OVERVIEW
Pendahuluan
Rumusan Masalah Tujuan
Manfaat
Ruang Lingkup (Batasan dan Asumsi)
Tinjauan Pustaka Metodologi
Isi
Analisa
Kesimpulan dan Saran Rekomendasi Perbaikan
Proses Bisnis PT. PG Candi Baru Sidoarjo Struktur CIM PT. PG Candi Baru Sidoarjo Penilaian Kematangan Integrasi Manufaktur OEE
2
Latar Belakang
LATAR BELAKANG -1
GULA
Sumber : Sekretariat Dewan Gula Indonesia (2013)
0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000
200520062007
2008 2009 2010
2011 2012 2013
Produksi vs Konsumsi Gula di Indonesia
Produksi (ton) Konsumsi (ton)
REVITALISASI/
OTOMASI PABRIK
PT. PG Candi Baru lebih giat dalam melakukan perubahan
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
K ap as ita s ( TC D)
Tahun
Rencana Peningkatan Kapasitas PT. PG Candi Baru Sidoarjo
3
LATAR BELAKANG -2
PT. PG Candi Baru Sidoarjo
PERBAIKAN
Otomatisasi Mesin Pabrik
Meningkatkan sistem informasi
(upgrading)
4
Computer Integrated Manufacturing
(CIM)
LATAR BELAKANG -3
PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Belum
• Evaluasi Berdasarkan Kematangan Integrasi Manufaktur
• Kelebihan :
- Perusahaan dapat mengetahui tingkat kematangan integrasi manufaktur
- Terdapat indikator-indikator kematangan yang dapat
membantu perusahaan dalam melakukan perbaikan
Sudah
• Evaluasi terhadap Hasil Pencapaian (output)
• Melakukan perbaikan terhadap hasil evaluasi tersebut
√
5
CIM PERUSAHAAN BELUM MATANG
RUMUSAN MASALAH 6
TUJUAN
Menentukan tingkat kematangan integrasi manufaktur atau CIM PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Merumuskan poin-poin yang perlu diperbaiki oleh PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Merumuskan rekomendasi perbaikan terhadap poin-poin yang perlu diperbaiki kepada PT. PG Candi Baru Sidoajo
7
Tujuan 2 2
1 1
33
MANFAAT
Sebagai evaluasi terhadap CIM PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Sebagai rekomendasi perbaikan untuk CIM PT. PG Candi Baru Sidoarjo
8
Manfaat
RUANG LINGKUP
Data yang digunakan adalah data produksi PT.
PG Candi Baru Sidoarjo tahun 2013
Evaluasi kematangan integrasi manufaktur menggunakan sistem evaluasi kematangan integrasi manufaktur dari penelitian
Prasetyawan dkk. (2013)
Hasil dari penelitian ini hanya sampai pada tahap rekomendasi perbaikan
Tidak mempertimbangkan permasalahan bahan baku yang terjadi di industri gula Kebijakan serta sistem manufaktur objek amatan tidak mengalami perubahan saat dilakukannya penelitian ini
BATASAN ASUMSI
9
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Produksi
Sistem Manufaktur
Value Stream Mapping
(VSM) CIMOSA
KPI Manufaktur
Self Assesment Questionnaire
(SAQ)
Analytical Hierarchy
Process (AHP)
Evaluasi Sistem Manufaktur Terintegrasi
Komputer Industri Proses
CIM
Proses Bisnis
Penilaian Kematangan
Integrasi Sistem Manufaktur
Root Cause Analysis (RCA)
10
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Rekomendasi Perbaikan
(Visualisasi RCA)
METODOLOGI -1
1. Identifikasi sistem bisnis dan sistem integrasi manufaktur 2. Pengisian SAQ (penilaian
kualitatif)
3. Validasi Penilaian (penilaian kuantitatif)
1. Perhitungan nilai masing-masing kriteria (KPI)
2. Perhitungan nilai sistem 3. Perhitungan OEE
4. Pembuatan Grafik Kematangan Integrasi Manufaktur
Analisa (Metode 5 why)
1. Pencapaian kematangan masing-masing kriteria 2. Pencapaian kematangan sistem
3. Pencapaian OEE perusahaan
Kesimpulan dan Saran
Identifikasi Permasalahan
1. Identifikasi permasalahan dan 2. Merumuskan tujuan
penelitian
3. Studi literatur mengenai teori- teori yang melandasi
penelitian
4. Survey ke perusahaan
11
METODOLOGI -2
No. Target Februari Maret April Mei Juni Juli
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 Identifikasi Permasalahan
2 Pengumpulan dan Pengolahan Data 3 Analisa
4 Penyusunan Rekomendasi Perbaikan 5 Kesimpulan dan Saran
12
PT. PG Candi Baru Sidoarjo
• Status : Anak perusahaan dari PT. Rajawali Nusantara Indonesia yang bergerak di bidang Agro Industri
• Lokasi : Jl Raya Candi No. 10 Sidoarjo
• Kota : Sidoarjo - Jawa Timur
• Kode Pos : 61271
• Negara : Indonesia
• Telepon : +62 31 892 1003 - 4
• Fax : +62 31 892 1002
• Tahun Berdiri : 1832
• Produk : Gula jenis SHS 1A (gula kristal putih I)
• Produk Samping : tetes dan ampas
Sumber : Website resmi PT. PG Candi Baru Sidoarjo
13
CIMOSA PT. PG Candi Baru Sidoarjo
Set Direction Visi :
Menjadi Pabrik Gula Terefisien di Jawa Timur dengan kinerja terus meningkat
Misi :
Pertumbuhan, Tekad berbuat yang terbaik, Lebih mensejahterakan karyawan, Bermanfaat bagi masyarakat
Set Strategy
Memaksimalkan kapasitas giling, efisiensi biaya, memastikan jumlah tebu giling
Direct Business
Administrasi dan Keuangan, SDM dan Umum, Tanaman, Instalasi, Fabrikasi
Human Resources Terdapat evaluasi kinerja SDM,
upgrading , training, sistem pegawai tetap dan kontrak
Information Technology Terdapat sistem informasi bagian keuangan, tanaman,
gudang, SDM
Financial/ Accounting Pembuatan laporan keuangan
sekali dalam satu bulan dan laporan akhir sekali dalam masa
produksi, Terbuka dengan pemegang saham
Maintenance
Dilakukan pada masa giling (Predictive Maintenance dan beberapa stoppage planning)
dan masa tidak giling (Pembongkaran mesin total)
Manage Process
Support Process
Develop Product Mengemas produk dalam packaging 1 kg (retail) dan 50 kg
(curah)
Get Order
Kerja sama dengan anak perusahaan PT. RNI lainnya,
yakni PT. Nusindo
Fulfill Order
Kerja sama dengan Petani Tebu, sistem produksi 24 jam
Support Product Kemasan gula terbuat dari plastik (1 kg) dan karung (50 kg), adanya after sales service
Core Process
14
STRUKTUR ORGANISASI PT. PG Candi Baru Sidoarjo
DIREKTUR
KABAG. AK &
KEU
KEUANGAN
GUDANG MATERIAL
KASIR
GUDANG HASIL
PAJAK/AP
AKUTANSI
AKUTANSI
ATR
TIMBANGAN
I.T.
KABAG. SDM &
UMUM
SDM
PENGGAJIAN
KEPEGAWAIAN
POLIKLINIK
SMK3.
UMUM
SEKRETARIAT
KEAMANAN/
SATPAM
KENDARAAN
PROPER/
LINGKUNGAN
PENGADAAN
BANGUNAN
KABAG.
TANAMAN
RAYON I
SKW I
SKW II
SKW III
SKW IV
SKW V
RAYON II
SKW VI
SKW VII
SKW VIII
SKW IX
SKW X
KABAG.
FABRIKASI
PEMURNIAN/P TENGAH
PENGUAPAN
MASAKAN
PUTERAN
LABORATORIUM
KABAG.
INSTALASI
GILINGAN
KETEL KCC
BESALI
LISTRIK
POWER HOUSE
INSTRUMENTASI
15
VSM PT. PG Candi baru Sidoarjo
Petani Tebu
Lahan Tebu Sendiri
Pemerahan Tebu (Ekstraksi)
Pemurnian Nira Penguapan
(Evaporasi)
Kristalisasi/
Masakan dan Putaran
Pengeringan dan Pembungkusan
Konsumen Perusahaan/CV
Sistem Informasi dan Pengontrolan secara
manual Kontrol Produksi
Lelang Gula Petani
24 jam 4 jam
6 jam 1,25 jam
24,5 jam 1,5 jam
37,25 jam 0,25 jam
0,5 jam 0,167 jam
Waktu Proses = 92,25 jam Waktu Sistem = 95,521 jam 0,5 jam
2406 ton
2.392,99 ton 2.096,03 ton 403,1 ton 175,45 ton
166,29 ton Pengiriman
Harian
Rencana Harian Rencana Harian
Rapat Manajemen Kontrol Produksi
Request
Gula PG PT. Nusindo
FIF O
Request
Surat Perintah Angkut berdasar Kesepakatan Lelang
16
STRUKTUR CIM 17
Enterprise Level
Plant Level
Machine Level
Device Level
Administration &
Accounting
Manual Semi Automation Automation
Material Processing
Machine
Assembly &
Packaging Machine
Inspection Machine
Material Handling
Data Collection
Data Processing
Data Transfer Financial Planning
1. Cane Leveller 2. Cane Cutter 3. Unigrator
4. Juice Heater I dan II 5. Flash Tank 6 Single Tray Clarifier 7. Rotary Vacuum Filter 8. Pan Penguapan 1-5 9. Mesin Puteran C 1 dan 2 10. Mesin Puteran D1 1-3 11. Mesin Puteran D2 1-2 12. Mesin Puteran SHS 2 dan 3
1. Gilingan I-IV 2. Pan Masakan A 3. Pan Masakan C 4. Pan Masakan D 5. Mesin Puteran A 1 6. Boiler
1.Mesin Puteran A 2 dan 3
2. Mesin Puteran SHS 1
3. Pengemasan
Piping
Cane Carrier I dan II Meja
Tebu 1 dan 2
Telepon HT Printer Kamera
CD/DVD
Checksheet Buku USB Komputer
Komputer
Intranet Production Planning
& Control Human Resources
Planning
Raw Material Resources Planning
Cell Controller : 1. Pengaturan Boiler 2. Pengaturan Turbin
Conveyor Pengemasan Travelling
Cane
Sensor :
Berat, cahaya, suhu, tekanan
DCS Cane Elevator Pompa
Internet
Facilities Planning
PENILAIAN KEMATANGAN INTEGRASI MANUFAKTUR
Actual Time vs Downtime
Utilized Time vs Unutilized
Time Rejection
Case by Quality Control
Rejection Case by Customer
Valued Man Hours
vs Unvalued Man Hours Actual Time
vs Teoritical
Time
Kriteria Penilaian
Biaya
Produktivitas
Delivery &
Transfer
Safety Moral
Kualitas
18
Self Assessment Questionnaire (SAQ)
Kriteria : Produktifitas
Subkriteria : Operation Time vs Down Time Validator Kualitatif :
No. INDIKATOR Yes No VALIDATION
1 Kapabilitas mesin produksi (prosentase operation time
>80%) √
2 Kemampuan teknologi untuk mengidentifikasi penyebab downtime
√ 3 Upaya dari pihak manajemen
untuk menimimumkan downtime
√ 4 Terdapat jadwal rutin
maintenance mesin produksi √ 5 Record dan dokumentasi
terjadi kerusakan pada mesin √ ...
