• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS PENAGGULANGAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TERHADAP CALON TENAGA KERJA INDONESIA (CTKI) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS YURIDIS PENAGGULANGAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TERHADAP CALON TENAGA KERJA INDONESIA (CTKI) DI KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS YURIDIS PENAGGULANGAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TERHADAP CALON TENAGA KERJA INDONESIA (CTKI)

DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh : Debby Paramita

Maraknya perkembangan di bidang tenaga kerja khususnya pengiriman tenaga kerja Indonesia keluar negeri selama ini menimbulkan berbagai macam penyimpangan-penyimpangan sebagai contoh kekerasan terhadap tenaga kerja, pelecehan seksual, pelanggaran terhadap hak tenaga kerja, penipuan oleh perusahaan jasa tenagakerja terhadap calon tenaga kerja, perdagangan tenagakerja atau orang (trafficking) dan lain sebagainya. Terhadap tindak pidana yang terjadi tersebut maka diperlukan upaya hukum perlindungan bagi calon tenaga kerja Indonesia. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penanggulangan tindak pidana penipuan terhadap calon tenaga kerja Indonesia dan faktor apakah yang menjadi penghambat penanggulangan tindak pidana penipuan terhadap calon tenaga kerja Indonesia.

Metode penelitian ini dilakukan secara yuridis normatif dan yuridis empiris, menggunakan data primer dan sekunder, yang diperoleh dari studi pustaka dan studi lapangan, dan analisis data dengan analisis kualitatif, Pengumpulan data primer dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu Pengamatan (Observation) yaitu pengumpulan data secara langsung terhadap objek penelitian dan Wawancara (Interview) yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara (interview) secara langsung dengan alat bantu daftar pertanyaan yang bersifat terbuka. Dimana wawancara tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik “Purposive Sampling”, yaitu dengan menentukan terlebih dahulu responden/narasumber yang akan diwawancarai pada objek penelitian yang berkaitan dengan permasalahan

(2)

Debby Paramita menjadi faktor penghambat penanggulangan tindak pidana penipuan calon tenaga kerja indonesia, adalah faktor hukum dalam pelaksanaan peraturan berdasarkan undang-undang, faktor aparat penegak hukum dimana kurangnya koordinasi pihak terkait, faktor sarana, faktor masyarakat dan budaya.

(3)

ANALISIS YURIDIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TERHADAP CALON TENAGA KERJA INDONESIA ( CTKI )

DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

DEBBY PARAMITA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian ……… 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……… 6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ……… 7

E. Sistematika Penulisan ………. 12

DAFTAR PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Penipuan ………... 14

B. Pengertian dan jenis-jenis Tenaga Kerja ……… 15

C. Pelaksana Penempatan Tenagakerja Indonesia Swasta (PPTKIS) ... 19

D. Penanggulangan Tindak Pidana ... 21

DAFTAR PUSTAKA III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ……… 27

B. Sumber dan Jenis Data ……… . 27

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ………... 30

D. Analisa Data ……….. 32

(5)

v

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden ……….... 34

B. Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan Terhadap Calon

Tenaga kerja Indonesia ………...………..……… 36

C. Faktor Penghambat Penanggulangan Tindak Pidana

Penipuan Terhadap Calon Tenaga Kerja Indonesia ………...…… 53

DAFTAR PUSTAKA

V. PENUTUP

A. Kesimpulan ………... 58

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Diah Gustiniati, S.H., M.H. _____________

Sekretaris/ Anggota : Firganefi, S.H., M.H. _____________

Penguji Utama : Tri Andrisman, S.H., M.H. _____________

2. Dekan Fakultas Hukum

H. Adius Semenguk, S.H., M.H.

(7)

Judul Skripsi : ANALISIS YURIDIS PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TERHADAP

CALON TENAGA KERJA INDONESIA

(CTKI) DI KOTA BANDAR LAMPUNG Nama Mahasiswa : Debby Paramita

No. Pokok Mahasiswa : 0642011120

Program Studi : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Diah Gustiniati, S.H., M.H. Firganefi, S.H., M.H. NIP. 196208171987032003 NIP. 19612171988032003

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

(8)

Motto

Jangan sia-siakan satu kesempatan

Karna kesempatan mungkin tidak akan datang dua kali

Ambilah keputusan berdasarkan hati

Karna penyesalan datang belakangan dan terlambat

(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kupersembahkan kehadirat Allah SWT Dzat yang tiada bandingnya yang telah menjadikan

Segala sesuatu yang sulit ini menjadi mudah

Dengan segala kerendahan hati Kupersembahkan karya kecilku ini kepada :

Papa dan Mama tercinta yang telah membesarkan dan mendidikku Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, yang selalu berdo’a

disetiap waktu demi kesuksesanku, anakmu tersayang.

Kakak dan kasihku tersayang yang menemani dan membuatku menjadi lebih dewasa, tegar, dan lebih bijaksana dalam menjalani hidup,

(10)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kupersembahkan kehadirat Allah SWT Dzat yang tiada bandingnya yang telah menjadikan

Segala sesuatu yang sulit ini menjadi mudah

Dengan segala kerendahan hati Kupersembahkan karya kecilku ini kepada :

Papa dan Mama tercinta yang telah membesarkan dan mendidikku Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, yang selalu berdo’a

disetiap waktu demi kesuksesanku, anakmu tersayang.

Kakak dan kasihku tersayang yang menemani dan membuatku menjadi lebih dewasa, tegar, dan lebih bijaksana dalam menjalani hidup,

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang beragama Islam dan berbintang pisces ini dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 18 Maret 1988. Penulis merupakan anak kedua dari dua saudara, yang merupakan buah cinta kasih dari pasangan Bapak Yunus Mustabin dan Ibu Yulia Herawati.

(12)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan limpahan karuniaNya, akhirnya skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan terhadap Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) di Kota Bandar Lampung” sampai juga ketepian. Diawal perjalanan tak terperikan banyak aral yang melintang, jika menengok sejenak kebelakang betapa banyak tonggak dan duri yang menghadang, rasa-rasanya skripsi ini tak sanggup penulis selesaikan. Ternyata Yang Maha Kuasa berkehendak lain dan alhamdulilah, baru sebatas inilah yang sanggup penulis berikan melalui akal pikiran dan hati nurani sembari merenung atas ketidaksempurnaan, Ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada :

1. Bapak Adius Semenguk, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H. selaku ketuabagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung dan selaku Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu dan fikirannya dan memberikan semangat pada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Firganefi, S.H., M.H. selaku Pembimbing II, yang telah memberikan masukan dan arahan serta petunjuk kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

(13)

5. Pak Gunawan Jatmiko, S.H., M.H. selaku Pembahas II, yang telah

memberikan kritikan-kritikan membangun demi sempurnanya skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan

ilmu yang bermanfaat.

