• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, strategi pembangunan yang diprioritaskan pada pada pemerataan hasil – hasil pembangunan dimulai sejak PELITA III. Strategi ini ditempatkan sebagai prioritas pertama dari trilogy pembangunan dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia harus dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan hasil – hasil yang dicapai harus dapat dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat Indonesia. Tujuan tersebut ditetapkan berkaitan dengan semakin timpangnya distribusi pendapatan penduduk pada periode pembangunan sebelumnya yang menempatkan prioritas pertama pada pertumbuhan dan mengakibatkan kesenjangan baik kesenjangan antar sektor maupun kesenjangan antar manusia (Marwanti, 2004).

Meningkatnya pendapatan penduduk sebagai salah satu indikator kesejahteraan seringkali dijadikan sebagai sasaran akhir pembangunan nasional suatu negara. Dalam kajian struktur pendapatan, pemilahan atau pembagian sumber pendapatan rumahtangga menurut sektor dan sub-sektor bermanfaat untuk memahami potensi dan arah kebijakan pengembangan bagi sektor dan sub-sektor yang perlu prioritas penanganan kaitannya dengan peningkatan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja di suatu wilayah.

Selain itu, analisis tentang distribusi pendapatan penduduk berguna untuk memahami tingkat ketidakmerataan atau ketimpangan pendapatan yang ada di antara berbagai golongan pendapatan.

Pendapatan rumah tangga pertanian sebagian besar masih digunakan untuk membiayai konsumsi makanan yang menjadi indicator masih rendahnya tingkat kesejahteraan rumah tangga pertanian. Namun kesenjangan distribusi pendapatan tergolong rendah yang berarti pendapatan rumah tangga pertanian relative merata pada tingkat kesejahteraan rendah. Upaya peningkatan pendapatan rumah tangga menjadi lebih prioritas untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga (Marwanti, 2004)

1

(2)

commit to user

Rumah tangga petani pasti membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Biaya tersebut diperoleh dari pendapatan seluruh anggota keluarga tersebut. Pendapatan dan pengeluaran dalam suatu rumah tangga pasti berbeda-beda. Pendapatan dapat dipergunakan untuk pengeluaran konsumsi maupun tabungan. Pengeluaran untuk konsumsi tersalur ke pengeluaran pangan, sandang, perumahan, bahan bakar, pengangkutan, hiburan dan perawatan kesehatan, sedangkan bagian yang tidak dikonsumsi masuk kedalam tabungan.

Tingkat pengeluaran terdiri atas dua kelompok, yaitu pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Tingkat kebutuhan/ permintaan (demand) terhadap kedua kelompok tersebut pada dasarnya berbeda- beda. Dalam kondisi pendapatan terbatas, kebutuhan makanan didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan (BKP, 2010).

Pergeseran komposisi dan pola pengeluaran tersebut terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan secara umum rendah, sedangkan elastisitas terhadap kebutuhan bukan makanan relatif tinggi. Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang bukan makanan, sedangkan sisa pendapatan dapat disimpan sebagai tabungan (saving) atau diinvestasikan (BKP, 2010).

Uraian di atas dapat menjelaskan bahwa pola pengeluaran merupakan salah satu variabel yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan (ekonomi penduduk), sedangkan pergeseran komposisi pengeluaran dapat mengindikasikan perubahan tingkat kesejahteraan penduduk (BKP, 2010).

