• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG SEWA MENYEWA. A. Pengertian Sewa Menyewa dan Dasar Hukumnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG SEWA MENYEWA. A. Pengertian Sewa Menyewa dan Dasar Hukumnya"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pengertian Sewa Menyewa dan Dasar Hukumnya 1. Pengertian Sewa Menyewa

Sewa-menyewa dalam bahasa Arab diistilahkan dengan al-ijarah, yang artinya upah, sewa, jasa atau imbalan.1 Perlu dijelaskan pula makna operasional ijarah itu sendiri. Idris Ahmad dalam bukunya Fiqh al-Syafi’i, sebagaimana dikutip Hendi Suhendi dalam Fiqh Muamalah berpendapat bahwa ijarah berarti upah-mengupah. Ini terkait dengan rukun dan syarat upah mengupah, yaitu mu’jir dan musta’jir (yang memberikan dan yang menerima upah).2

Menurut Sayyid Sabiq pengertian sewa-menyewa ialah sebagai suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.3 Abd al-Rahman al-Jaziri mengartikan ijarah sebagai akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang disewa dengan imbalan.4 Sedangkan M. Hasbi Ash Shiddieqy

1M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 227.

2Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 113.

3Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid II, Kairo: Daar al-Fath, 1990, , hlm. 15.

4Abd al-Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, Juz II, Beirut: Daar al- Kutb al-Ilmiyyah, t.th., hlm. 94.

15

(2)

mengartikan; akad ijarah ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual manfaat.5

Menurut istilah hukum Islam, orang yang menyewakan disebut dengan mu’ajir. Sedangkan orang yang menyewa disebut dengan musta’jir. Benda yang disewakan diistilahkan dengan ma’jur dan uang

sewa atau imbalan atas pemakaian manfaat barang tersebut disebut ujrah. 6 Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sewa-menyewa adalah pemindahan manfaat suatu benda yang disewakan dari orang yang menyewakan kepada penyewa, seperti rumah, kendaraan, maupun berupa karya pribadi seperti pekerja. Sedangkan hakikat bendanya atau kepemilikan bendanya masih tetap menjadi milik orang yang menyewakan.

2. Dasar Hukum Sewa-Menyewa

Dasar hukum sewa-menyewa adalah al-Qur'an, hadits dan ijma.

Dalam al-Qur'an misalnya al- surat al-Baqarah ayat 233:

ﻢﺘﻴﺗأ ﺎﻣ ﻢﺘﻤﻠﺳ اذا ﻢﻜﻴﻠﻋ حﺎﻨﺟﻼﻓ ﻢآﺪﻟوأ اﻮﻌﺿﺮﺘﺴﺗ نأ ﻢﺗدرأ ناو ﻠﻤﻌﺗ ﺎﻤﺑ ﷲا نأ اﻮﻤﻠﻋاو ﷲا اﻮﻘﺗاو فوﺮﻌﻤﻟﺎﺑ ﺮﻴﺼﺑ نﻮ

.

) ةﺮﻔﺒﻟا : ٢٣٣ (

Artinya : “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah

5M. Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-hukum Fiqh Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, Cet.

I, 1997, hlm. 425.

6Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hlm. 52.

(3)

bahwa Allah mengetahui yang kamu perbuat”. (Q.S. al- Baqarah: 233).7

Surat al-Thalaq ayat 6 juga menyebutkan:

ﻦهرﻮﺟأ ﻦهﻮﺗﺄﻓ ﻢﻜﻟ ﻦﻌﺿرا نﺎﻓ .

) قﻼﻄﻟا : ٦ (

Artinya : “Jika mereka telah menyusukan anakmu, maka berilah upah mereka”. (Q.S. al-Thalaq: 6).8

Landasan sunnahnya dapat dilihat pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Ibn Abbas bahwa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:

ﻩﺮﺟأ مﺎﺠﺤﻟا ﻂﻋاو ﻢﺠﺘﺣا .

