http://snastep.com/proceeding/index.php/snastep/index
Pemberdayaan Teknologi Pembelajaran dalam Tatanan Multidisipliner di Era 4.0
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang Tahun 2021
Implementasi Model Blended Learning Vokasi Pada Masa Pandemi Untuk Sekolah Menengah Kejuruan
Ilham Penta1, Anita Maharani2
1 SEAMOLEC, Tangerang, Indonesia; 2 Bina Nusantara University, Jakarta, Indonesia Email: 1 [email protected], 2 [email protected]
ABSTRAK
Pandemi yang terjadi di akhir tahun 2019 dan memberikan dampak substansial untuk segala segi kehidupan, dan hal ini berlaku juga untuk Pendidikan. Salah satu kekhawatiran di masa pandemic ini adalah terjadinya learning loss yang dialami di kalangan siswa atau pembelajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat isu pembelajaran yang dilakukan di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan penelitian tentang model blended learning vokasi yang dilaksanakan di SMK Negeri 3 Pandeglang. Penelitian ini melibatkan seluruh kelas yang mendapatkan mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan. Peneliti melibatkan seluruh siswa kelas XI yang ada di SMK Negeri 3 Pandeglang sebagai subyek penelitian, dilaksanakan selama satu semester di lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Pandeglang. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian tindakan eksperimental, yakni peneliti melakukan aktivitas dengan siswa menggunakan multichannel antara lainnya google classroom, whatsapp group (untuk guru dan siswa), akan tetapi penelitian ini tidak melakukan intervensi pada kurikulum, melainkan hanya pada proses pembelajarannya yang dibuat menjadi lebih aktif. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menunjukkan proses pembelajaran aktif dengan model blended learning yang dijalankan di kelas yang mempelajari Produk Kreatif dan Kewirausahaan akan memiliki niat menjadi wirausaha dan mengasah kreatifitas untuk menghasilkan produk yang bernilai jual.
Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Blended Learning, Vokasi
ABSTRACT
The pandemic happened end of 2019 and had a substantial impact on all aspects of life, which also applies to education. One of the concerns during this pandemic is the occurrence of learning losses experienced among students or learners. This study aims to raise the issue of learning carried out at the Vocational High School level. This study aimed to research the vocational blended learning model implemented at SMK Negeri 3 Pandeglang. This study involved all classes who received the subjects of Creative Products and Entrepreneurship. The researcher involved all class XI students in SMK Negeri 3 Pandeglang as research subjects, carried out for one semester in the State Vocational High School 3 Pandeglang. The approach of this research is experimental action research, namely the researcher conducts activities with students using multi-channels, including google classroom, WhatsApp group (for teachers and students). However, this research does not intervene in the curriculum, but only in the learning process made more active. The expected result of this research is to show an active learning process with a blended learning model in a class that learns Creative Products and Entrepreneurship will have the intention of becoming an entrepreneur and hone creativity to produce products that are selling value.
Keywords: Classroom Action Research, Blended Learning, Vocational
Ilham Penta, Anita Maharani 165
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 26 Ayat 3 menyatakan bahwa salah satu pendidikan kepemudaan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan kader pemimpin bangsa, salah satunya adalah melalui kewirausahaan. Mengutip dari Gautam dan Singh (2015) pendidikan kewirausahaan merupakan studi yang membahas sumber peluang dan proses penemuan dimana seorang individu berusaha kreatif, mengambil risiko, dan mengubah ide mereka menjadi tindakan.
Sebagian besar literatur, pendidikan kewirausahaan berfokus pada pembinaan sikap kewirausahaan, keterampilan dan yang bersifat manajerial.