(3)

commit to user

Dalam rangka untuk pemenuhan hidupnya, rumah tangga berusaha bekerja untuk memperoleh penghasilan, baik dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan semua anggota keluarga yang bekerja bagi rumah tangga pedesaan, sebagian besar rumah tangga memiliki sumber penghasilan dari usaha pertanian kerena sebagian besar tergolong rumah tangga pertanian (BPS,2001)

Wilayah peri urban dapat didefinisikan sebagai wilayah yang berada tepat di sekitar atau sekeliling kota yang secara ekologi dan sosial ekonomi terintegrasi dengan kota intinya. Wilayah ini umumnya difungsikan sebagai suatu zona transisi yang dikarakteristikkan dengan aliran sumber daya alam, barang, dan orang yang intensif dari dan menuju ke kota. Selain itu, wilayah ini juga merupakan sebuah wilayah irisan antara kota, desa, dan area netral dengan pertumbuhan relatif cepat, dinamis, dan atribut fisik dan sosial ekonomi yang bercampur dan kompleks serta seringkali memiliki struktur institusional yang tumpang tindih (Simon et al., 2004 dalam Putri et al., 2010).

Interaksi antara Kabupaten Sukoharjo dan Surakarta dilihat dari perkembangan Kabupaten Sukoharjo yang membelah dari selatan menuju ke utara (Kota Surakarta) serta daerah padat permukiman yang berada di Kecamatan Baki dan Kecamatan Grogol (perbatasan Sukoharjo dan Surakarta). Kedua wilayah ini sudah lama mengalami proses complementarity dalam pertukaran barang dan jasa. Akses jalan yang baik sangat mendukung interaksi dan memberikan dampak bagi wilayah yang dilaluinya. Beberapa kecamatan yang berada di sekitar Surakarta dan Sukoharjo diketahui mengalami perkembangan permukiman yang cukup pesat. Keberadaan perumahan baru dalam skala besar menunjukkan bahwa Kecamatan di sekitar Surakarta dan Sukoharjo merupakan wilayah peri urban yang cukup dinamis.

Berdasarkan strategi pengembangan Kecamatan Baki dalam Perkab Sukoharjo tahun 2007 pada Bagian 2 Pasal 18 dijelaskan sebagai berikut:

(4)

commit to user

a. Ke arah Utara meliputi Desa Siwal, Desa Waru, Desa Gentan, dan Desa Purbayan dikembangkan sebagai pusat perkembangan permukiman dan fasilitas pendukung lainnya dengan tetap memperhatikan fungsi pertanian;

b. Ke arah Selatan meliputi Desa Ngrombo, Desa Mancasan, Desa Gedongan, dan Desa Bentakan dikembangkan sebagai pusat industri non polutan dengan tetap memperhatikan fungsi pertanian;

c. Ke arah Barat meliputi Desa Jetis, Desa Duwet dan Desa Menuran dikembangkan sebagai pusat pertanian dengan mempertimbangkan sektor perdagangan dan jasa;

d. Ke arah Timur meliputi Desa Bakipandeyan, Desa Kudu dan Desa Kadilangu dikembangkan sebagai pusat pelayanan pemerintahan kecamatan, pendidikan, kesehatan, dengan memperhatikan fungsi pertanian, sektor perdagangan dan jasa, serta memperhatikan perkembangan permukiman.

Dari strategi pengembangan kota Kecamatan Baki, diketahui bahwa beberapa desa memang dipusatkan untuk daerah pemukiman, dan perindustrian dan perdagangan meskipun masih memperhatikan fungsi pertanian itu sendiri. Perpindahan alih fungsi lahan dan alih pekerjaan beberapa tahun terakhir mengakibatkan jumlah petani makin menurun dari tahun ke tahun. Beberapa desa yang mengalami kondisi ini jaraknya tidak begitu jauh dari daerah yang berbatasan dengan Kota Surakarta malah ada yang berbatasan langsung dengan Kota Surakarta. Semakin berkembangnya lapangan pekerjaan pada sektor industri di suatu daerah, maka akan semakin berkurang pula lahan untuk kegiatan pertanian dan semakin meningkatnya angkatan kerja di sektor pertanian, yang menyebabkan sektor pertanian ini tidak bisa lagi menampung jumlah angkatan kerja tersebut, hal ini mendorong penduduk atau angkatan kerja pedesaan untuk mencari alternatif pekerjaan lain yang bisa memberikan pendapatan yang lebih mencukupi untuk kebutuhan hidup, yaitu dengan memilih beralih pekerjaan ke sektor non pertanian di pedesaan dan menempatkan sektor non pertanian di pedesaan tersebut menjadi alternatif.

(5)

commit to user

Semakin berkembangnya lapangan pekerjaan pada sektor industri di suatu daerah, maka akan semakin berkurang pula lahan untuk kegiatan pertanian dan semakin meningkatnya angkatan kerja di sektor pertanian, yang menyebabkan sektor pertanian ini tidak bisa lagi menampung jumlah angkatan kerja tersebut, hal ini mendorong penduduk atau angkatan kerja pedesaan untuk mencari alternatif pekerjaan lain yang bisa memberikan pendapatan yang lebih mencukupi untuk kebutuhan hidup, yaitu dengan memilih beralih pekerjaan ke sektor non pertanian di pedesaan dan menempatkan sektor non pertanian di pedesaan tersebut menjadi alternatif.

Hal ini juga tampak pada penguasaan lahan untuk pertanian yang luasnya sempit di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo seperti dijelaskan dalam Tabel 1. berikut ini

Tabel 1. Luas Penggunaan Lahan Menurut Desa Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011

Desa Lahan Sawah

(ha)

Lahan Bukan Sawah (ha)

Jumlah Ngrombo

Mancasan Gedongan Jetis Bentakan Kudu Kadilangu Baki Pandeyan Menuran Duwet Siwal Waru Gentan Purbayan

69 159

81 82 93 159

60 69 140

89 116

96 21 35

57 117

48 59 31 60 51 43 94 34 61 77 117

72

126 276 129 141 124 219 111 112 234 123 177 173 138 114

Jumlah 1.276 921 2.197

Sumber: Sukoharjo dalam angka 2011

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah luasan lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian lebih sedikit dibandingkan penggunaan untuk non pertanian pada Kecamatan Baki, yaitu pada Desa Gentan dan Desa Purbayan, dimana kedua Desa tersebut merupakan daerah yang berbatasan langsung

(6)

commit to user

dengan Kota Surakarta, selain itu kedua daerah tersebut dikembangkan sebagai pusat perkembangan permukiman dan fasilitas pendukung lainnya.

Penggunaan fungsi lahan pertanian yang lebih sedikit memungkinkan terjadinya diversifikasi pendapatan maupun diversifikasi pekerjaan di luar sektor pertanian di sekitar daerah tersebut. Penggunaan lahan pertanian yang ada menyebabkan banyaknya tenaga kerja melakukan variasi pekerjaan lain di sektor non pertanian untuk mencukupi kebutuhan hidup. Berikut adalah kondisi ragam mata pencaharian penduduk di daerah peri urban pada Desa Purbayan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Purbayan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

No Mata Pencaharian Pokok Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 141 6

2 Buruh Tani 42 1,8

3 Buruh / Swasta 791 33,3

4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pengrajin Pedagang Peternak Nelayan Montir Dokter TNI/POLRI Karyawan Swasta Guru Swasta

228 0 96 12 0 17 36 976 34

9,6 0 4 0,5 0 0,7 1,51 41,1 1,4

Jumlah 2.373 100,0

Sumber: Monografi Desa Purbayan Tahun 2011

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa penduduk Desa Purbayan sebagian besar bekerja di luar sektor pertanian, tetapi jumlah penduduk yang masih menggantungkan hidup dari sektor pertanian masih cukup banyak.

Sekitar 7% saja dari jumlah keseluruhan mata pencaharian penduduk (petani dan buruh tani), dibandingkan pekerjaan di non pertanian lebih dari 90%.