) ﻢﻠﺴﻣو ىرﺎﺨﺒﻟا ﻩاور .(

Artinya:

“Berkekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).9

Terdapat pula dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Majah, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:

ﻪﻓﺮﻋ ﻒﺠﻱ نأ ﻞﺒﻗ ﻩﺮﺟأ ﺮﻴﺟﻷا اﻮﻄﻋأ .

) ﻪﺠﻣ ﻦﺑا ﻩاور (

Artinya:

“Berikanlah olehmu sewaan upah orang sebelum keringatnya kering”. (H.

Ibn Majah).10

7Tim Penyelenggara Penterjemah al-Qur'an, al-Qur'an dan Terjemahnya, Medinah:

Mujamma’ al-Malik Fahd li Thiba’at al-Mushaf al-Syarif, 1418 H. hlm. 57.

8 Ibid., hlm. 945.

9Muhammad bin Ismail al-Shan’ani, Subul al-Salam, Juz III, Beirut: Daar al-Kutb al- Ilmiyah, 1988, hlm. 6.

10Ibid.

(4)

Sedangkan landasan ijma’nya ialah semua umat bersepakat, tidak ada seorang ulama pun yang membantah kesepakatan ijma’ ini. Sekalipun ada beberapa orang di antara mereka yang berbeda pendapat, akan tetapi hal itu tidak begitu signifikan.11

Jadi, dasar hukum diperbolehkannya akad sewa-menyewa yaitu al-Qur’an, al-hadits dan ijma’ ulama. Dengan tiga dasar hukum tersebut maka status hukum sewa-menyewa sangat kuat, karena ketiganya merupakan sumber penggalian hukum Islam yang utama.

B. Rukun dan Syarat Sewa Menyewa 1. Rukun Sewa-Menyewa

Untuk sahnya sewa-menyewa, pertama kali harus dilihat terlebih dahulu orang yang melakukan perjanjian sewa-menyewa tersebut. Apakah kedua belah pihak telah memenuhi syarat untuk melakukan perjanjian pada umumnya atau tidak. Penting untuk diperhatikan bahwa kedua belah pihak cakap bertindak dalam hukum, yaitu punya kemampuan dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Al-Syafi’i dan Hambali menambahkan satu syarat lagi, yaitu dewasa. Perjanjian sewa-menyewa yang dilakukan oleh orang yang belum dewasa tidak sah walaupun mereka sudah berkemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.12

11Ibid., hlm. 117.

12Chairiman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hlm. 53.

(5)

Rukun sewa-menyewa, menurut ulama madzhab Hanafi hanya satu, yaitu ijab dan qabul (ungkapan menyerahkan dan persetujuan sewa- menyewa). Sedangkan jumhur ulama berpendapat bahwa rukun sewa- menyewa (ijarah) ada empat, yaitu:

a. Orang yang berakad b. Sewa/imbalan c. Manfaat

d. Sighat (ijab dan qabul).13

2. Syarat Sahnya Sewa-Menyewa

Adapun syarat sahnya perjanjian sewa-menyewa harus terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Pertama, masing-masing pihak rela melakukan perjanjian sewa-menyewa. Maksudnya, kalau di dalam perjanjian sewa-menyewa terdapat unsur pemaksaan, maka sewa- menyewa itu tidak sah.

Kedua, harus jelas dan terang mengenai objek yang

diperjanjikan. Maksudnya, barang yang dipersewakan disaksikan sendiri, termasuk juga masa sewa (lama waktu sewa-menyewa berlangsung) dan besarnya uang sewa yang diperjanjikan.

Ketiga, objek sewa-menyewa dapat digunakan sesuai

peruntukannya. Maksudnya, kegunaan barang yang disewakan harus jelas dan dapat dimanfaatkan oleh penyewa sesuai dengan peruntukannya (kegunaan) barang tersebut. Seandainya barang itu tidak dapat digunakan

13M. Ali Hasan, op.cit., hlm. 231.

(6)

sebagaimana yang diperjanjikan, maka perjanjian sewa menyewa itu dapat dibatalkan.

