• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dan hak bagi setiap manusia, karena dengan adanya pendidikan manusia akan terarah menjadi lebih baik dan bisa mencapai tujuan yang diinginkannya. Menurut Purwanto (2011: 19) pendidikan merupakan bimbingan/pertolongan yang diberikan pada anak oleh orang dewasa secara sengaja agar anak menjadi dewasa. Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja kepada siswa untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Sebagai sebuah proses sengaja maka pendidikan harus dievaluasi hasilnya untuk melihat apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan apakah proses yang dilakukan efektif untuk mencapai hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan hal yang penting bagi masa depan sebuah bangsa, dengan pendidikan yang bermutu tinggi maka akan menciptakan lulusan yang berkualitas.

Kualitas pendidikan dapat diukur dari lulusan yang dihasilkan maupun dari kurikulum yang ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan. Dalam menjalankan sebuah pendidikan yang bermutu harus memiliki beberapa komponen yang saling mendukung yaitu berpusat pada pemerintah, pendidik dan perangkat yang digunakan dalam proses pendidikan.

Kurikulum merupakan salah satu penentu kemajuan di bidang pendidikan.

Kurikulum di Indonesia sampai tahun 2013 telah mengalami beberapa kali pergantian kurikulum. Kurikulum terakhir adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebelum berganti menjadi Kurikulum 2013. Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu merupakan tuntutan dan tantangan pada masyarakat global yang terjadi secara dinamis. Indriyanto (2012: 442) mengemukakan bahwa pengembangan Kurikulum 2013 merupakan intervensi kebijakan peningkatan mutu pendidikan. Pengembangan Kurikulum 2013 merujuk pada tujuan sistem pendidikan nasional seperti yang dinyatakan pada

(2)

Pasal 2 Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003).

Pengembangan Kurikulum 2013 akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa panduan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual.

Raharjo (2010: 229) menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan proses pendidikan secara holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai pondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Melalui proses pendidikan yang profesional maka akan dapat membentuk karakter peserta didik. Oleh karena itu, proses pendidikan yang dilakukan harus dapat mewujudkan karakter peserta didik yang lebih baik dan bermartabat.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis karakter dan kompetensi.

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004. KBK atau (Competency Based Curriculum) dijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang menekankan

(3)

pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum ini diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.

Muatan materi setiap mata pelajaran mengalami perubahan yang signifikan pada Kurikulum 2013. Pembelajaran bahasa Jawa dalam Kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran berbasis teks. Pembelajaran berbasis teks merupakan perwujudan pembelajaran tematik dan integratif. Adapun materi pembelajaran bahasa Jawa pada kelas VIII Sekolah Menengah Pertama semester 1 (gasal) meliputi; teks cerita legenda, teks piwulang serat Wulangreh pupuh Gambuh, teks berita, teks dialog, dan teks berhuruf latin ke teks berhuruf Jawa.

Sedangkan pada semester 2 (genap) meliputi; teks cerita Ramayana (Resi Jatayu), teks piwulang serat Wulangreh pupuh Kinanthi, teks legenda/asal-usul tempat, teks dialog, dan teks berhuruf latin ke teks berhuruf Jawa.

Implementasi Kurikulum 2013 dilakukan secara bertahap dan berjenjang.

Para guru diberi pelatihan dan sosialisasi terkait Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 juga telah diujicobakan dan diterapkan pada sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai sekolah yang memenuhi kriteria dalam penerapan Kurikulum 2013.

Selama satu tahun Kurikulum 2013 telah diujicobakan. Tahun berikutnya selama satu semester semua sekolah di seluruh Indonesia menerapkan Kurikulum 2013 secara serentak dan menyeluruh. Namun untuk semester kedua sekolah-sekolah disemua jenjang kembali menggunakan KTSP kembali. Hal tersebut sesuai dengan surat edaran dari Kemendikbud yang baru yaitu Anies Baswedan mengenai penghentian Kurikulum 2013. Surat ditujukan kepada kepala sekolah di seluruh Indonesia perihal pelaksanaan Kurikulum 2013 dengan Nomor 179342/MPK/KR/2014 5 Desember 2014 sebagai berikut.

1. “Menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang baru menerapkan satu semester, yaitu sejak Tahun Pelajaran 2014/2015.

(4)

Sekolah-sekolah ini supaya kembali menggunakan Kurikulum 2006.

Bagi Ibu/Bapak kepala sekolah yang sekolahnya termasuk kategori ini, mohon persiapkan sekolah untuk kembali menggunakan Kurikulum 2006 mulai semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015. Harap diingat, bahwa berbagai konsep yang ditegaskan kembali di Kurikulum 2013 sebenarnya telah diakomodasi dalam Kurikulum 2006, semisal penilaian otentik, pembelajaran tematik terpadu, dll.”