Fenomena tren seorang yang dulunya petani yang berorientasi pada budaya agraris suatu masyarakat tradisional, kemudian sekarang berpindah pekerjaan di bidang lain (sektor non pertanian) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan sehingga kesejahteraan rumahtangga petani juga menigkat. Dalam rangka menghadapi kondisi yang dialami ini yaitu

(7)

commit to user

melalui strategi coping dan strategi nafkah berbasis modal sosial. Rumah tangga yang menggantungkan hidupnya di bidang pertanian ini memutuskan untuk mencari sumber pendapatan lain diluar usahataninya karena beberapa hal. Dengan demikian dapat dianalisis pengaruhnya terhadap keluarga, pemenuhan kebutuhan pokok keluarga, dan ketahanan fisik keluarga. Adanya keprihatinan atas gejala perubahan sosial terutama perubahan struktur agraria yang mendorong adanya upaya diversifikasi pekerjaan untuk pemenuhan kebutuhan, merupakan suatu perubahan perilaku yang menarik untuk dikaji.

B. Perumusan Masalah

Berkurangnya lahan pertanian di daerah pinggiran perkotaan merupakan suatu fenomena yang umum terjadi karena perluasan kota ke daerah pinggiran. Hal ini menyebabkan semakin banyak jumlah petani yang berlahan sempit atau bahkan menjadi petani tak berlahan. Oleh karena itu, kaum muda di pinggiran perkotaan tidak lagi tertarik berusaha di bidang pertanian dan saat ini yang tetap bertahan di bidang pertanian adalah petani – petani yang sudah berusia tua. Ketiadaan lahan disiasati dengan mengolah lahan – lahan milik orang lain yang belum dimanfaatkan oleh pemiliknya.

Kemampuan rumah tangga untuk memperoleh penghasilan memberikan batasan terhadap jumlah anggota rumah tangga yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan. Rumahtangga dapat memperoleh penghasilan pendapatan dari berbagai sumber. Pendapatan dari anggota keluarga yang bekerja di kegiatan usahatani, dengan yang bekerja di non pertanian, atau dengan memproduksi barang kerajinan. Anggota rumahtangga memutuskan untuk mencari pekerjaan baru diluar pertanian untuk menutupi kebutuhan keluarga. Para pelaku di sektor pertanian mulai menyadari tentang pentingnya sektor non pertanian sebagai salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan kesejahteraan sekelompok besar masyarakat pedesaan, khususnya kelompok buruh tani dan petani sempit.

Tingkat pendapatan yang tinggi akan memberi peluang yang lebih besar bagi keluarga untuk memilih pangan dalam jumlah maupun jenisnya.

Keluarga atau masyarakat yang berpenghasilan rendah mempergunakan

(8)

commit to user

sebagian besar dari penghasilannya untuk membeli makanan, dan semakin tinggi penghasilan semakin menurun proporsi yang digunakan untuk membeli makanan. Rumah tangga yang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan akan berakibat buruk pada status gizi anggota rumah tangganya. Pendapatan mempunyai hubungan yang erat dengan perubahan dan perbaikan konsumsi pangan dimana perubahan pendapatan secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga.

Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik. Sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli (Hardiansyah, 2012).

Ellis (1998) dalam Widiyanto (2010) menyatakan, dalam upaya memperjuangkan kehidupan ekonominya rumahtangga petani di pedesaan biasanya akan melakukan diversifikasi sumber nafkah yaitu proses yang dilakukan oleh keluarga pedesaan untuk melakukan berbagai aktivitas dan kemampuan dorongan social mereka dalam upaya berjuang untuk bertahan hidup dan untuk meningkatkan standar hidup. Secara luas bahwa adanya diversifikasi nafkah tidak sekedar untuk bertahan hidup, yang dikonotasikan sebagai resistensi, artinya seolah-olah tidak berkembang. Oleh karena itu, bahwa strategi nafkah selain bertahan hidup tetapi juga berusaha memperbaiki standar hidup. Strategi nafkah yang dilakukan keluarga petani miskin dalam kondisi krisis tentunya berbeda dengan strategi nafkah yang dilakukan dalam kondisi normal jika keberlanjutan nafkah terancam, mereka akan melakukan strategi coping.

Dari hal diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat diversifikasi pendapatan rumah tangga pertanian di daerah pinggiran Kota Surakarta (peri urban) di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo?

2. Bagaimana tingkat ketahanan pangan rumahtangga petani di daerah pinggiran Kota Surakarta (peri urban) di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo?

(9)

commit to user

3. Bagaimanakah bentuk strategi yang dilakukan dalam mempertahankan ketahanan pangan rumah tangga petani di daerah pinggiran Kota Surakarta (peri urban) di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo?

4. Bagaimanakah hubungan antara tingkat diversifikasi pendapatan, tingkat ketahanan pangan dan strategi coping rumah tangga petani di daerah pinggiran Kota Surakarta (peri urban) di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi tingkat diversifikasi pendapatan rumah tangga pertanian di daerah pinggiran Kota Surakarta (peri urban) di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

2. Untuk mengidentifikasi tingkat ketahanan pangan rumahtangga petani di daerah pinggiran Kota Surakarta (peri urban) di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

3. Untuk mengidentifikasi bentuk strategi yang dilakukan dalam mempertahankan ketahanan pangan rumah tangga petani di daerah pinggiran Kota Surakarta (peri urban) di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

4. Untuk menganalisis hubungan antara tingkat diversifikasi pendapatan, tingkat ketahanan pangan dan strategi coping rumah tangga petani di daerah pinggiran Kota Surakarta (peri urban) di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini merupakan sebagian dari persyaratan untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta serta menambah wawasan berkaitan dengan topik penelitian.

2. Bagi pemerintah Kabupaten Sukoharjo, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan perekonomian desa, khususnya dinamika yang terjadi di daerah peri urban di Kabupaten Sukoharjo.

(10)

commit to user

3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gagasan dan ide untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan dinamika diversifikasi pendapatan.

4. Bagi masyarakat pertanian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai diversifikasi pendapatan di daerah peri urban. Nantinya, diharapkan masyarakat dapat memahami perihal yang mempengaruhi keputusan individu yang tinggal di daerah peri urban dalam melakukan diversifikasi pendapatan.

Gambar

Tabel 1.  Luas Penggunaan Lahan Menurut Desa Kecamatan Baki Kabupaten  Sukoharjo Tahun 2011
Tabel 2.  Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Purbayan Kecamatan Baki  Kabupaten Sukoharjo

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kepala sekolah sebagai motivator di SMK Muhammadiyah 3 Makassar, untuk mengetahui kinerja guru dan pegawai di SMK Muhammadiyah

Bagi sekolah; dperlukan usaha membentuk anak menjadi pribadi yang bermoral yang dapat dilakukan dengan: (a) Memperlakukan siswa dengan kasih sayang, adil, dan hormat, (b)

• Menganalisis informasi dan data-data yang diperoleh tentang masalah ekonomi dan sistem ekonomi untuk membuat pola hubungan antara masalah ekonomi dengan sistem ekonomi

Kepemilikan Anjing dalam kitab Al-Umm Juz II tidak di perbolehkan untuk memelihara anjing kecuali untuk berburu, menjaga kebun, dan menjaga ternak. Sedangkan

tergantung pada latihan yang sering dilakukan untuk mengembangkan berpikir kritis (Fakhriyah, 2014) Kenyataan yang ditemui pada mahasiswa PGSD FKIP Universitas

Hal ini disebabkan jika NPF meningkat maka telah terjadi peningkatan pada total pembiayaan bermasalah dengan persentase lebih besar dari pada persentase peningkatan total

Menurut penulis, aturan pemberian bonus yang terdapat dalam marketing plan KK Indonesia berdasarkan hasil yang dilakukan oleh distributor tersebut tidak semata-mata

Yang dimaksud dengan “Analisis Pengaruh Trust in Brand, Kualitas Pelayanan, Promosi Terhadap Kepuasan Pelanggan Produk IM3 Ooredoo Pada Mahasiswa FEBI IAIN Tulungagung”