Keempat, objek sewa menyewa dapat diserahkan. Maksudnya,

barang yang diperjanjikan dalam sewa-menyewa harus dapat diserahkan sesuai dengan yang diperjanjikan. Oleh karena itu, kendaraan yang akan ada (baru rencana untuk dibeli) dan kendaraan yang rusak tidak dapat dijadikan sebagai objek perjanjian sewa-menyewa. Sebab barang yang demikian tidak dapat digunakan oleh penyewa.

Kelima, kemanfaatan objek yang diperjanjikan adalah yang

dibolehkan dalam agama. Perjanjian sewa-menyewa barang yang kemanfaatannya tidak dibolehkan oleh hukum agama tidak sah dan wajib untuk ditinggalkan. Misalnya, perjanjian sewa-menyewa rumah yang digunakan untuk kegiatan prostitusi. Atau, menjual minuman keras serta tempat perjudian. Demikian juga memberikan uang kepada tukang ramal.

Selain itu, tidak sah perjanjian pemberian uang (ijarah) puasa atau shalat, sebab puasa dan shalat termasuk kewajiban individu yang mutlak dikerjakan oleh orang yang terkena kewajiban.14

Dara paparan di atas dapat diketahui bahwa ada beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam sewa-menyewa agar sah. Rukun-rukunnya ada empat yaitu, orang yang berakad, sewa atau imbalan, manfaat, dan sighat (ijab qabul). Sedangkan syarat-syaratny ada lima yaitu; kedua belah pihak

saling rela, objek yang disewkan harus jelas, adanya manfaat pada objek yang

14Chairiman Pasaribu, op.cit., hlm. 53-55.

(7)

disewakan, objek yang disewakan berwujud (hadir), dan manfaat yang disewakan adalah halal menurut Islam.

C. Manfaat Sewa-Menyewa

Sewa-menyewa merupakan bentuk muamalah yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Karena itulah syari’at Islam mengaturnya. Seseorang terkadang dapat memenuhi salah satu kebutuhan hidupnya tanpa melakukan pembelian barang, karena jumlah uangnya yang terbatas. Misalnya menyewa rumah, sementara pihak yang lainnya memiliki kelebihan rumah dan dapat menyewakannya untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan lainnya. Tidak semua orang dapat membeli kendaraan, karena harganya yang tidak terjangkau. Namun demikian setiap orang dapat menikmati angkutan tersebut dengan jalan menyewa. Kendaraan dan angkutan merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan sehari-hari.

Demikian juga banyak pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan sendiri, karena terbatasnya tenaga dan ketrampilan, misalnya mendirikan bangunan dalam keadaan mana kita mesti menyewa (buruh) yang memiliki kesanggupan dalam pekerjaan tersebut.

Bentuk muamalah sewa-menyewa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari sejak zaman dahulu hingga kini. Tidak dapat dibayangkan betapa kesulitan akan timbul dalam kehidupan sehari-hari, seandainya sewa-menyewa ini tidak dibenarkan oleh Islam.

(8)

Karena itu, sewa-menyewa dibolehkan dengan keterangan syara yang jelas, dan merupakan manifestasi daripada keluwesan dan keluasan hukum Islam. Setiap orang mendapatkan hak untuk melakukan sewa- menyewa berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diatur dalam syari’at Islam.15

Sewa-menyewa sebagaimana perjanjian jual beli, merupakan transaksi bersifat konsensual. Perjanjian ini mempunyai akibat hukum yaitu pada saat sewa-menyewa berlangsung, dan apabila akad sudah berlangsung, maka pihak yang menyewakan (mu’ajjir) berkewajiban untuk menyerahkan barang (ma’jur) kepada pihak penyewa (musta’jir), dan dengan diserahkannya manfaat barang/benda maka pihak penyewa berkewajiban pula untuk menyerahkan kembali uang sewanya (ujrah).

