• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Subsektor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Subsektor"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dibagi menjadi tiga sektor utama yaitu industri penghasil bahan baku atau industri pengelola sumber daya alam, industri manufaktur atau industri pengolahan, dan industri jasa.

Sektor yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang merupakan bagian dari sektor industri jasa.

Infrastruktur dapat didefinisikan sebagai sarana dan prasarana yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi manusia. Utilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu barang atau jasa yang memberikan manfaat atau kepuasan kepada penggunanya. Transportasi dapat didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk memindahkan barang atau manusia dari tempat asal ke tempat yang dituju yang digerakkan oleh manusia, hewan, atau mesin. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang termasuk dalam sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi merupakan perusahaan jasa yang berfokus pada sistem fisik yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Berikut adalah daftar perusahaan yang termasuk dalam sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia:

Tabel 1. 1 Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2018

Subsektor Tahun

2015 2016 2017 2018

Energi 3 4 5 7

Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan sejenisnya

3 3 3 6

Telekomunikasi 6 6 6 5

Transportasi 32 32 32 39

Konstruksi Non Bangunan 7 7 9 13

Total 51 52 55 70

Sumber: IDX Fact Book (data telah diolah)

(2)

2

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi selalu mengalami pertumbuhan setiap tahun.

Salah satu fokus dari Pemerintahan Presiden Jokowi adalah untuk memperkuat pembangunan infrastruktur dan salah satu kebijakan yang dilaksanakan adalah dengan mengalokasikan 25% dari Dana Transfer Umum untuk Anggaran Infrastruktur (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2020). Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengatakan bahwa proyek infrastruktur masih bergantung pada dana transfer dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Berikut adalah dana transfer APBN yang dialokasikan ke daerah:

Ga mba r 1. 1 Pertumbuha n da na tra nsfer APBN ke da era h da n da na desa

Dari Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa pembangunan infrastruktur masih sangat bergantung pada dana transfer APBN ke daerah degan terjadinya peningkatan pada setiap tahunnya. Dengan ketergantungan ini maka pembangunan infrastruktur dinilai tidak merata dan maksimal. Untuk itu maka pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, dan perusahaan swasta harus bekerja sama untuk mendukung pembangunan infrastruktur yang baik. (bisnis.tempo.co, 2019)

Banyaknya proyek infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang didapatkan oleh perusahaan tersebut, membuka kemungkinan bagi perusahaan yang tidak jujur untuk menyembunyikan keaslian laporan keuangan agar kinerja perusahaan terlihat lebih baik dan perusahaan tersebut memiliki kesempatan lebih besar untuk menjadi pelaksana proyek tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2018 sebagai objek penelitian.

623.1 710.3 755.9 766.2

0 200 400 600 800 1000

2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8

Tr a ns fe r A P BN k e D a e r a h d a n D a na D e s a

(3)

3 1.2. Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan adalah penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan juga dapat diartikan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi sebuah perusahaan. Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi penggunanya dalam mengambil keputusan ekonomi. Hal ini menyebabkan perusahaan terdorong untuk menyembunyikan kekurangan pada laporan keuangan untuk memperoleh kualitas laporan keuangan yang baik dan dapat menarik minat investor dan pemberi modal lainnya. (Sihombing & Rahardjo, 2014)

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) membagi fraud dalam tiga jenis perbuatan yaitu korupsi (corruption), penyalahgunaan aktiva (asset misappropriation), dan kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial reporting) (Albrecht, Albrecht, Albrecht, & Zimbelman, 2014). Korupsi merupakan fraud yang meliputi penyalahgunaan wewenang, penyuapan, penerimaan tidak sah, dan pemerasan secara ekonomi. Penyalahgunaan aktiva merupakan fraud yang meliputi penyalahgunaan atau pencurian aset perusahaan atau pihak lain.

Kecurangan laporan keuangan merupakan fraud yang meliputi rekayasa data transaksi atau laporan keuangan dalam penyajian laporan keuangan untuk memperoleh keuntungan individu atau kelompok. Kecurangan laporan keuangan umumnya dilakukan oleh eksekutif perusahaan atau manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan karena manajemen diberikan wewenang dalam pengambilan keputusan dan harus bertanggung jawab atas keputusan tersebut pada pemegang saham.

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya kecurangan laporan keuangan, salah satunya adalah dengan menggunakan metode F-Score yang ditetapkan oleh Dechow et al. (2011).