15 Downtime mesin selama ini mempengaruhi finansial
perusahaan √
Tingkat Pencapaian Kualitatif
Validator Kuantitatif :
No Bulan Downtime Availability
Rate
1 Januari
2 Februari
3 Maret
4 April
5 Mei
Tingkat Pencapaian Kuantitatif Pencapaian Sub Kriteria
19
• Self Assessment
Questionnaire (SAQ) adalah salah satu model penilaian kinerja perusahaan/organisasi berupa kuisioner
• SAQ ditujukan untuk
mengetahui adanya gap yang terjadi antara aplikasi di
lapangan dengan standar prosedur yang ada
(Prasetyawan, Wibowo, &
Cholifah, 2013)
menghasilkan :
Pencapaian Kualitatif
Pencapaian
Kualitatif Total Indikator 1 nilai Jumlah
menghasilkan :
Pencapaian Kuantitatif
HASIL SAQ UNTUK SETIAP KRITERIA
No. Kriteria Subkriteria Pencapaian
Kualitatif
Pencapaian Kuantitatif
Pencapaian Kriteria 1 Produktifitas 1 Operation Time vs Down
Time 66,67% 98,97% 82,82%
2 Produktifitas 2 Actual Time vs Teoritical
Time 65,63% 82,97% 74,30%
3 Produktifitas 3 Utilized Time vs
Unutilized Time 40,00% N/A 40,00%
4 Produktifitas 4 Valued Man Hours vs
Unvalued Man Hours 62,50% N/A 62,50%
5 Kualitas 1 Rejection Case by Quality
Control 85,71% 99,9954% 92,85%
6 Kualitas 2 Rejection Case by
Customer 91,67% 100,00% 95,83%
7 Biaya - 94,74% N/A 94,74%
8 Delivery &
Transfer - 90,00% N/A 90,00%
9 Safety - 44,44% N/A 44,44%
10 Moral - 90,91% N/A 90,91%
20
2
f Kuantitati Pencapaian
Kualitatif Pencapaian
PERHITUNGAN NILAI KEMATANGAN SISTEM 21
No. Kriteria Subkriteria Pencapaian
Kriteria Bobot
Kontribusi Kematangan 1 Produktifitas 1 Operation Time vs Down
Time 82,82%
2 Produktifitas 2 Actual Time vs Teoritical
Time 74,30%
3 Produktifitas 3 Utilized Time vs Unutilized
Time 40,00%
4 Produktifitas 4 Valued Man Hours vs
Unvalued Man Hours 62,50%
5 Kualitas 1 Rejection Case by Quality
Control 92,85%
6 Kualitas 2 Rejection Case by Customer 95,83%
7 Biaya - 94,74%
8 Delivery &
Transfer - 90,00%
9 Safety - 44,44%
10 Moral - 90,91%
Total Pencapaian Kematangan Level Kematangan
AHP Pencapaian Kriteria × Bobot
No. Level Kematangan
Prosentase Kematangan
1 1 0 % - 16%
2 2 17 % - 32 %
3 3 33 % - 49 %
4 4 50 % - 66 %
5 5 67 % - 83 %
6 6 84 % - 100 %
Skala Kematangan
PEMBOBOTAN MENGGUNAKAN AHP -1
Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah pendekatan sistematis untuk menstrukturkan pengalaman, intuisi, dan pengambilan keputusan berdasarkan heuristik, ke dalam sebuah metodologi yang terdefinisi dengan baik atas dasar prinsip-prinsip yang terdengar matematis (Bhushan & Rai, 2004). AHP ini membantu dalam menstrukturkan kompleksitas, pengukuran dan sintesis dari perankingan
1. P engisian kuisioner pembobotan
Subkriteria Subkriteria
Operation Time
vs Down Time 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Actual Time vs Teoritical
Time
Operation Time
vs Down Time 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Utilized Time vs Unutilized
Time
Operation Time
vs Down Time 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Valued Man Hours vs Unvalued Man
Hours Actual Time vs
Teoritical Time 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Utilized Time vs Unutilized
Time
Actual Time vs
Teoritical Time 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Valued Man Hours vs Unvalued Man
Hours Utilized Time
vs Unutilized Time
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Valued Man Hours vs Unvalued Man
Hours Bobot
Pembobotan antar Kriteria Pembobotan antar Subkriteria Produktivitas Pembobotan antar Subkriteria Kualitas
22
PEMBOBOTAN MENGGUNAKAN AHP -2
2. P engolahan menggunakan software Expert Choice
Pembobotan antar Kriteria Pembobotan antar Subkriteria Produktivitas
Pembobotan antar Subkriteria Kualitas
23
PEMBOBOTAN MENGGUNAKAN AHP -3
No. Kriteria Bobot
Kriteria Subkriteria Bobot
Subkriteria Bobot 1 Produktivitas 0,291 Operation Time vs Down Time 0,562 0,163542
Actual Time vs Teoritical Time 0,065 0,018915 Utilized Time vs Unutilized Time 0,114 0,033174 Valued Man Hours vs Unvalued Man
Hours 0,259 0,075369
2 Kualitas 0,249 Rejection Case by Quality Control 0,875 0,217875
Rejection Case by Customer 0,125 0,031125
3 Biaya 0,195 - - 0,195
4 Delivery &
Transfer 0,039 - - 0,039
5 Safety 0,106 - - 0,106
6 Moral 0,120 - - 0,12
TOTAL 1 TOTAL 1
3. M erekap hasil pengolahan ke dalam tabel
24
PERHITUNGAN NILAI KEMATANGAN SISTEM
No. Kriteria Subkriteria
Pencapaian
Kriteria Bobot
Kontribusi Kematangan
(a) (b) (a) × (b)
1 Produktifitas 1 Operation Time vs
Down Time 82,82% 0,16354 13,54%
2 Produktifitas 2 Actual Time vs
Teoritical Time 74,30% 0,01892 1,41%
3 Produktifitas 3 Utilized Time vs
Unutilized Time 40,00% 0,03317 1,33%
4 Produktifitas 4
Valued Man Hours vs Unvalued Man
Hours
62,50% 0,07537 4,71%
5 Kualitas 1 Rejection Case by
Quality Control 92,85% 0,21788 20,23%
6 Kualitas 2 Rejection Case by
Customer 95,83% 0,03113 2,98%
7 Biaya - 94,74% 0,195 18,47%
8 Delivery &
Transfer - 90,00% 0,039 3,51%
9 Safety - 44,44% 0,106 4,71%
10 Moral - 90,91% 0,12 10,91%
Total Pencapaian Kematangan 81,80%
Level Kematangan Level 5
1. Efektif, pendekatan sistematis, dan
responsif terhadap keseluruhan hingga di luar item persyaratan pada KPI
2. Pendekatan tersebar dengan baik, tidak ada gap yang signifikan
3. Pendekatan sistematik untuk
mengevaluasi dan improvement serta pembelajaran organisasi, termasuk inovasi menjadi tools kunci manajemen, perbaikan terihat jelas sebagai hasil dari analisis dan sharing level organisasi 4. Terintegrasi sesuai dengan kebutuhan
organisasi sekarang dan masa depan teridentifikasi melalui respon terhadap Profil Organisasi dan item lainnya
5. Sistem informasi sudah berkembang, penggunaan komputer pada beberapa mesin semi automated dan fully
automated, plant level
25
PERHITUNGAN OEE
No. Periode Availability
Rate Performance Quality
Rate OEE
1 I (22 Mei - 15 Juni) 100,00% 50,38% 100% 50,38%
2 II (16 Juni - 30 Juni) 99,61% 62,83% 100% 62,58%
3 III (1 Juli - 15 Juli) 98,47% 69,85% 100% 68,78%
4 IV (16 Juli - 31 Juli) 99,44% 75,92% 100% 75,49%
5 V (1 Agustus - 31 Agustus) 99,41% 77,88% 100% 77,42%
6 VI (1 September - 15 September) 98,00% 86,57% 99,972% 84,82%
7 VII (16 September - 30 September) 97,89% 94,12% 100% 92,13%
8 VIII (1 Oktober - 14 Oktober) 99,75% 95,30% 100% 95,06%
9 IX (17 Oktober - 31 Oktober) 95,04% 100,00% 100% 95,04%
10 X (1 November - 15 November) 100% 99,40% 100% 99,40%
11 XI (16 November - 30 November) 100% 98,52% 99,972% 98,50%
12 XII (1 Desember - 24 Desember) 100% 84,82% 100% 84,82%
Rata-rata OEE 82,04%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
OE E
Periode
Pencapaian OEE Tahun 2013
Pencapaian OEE World Class Standar dari OEE
Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah rasio waktu produktif dan waktu produksi yang direncanakan (Vorne, 2012). OEE berguna untuk mengukur persentase waktu produksi terencana yang benar-benar produktif (Vorne, 2013).
26
RENDAHNYA PERFORMANCE PERUSAHAAN 27
Permasalahan : Why 1 Why 2 Why 3 Why 4 Why 5
Kualitas tebu
rendah Kadar gula
dalam tebu rendah/
rendemennya rendah
Banyaknya air yang diserap oleh tebu
Turunnya hujan
Performansi
mesin rendah Mesin masih dalam tahap penyesuaian untuk beroperasi Rendahnya
performance
perusahaan
PENCAPAIAN KEMATANGAN KRITERIA
No. Kriteria Subkriteria Pencapaian Kriteria
Level Kematangan 1 Produktifitas 1 Operation Time vs
Down Time 82,82% Level 5
2 Produktifitas 2 Actual Time vs
Teoritical Time 74,30% Level 5 3 Produktifitas 3 Utilized Time vs
Unutilized Time 40,00% Level 3
4 Produktifitas 4
Valued Man Hours vs Unvalued Man
Hours
62,50% Level 4
5 Kualitas 1 Rejection Case by
Quality Control 92,85% Level 6 6 Kualitas 2 Rejection Case by
Customer 95,83% Level 6
7 Biaya - 94,74% Level 6
8 Delivery & Transfer - 90,00% Level 6
9 Safety - 44,44% Level 3
10 Moral - 90,91% Level 6
82.82%
74.30%
40,00%
62.50%
92.85% 95.83% 94.74% 90.00%
44.44%
90.91%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Grafik Pencapaian Kematangan Masing-masing Kriteria Penilaian Kematangan Integrasi Manufaktur PT. PG Candi
Baru Sidoarjo
28
BANYAKNYA PERBAIKAN 29
No. Kriteria Subkriteria Pencapaian
Kriteria
Level Kematangan
Banyak Perbaikan menuju Level 6
Banyaknya Perbaikan untuk Pencapaian Maksimum 1 Produktifitas 1 Operation Time vs
Down Time 82,82% Level 5 1 7
2 Produktifitas 2 Actual Time vs
Teoritical Time 74,30% Level 5 4 12
3 Produktifitas 3 Utilized Time vs
Unutilized Time 40,00% Level 3 7 9
4 Produktifitas 4 Valued Man Hours vs
Unvalued Man Hours 62,50% Level 4 7 6
5 Kualitas 1 Rejection Case by
Quality Control 92,85% Level 6 - 3
6 Kualitas 2 Rejection Case by
Customer 95,83% Level 6 - 1
7 Biaya - 94,74% Level 6 - 1
8 Delivery & Transfer - 90,00% Level 6 - 1
9 Safety - 44,44% Level 3 4 5
10 Moral - 90,91% Level 6 - 1
23 46
ANALISA PENCAPAIAN -1 30
RCA untuk Pencapaian Kematangan Integrasi Manufaktur PT. PG Candi
Baru Sidoarjo
Permasalahan : Why 1 Why 2 Why 3 Why 4 Why 5 Why 6 Why 7 Why 8 Why 9 Why 10 Why 11 Why 12 Why 13
Indikator 2 belum tercapai Kurangnya penerapan teknologi yang dapat mengidentifikasi downtime
Terkendalanya rencana untuk lebih banyak menerapkan teknologi untuk mengidentifikasi downtime
Keterbatasan dana
Belum adanya dokumentasi
terhadap kerusakan mesin Tidak sempat melakukan Terburu-buru dalam melakukan maintenance
Meminimalkan waktu downtime Meminimalisir kemoloran proses
produksi Meminimalisir penambahan biaya
operasional Mengurangi HPP Memperbesar laba atau
keuntungan perusahaan Record penyebab kerusakan
mesin masih manual Kemudahan dalam melakukan pencatatan (record ) Kurangnya kemampuan karyawan
dalam mengoperasikan komputer Operator mesin dinilai masih dapat menangani permasalahan yang terjadi
Kerusakan yang muncul pada beberapa mesin dinilai masih ringan Efisiensi tenaga kerja Meminimalisir penambahan biaya