7. Mbak Sri dan Mbak Yanti selaku staff administrasi, terimakasih atas bantuan. 8. Papa Mamaku, Terimakasih atas dukungannya semoga aku bisa menjadi orang

yang sukses dan membanggakan keluarga, amin.

9. Aji Faisal, terimakasih atas dukungannya yang merupakan motivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, your are is the best and Groovy Baby.

10.teman-temanku (Rina, Tata, Vina, Wangur, Resty, Rika, Hatta, Tetra, Sri, Siska Tania) teman-temanku arisan (Richad, Gadis, Dewi, Hikmah, Agus, Selvy, Ayu, Ony, Monda, Pipit, Ara, Whany, Rio, Ocha, Herlin, Wina, Enggar, Anggi, dll), saudaraku (Kakakku Hendrawan, Kak Heri, Yuk Lilie, Ary, Deni, Dian, Andri, Alex, Melly, Mala, Gyara, Wahyu, Salsa, Yudi, Fikri, Febri, Evy, Esy, Anita, Riko, Alan, Sisy, , Rehan, Nata, dan Amanda), terimakasih atas dukungannya.

11.Almamater yang tercinta.

12.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Hanya ucapan terimaksaih yang dapat penulis berikan, semoga Allah SWT selalu melimpahkan ridho dan rahmatnya bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Penulis

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001. Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya

Bakti, Bandung, 1996.

Imam Supomo, Pengantar Hukum Tenaga Kerja, Alumni Bandung, 1987. Moelyatno, Azas-azas Hukum Pidana. Bintang Indonesia. Jakarta. 1993. Soedarto, Hukum Pidana I, Universitas Diponogoro, Semarang, 1990. ---, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1981.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Perss, Jakarta, 1995.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001. Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya

Bakti, Bandung, 1996.

Mulyana W. Kusuma, Kriminologi dan Masalah Kejahatan, Armico, Bandung, 1984.

Soerjono Soekanto, Penanggulangan Kejahatan, Bina Aksara, Jakarta, 1988. Soedarto, Hukum Pidana I, Universitas Diponogoro, Semarang, 1990. ---, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1981.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001. Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya

Bakti, Bandung, 1996.

Soedarto, Hukum Pidana I, Universitas Diponogoro, Semarang, 1990. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Perss, Jakarta, 1995.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Arif Gosita, Pokok-Pokok Hukum Pidana, pradnya paramita, Jakarta, 1998. Muladi, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2009.

Soekanto, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2001.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP).

Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil makmur, merata, baik materiil maupun spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.

Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 disebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pelayanan dan penghidupan yang layak. Demikian juga Pasal 28D ayat (2) UUD 1945, menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Kewajiban untuk melaksanakan amanat konstitusi tersebut dilakukan oleh pemerintah dengan tidak saja menerbitkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang ketenagakerjaan, tetapi juga menciptakan badan-badan atau dinas-dinas daerah yang bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap tenaga kerja.

(19)

2 Terjadinya resiko keselamatan kerja, kebakaran, peledakan, penyakit kerja dan pencemaran lingkungan timbul karena kebijaksanaan dan keputusan manajemen, faktor manusia atau pribadi, faktor pengertian bahaya yang timbul dan kurang memadainya perlindungan diri terhadap tenaga kerja.

Dalam rangka mengurangi faktor-faktor yang merugikan baik pihak pekerja maupun pihak perusahaan maka diperlukan upaya hukum yang pada hakekatnya merupakan tanggung jawab dan kepentingan bersama antara pengusaha, tenaga kerja dan pemerintah.

Pelaksanaan pengawasan keselamatan kerja merupakan suatu bagian yang strategis yang tidak terpisahkan demi kebijaksanaan menyeluruh dalam pembinaan kualitas sumber daya manusia. Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan independen guna menjamin pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan, hal ini dapat dilihat dengan jelas dalam Pasal 176 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (yang selanjutnya disebut Undang-Undang Tenaga Kerja).

(20)

3 Tenaga yang dimaksud adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Persoalan tenaga kerja khususnya mengenai perlindungan hukum tenaga kerja merupakan persoalan yang tidak mudah karena masalah perlindungan hukum tenaga kerja mempunyai kaitan erat dalam pembentukan, peningkatan tenaga kerja yang berkualitas, kemampuan dan keterampilan tenaga kerja. Tujuan terpenting adalah membangun masyarakat sejahtera, karena tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan harus dijamin haknya dan diatur kewajibannya.

Kedudukan pekerja sebagai pelaku pembangunan dan peranannya dalam meningkatkan produktivitas serta kesejahteraan masyarakat harus diberdayakan sehingga mampu bersaing dalam era global untuk itu diperlukan perlindungan hukum terlebih bagi calon tenaga kerja yang akan dipekerjakan diluar wilayah Indonesia (luar negeri).

(21)

4

Sebagai contoh kasus yang terjadi di Kota Bandar Lampung, berdasarkan laporan Polisi No. Pol : LP/B/1809/IX/2008 SPK Poltabes Bandar Lampung, terdapat laporan terhadap tersangka yang melanggar Pasal 10 ke Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Perdagangan Orang jo Pasal 102 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Berdasarkan laporan tersebut tersangka secara orang perorangan melakukan penempatan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri dan pelaksanaan penempatan tenaga kerja tersebut tidak didasarkan atas Surat Izin Pengerahan (SIP) dari Menteri Tenaga Kerja.