Pemerintah Indonesia memiliki tantangan yang cukup besar untuk meningkatkan jumlah wirausahawan di Indonesia, terutama pada bagi lulusan sekolah menengah. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah adalah dengan meningkatkan produktivitas dan daya saing melalui pendidikan dan pelatihan vokasi yang mencangkup reformasi penyelenggaraan pendidikan, salah satunya adalah penguatan kewirausahaan di sekolah (Indrawan & Jalinus, 2020; Kohan, 2019; Wahyudi et al., 2021). Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah dengan menetapkan kebijakan di sektor pendidikan untuk mendorong kewirausahaan, melalui Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Setiawan (2016) menemukan bahwa pendidikan kewirausahaan memiliki dampak positif dan sangat penting untuk membantu mengembangkan karakter kewirausahaan pada siswa, seperti sensitivitas terhadap pasar; kreatif inovatif;
dan memiliki standar etika yang tinggi setelah menempuh kursus Entrepreneurship Personal Branding and Selling. Salah satu SMK yang ditetapkan sebagai salah satu percontohhan di daerah Pandeglang Banten adalah SMK Negeri 3. Sebagaimana SMK lainnya yang sudah ada, SMK Negeri 3 juga mengimplementasikan mata pelajaran Kewirausahaan (KWU). Pembelajaran ini diilai menarik diimplementasikan di lingkungan SMK karena tujuannya untuk menciptakan wirausahawan di kalangan lulusan SMK.
Penelitian Onstenk (2003) menemukan bahwa bagi guru di sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi meyakini bahwa keterampilan seorang wirausaha yang dianggap penting adalah kemampuan untuk melihat peluang dan menindaklanjutinya. Meskipun kurikulum SMK telah memuat mata pelajaran Kewirausahaan (KWU), namun selama perjalanannya dinilai belum berhasil menciptakan wirausahawan di kalangan lulusan SMK. Salah satu kendala adalah pendekatan mata pelajaran (KWU) masih bersifat teoritis dan belum menyentuh ranah praktis. Pembentukan karakter peserta didik untuk pembentukan sikap dan perilaku wirausaha masih berorientasi pada nilai pengetahuan teoritis dan bersifat kualitatif (Mulyani, 2011; Fatkhurrokhman et al., 2018; Misbah et al., 2020), oleh karena itu perlu dilakukan penyesuaian kurikulum kewirausahaan.
Ilham Penta, Anita Maharani 166
Pendidikan kewirausahaan di SMK secara standar mengharuskan siswa memiliki kemampuan mampu mengidentifikasi peluang usaha, terutama yang ada di lingkungan masyarakat; menerapkan sikap dan perilaku wirausaha; memahami sendi-sendi kepemimpinan, dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari. Selain hal tersebut, penting bagi siswa mampu merencanakan sekaligus mengelola usaha kecil sesuai dengan kompetensi keahliannya. Hal tersebut menjadi tantangan yang lebih berat akibat adanya pandemi, sekolah mencari berbagai cara alternatif agar pembelajaran tetap terlaksana sehingga banyak guru yang mengandalkan media Internet hanya sebatas untuk memberikan materi dengan minimnya bimbingan praktis. Kondisi ini akan menjadi tantangan guru mata pelajaran PKK dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran kewirausahaan di pendidikan vokasi yang menggunakan pendekatan blended learning terhadap siswa dalam pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan.
Bagi guru di pendidikan dasar dan menengah umum, masalah motivasi, berpikir optimis dan kemampuan untuk merencanakan adalah keterampilan yang sangat penting, meskipun menurut Onstenk (2003) terdapat perbedaan substansial antara guru di pendidikan dasar dan menengah umum di satu sisi, dengan pendidikan kejuruan dan tinggi di sisi lain. Dalam pendidikan vokasi, penekanan guru ada pada pengembangan pemikiran yang berorientasi pelanggan dan berurusan dengan masalah organisasi dalam bisnis yang berpusat pada produk (product-based center).
Penelitian ini sendiri dilatarbelakangi oleh bantuan hibah dari SEAMOLEC yang bertujuan untuk mencari bentuk model pembelajaran yang realistis dan dapat diimplementasikan ke seluruh SMK di Indonesia. Kemudian, SEAMOLEC melakukan serangkaian seleksi sekolah dimana berdasarkan parameter kelayakan dan latar belakang, sekolah yang dianggap tepat adalah SMK Negeri 3 Pandeglang.