operasional Mengurangi HPP Memperbesar laba atau
keuntungan perusahaan
Kurangnya pemasukan tebu Keterlambatan datangnya tebuPengangkutan tebu memakan waktu lama Alat transportasi tidak bisa masuk
lahan Tanah menjadi berlumpur Turunnya hujan
Adanya downtime terencana Adanya downtime tidak
terencana Beberapa mesin mengalami
kerusakan tiba-tiba Mesin mengalami keausan Terkena cairan tebu yang bersifat asam (PH di bawah 5) Pemadaman listrik oleh PLN
Indikator 15 belum tercapai Downtime mesin mempengaruhi finansial perusahaan
Downtime menambah biaya operasional
Downtime membuat molornya proses produksi
Downtime membuat waktu operasi terbuang
Terhentinya proses produksi Adanya downtime terencana Adanya downtime tidak
terencana Beberapa mesin mengalami
kerusakan tiba-tiba Mesin mengalami keausan Terkena cairan tebu yang bersifat asam (PH di bawah 5) Pemasukan tebu kurang Keterlambatan datangnya bahan
baku (tebu) Pengangkutan tebu memakan
waktu lama transportasi tidak bisa masuk lahan Tanah menjadi berlumpur Adanya downtime terencana
Adanya downtime tidak
terencana Beberapa mesin mengalami
kerusakan tiba-tiba Mesin mengalami keausan Terkena cairan tebu yang bersifat asam (PH di bawah 5) Pemadaman listrik oleh PLN
Pemasukan tebu kurang Keterlambatan datangnya bahan
baku (tebu) Pengangkutan tebu memakan
waktu lama transportasi tidak bisa masuk lahan Tanah menjadi berlumpur Turunnya hujan Adanya downtime terencana
Adanya downtime tidak
terencana Beberapa mesin mengalami
kerusakan tiba-tiba Mesin mengalami keausan Terkena cairan tebu yang bersifat asam (PH di bawah 5) Pemadaman listrik oleh PLN
Indikator 4 belum tercapai Belum adanya interface pemantauan proses produksi Belum ada perencanaan untuk
membuat interface Keterbatasan dana Indikator 6 belum tercapai Belum adanya perhitungan
performance mesin Fokus perusahaan hanya jumlah output yang dihasilkan
Adanya target produksi Kemudahan dalam menggunakan cara lain (nomer induk) Kurangnya kemampuan
stockholder (petani, supir truk, dan karyawan) dalam menggunakannya Belum ada perencanaan untuk penerapan barcode identifierKeterbatasan dana Jauh dari ladang tebu
Belum terealisasinya perencanaan untuk mengotomasi mesin Keterbatasan dana SDM masih belum memadai Indikator 10 belum tercapai Belum adanya teknik pengukuran
waktu teoritis Kurangnya SDM dalam
melakukan pengukuran Keterbatasan dana Indikator 11 belum tercapai Belum adanya evaluasi terhadap
waktu teori dan aktual dengan simulasi
Kemudahan dalam menggunakan cara seperti pengkajian SDM masih belum memadai
Pemasukan tebu kurang Keterlambatan datangnya bahan
baku (tebu) Pengangkutan tebu memakan
waktu lama transportasi tidak bisa masuk lahan Tanah menjadi berlumpur Turunnya hujan Adanya downtime terencana
Adanya downtime tidak
terencana Beberapa mesin mengalami
kerusakan tiba-tiba Mesin mengalami keausan Terkena cairan tebu yang bersifat asam (PH di bawah 5) Pemadaman listrik oleh PLN
Indikator 18 belum tercapai Aktivitas operator belum sesuai dengan waktu teori yang direncanakan
Masih ditemukan waktu idle Belum ada rincian waktu kerja untuk operator Belum ada pengukuran waktu
kerja Kurangnya SDM dalam
melakukan pengukuran waktu kerja
Keterbatasan dana Indikator 27 belum tercapai Penanaman waktu terhadap
pegawai untuk mencapai waktu teori masih kurang
Penanaman waktu hanya sampai
pada mandor Mandor bertanggung jawab
kepada keseluruhan sistem di stasiun Kualitas tebu rendah Kadar gula dalam tebu rendah/
rendemennya rendah Banyaknya air yang diserap oleh tebu
Turunnya hujan Performansi mesin rendah Mesin masih dalam tahap
penyesuaian untuk beroperasi Indikator 1 belum tercapai Belum menyeluruhnya
pemberhentian mesin secara rutin saat masa giling
Meminimalkan waktu downtime Meminimalisir kemoloran proses
produksi Meminimalisir penambahan biaya
operasional Mengurangi HPP Memperbesar laba atau
keuntungan perusahaan Indikator 2 belum tercapai Adanya pemberhentian mesin yang
tidak sesuai rencana Beberapa mesin mengalami
kerusakan tiba-tiba Mesin mengalami keausan Terkena cairan tebu yang bersifat asam (PH di bawah 5) Re-layout membutuhkan waktu
yang cukup lama Adanya perencanaan dalam re- layout
Ukuran mesin yang sangat besar Keterbatasan lahan untuk re-
layout Keterbatasan dana Indikator 8 belum tercapai Jadwal produksi masih belum
dapat memaksimalkan utilitas Jadwal produksi didasarkan pada
kapasitas mesin terendah Adanya variansi kapasitas mesin Adanya investasi mesin pada waktu yang berbeda-beda Perencanaan investasi tidak
terstruktur dengan baik Keterbatasan dana Keterbatasan dana
Lamanya perijinan dalam melakukan pengembangan produkAlur birokrasi yang panjang dari
BUMN Lamanya pengujian produk ke konsumen Tidak tersalurkannya informasi dari shift yang satu ke shift selanjutnya
Belum ada alur ataupun media dalam penyampaian informasi Keterbatasan dana Lamanya perijinan atas pengadaan Alur birokrasi yang panjang dari
