• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta Per 30 Juni Tahun 2020 ini telah disusun dan disajikan s

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta Per 30 Juni Tahun 2020 ini telah disusun dan disajikan s"

Copied!
369
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

Ringkasan Laporan Keuangan (Audited) 1

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta Per 30 Juni Tahun 2020 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan. Laporan Keuangan ini meliputi:

1.

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur Pendapatan-LRA dan Belanja selama periode 1 Januari 2020 sampai dengan 31 Desember 2020.

Realisasi Pendapatan Negara pada periode Januari sampai dengan 31 Desember 2020 adalah berupa Pendapatan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp 1.941.170.647,00 atau mencapai 70,59% dari estimasi Pendapatan-LRA sebesar Rp 2.750.000.000,00.

Realisasi Belanja Negara periode Januari sampai dengan 31 Desember 2020 adalah sebesar Rp 22.205.765.009,00 atau mencapai 95,87% dari alokasi anggaran sebesar Rp 23.161.441.000,00.

2.

NERACA

Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada 31 Desember 2020. Nilai Aset per 31 Desember 2020 dicatat dan disajikan sebesar Rp 170.610.899.207,00 yang terdiri dari: Aset Lancar sebesar Rp 265.656.530,00 Aset Tetap (netto) sebesar Rp 170.283.436.427,00 dan Aset Lainnya (netto) sebesar Rp. 61.806.250,00

Nilai Kewajiban dan Ekuitas masing-masing sebesar Rp 139.832.755,00 dan Rp 170.471.066.452,00.

3.

LAPORAN OPERASIONAL

Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban,

surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional,

surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO,

yang diperlukan untuk penyajian yang wajar.

(11)

Ringkasan Laporan Keuangan (Audited) 2 Pendapatan-LO untuk periode sampai dengan 31 Desember 2020 adalah sebesar Rp 1.712.707.726,00 sedangkan jumlah beban dari kegiatan operasional adalah sebesar Rp 24.018.864.178,00 sehingga terdapat Defisit dari Kegiatan Operasional senilai (Rp22.306.156.452,00). Kegiatan Non Operasional mengalami surplus sebesar Rp 52.264.202,00, sehingga entitas mengalami Defisit-LO sebesar (Rp22.253.892.250,00).

4.

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas awal pada tanggal 31 Desember 2020 adalah sebesar Rp 162.575.099.123,00 dikurangi Defisit-LO (Rp22.253.892.250,00) ditambah dengan koreksi-koreksi senilai Rp9.749.521.189,00 dan Transaksi Antar Entitas sebesar Rp 20.400.338.390,00 sehingga Ekuitas akhir entitas pada tanggal 31 Desember 2020 adalah senilai Rp170.471.066.452,00.

5.

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.

Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk periode Januari sampai dengan 31 Desember 2020 disusun dan disajikan berdasarkan basis kas.

Sedangkan Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas

sampai dengan 31 Desember 2020 disusun dan disajikan dengan basis akrual.

(12)

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan

3 I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK LAPORAN REALISASI ANGGARAN

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2020 DAN 2019

(Dalam Rupiah)

ANGGARAN REALISASI REALISASI 2019

PENDAPATAN B.1

Penerimaan Negara Bukan Pajak 2.750.000.000 1.941.170.647 70,59 2.776.591.112 JUMLAH PENDAPATAN 2.750.000.000 1.941.170.647 70,59 2.776.591.112

BELANJA B.2.

Belanja Pegawai B.3 14.710.956.000 14.503.213.621 98,59 16.698.156.534 Belanja Barang B.4 7.251.848.000 6.515.671.744 89,85 6.440.185.258 Belanja Modal B.5 1.198.637.000 1.186.879.644 99,02 2.955.748.929 JUMLAH BELANJA 23.161.441.000 22.205.765.009 95,87 26.094.090.721

URAIAN CATATAN 2020 % thd Angg

(13)

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan

4 II. NERACA BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK

NERACA

PER 31 DESEMBER 2020 DAN 31 DESEMBER 2019

(Dalam Rupiah)

CATATAN 31 DES 2020 31 DES 2019

Belanja Dibayar Dimuka (prepaid) C.1C.2 0 10.969.586

Kas di Bendahara Pengeluaran C.3 0 0

Kas di Bendahara Penerimaan C.4 0 0

Piutang Bukan Pajak C.5 0 98.080.000

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak C.6 - (490.400)

Piutang Bukan Pajak (Netto) 0 97.589.600

Persediaan C.7 265.656.530 124.971.636

Jumlah Aset Lancar 265.656.530 233.530.822

Tanah C.8C.9 144.621.325.000 144.621.506.000

Peralatan dan Mesin C.10 27.370.369.512 27.708.972.828

Gedung dan Bangunan C.11 23.512.119.278 15.078.162.000

Jalan Irigasi dan Jaringan C.12 347.430.150 355.888.150

Aset Tetap Lainnya C.13 224.699.236 219.764.236

Konstruksi dalam pengerjaan C.14 0 0

Akumulasi Penyusutan Aset Tetap C.15 (25.792.506.749) (25.573.809.830)

Jumlah Aset Tetap 170.283.436.427 162.410.483.384

ASET LAINNYA C.16

Aset Tak Berwujud C.17 98.890.000 0

Aset Lain-lain C.18 0 0

Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi Aset Lainnya C.19 (37.083.750) 0

Jumlah Aset Lainnya 61.806.250 0

JUMLAH ASET 170.610.899.207 162.644.014.206

C.20

Uang Muka dari KPPN C.21 0 0

Utang kepada Pihak Ketiga C.22 44.858.178 42.445.502

Pendapatan Diterima Dimuka C.23 94.974.577 26.469.581

Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 139.832.755 68.915.083

139.832.755 68.915.083

C.24

Ekuitas C.24 170.471.066.452 162.575.099.123

JUMLAH EKUITAS 170.471.066.452 162.575.099.123

170.610.899.207 162.644.014.206 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

JUMLAH KEWAJIBAN EKUITAS

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS URAIAN ASETASET LANCAR

ASET TETAP

KEWAJIBAN

(14)

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan

5 III. LAPORAN OPERASIONAL BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK

LAPORAN OPERASIONAL

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2020 DAN 2019

(Dalam Rupiah)

CATATAN 2020 2019

Penerimaan Negara Bukan Pajak D.1D.2 1.712.707.726 2.835.193.609 1.712.707.726 2.835.193.609

Beban Pegawai D.3D.4 14.513.176.514 16.508.461.775

Beban Persediaan D.5 812.116.888 1.115.076.047

Beban Barang dan Jasa D.6 3.549.171.907 3.200.181.428

Beban Pemeliharaan D.7 1.458.875.421 643.484.599

Beban Perjalanan Dinas D.8 556.600.620 1.555.572.723

Beban Penyusutan dan Amortisasi D.9 3.129.413.228 3.941.012.605 Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih D.10 (490.400) 490.400 24.018.864.178 26.964.279.577 SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN OPERASIONAL D.11 (22.306.156.452) (24.129.085.968)

Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar D.12 51.229.999 16.155.000

Beban Pelepasan Aset Non Lancar D.13 0 4.656.297

Jumlah Surplus/(Defisit) Pelepasan Aset Non Lancar 51.229.999 11.498.703 SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL

LAINNYA

Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional Lainnya D.14 5.075.680 24.479.763 Beban dari Kegiatan Non Operasional Lainnya D.15 4.041.477 7.839.148 Jumlah Surplus/(Defisit) Dari Kegiatan Non Operasional

Lainnya 1.034.203 16.640.615

SURPLUS /DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL D.16 52.264.202 28.139.318 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (22.253.892.250) (24.100.946.650)

POS LUAR BIASA D.17

SURPLUS/DEFISIT LO (22.253.892.250) (24.100.946.650) JUMLAH BEBAN OPERASIONAL

KEGIATAN NON OPERASIONAL URAIAN KEGIATAN OPERASIONAL

PENDAPATAN OPERASIONAL

JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL BEBAN OPERASIONAL

(15)

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan

6 IV. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2020 DAN 2019

(Dalam Rupiah)

URAIAN CATATAN 2020 2019

EKUITAS AWAL E.1 162.575.099.123 167.028.742.414

SURPLUS/DEFISIT LO E.2 (22.253.892.250) (24.100.946.650)

KOREKSI YANG MENAMBAH/MENGURANGI EKUITAS YANG ANTARA LAIN BERASAL DARI DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN

9.749.521.189

(3.670.196.250)

Penyesuaian Nilai Aset E.3 0 0

Koreksi Nilai Persediaan E.4 0 0

Koreksi Atas Reklasifikasi E.5 0 0

Selisih Revaluasi Aset Tetap E.6 7.516.878.000 (3.694.165.000)

Koreksi Nilai Aset Non evaluasi E.7 2.232.964.849 23.968.750

Koreksi Lain-lain E.8 (321.660) 0

TRANSAKSI ANTAR ENTITAS E.9 20.400.338.390 23.317.499.609

KENAIKAN/ PENURUNAN EKUITAS 7.895.967.329 (4.453.643.291)

EKUITAS AKHIR E.10 170.471.066.452 162.575.099.123

(16)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 7 V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENJELASAN UMUM

Dasar Hukum Entitas dan Rencana Strategis

A.1. PROFIL DAN KEBIJAKAN TEKNIS BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK

Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Perindustrian yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri. Pada Tahun 1922 lembaga ini didirikan dengan nama Textile Inrichting en Batik Proefstasion. Lalu pada 1980 berganti nama dan fungsi menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik (BBPPIKB). Pada tahun 2002 kembali bertransformasi dan beradaptasi menjadi BBKB. Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) memiliki tujuan untuk menumbuh kembangkan industri kecil kerajinan dan batik di Indonesia. BBKB bertugas melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, kerjasama, standardisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri kerajinan dan batik sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri.

Melalui peran BBKB, diharapkan industri di bidang kerajinan dan batik sebagai bagian dari industri kecil menengah dapat terus tumbuh dan berkembang menjadi salah satu penopang ekonomi bangsa.

Untuk mewujudkan tujuan di atas BBKB berkomitmen

dengan visi “Menjadi pusat litbang terapan yang

berwawasan lingkungan dan berbasis sumber daya

alam lokal serta penyedia layanan teknis kerajinan

dan batik yang terkemuka.” Untuk mewujudkannya

akan dilakukan beberapa langkah-langkah strategis

(17)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 8 sebagai berikut:

1. Melaksanakan kegiatan litbang bahan baku, proses dan desain produk yang ramah lingkungan.

2. Melaksanakan kegiatan penyusunan dan penerapan standar kerajinan dan batik.

3. Melaksanakan perekayasaan dan alih teknologi tepat guna bagi industri kerajinan dan batik

4. Memberikan pelayanan yang efisien, efektif, berkualitas dan sesuai kebutuhan pelanggan.

5. Mengembangkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia yang professional.

Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan

A.2. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan Per 31 Desember 2020 ini merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh BBKB. Laporan Keuangan ini dihasilkan melaui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga.

SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Instansi Berbasis

Akrual (SAIBA) dan Sistem Informasi Manajemen dan

Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAI

dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan

Satuan Kerja yang terdiri dari Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan

Perubahan Ekuitas. Sedangkan SIMAK-BMN adalah

sistem yang menghasilkan informasi aset tetap,

persediaan, dan aset lainnya untuk penyusunan neraca

dan laporan barang milik negara serta laporan

(18)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 9 manajerial lainnya.

Basis

Akuntansi

A.3. BASIS AKUNTANSI

BBKB menerapkan basis akrual dalam penyusunan dan penyajian Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas serta basis kas untuk penyusunan dan penyajian Laporan Realisasi Anggaran.

Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Sedangkan basis kas adalah basis akuntansi yang yang mengakui pengaruhi transaksi atau peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Dasar

Pengukuran

A.4. DASAR PENGUKURAN

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran yang diterapkan Kementerian Perindustrian dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan menggunakan nilai perolehan historis.

Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber

daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan

yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut,

Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi

yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban

yang bersangkutan. Pengukuran pos-pos laporan

keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transasksi

yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih

(19)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 10 dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

Kebijakan

Akuntansi

A.5. KEBIJAKAN AKUNTANSI

Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Per 31 Desember 2020 ini telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kebijakan akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi konvensi, aturan- aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan ini adalah merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian. Disamping itu, dalam penyusunannya telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.

Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Balai Besar Kerajinan dan Batik adalah sebagai berikut:

Pendapatan - LRA

1. Pendapatan – LRA

 Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN).

 Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

 Pendapatan-LRA disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.

Pendapatan - LO

2. Pendapatan – LO

 Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat yang

diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode

tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak

perlu dibayar kembali.

(20)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 11

 Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan dan /atau Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi. Secara khusus pengakuan pendapatan-LO pada Badan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan adalah sebagai berikut:

 Pendapatan Jasa Pelatihan diakui setelah pelatihan selesai dilaksanakan

 Pendapatan Pengujian, Sertifikasi, Kalibrasi dan Standardisasi di Bidang Perindustrian diakui setelah Pengujian, Sertifikasi, Kalibrasi dan Standardisasi selesai dilaksanakan

 Pendapatan Sewa Gedung diakui secara proporsional antara nilai dan periode waktu sewa.

 Pendapatan Jasa Tenaga, Pekerjaan, dan informasi diakui setelah dilaksanakan

 Pendapatan Denda diakui pada saat dikeluarkannya surat keputusan denda atau dokumen lain yang dipersamakan.

 Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

 Pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.

Belanja

3. Belanja

 Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening

Kas Umum Negara yang mengurangi Saldo

Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran

yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh pemerintah.

(21)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 12

 Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN.

 Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oteh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

 Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi akan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Beban

4. Beban

 Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.

 Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban;

terjadinya konsumsi aset; terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.

 Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Aset

5. Aset

Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar, aset tetap, piutang jangka panjang, dan aset lainnya.

Aset Lancar

a. Aset Lancar

 Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca.

 Investasi Jangka Pendek BLU dalam bentuk surat

(22)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 13 berharga disajikan sebesar nilai perolehan sedangkan investasi dalam bentuk deposito dicatat sebesar nilai nominal.

 Piutang diakui apabila menenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Piutang yang timbul dari Tuntutan Perbendaharaan/Ganti Rugi apabila telah timbul hak yang didukung dengan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak dan/atau telah dikeluarkannya surat keputusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

b) Piutang yang timbul dari perikatan diakui apabila terdapat peristiwa yang menimbulkan hak tagih dan didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan kewajiban secara jelas serta jumlahnya bisa diukur dengan andal

 Piutang disajikan dalam neraca pada nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value). Hal ini diwujudkan dengan membentuk penyisihan piutang tak tertagih. Penyisihan tersebut didasarkan atas kualitas piutang yang ditentukan berdasarkan jatuh tempo dan upaya penagihan yang dilakukan pemerintah. Perhitungan penyisihannya adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Perhitungan Kualitas dan Penyisihan Piutang

Kualitas

Piutang Uraian

Penyisihan

Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d. tanggal

jatuh tempo 0.5%

Kurang Lancar

Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan

10%

(23)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 14

Diragukan

Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak

dilakukan pelunasan 50%

Macet

1. Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan

100%

2.

Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang

Negara/DJKN

 Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Perbedaharaan/Ganti Rugi (TP/TGR) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai Bagian Lancar TP/TGR atau Bagian Lancar TPA.

 Nilai Persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik pada tanggal neraca dikalikan dengan:

 harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian;

 harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;

 Harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lainnya.

Aset Tetap

b. Aset Tetap

 Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.

 Aset tetap dilaporkan pada neraca berdasarkan harga perolehan atau harga wajar.

 Berdasarkan PMK No. 181/PMK.06/2016

Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuan

minimum kapitalisasi sebagai berikut:

(24)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 15 a. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan

mesin dan peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);

b. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) c. Pengeluaran yang tidak tercakup dalam

batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali

pengeluaran untuk tanah,

jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.

 Pada Tahun 2017 dan 2018, Pemerintah

melakukan penilaian kembali (revaluasi)

berdasarkan Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 75 Tahun 2017 tentang Penilaian

Kembali Barang Milik Negara/Daerah dan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor

118/PMK.06/2017 tentang Pedoman Pelaksanaan

Penilaian Kembali Barang Milik Negara. Revaluasi

dilakukan terhadap aset tetap berupa Tanah,

Gedung dan Bangunan, serta Jalan, Jaringan,dan

Irigasi berupa Jalan Jembatan dan Bangunan Air

pada Kementerian Negara/Lembaga sesuai

kodefikasi Barang Milik Negara yang diperoleh

sampai dengan 30 Juni 2015. Termasuk dalam

ruang lingkup objek revaluasi adalah aset tetap

pada Kementerian/Lembaga yang sedang

dilaksanakan Pemanfaatan. Pelaksanaan penilaian

dalam rangka revaluasi dilakukan dengan

pendekatan data pasar, pendekatan biaya,

dan/atau pendekatan pendapatan oleh Penilai

Pemerintah di lingkungan Direktorat Jenderal

(25)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 16 Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan.

Berdasarkan pertimbangan efisiensi anggaran dan waktu penyelesaian, pelaksanaan penilaian dilakukan dengan survei lapangan untuk objek penilaian berupa Tanah dan tanpa survei lapangan untuk objek penilaian selain Tanah.

 Pada tahun 2019, atas hasil penilaian kembali tahun 2017 dan 2018 terdapat perbaikan/koreksi yang dilakukan guna menyempurnakan hasil penilaian kembali agar diperoleh nilai Aset Tetap yang lebih akurat, andal, dan wajar.

 Berdasarkan Surat Anggota BPK Nomor 50/S/IV- XV/01/2020 tanggal 6 Januari 2020 hal Tanggapan atas Penyelesaian Tindak Lanjut Perbaikan Penilaian Kembali Barang Milik Negara Tahun 2017-2018 dinyatakan bahwa Pemerintah dapat menyajikan seluruh hasil penilaian kembali BMN tahun 2017-2018 beserta perbaikannya dalam LKPP tahun 2019 Unaudited sesuai mekanisme yang berlaku.

 Nilai Aset Tetap hasil penilaian kembali menjadi nilai nilai perolehan baru dan nilai akumulasi penyusutannya adalah nol. Dalam hal nilai Aset Tetap hasil revaluasi lebih tinggi dari nilai buku sebelumnya maka selisih tersebut diakui sebagai penambah ekuitas pada Laporan Keuangan.

Namun, apabila nilai Aset Tetap lebih rendah dari nilai buku sebelumnya maka selisih tersebut diakui sebagai pengurang ekuitas pada Laporan Keuangan.

 Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan

operasional pemerintah yang disebabkan antara

lain karena aus, ketinggalan jaman, tidak sesuai

dengan kebutuhan organisasi yang makin

(26)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 17 berkembang, rusak berat, tidak sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya telah berakhir direklasifikasi ke Aset Lain-Lain pada pos Aset Lainnya.

 Aset tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya, dikeluarkan dari neraca pada saat ada usulan penghapusan dari entitas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN/BMD.

Penyusutan Aset

Tetap

c. Penyusutan Aset Tetap

 Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap. Kebijakan penyusutan aset tetap didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan No.01/PMK.06/2013 sebagaimana diubah dengan PMK No.

90/PMK.06/2014 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.

 Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap:

a. Tanah

b. Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP)

c. Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber sah atau dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan

 Perhitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan adanya nilai residu.

 Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan

menggunakan metode garis lurus yaitu dengan

mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari

(27)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 18 Aset Tetap secara merata setiap semester selama Masa Manfaat.

 Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor:

59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Penggolongan Masa Manfaat Aset Tetap Kelompok Aset Tetap Masa

Manfaat Peralatan dan Mesin 2 s.d. 20

tahun Gedung dan Bangunan 10 s.d. 50

tahun Jalan, Jaringan dan

Irigasi 5 s.d 40

tahun Aset Tetap Lainnya (Alat

Musik Modern) 4 tahun

Piutang Jangka

Panjang

d. Piutang Jangka Panjang

 Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang diharapkan/dijadwalkan akan diterima dalam jangka waktu lebih dari 12 (dua belas ) bulan setelah tanggal pelaporan.

 Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) dinilai berdasarkan nilai nominal dan disajikan sebesar nilai yang dapat direalisasikan.

Aset Lainnya

e. Aset Lainnya

 Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset tetap, dan piutang jangka panjang.

Termasuk dalam Aset Lainnya adalah aset tak

berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh

tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan, aset

(28)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 19 kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi penggunaannya.

 Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan sebesar nilai tercatat neto yaitu sebesar harga perolehan setelah dikurangi akumulasi amortisasi.

 Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan dengan metode garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan atas ATB dengan masa manfaat tidak terbatas tidak dilakukan amortisasi.

 Masa Manfaat Aset Tak Berwujud ditentukan dengan berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 620/KM.6/2015 tentang Masa Manfaat Dalam Rangka Amortisasi Barang Milik Negara berupa Aset Tak Berwujud pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat adalah sebagai berikut:

Tabel 3

Penggolongan Masa Manfaat Aset Tak Berwujud Kelompok Aset Tak Berwujud Masa Manfaat

(tahun)

Software Komputer 4

Franchise 5

Lisensi, Hak Paten Sederhana, Merk, Desain Industri, Rahasia Dagang, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

10

Hak Ekonomi Lembaga Penyiaran, Paten Biasa,

Perlindungan Varietas Tanaman Semusim.

20

Hak Cipta Karya Seni Terapan, Perlindungan Varietas Tanaman

Tahunan 25

Hak Cipta atas Ciptaan Gol.II, Hak Ekonomi Pelaku

Pertunjukan, Hak Ekonomi Produser Fonogram.

50

Hak Cipta atas Ciptaan Gol.I 70

(29)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 20

 Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah disajikan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.

Kewajiban

6. Kewajiban

 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.

 Kewajiban pemerintah diklasifikasikan ke dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.

a. Kewajiban Jangka Pendek

Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.

Kewajiban Jangka Pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Belanja yang Masih Harus Dibayar, Pendapatan Diterima di Muka, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, dan Utang Jangka Pendek Lainnya.

b. Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.

 Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung.

Ekuitas

7. Ekuitas

Ekuitas merupakan merupakan selisih antara aset

dengan kewajiban dalam satu periode. Pengungkapan

lebih lanjut dari ekuitas disajikan dalam Laporan

Perubahan Ekuitas.

(30)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 21

Implementasi

Akuntansi Berbasis Akrual Pertama Kali

8. Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual Pertama Kali

Mulai tahun 2015 pemerintah mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual sesuai dengan amanat PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Implementasi tersebut memberikan pengaruh pada beberapa hal dalam penyajian laporan keuangan. Pertama pos-pos ekuitas dana pada neraca per 30 Desember 2015 yang berbasis cash toward accrual direklasifikasi menjadi ekuitas sesuai dengan akuntansi berbasis akrual. Kedua, keterbandingan penyajian akun-akun tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dalam Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas tidak dapat dipenuhi. Hal ini diakibatkan oleh penyusunan dan penyajian akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015 adalah merupakan implementasi yang pertama.

Penilaian Kembali

9. Penilaian Kembali

 Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2017 Tentang Penilaian Kembali Barang Milik Negara/Daerah menyatakan bahwa “Penilaian Kembali adalah proses revaluasi sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan yang metode penilaiannya dilaksanakan sesuai Standar Penilaian.” Selanjutnya dalam pasal 5 ayat (1) dinyatakan bahwa “Penilaian Kembali Barang Milik Negara berupa Aset Tetap dilakukan terhadap:

a. Tanah;

b. Gedung dan Bangunan; dan

c. Jalan, Irigasi, dan Jaringan, berupa Jalan,

Jembatan dan Bangunan Air, pada

Kementerian/Lembaga yang sedang

(31)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 22 dilaksanakan pemanfaatan.

 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 10 Tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, Dan Operasi Yang Tidak Dilanjutkan, pada paragraf 42 menyatakan bahwa “Perubahan Kebijakan akuntansi harus disajikan pada Laporan Perubahan Ekuitas dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.”

 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 Tentang Akuntansi Aset Tetap pada paragraf 82 menyatakan bahwa “Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, maka hal berikut harus diungkapkan:

a. Dasar peraturan untuk menilai kembali aset tetap;

b. Tanggal efektif penilaian kembali;

c. Jika ada, nama penilai independen;

d. Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti;

e. Nilai tercatat setiap jenis aset tetap.

Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas, LKKL

harus mengungkapkan secara memadai atas

perubahan kebijakan akuntansi berupa Penilaian

Kembali Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada

CaLK.

(32)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 23 B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Selama periode 1 Januari hingga 31 Desember 2020, Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) telah mengadakan revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dari DIPA awal sebanyak 11 (sebelas) kali dengan rincian sebagai berikut:

1. Revisi ke-1 (revisi buka blokir) tanggal 28 Februari 2020 dengan pagu DIPA sebesar Rp 28.014.323.000 2. Revisi ke-2 tanggal 29 April 2020 dengan pagu DIPA

sebesar Rp 24.536.441.000 (Revisi Penghematan dan Realokasi Anggaran dalam rangka Penanganan Pandemi COVID-19)

3. Revisi ke-3 (penambahan akun penanganan COVID- 19) tanggal 28 Mei 2020 dengan pagu DIPA sebesar Rp 24.536.441.000

4. Revisi ke-4 tanggal 17 Juli 2020 dengan Pagu DIPA sebesar Rp 24.536.441.000 (merupakan Revisi Pemutakhiran data ADK)

5. Revisi ke-5 tanggal 25 Agustus 2020 dengan Pagu DIPA Rp 24.536.441.000 (Revisi Belanja Barang Operasional ke Belanja Barang terkait penanganan Pandemi COVID-19)

6. Revisi ke-6 tanggal 18 September 2020 dengan Pagu DIPA sebesar Rp24.536.441.000 (Revisi Pengalihan Belanja Pegawai ke Penanganan Pandemi COVID-19 tahap 1)

7. Revisi ke-7 tanggal 8 Oktober 2020 dengan Pagu DIPA sebesar Rp23.661.441.000 (Revisi Pemutakhiran data ADK)

8. Revisi ke-8 tanggal 4 November 2020 dengan Pagu

DIPA sebesar Rp23.161.441.000 (Revisi Pengalihan

Belanja Pegawai ke Penanganan Pandemi COVID-19

tahap 2)

(33)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 24 9. Revisi ke-9 tanggal 16 November 2020 dengan Pagu

DIPA sebesar Rp23.161.441.000 (Revisi Belanja Barang ke Belanja Barang Penanganan Pandemi COVID-19)

10. Revisi ke-10 tanggal 2 Desember 2020 dengan Pagu DIPA sebesar Rp23.161.441.000

11. Revisi ke-11 tanggal 28 Desember 2020 dengan Pagu DIPA sebesar Rp23.161.441.000 (Pemutakhiran Data) Revisi DIPA di satker Balai Besar Kerajinan dan Batik disebabkan antara lain oleh adanya kesalahan penganggaran, program penghematan belanja pemerintah, penambahan pagu belanja, perubahan kegiatan sesuai dengan kebutuhan, dan situasi serta kondisi pada saat pelaksanaan khususnya dalam hal penanganan pandemi covid-19. Adapun posisi awal dan terakhir berdasarkan sumber pendapatan dan jenis belanja adalah sebagai berikut :

Tabel 4

Pagu Belanja dan Pendapatan Per 31 Desember 2020

DIPA awal DIPA Akhir (rev 11) Pendapatan

Pendapatan (425283) 1.372.055.000 1.356.635.000 Pendapatan (425421) 1.200.725.000 1.342.565.000 Pendapatan (425692) 50.000.000 50.000.000

Pendapatan (425431) 800.000

Pendapatan (425131) 0

Pendapatan (425911) 0

Jumlah Pendapatan 2.622.780.000 2.750.000.000 Belanja

Belanja Pegawai 16.674.956.000 14.710.956.000

Belanja Barang 8.664.749.000 7.251.848.000

Belanja Modal 2.674.618.000 1.198.637.000

Jumlah Belanja 28.014.323.000 23.161.441.000

Uraian 2020

Dalam DIPA Balai Besar Kerajinan dan Batik terdapat

Pagu anggaran yang dialokasikan untuk penanganan

COVID-19 sebesar Rp424.577.000,00 dengan rincian

sebagai berikut:

(34)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 25 Tabel 5

Pagu Belanja Penanganan Pendemi COVID-19 Per 31 Desember 2020

Akun Uraian Akun Anggaran Semula Anggaran Setelah Revisi

521131 Belanja Barang Operasional -

Penanganan Pandemi COVID-19 - 107.440.000 521241 Belanja Barang Non Operasional

- Penanganan Pandemi COVID-

19 - 75.423.000 521841 Belanja Barang Persediaan -

Penanganan Pandemi COVID-19 - 73.524.000 522192 Belanja Jasa - Penanganan

Pandemi COVID-19 - 83.850.000 523114 Belanja Pemeliharaan Gedung

dan Bangunan - Penanganan

Pandemi COVID-19 - 1.950.000 532119 Belanja Modal Peralatan dan

Mesin - Penanganan Pandemi

COVID-19 - 82.390.000 424.577.000

Realisasi Pendapatan

Rp1.941.170.647,0 0

B.1. PENDAPATAN

Realisasi Pendapatan Balai Besar Kerajinan dan Batik

untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2020

adalah sebesar Rp1.941.170.647,00 atau mencapai

70,59% dari estimasi pendapatan yang ditetapkan

sebesar Rp2.750.000.000,00. Rincian estimasi

pendapatan dan realisasinya adalah sebagai berikut:

(35)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 26 Tabel 6

Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan Per 31 Desember 2020

,Pendapatan Dari Penjualan

Pengelolaan BMN, Iuran Badan Usaha - - - Pendapatan dari Penjualan Peralatan

dan Mesin 51.229.999

Pendapatan Sewa Tanah Gedung dan

Bangunan - 9.805.380 - Pendapatan Administrasi Dan

Penegakan Hukum - - - Pendapatan pengujian, sertifikasi,

kalibrasi, dan standardisasi di Bidang

perindustrian 1.356.635.000 1.053.996.250 77,69 Pendapatan Pendidikan, Budaya,

Riset, dan Teknologi

Pendapatan layanan pendidikan

dan/atau pelatihan 1.342.565.000 793.416.092 59,10 Pendapatan Layanan Penelitian/Riset

dan Pengembangan Iptek 800.000 2.000.000 250,00 Pendapatan Jasa Lainnya

Pendapatan jasa tenaga, pekerjaan

dan informasi 50.000.000 26.475.000 52,95 Pendapatan Lain-lain - - - Penerimaan Kembali Belanja Pegawai

Tahun Anggaran Yang Lalu - 10.647.926 - Jumlah Kotor 2.750.000.000 1.947.570.647 - Pengembalian Pendapatan (6.400.000)

Jumlah 2.750.000.000 1.941.170.647 70,59 2020

Uraian Anggaran Realisasi % Real

Angg.

Realisasi pendapatan per 31 Desember 2020 mengalami penurunan dibandingkan per 31 Desember 2019 sebesar 30,09%. Hal ini terjadi karena adanya penurunan jumlah permintaan jasa pada beberapa macam layanan, seperti pada layanan Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi, Pengembangan Sumber daya manusia yang berasal dari Pelatihan, serta Penelitian/riset dan pengembangan Iptek. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap turunnya permintaan jasa layanan tersebut adalah adanya pandemi COVID-19.

Pandemi COVID-19 yang terjadi ini ditindaklanjuti

pemerintah dengan penerapan Pembatasan Sosial

Berskala Besar (PSBB) di berbagai wilayah selama 3

(36)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 27 bulan, yaitu sejak bulan Maret sampai dengan Mei 2020 kemudian dilanjutkan dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Lokal (PSBL) di berbagai wilayah selama 3 bulan, yaitu sejak bulan Juni 2020 sampai dengan Agustus 2020. Adanya pandemi dan berbagai pembatasan ini berdampak pada penurunan permintaan jasa layanan dari klien yang akhirnya berpengaruh juga terhadap perlambatan ekonomi.

Tabel 7

Perbandingan Realisasi Pendapatan Per 31 Desember 2020 dan 2019

URAIAN 31 DES 2020 31 DES 2019 NAIK

(TURUN) % Pendapatan dari Penjualan

Peralatan dan Mesin 51.229.999 16.155.000 217,12 Pendapatan Sewa Tanah, Gedung,

dan Bangunan 9.805.380 21.567.690 (54,54) Pendapatan Pengujian, Sertifikasi,

Kalibrasi, dan Standardisasi di Bidang Perindustrian

1.053.996.250 1.628.817.500 (35,29)

Pendapatan Layanan Pendidikan

dan/atau Pelatihan 793.416.092 973.900.000 (18,53) Pendapatan Layanan

Penelitian/Riset dan Pengembangan Iptek

2.000.000 2.800.000 (28,57) Pendapatan Jasa Tenaga,

Pekerjaan, dan Informasi 26.475.000 117.443.000 (77,46) Penerimaan Kembali Belanja

Pegawai Tahun Anggaran Yang Lalu 10.647.926 15.907.922 (33,07) Jumlah Bruto 1.947.570.647 2.776.591.112

Pengembalian Pendapatan (6.400.000)

Jumlah 1.941.170.647 2.776.591.112 (30,09) Realisasi Belanja

Rp22.205.765.009, 00

B.2. BELANJA NEGARA

Realisasi Belanja Balai Besar Kerajinan dan Batik pada

periode 31 Desember 2020 adalah sebesar

Rp22.205.765.009,00 atau 95,87% dari anggaran

belanja sebesar Rp23.161.441.000,00. Rincian anggaran

dan realisasi belanja per 31 Desember 2020 adalah

sebagai berikut:

(37)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 28 Tabel 8

Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per 31 Desember 2020

Anggaran Realisasi % Real Angg.

51 Belanja Pegawai 14.710.956.000 14.503.213.621 98,59 52 Belanja Barang 7.251.848.000 6.515.671.744 89,85 53 Belanja Modal 1.198.637.000 1.186.879.644 99,02 Total Belanja 23.161.441.000 22.205.765.009 95,87

31 Des 2020 URAIAN

Kode Jenis Belanja

Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam grafik berikut ini:

Grafik 1 Komposisi Anggaran dan Realisasi Belanja

- 2.000.000.000 4.000.000.000 6.000.000.000 8.000.000.000 10.000.000.000 12.000.000.000 14.000.000.000 16.000.000.000

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal

Nilai Realisasi

Jenis Belanja

Komposisi Anggaran dan Realisasi Belanja

Anggaran Realisasi

Dibandingkan dengan 31 Desember 2019, realisasi

belanja per 31 Desember 2020 mengalami penurunan

sebesar 14,90%. Penurunan realisasi belanja tersebut

antara lain disebabkan oleh penurunan pada Belanja

Pegawai sebesar 13,14%, dan Belanja Modal sebesar

59,85%. Hal ini disebabkan karena adanya pemotongan

pagu dan realokasi anggaran terutama untuk Belanja

Modal dan Barang, penundaan realisasi belanja

terutama untuk Belanja Modal, dan terhambatnya

realisasi belanja dikarenakan pandemi COVID-19 yang

menyebabkan mobilitas barang dan jasa kurang lancar.

(38)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 29 Tabel 9

Perbandingan Realisasi Belanja 31 Desember 2020 dan 31 Desember 2019

URAIAN 31 DES 2020 31 DES 2019 NAIK

(TURUN)

% Belanja Pegawai 14.503.213.621 16.698.156.534 (13,14) Belanja Barang 6.515.671.744 6.440.185.258 1,17 Belanja Modal 1.186.879.644 2.955.748.929 (59,85)

Jumlah 22.205.765.009 26.094.090.721 (14,90)

Belanja Pegawai Rp

14.503.213.621,00

B.3. BELANJA PEGAWAI

Belanja Pegawai adalah belanja atas kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Realisasi Belanja Pegawai periode 31 Desember 2020 dan 2019 adalah sebesar Rp14.503.213.621,00 dan Rp 16.698.156.534,00.

Realisasi belanja pegawai per 31 Desember 2020

mengalami penurunan sebesar 13,14% dibandingkan

dengan periode 31 Desember 2019. Penurunan realisasi

belanja pegawai ini disebabkan antara lain karena

adanya Pegawai yang Pensiun, realisasi uang lembur

yang jauh berkurang dikarenakan jumlah jam lembur

yang turun (banyak pegawai yang melaksanakan WFH),

dan realisasi tunjangan kinerja yang berkurang

dikarenakan kebijakan pemerintah di tahun 2020 tidak

terdapat pembayaran THR Tunjangan Kinerja dan

Tunjangan Kinerja ke-13 seperti tahun sebelumnya. Nilai

Pengembalian Belanja Pegawai per 31 Desember 2020

senilai (Rp1.110.210,00) berasal dari pengembalian

tunjangan umum, dan pembulatan.

(39)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 30 Tabel 10

Perbandingan Belanja Pegawai per 31 Desember 2020 dan

2019

URAIAN 31 DES 2020 31 DES 2019 NAIK

(TURUN) Belanja Gaji dan Tunjangan PNS 7.062.943.822 7.610.889.842 %(7,20) Belanja Uang Makan 882.916.000 899.892.000 (1,89) Belanja Lembur 56.322.000 74.480.000 (24,38) Belanja Tunjangan Khusus & Pegawai

Transito 6.502.142.009 8.114.378.388 (19,87) Jumlah Belanja Kotor 14.504.323.831 16.699.640.230 (13,15) Pengembalian Belanja Pegawai (1.110.210) (1.483.696) (25,17) Jumlah Belanja 14.503.213.621 16.698.156.534 (13,14)

Belanja Barang Rp

6.515.671.744,00

B.4. BELANJA BARANG

Realisasi Belanja Barang per 31 Desember 2020 dan

2019 adalah masing-masing sebesar Rp

6.515.671.744,00 dan Rp 6.440.185.258,00. Realisasi

belanja barang per 31 Desember 2020 mengalami

kenaikan sebesar 1,17% dibandingkan dengan periode

yang berakhir pada 31 Desember 2019. Kenaikan

terutama terlihat pada Belanja Barang Operasional

sebesar 17,35%, kenaikan Belanja Barang Non

Operasional sebesar 69,04% yang disebabkan antara

lain oleh naiknya realisasi Belanja Barang Non

Operasional lainnya dan penambahan pagu dan realisasi

untuk Belanja Barang Non Operasional Penanganan

Pandemi COVID-19, serta kenaikan Belanja

Pemeliharaan sebesar 135,65% yang disebabkan oleh

kenaikan pagu dan realisasi yang cukup besar pada

Belanja Pemeliharaan Gedung dan Bangunan.

(40)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 31 Tabel 11

Perbandingan Realisasi Belanja Barang Per 31 Desember 2020 dan 2019

URAIAN 31 DES 2020 31 DES 2019 NAIK

(TURUN)

% Belanja Barang Operasional 1.741.127.773 1.483.743.051 17,35 Belanja Barang Non Operasional 791.644.425 468.311.244 69,04 Belanja Barang Konsumsi 1.044.416.848 1.176.098.942 (11,20) Belanja Jasa 994.297.926 1.167.637.730 (14,85) Belanja Pemeliharaan 1.387.584.152 588.821.568 135,65 Belanja Perjalanan Dalam Negeri 556.600.620 1.555.572.723 (64,22) Belanja Perjalanan Luar Negeri - - - Jumlah Belanja Kotor 6.515.671.744 6.440.185.258 1,17 Pengembalian Belanja - - -

Jumlah Belanja 6.515.671.744 6.440.185.258 1,17

Pada tahun 2020 ini juga terdapat akun-akun baru terkait belanja dalam rangka penanganan COVID-19 seperti belanja Barang operasional, non operasional, persediaan, dan belanja jasa yang dikhususkan untuk penanganan pandemi COVID-19. Satker Balai Besar Kerajinan dan Batik mengalokasikan Belanja Barang untuk Penanganan COVID-19 sebesar Rp342.187.000,00 dengan realisasi per 31 Desember 2020 sebesar Rp325.173.812,00 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 12

Belanja Barang untuk Penanganan Pandemi COVID-19 per 31 Desember

2020

Akun Uraian Akun Pagu Realisasi Penyerapan

521131 Belanja Barang Operasional - Penanganan Pandemi COVID-19 107.440.000 99.879.448 92,96

521241 Belanja Barang Non Operasional - Penanganan Pandemi COVID-

19 75.423.000 74.471.000 98,74

521841 Belanja Barang Persediaan - Penanganan Pandemi COVID-19 73.524.000 68.108.364 92,63 522192 Belanja Jasa - Penanganan Pandemi COVID-19 83.850.000 82.715.000 98,65

523114 Belanja Pemeliharaan Gedung dan Bangunan - Penanganan

Pandemi COVID-19 1.950.000 1.950.000 100,00 342.187.000 325.173.812 95,03

Realisasi Belanja Barang dalam rangka penanganan

(41)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 32 pandemi Covid-19 di satker Balai Besar Kerajinan dan Batik antara lain digunakan untuk pembelian Masker, thermometer, face shield, hand sanitizer, Multivitamin untuk pegawai, Desinfektan, langganan aplikasi Zoom, Pembuatan wastafel untuk cuci tangan, dan rapid test maupun swab untuk pegawai.

Belanja Modal Rp

1.186.879.644,00

B.5. BELANJA MODAL

Realisasi Belanja Modal per 31 Desember 2020 dan 2019 adalah masing-masing sebesar Rp

1.186.879.644

,00 dan Rp 2.955.748.929,00. Belanja Modal Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) mengalami penurunan sebesar 59,85% bila dibandingkan dengan realisasi per 31 Desember 2019. Penurunan Belanja Modal ini terutama disebabkan oleh penurunan realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin yang turun sebesar 65,07%

Gedung dan Bangunan 15,07% dan Belanja Modal

Lainnya sebesar 58,11% dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Penurunan realisasi Belanja

Modal tersebut secara tidak langsung terdampak oleh

adanya Pandemi COVID-19 karena selain terdapat

realokasi pagu anggaran Belanja Modal, juga disebabkan

oleh penundaan sebagian besar rencana Belanja Modal

akibat adanya Pembatasan Sosial Berskala besar yang

menyebabkan mobilitas menjadi sangat terbatas. Ada

pun rincian perbandingan Belanja Modal Balai Besar

Kerajinan dan Batik adalah sebagai berikut:

(42)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 33 Tabel 13

Perbandingan Belanja Modal Per 31 Desember 2020 dan 2019

URAIAN 31 DES 2020 31 DES 2019 NAIK

(TURUN) % Belanja Modal Peralatan dan Mesin 921.064.644 2.636.812.929 (65,07) Belanja Modal Gedung dan Bangunan 260.880.000 307.156.000 (15,07) Belanja Modal Lainnya 4.935.000 11.780.000 (58,11) Jumlah Belanja 1.186.879.644 2.955.748.929 (59,85)

Belanja Modal di Balai Besar Kerajinan dan Batik yang semula dianggarkan sebesar Rp2.674.618.000,00 mengalami realokasi anggaran pada masa Pandemi COVID-19 sebesar Rp1.475.981.000,00 menjadi Rp1.198.637.000,00, sehingga untuk rencana Belanja modal Pengembangan Gedung dan Bangunan dan pembelian beberapa Peralatan dan Mesin menjadi tidak terlaksana.

Tabel 14

Belanja Modal untuk Penanganan Pandemi COVID-19 per 31 Desember

2020

Akun Uraian Akun Pagu Realisasi Penyerapan

532119 Belanja Modal Peralatan dan Mesin - Penanganan Pandemi

COVID-19 82.390.000 77.390.000 93,93

82.390.000 77.390.000 93,93

Balai Besar Kerajinan dan Batik mengalokasikan

anggaran sebesar Rp82.390.000,00 untuk penanganan

Pandemi COVID-19 yang terealisasi sebesar

Rp77.390.000,00 atau 93,93%. Realisasi Belanja Modal

dalam rangka penanganan Pandemi Covid-19 di satker

Balai Besar Kerajinan dan Batik antara lain digunakan

untuk pembelian Thermogun (termometer digital) senilai

Rp.1.600.000,00, thermal scanner (Scanner) senilai

Rp55.000.000,00 dan air purifier (air cleaner) senilai

Rp20.790.000,00.

(43)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 34 Belanja Modal

Peralatan dan Mesin Rp 921.064.644,00

B.5.1. Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin Per 31 Desember 2020 dan 2019 masing-masing sebesar Rp 921.064.644,00 dan Rp 2.636.812.929,00. Belanja Modal Peralatan dan Mesin di tahun 2020 mengalami penurunan yang cukup besar dibandingkan dengan realisasi belanja Modal Peralatan dan Mesin di tahun sebelumnya yaitu sebesar 65,07%. Hal tersebut disebabkan karena penurunan jumlah pengadaan alat untuk laboratorium pengujian, penelitian, maupun kalibrasi, tidak adanya kegiatan perekayasaan alat melalui KDP yang akun belanjanya menggunakan akun belanja modal peralatan dan mesin yang nilainya cukup besar di tahun sebelumnya, serta adanya realokasi anggaran pagu Belanja Modal Peralatan dan Mesin yang nilainya cukup besar dikarenakan adanya pandemi COVID-19 yang mengakibatkan rencana realisasi belanja tidak dapat dilaksanakan. Adapun Perbandingan Belanja Modal Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2020 dan 2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 15

Perbandingan Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin 31 Desember 2020 dan 2019

URAIAN 31 DES 2020 31 DES 2019 NAIK

(TURUN) % Belanja Modal Peralatan dan Mesin 788.933.028 1.952.438.250 (59,59) Belanja Modal Bahan Baku Peralatan dan Mesin 0 459.786.140 (100,00) Belanja Modal Honorarium Peralatan dan Mesin 0 10.600.000 (100,00) Belanja Modal Perjalanan Peralatan dan Mesin 0 168.538.539 (100,00) Belanja Modal Peralatan dan Mesin -

Penanganan Pandemi COVID-19 77.390.000 0 100,00 Belanja Penambahan Nilai Peralatan dan Mesin 54.741.616 45.450.000 20,44 Jumlah Belanja Kotor 921.064.644 2.636.812.929 (65,07)

Pengembalian - - -

Jumlah Belanja 921.064.644 2.636.812.929 (65,07)

Pada Tahun 2020 ini juga terdapat Belanja Modal

Peralatan dan mesin-Penanganan Pandemi COVID-19

yang sampai dengan per 31 Desember 2020 ini terealisasi

(44)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 35 sebesar Rp77.390.000,00 dalam bentuk Pembelian Barang-barang Modal untuk penanganan Pandemi COVID-19 seperti thermogun (Thermometer Digital), thermal scanner (Scanner), dan air purifier (Air Cleaner).

Tabel 16

Rincian Belanja Modal peralatan dan Mesin per 31 Desember 2020

URAIAN 31 Desember 2020

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Pembelian (Intrakomptabel) 858.029.028 Pembelian (Ekstrakomptabel) 8.294.000 Belanja Penambahan Nilai Peralatan dan Mesin

Pengembangan Nilai Aset Komputer Unit 49.991.616 Pengembangan Nilai Aset Unit Alat Laboratorium 4.750.000

Jumlah Belanja 921.064.644

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Rp 260.880.000,00

B.5.2. Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Realisasi Belanja Modal gedung dan bangunan periode 31 Desember 2020 dan 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp 260.880.000,00 dan Rp307.156.000,00.

Belanja Modal Gedung dan Bangunan per 31 Desember

2020 turun sebesar 15,07% dibanding tahun

sebelumnya, karena turunnya jumlah belanja

Penambahan Nilai gedung dan Bangunan dibanding

tahun sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya

pemotongan pagu anggaran yang cukup besar pada

tahun ini guna realokasi anggaran untuk penanganan

COVID-19. Hal ini mengakibatkan rencana realisasi

belanja penambahan nilai gedung dan bangunan tidak

bisa terlaksana di tahun 2020. Adapun rincian

perbandingan belanja modal gedung dan bangunan Balai

Besar Kerajinan dan Batik per 31 Desember 2020 dan

2019 adalah sebagai berikut :

(45)

Catatan Atas Laporan Keuangan (Audited) 36 Belanja Modal Jalan,

Irigasi dan Jaringan Rp 0,00

Tabel 17

Perbandingan Realisasi Belanja Gedung dan Bangunan Per 31 Desember 2020 dan

2019

URAIAN JENIS BELANJA 31 DES 2020 31 DES 2019 NAIK

(TURUN) % Belanja Modal Penambahan

Nilai Gedung dan Bangunan 260.880.000 307.156.000 (15,07) Jumlah Belanja Kotor 260.880.000 307.156.000 (15,07) Pengembalian Belanja Modal - - -

Jumlah Belanja 260.880.000 307.156.000 (15,07)

Realisasi Belanja Modal Gedung dan bangunan per 31 Desember 2020 berasal antara lain dari kegiatan

- Penambahan sekat ruang tata usaha untuk pengembangan gedung perkantoran senilai Rp68.613.000,00

- Pekerjaan renovasi toilet Ka. Balai, lab kayu, dan pagar tembok belakang kantor timur senilai Rp 192.267.000,00

B.5.3. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan

Realisasi Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan per 31 Desember 2020 dan 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp.0,00 dan Rp0,00. Pada tahun 2019 tidak terdapat realisasi Belanja Modal jalan, irigasi dan Jaringan.

Tabel 18

Perbandingan Realisasi Belanja Modal Jaringan 31 Desember 2020 dan 31 Desember 2019

URAIAN 31 DES 2020 31 DES 2019 NAIK

(TURUN) % Belanja Modal Jaringan 0 - 0,00

Pengembalian - - -

Jumlah Belanja 0 0 0,00

Gambar

Grafik 1 Komposisi Anggaran dan Realisasi Belanja
Tabel 28  Rincian Aset Tetap

Referensi

Dokumen terkait

Kolkhisin merupakan salah satu reagen untuk mutasi yang menyebabkan terjadinya poliploid dimana organisme memiliki tiga set atau lebih kromosom dalam sel-selnya, sedangkan sifat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di desa Badak Mekar Kecamatan Muara Badak tentang sarana dan prasarana kesehatan dibutuhkan biaya yang cukup

Pengaturan kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia juga dimaksudkan untuk lebihmengefektifkan pelaksanaan ketentuan dalamUndang-Undang

Promosi penjualan memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat digunakan pada tahap perkenalan (introduction), membujuk konsumen untuk melakukan tindakan pembelian,

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta Magelang Kampus Magelang Tahun 2020 ini telah disusun dan disajikan

Hasil pemeriksaan histopatologi pada ginjal tikus putih yang diberikan ekstrak pegagan tidak ditemukan adanya nekrosis dan degenerasi melemak baik pada palcebo maupun

!engerian 1ureta!e adalah cara atau usaha untuk mem"ersihkan sisa placenta 1ureta!e adalah cara atau usaha untuk mem"ersihkan sisa placenta  pada uterus untuk

Berbagai upaya dapat dilakukan sebagai jalan masuk untuk mengawali perbaikan mutu dan kinerja pelayanan, antara lain dengan menerapkan standar pelayanan klinis,