Berdasarkan metode tersebut, perusahaan dengan nilai F-Score ≥ 1 dinyatakan terindikasi melakukan kecurangan laporan keuangan, sedangkan perusahaan dengan F-Score < 1 dinyatakan tidak terindikasi melakukan kecurangan laporan keuangan. Peneliti telah melakukan pengujian kecurangan laporan keuangan

(4)

4

menggunakan metode F-Score terhadap beberapa perusahaan pada sektor infrastruktur, transportasi, dan utilitas yang terdaftar pada BEI tahun 2015-2018.

Berikut adalah hasil pengujian peneliti:

Tabel 1. 2 Hasil Pengujian Kecurangan Laporan Keuangan Menggunakan F-Score

Kecura nga n La pora n Keua nga n 2015 2016 2017 2018

LAPD Leya nd Interna tional Tbk. [S] -0.8421 1.716431 1.284444 -6.55552 PGAS Perusa ha a n Ga s Nega ra Tbk. 0.18355 -0.35541 -0.3104 0.11613 CASS Ca rdig Aero Services Tbk. 0.199858 0.175227 -0.00911 -0.22367 CMNP Citra Ma rga Nusa phala

Persa da Tbk. -0.36109 -0.41219 0.104087 0.101936 KARW ICTSI Ja sa Prima Tbk. -5.14731 3.436251 0.150922 -0.54328

Sumber: Data telah diolah

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan peneliti, 3 dari 25 sampel terindikasi melakukan kecurangan laporan keuangan yaitu Leyand International Tbk pada tahun 2016 dan 2017, dan ICTSI Jasa Prima Tbk pada tahun 2016. Nilai F-Score pada Leyand International Tbk tahun 2016 dan 2017 memiliki nilai lebih besar dari 1, hal ini disebabkan karena terjadi penurunan piutang yang signifikan sejak tahun 2015 hingga 2017. Pada 2015, piutang yang dimiliki Leyand International Tbk adalah sebesar Rp 21 miliar, sedangkan piutang pada tahun 2016 sebesar Rp 8 miliar dan tahun 2017 sebesar Rp 3 miliar. Nilai F-Score pada ICTSI Jasa Prima Tbk tahun 2016 memiliki nilai lebih besar dari 1, hal ini disebabkan karena terjadi kenaikan Laba yang signifikan pada tahun 2016. Pada tahun 2015 ICTSI Jasa Prima Tbk mencatat kerugian sebesar Rp 405 miliar, sedangkan pada tahun 2016 ICTSI Jasa Prima Tbk mencatat laba sebesar Rp 32 miliar.

ACFE melakukan survei pada tahun 2019. Menurut hasil survei tersebut dapat diketahui bahwa kerugian akibat kecurangan yang dialami suatu organisasi mencapai 5% dari pendapatan kotor organisasi tersebut. Berikut merupakan hasil survei yang dilakukan oleh ACFE pada tahun 2019:

Tabel 1. 3 Kecurangan yang Terjadi di Indonesia tahun 2019

Jenis Kecurangan Kasus Kerugian

Korupsi 167 Rp 373,65 M

Penyalahgunaan aset 50 Rp 257,52 M

(5)

5 Kecurangan laporan

keuangan

22 Rp 242,26 M

Total 239 Rp 873,43 M

Sumber: Survei Fraud Indonesia 2019 (data telah diolah)

Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa kecurangan laporan keuangan menyebabkan kerugian yang cukup besar dengan jumlah kasus yang sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa kerugian yang disebabkan oleh kecurangan laporan keuangan tidak bisa diabaikan karena kecurangan laporan keuangan yang tidak terungkap akan berkembang menjadi masalah yang lebih besar.

Salah satu bentuk kecurangan laporan keuangan yang terjadi di Indonesia pada tahun 2018 adalah kecurangan yang dilakukan oleh Garuda Indonesia Tbk.