BUMN Tidak semua memiliki kepentingan yang sangat tinggi dalam proses produksi SDM masih belum memadai Variansi produk rendah (produk yang dihasilkan hanya 1 jenis) SDM masih belum memadai Perencanaan investasi tidak terstruktur dengan baik Keterbatasan dana Indikator 14 belum tercapai Utilisasi mesin kurang dari 80%Jadwal produksi masih belum
dapat memaksimalkan utilitas Jadwal produksi didasarkan pada
kapasitas mesin terendah Adanya variansi kapasitas mesin Adanya investasi mesin pada waktu yang berbeda-beda Perencanaan investasi tidak
terstruktur dengan baik Keterbatasan dana Indikator 1 belum tercapai Masih ditemukan waktu idle pada
operator Belum ada rincian waktu kerja
untuk operator Belum ada pengukuran waktu
kerja Kurangnya SDM dalam
melakukan pengukuran waktu kerja
Keterbatasan dana Belum ada perencanaan untuk
investasi cell controller Keterbatasan dana SDM kurang memadai Indikator 7 belum tercapai Belum adanya penilaian efektivitas
operator memanfaatkan waktu kerjanya
Kurangnya SDM dalam melakukan penilaian Keterbatasan dana Indikator 8 belum tercapai Tidak semua operator memiliki
kemudahan dalam melakukan movement
Ada beberapa mesin di lantai produksi yang masih terlalu berdekatan
Belum ada perencanaan untuk melakukan re-layout Keterbatasan biaya dalam
melakukan re-layout Indikator 10 belum tercapai Aktivitas pendokumentasian belum
seluruhnya secara otomatis Kurangnya alat untuk mendokumentasikan secara otomatis
Belum ada perencanaan untuk
investasi Keterbatasan dana
Indikator 13 belum tercapai Belum adanya rincian kerja mengenai berapa lama bekeja Belum ada pengukuran waktu
kerja Kurangnya SDM dalam
melakukan pengukuran waktu kerja
Keterbatasan dana Indikator 4 belum tercapai Operator tidak memiliki
kemampuan dalam menemukan penyebab reject
Belum adanya pelatihan atau penjelasan mengenai penyebab reject Indikator 5 belum tercapai Belum adanya dokumentasi
terhadap reject Belum menjadi salah satu fokus
dalam penanganan reject Tidak sempat melakukan Terburu-buru dalam melakukan pengolahan produk kembali Kondisi produk reject akan
semakin memburuk bila dibiarkan semakin lama Pencapaian kuantitatif Subkriteria
Rejection Case by Quality Control Kriteria Kualitas adalah 99,9954%
Belum maksimalnya pencapaian Quality Rate rata-rata perusahaan
Terdapat dua periode yang belum maksimal pencapaian Quality Rate-nya
Ditemukan produk reject (kondisi produk adalah sedikit basah, bukan kering)
Belum sesuainya pengaturan mesin mengenai takaran bahan pelengkap
Adanya sedikit kerusakan pada mesin Adanya kecemasan bahwa
konsumen atau petani tebu tidak bisa mendapatkan informasi
Kurangnya kemampuan petani tebu dalam menggunakan media informasi tersebut Belum ada perencanaan untuk membuat media informasi Keterbatasan dana
Pemasukan tebu kurang Keterlambatan datangnya bahan baku (tebu)
Pengangkutan tebu memakan waktu lama
transportasi tidak bisa masuk lahan Tanah menjadi berlumpur Turunnya hujan Adanya downtime terencana
Adanya downtime tidak
terencana Beberapa mesin mengalami
kerusakan tiba-tiba Mesin mengalami keausan Terkena cairan tebu yang bersifat asam (PH di bawah 5) Pemadaman listrik oleh PLN
Konsumen tidak mengambil produk dalam batas waktu yang ditentukan
Harga produk rendah di pasaran Kemampuan warehouse terbatas Kurangnya ketersediaan APDKeterbatasan dana Kurangnya kesadaran karyawan akan K3
Training K3 masih belum seluruhnya diberikan kepada karyawan
Belum adanya perencanaan penjadwalan training K3 Belum adanya orang khusus
menangani K3 Keterbatasan dana
Tindakan perbaikan atas kecelakaan yang terjadi pada masa lampau belum dilakukan
Belum adanya orang khusus
menangani K3 Keterbatasan dana
Tanda K3 masih jarang ditemukan di perusahaan
Belum adanya analisa mengenai kondisi kerja
Belum adanya orang khusus menangani K3
Keterbatasan dana Belum adanya manajemen resiko
terhadap kecelakaan kerja Belum adanya orang khusus
menangani K3 Keterbatasan dana
Indikator 2 belum tercapai Kurangnya ketersediaan APDKeterbatasan dana Indikator 3 belum tercapai Kurang sesuainya kondisi kerja
dengan manajemen K3 yang diberlakukan
Belum adanya analisa mengenai kondisi kerja Belum adanya orang khusus
menangani K3 Keterbatasan dana
Indikator 4 belum tercapai Perbaikan masih belum dilakukan Belum adanya orang khusus
menangani K3 Keterbatasan dana
Indikator 6 belum tercapai Training K3 masih belum menyeluruh diberikan kepada karyawan
Belum adanya perencanaan penjadwalan training K3
Belum adanya orang khusus menangani K3
Keterbatasan dana Keterbatasan dana
Lamanya perijinan atas improvement yang dilakukanAlur birokrasi yang panjang dari
BUMN Belum adanya bagian yang secara khusus menangani pengembangan perusahaan
Keterbatasan dana Kurang maksimalnya
pencapaian kematangan integrasi manufaktur dari PT.
PG Candi Baru Sidoarjo
Indikator 9 belum tercapai Pencapaian Kriteria Moral adalah 90,91%
Pencapaian Kriteria Safety adalah 44,44%
Pencapaian Subkriteria Valued Man Hours vs Unvalued Man Hours Kriteria Produktivitas adalah 62,50%
Kemoloran proses produksi
Indikator 1 belum tercapai Indikator 7 belum tercapai Pencapaian Kriteria Delivery &
Transfer adalah 90%
Pencapaian kualitatif Operation Time vs Down Time Kriteria Produktivitas adalah 66,67%
Organisasi masih kurang dapat menerima improvement Kecelakaan masih terjadi di setiap masa giling
Adanya waktu operasi yang terbuang
Kemoloran proses produksi Proses produksi terhenti Fleksibilitas lini produksi rendah
Indikator 16 belum tercapai
Mesin ada yang masih belum otomatis Indikator 9 belum tercapai
Rencana waktu penyelesaian order produksi tidak sesuai dengan rencana Pencapaian Subkriteria
Operation Time vs Down Time Kriteria Produktivitas adalah 82,82%
Pencapaian kuantitatif Operation Time vs Down Time Kriteria Produktivitas adalah 98,97%
8 dari 12 periode memiliki availability rate yang tidak maksimum Availability Rate rata-rata adalah 98,97%
Adanya ketidak sesuaian antara
penjualan dengan forecast Proses produksi terhenti
Indikator 12 belum tercapai
Adanya downtime Penanganan downtime masih
belum seluruhnya ditangani oleh operator maintenance Indikator 11 belum tercapai Indikator 5 belum tercapai
Belum seimbangnya warehouse barang jadi dengan pengiriman/
pemesanan Indikator 7 belum tercapai Pencapaian Kriteria Biaya adalah
94,74% HPP mengalami peningkatan Meningkatnya biaya operasional
Pencapaian Subkriteria Utilized Time vs Unutilized Time Kriteria Produktivitas adalah 40,00%
Kurangnya penggunaan current technology dalam proses integrasi produksi Indikator 13 belum tercapai
Belum digunakannya software untuk production planning
Adanya downtime Pencapaian kualitatif Subkriteria
Rejection Case by Customer
Kriteria Kualitas adalah 91,67%Indikator 5 belum tercapai Belum adanya media informasi dengan pihak eksternal Kurangnya cell controller Indikator 6 belum tercapai
Pencapaian kualitatif Subkriteria Rejection Case by Quality Control Kriteria Kualitas adalah 85,71%
Pencapaian Subkriteria Rejection Case by Quality Control Kriteria Kualitas adalah 92,85%
Indikator 1 belum tercapai
Belum diimplementasi-kannya barcode identifier Indikator 8 belum tercapai Indikator 2 belum tercapai
Indikator 12 belum tercapai Terjadinya bias informasi pada saat berlangsungnya produksi Tidak semua memiliki alat
komunikasi HT Indikator 11 belum tercapai
Lamanya waktu untuk pengembangan produk Indikator 9 belum tercapai Indikator 4 belum tercapai
Proses produksi terhenti Adanya waktu operasi yang terbuang
Rendahnya performance perusahaan
Availabilitas mesin masih kurang maksimal
Pencapaian Subkriteria Actual Time vs Teoritical Time Kriteria Produktivitas adalah 74,30%
Pencapaian kuantitatif Actual Time vs Teoritical Time Kriteria Produktivitas adalah 82,97%
Performance Rate 8 dari 12 periode masih belum maksimum Pencapaian kualitatif Actual Time vs Teoritical Time Kriteria Produktivitas adalah 65,63%
Kemoloran proses produksi
Adanya downtime
Proses produksi terhenti
Adanya downtime Downtime
Adanya downtime Sistem tidak stabil
Kemoloran proses produksi Desain pabrik belum efektif untuk mempersingkat waktu aktual
ANALISA PENCAPAIAN -2
Terdapat 46 poin-poin yang perlu diperbaiki
46 poin tersebut merujuk pada 23 akar permasalahan
1. Mandor bertanggung jawab terhadap suatu stasiun 2. Belum adanya alur atau media penyampaian
informasi
3. Tidak semua karyawan memiliki kepentingan yang tinggi atau ikut andil selalu dalam
4. Alur birokrasi yang panjang dari BUMN 5. Lamanya pengujian produk ke konsumen 6. Besarnya ukuran mesin proses produksi 7. Keterbatasan lahan
8. Keterbatasan dana
9. Kurangnya kemampuan stakeholder terkait (karyawan, konsumen, atau supplier)
10. Ladang tebu yang semakin jauh dari perusahaan 11. Adanya upaya untuk meningkatkan laba
12. Kerusakan mesin yang masih ringan 13. Adanya target produksi
14. Mesin dalam tahap penyesuaian 15. Turunnya hujan
16. Pemadaman listrik oleh PLN
17. Terkena cairan tebu yang bersifat asam 18. Adanya downtime terencana
19. Kerusakan mesin
20. Semakin lama kondisi produk reject semakin bertambah memburuk
21. Belum ada penjelasan tentang penyebab reject 22. Kemampuan warehouse terbatas
23. Harga produk rendah di pasaran
31
Kurangnya Teknologi untuk mengidentifikasi downtime
Keterbatasan Dana
Belum adanya dokumentasi kerusakan mesin
Tidak sempat melakukan Terburu-buru melakukan maintenance
Minimalisir waktu downtime molornya waktu Minimalisir
produksi Minimalisir biaya operasional
Mengurangi HPP Record kerusakan
masih manual Kemudahan
dalam melakukan
Kurangnya kemampuan SDM
yang terkait
Kerusakan belum seluruhnya ditangani operator
maintenance Operator mesin masih dapat menangani
Kerusakan masih ringan Efisiensi tenaga
kerja
Meningkatkkan laba
Ketidak sesuaian penjualan dan forecast
Adanya waktu operasi yang terbuang
Proses produksi
terhenti Kurangnya
pemasukan tebu
Adanya downtime
Pemadaman listrik oleh PLN Keterlambatan
kedatangan tebu
Downtime terencana Downtime tidak terencana
Lamanya waktu pengangkutan
Beberapa mesin rusak tiba-tiba Alat transportasi tidak bisa masuk lahan
Tanahnya
berlumpur Turunnya hujan
Mesin aus tebu yang bersifat Terkena cairan asam Downtime mesin
mempengaruhi perusahaanfinansial Biaya operasional bertambah
Availabilitas mesin masih kurang maksimal Rendahnya performansi perusahaan
Performansi mesin rendah
Rendahnya kualitas tebu
Kadar gula dalam tebu (rendemen) rendah
Mesin dalam tahap penyesuaian
Banyaknya air yang diserap tebu
Kemoloran proses produksi
Sistem tidak stabil Interface untuk memonitor proses produksi itu belum ada
Belum ada perhitungan performansi
Fokus perusahaan adalah output
Ada target produksi Implementasi
barcode identifier masih belum dilakukan
Desain pabrik belum efektif mempersingkat waktu aktual
Jauh dari ladang tebu Mesin
mayoritas belum otomatis
Belum ada pengukuran waktu kerja
Kurangnya SDM dalam melakukan hal itu
Evaluasi waktu proses produksi tidak dilakukan dengan simulasi
Rencana waktu penyelesaian order tidak sama dengan rencana Aktivitas operator belum sesuai dengan waktu yang direncanakan
Masih ditemukan waktu idle Belum ada rincian waktu kerja Penanaman waktu masih kurang
Penanaman waktu hanya sampai pada mandor
Mandor bertanggung jawab pada stasiun terkait
Belum seluruh mesin yang diberhentikan rutin Fleksibilitas lini itu rendah
Re-layout membutuhkan waktu lama
Keterbatasan lahan Adanya
perencanaan re-layout
Ukuran mesin yang besar
Jadwal produksi belum memaksimalkan utilitas
Dasar jadwal produksi adalah kapasitas terkecil
Variansi kapasitas mesin
Waktu investasi yang berbeda- beda Utilitas mesin
kurang dari 80%
Kurangnya current technology dalam integrasi produksi Belum menggunakan software untuk rencana produksi Variansi produk
rendah Lamanya waktu pengembangan produk
Lamanya pengujian produk ke konsumen Lamanya
perijinan yang panjang dari Alur birokrasi BUMN Terjadinya bias
informasi saat produksi Tidak tersalurkannya informasi antar shift Tidak semua karyawan memiliki alat komunikasi HT
Belum ada alur/
media penyampaian informasi
Tidak semua memiliki kepentingan tinggi
Belum ada teknik pengukuran waktu teoritis
Kurangnya cell controller Tidak semua operator bebas bergerak
Beberapa mesin terlalu berdekatan
Pendokumentasian produksi belum seluruhnya otomatis
Kurangnya alat untuk dokumentasi otomatis
Pencapaian Rejection Case by Quality Control belum maksimal
Belum maksimalnya quality rate rata-rata
Quality rate 2 periode belum maksimal
Adanya produk cacat mesin belum Pengaturan
sesuai standar Kerusakan mesin
Belum adanya media informasi dengan pihak eksternal
Adanya kecemasan informasi tidak sampai
HPP mengalami kenaikan
Belum seimbangnya warehouse dengan pengiriman
Kemampuan warehouse terbatas
Konsumen tidak mengambil produk
Harga produk rendah di pasaran Belum seluruh
karyawan ikut training K3 Belum ada perencanaan penjadwalan Perbaikan dalam
K3 belum dilakukan
Kurang sesuainya kondisi kerja dengan manajemen K3
Analisa seluruh kondisi kerja belum secara mendalam Kurangnya ketersediaan APD
Kecelakan masih terjadi di setiap masa giling
Kesadaran karyawan akan K3 itu kurang Tanda K3 masih jarang ditemukan Belum adanya manajemen resiko K3
Operator tidak punya kemampuan penyebab rejectmenemukan
Belum ada penjelasan tentang penyebab reject Belum ada
dokumentasi reject
Lama-lama Kondisi produk reject semakin bertambah memburuk Belum menjadi fokus dalam
penanganan reject
Tidak Sempat melakukan
Terburu-buru melakukan pengolahan kembali Organisasi masih
kurang dapat menerima improvement bagian khusus pengembangan Belum ada
perusahaan
Realisasi rencana sulit dilakukan
Belum ada perencanaan Perencanaan tidak terstruktur dengan baik