Dengan demikian dapat ditegaskan lagi bahwa manfaat sewa menyewa sangat jelas, seseorang dapat menggunakan manfaat suatu barang tanpa harus membeli barang tersebut. Padahal tidak semua barang dapat terjangkau harganya, seperti kendaraan, tidak semua orang dapat membeli kendaraan, akan tetapi setiap orang dapat menikmati angkutan umum dengan jalan sewa. Demikian pula banyak pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan sendiri, karena terbatasnya tenaga dan ketrampilan, dengan sewa-menyewa pekerjaan tersebut dapat dikerjakan oleh orang lain dengan jalan sewa tenaga.

15Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam; Pola Pembinaan Hidup dalam Berekonomi, Bandung: CV. Diponegoro, 1984, hlm. 319-320.

(9)

D. Macam-macam Sewa-Menyewa

Ragam sewa-menyewa dapat dilihat dari obyeknya. Dilihat dari segi obyeknya, sewa-menyewa dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu sewa- menyewa yang bersifat manfaat dan yang bersifat pekerjaan.

Sewa-menyewa yang bersifat manfaat dalam bentuk suatu barang misalnya; pertama, sewa-menyewa rumah. Sewa-menyewa rumah sudah umum di masyarakat, sehingga dalam kitab-kitab fiqh Islam biasanya ada bahasan khusus. Rumah dapat disewa atau dipersewakan. Islam membenarkan praktek ini, karena kedua belah pihak mengambil manfaat darinya. Kedua belah pihak pun dapat mengatur syarat-syarat persewaan yang mereka kehendaki, sepanjang tidak bertentangan dengan aturan dasar al-Qur’an dan hadits Nabi s.a.w.16

Kedua, sewa-menyewa hewan. Hewan memiliki berbagai macam

kegunaan, misalnya untuk tunggangan, angkutan dan manfaat-manfaat lainnya. Oleh karena tidak ada larangan dalam al-Qur’an dan hadits untuk menyewa bagi salah satu keperluan tersebut, maka sewa-menyewa tersebut dibolehkan. Dalam kehidupan modern, model sewa-menyewa dengan manfaat di atas, dapat dikembangkan misalnya sewa-menyewa kendaraan (angkutan), ataupun mesin-mesin untuk keperluan usaha.17

Ketiga, sewa-menyewa pohon. Tidak terdapat larangan dalam al-

Qur’an dan hadits Nabi s.a.w. untuk melakukan sewa-menyewa pohon atau

16Chairuman Pasaribu, op.cit., hlm. 55-56.

17Ibn Rusyd, Bidayat al-Mujtahid, terj. M.A. Abdurrahman dan A. Haris Abdullah, Semarang: Asy-Syifa’, 1991, hlm. 206-207.

(10)

tanaman untuk diambil hasilnya, baik jangka waktu semusim ataupun beberapa musim sesuai kesepakatan.18

Keempat, sewa-menyewa mata uang. Umumnya, ulama terdahulu

membahas hukum sewa-menyewa uang dirham dan dinar. Dalam madzhab Mlaiki, terdapat perselisihan pendapat. Ibn al-Qasim berpendapat tidak boleh menyewakan barang tersebut, dan hal ini adalah pinjaman. Alasannya, karena pada barang tersebut tidak tergambar adanya manfaat, kecuali dengan mersusakkan barangnya. Abu Bakar al-Anshari, dan lainnya memandang bahwa sewa-menyewa mata uang adalah sah bahkan harus ada sewanya.

Alasannya, karena adanya manfaat padanya. Orang berniat menyewa mata uang itu, karena merasa ada manfaat baginya, misalnya untuk dibawa bepergian atau sebagai cadangan.19

Kelima, sewa-menyewa tanah. Inilah yang menjadi perdebatan di

kalanga ulama terdahulu. Sebagian ulama tidak membenarkan sewa-menyewa tanah dalam bentuk apapun, karena dalam perbuatan tersebut derdapat kesamaran. Pemilik tanah memperoleh keuntungan pasti dari hasil sewa tanahnya, sementara pihak penyewa berada dalam keadaan spekulasi, boleh jadi berhasil, atau malah gagal karena tertimpa bencana. Di antara ulama klasik yang melarang menyewakan tanah untuk pertanian adalah Abu Bakar bin Abdurrahman dan Thawus.20 Mereka berpegangan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari:

18Hamzah Ya’qub, op.cit., hlm. 324.