Berdasarkan latar belakang di atas, pada awalnya peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut, “Bagaimana model pembelajaran yang dapat mendorong pembelajaran kewirausahaan di lingkungan SMK dengan SMK Negeri 3 sebagai percontohan?”. Namun demikian, seiring dengan terdampaknya dunia Pendidikan dengan pandemic Covid-19 yang tidak terkecuali juga untuk SMK Negeri 3 Pandeglang, peneliti memutuskan untuk mengubah pertanyaan penelitian menjadi sebagai berikut “Apakah model Blended Learning Vokasi (BLV) SEAMOLEC pada mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan patut dan layak menjadi model yang bisa diterapkan di SMK?”
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh SMK sebagai model pembelajaran PKK yang dapat mendorong daya hardskill dan softskill kewirausahaan siswa. Selain itu, manfaat penelitian ini adalah:
Ilham Penta, Anita Maharani 167
1. Menambah khasanah penelitian yang dilakukan oleh SEAMOLEC dalam hal model-model online learning.
2. Menghasilkan model blended learning Vokasi (BLV) yang efektif, terutama pada mata pelajaran PKK sehingga mampu diterapkan di sekolah lain, terutama yang dapat mendorong luaran lulusan yang mampu berwirausaha.
METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan bertujuan untuk memberikan kontribusi baik pada masalah praktis orang-orang yang dalam situasi memiliki masalah secara langsung untuk mencapai tujuan bersama (O’Brien, 2001). Tahapan yang dilakukan dalam model BLV PKK SEAMOLEC meliputi diagnosis, design, development, action, evaluation. Selanjutnya, sebelum siswa diikutsertakan dalam Google Classroom (Subandi et al., 2018), peneliti melakukan profiling menggunakan dua instrumen yakni entrepreneurial orientation scale (Kurniawan et al, 2019) dan individual entrepreneurial intention (Thompson, 2009). Tujuan dari profiling ini adalah untuk memprediksi performa siswa yang ikut serta dalam penelitian ini dan juga dapat menjadi patok duga peluang siswa menjadi wirausaha karena sudah memiliki minat.
Seluruh data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan metode deskriptif dan kemudian menghasilkan usulan aktivitas dalam bentuk panduan pelaksanaan, agar dapat di acu oleh sekolah lainnya kelak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari perlakuan ke siswa kelas XI selama satu semester adalah peneliti mendapatkan produk kewirausahaan. Materi sendiri disiapkan di bulan Maret 2020 dan ditampilkan di laman Google Classroom di tanggal 12 Maret 2020.
Gambar 1. Tampilan Visual Panduan
Ilham Penta, Anita Maharani 168
Kemudian di tanggal 11 Maret dan 17 Maret 2020, peneliti melakukan profiling menggunakan instrument Individual Entrepreneurial Orientation, dan hasilnya adalah berdasarkan laman form https://forms.gle/ehgz16DVurVuqEQE7.
Untuk tanggal 11 Maret dan https://cutt.ly/7xjhGNW untuk tanggal 17 Maret 2020 yang disebarkan ke seluruh siswa di SMK Negeri 3 Pandeglang melalui guru. Hasil yang diperoleh kemudian didiseminasikan ke SMK Negeri 3 Pandeglang dalam rapat Guru-Kepala Sekolah. Tujuan dari diseminasi ini untuk memberikan gambaran orientasi kewirausahaan sebelum perlakuan. Proses diseminasi sendiri diikuti oleh 15 guru melalui media Google Meet. Di tanggal 21 Maret 2020.
Setelah melakukan diseminasi, kemudian peneliti merilis informasi Google Classroom, dan disebarkan ke seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 3 Pandeglang melalui guru-guru yang mengampu mata pelajaran PKK melalui jejaring pesang daring (Whatsapp). Selanjutnya, peneliti melakukan pemantauan dan memoderasi Google Classroom, sedangkan di sisi lain bekerjasama dengan para guru untuk memotivasi siswa.
Dalam perjalanannya, peserta siswa kelas XI yang ikut serta dalam Google Classroom ada 61 orang. Hal ini masih di bawah jumlah total siswa yang seluruhnya berjumlah 109 siswa. Penyebab tidak bergabungnya siswa ke dalam Google Classroom karena kendala tidak adanya telepon genggam yang dimiliki.
Gambar 2. Peserta Google Classroom
Selanjutnya, siswa mengikuti materi yang disampaikan oleh Guru, dan parallel mendapatkan pengayaan dari SEAMOLEC melalui Google Classroom yang telah disiapkan oleh peneliti selama satu semester, peneliti bertindak sebagai tutor.