Perbuatan tersangka melanggar ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, modus operandi kejahatan ini sering terjadi dengan bentuk penipuan oleh perusahaan jasa tenaga kerja, yang berdalih memiliki izin penempatan tenaga kerja ke luar negeri.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis merasa teratarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul : ”Analisis Yuridis Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan Terhadap Calon

(22)

5

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah penanggulangan tindak pidana penipuan terhadap calon tenaga kerja Indonesia?

b. apakah yang menjadi penghambat penanggulangan tindak pidana penipuan terhadap calon tenaga kerja Indonesia?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan uraian pada permasalahan di atas maka perlu dilakukan pembatasan pada ruang lingkup penelitian ini adalah :

a. Penanggulangan tindak pidana penipuan terhadap calon tenaga kerja

Indonesia.

b. Faktor yang menjadi penghambat penanggulangan tindak pidana penipuan

terhadap calon tenaga kerja Indonesia.

(23)

6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis penanggulangan tindak

pidana penipuan terhadap calon tenaga kerja Indonesia.

b. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis faktor yang menjadi

penghambat penanggulangan tindak pidana penipuan terhadap calon tenaga

kerja Indonesia.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara Teoritis

1. Memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan tentang teori – teori yang berhubungan dengan tindakan yang dikategorikan pelanggaran kejahatan tindak pidana di bidang tenaga kerja.

(24)

7

b. Secara Praktis

1. Memberikan sumbangan (rekomendasi) kepada masyarakat dan pemerintah khususnya Kepolisian dalam penanggulangan kejahatan tindak pidana dibidang tenaga kerja

2. Memberikan kepastian kreteria kepada masyarakat dan kepolisian tentang apa yang dimaksud dengan perbuatan yang dikategorikan pelanggaran kejahatan tindak pidana di bidang tenaga kerja.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa melarang larangan tersebut (Muljanto : 1993 : 4)

Muljanto membedakan unsur tindak pidana berdasarkan perbuatan dan pelaku dapat dibagi dalam 2 (dua) bagian yaitu :

a. Unsur Subjektif berupa : - Perbuatan manusia

- Mengandung unsur kesalahan b. Unsur objektif, berupa :

(25)

8 Menurut Iman Supomo, pengertian tenaga kerja adalah meliputi semua orang yang mampu dan boleh melakukan pekerjaan, baik yang sudah mempunyai pekerjaan dalam hubungan kerja atau sebagai siswa pekerja maupun yang belum/tidak mempunyai pekerjaan. (Iman Supomo 1987 : 27)

Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri menyatakan bahwa : Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia adalah segala upaya untuk melindungi kepentingan calon tenaga kerja Indonesia atau Tenaga Kerja Indonesia dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja.

Teori yang digunakan dalam penanggulangan tindak pidana penipuan terhadap calon tenaga kerja Indonesia, merupakan penanggulangan tindak pidana menurut G.P Hoefnagels, penanggulangan tindak pidana dilakukan dengan cara :

1. Penerapan hukum pidana (Criminal Law Application). 2. Pencegahan tanpa pidana (Prevention Without Punishment)

3. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media masa (Influencing Views Of Society On Crime and Punishment / Mass Media).

(Barda Nawawi Arief 1996 : 48)

(26)

9 Penanggulangan kejahatan lewat jalur “penal” lebih menitikberatkan pada sifat “represif” (penindasan/penumpasan/pemberantasan) sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur “nonpenal” lebih menitikberatkan pada sifat “preventif” (pencegahan/pengendalian) sebelum kejahatan terjadi, atau menitikberatkan pada sifat treatment (perlakuan) dengan menggunakan hukum pidana, hukum administrasi (tindakan), hukum perdata, dan lain-lain. Dikatakan sebagai perbedaan secara garis besar, karena tindakan represif pada hakikatnya juga dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti luas.

(Sudarto 1981 : 118)

Teori yang digunakan dalam membahas faktor-faktor penghambat dalam penegakan hukum pidana terhadap pelaku tindak pidana Penipuan Terhadap Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) di Kota Bandar Lampung adalah teori yang dikemukakan Soerjono Soekanto mengenai faktor-faktor penghambat penegakan hukum, yaitu:

1. Faktor hukumnya sendiri.

Terdapat beberapa asas dalam berlakunya undang-undang yang tujuannya adalah agar undang tersebut mempunyai dampak positif. Artinya, agar undang-undang tersebut mencapai tujuannya secara efektif di dalam kehidupan masyarakat. Suatu Undang-undang harus dapat diterima oleh masyarakat guna menjadi pedoman dalam bertingkah laku di dalam kehidupan

2. Faktor penegak hukum.

Penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peran (role). Seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu lazimnya dinamakan pemegang peranan (role occupant). Suatu hak sebenarnya merupakan wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas.

3. Faktor sarana atau fasilitas.

(27)

10 4. Faktor masyarakat.

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut. 5. Faktor kebudayaan.

Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianut) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari).

(Soerjono Soekanto, 1983: 34-35, 40)

2. Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan hubungannya antara konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang berkaitan dengan istilah yang diinginkan atau ditelitih (Soerjono Soekanto, 1986 : 32)

Dalam konsep ini akan dijelaskan tentang pengertian pokok yang dijadikan konsep dalam penulisan ini, sehingga mempunyai batasan yang jelas dan tepat dalam penafsiran beberapa istilah, hal ini untuk menghindari kesalah pahaman dalam penulisan ini. Adapun pengertian istilah yang digunakan adalah sebagai berikut :

(28)

11 2. Tindak Pidana adalah dalam bahasa belanda disebut "Strafbaar Feit", yang merupakan istilah resmi dalam "Straf Wetboek" atau Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berlaku di Indonesia Tindak Pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya ini dapat dikatakan merupakan subjek tindak pidana. (Sugianto : 2001 : 18)

3. Penipuan adalah perbuatan menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau martabat (hoedaningheid) palsu dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang/sesuatu kepadanya atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang (Sugianto : 2003 : 75)

4. Pengertian Calon Tenaga Kerja Indonesia adalah berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.

Adapun pengertian tenaga kerja menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 UU Nomor 13 Tahun 2003 adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

(29)

12

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada skripsi ini dibagi kedalam V (lima) Bab yang akan diuraikan sebagai berikut :

I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang Latar belakang Permasalahan, Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Konsepsional dan Sistematika Penulisan.