19Ibn Rusyd, loc.cit.

20Hamzah Ya’qub, op.cit., hlm. 322-323.

(11)

ﻢﻜﻠﻗﺎﺤﻤﺑ نﻮﻌﻨﺼﺗ ﺎﻣ )

ﻢﻜﻋراﺰﻣ (

اﻮﻟﺎﻗ ؟ : ﻖﺳوﻷا ﻰﻠﻋو ﻊﺑﺮﻟا ﻰﻠﻋ ﺎهﺮﺟﺆﻥ

ﺮﻴﻌﺸﻟاو ﺮﻤﺘﻟا ﻦﻣ ,

لﺎﻗ : اﻮﻠﻌﻔﺗﻻ .

) ىرﺎﺨﺒﻟا ﻩاور (

Artinya:

“Apakah yang akan kalian perbuat terhadap ladang kalian? Mereka menjawab: “Kami sewakan dia dengan seperampat dan beberapa wasaq dan gandum.” Maka jawab Nabi s.a.w.: “Jangan kalian lakukan yang demikian”.

(H.R. al-Bukhari).21

Sedangkan jumhur ulama klasik seperti al-Syafi’i, membolehkan menyewakan tanah untuk pertanian.22 Mereka berargumentasi dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:

لﺎﻗ ﺲﻴﻗ ﻦﺑ ﺔﻠﻈﻨﺣ ﻦﻋ :

ﺐهﺬﻟﺎﺑ ضرﻻا ءاﺮآ ﻦﻋ ﺞﻱﺪﺥ ﻦﺑ ﻊﻓار ﺖﻟﺄﺳ

ﺔﻀﻔﻟاو ,

لﺎﻘﻓ : ﻪﺑ سﺄﺑ ﻻ ,

ﷲا لﻮﺳر ﺪﻬﻋ ﻰﻠﻋ نوﺮﺟﺆﻱ سﺎﻨﻟا نﺎآ ﺎﻤﻥا

لﺎﺒﻗاو تﺎﻥﺎﻱذﺎﻤﻟا ﻰﻠﻋ ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺹ لواﺪﺠﻟا

. ﻚﻠﻬﻴﻓ عرﺰﻟا ﻦﻣ ءﺎﻴﺵاو

اﺬه ﻢﻠﺴﻱو اﺬه ,

اﺬه ﻚﻠﻬﻱو اﺬه ﻢﻠﺴﻱو ,

اﺬه ﻻا ءاﺮآ سﺎﻨﻠﻟ ﻦﻜﻱ ﻢﻟو ,

ﻚﻟﺬﻠﻓ

ﻪﻨﻋ ﺮﺟز ,

ﻪﺑ سﺄﺑ ﻼﻓ نﻮﻤﻀﻣ مﻮﻠﻌﻣ ﺊﻴﺵ ﺎﻣﺄﻓ .

) ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور (

Artinya:

“Handhalah bin Qais berkata: “saya bertanya kepada Raf’i bin Khadij tentang menyewakan tanah dengan emas dan perak. Ia menjawa: “tiada salah”. Di zaman Rasulullah s.a.w. orang-orang menyewakan tanah dengan tanaman yang tumbuh di perjalanan air dan yang tumbuh di pinggir selokan dan dengan beberapa macam dari tumbuh-tumbuhan, lalu binasa ini selamat itu, dan selamat ini binasa itu, dan tiada (waktu itu) bagi orang-orang sewa-

21Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Bab Sewa Menyewa, Beirut: Daar al-Fikr, t.th., hlm. 34.

22Muhammad bin Idris al-Syafi’i, al-Umm (Kitab Induk), terj. Semarang: Asy Syifa, 1990, hlm.. 219.

(12)

menyewa, melainkan cara ini. Oleh sebab itu, Nabi melarang padanya.