Ilham Penta, Anita Maharani 169
Tabel 1. Panduan Materi
Materi
ke- Judul materi Ruang lingkup & contoh kasus
1 Mengidentifikasi
masalah - Contoh memajang bingkai di dinding.
- Problem-based products.
2 Menggali ide produk
- Contoh ide produk berdasarkan hobi.
- Contoh ide produk berdasarkan kelimpahan sumber daya alam.
- Contoh ide produk dari sisa produksi.
- Contoh produk berdasarkan demand / peluang pasar.
- Diferensiasi/keunikan/kekhasan produk.
- “Uji kangen.”
3 Merek, citra, dan kemasan
- Penentuan merek.
- Tagline dan slogan.
- Kemasan yang eye catching.
- “Kemasan” pada produk layanan/jasa.
- Citra produk.
4 Pemasaran
- Segmentasi pasar.
- Pemasaran melalui website dan blog.
- Pemasaran melalui marketplace.
- Pemasaran melalui media sosial.
- Layanan dan keramahtamahan.
5 Transaksi dan pengiriman
- LinkAja.
- Dana.
- Akun bank.
- Jasa pengiriman paket ekspedisi.
6 Modifikasi dan
inovasi produk - Product life-cycle.
- Modifikasi (warna, bentuk, fungsi, cara kerja)
Model pembelajaran dibuat fleksibel, namun untuk mendorong siswa termotivasi untuk berkontribusi, peneliti melakukan serangkaian upaya untuk memberikan pengingat kepada siswa dan memberikan respon ketika siswa memberikan komentar. Terlebih lagi peneliti memahami salah satu kendala dalam pelajaran kewirausahaan adalah bagaimana siswa mendapatkan ide produk, untuk itu peranan tutor dalam diskusi menjadi sangat penting, terutama pada diskusi materi 1 dan 2 yang merupakan hal yang mendasar dari kelanjutan aktivitas berikutnya. Diskusi bisa dilakukan antara tutor dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Berikut ini adalah rangkaian aktivitas beserta tujuannya yang dilaksanakan di SMKN 3 Pandeglang selama penelitian.
Ilham Penta, Anita Maharani 170
Tabel 2. Aktivitas dan Tujuan
Materi Aktivitas Tujuan
Materi 1 Diskusi materi 1 Siswa mengetahui contoh produk yang merupakan solusi dari masalah.
Materi 2
Diskusi ke-1 materi 2
Diskusi ke-2 materi 2 Siswa dapat menjelaskan contoh produk berdasarkan hobi, sumber daya alam, sisa produksi, adanya demand/peluang.
Tugas materi 2 - Siswa memiliki ide produk
- Menjelaskan keunikan suatu produk - Menjelaskan cara uji kangen produk
Observasi
Siswa mengumpulkan informasi terkait produk yang akan dibuat meliputi foto-foto referensi produk, bahan yang digunakan, alat yang diperlukan, cara pengerjaan, tempat pembelian, harga dan kuantitas yang diperlukan. Untuk produk jasa seperti target pembeli, lokasi, teks persuasi.
Mind map Siswa dapat mengasosiasi informasi yang dikumpulkan dalam bentuk mindmap.
Setelah materi ini siswa membuat produknya.
Materi 3
Diskusi materi 3
- Siswa dapat membuat merek yang terasosiasi dengan diferensiasi produk.
- Siswa mampu membuat tagline atau slogan produk yang menunjukan karakteristik produk di benak konsumen.
- Siswa mampu membuat desain kemasan yang dapat memikat perhatian mata konsumen.
Presentasi Siswa dapat menjelaskan rencananya meningkatkan citra untuk meningkatkan value produk.
Materi 4 Diskusi materi 4 Tugas materi 4
- Siswa dapat menjelaskan segmentasi pasar dari produk yang dikembangkannya.
- Siswa mampu menyusun strategi rencana pemasaran sesuai media yang dipilih.
- Siswa mampu menjelaskan bagaimana menangani konsumen.
Materi 5 Tugas 1 materi 5 Tugas 2 materi 5
- Siswa mampu melakukan transaksi keuangan digital menggunakan e-wallet.