Garuda Indonesia Tbk membukukan laba bersih sebesar USD 809,85 ribu, sedangkan pada tahun 2017 Garuda Indonesia Tbk mengalami kerugian sebesar USD 216,5 juta. Peningkatan yang terjadi secara signifikan ini menimbulkan kecurigaan pada proses pencatatan laporan keuangan. Chairal Tanjung dan Dony Oskaria menganggap bahwa laporan keuangan tahun 2018 tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), karena Garuda Indonesia Tbk mengakui keuntungan yang diperoleh dari PT Mahata Aero Teknologi yang memiliki utang kepada Garuda Indonesia Tbk terkait pemasangan wifi yang belum dibayar. Sekretaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto menyatakan, berdasarkan hasil pertemuan dengan pihak KAP disimpulkan adanya dugaan audit yang tidak sesuai dengan standar akuntansi. OJK, Kemenkeu, dan BEI akhirnya menjatuhkan sanksi kepada Garuda Indonesia Tbk terkait kasus kecurangan laporan keuangan yang dilakukan. Sanksi tersebut juga diterima oleh auditor laporan keuangan Garuda Indonesia Tbk untuk tahun 2018. (okefinance, 2019)

Berdasarkan kasus yang dijelaskan di atas yaitu PT Garuda Indonesia yang menyajikan laporan keuangan yang sangat baik pada tahun 2018 setelah mengalami kerugian pada tahun 2017, dapat dilihat bahwa tindakan kecurangan dengan memanipulasi informasi laporan keuangan tidak hanya merugikan perusahaan yang melakukan tindak kecurangan tersebut namun juga para pengguna informasi

(6)

6

tersebut seperti investor dan pemegang saham lainnya. Kecurangan yang gagal dideteksi juga dapat merugikan auditor yang bersangkutan.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan faktor yang belum konsisten dan faktor yang masih sedikit digunakan untuk mempengaruhi seseorang melakukan kecurangan laporan keuangan. Penelitian menggunakan tiga variabel yaitu financial distress, profitabilitas, dan materialitas.

Financial distress dapat diartikan sebagai suatu kondisi kesulitan keuangan karena hasil yang diperoleh dari kegiatan operasional perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perusahaan (Nugroho, Baridwan, & Mardiati, 2018). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugroho, Baridwan, & Mardiati (2018) menyatakan bahwa financial distress berpengaruh secara signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Dengan adanya tekanan berupa masalah keuangan yang berkemungkinan menyebabkan kebangkrutan, perusahaan cenderung melakukan kecurangan laporan keuangan.

Profitabilitas merupakan rasio keuangan yang mengukur efektifitas manajemen berdasarkan dari hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi (Samsulubis, Amboningtyas, & Fatoni, 2019). Ketika tingkat profitabilitas perusahaan rendah, maka manajemen perusahaan akan dianggap tidak efektif dan dapat merusak kepercayaan stakeholder. Hal ini dapat mendorong perusahaan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fimanaya & Syafruddin (2014) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Milasari & Ratmono (2019) menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari ruang lingkupnya memiliki dampak yang besar dan memengaruhi pengambilan keputusan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Shafer (2002) menunjukkan bahwa manajemen dapat memanipulasi tingkat materialitas perusahaan dalam melakukan tindakan kecurangan laporan keuangan.

Hasil penelitian tersebut Shafer (2002) menyatakan bahwa materialitas berpengaruh signifikan pada kecurangan laporan keuangan.

(7)

7 Berdasarkan fenomena yang terjadi dan inkonsistensi penelitian terdahulu, maka penulis terdorong untuk melakukan penilitian dengan judul “Analisis Financial Distress, Profitabilitas, dan Materialitas terhadap Kecurangan

Laporan Keuangan (Studi pada Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2018)”.

1.3. Rumusan Masalah

Laporan keuangan adalah hasil akhir dari sebuah siklus akuntansi. Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi keuangan bagi penggunanya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang baik akan meningkatkan minat investor terhadap perusahaan tersebut.

Dalam upaya untuk meningkatkan minat investor, masih ditemukan beberapa kasus mengenai perusahaan yang menyembunyikan kekurangan yang terjadi pada laporan keuangan perusahaan sehingga kondisi keuangan perusahaan dinilai baik oleh pengguna laporan keuangan tersebut. Informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan kerugian baik bagi perusahaan yang melakukan tindak kecurangan laporan keuangan maupun bagi pengguna laporan keuangan.

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas, pertanyaan penilitian yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kecurangan laporan keuangan, financial distress, profitabilitas, dan materialitas pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di BEI periode 2015-2018?

2. Apakah financial distress, profitabilitas, dan materialitas berpengaruh secara simultan terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di BEI periode 2015- 2018?

(8)

8

3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial:

a. Financial distress terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di BEI periode 2015-2018?

b. Profitabilitas terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di BEI periode 2015- 2018?

c. Materialitas terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di BEI periode 2015- 2018?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui kecurangan laporan keuangan, financial distress, profitabilitas, dan materialitas pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di BEI periode 2015-2018.