II Tinjauan pustaka

Bab ini berisi tentang teori-teori hukum sebagai latar belakang pembuktian pembahasan permasalahan yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas yang terdiri dari Pengertian dan Jenis-jenis Pidana, Pengertian dan Jenis-Jenis Tindak Pidana, Pengertian Tindak Pidana Penipuan, Pengertian dan Jenis-Jenis Tenaga Kerja, Pengertian Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), serta Upaya Penanggulangan Tindak Pidana

III Metode Penelitian

(30)

13

IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Berisi tentang pembahasan berdasarkan hasil penelitian terhadap permasalahan dalam penelitian ini yaitu Upaya hukum penanggulangan tindak pidana penipuan terhadap calon tenaga kerja Indonesia. Faktor yang menjadi penghambat upaya hukum penanggulangan tindak pidana penipuan terhadap calon tenaga kerja Indonesia.

V Penutup

(31)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris .

a. Pendekatan yuridis normatif adalah melihat masalah hukum sebagai kaidah yang dianggap sesuai dengan penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif ini dilakukan terhadap hal-hal yang bersifat teoritis yaitu suatu pendekatan yang dilakukan dengan mempelajari asas-asas hukum yang ada dalam teori/pendapat sarjana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Pendekatan yuridis empiris adalah penelitian yang dilakukan dengan cara melihat dan mengamati secara langsung mengenai upaya hukum penanggulangan tindak pidana penipuan calon tenaga kerja Indonesia oleh perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia di Kota Bandar Lampung

B. Sumber dan Jenis Data

(32)

28 a. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan (Library Research). Data ini diperoleh dengan cara mempelajari, membaca,

mengutif literatur-literatur atau peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian ini. Data sekunder terdiri dari 3 (tiga) Bahan Hukum, yaitu :

1)Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum bersifat mengikat. Dalam penulisan ini, bahan hukum primer yang digunakan adalah :

a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP);

b)Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

c) Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, d)Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik

Indonesia,

e) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

f) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia.

(33)

29 2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti :

a) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan KUHAP.

b) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor PER – 37 / MEN / XII/ 2006 Tentang Tata Cara Pembentukan Kantor Cabang Pelaksana, Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta. c) Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia, Nomor Per.22/Men/XII/2008 Tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

d) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per 23/MEN/XII/2008 Tentang Asuransi Tenaga Kerja Indonesia,

e) Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Nomor KEP 65/PPTK-TKLN/II/2009 Tentang Pedoman Mekanisme Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri.

3) Bahan Hukum Tertier

(34)

30 Hukum, majalah, surat kabar, media cetak dan buku – buku literature serta karya ilmia yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. b. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan secara langsung pada objek penelitian (Field Risearch) yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara secara langsung mengenai upaya hukum penanggulangan tindak pidana penipuan terhadap calon tenaga kerja Indonesia oleh perusahaan jasa tenagakerja Indonesia di Kota Bandar Lampung

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk melengkapi data guna pengujian hasil penelitian ini, digunakan prosedur pengumpulan data yang terdiri dari :

1) Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengadakan studi kepustakaan (Library Research). Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh arah pemikiran dan tujuan penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip dan menelaah literatur-literatur yang menunjang, peraturan perundang-undangan serta bahan-bahan bacaan ilmiah lainnya yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang akan dibahas. 2) Data Primer

(35)

31 a) Pengamatan (Observation)

Pengamatan (Observation) yaitu pengumpulan data secara langsung terhadap objek penelitian untuk memperoleh data yang valid dengan melakukan pengamatan langsung mengenai upaya hukum penanggulangan tindak pidana penipuan terhadap calon tenaga kerja Indonesia oleh perusahaan jasa tenagakerja Indonesia di Kota Bandar Lampung

b) Wawancara (Interview)

Wawancara (Interview) yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara (interview) secara langsung dengan alat bantu daftar pertanyaan yang bersifat terbuka. Dimana wawancara tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik “Purposive Sampling”, yaitu

dengan menentukan terlebih dahulu responden/narasumber yang akan diwawancarai pada objek penelitian yang berkaitan dengan permasalahan. Responden yang dianggap dapat mewakili dan berkaitan dengan permasalahan penelitian adalah :

1. Hakim Pengadilan Negeri Kelas I A Tanjungkarang : 2 orang 2. Jaksa pada Kejaksaan Negeri Tanjungkarang : 2 orang 3. Penyidik Pada Poltabes Bandar Lampung : 2 orang 4. Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung : 2 orang+

(36)

32

2. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data terkumpul selanjutnya adalah melakukan pengolahan data yaitu kegiatan merapihkan dan menganalisis data tersebut, kegiatan ini meliputi kegiatan seleksi data dengan cara memeriksa data yang diperoleh mengenai kelengkapannya, klasifikasi data, mengelompokan data secara sistematis. Kegiatan pengolahan data dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : 1) Klasifikasi data yaitu dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan

permasalahan yang akan dibahas.

2) Inventarisasi data yaitu untuk mengetahui kelengkapan data, baik atau tidaknya data dan kepastian data dengan pokok bahasan yang akan dibahas. 3) Sistematisasi data yaitu data yang telah diklasifikasikan kemudian

ditempatkan sesuai dengan posisi pokok permasalahan secara sistematis.

D. Analisa Data

(37)
(38)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Hakim

Nama : Jesden Purba, S.H., M.Hum Pangkat : IV b

Masa Kerja : 21 Tahun

Jabatan : Hakim pada Pengadilan Negeri Kelas I A Tanjung Karang 2. Hakim

Nama : Sahlan Effendi, S.H. Pangkat : IV a

Masa Kerja : 18 Tahun

Jabatan : Hakim pada Pengadilan Negeri Kelas I A Tanjung Karang 3. Jaksa Penuntut Umum

Nama : Adriana, S.H., M.H Pangkat : III c

Masa Kerja : 16 Tahun

(39)

35

4. Jaksa Penuntut Umum

Nama : Jumali, S.H., M.H Pangkat : IV a

Masa Kerja : 19 Tahun

Jabatan : Jaksa pada Kejaksaan Negeri Tanjung Karang 5. Penyidik

Nama : Hari Sutrisno Pangkat : AKP

Masa Kerja : 12 Tahun

Jabatan : Komandan Satuan Pengendali Masa Poltabes Bandar Lampung

6. Penyidik

Nama : Nursandi Pangkat : Britu

Masa Kerja : 5 Tahun

Jabatan : Anggota Reskrim Poltabes Bandar Lampung. 7. Pegawai Dinas Tenaga Kerja

Nama : Sukanto, S.Sos. Pangkat : IV a

Masa Kerja : 12 Tahun

(40)

36

8. Pegawai Dinas Tenaga Kerja Nama : Sam’un, S.H. Pangkat : IV b

Masa Kerja : 18 Tahun

Jabatan : Fungsional Pengantar Kerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung

B. Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan Terhadap Calon Tenaga Kerja Indonesia

Kemajuan dibidang teknologi dan industri membawa dampak pada kehidupan masyarakat termasuk terhadap perkembangan hukum dibidang ketenagakerjaan. Pengaturan mengenai perlindungan hukum ketenagakerjaan merupakan suatu bagian strategis yang tidak terpisahkan dalam program pembangunan nasional secara menyeluruh pembinaan kualitas sumber daya manusia. Pengaturan di bidang ketenagakerjaan terhadap tenaga kerja dilakukan dengan memberikan perlindungan hukum ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan independen untuk menjamin pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan, hal ini dapat ditemui dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

(41)

37

pelanggaran atau kejahatan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Berkaitan dengan perkembangan ketenagakerjaan di Indonesia selama ini mengikuti perkembangan teknologi dan industri yang berkembang dalam masyarakat. Perkembangan pembangunan yang terjadi dewasa ini diikuti juga dengan perkembangan dan kebutuhan di bidang ketenagakerjaan, baik di dalam maupun di luar negeri. Tindak pidana dibidang ketenagakerjaan pada perkembangannya dapat dilakukan oleh perseorangan maupun Badan Hukum yang bergerak dibidang jasa ketenagakerjaan oleh suatu jaringan atau sindikat penyaluran calon tenaga kerja Indonesia baik untuk tujuan di dalam maupun pengiriman calon tenaga kerja di luar negeri. Penipuan terhadap calon tenaga kerja Indonesia oleh Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PTKIS) yang melibatkan berbagai pihak secara profesional, apabila pelanggaran atau tindak pidana penipuan terhadap tenaga kerja Indonesia tidak ditanggulangi akan sangat meresahkan masyarakat. Tindak pidana penipuan calon tenaga kerja Indonesia perlu ditanggulangi secara lebih dini dan intensif dan tidak membiarkan jaringan kejahatan tersebut menjadi lebih kuat dan berkembang menyerupai suatu mafia kejahatan yang bersifat internasional.

(42)

38

pengetahuan yang lebih mendalam dan kompherehensif dalam mengambil langkah penanggulangan yang akan dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar penanggulangan yang dilakukan mampu mengurangi dan menekan laju angka kejahatan penipuan calon tenaga kerja Indonesia yang terjadi.

Berdasarkan hasil penelitian pada Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjungkarang dan Kejaksaan Negeri Bandar Lampung, menurut Adriana dan Jasden Purba, menyatakan bahwa penanggulangan kejahatan terhadap penipuan calon tenaga kerja Indonesia yang biasanya terjadi dapat dibedakan berdasarkan jenis dan bentuk penanggulangan secara Preemtif, preventif (non penal) dan penanggulangan secara represif (penal), penanggulangan tersebut dijabarkan sebagai berikut :

a. Upaya preemtif berupa rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk menangkal atau menghilangkan faktor kriminogen pada tahap sedini mungkin, termasuk upaya untuk meminimalisasi faktor-faktor kriminogen yang ada dalam masyarakat yang bentuk kegiatannya sangat bervariasi, mulai dari menganalisis terhadap kondisi wilayah berikut potensi kerawanan yang terkandung di dalamnya dengan mengadakan penyuluhan hukum.

(43)

39

lapisan masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif dalam upaya pencegahan, penangkalan dan menanggulangi tindak pidana penipuan terhadap calon Tenaga Kerja Indonesia.

c. Upaya represif meliputi rangkaian kegiatan penindakan yang ditujukan kepada upaya terhadap pengungkapan tindak pidana penipuan calon tenaga kerja Indonesia. Bentuk kegiatan dari penindakan tersebut antara lain penyelidikan, penyidik, penuntutan dan putusan Pengadilan berdasarkan pada Musyawarah Majelis Hakim pada Pengadilan. Sedangkan hasil serta upaya hukum paksa lainnya yang disahkan menurut Undang-Undang.

Sebagaimana contoh kasus pada Perkara Pidana Nomor 1609/PID/B/2008/ PN.TK, dengan duduk perkara sebagai berikut :

Nama : Bambang Sutopo bin Tamran Tempat lahir : Malang

Umur/tgl. lahir : 34 tahun/08 September 1974 Jenis kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal : Jl. Tamrin No. 17 Tanjungkarang Bandar Lampung Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

(44)

40

terdakwa Bambang Sutopo bin Tamran diajukan ke depan persidangan dengan dakwaan yang disusun dalam bentuk alternatif yaitu :

1. Perbuatan terdakwa Bambang Sutopo bin Tamran sebagaimana diatur dan diancam pidana oleh Pasal 10 Jo Pasal 2 ayat (1) UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. 2. Perbuatan terdakwa Bambang Sutopo bin Tamran sebagaimana diatur

dan diancam pidana oleh Pasal 102 ayat (1) huruf a UU RI No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri Jo Pasal 53 KUHP.

3. Perbuatan terdakwa Bambang Sutopo bin Tamran sebagaimana diatur dan diancam pidana oleh Pasal 378 KUHPd.

4. Perbuatan terdakwa Bambang Sutopo bin Tamran sebagaimana diatur dan diancam pidana oleh Pasal 372 KUHPd.

Surat Tuntutan Pidana dari Penuntut Umum tertanggal 28 Januari 2009 yang pada pokoknya menuntut agar Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan :

Menyatakan terdakwa Bambang Sutopo bin Tamran bersalah melakukan tindak pidana “Penipuan” melanggar Pasal 378 KUHP sebagaimana

dimaksud dalam dakwaan ketiga;

(45)

41

Menyatakan terdakwa Bambang Sutopo bin Tamran telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “PENIPUAN” dan

Menjatuhkan pidana oleh karena itu terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun;

Berdasarkan uraian tersebut di atas dan hasil penelitian penulis pada Poltabes Bandar Lampung, menurut Hari Sutrisno, menyatakan bahwa dalam rangka menanggulangi tindak pidana penipuan calon tenaga kerja Indonesia pada wilayah hukum Poltabes Bandar Lampung dibedakan berdasarkan pada penanggulangan secara Preemtif, preventif (non penal) dan penanggulangan secara represif (penal), penanggulangan tersebut dijabarkan sebagai berikut : 1. Upaya preemtif berupa rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk

(46)

42

2. Upaya preventif

Upaya preventif adalah upaya penanggulangan tindak pidana sebelum terjadinya tindak pidana, upaya ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a.Koordinasi Kepolisian dengan Dinas Tenaga Kerja

Koordinasi kepolisian dengan pihak Dinas Tenaga Kerja sebagai salah satu kegiatan kepolisian yang dilakukan oleh polri sebagai upaya mencegah terjadinya tindak pidana dibidang tenaga kerja. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan kerjasama mendatangi, menjelajahi, mengamati, mengawasi, memperhatikan, situasi dan kondisi serta membahas permasalahan hukum yang berkaitan uaya penanggulangan tindak pidana penipuan terhadap calon tenaga kerja Indonesia. Upaya ini dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dan terhadap Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Indonesia, menerima laporan dari masyarakat tindakan atau pelangaran yang diperkirakan akan menimbulkan segala bentuk gangguan kamtibmas (baik kejahatan maupun pelanggaran) serta menuntut kehadiran polri untuk melakukan tindakan-tindakan kepolisian guna memelihara ketertiban dan keamanan masyarakat.

(47)

43

secara dini. Koordinasi kepolisian merupakan bentuk kerjasama sebagai bagian yang penting dalam pelayanan kepolisian kepada masyarakat karena dapat menghindarkan timbulnya korban penipuan calon tenaga kerja dan penipuan harta benda yang dimiliki calon tenaga kerja.

Koordinasi Kepolisian merupakan kerjasama Kepolisian dengan instansi terkait untuk mencegah bertemunya faktor niat dan kesempatan melakukan tindak pidana. Memelihara dan meningkatkan tertib dan kepatuhan hukum masyarakat serta membina ketentraman masyarakat. Menjaga keselamatan orang, harta benda, hak asasi dan termasuk memberi perlindungan hukum. Memelihara ketertiban, keteraturan dan keamanan umum. Memberikan pelayanan terhadap masyarakat, menerima laporan dan pengaduan. Melakukan tindakan hukum terhadap peristiwa tindak pidana penipuan calon tenaga kerja Indonesia dan melakukan tindakan hukum lainnya. Memberikan penerangan atau penyuluhan pada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan masyarakat dibidang ketenagakerjaan.

(48)

44

keterpaduan, artinya perlu dilakukan koordinasi secara terpadu, terus-menerus dan terarah terkait dalam sistem operasional upaya pencegahan terjadinya tindak pidana penipuan calon tenaga kerja Indonesia. Upaya penanggulangan tindak pidana sebagai penegakan hukum dilakukan dengan koordinasi secara keterpaduan antara fungsi-fungsi operasional sehingga pelaksanaan koordinasi betul-betul efektif dan efisien.

Lebih lanjut menurut Hari Sutrisno menyatakan bahwa koordinasi kepolisian dengan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung sebagai bentuk upaya pencegahan terjadinya tindak pidana dibidang ketenagakerjaan termasuk penipuan calon tenaga kerja Indonesia terdiri dari 2 (dua) macam bentuk yaitu :

a) Koordinasi Rutin, yaitu koordinasi yang dilaksanakan pada waktu tertentu secara rutin yang dilakukan dengan cara melakukan penyuluhan hukum kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dibidang ketenagakerjaan.

(49)

45

b.Bimmas (Bimbingan Masyarakat)

Salah satu upaya penegakan hukum kepolisian adalah melakukan bimbingan, penyuluhan, pengarahan kepada masyarakat agar dapat memahami perannya dalam rangka kamtibmas. Melalui pemahaman yang benar diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi dan bersama-sama dengan aparat penegak hukum lainnya menciptakan suasana kamtibmas. Bimbingan kemasyarakatan dan penyuluhan hukum sangat penting dan urgen untuk dilakukan karena dengan demikian antara tugas kepolisian dan masyarakat, sehingga terciptanya suatu hubungan hukum yang baik dan saling pengertian yang mendalam tentang perannya masing-masing dalam rangka menjaga ketertiban hukum.

Kondisi kemasyarakatan merupakan salah satu potensi yang sangat besar yang bila tidak dimanfaatkan dengan baik justru akan menjadi beban yang berat bagi Polri dalam menegakkan hukum. Di dalam masyarakat yang pengetahuan hukumnya masih kurang, partisipasi masyarakat di dalam membangun suatu kondisi atau keadaan masyarakat yang aman dan tertib perlu dirangsang secara aktif untuk bahu membahu bersama aparat penegak hukum, khususnya polisi untuk menciptakan suatu suasana ketertiban dan keamanan yang dinamis.

(50)

46

suatu sikap mental dan budaya masyarakat untuk patuh pada hukum dan sekaligus menjembatani fungsi atau kedudukan polri di satu pihak dan masyarakat pada pihak lain. Hubungan yang kooperatif antara keduanya merupakan suatu modal dasar yang sangat kondusif untuk membangun suatu keadan masyarakat yang aman dan tertib.

c. Tertib Administrasi Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

Pencatatan dan pendaftaran administrasi pada Perusahan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia yang teratur dan tertib dapat menciptakan tertib administrasi perusahan yang menyediakan jasa tenaga kerja Indonesia. Dengan demikian, bila terjadi penyimpangan atau terjadinya tindak pidana penipuan tenaga kerja Indonesia dapat dengan mudah ditanggulangi dengan melakukan upaya penyelidikan dan penyidikan yang diperlukan atas pelanggaran dan tindak pidana dibidang ketenagakerjan yang menyangkut penipuan calon tenaga kerja Indonesia oleh Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS).

(51)

47

bahwa lembaga yang diperbolehkan melaksanakan penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri adalah Pemerintah dan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Swasta.

Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004, ditentukan untuk dapat memperoleh SIPPTKI, Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) swasta harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT) yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan;

2) Memiliki modal di sektor yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan sekurang-kurangnya Rp.3.000.000.000,-(tiga milyar rupiah);

3) Menyetor uang jaminan dalam bentuk deposito sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) pada bank pemerintah,

4) Memiliki rencana penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun berjalan;

5) Memiliki unit latihan kerja dan sarana prasarana pelayanan penepatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

d. Partisipasi masyarakat dalam upaya penanggulangan

(52)

48

1) Meningkatkan Peran Bimmas Polri

Untuk maksud ini Polri perlu melakukan pendekatan masyarakat (sosial approach) dengan berbagai metode seperti penyuluhan hukum, sambang kampung, simulasi, metode bimastral, metode tatap muka, ceramah dan lain-lain.

2) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan bentuk perkumpulan yang diadakan atas dasar prakarsa masyarakat bekerjasama dengan aparat kepolisian yang peduli akan penegakan hukum dan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, contohnya Forum Komunity Pemolisian Masyarakat (FKPM) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dibidang Ketenagakerjaan 3) Laporan Masyarakat

(53)

49

a) Kemampuan dalam melakukan penjagaan keamanan terhadap tindak pidana penipuan calon tenaga kerja Indonesia.

b) Kemampuan untuk melaporkan terjadinya penipuan atau pengadan jasa tenaga kerja Indonesia secara illegal atau melanggar hukum kepada aparat kamtibmas terdekat.

c) Kemampuan memberikan informasi kepada petugas baik langsung maupun melalui sarana komunikasi yang ada terhadap apa yang dilihat, didengar, disaksikan yang memungkinkan terjadinya tindak pidana penipuan tenaga kerja Indonesia. d) Kemampuan untuk membantu polisi dalam mengamankan TKP

dan barang bukti maupun saksi-saksi, tindak pidana penipuan calon tenaga kerja Indonesia.

e) Kemampuan melakukan tindakan hukum terhadap pelaku atau Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Indonesia dan segera menyerahkan pelaku yang atau melaporkan kepada kepolisian setempat.

3. Upaya Represif

(54)

50

supaya diproses melalui sidang pidana pada tingkat pertama. Upaya-upaya hukum ini dilakukan berturut-turut oleh polisi, jaksa dan Hakim.

Dalam hal penanganan suatu kejahatan menurut hukum pidana aparat kepolisian mempunyai peran yang sangat menentukan untuk mengungkapkan kejahatan dan selanjutnya diproses secara yuridis. Proses yuridis yang dimaksudkan merupakan pelaksanaan dari fungsi-fungsi yang telah ditentukan berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum acara pidana sebagaimana telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana, peraturan-peraturan pelaksananya, serta peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

(55)

51

merupakan bagian dari upaya-upaya penyelesaian perkara sekaligus pelaksanaan penegakan hukum secara nyata dalam hal adanya peristiwa konkrit. Hukum harus ditegakkan, dan pelaku tindak pidana penipuan calon tenaga kerja Indonesia harus dihukum.

(56)

52

Berdasarkan hasil penelitian pada Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjungkarang menurut Jasden Purba, menyatakan bahwa terhadap pelimpahan perkara tindak pidana penipuan calon tenaga kerja Indonesia kepada pengadilan termasuk dalam upaya hukum yang bersifat represif yaitu penegakan hukum pidana yang menggunakan sarana hukum pidana (penal).

(57)

53

yaitu dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun. Kurang optimalnya pidana penjara yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim tersebut tidak sebanding dengan kerugian yang diderita korban, baik dari segi materi maupun non materi, sedangkan Majelis Hakim sendiri tidak menetapkan terdakwa untuk mengganti kerugian materi yang telah diderita korban dengan pidana denda.

C. Faktor Penghambat Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan Terhadap Calon Tenaga Kerja Indonesia

Berdasarkan hasil penelitian pada Poltabes Bandar Lampung menurut Hari Sutrisno, menyatakan bahwa faktor yang menghambat dalam

penanggulangan tindak pidana penipuan calon tenaga kerja Indonesia adalah : a. Dalam mengungkap dan mengumpulkan alat-alat bukti harus cermat dan

teliti sehingga memerlukan waktu.

b. Kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pihak kepolisian dan instansi terkait untuk melakukan penyidikan dan penyelidikan terhadap tindak pidana penipuan calon tenaga kerja Indonesia.

c. Sebagian masyarakat yang enggan untuk dijadikan saksi walaupun sebenarnya saksi mengetahui tentang terjadinya tindak pidana penipuan jasa tenaga kerja Indonesia dan pemerasan dengan alasan malas berurusan dengan polisi sehingga pihak kepolisian mengalami kesulitan untuk mendapatkan keterangan mengenai tindak pidana tersebut.

(58)

54

mengalami kesulitan dalam melakukan penangkapan maupun penyelidikan.

e. Tingkat profesionalisme serta kualitas aparat hukum penegak hukum (polri) dan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dinilai kurang, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang berbeda serta kurangnya pendidikan hukum dibandingkan dengan perkembangan tindak pidana di bidang ketenagakerjaan yang terjadi pada saat ini.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dianalisa bahwa dalam membahas mengenai penanggulangan tindak pidana penipuan calon tenaga kerja Indonesia, maka tidak terlepas dari penegakan hukum dimana penegakan hukum itu adalah suatu usaha kegiatan atau pekerjaan agar hukum itu tegak dan ketertiban itu berdiri. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya tidak sederhana apa yang diungkapkan untuk mencapai atau mengkongkritkan tujuan tersebut akan banyak dipengaruhi berbagai faktor.

Lebih lanjut menurut Hari Sutrisno, menyatakan bahwa dalam melakukan penyidikan tindak pidana penipuan jasa tenaga kerja Indonesia terhadap beberapa faktor dihadapi polisi dalam menjalankan hukum dalam arti penegakan hukum yaitu :

1. Kesulitan-kesulitan yang bersifat teknis dalam usaha penegak hukum, seperti keterbatasan personil, waktu dan peralatan untuk penyidikan. 2. Kepentingan yang bersifat keorganisasian pada polisi setempat baik untuk

(59)

55

3. Masalah-masalah yang bersifat adi cipta dan nilai-nilai yang dijadikan dalam dasar memilih undang-undang yang dijalankan.

4. Sejumlah tekanan dan tuntutan masyarakat untuk dapat menjalankan undang-undang secara penuh.

(60)

56

mengunjungi perusahaan-perusahaan terkait dengan pemberangkatan dan penempatan TKI di luar negeri. Selain upaya tersebut yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui dinas-dinas terkait, maka faktor penghambat lainnya datang dari kurangnya koordinasi dan kerjasama yang intensif dari instansi-instansi/dinas terkait dengan aparat penegak hukum, baik pembinaan maupun pengawasan terhadap Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (PTKIS). Hal tersebut terlihat masih banyak beroperasinya jasa-jasa penempatan TKI yang illegal (tidak resmi). Dan yang terakhir, proses penanganan tersangka/terdakwa oleh Kepolisian, Kejaksaan serta Pengadilan dirasakan masih kurang optimal dan terkesan lambat. Hal ini akan semakin menjadikan masyarakat merasa enggan dan malas berurusan dengan aparat penegak hukum, karena proses yang berbelit-belit dan menunjukkan pesan yang negatif yaitu “Kalau Nggak Ada Uang, Maka Nggak Jalan”.

Berdasarkan pada hal sebagaimana tersebut di atas, maka dapat diketahui faktor-faktor yang menghambat penanggulangan tindak pidana penipuan calon tenaga kerja Indonesia adalah :

1.Faktor hukum (Undang-Undang)

(61)

57

pelaksanaan masih jauh apa yang diharapkan oleh pemerintah dan penegak hukum.

2.Faktor penegak hukum

Sudah adanya koordinasi dan kerjasama yang intensif dari instansi-instansi/dinas terkait dengan aparat penegak hukum, baik pembinaan maupun pengawasan terhadap Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (PTKIS), tetapi di dalam pelaksanaan masih jauh dari harapan yang diinginkan oleh pemerintah.

3.Faktor sarana atau fasilitas

sudah adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, dan badan-badan/balai-balai/yayasan yang dapat mendidik calon tenaga kerja untuk menjadi terampil dan professional, tetapi masih banyak sekali para calon tenaga kerja pingin mengambil jalan pintas untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan mereka.

4.Faktor masyarakat

Masyarakat tidak mau belajar dan berlatih terlebih dahulu sebelum menjadi tenaga kerja keluar negeri dikarenakan calon tenaga kerja tidak sabar dan ingin segera mencari rejeki di negeri orang yang sebagian orang mengatakan bahwa penghasilan di luar negeri cukup menjanjikan dari pada di Indonesia

5.Faktor kebudayaan

(62)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab terdahulu maka dapat ditarik kesimpulan oleh penulis yaitu :

1. Penanggulangan tindak pidana penipuan tenaga kerja Indonesia dilakukan dengan cara-cara :

a. Upaya Pre-emtif yaitu Dinas tenaga kerja Indonesia menganalisis terhadap kondisi wilayah berikut potensi kerawanan yang terkandung di dalamnya dengan mengadakan penyuluhan hukum.

b. Upaya preventif yaitu koordinasi kepolisian dengan Dinas Tenaga Kerja, kegiatan pembinaan dan sosialisasi peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan, maupun pelatihan dan kursus-kursus, serta kegiatan pembinaan masyarakat yang ditujukan untuk memotivasi segenap lapisan masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif dalam upaya pencegahan, penangkalan dan menanggulangi tindak pidana penipuan terhadap calon Tenaga Kerja Indonesia.

c. Upaya represif yaitu penindakan yang ditujukan ke arah pengungkapan, penghukuman, dan pemidanaan pelaku tindak pidana penipuan tenaga kerja Indonesia.

(63)

59

a. Faktor hukum (Undang-Undang)

Sudah ada peraturan yang jelas dan tegas yang mengatur tentang syarat -syarat untuk dapat menjadi tenaga kerja Indonesia di luar negeri tetapi di dalam pelaksanaan masih jauh apa yang diharapkan oleh pemerintah dan penegak hukum.

b. Faktor penegak hukum

Sudah adanya koordinasi dan kerjasama yang intensif dari instansi-instansi/dinas terkait dengan aparat penegak hukum, baik pembinaan maupun pengawasan terhadap Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (PTKIS), tetapi di dalam pelaksanaan masih jauh dari harapan yang diinginkan oleh pemerintah

c. Faktor sarana atau fasilitas

sudah adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, dan badan-badan/balai-balai/yayasan yang dapat mendidik calon tenaga kerja untuk menjadi terampil dan professional, tetapi masih banyak sekali para calon tenaga kerja pingin mengambil jalan pintas untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan mereka.

d. Faktor masyarakat

(64)

60

e. Faktor budaya

Tenaga kerja berangkat untuk bekerja keluar negeri hanya bersifat ikut-ikutan yang sebenarnya tenaga kerja tidak mengetahui cara kerja dan cenderung malas-malasan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran penulis adalah :

1. Hendaknya perlu ditumbuhkembangkankan kesadaran hukum dan pemahaman yang baik tentang peran serta masyarakat dalam berbagai upaya penanggulangan kejahatan serta tanggung jawabnya dalam penanggulangan tindak pidana.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa pelaksanaan pengangkatan anak yang dilakukan oleh orang yang belum menikah dapat dilakukan langsung yaitu dari orang tua

dilakukan apabila tingkat vaksinasi cukup besar, artinya apabila sumber dana untuk pelaksanaan.. vaksinasi tersedia dengan jumlah yang

Politisasi Pada Perguruan Paku Banten pada Pilgub 2008 terlihat dengan adanya hubungan antara Sjachroedin Z.P dan Perguruan Paku Banten yang menguatkan keyakinan penulis

rasio keuangan terhadap keputusan investasi pada Pemerintah Kabupaten atau. Kota di Jawa Tengah tahun

Hal ini berarti bahwa 14,1% variasi variabel audit delay dapat dijelaskan oleh variabel total aset, leverage , opini audit, dan ukuran KAP, sedangkan sisanya

Ketika perusahaan memiliki jumlah proporsi hutang yang lebih banyak daripada jumlah ekuitas, maka auditor akan memerlukan waktu yang lebih banyak dalam mengaudit

This research focuses on the subtitling analysis of imperative sentence in Need for Speed movie by Pein Akatsuki using Quirck’s theory about sentence and Baker’s theory

Poin penting dalam laporan survei yang perlu mendapatkan perhatian dalam penilaian adalah poin ketiga dimana siswa menjelaskan hal-hal yang perlu