- Siswa dapat mengirim barang melalui jasa pengiriman.
Materi 6
Tugas materi 6 Siswa dapat menjelaskan rencana modifikasi produknya berdasarkan warna, bentuk, fungsi, dan cara kerja.
Presentasi 2 Siswa mampu menjelaskan rencananya untuk mencegah decline pada product life-cycle.
Roleplay
- Pada siswa dengan produk jasa, dapat membuat itinerary jasa wisata open trip.
- Siswa dapat menjelaskan strategi promosi dan strategi pelayanan sesuai bidang jasa.
Ilham Penta, Anita Maharani 171
Diskusi tutor-siswa untuk memberikan bantuan dan menggali lebih dalam pengetahuan siswa terhadap materi, sedangkan diskusi siswa-siswa bertujuan memberikan persepsi yang sama dari tujuan akhir materi dan mencegah adanya miskonsepsi siswa terhadap materi. Selain dari itu, tujuan utama dari diskusi adalah menggiring siswa secara tidak langsung berpartisipasi dalam online agar tujuan materi tercapai.
Gambar 3. Contoh Diskusi Siswa – Peneliti
Tugas dirancang untuk muncul pada Materi 2, Materi 4, Materi 5, dan Materi 6. Tugas yang diberikan bertujuan untuk memberikan pengalaman siswa terkait dengan materi melalui pengalaman nyata. Namun demikian, peneliti mendapatkan adanya tantangan tersendiri ketika mendorong siswa untuk melakukan tugas, sebagai contohnya pada gambar 4 di bawah ini, dimana siswa menyatakan ketidakbisaan untuk melakukan tugas yang diberikan oleh tutor, untuk hal ini peneliti melakukan upaya memotivasi melalui jalur Whatsapp.
Gambar 4. Kendala Siswa Pada Saat Tugas
Ilham Penta, Anita Maharani 172
Selain tugas yang terdapat pada materi, juga ada tugas lain berupa observasi dan tugas mind map. Kedua tugas ini diberikan sebelum siswa mulai membuat produknya. Pada tugas observasi, siswa mencari informasi detail produk yang akan dibuatnya, seperti: contoh foto-foto produk yang serupa, bahan yang diperlukan, alat yang digunakan, urutan pengerjaan, lokasi menjual, dll. Jika produk berupa jasa, observasi meliputi lokasi strategis, demografi pasar, pelayanan yang diinginkan konsumen, dll. Semua informasi dikumpulkan dalam tugas observasi untuk kemudian tutor memberikan masukan tentang dimana bisa membeli, berapa harga suatu alat atau bahan, nama umum suatu bahan, dan saran- saran lain.
Pada tugas mind map, siswa memetakan semua informasi yang diperoleh selama observasi dengan tujuan agar mereka dapat memilih informasi agar lebih terstruktur dan sistematis. Tutor bisa memberikan masukan apabila ada tahapan yang dinilai perlu disertakan sebelum proses pembuatan. Pada produk kelompok, proses dipecah-pecah berdasarkan anggota kelompok, siapa melakukan apa.
Sehingga tutor mengetahui bagaimana kolaborasi dalam pengerjaan produk, dan mungkin bisa diidentifikasi titik kritis selama proses pengerjaan. Peneliti mendapati hal ini juga merupakan tantangan, karena siswa tidak merespon dan setelah dilakukan pendalaman, siswa mengalami kendala karena tidak memahami yang dimaksud dengan Mindmap.
Gambar 5. Panduan Tugas Mindmap
Namun demikian, hal yang menarik dari penelitian ini adalah siswa memiliki kecenderungan untuk “melompati proses” dan langsung pada kesimpulan, yakni produk. Sehingga tantangan peneliti adalah untuk mendorong siswa melakukan retrospektif yang bertujuan untuk mengevaluasi Langkah- langkah yang sudah dilalui oleh siswa sebelum produk kewirausahaan dihasilkan.
Sebagai gambaran bahwa siswa telah memiliki produk dapat diilustrasikan pada gambar 6 di bawah ini.
Ilham Penta, Anita Maharani 173
Gambar 6. Foto Produk KESIMPULAN
Penelitian ini memiliki tujuan untuk memformulasi model blended learning vokasi yang dapat digunakan di lingkungan SMK. SMK yang dijadikan proyek percontohan adalah SMK Negeri 3 Pandeglang. Dalam proses penelitian, peneliti bertindak sebagai tutor, dan program blended learning ini dilaksanakan selama satu semester dari bulan Juli 2020-Juli 2021. Namun demikian, tantangan yang dihadapi oleh peneliti adalah siswa yang tergabung dalam Google Classroom belum maksimal, dan pembelajaran yang dilaksanakan masih memerlukan banyak perlakuan tambahan, antara lainnya dengan kontak langsung ke siswa dan melakukan kolaborasi dengan guru pengampu mata pelajaran. Menjelang akhir program penelitian ini siswa sudah dapat menunjukkan produk, namun bila ditinjau dari aktivitas yang dilaksanakan selama satu semester, bukti-bukti yang dapat menunjukkan “pengalaman pembelajaran siswa” belum nampak. Oleh karena itu, peneliti melakukan upaya retrospektif dengan siswa sebagai upaya untuk membantu siswa memahami konteks pembelajaran yang sebelumnya sudah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Fatkhurrokhman, M., Leksono, S. M., Ramdan, S. D., & Rahman, I. N. (2018).
Learning strategies of productive lesson at vocational high school in Serang
City. Jurnal Pendidikan Vokasi, 8(2), 163.
https://doi.org/10.21831/jpv.v8i2.19485
Ilham Penta, Anita Maharani 174
Gautam, M. Kumar; Singh, S. Kumar. (2015). Entrepreneurship Education: Concept, Characteristics and Implications for Teacher Education Entrepreneurship education. Ghana, University of Cape Coast.
Indrawan, E., & Jalinus, N. (2020). Project-Based Learning In Vocational Technology Education: Study Of Literature (No. 02). 9(02), 5.
Jimmy Ellya Kurniawan, Jenny Lukito Setiawan, Ersa Lanang Sanjaya, Fransisca Putri Intan Wardhani, Stefani Virlia, Kuncoro Dewi & Azilah Kasim | Sammy King Fai Hui (Reviewing editor) (2019). Developing a measurement instrument for high school students’ entrepreneurial orientation, Cogent Education, 6:1, DOI: 10.1080/2331186X.2018.1564423
Kohan, W. O. (2019). Paulo Freire and the Value of Equality in Education. Educação e Pesquisa, 45. https://doi.org/10.1590/s1678-4634201945201600
Misbah, Z., Gulikers, J., Dharma, S., & Mulder, M. (2020). Evaluating competence- based vocational education in Indonesia. Journal of Vocational Education &
Training, 72(4), 488–515.
https://doi.org/10.1080/13636820.2019.1635634
Mulyani, Endang. (2011). Model Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Dasar dan Menengah. 8(1).
O’Brien, R. (2001). An Overview of the Methodological Approach of Action Research. In R. Richardson (Ed.), Theory and Practice of Action Research.
Joao Pessoa: Universidade Federal da Paraíba. (English Version).
http://www.web.ca/~robrien/papers/arfinal.html
Onstenk, Jeroen. (2003). Entrepreneurship and Vocational Education. European Education Research Journal. https://doi.org/10.2304/eerj.2003.2.1.12 Setiawan, D. (2016). Pengaruh Ekspektasi Pendapatan, Lingkungan Keluarga dan
Pendidikan Kewirausahaan terhadap Minat Berwirausaha (Studi Kasus pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta). Jurnal Profita Edisi 7
Subandi, Choirudin, Mahmudi, Nizaruddin, & Hermanita. (2018). Building Interactive Communication with Google Classroom. International Journal of Engineering & Technology, 7(2.13), 460–463.
Thompson, E. (2009). Individual Entrepreneurial Intent: Construct Clarification and Development of an Internationally Reliable Metric. Entrepreneurship Theory and Practice, 33, 669 - 694.
Wahyudi, A., Salamun, S., Hamid, A., & Choirudin, C. (2021). Strategi Pengelolaan Vocational Life Skill Pada Pendidikan Islam. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Al-Idarah, 6(1), 39–45.