2. Untuk mengetahui financial distress, profitabilitas, dan materialitas berpengaruh secara simultan terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di BEI periode 2015-2018.

3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial:

a. Financial distress terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di BEI periode 2015-2018.

b. Profitabilitas terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di BEI periode 2015- 2018.

c. Materialitas terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di BEI periode 2015- 2018.

(9)

9 1.5. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan nantinya akan memiliki manfaat baik secara teoritis maupun manfaat secara praktis, yaitu:

1.5.1. Aspek Teoritis

1. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam pengembangan ilmu akuntansi khususnya dalam bidang aud it.

2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu sebagai tambahan referensi khususnya dalam penelitian terkait kecurangan laporan keuangan.

1.5.2. Aspek Praktis

1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan tindakan dan maupun kebijakan untuk mencatat serta menyajikan laporan keuangan dengan baik dan sesuai dengan keadaan keuangan perusahaan yang sebenarnya.

2. Bagi investor dan pemberi modal lainnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu sebagai bahan pertimbangan sebelum mengambil keputusan investasi yang didasari pada laporan keuangan perusahaan.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Dalam proses penelitian, sistematika penulisan yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang uraian gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, rumusan masalah yang diteliti oleh peneliti, pertanyaan penelitian yang akan diajukan oleh peneliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang teori-teori terkait penelitian serta penelitian terdahulu yang terkait dengan permasalahan penelitian berkaitan dengan topik, masalah, atau variabel.

Kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pemikiran yang akan digunakan untuk menggambarkan masalah penelitian yang akan mengantarkan pada kesimpulan penelitian. Hipotesis penelitian yang merupakan jawaban sementara

(10)

10

terhadap masalah penelitian yang jawabannya masih harus diuji secara empiris serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan secara rinci batasan dan cakupan penelitian.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Berisi tentang karakteristik penelitian yang berdasarkan pada metode, tujuan, tipe penyelidikan, keterlibatan peneliti,unit analisis,waktu pelaksanaan. Alat pengumpulan 11 data, tahapan penelitian, populasi dan sampel, validitas dan reliabilitas dan teknik analisis data dan pengujian hipotesis untuk penelitian.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan secara kronologis dan sistematis sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan penelitian. Disusun berdasarkan karakteristik dari sampel penelitian, hasil penelitian data dan unit analisis dibuat, pembahasan hasil penelitian yang diungkapkan pada analisis hasil penelitian, hasil pengujian hipotesa dan pengungkapan temuan, bahasan permasalahan, pembahasan permasalahan.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan yang disajikan penafsiran dan pemaknaan penelitian terhadap hasil analisis temuan dan saran yang dirumuskan secara konkrit, saran merupakan rekomendasi untuk peneliti selanjutnya yang mengambil topik yang sama.

Gambar

Tabel 1. 1 Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi  yang  Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2018
Tabel 1. 2 Hasil Pengujian Kecurangan Laporan Keuangan Menggunakan F-Score

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan informasi guru yang mengajar pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit di sekolah tersebut sudah pernah diterapkan model Inkuiri Terbimbing

Juga dengan skor rata-rata tertinggi yang dimiliki oleh brand recognition, mempunyai arti bahwa masyarakat Kota Bandung dapat mengenali merek setelah adanya

SIG adalah kumpulan ayng terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografis dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh,

Kabupaten Pandeglang 725 SURTIAH Kp.Kadu Oncog RT/RW 002/005 Desa Babakanlor Kabupaten Pandeglang 726 KULSUM Kp.Kadu Kolecer RT/RW 002/004 Desa Babakanlor Kabupaten Pandeglang

Mengenai pengamatan pada tempat pelaksanaan lapangan dan ditinjau permasalahan untuk perencanaan IT dengan menggunakan metode penelitian dan desain topologi jaringan dan

Bahkan semua orang yang menyaksikan sejak tadi juga jadi terpaku di- am, tidak mengerti sikap Raden Banyu Samodra yang begitu cepat sekali berubah setelah Rangga mencabut

 Berdasarkan publikasi perseroan, realisasi tersebut tumbuh 3,1 persen dibandingkan den- gan pendapatan yang diperoleh pada periode yang sama tahun sebelumnya yang

Besar kecilnya nilai rasio tanggungan (DR) mempengaruhi kemampuan daerah tersebut dalam menghadapi bencana. Semakin besar DR, maka semakin besar risiko yang