• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

37 BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Uraian Fakta Peristiwa

Pada hari Sabtu tanggal 08 September 2018, sekira pukul 13.00 wib, bertempat di warung di Dusun Karanglor Desa Cepakarejo Kec. Palang Kabupaten Tuban Kasturi Bin Kadri telah memiliki, menyimpan atau menguasai narkotika golongan I jenis pil karnophen. Awalnya Kasturi Bin Badri mendapatkan narkotika jenis pil Charnopen berlogo Zenith dengan cara membeli kepada seorang yang bernama Yayid di rumahnya yang beralamat di Desa Karangagung Kecamatan Palang, setelah mendatangi tempat tersebut kemudian Kasturi Bin Kadri membeli 10 (sepuluh) butir pil karnophen berlogo Zenith seharga Rp. 60.000,- (enam puluh ribu rupiah) kemudian setelah mendapatkan pil karnophen Kasturi Bin Kadri meninggalkan tempat tersebut. Dalam perjalanan pulang dari rumah Yayid, Kasturi Bin Kadri sempat meminum pil karnophen sebanyak 5 (lima) butir dan sisanya disimpan di saku sebelah kanan celana pendek terdakwa dan kemudian menuju ke warung kopi. Pada saat berada di warung kopi tersebut, datang Priyoto dan Solihim yang merupakan anggota Polsek Palang melakukan pemeriksaan dan penggeledahan. Saat itu, Priyoto dan Solihim menemukan 5 (lima) butir pil karnophen di saku sebelah kanan celana pendek Kasturi Bin Kadri, sehingga kemudian Priyoto dan Solihim mengamankan barang bukti dan membawa terdakwa ke Polsek Palang untuk pemeriksaan lebih lanjut dan Kasturi Bin Kadri tidak memiliki ijin terkait dengan 5 butir pil karnophen yang disimpan di saku celana Kasturi Bin Kadri.

2. Identitas Terdakwa

Nama : Kasturi bin Kadri

Tempat lahir : Tuban commit to user

(2)

Umur / Tanggal lahir : 44 Tahun / 08 Juli 1974 Jenis Kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal :Dusun Krajan RT.06 RW.01 Desa Cepokorejo Kec.Plumpang Kab.Tuban.

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

3. Dakwaan Penuntut Umum a. Pertama

Kasturi Bin Badri, pada hari Sabtu tanggal 08 September 2018, sekira pukul 13.00 wib atau pada suatu waktu dalam bulan September 2018, atau pada suatu waktu dalam tahun 2018, bertempat di warung di Dusun Karanglor Desa Cepakarejo Kec. Palang Kabupaten Tuban atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih termasuk didalam daerah hukum Pengadilan Negeri Tuban, tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, perbuatan terdakwa tersebut dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1) Pada awalnya terdakwa Kasturi Bin Badri mendapatkan narkotika jenis pil Charnopen berlogo Zenith dengan cara membeli kepada seorang yang bernama Yayid (DPO) di rumahnya yang beralamat di Desa Karangagung Kecamatan Palang, dan setelah mendatangi tempat tersebut kemudian terdakwa membeli 10 (sepuluh) butir pil karnophen berlogo Zenith seharga Rp. 60.000,- (enam puluh ribu rupiah) kemudian setelah mendapatkan pil karnophen terdakwa meninggalkan tempat tersebut, dan dalam perjalanan pulang dari rumah Yayid (DPO) terdakwa sempat meminum pil karnophen sebanyak 5 (lima) butir dan sisanya disimpan di saku sebelah kanan celana pendek terdakwa dan kemudian menuju ke warung kopi. Pada saat berada di warung kopi tersebut, datang saksi Priyoto, SH dan Solihim yang merupakan anggota Polsek Palang melakukan pemeriksaan dan penggeledahan. Saat itu, saksi Priyoto, SH dan Solihim menemukan 5 commit to user

(3)

(lima) butir pil karnophen di saku sebelah kanan celana pendek terdakwa, sehingga kemudian saksi Priyoto, SH dan Solihim mengamankan barang bukti dan membawa terdakwa ke Polsek Palang untuk pemeriksaan lebih lanjut.

2) Perbuatan terdakwa membeli dan kemudian menerima 10 (Sepuluh) butir pil charnopen berlogo Zenith tersebut tanpa ijin dari pihak yang berwenang.

3) Berdasarkan hasil penimbangan barang bukti ternyata 5 (lima) butir pil charnopen tersebut dengan berat brutto 1,74 (satu koma tujuh puluh empat) gram.

4) Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Lab. Kriminalistik No. Lab.

8568/NNF/2018 tanggal 17 September 2018 barang bukti yang diterima berupa 1 (satu) bungkus amplop berlak segel lengkap dengan label barang bukti, setelah dibuka dan diberi nomor 8274/2018/NNF berupa tiga butir tablet warna putih logo “ZENITH” dengan berat netto 0,989 gram (tanpa sisa). Dengan kesimpulan barang bukti dengan nomor 8274/2018/NNF adalah benar tablet dengan bahan aktif Karisoprodol terdaftar dalam golongan I nomor urut 146 Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2018 tentang perubahan penggolongan Narkotika di dalam Lampiran Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009.

Perbuatan terdakwa Kasturi Bin Kadri sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 112 ayat (1) Undang-undang R.I. No: 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

b. Kedua

Kasturi Bin Badri, pada hari Sabtu tanggal 08 September 2018, sekira pukul 13.00 wib atau pada suatu waktu dalam bulan September 2018, bertempat di warung di Dusun Karanglor Desa Cepakarejo Kec. Palang Kabupaten Tuban atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih termasuk didalam daerah hukum Pengadilan Negeri Tuban, telah

commit to user

(4)

menyalahgunakan Narkotika golongan I jenis sabu bagi dirinya sendiri, perbuatan terdakwa tersebut dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1) Pada awalnya terdakwa Kasturi Bin Badri mendapatkan narkotika jenis pil Charnopen berlogo Zenith dengan cara membeli kepada seorang yang bernama Yayid (DPO) di rumahnya yang beralamat di Desa Karangagung Kecamatan Palang, dan setelah mendatangi tempat tersebut kemudian terdakwa membeli 10 (sepuluh) butir pil karnophen berlogo Zenith seharga Rp. 60.000,- (enam puluh ribu rupiah) kemudian setelah mendapatkan pil karnophen terdakwa meninggalkan tempat tersebut, dan dalam perjalanan pulang dari rumah Yayid (DPO) terdakwa sempat meminum pil karnophen sebanyak 5 (lima) butir dan sisanya disimpan di saku sebelah kanan celana pendek terdakwa dan kemudian menuju ke warung kopi. Pada saat berada di warung kopi tersebut, datang saksi Priyoto, SH dan Solihim yang merupakan anggota Polsek Palang melakukan pemeriksaan dan penggeledahan. Saat itu, saksi Priyoto, SH dan Solihim menemukan 5 (lima) butir pil karnophen di saku sebelah kanan celana pendek terdakwa, sehingga kemudian saksi Priyoto, SH dan Solihim mengamankan barang bukti dan membawa terdakwa ke Polsek Palang untuk pemeriksaan lebih lanjut.

2) Perbuatan terdakwa membeli dan kemudian menerima 10 (Sepuluh) butir pil charnopen berlogo Zenith tersebut tanpa ijin dari pihak yang berwenang.

3) Berdasarkan hasil penimbangan barang bukti ternyata 5 (lima) butir pil charnopen tersebut dengan berat brutto 1,74 (satu koma tujuh puluh empat) gram.

4) Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Lab. Kriminalistik No. Lab.

8568/NNF/2018 tanggal 17 September 2018 barang bukti yang diterima berupa 1 (satu) bungkus amplop berlak segel lengkap dengan label barang bukti, setelah dibuka dan diberi nomor 8274/2018/NNF berupa tiga butir tablet warna putih logo “ZENITH” dengan berat netto 0,989 gram (tanpa sisa). Dengan kesimpulan barang bukti dengan nomor 8274/2018/NNF commit to user

(5)

adalah benar tablet dengan bahan aktif Karisoprodol terdaftar dalam golongan I nomor urut 146 Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2018 tentang perubahan penggolongan Narkotika di dalam Lampiran Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009.

Perbuatan terdakwa Kasturi Bin Kadri sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-undang R.I. No: 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

4. Tuntutan Pidana

Membaca tuntutan pidana Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Tuban sebagai berikut :

a. Menyatakan terdakwa Kasturi Bin Kadri bersalah melakukan tindak pidana

“tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman” sebagaimana diatur dalam Dakwaan kesatu pasal 112 ayat (1) UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Kasturi Bin Kadri dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun dikurangi selama berada dalam tahanan dan dengan perintah tetap ditahan, dengan Denda Rp. 800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) Subsider 3 (tiga) bulan penjara.

c. Menyatakan barang bukti berupa 5 butir narkotika golongan I warna putih jenis pil karnophen yang di salah satu sisinya bertuliskan zenith. (disisihkan 2 butir untuk keperluan labfor Polri cabang Surabaya, sisa 3 butir dirampas untuk dimusnahkan)

d. Menetapkan supaya terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah).

5. Putusan Pengadilan Negeri Tuban

Membaca Putusan Pengadilan Negeri Tuban Nomor 399/Pid.Sus/

2018/PN TBN tanggal 13 Desember 2018 yang amar lengkapnya sebagai

berikut: commit to user

(6)

a. Menyatakan Terdakwa Kasturi bin Kadri telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman”.

b. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun dan denda sebesar Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti pidana kurungan selama 1 (satu) bulan.

c. Menetapkan lamanya masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

d. Menetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan.

e. Memerintahkan barang bukti berupa 5 butir Narkotika golongan I warna putih jenis pil Karnophen yang di salah satu sisinya bertuliskan zenith (disisihkan 2 butir untuk keperluan labfor Polri Cabang Surabaya, sisa 3 butir dirampas untuk dimusnahkan).

f. Membebankan Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000 (lima ribu rupiah);

6. Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya

Membaca Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor 10/PID.SUS/

2019/PT SBY tanggal 1 Maret 2019 yang amar lengkapnya sebagai berikut:

a. Menerima permintaan banding yang diajukan Penasihat Hukum Terdakwa dan Penuntut Umum.

b. Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Tuban tanggal 13 Desember 2018 Nomor 399/Pid.Sus/2018/PN Tbn, yang dimintakan banding tersebut, dan mengadili sendiri

Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor 10/PID.SUS/ 2019/PT SBY tanggal 1 Maret 2019 tanggal 1 Maret 2019 mengadili sendiri sebagai berikut:

a. Menyatakan Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan sebagaimana tersebut dalam Dakwaan Kesatu tersebut.

b. Membebaskan Terdakwa dari Dakwaan Kesatu tersebut. commit to user

(7)

c. Menyatakan Terdakwa Kasturi bin Kadri telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Menyalahgunakan Narkotika Golongan I bukan tanaman bagi diri sendiri”.

d. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama: 2 (dua) tahun.

e. Menetapkan lamanya masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

f. Menetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan.

g. Memerintahkan barang bukti berupa 5 butir Narkotika golongan I warna putih jenis pil Karnophen yang di salah satu sisinya bertuliskan zenith. (disisihkan 2 butir untuk keperluan labfor Polri Cabang Surabaya, sisa 3 butir dirampas untuk dimusnahkan).

h. Membebankan Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah).

7. Alasan Kasasi

Alasan kasasi yang diajukan Pemohon Kasasi/Penuntut Umum pada pokoknya adalah Judex facti telah salah dalam menerapkan hukum sebagai berikut:

a. Judex facti Pengadilan Tinggi Surabaya yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri Tuban dan menyatakan keterbuktian dakwaan Pasal 127 Ayat (1) Huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 harus dibatalkan, karena judex facti telah salah dalam menerapkan hukum pembuktian yaitu dalam mempertimbangkan fakta-fakta hukum yang berkenaan dengan penyalahgunaan Narkotika.

1) Judex facti dalam menjatuhkan putusannya didasarkan atas ketentuan Pasal 197 dan Pasal 195 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tidak dapat dibenarkan, karena tidak ada korelasi substansial dengan dakwaan Penuntut Umum in casu. Pasal 195 mengatur tentang orang yang dengan sengaja memperjualbelikan darah, sedangkan Pasal commit to user

(8)

197 mengatur tentang orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar;

2) Pertimbangan hukum dalam menyatakan keterbuktian dakwaan Pasal 127 Ayat (1) Huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 didasarkan atas pengakuan Terdakwa telah mengkonsumsi 5 (lima) butir tablet Karnophen (putusan a quo halaman 12) dan oleh judex facti disimpulkan bahwa Terdakwa benar telah mengkonsumsi Karnophen tanpa izin. Pertimbangan hukum tersebut tidak dapat dibenarkan, karena hanya didasarkan atas pengakuan Terdakwa semata, tidak didukung alat bukti lain, utamanya bukti formal urine Terdakwa mengandung unsur Narkotika. Dengan demikian, keterangan Terdakwa berdiri sendiri sehingga tidak memenuhi standar hukum pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 183 KUHAP;

b. Judex facti tidak dapat dipertahankan lagi dan oleh karenanya beralasan menurut hukum untuk membatalkan putusan judex facti tersebut, Terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana “Tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman” dalam Pasal 112 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 sebagaimana dinyatakan dalam putusan Pengadilan Negeri Tuban in casu, karena terbukti pada saat Terdakwa ditangkap petugas Kepolisian Tuban pada tanggal 8 September 2018 diketemukan pada diri Terdakwa 5 (lima) butir tablet Karnophen;

c Berdasarkan keadaan-keadaan tersebut, memohon agar Terdakwa dinyatakan terbukti melanggar dakwaan Pasal 112 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 harus dinyatakan beralasan menurut hukum;

8. Pertimbangan Mahkamah Agung

a. Hakim mempertimbangkan alasan kasasi Pemohon Kasasi/Penuntut Umum dapat dibenarkan, karena judex facti telah salah dalam menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:

commit to user

(9)

1) Hakim mempertimbangan putusan judex facti (in casu Pengadilan Tinggi Surabaya) yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri Tuban dan menyatakan keterbuktian dakwaan Penuntut Umum Pasal 127 Ayat (1) Huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 harus dibatalkan, karena judex facti telah salah dalam menerapkan hukum pembuktian yaitu dalam mempertimbangkan fakta-fakta hukum yang berkenaan dengan penyalahgunaan Narkotika in casu, dengan pertimbangan sebagai berikut:

a) Pertimbangan hukum judex facti dalam menjatuhkan putusannya didasarkan atas ketentuan Pasal 197 dan Pasal 195 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (putusan a quo halaman 13) tidak dapat dibenarkan, karena tidak ada korelasi substansial dengan dakwaan Penuntut Umum in casu. Pasal 195 mengatur tentang orang yang dengan sengaja memperjualbelikan darah, sedangkan Pasal 197 mengatur tentang orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar;

b) Pertimbangan hukum dalam menyatakan keterbuktian dakwaan Pasal 127 Ayat (1) Huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 in casu didasarkan atas pengakuan Terdakwa telah mengkonsumsi 5 (lima) butir tablet Karnophen (putusan a quo halaman 12) dan oleh judex facti disimpulkan bahwa Terdakwa benar telah mengkonsumsi Karnophen tanpa izin (putusan a quo halaman 13). Pertimbangan hukum tersebut tidak dapat dibenarkan, karena hanya didasarkan atas pengakuan Terdakwa semata, tidak didukung alat bukti lain, utamanya bukti formal urine Terdakwa mengandung unsur Narkotika. Dengan demikian, keterangan Terdakwa in casu berdiri sendiri sehingga tidak memenuhi standar hukum pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 183 KUHAP;

2) Hakim mempertimbangkan putusan judex facti in casu tidak dapat dipertahankan lagi dan oleh karenanya beralasan menurut hukum untuk membatalkan putusan judex facti tersebut, yang selanjutnya Mahkamah commit to user

(10)

Agung akan mengadili sendiri perkara Terdakwa in casu berdasarkan fakta-fakta hukum di persidangan, yang dalam putusannya menyatakan Terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana “Tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman” dalam Pasal 112 Ayat (1) Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 sebagaimana dinyatakan dalam putusan Pengadilan Negeri Tuban in casu, karena terbukti pada saat Terdakwa ditangkap petugas Kepolisian Tuban pada tanggal 8 September 2018 diketemukan pada diri Terdakwa 5 (lima) butir tablet Karnophen;

3) Hakim mempertimbangkan untuk pidana yang dipandang adil dijatuhkan pada diri Terdakwa, karena barang bukti yang ditemukan pada diri Terdakwa tergolong sedikit yaitu 5 (lima) butir tablet Karnophen, maka pidana yang dijatuhkan kepada Terdakwa in casu akan dirasakan adil dan manusiawi menyimpangi ketentuan pidana khusus minimum dalam Pasal 112 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, in casu pidana penjara yang dijatuhkan judex facti berupa pidana penjara selama 2 (dua) tahun;

4) Berdasarkan keadaan-keadaan tersebut, alasan kasasi Pemohon Kasasi/Penuntut Umum yang memohon agar Terdakwa dinyatakan terbukti melanggar dakwaan Pasal 112 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 harus dinyatakan beralasan menurut hukum;

b. Berdasarkan pertimbangan Hakim di atas, perbuatan Terdakwa telah memenuhi unsur-unsur pidana dalam Pasal 112 Ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009, sebagaimana didakwakan dalam Dakwaan Kesatu, oleh karena itu Terdakwa tersebut telah terbukti bersalah dan dijatuhi pidana;

c. Hakim mempertimbangkan dengan demikian terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Penuntut Umum tersebut dan membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor 10/PID.SUS/2019/PT SBY tanggal 1 Maret 2019 yang membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Tuban Nomor 399/Pid.Sus/2018/PN TBN tanggal 13 Desember 2018, untuk kemudian Mahkamah Agung mengadili sendiri commit to user

(11)

perkara ini dengan amar putusan sebagaimana yang akan disebutkan di bawah ini;

d. Hakim mempertimbangkan bahwa karena Terdakwa dipidana, maka dibebani untuk membayar biaya perkara pada tingkat kasasi;

9. Amar Putusan Mahkamah Agung

Memperhatikan Pasal 112 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan Perubahan Kedua dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

a. Mengadili

1) Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Tuban tersebut;

2) Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor 10/PID.SUS/

2019/PT SBY tanggal 1 Maret 2019 yang membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Tuban Nomor 399/Pid.Sus/2018/PN TBN tanggal 13 Desember 2018 tersebut;

b. Mengadili Sendiri

1) Menyatakan Terdakwa KASTURI bin KADRI telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman”;

2) Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan pidana denda sejumlah Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan;

3) Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan; commit to user

(12)

4) Menetapkan barang bukti berupa 5 (lima) butir Narkotika Golongan I warna putih jenis pil Karnophen yang di salah satu sisinya bertuliskan Zenith; (disisihkan 2 butir untuk keperluan labfor Polri Cabang Surabaya, sisa 3 butir);Dirampas untuk dimusnahkan;

5) Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara pada tingkat kasasi sebesar Rp2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah);

B. Pembahasan

1. Kesesuaian pertimbangan Mahkamah Agung yang membatalkan putusan judex factie perkara narkotika dengan pasal 253 ayat 1 KUHAP

Mahkamah Agung sebagai badan peradilan tertinggi tingkatannya dikenal dengan istilah judex juris, yaitu hakim yang memeriksa atas penerapan hukum yang telah dilakukan oleh pengadilan negeri dan pengadilan tinggi. Judex factie lebih condong pada kewenangan hakim dalam menentukan suatu fakta hukum dalam suatu persidangan yang akan dijadikan pertimbangan dalam suatu putusan.

Mahkamah Agung sebagai judex juris memiliki beberapa wewenang yang diatur dalam Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman, salah satu wewenang tersebut yaitu mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh peradilan yang berada dibawah Mahkamah Agung, kecuali undang-undang menentukan lain. Kasasi merupakan salah satu upaya hukum biasa dan merupakan hak asasi yang diberikan peraturan perundang-undangan pada pencari keadilan (Henry P Panggabean,2001:201). Pencari keadilan yang dimaksud ialah terdakwa dan penuntut umum, karena kasasi tersebut merupakan suatu hak, maka apabila terdakwa maupun penuntut umum tidak mengajukan upaya hukum kasasi, Mahkamah Agung tidak dapat mengajukan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi.

Pertimbangan Mahkamah Agung telah ditentukan dalam Pasal 253 ayat (1) KUHAP yang berbunyi bahwa pemeriksaan kasasi dilakukan oleh commit to user

(13)

Mahkamah Agung atas permintaan para pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 244 dan Pasal 248 guna menentukan:

a. Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya.

b. Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan Undang-undang.

c. Apakah benar pengadilan telah melampaui batas kewenangannya.

Ketentuan Pasal 253 ayat (1) KUHAP tersebut terkait pula pengaturan lain mengenai alasan pengajuan kasasi yaitu terdapat dalam Pasal 244 yang berbunyi bahwa terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut umum dapet mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap Putusan bebas.

Serta Pasal 248 yang berbunyi bahwa sebagai berikut:

a. Pemohon kasasi wajib mengajukan memori kasasi yang memuat alasan permohonan kasasinya dan dalam waktu empat belas hari setelah mengajukan permohonan tersebut, harus sudah menyerahkannya kepada panitera yang untuk itu ia memberikan surat tanda terima.

b. Dalam hal pemohon kasasi adalah terdakwa yang kurang memahami hukum, panitera pada waktu menerima permohonan kasasi wajib menanyakan apakah alasan ia mengajukan permohonan tersebut dan untuk itu panitera membuatkan memori kasasinya.

c. Alasan yang tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 253 ayat (1) undang-undang ini.

d. Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemohon terlambat menyerahkan memori kasasi maka hakuntuk mengajukan permohonan kasasi gugur.

e. Ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 246 ayat (3) berlaku juga untuk ayat (4) Pasal ini.

commit to user

(14)

f. Tembusan memori kasasi yang diajukan oleh salah satu pihak, oleh panitera disampaikan kepada pihak lainnya dan pihak lain itu berhak mengajukan kontra memori kasasi.

g. Dalam tenggang waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1), panitera menyampaikan tembusan kontra memori kasasi kepada pihak yang semula mengajukan memori kasasi.

Pengajuan Kasasi yang dilakukan oleh Penuntut Umum tersebut telah sesuai dengan syarat formil yang diatur dalam Pasal 244 KUHAP dan Pasal 248 KUHAP tersebut, Terdakwa dituntut dengan dugaan tindak pidana narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 112 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang pada akhirnya keluar Putusan Pengadilan Negeri Tuban Nomor: 399/Pid.Sus/2018/PN Tbn, tertanggal 13 September 2018, yang pada amarnya menyatakan Terdakwa Kasturi bin Kadri telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman”, menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun dan denda sebesar Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti pidana kurungan selama 1 (satu) bulan, kemudian Terpidana melakukakan upaya hukum banding kepada Pengadilan Tinggi Surabaya. Putusan Banding Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor: 10/PID.SUS/ 2019/PT SBY salah satu amarnya melemahkan Putusan Pengadilan Negeri Tuban Nomor:

399/Pid.Sus/2018/PN Tbn, membebaskan Terdakwa dari Dakwaan Kesatu tersebut, menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan, mengenai hal itu Penuntut Umum mengajukan permohonan upaya hukum Kasasi kepada Mahkamah Agung, pengajuan kasasi oleh Penuntut Umum tersebut bukanlah pada putusan bebas, melainkan pada putusan pidana penjara sehingga terpenuhi syarat yang diatur pada Pasal 244 KUHAP. Penuntut Umum mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 14 Maret 2019 dan memori kasasi terdakwa commit to user

(15)

telah diterima oleh kepaniteraan Pengadilan Negeri Tuban pada 27 Maret 2019 atau tigabelas hari setelah pengajuan kasasi yang dilakukan oleh Penuntut Umum, sehingga permohonan kasasi beserta alasan- alasannya telah diajukan dalam tenggat waktu (maksimal 14 hari setelah pengajuan kasasi) dan telah sesuai dengan cara yang diatur oleh undang-undang, yaitu Pasal 248 ayat (1) KUHAP.

Penuntut Umum dalam mengajukan permohonan kasasi, harus berpedoman pada ketiga alasan pengajuan kasasi sesuai dengan ketentuan Pasal 253 ayat (1) KUHAP, atau yang disebut sebagai syarat materiil. Dalam kasus ini pertimbangan Mahkamah Agung yang membatalkan putusan judex factie dan alasan kasasi Pemohon Kasasi/Penuntut Umum dapat dibenarkan, karena judex facti telah salah dalam menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Bahwa putusan judex facti (in casu Pengadilan Tinggi Surabaya) yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri Tuban dan menyatakan keterbuktian dakwaan Penuntut Umum Pasal 127 Ayat (1) Huruf a Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 harus dibatalkan, karena judex facti telah salah dalam menerapkan hukum pembuktian yaitu dalam mempertimbangkan fakta-fakta hukum yang berkenaan dengan penyalahgunaan Narkotika in casu, dengan pertimbangan sebagai berikut:

1) Bahwa pertimbangan hukum judex facti dalam menjatuhkan putusannya didasarkan atas ketentuan Pasal 197 dan Pasal 195 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (putusan a quo halaman 13) tidak dapat dibenarkan, karena tidak ada korelasi substansial dengan dakwaan Penuntut Umum in casu. Pasal 195 mengatur tentang orang yang dengan sengaja memperjualbelikan darah, sedangkan Pasal 197 mengatur tentang orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar;

2) Bahwa pertimbangan hukum dalam menyatakan keterbuktian dakwaan Pasal 127 Ayat (1) Huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 in casu didasarkan atas pengakuan Terdakwa telah mengkonsumsi 5 (lima) butir commit to user

(16)

tablet Karnophen (putusan a quo halaman 12) dan oleh judex facti disimpulkan bahwa Terdakwa benar telah mengkonsumsi Karnophen tanpa izin (putusan a quo halaman 13). Pertimbangan hukum tersebut tidak dapat dibenarkan, karena hanya didasarkan atas pengakuan Terdakwa semata, tidak didukung alat bukti lain, utamanya bukti formal urine Terdakwa mengandung unsur Narkotika. Dengan demikian, keterangan Terdakwa in casu berdiri sendiri sehingga tidak memenuhi standar hukum pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 183 KUHAP;

b. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, bahwa putusan judex facti in casu tidak dapat dipertahankan lagi dan oleh karenanya beralasan menurut hukum untuk membatalkan putusan judex facti tersebut, yang selanjutnya Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara Terdakwa in casu berdasarkan fakta- fakta hukum di persidangan, yang dalam putusannya menyatakan Terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana “Tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman” dalam Pasal 112 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 sebagaimana dinyatakan dalam putusan Pengadilan Negeri Tuban in casu, karena terbukti pada saat Terdakwa ditangkap petugas Kepolisian Tuban pada tanggal 8 September 2018 diketemukan pada diri Terdakwa 5 (lima) butir tablet Karnophen;

c. Bahwa untuk pidana yang dipandang adil dijatuhkan pada diri Terdakwa, karena barang bukti yang ditemukan pada diri Terdakwa tergolong sedikit yaitu 5 (lima) butir tablet Karnophen, maka pidana yang dijatuhkan kepada Terdakwa in casu akan dirasakan adil dan manusiawi menyimpangi ketentuan pidana khusus minimum dalam Pasal 112 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, in casu pidana penjara yang dijatuhkan judex facti berupa pidana penjara selama 2 (dua) tahun;

d. Berdasarkan keadaan-keadaan tersebut, alasan kasasi Pemohon Kasasi/Penuntut Umum yang memohon agar Terdakwa dinyatakan terbukti melanggar dakwaan Pasal 112 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 harus dinyatakan beralasan menurut hukum; commit to user

(17)

Peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya telah sesuai yakni hukum tidak diterapkan dalam hal judex facti telah salah dalam menerapkan hukum. Putusan judex facti Pengadilan Tinggi Surabaya yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri Tuban dan menyatakan keterbuktian dakwaan Penuntut Umum Pasal 127 Ayat (1) Huruf a Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 harus dibatalkan, karena judex facti telah salah dalam menerapkan hukum pembuktian yaitu dalam mempertimbangkan fakta- fakta hukum yang berkenaan dengan penyalahgunaan Narkotika. Dengan pertimbangan pertama, bahwa pertimbangan hukum judex facti dalam menjatuhkan putusannya didasarkan atas ketentuan Pasal 197 dan Pasal 195 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tidak dapat dibenarkan, karena tidak ada korelasi substansial dengan dakwaan Penuntut Umum. Pasal 195 mengatur tentang orang yang dengan sengaja memperjualbelikan darah, sedangkan Pasal 197 mengatur tentang orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar. Kedua, bahwa pertimbangan hukum dalam menyatakan keterbuktian dakwaan Pasal 127 Ayat (1) Huruf a Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 in casu didasarkan atas pengakuan Terdakwa telah mengkonsumsi 5 (lima) butir tablet Karnophen dan oleh judex facti disimpulkan bahwa Terdakwa benar telah mengkonsumsi Karnophen tanpa izin.

Pertimbangan hukum tersebut tidak dapat dibenarkan, karena hanya didasarkan atas pengakuan Terdakwa semata, tidak didukung alat bukti lain, utamanya bukti formal urine Terdakwa mengandung unsur Narkotika. Dengan demikian, keterangan Terdakwa in casu berdiri sendiri sehingga tidak memenuhi standar hukum pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 183 KUHAP.

Jadi pertimbangan Mahkamah Agung yang membatalkan putusan judex factie perkara narkotika telah sesuai dengan pasal 253 ayat 1 KUHAP dikarenakan pemeriksaan dalam tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung atas permintaan para pihak sebagaimana dimaksud dalam pasal 244 dan pasal 248 dan pertimbangan Mahkamah Agung yang membatalkan putusan judex factie perkara narkotika telah sesuai Pasal 253 ayat (1) KUHAP, terutama commit to user

(18)

pada Pasal 253 ayat (1) KUHAP huruf a yakni “Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya”

dikarenakan Judex Factie salah satu dalam menerapkan hukum.

2. Kesesuaian pertimbangan Mahkamah Agung yang membatalkan putusan judex factie dan mengadili dengan pasal 256 KUHAP juncto pasal 112 ayat 1 UU No.

35 tahun 2009 tentang narkotika

Mahkamah Agung sebagai judex juris memiliki tugas untuk memeriksa perkara permohonan kasasi, hal ini ditetapkan dalam Pasal 28 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 jo Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung.

Dalam mengadili suatu perkara, hakim harus menjatuhkan putusan yang dibuatnya berdasarkan pertimbangan. Menurut Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman pertimbangan hakim memiliki pengertian bahwa “Pertimbangan Hakim adalah pemikiran-pemikiran atau pendapat hakim dalam menjatuhkan putusan dengan melihat hal-hal yang dapat meringankan atau memberatkan pelaku”. Hakim wajib menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari putusan. Ketentuan ini berlaku bagi hakim dalam setiap tingkat peradilan, baik oleh hakim Pengadilan Negeri, hakim Pengadilan Tinggi dan juga berlaku bagi hakim Mahkamah Agung.

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung keadilan.

Hakim Mahkamah Agung dalam perkara ini memiliki pertimbangan:

a. Bahwa alasan kasasi Pemohon Kasasi/Penuntut Umum dapat dibenarkan, karena judex facti telah salah dalam menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:

1) Bahwa putusan judex facti (in casu Pengadilan Tinggi Surabaya) yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri Tuban dan menyatakan keterbuktian dakwaan Penuntut Umum Pasal 127 Ayat (1) Huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 harus dibatalkan, karena judex commit to user

(19)

facti telah salah dalam menerapkan hukum pembuktian yaitu dalam mempertimbangkan fakta-fakta hukum yang berkenaan dengan penyalahgunaan Narkotika in casu, dengan pertimbangan sebagai berikut:

a) Bahwa pertimbangan hukum judex facti dalam menjatuhkan putusannya didasarkan atas ketentuan Pasal 197 dan Pasal 195 Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (putusan a quo halaman 13) tidak dapat dibenarkan, karena tidak ada korelasi substansial dengan dakwaan Penuntut Umum in casu. Pasal 195 mengatur tentang orang yang dengan sengaja memperjualbelikan darah, sedangkan Pasal 197 mengatur tentang orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar;

b) Bahwa pertimbangan hukum dalam menyatakan keterbuktian dakwaan Pasal 127 Ayat (1) Huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 in casu didasarkan atas pengakuan Terdakwa telah mengkonsumsi 5 (lima) butir tablet Karnophen (putusan a quo halaman 12) dan oleh judex facti disimpulkan bahwa Terdakwa benar telah mengkonsumsi Karnophen tanpa izin (putusan a quo halaman 13). Pertimbangan hukum tersebut tidak dapat dibenarkan, karena hanya didasarkan atas pengakuan Terdakwa semata, tidak didukung alat bukti lain, utamanya bukti formal urine Terdakwa mengandung unsur Narkotika. Dengan demikian, keterangan Terdakwa in casu berdiri sendiri sehingga tidak memenuhi standar hukum pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 183 KUHAP;

2) Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, bahwa putusan judex facti in casu tidak dapat dipertahankan lagi dan oleh karenanya beralasan menurut hukum untuk membatalkan putusan judex facti tersebut, yang selanjutnya Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara Terdakwa in casu berdasarkan fakta-fakta hukum di persidangan, yang dalam putusannya menyatakan Terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana “Tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau commit to user

(20)

menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman” dalam Pasal 112 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 sebagaimana dinyatakan dalam putusan Pengadilan Negeri Tuban in casu, karena terbukti pada saat Terdakwa ditangkap petugas Kepolisian Tuban pada tanggal 8 September 2018 diketemukan pada diri Terdakwa 5 (lima) butir tablet Karnophen;

3) Bahwa untuk pidana yang dipandang adil dijatuhkan pada diri Terdakwa, karena barang bukti yang ditemukan pada diri Terdakwa tergolong sedikit yaitu 5 (lima) butir tablet Karnophen, maka pidana yang dijatuhkan kepada Terdakwa in casu akan dirasakan adil dan manusiawi menyimpangi ketentuan pidana khusus minimum dalam Pasal 112 Ayat (1) Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009, in casu pidana penjara yang dijatuhkan judex facti berupa pidana penjara selama 2 (dua) tahun;

4) Berdasarkan keadaan-keadaan tersebut, alasan kasasi Pemohon Kasasi/Penuntut Umum yang memohon agar Terdakwa dinyatakan terbukti melanggar dakwaan Pasal 112 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 harus dinyatakan beralasan menurut hukum;

b. Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, perbuatan Terdakwa telah memenuhi unsur-unsur pidana dalam Pasal 112 Ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009, sebagaimana didakwakan dalam Dakwaan Kesatu, oleh karena itu Terdakwa tersebut telah terbukti bersalah dan dijatuhi pidana;

c. Menimbang bahwa dengan demikian terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Penuntut Umum tersebut dan membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor 10/PID.SUS/2019/PT SBY tanggal 1 Maret 2019 yang membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Tuban Nomor 399/Pid.Sus/2018/PN TBN tanggal 13 Desember 2018, untuk kemudian Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara ini dengan amar putusan sebagaimana yang akan disebutkan di bawah ini;

d. Menimbang bahwa karena Terdakwa dipidana, maka dibebani untuk membayar biaya perkara pada tingkat kasasi;

commit to user

(21)

Mahkamah Agung sesuai dengan pertimbangan tersebut berpendapat bahwa telah terpenuhi alasan gugurnya hak untuk menuntut hukuman, karena sesuai prinsip hukum apabila sudah ada putusan pengadilan orang tersebut tidak dapat lagi dituntut untuk kedua kalinya terhadap perbuatan itu juga, sehingga Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor: 10/PID.SUS/ 2019/PT SBY tanggal 1 Maret 2019 yang melemahkan Pengadilan Negeri Tuban Nomor 399/Pid.Sus/ 2018/PN TBN tanggal 13 Desember 2018 tidak dapat dipertahankan lagi, oleh karena itu harus dibatalkan dan Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara tersebut.

Mahkamah Agung dalam perkara ini mengabulkan permohonan kasasi Penuntut Umum, maka terdapat konsekuensi yang harus diterapkan yang telah diatur dalam KUHAP, yaitu terdapat dalam ketentuan Pasal 256. Menurut Pasal 256 KUHAP yang berbunyi bahwa jika Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 254, Mahkamah Agung membatalkan putusan pengadilan yang dimintakan kasasi dan dalam hal itu berlaku ketentuan Pasal 255. Pasal 254 KUHAP dan Pasal 255 KUHAP memiliki koherensi atau kaitan antara satu dengan yang lain dan merupakan satu kesatuan dengan Pasal 256 KUHAP, sehingga ketiga ketentuan tersebut harus dicermati oleh Mahkamah Agung dalam menjatuhkan putusan.

Pasal 254 KUHAP menyatakan bahwa dalam hal Mahkamah Agung memeriksa permohonan kasasi karena telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 245, Pasal 246 dan Pasal 247, mengenai hukumnya Mahkamah Agung dapat memutus menolak atau mengabulkan permohonan kasasi. Mencermati ketentuan Pasal 254 KUHAP tersebut, maka harus dicermati ketentuan Pasal 245 KUHAP, Pasal 246 KUHAP dan Pasal 247 KUHAP.

Ketentuan Pasal 245 KUHAP menyatakan bahwa;

a. Permohonan kasasi disampaikan oleh pemohon kepada panitera pengadilan yang telah memutus perkaranya dalam tingkat pertama, dalam waktu empat belas hari sesudah putusan pengadilan yang dimintakan kasasi itu diberitahukan kepada tertdakwa.

b. Permintaan tersebut oleh panitera ditulis dalam sebuah surat keterangan yang commit to user

(22)

ditandatangani oleh panitera serta pemohon, dan dicatat dalam daftar yang dilampirkan pada berkas perkara.

c. Dalam hal pengadilan negeri menerima permohonan kasasi, baik yang diajukan oleh penuntut umum atau terdakwa maupun yang diajukan oleh penuntut umum dan terdakwa sekaligus, maka panitera wajib memberitahukan permintaan dari pihak yang satu kepada pihak yang lain.

Pasal 246 KUHAP berisi ketentuan mengenai tenggat waktu pengajuan kasasi, yaitu ;

a. Apabila tenggang waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 245 ayat (1) telah lewat tanpa diajukan permohonan kasasi oleh yang bersangkutan, maka yang bersangkutan dianggap menerima putusan.

b. Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

pemohon terlambat mengajukan permohonan kasasi maka hak untuk itu gugur.

c. Dalam hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau ayat (2), maka panitera mencatat dan membuat akta mengenai hal itu serta melekatkan akta tersebut pada berkas perkara.

Pasal 247 pada pokoknya mengatur mengenai pencabutan permohonan kasasi, yaitu ;

a. Selama perkara permohonan kasasi belum diputus oleh Mahkamah Agung, permohonan kasasi dapat dicabut sewaktu-waktu dan dalam hal sudah dicabut, permohonan kasasi dalam perkara itu tidak dapat diajukan lagi.

b. Jika pencabutan dilakukan sebelum berkas perkara dikirim ke Mahkamah Agung, berkas tersebut tidak jadi dikirimkan.

c. Apabila perkara telah mulai diperiksa akan tetapi belum diputus, sedangkan sementara itu pemohon mencabut permohonan kasasinya, maka pemohon dibebani membayar biaya perkara yang telah dikeluarkan oleh Mahkamah Agung hingga saat pencabutannya.

d. Permohonan kasasi hanya dapat dilakukan satu kali.

Mahkamah Agung dalam menolak atau mengabulkan permohonan kasasi harus terlebih dahulu melihat apakah sudah terpenuhi ketentuan Pasal 245 commit to user

(23)

KUHAP, Pasal 246 KUHAP dan Pasal 247 KUHAP. Sesuai dengan fakta dalam perkara ini, Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor: 10/PID.SUS/ 2019/PT SBY tanggal 1 Maret 2019 dan Penuntut Umum mengajukan permohonan kasasi ke Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tuban pada tanggal 27 Maret 2019;atau 13 (tigabelas) hari setelah Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin diberitahukan pada terdakwa, sehingga terpenuhi ketentuan Pasal 245 ayat (1) yang menyatakan bahwa permohonan kasasi disampaikan oleh pemohon kepada panitera pengadilan yang telah memutus perkaranya dalam tingkat pertama, dalam waktu empat belas hari sesudah putusan pengadilan yang dimintakan kasasi itu diberitahukan kepada terdakwa. Ketentuan Pasal 245 ayat (1) KUHAP tersebut telah terpenuhi, maka ketentuan Pasal 246 KUHAP yang pada pokoknya mengatur mengenai konsekuensi apabila pengajuan permohonan kasasi telah melebihi tenggat waktu tidak berlaku, Penuntut Umum dalam perkara ini juga tidak melakukan pencabutan permohonan kasasi, sehingga ketentuan Pasal 247 KUHAP juga tidak berlaku.

Permohonan kasasi oleh Penuntut Umum dalam perkara ini telah sesuai dengan ketentuan Pasal 245 KUHAP, Pasal 246 KUHAP dan Pasal 247 KUHAP sehingga memang sudah seharusnya Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi Penuntut Umum, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 254 KUHAP, yang menyatakan bahwa dalam hal Mahkamah Agung memeriksa permohonan kasasi karena telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 245, Pasal 246 dan Pasal 247, mengenai hukumnya Mahkamah Agung dapat memutus menolak atau mengabulkan permohonan kasasi.

Mahkamah Agung dalam perkara ini mengabulkan permohonan kasasi pemohon kasasi, sehingga sesuai dengan ketentuan Pasal 256 yang berbunyi bahwa jika Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 254, Mahkamah Agung membatalkan putusan pengadilan yang dimintakan kasasi dan dalam hal itu berlaku ketentuan pasal 255 KUHAP. Pasal 255 KUHAP sendiri berisi ketentuan mengenai putusan yang dijatuhkan oleh Mahkamah Agung harus sesuai dengan dalam hal apa putusan tersebut

dibatalkan. commit to user

(24)

Ketentuan dalam Pasal 255 berbunyi bahwa

a. Dalam hal suatu putusan dibatalkan karena peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya, Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara tersebut.

b. Dalam hal suatu putusan dibatalkan karena cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang, Mahkamah Agung menetapkan disertai petunjuk agar pengadilan yang memutus perkara yang bersangkutan memeriksanya lagi mengenai bagian yang dibatalkan atau berdasarkan alasan tertentu Mahkamah Agung dapat menetapkan perkara tersebut diperiksa oleh pengadilan setingkat yang lain.

c. Dalam hal suatu putusan dibatalkan karena pengadilan atau hakim yang bersangkutan tidak berwenang mengadili perkara tersebut, Mahkamah Agung menetapkan pengadilan atau hakim lain mengadili perkara tersebut.

Mahkamah Agung dalam putusan Nomor 1814 K/PID.SUS/2019 menjatuhkan putusan sebagai berikut ;

a. Mengadili

1) Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Tuban tersebut;

2) Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor 10/PID.SUS/

2019/PT SBY tanggal 1 Maret 2019 yang membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Tuban Nomor 399/Pid.Sus/2018/PN TBN tanggal 13 Desember 2018 tersebut;

b. Mengadili Sendiri

1) Menyatakan Terdakwa KASTURI bin KADRI telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman”;

2) Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan pidana denda sejumlah Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan; commit to user

(25)

3) Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4) Menetapkan barang bukti berupa 5 (lima) butir Narkotika Golongan I warna putih jenis pil Karnophen yang di salah satu sisinya bertuliskan Zenith; (disisihkan 2 butir untuk keperluan labfor Polri Cabang Surabaya, sisa 3 butir);Dirampas untuk dimusnahkan;

5) Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara pada tingkat kasasi sebesar Rp2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah);

Berdasarkan pertimbangan Mahkamah Agung, perbuatan Terdakwa tidak memenuhi unsur-unsur pidana dalam Pasal 112 Ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009. Ketentuan Pasal 112 Ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 yang berbunyi “Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.

800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.

8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)”. Sebagaimana didakwakan dalam Dakwaan Kesatu, oleh karena itu Terdakwa tersebut telah terbukti bersalah dan dijatuhi pidana dengan barang bukti sejumlah 5 (lima) butir Narkotika Golongan I warna putih jenis pil Karnophen yang di salah satu sisinya bertuliskan Zenith.

Putusan yang dijatuhkan oleh Mahkamah Agung telah sesuai dengan ketentuan Pasal 256, yaitu Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi Penuntut Umum, membatalkan putusan sebelumnya yaitu Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor: 10/PID.SUS/ 2019/PT SBY yang membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Tuban Nomor 399/Pid.Sus/2018/PN TBN tanggal 13 Desember 2018 tersebut serta mengadili sendiri dan Terdakwa terbukti secara sah sedangkan putusan yang dijatuhkan oleh Mahkamah Agung tidak sesuai pasal 112 ayat 1 UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika karena putusan Mahkamah Agung Nomor 1814 K/PID.SUS/2019 tidak sesuai dengan ketentuan tersebut, karena Ketentuan Pasal 112 Ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 yang berbunyi “Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum commit to user

(26)

memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.

800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.

8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)” sedangkan putusan yang dijatuhkan oleh Mahkamah Agung Nomor 1814 K/PID.SUS/2019 adalah menjatuhkan pidana kepada Terdakwa dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan pidana denda sejumlah Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan, akan tetapi Mahkamah Agung berpendapat bahwa untuk pidana yang dipandang adil dijatuhkan pada diri Terdakwa, karena barang bukti yang ditemukan pada diri Terdakwa tergolong sedikit yaitu 5 (lima) butir tablet Karnophen, maka pidana yang dijatuhkan kepada Terdakwa akan dirasakan adil dan manusiawi menyimpangi ketentuan pidana khusus minimum dalam Pasal 112 Ayat Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, pidana penjara yang dijatuhkan judex facti berupa pidana penjara selama 2 (dua) tahun.

commit to user

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masalah kredit macet dalam halnya terjadinya wanprestasi oleh nasabah di Kampung Sidomulyo Kabupaten Merauke yaitu karena

Instruksi Banding merupakan instruksi pengurangan isiAkkumulator dengan suatu data 8-bit atau isi suatu register, tetapi isi dari akkumulator tetap yang berubah hanya

Challenge / Response Encryp<ng Token 45589 2 1 3 4 5 6 7 8 9 0 Enter Challenge / response Token Challenge Input the challenge, from popup window, in the token

Komoditi komponen Peralatan kamar mandi memiliki peluang yang menjanjikan di Perancis, hal ini dipengaruhi oleh kultur Perancis yang menempatkan kamar mandi sebagai

Sarana perekonomian seperti koperasi unit desa, pasar tempat memasarkan produk hasil pertanian tidak terdapat di desa tersebut, sehingga untuk memperoleh pinjaman modal

Data Flow Diagram atau sering juga disebut dengan Bubble Chart atau diagram, model proses, diagram alur kerja atau model fungsi adalah alat pembuatan model

jepang dan terus gagal tibalah hari yang bersejarah yakni tanggal 27 September 1945 sekali lagi Mas Soeharto dan R Diyar mengadakan perundingan dengan

Informan Sematara ini yang dilakukan oleh pihak madrasah dalam menyelesaikan penghambat peningkatan kompetensi tersebut yaitu dengan cara mencari donator tetap yang berasal