2. “Tetap menerapkan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang telah tiga semester ini menerapkan, yaitu sejak Tahun Pelajaran 2013/2014 dan menjadikan sekolah-sekolah tersebut sebagai sekolah pengembangan dan percontohan penerapan Kurikulum 2013. Pada saat Kurikulum 2013 telah diperbaiki dan dimatangkan lalu sekolah-sekolah ini (dan sekolah-sekolah lain yang ditetapkan oleh Pemerintah) dimulai proses penyebaran penerapan Kurikulum 2013 ke sekolah lain di sekitarnya.

Bagi Ibu dan Bapak kepala sekolah yang sekolahnya termasuk kategori ini, harap bersiap untuk menjadi sekolah pengembangan dan percontohan Kurikulum 2013. Kami akan bekerja sama dengan Ibu/Bapak untuk mematangkan Kurikulum 2013 sehingga siap diterapkan secara nasional dan disebarkan dari sekolah yang Ibu dan Bapak pimpin sekarang. Catatan tambahan untuk poin kedua ini adalah sekolah yang keberatan menjadi sekolah pengembangan dan percontohan Kurikulum 2013, dengan alasan ketidaksiapan dan demi kepentingan siswa, dapat mengajukan diri kepada Kemendikbud untuk dikecualikan.” (Maruli, 2014)

Sekolah-sekolah yang baru menerapkan Kurikulum 2013 selama satu semester harus kembali lagi ke kurikulum yang lama yaitu KTSP. Banyak guru yang belum siap menerapkan Kurikulum dikarenakan kurangnya sosialisasi dan pelatihan-pelatihan mengenai Kurikulum 2013, utamanya terkait dengan masalah penilaian siswa yang begitu rumit dan terlalu banyak. Faktor usia guru yang sudah tidak muda lagi dan juga kebiasaan para guru yang hanya monoton dalam menggunakan metode pembelajaran yakni metode ceramah. Dengan adanya Kurikulum 2013 guru dituntut untuk kreatif dan membelajarkan siswa dengan pendekatan scientific dan model yang digunakan yaitu Problem Based Learning (PBL), inquiry, Project Based Learning (PjBL). Pendekatan scientific memuat lima hal yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan.

(5)

Pergub Provinsi Jawa Tengah No. 57 Tahun 2013 tentang Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa menyatakan bahwa pengimplementasian Kurikulum 2013 Mulok Bahasa Jawa bertujuan agar peserta didik memiliki kompetensi sebagai berikut:

(1) menjaga dan memelihara kelestarian bahasa, sastra, dan aksara Jawa sehingga menjadi faktor penting untuk peneguhan jati diri daerah; (2) menyelaraskan fungsi bahasa, sastra, dan aksara Jawa dalam kehidupan masyarakat sejalan dengan arah pembinaan bahasa Indonesia; (3) mengenali nilai-nilai estetika, etika, moral dan spiritual yang terkandung dalam budaya Jawa untuk didayagunakan sebagai upaya pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional; dan (4) mendayagunakan bahasa, sastra, dan aksara Jawa sebagai wahana untuk pembangunan karakter dan budi pekerti.

Arah pembelajaran bahasa Jawa itu sendiri adalah (1) untuk menyelaraskan keberadaan bahasa, sastra, dan aksara Jawa sebagai unsur kebudayaan Jawa demi mewujudkan keadaan masyarakat yang lebih berbudaya dan (2) menggali nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa, sastra, dan aksara Jawa, sebagai bahan masukan untuk pembangunan karakter dan ketahanan budaya.

Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting bagi manusia.

Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan ide atau pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain. Oleh sebab itu, keterampilan berbahasa sangat penting dimiliki oleh setiap manusia karena bahasa adalah cerminan pikiran seseorang. Chaer (2009: 30) menyatakan bahwa bahasa merupakan satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Bahasa mempunyai bentuk dan makna. Bentuk dan makna bahasa disesuaikan dengan konteks dan situasi atau keadaan (Tarigan, 1990: 33).

Kegiatan berbahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kegiatan berbahasa tersebut ada yang bersifat reseptif dan ada pula yang bersifat produktif.

Kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif meliputi keterampilan membaca dan

(6)

menyimak, sedangkan yang bersifat produktif meliputi keterampilan berbicara dan menulis.

Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yakni keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat aspek keterampilan tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Artinya dalam pembelajaran empat aspek tersebut selalu berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dibandingkan dengan ketiga keterampilan lainnya. Hal tersebut dikarenakan keterampilan menulis bisa terlaksana setelah ketiga keterampilan yakni menyimak, berbicara, dan membaca telah dikuasai dengan baik. Selain itu, menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif dan ekspresif.

Sehingga dalam pelaksanaannya dibutuhkan pemikiran untuk bisa menuangkannya dalam sebuah tulisan. Keterampilan menulis tidak bisa datang dengan sendirinya. Tarigan (2008: 4) menyatakan bahwa keterampilan menulis itu tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.

Pada dasarnya menulis bukan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi justru dikuasai (Slamet, 2008: 96).

Menulis merupakan suatu kegiatan yang kompleks. Sebagaimana diungkapkan Sri Hastuti (dalam Slamet, 2008: 98), bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang sangat kompleks karena melibatkan cara berpikir yang teratur dengan berbagai persyaratan yang berkaitan dengan teknik penulisan, antara lain (1) adanya kesatuan gagasan, (2) penggunaan kalimat yang jelas dan efektif, (3) paragraf disusun dengan baik, (4) penerapan kaidah ejaan yang benar, dan (5) penguasaan kosakata yang memadai. Oleh karena itu, keterampilan

(7)

menulis tidak datang dengan sendirinya. Hal itu menuntut latihan yang cukup dan teratur serta pendidikan yang terprogram (Tarigan, 2008: 9).

Pembelajaran bahasa Jawa seperti halnya pembelajaran bahasa Indonesia juga mempelajari mengenai kemampuan menulis. Salah satu kompetensi dasar dalam pembelajaran bahasa Jawa pada Kurikulum 2013 di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada kelas VIII semester kedua yakni menulis teks legenda.

Sehubungan dengan itu, studi kasus mengenai implementasi pembelajaran menulis teks legenda berbasis Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar perlu dilakukan. Melalui penelitian ini akan diperoleh potret/gambaran proses pembelajaran, peran dan kreativitas guru serta aktivitas siswa dalam mata pelajaran bahasa Jawa pada Kurikulum 2013. Maka penelitian ini akan berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran menulis teks legenda yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelakasanaan pembelajaran, kendala-kendala, serta upaya dalam mengatasi kendala. Dalam hal ini, penulis merumuskan judul Implementasi Pembelajaran Menulis Teks Legenda Berbasis Kurikulum 2013 (Studi Kasus pada Kelas VIII di SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah yang dapat disusun yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran menulis teks legenda oleh guru bahasa Jawa berbasis Kurikulum 2013 pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis teks legenda oleh guru bahasa Jawa berbasis Kurikulum 2013 pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar?

(8)

3. Apa sajakah kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis teks legenda berbasis Kurikulum 2013 pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar?

4. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis teks legenda berbasis Kurikulum 2013 pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan.

1. Perencanaan pembelajaran menulis teks legenda oleh guru bahasa Jawa berbasis Kurikulum 2013 pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar.

2. Pelaksanaan pembelajaran menulis teks legenda oleh guru bahasa Jawa berbasis Kurikulum 2013 pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar.

3. Kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis teks legenda berbasis Kurikulum 2013 pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar.

4. Upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis teks legenda berbasis Kurikulum 2013 pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar.

(9)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi implementasi Kurikulum 2013 terutama pembelajaran bahasa Jawa bagi Sekolah Menengah Pertama.

b. Hasil dari penelitian ini sebagai sumbangan untuk pengembangan pengetahuan terutama mengenai pembelajaran Bahasa Jawa pada Kurikulum 2013.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami proses pembelajaran bahasa Jawa yang telah menerapkan Kurikulum 2013.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi peningkatan kualitas proses dan hasil dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa sesuai Kurikulum 2013.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sekolah, khususnya SMP Negeri 1 Jaten Karangayar dalam peningkatan kualitas pembelajaran bahasa Jawa sesuai Kurikulum 2013.

d. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi penelitian mengenai implementasi Kurikulum 2013 bagi peneliti sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan di bidang pendidikan di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pengembangan selanjutnya, dapat dirancang suatu divider dengan teknologi yang berbeda, sehingga menghasilkan luas dan propagation delay time yang berbeda untuk

Dengan demikian dapat ditemukan bahwa jumlah siswa yang belum tuntas belajar atau belum mencapai standar ketuntasan yang telah ditetapkan masih banyak yaitu 69,56

(kepala dan tangan) terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien pasca. pembedahan BPH di

dari gugus hidroksi vanillin dan dengan adanya dua buah atom N pada piperazin maka akan dihasilkan suatu senyawa baru turunan vanilin yaitu 1,4-bis

Hasil analisis 25 sampel kotoran satwa liar seperti tersebut di atas, dapat diketahui bahwa makanan yang dimakan oleh satwa tersebut sangat bervariasi komposisinya, mulai dari

Model cooperative learning tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk

membatasi jenis-jenis tanaman yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah jenis tanaman yang hampir seluruhnya dapat ditemui di dalam dusung di Desa

Berdasarkan hasil wawancara dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan guru untuk mengajar matematika pada materi bangun datar segiempat diketahui