Adapun sesuatu yang jelas dan dilarang maka tidak salah”. (H.R. Muslim).23

Berdasar hadits tersebut, fuqaha yang berpandangan membolehkan sewa-menyewa tanah dengan pembayaran yang jelas, misalnya dengan uang, emas atau perak diperbolehkan. Sedangkan yang dilarang ialah yang tidak berketentuan.24

Karena perkembangan zaman, berkembang pula kebutuhan manusia akan manfaat suatu barang, maka manfaat-manfaat barang yang dapat disewakan dapat dikembangkan, tidak sebatas yang telah disebutkan di atas.

Manfaat-manfaat suatu barang yang dapat disewakan dapat dikembang sesuai dengan kebutuhan, sepanjang barang tersebut memiliki manfaat dan tidak dilarang secara jelas oleh syara’.

Adapun objek sewa-menyewa pada sektor pekerjaan atau jasa seperti tenaga perburuhan untuk mengerjakan suatu tugas. Buruh adalah orang yang menyewakan tenaganya kepada orang lain untuk dikaryakan berdasarkan kemampuannya dalam suatu pekerjaan. Tenaga buruh tersebut boleh disewakan, karena tidak adanya nash al-Qur’an maupun hadits yang melarangnya.

Perburuhan termasuk muamalah yang dapat dilakukan dalam setiap sektor kehidupan manusia yang perlu tunjangan-tunjangan dan topangan- menopang antara satu dengan lainnya, misalnya dalam industri, pertanian,

23Muslim ibn Hajaj, Shahih Muslim, Beirut: Daar al-Fikr, t.th., hlm. 45.

24Ibn Rusyd, op.cit., hlm. 201-202.

(13)

peternakan, pengangkutan, dsb. Karena tidak mungkin seseorang dapat mengerjakan dan menyelesaikan suatu urusan dengan kemampuannya sendiri, seperti ketika membangun sebuah rumah. Oleh karena itu, perlu menyewa tenaga atau memperkejakan orang lain yang memapu melakukannya dengan imbalan pembayaran yang disepakati oleh kedua belah pihak atau menurut adat kebiasaan yang berlaku. 25

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dilihat dari obyek sewa-menyewa ada dua, yaitu sewa-menyewa yang bersifat manfaat dan yang bersifat pekerjaan. Yang termasuk sewa-menyewa bersifat manfaat seperti sewa-menyewa rumah, hewan, pohon, mata uang, dan sewa-menyewa sewa- menyewa tanah. Adapun objek sewa-menyewa pekerjaan atau jasa adalah seperti tenaga perburuhan untuk mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan.

Macam-macam obyek sewa-menyewa tersebut dapat dikembangkan sesuai perkembangan zaman, seperti sewa kendaraan, sewa komputer, dll.

25 M. Ali Hasan, op.cit., hlm. 236.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: tidak ada perbedaan pengaruh floor core stabilisasi exercise dan swiss ball core stabilisasi exercise terhadap kemampuan fungsional work related low back pain

Jika dibandingkan dengan nilai t tabel, maka t hitung (4,760) > t tabel (1,661) sehingga Ho ditolak.Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh

dunia.Kalimat kedua disebut kalimat pengembang langsung karena menjelaskan secara langsung gagasan utama yang dituangkan ke dalam kalimat topik dan mempunyai hubungan

Perhitungan neraca kayu di suatu tempat pada tahun tertentu idealnya dihitung dengan memasukan seluruh input kayu yang masuk ke Pulau Jawa, baik melalui pelabuhan resmi

Konsekwensi dari simpanan ini adalah harus dilakukan oleh semua anggota koperasi yang dapat disesuaikan besar kecilnya dengan tujuan usaha koperasi dan kebutuhan dana

Pupuk ialah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan

Kominfo, antara lain: a. Laporan Perkembangan Transformasi Digital dan penyusunan Digital Roadmap serta realisasinya; b. Peran strategis Kemkominfo dalam upaya

I Marilah kita berdoa kepada Allah Bapa kita dengan perantaraan Yesus, yang telah mengundang kita untuk menjadi pengikut-pengikutnya:.. P Bagi para petugas Gereja: