, Oase Media, 2010, hal.68

(47)

5) Nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam hal permohonan diajukan dengan hak prioritas.

Dengan satu permohonan untuk dua kelas barang atau jasa sesuai dengan Trademark Law Treaty yang telah diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor

17 Tahun 1977.

b. Dengan hak prioritas

Syarat-syarat mengajukan permohonan pendaftaran merek dengan hak prioritas juga harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana dalam pengajuan permohonan pendaftaran dengan cara biasa. Berdasarkan

Pasal 9 Undang-Undang Merek Tahun 2016 memberi syarat khusus yaitu permohonannya harus diajukan dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran merek (filling date) yang pertama kali di negara asing dan negara tersebut merupakan anggota Paris Convention for The Protection of Industrial Property atau anggota Establishing the World Tade Organization.

Persyaratan khusus lainnya adalah permohonan pendaftaran dengan hak prioritas wajib dilengkapi dengan bukti hak prioritas yang harus diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dalam tempo tiga bulan bila tidak dapat dipenuhi maka permohonan pendaftaran merek diproses dengan cara biasa .33

Syarat-syarat permohonan pendaftaran merek dijelaskan pada Pasal 4 Undang-Undang Merek Tahun 2016. Syarat permohonan pendaftaran merek pada

33 Supramono Gatot, Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum Indonesia, Cetakan ke 1, Jakarta, Rineka Cipta, 2008, hal. 27-28

(48)

40

kantor Kementerian antara lain; contoh merek yang akan didaftarakan (sebagai contoh, spesimen dari etiket) bersama detil warna yang akan dipakai dalam merek.

Penjelasan mengenai kelas barang dan atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya dijelaskan pada Pasal 4 ayat (6) Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis Tahun 2016.

C. Pelanggaran Terhadap Merek Terdaftar

Secara umum pelanggaran merek dapat terjadi jika seseorang atau badan hukum menggunakan merek dagang atau merek dagang yang serupa milik seorang pemilik merek dagang atau jasa tanpa izin. Penggunaan tersebut dilakukan dalam bidang perdagangan yang berarti bahwa pelangaran dilakukan sehubungan dengan penjualan dan promosi barang yang dapat menimbulkan kerugian baik secara materil maupun imateril bagi pemilik merek.

Pelanggaran merek ini dapat dilakukan dengan menduplikasi suatu merek dengan mengubah kata atau gambar yang terdapat dalam merek tersebut dengan jenis produk yang sama atau sebaliknya. Arti pelanggaran merek menurut UU Merek No.20 Tahun 2016 dapat diinterpretasikan menjadi 4 (empat) macam yaitu:

a. Perbuatan pelanggaran merek yang dilakukan secara sengaja dan tanpa hak dengan menggunakan merek yang sama;

b. Perbuatan pelanggaran merek yang dilakukan secara sengaja dan tanpa hak dengan menggunakan merek yang serupa;

c. Perbuatan pelanggaran merek yang dilakukan karena kelalaiannya;

d. Perbuatan pelanggaran merek karena menggunakan tanda yang dilindungi berdasarkan indikasi geografis atau indikasi asal yang dilakukan secara sengaja dan tanpa hak sehingga menyesatkan masyarakat mengenai asal barang dan jasa.

Referensi

Dokumen terkait

Sophie Martin Trade and Investment.ltd selaku pemilik merek “SOPHIE MARTIN” mengajukan gugatan pembatalan merek “SOPHIE” milik Jafri Yauri pada tahun 2011

“Hak Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu.. dengan menggunakan sendiri

permasalahan tersebut dengan tujuan yaitu pertama, untuk membahas apakah pihak Rapoibo Thomas telah secara tanpa hak menggunakan merek yang memiliki persamaan pada

✓ Pemilik Merek terdaftar dapat memberikan Lisensi kepada pihak lain untuk menggunakan Merek tersebut baik sebagian maupun seluruh jenis barang dan/atau jasa. ✓ Perjanjian

Lisensi seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 Angka 13 Undang-Undang Merek adalah izin yang diberikan oleh pemilik Merek terdaftar kepada pihak lain melalui

Apabila ada pihak yang tidak mempunyai hak menggunakan merek yang sama atau mempunyai persaman dengan merek yang terdaftar milik pihak lain untuk produk sejenis

Dalam Pasal 76 ayat (1) UU Merek dinyatakan bahwa pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai

Dalam Pasal 76 ayat 1 Undang-Undang Merek, menyatakan bahwa pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai