ABSTRAK
EVALUASI KINERJA DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM MEMINIMALISIR KECELAKAAN KERJA (Studi
Pada Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung ) Oleh
NURUL ANNINDA HASAN
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran (deskripsi) tentang evaluasi kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam meminimalisir kecelakaan kerja yang di tinjau dari aspek standar dan sasaran kebijakan, kualitas pelayanan, kebutuhan masyarakat, pelaksanaan birokasi, dan kebijakan birokasi serta faktor penghambat dan pendorong. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Teknik pengumpulan dilakukan melalui dokumentasi, observasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan untuk mencapai keabsahan data dilakukan dengan triangulasi data.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kinerja Dinas Tenaga Kerja dalam melakukan pembinaan kesehatan dan keselamatan kerja di Kota Bandar Lampung sangat baik, Kendala-kendala yang dihadapi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam melakukan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja di Kota Bandar Lampung yaitu masih terbatasnya sumber daya manusia (SDM) di dinas tersebut, serta banyaknya perusahan yang tidak mau diawasi menunjukan kecurigaan bahwa perusahaan tidak mengindahkan tata aturan keselamatan kerja yang dilakukan oleh dinas dan dapat menghambat capaian target dari Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung.
Saran yang disampaikan bahwa, sebaiknya Dinas Tenaga Kerja mengalokasikan dana khusus bagi kegiatan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja, dinas tenaga kerja harus menambah sumber daya manusia (SDM) dan bagi SDM yang sudah ada seharusnya melakukan pengaraha dalam rangka peningkatan dan pengembangan kapasitas SDM, pengawasan perlu di perketat terutama pada perusahaan yang memiliki resiko kecelakaan kerja tinggi, pemenuhan terhadap sarana dan prasarana perkantoran perlu diprioritaskan, seperti pengadaan kendaraan dinas dan alat pencegahan kecelakaan kerja, Dinas Tenaga Kerja perlu melakukan evaluasi kepada perusahaan.
ABSTRACT
THE EVALUATION OF PERFORMANCE OF WORK FORCE OFFICE IN BANDAR LAMPUNG IN MINIMIZING OCCUPATIONAL ACCIDENT
(A Case Study in Work Force Office of Bandar Lampung) By
NURUL ANNINDA HASAN
This research aims to obtain a description about the evaluation of performance of Work Force Office in Bandar Lampung in minimizing occupational accident to be viewed from aspects of standard and target of policy, service quality, public need, bureaucracy exercise, bureaucracy policy; and its supporting and inhibiting factors. This research used qualitative descriptive approach. Data were collected with documentation, observation, and interview. Data were analyzed with data reduction, data presentation, and drawing conclusion. Data triangulation was conducted to obtain data validity.
The results showed that the performance of Work Force Office of Bandar Lampung in educating occupational health and safety in Bandar Lampung was good. The inhibiting factors were limited human resource in the Work Force Office and many companies were not willing to be monitored which indicated suspicion that those companies did not obey the rules of occupational safety exerted by the Work Force Office. These factors inhibited targets of Work Force Office in Bandar Lampung.
The recommendations that the Work Force Office should allocate special budget for occupational health and safety education, adding human resource, and the existing human resources should enhance and develop their capacity. Monitoring needs to be exercised more closely especially for those companies with high risk occupational accidents. Office structure and infrastructure providing should be prioritized, procuring official vehicles and equipment for preventing occupational accidents are necessary. Work Force Office needs to evaluate companies.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Nurul Anninda Hasan lahir di
Kota Bandar Lampung pada tanggal 26 September 1992.
Penulis merupakan anak Pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Drs. Yudha Sofyan Hasan dan Ibu Anisyah S.Pd
Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah Taman
Kanak-Kanak Kartini pada tahun 1996-1997, Sekolah Dasar (SD) Kartika II-5
Bandar Lampung pada tahun 1998-2004, SMPN 25 Bandar Lampung pada tahun
2004-2007, SMAN 1 Bandar Lampung pada tahun 2007-2010. Pada tahun 2010
penulis diterima sebagai mahasiswi pada jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur
MANDIRI. Pada tahun 2010 penulis tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu
Administrasi Negara (Himagara) sebagai anggota dan pada periode tahun
2012-2013 penulis menjabat sebagai anggota dana hubungan luar (Hublu). Pada tahun
2013, penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik 2013 di Desa
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah SWT...
Kupersembahakan karya kecil ini untuk :
Allah SWT dengan segala kerendahan hati kuucapkan syukur
atas karuniaMu kepadaku
Ayah dan Mama serta Adikku tercinta yang selalu
Memberikan yang terbaik untukku
Terima kasih atas segala cinta, pengorbanan, kesabaran,
motivasi, keikhlasan, dan do’a yang tiada henti
dalam menanti keberhasilanku.
Keluarga besar yang senantiasa menyemangati dan
memberikan nasihat
Para pendidik dengan ketulusannya selalu memberikan arahan
dan bimbingan kepadaku
Sahabatku, Teman, dan almamater tercinta yang
mendewasakanku dalam berpikir dan bertindak serta
MOTO
“
Jika umur mencapai malam hari maka jangan
menanti pagi hari dan jika umurmu mencapai pagi
hari maka jangan menanti malam hari ambilah
(waktu) sehatmu untuk sakitmu dan ambillah
(masa) hidupmu untuk matimu”
(
H.R Bukhari)
Barang siapa takut menghadapi masalah
sebenarnya ia takut takut menghadapi kemajuan
(Soekarno)
Baik buruknya hidup dicerminkan pada perbuatan
dan Perbuatan baik dan buruk allah SWT yang
mampu menilai
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin tercurah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala kehendak dan kuasa Allah
SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Evaluasi Kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja” (Studi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung), sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Administrasi Negara (SAN) pada jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulusnya
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini antara lain:
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
3. Bapak Nana Mulyana, S.IP., M.Si., selaku dosen pembimbing utama penulis.
Terimakasih pak atas bimbingan selama ini, saran, arahan, masukan serta
bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.sos., M.Si., selaku dosen penguji dan juga
motivator bagi penulis. Terimakasih ibu, atas masukan-masukan, saran, dan
bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Ibu Dewie Brima Atika, S.IP., M.Si., selaku dosen pembimbing kedua
penulis. Terimakasih atas segala pelajaran berharga yang diberikan kepada
penulis walaupun singkat pelajaran ibu awal dari proses skripsi ini.
6. Bapak Syamsul Ma’arif, S.Ip., M.Si., selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan nasehat, arahan, ilmu, waktu, dan tenaga selama proses
pendidikan hingga akhir.
7. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu yang
telah penulis peroleh di kampus dapat menjadi bekal yang berharga dalam
kehidupan penulis ke depannya.
8. Ibu Nur sebagai staf jurusan Ilmu Administrasi Negara yang selalu
memberikan pelayanan bagi penulis yang berkaitan dengan administrasi
dalam penyusunan skripsi ini.
9. Pihak Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung teruntuk Bapak Drs. Pamuji AR, MM, Bapak Farid, Bapak Rudolf M. Aritonang, SH dan Bapak
TARMUDI, S.Sos yang telah memberikan izin dan meluangkan waktu
kepada penulis untuk diwawancarai memberikan informasi, masukan,
Lestari dan PT. Timur Jaya teruntuk untuk Bapak Yani lamoel SH dan Bapak
Rudi sanjaya yang ditengah kesibukan masih berkeinginan untuk
diwawancarai dan pihak-pihak lainnya yang telah membantu.
10. Keluargaku tercinta yang tak pernah lelah memberikan do’a, pelajaran
berharga serta dukungan kepada ku. Ayah yang tak pernah lelah memberikan
masukan dalam proses perbaikan skripsi ini dan yang telah bersusah payah
dalam membiayai kuliah hingga bisa menjadi sarjana, terimakasih ayah.
Mama yang menjadi penyemangat dan inspirasi dalam menyelesaikan skripsi
ini yang selalu menguatkan agar tidak malas dan menunda untuk
mengerjakan skripsi, terimakasih ma atas dorongan semangatnya dan jangan
pernah lelah dalam mendoakan anak-anaknya agar menjadi orang yang sukses
kelak. Adikku satu-satunya Dhanisa Fitri Monanda, yang selalu cerewet dan
mengadu ke mama kalau males-malesan ngerjain skripsi makasih buat
cerewetnya dan kejahilannya ya sayang, yakin dek kalau kita pasti bisa
membuat ayah mama bangga dan bahagia.
11. Terima kasih untuk seluruh keluarga besarku yang selalu bertanya kapan
wisuda dan terima kasih atas dukungannya.
12. Terimakasih untuk Dito Prasetyo yang selalu memberi semangat, membantu
mengerjakan skripsi, menemani dan menunggu di kampus, maaf telah
membuat pusing dalam ngerjain skripsi ini, haha. Ayo kamu juga pasti bisa
13. Terima kasih untuk sahabat sekaligus saudari Septina Rahma yang sudah
mengantar pagi-pagi ke kampus, Yunita Oktovianus dan Ade Rianita yang
selalu mendengarkan keluhan tentang skripsi ini, yang sudah menenangkan
apabila sedang pusing mengerjakan skripsi ini. Dan terima kasih untuk
selama ini sudah paham apabila sering membuat kalian menjadi susah, maaf
apabila terkadang masih suka labil dan nyebelin.
14. Terima kasih untuk Sahabat-sahabatku tersayang Intan Ayu , Indah Putri,
Hanny Mutiara, Dewinta Fenny, Maritha septiana selalu memberikan saran
dan kritik tentang skripsi ini.
15. Terima kasih juga buat teman-teman ADUSELON, Nuzul Liliiana S.AN,
Nona Veronika S.AN, Karina Aprilita S.AN, terima kasih banyak atas
bantuan dalam pengerjaan skripsi ini, maaf selalu buat repot kalian. Cory
Maharani S.AN, Ade Wirawan S.AN teman diskusi ketika sama-sama
menunggu bimbingan. Pandu, Rizal (beg), Aden, Hepsa, Loy, Bogel, Uyung,
Ali Syamsuddien, Satria. Dan buat Maya, Bunga Janati, Eeng, Indah Kiting,
Jodi, Fadri, Yogis, Anjas, Aris, Enggi, Desmon, Dita, Rombongan Batak
(Sari, Jeni, Ani, Selly dan Dora), Izal, Gideon, Wayan, Ardiansyah, Daus,
Gery, Cita, Erisa, Bunga Mayang, Astria, Oyen, Sari Sukma, Thio, Rofii yang
sama-sama berjuang selama 4 tahun di Administrasi negara.
16. Terima kasih untuk Himagara 2008, 2009 Mbak Aisyah, Mbak Rivha, Mbak
Fanny, Kak Edo, Bang Brow, abang-abang dan mbak-mbak yang tidak bisa
ditulis satu persatu.
17. Terimakasih buat Geng CETEG Cipit, Bebel, Jeni, Dina, yang selalu nemenin
waktu lagi pusing mengerjakan skripsi ini. Teman-teman SMP Ola, Ana,
18. Dan terakhir terima kasih buat teman-teman KKN Desa Cilimus 2013 yang
telah memberikan pengalaman dan arti kekeluargaan selama 40 hari.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin
Penulis
DAFTAR ISI
1. Pengertian tentang Evaluasi Kinerja ... 11
2. Pendekatan evaluasi kinerja... 13
3. Fungsi Evaluasi Kinerja ... 15
4. Sasaran Evaluasi Kinerja... 17
5. Tujuan Evaluasi Kinerja ... 19
6. Metode evaluasi Kinerja... 20
7. Indikator Pengukuran Kinerja... 23
B. Tinjauan tentang Tenaga Kerja ... 27
1. Pengertian Tenaga Kerja ... 27
2. Kewajiban dan hak Tenaga Kerja ... 32
3. Kewajiban dan Hak Pengusaha atau Pemberi Kerja ... 35
C. Tinjuan tentang Kecelakaan Kerja ... 38
1. Pengertian Kecelakaan Kerja ... 39
2. Jenis-jenis Kecelakaan Kerja ... 39
D. Tinjauan tentang Kesehatan Kerja ... 41
E. Tinjauan tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 43
F. Tinjauan tentang Peranan Dinas Tenaga Kerja ... 50
G. Teknik Analisis Data ... 60
H. Keabsahan Data ... 61
IV. GAMBARAN UMUM A. Profil Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung ... 65
B. Struktur Organisasi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung ... 70
C. Susunan kepegawaian... ... 70
D. Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung... ... 72
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung... ... 73
1.Indikator Produktivitas... ... 74
a. efisiensi ... ... 74
b. efektivitas ... ... 80
2. Kualitas Pelayanan... ... 85
3. Responsivitas... ... 89
4. Responsibilitas... ... 101
a. secara impisit... ... 102
b. secara ekspilist... ... 106
5. Akuntabilitas... ... 108
B. Kendala-Kendala yang dihadapi Dinas Tenaga kerja... ... 114
a. Internal... 117
b. Eksternal... ... 111
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... ... 119
B. Saran... ... 120
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja di Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2013
(per Juni) ... 5
Tabel 3.1 Informan Terkait Evaluasi Kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 58
Tabel 4.1 Data Pegawai Berdasarkan Golongan ... 70
Tabel 4.2 Data Pegawai Berdasarkan Pendidikan ... 71
Tabel 4.3 Data Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71
Tabel 5.1 Data Anggaran Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung ... 75
Fokus I. Evaluasi Kinerja Pada Dinas Tenaga Kerja Dalam Pembinaan Keselamatan dan Kesehata Kerja di Kota Bandar Lampung. A. Produktivitas
1. Efisiensi
No. Informan Deskripsi Wawancara Kategori Inti
1 Drs. Pamuji AR, MM
Sekertaris Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
“Dana Sarana dan Prasarana dikeluarkan dari dana APBD yang diberikan oleh Walikota, pendanan seperti itu sudah ada hitung-hitungannya, untuk saat ini pendanna dari APBD saya rasa masih kurang maksimum karena tergantung dari kebijakan pemerintah daerah.”
“Prasarana khususnya untuk pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung masih terbatas, dikarenakan anggaran dari pemerintah untuk Dinas Tenaga Kerja khususnya untuk pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja kurang maksimal akan tetapi Dinas Tenaga Kerja bekerja sama dengan pihak ke 3 yaitu PJK 3 yang memiliki prasarana untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja seperti alat pendekteksi safety atau tidaknya mesin yang digunakan oleh perusahaan .”
- Anggaran diberikan oleh walikota
- Angaran masih kurang maksimal
- Prasarana masih terbatas
- Dinas Tenaga kerja bekrerja sama dengan pihak ke3 yaitu PJK 3
2 Rudolf M. Aritonang, SH
Kepala Bidang Pengawasan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
“Ketersediaan dana yang diberikan oleh pemerintah yaitu walikota kepada Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung khususnya untuk pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja masih kurang maksimal sehingga mengurangi efisiensi dari sarana dan prasarana yang sudah ada maupun yang akan ditambahkan.”
“Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung belum memiliki prasarana untuk menditeksi alat-alat yang di
- Anggaran masih kurang maksimal
- Prasarana masih terbatas
gunakan oleh perusahan tetapi untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja Dinas Tenaga Kerja Kota bandar lampung bekerja sama oleh pihak ketiga yaitu PJK 3 yang memiliki alat penditeksi mesin yang digunakan sehingga mempermudah pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung untuk menjamin keselamatan dan kesehatan para pekerja menjadi lebih sejahtera.”
3 TARMUDI, S.Sos
Seksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
“Pendanaan untuk saat ini masih sangat kurang sementara dinas banyak sekali agenda kegiatan, khusnya untuk pembinaan kesehatan dan keselamatan
kerja, baik berupa sarana maupun prasarana” “Meskipun adanya keterbatasan dana. Dinas sudah
mengupayakan cara lai yaitu bekerja sama dengan pihak ke 3 yaitu PJK 3 yang memiliki prasarana untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja.”
- Anggaran masih kurang maksimal
- Prasarana masih terbatas
- Dinas bekerja sama dengan pihak ke 3
Kesimpulan : Input atau tujuan dari Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung adalah Meningkatkan sarana dan perasaran dengan
permasalahan yang harus di hadapi yaitu kekurangan dana dari APBD, dan output atau hasilnya adalah kerjasama dengan pihak
B. Efektivitas
No. Informan Deskripsi Wawancara Kategori Inti
1 Drs. Pamuji AR, MM
Sekertaris Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
“Konsep yang dipakai dinas tenaga kerja melihat secara langsung kelapangan sesuai dengan protab yang ditetapkan. Setiap awal melakukan pekerjaan disitulah dilakukan pembinaan. Pembinaan itu dilakukan sebelum pekerja melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugasnya agar pekerja bisa melindungi dirinya sendiri.”
“Pembinaan dilakukan Sering sekali, yaitu satu bulan sekali, satu semester dan akhir tahun. Setiap tahun perusahaan wajib melaporkan perkembangan yang ada diperusahaan kepada Dinas Tenaga Kerja. Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
“Konsep pembinaan yang dilakukan Dinas tenaga kerja yaitu pembinaan secara langsung yaitu sosialisasi kepada perusahaan, hal ini dimaksudkan juga sebagai
pengawasan oleh dinas.”
“Hampir tiap tahun. Khususnya perusahaan yang cukup
berbahaya dilakukan permbinaan secara berkala untuk perusahan lain yang tingkat kemungkinan terjadinya
kecelakan kerja kecil kami hanya memberikan arahan.”
3 TARMUDI, S.Sos
Seksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
“Konsep pembinaan yang digunakan dinas dilakukan
secara langsung dan bentuknya sosialisasi kenapa digunakan sosialisasi karna agar ada fungsi pengawasan
oleh dinas.”
“Sering dilakukan namun untuk saat ini dinas hanya
fokus kepada perusahan besar yang memiliki track
record kecelakaan kerja yang tinggi saja.”
- Konsep pembinaan yang
PT. Prabu Tirta Lestari “Pembinaannya dengan turun lapanagan dan langsung memberikan himabauan pada buruh, himbauannya biasanya tentang pengguaan peralatan dan pakaian penunjang.”
6 Bpk Bili
buruh PT. Timur
“Pembinaan dilakukan langsung dan pembinaan yang diberikan itu berupa pengarahan pengawasan kepada buruh agar tidak terjadi kecelakaan kerja.”
- Pembinaan dilakukan
- Pengarahan dan pengawasan terjadinya kecelakaan kerja
Kesimpulan : input atau tujuan dari Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung adalah meningkatnya kualitas pembinaan keselamatan
dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja di Kota Bandar Lampung dan output atau hasilnya adalah dinas tenaga kerja melakukan
pembinaan langsung dengan konsep sosialisasi dan membuat sekala prioritas terhadap pembinaan keselamatan kerja dimana perusahaan yang tingkat kecelakaan kerja tinggi menjadi prioritas utama dalam pembinaan keselamatan kerja.
C. Kualitas pelayanan
No. Informan Deskripsi Wawancara Kategori Inti
1 Drs. Pamuji AR, MM
Sekertaris Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
“Masyarakat sangat menerima pembinaan dan
merespon cukup baik karena sampai saat ini masyarakat tidak ada komplain terhadap pembinaan yang dilakukan
Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung.”
- Masyarakat sangat menerima pembinaan dan merespon cukup baik
2 Rudolf M. Aritonang, SH
Kepala Bidang Pengawasan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
“Masyarakat sangat tertarik dan antusias terhadap
pembinaan kesehatan dan keselamatan kerja, kemudian apabila ada keluhan dari masyarakat mengenai
kecelakaan kerja kami langsung usahakan untuk segera
di selesaikan.”
3 TARMUDI, S.Sos
Seksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
“Masyarakat sangat menerima pembinaan dan
merespon cukup baik namun jika ada keluhan dari masyarakat mengenai kecelakaan kerja kami langsung
turun tangan.”
“Pembinaan dilakukan dengan sosialisasi dan setiap 1
tahun sekali selain itu setiap bulan pihak perusahaan
melakukan laporan kepada dinas tenaga kerja.” “Sangat membantu karna pengarahan yang diberikan
oleh dinas sangat mudah di tangkap dan tidak bertele tele, sehingga apabila ada kecelakan kerja kami segera dapat memberikan hak-hak pegawai yang mengalami
kecelakan kerja tersebut.”
- Ada sosialisasi dan wajib lapor
- Sosialisasi sangat membantu
5 Bpk Rudi sanjaya
Hal serupa juga diungkapkan oleh Manager Oprasional Perusahaan Swasta (PT.Timur Jaya)
“Pembinaannya dilakukan pertama kali sebelum memulai pekerjaan, melakukan sosialisasi langsung dan
biasanya setahun sekali.”
“Sangat membantu, dinas tenaga kerja sering
melakukan hubungan dengan perusahaan dengan baik jadi apabila terjadi kecelakan kerja dinas langsung memberikan arahan tentang bagaimana prosedur yang harus dilalui perusahan untuk memberikan kompensasi
kepada pekerja yang mengalami kecelakaan itu.”
- ADA pembinaan dari dinas
- Kordinasi dari dinas membantu
Kesimpulan : input atau tujuan dari Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam hal pelayanan adalah meningkatkan kualitas
pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja melalui pembinaan namun tanpa evaluasi kepada masyarakat, dan output atau hasilnya
D. Responsivitas
No. Informan Deskripsi Wawancara Kategori Inti
1 Drs. Pamuji AR, MM
Sekertaris Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
“Pembinaan yang perlu dilakukan Dinas Tenaga Kerja adalah pembinaan yang bersifat teknis yaitu penggunaan peralatan dan keamanan dalam bekerja, contohnya menggunakan masker, sepatu bot dan helm karena pada hal teknis itu dapat memperkecil resiko cidera para pekerja.”
“Untuk secara umum seharusnya semua pekerja termasuk buruh, tetapi di setiap perusahaan mempunyai panitia yang disebut P2K3 minimal 6 orang yang beranggotakan ketua, sekertaris, dan anggota pembinaa. Pembinaan itu sendiri sudah kami masukan SOPnya lebih jauh tentang SOP, Empat faktor yang dapat dijadikan dasar dalam penentuan format penyusunan SOP yang akan dipakai oleh suatu organisasi adalah, berapa banyak keputusan yang akan dibuat dalam suatu
“Inovasi yang dilakukan tentunya sesuai dengan perkembangan jaman dan perkembangan teknologi yang semakin maju.”
“Untuk sementara ini Didalam Dinas tenaga kerja pelayanan masyarakat selain pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja program untuk
- Perlu adanya pembinaan
mengurangi angka kecelakaan kerja tidak ada.” 2 Rudolf M. Aritonang, SH
Kepala Bidang Pengawasan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
“Pembinaannya secara sosialisasi dan ada koordinasi antara pihak perusahaan dengan Dinas Tenaga Kerjakhususnya dalam hal hal teknis keselamatan kerja seperti peralatan keselamatan dan disiplin dalam menggunakan peralatan keselamatan contoh paling simpelnya helem dalam pekerjaan konstruksi.”
“Seharusnya semua, tetapi disetiap perusahaan memiliki panitia khusus untuk diadakan pembinaan setiap perusahaan minimal 6 orang yang dibina dan panitia itu disebut P2K3 yang beranggotakan ketua, sekertaris, dan anggota. Jika perusahaan setiap defisi harus ada wakilnya, kalau tentang agenda kami sudah buatkan SOPnya dan Format terbaik SOP adalah format yang sederhana dan dapat menyampaikan informasi yang dibutuhkan secara tepat serta memfasilitasi implementasi SOP secara konsisten sesuai dengan tujuan penyusunan SOP.”
“Sesuai dengan perkembangan jaman dan dilihat dari seberapa besar resiko berbahaya kerjanya.” “Saat ini belum ada kami baru menggunakan sosialisasi sebagai solusi dan terbukti sampai saat ini belum ada keluhan apa apa dari masyarakat.”
- Pembinaannya secara
- Belum ada kegiatan lain
3 TARMUDI, S.Sos
Seksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
“Pembinaan yang diperlukan bukan hanya pada teori
saja tapi perlu dimasukkan hal hal yang technical hal ini perlu agar pekerja terhindar dari kecelakaan kerja.”
“Semua, tetapi disetiap perusahaan memiliki panitia
khusus, minimal 6 orang yang beranggotakan ketua,
- Harus ada pembinaan secara teknis
- Ada panita tersendiri dalam perusahaan
sekertaris, dan anggota pembinaa.”
“Inovasi disesuaikan dengan perkembangan teknologi saat ini tentunya.”
“Untuk saat ini beluma ada selain sosialisasi mungkin
kedepannya akan ditambahkan .” ( PT. Prabu Tirta Lestari)
“Ada, dinas tenaga kerja langsung datang dan
mengawasi , meninjau dan memberikan masukan
kepada perusahaan.”
“Sistem pengawasannya sangat baik dari mulai
melakukan tinjauan lapangan langsung, kmomunikasi dari pihak perusahaan kepada pihak dinas yang cukup rutin membuat sistem pengawasan berjalan dengan
lancar dan baik.”
Hal serupa juga diungkapkan oleh Manager Oprasional Perusahaan Swasta
(PT.Timur Jaya)
“Ada, tetapi di perusahaan kami tidak ada proyek jadi
pengawasan dilakukan untuk meningkatkan keselamatan akan mesin mesin yang dipakai di
perusahaan.”
“Sistemnya datang langsung, memberikan arahan,
komunikasi baik.”
buruh PT. Prabu Tirta Lestari
“Pembinaannya dengan turun lapanagan dan langsung memberikan himabauan pada buruh, himbauannya biasanya tentang pengguaan peralatan dan pakaian penunjang.”
7 Bpk Jumanto
Mandor PT. Prabu Tirta Lestari
“Setiap pekerja pembinaanya berbeda beda seperti saya seorang mandor pembinaan yang di berikan berupa teknik-tekhnik pengawasan buruh dan penanggulangan apabila terjadi kecelakaan kerja.”
“Tiap bulan dilakukan pembinaan.”
- Pembinaan nya ada
Teknisi PT. Prabu Tirta Lestari “Pembinaan yang di berikan pada teknisi biasanya tentang keselamatan pengguaan mesin dan hal-hal yang perlu dilakukan bila terjadi kerusakan mesin.”
- Dua bulan sekali selalu datang menberikan pembinaan dan arahan
9 Bpk Sulis
Buruh PT.Timur Jaya
“Pembinaan yang di berikan kepada saya itu arahan tentang pentingnya alat alat keselamatan kerja seperti masker, sarung tangan, sepatu, dan pakaian pelindung.”
pembinaan.” perlindungan
- Pembinaan dilakukan 1 bulan sekali
10 Bpk Bily
Mandor PT.Timur Jaya “Pembinaan yang diberikan itu berupa pengarahan pengawasan kepada buruh agar tidak terjadi kecelakaan kerja.”
Kepala Pabrik PT.Timur Jaya “Pembinaannya itu berupa arahan dan himbuan untuk mengurangi kecelakaan kerja khususnya untuk Kepala Pabrik sebagai penanggung jawab.”
“Untuk kepal pabrik setiap tiga bulan sekali orang dari dinas datang.”
- Ada pembinaan seperti arahan dan himbauan keselamatan dan kesehatan kerja
- 3 bulan sekali melakukan pengawasan
Kesimpulan : input atau tujuan dari Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam hal responsivitas adalah: Pengetahuan akan
kebutuhan masyarakat, melakukan penyusunan agenda, dan adanya inovasi pengembangan program dan output atau hasilnya adalah
kurangnya pengetahuan kebutuhan masyarakat, telah melakukan agenda kegiatan dalam bentuk SOP dan Tidak adanya inovasi dalam Pengembangan program-program pelayanan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dalam hal pemberian pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja.
No. Informan Deskripsi Wawancara Kategori Inti
1 Drs. Pamuji AR, MM
Sekertaris Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
“Tentu saja ada Semua kegiatan dinas memakai Sop yang disusun berdasarkan prinsip penyusunan, karena itu bentuk tanggung jawab kami kepada masyarakat.””
- Dinas menggunakan SOP
- Dinas menjalankan SOP
2 Rudolf M. Aritonang, SH
Kepala Bidang Pengawasan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
“Ya, Tentu saja dalam penyusunan kegitan kami menggunakan SOP karena hal itu sebagai bentuk tanggung jawab kami dan tidak sembarangan karena SOP memiliki prinsip penyusunan maupun pelaksanaan.”
“Kami menjalankan”
- Dinas menggunakan SOP
- Dinas menjalankan SOP
3 TARMUDI, S.Sos
Seksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
“Ada, SOP adalah bentuk tanggung jawab dinas karena itu setiap kegiatan kami pasti buatkan SOPnya selain itu pelaksanaan SOP juga harus sesuai dengan prinsip pelaksannan”
“Tentu saja”
- Dinas menggunakan SOP
- Dinas menjalankan SOP
Kesimpulan : input atau tujuan dari Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam hal responsibilitas adalah melaksanakan
kegiatan birokrasi publik sesuai dengan prinsip–prinsip administrasi yang benar dengan kebijakan birokrasi baik yang eksplisit
maupun implisit dan output atau hasilnya adalah Dinas Ketenagakerjaan Kota Bandar lampung telah melaksanakan kegiatan birokrasi
publik sesuai dengan prinsip–prinsip administrasi yang benar dengan kebijakan birokrasi baik dalam hal pembinaan kesehatan dan
F. Akuntabilitas
No. Informan Deskripsi Wawancara Kategori Inti
1 Drs. Pamuji AR, MM
Sekertaris Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
“Tanggung jawab yang dilakukan adalah untuk mensejahterakan dan membuat laporan – laporan dan mengevaluasi guna untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja terhadap para pekerja.” “Bentuk laporan adalah berupa laporan hasil dan berbentuk tulisan kemudian di sahkan oleh pihak yang berwenang.”
- Ada tanggung jawab oleh dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
“Tanggung jawabnya adalah mengevaluasi, pengkajian dan membuat laporan untuk menjamin kesejahteraan para pekerja.”
“Bentuk laporan hasilnya adalah tertulis yaitu laporan hasil. satu bulan, satu semester, dan satu tahun. Nota pemeriksaan. Pada saat melakukan pemeriksaan.”
Seksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
“Tanggung jawab yang diberikan tentu saja pelaporan akuntabilitas kerja yang di susun dari rencana kerja
sebelumnya.”
“Bentuk laporannya seperti karya ilmiah dan sering
disebut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP).”
Kesimpulan : input atau tujuan dari Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam hal Akuntabilitas adalah Tanggung jawab
kebijakan kepada masyarakat dalam melakukan pembinaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Kota Bandar Lampung melalui
LAKIP dan output atau hasilnya adalah Dinas Ketenagakerjaan Kota Bandar lampung telah melaksakan kebijakan sesuai dengan
Fokus II. Kendala–kendala yang dihadapi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam melakukan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja di Kota Bandar Lampung.
A. Internal
No. Informan Deskripsi Wawancara Kategori Inti
1 Drs. Pamuji AR, MM
Sekertaris Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
Kendala internal yang paling urgen saat ini, masih terbatasnya sumber daya manusia di Dinas tenaga Kerja jika dibandingan dengan perusahaan yang harus kami awasi lumayan yang cukup banyak. Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
Untuk saat ini sumber daya manusia yang terbatas yang menjadi permasalahan karena dengan jumlah perusahaan yang semakin bertambah banyak sehingga upaya pengawasan menjadi tidak seimbang
“Dinas saat ini masih butuh SDM terutama untuk bidang pengawasan mungkin itu masalah utama kami saat ini.”
- Masih terbatasnya sumber daya manusia di Dinas tenaga Kerja
B. Eksternal
No. Informan Deskripsi Wawancara Kategori Inti
1 Drs. Pamuji AR, MM
Sekertaris Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
“Kendala eksternal adalah belum siapnya perusahaan jika Dinas tenaga Kerja ingin melakukan pengawasan dan itu membuang waktu untuk melakukan pengawasan tersebut.”
- Belum siapnya perusahaan untuk diawasi
2 Rudolf M. Aritonang, SH
Kepala Bidang Pengawasan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
“Dari pihak perusahaan masih ada banyak alasan untuk tidak mau diawasai tentu ini menjadi kendala bagi kami bahkan ada yang berusaha untuk
menyuap petugas agar tidak di awasi.”
- Belum siapnya
“Mungkin dari pihak perusahaan, banyak dari mereka masih enggan untuk berkodinasi dengan dinas.”
- Belum siapnya perusahaan untuk diawasi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 5.1 Para Pekerja Menggunakan Alat Keselamatan Kerja ... 92 Gambar 5.2 SOP Tentang Bimtek Pencegahan Kecelakaan Kerja dan
Pembentukan P2K3 ... 96 Gambar 5.3 Perubahan ASKES ke BPJS Kesehatan Kerja dan JAMSOSTEK ke
BPJS Ketenagakerjaan ... 99 Gambar 5.4 SOP Tentang Bimtek Pencegahan Kecelakaan Kerja dan
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era otonomi daerah Indonesia saat ini, telah ditekankan pemberian kewenangan
yang luas kepada pemerintah daerah agar dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, memberdayakan mereka, menjamin proses demokratis, perlindungan
hak dan jaminan kehidupan lainnya. Pemberian kewenangan di era tersebut lebih
didasarkan pada tuntutan akuntabilitas publik yaitu tanggung jawab pemerintah
terhadap masyarakat yang seharusnya dilayani. Perwujudan dan komitmen yang
nyata untuk memberi kesejahteraan ditunjukan dalam bentuk kinerja, termasuk di
dalamnya kinerja instusi dan aparat pemerintahan daerah (Keban,2008:207).
Sejalan dengan proses era globalisasi kehidupan masyarakat Indonesia mengalami
banyak perubahan, yaitu dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri
dimana persaingan di bidang usaha semakin tinggi. Perusahaan-perusahaan,
industri kecil maupun besar dituntut untuk semakin meningkatkan kualitasnya
untuk tetap bertahan di bidang usaha. Tuntutan peningkatan kualitas tersebut tidak
hanya mengenai mutu hasil produksi tetapi juga orang-orang yang terlibat di
dalamnya. Adanya tuntutan peningkatan tersebut, hal ini tentunya juga
memerlukan pengerahan tenaga kerja secara intensif pula dari para pekerja.
2
kemampuannya, akibatnya keselamatan dan kesehatan dari pekerja sering
terabaikan.
Sehubungan dengan pertumbuhan industri dan persaingan usaha pada era
globalisasi ini, maka semakin bertambah juga penggunaan mesin-mesin sebagai
alat untuk mempermudah pekerjaan dengan penggunaan mesin-mesin tersebut
tentu saja akan lebih memperlancar proses produksi, tetapi resiko terjadinya
kecelakaan kerja yang dapat menimpa tenaga kerja juga lebih besar pula.
Bahan-bahan yang mengandung racun, mesin-mesin, alat-alat, serta cara-cara kerja yang
buruk, kekurangan pengetahuan untuk penanganan peralatan yang serba baru dan
mutakhir, dan tidak adanya latihan kerja serta pengetahuan tentang sumber bahaya
yang baru senantiasa merupakan sumber-sumber bahaya dan penyakit-penyakit
akibat kerja. Oleh karenanya, tenaga kerja dalam bekerja perlu adanya
pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan yang maju dan tepat serta
dilengkapi alat perlindungan diri sehingga dapat diperkecil kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit yang timbul akibat kerja.
Menurut Undang-undang no.1 Tahun 1970 tentang kriteria keselamatan kerja
yaitu berisi: 1) bahwa setiap Tenaga Kerja berhak mendapatkan perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan
meningkatkan produkitivitas nasional, 2) bahwa setiap orang lainnya yang berada
ditempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya, 3) bahwa setiap sumber
produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien, 4) bahwa
berhubungan dengan itu diadakan segala daya upaya membina norma-norma
3
dalam undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang
keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi,
teknik dan teknologi.
Jumlah kematian dan kecelakaan di Indonesia pertahunnya cukup tinggi dapat
dilihat dari data yang ada pada Jamsostek menunjukkan total angka kecelakaan
kerja di Indonesia periode 2005 telah terjadi 95.418 kasus kecelakaan kerja yang
telah mengakibatkan 6.114 orang cacat, 2.932 orang cacat sebagian, 60 orang
cacat total, dan 1.336 meninggal dunia dan pada periode 2010 mencapai 86.693
kasus dengan jumlah perkiraan sebesar Rp358,45 miliar. Angka perkiraan akibat
kecelakaan kerja meningkat pada 2011 menjadi Rp401,2 miliar dan pada 2012
menjadi Rp504 miliar (www.tempo.co/topik/kasuskecelakaankerja.html, di akses
20 oktober 2014). Dari data tersebut mengindikasikan bahwa tingkat kecelakaan
kerja yang terjadi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar dari mereka mengalami kejadian tersebut di jalan
dikarenakan banyak pengendara yang lalai dengan aturan lalu lintas. Kecelakaan
yang menimpa pekerja menuju atau kembali dari tempat kerja mereka secara
hukum dikategorikan sebagai kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja adalah
kecelakaan yang terjadi dan berhubungan dengan pelaksanaan kerja, termasuk
penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula terhadap kecelakaan
kerja yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan
4
Direktur Jendral Pengembangan Pengawasan Tenaga Kerja Departemen Tenaga
Kerja, mengatakan tenaga kerja di Indonesia sebagian besar tidak terjadi di tempat
kerja melainkan di jalan ketika para pekerja sedang menuju atau kembali dari
bekerja.
Salah satu kota yang mempunyai tingkat kecelakaan kerja tinggi adalah Kota
Bandar Lampung. Hal ini terlihat dari banyaknya pembangunan infrastruktur dan
kecelakaan yang terjadi dijalan raya di tahun 2012-2013. Seperti hasil Pra riset
pada wawancara tanggal 18 September 2013 di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar
Lampung dengan seksi keselamatan dan kesehatan kerja, diperoleh data terjadinya
kecelakaan kerja yaitu pada tanggal 22 Juli 2013 terjadi kecelakaan kerja yang
menimpa seorang tukang bangunan yang merupakan karyawan CV Bangun
Sukses Makmur pada saat pembangunan hotel di Jalan Kartini akibat terjatuh dari
lantai 5 bangunan hotel yang sedang dalam proses membangunan. Selanjutnya
pada tanggal 19 Agustus 2013 Pukul 14.00 di PT. Mega Samudera dimana satu
orang staf operasional PT. Mega Samudera menjadi korban meninggal dalam
kecelakaan kerja pada saat mengawal mesin di atas truk trailer dan kemudian
tersengat aliran listrik pada saat truk yang mengangkut mesin tersebut melewati
5
Berikut data kecelakaan kerja di Kota Bandar Lampung Tahun 2009 – 2013 (per
Juni) sebagaimana terlihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja di Kota Bandar Lampung Tahun 2009 Per-Juni 2013
Tahun Keterangan Jumlah
Meninggal Dunia Luka ringan Luka Berat
2009 - 29 175 204
2010 - 19 137 156
2011 - 23 152 175
2012 - 9 133 142
2013* 4 14 113 131
Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung, per juni 2013.
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa dalam lima tahun terakhir jumlah korban
kecelakaan kerja menurun, namun dari sisi korban meninggal dunia terlihat bahwa
pada Tahun 2013 ada korban meninggal dunia sebanyak empat orang, di mana
pada tahun-tahun sebelumnya tidak ada korban meninggal dunia yang diakibatkan
oleh kecelakaan kerja. Dari hasil penelitian kecelakaan kerja yang mengakibatkan
korban meninggal dunia adalah kecelakaan yang terjadi di jalan raya yaitu saat
diperjalanan pergi atau hendak pulang dari tempat pekerjaan. Dengan semakin
meningkatnya peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional di tanah air
semakin dan diimbangi pula penggunaan teknologi di berbagai sektor sehingga
kegiatan usaha dapat mengakibatkan semakin tingginya resiko yang mungkin
terjadi terhadap pekerja.
Menurut Pasal 27 Undang-Undang Dasar 1945 telah disebutkan bahwa setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Hal ini juga dipertegas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
6
1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga kerja yang berbunyi : Tiap
tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Sedangkan dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa Setiap tenaga kerja memiliki
kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.
Pada rumusan tersebut terkandung 2 makna penting, yaitu : 1) Hak pekerja
sebagai warga negara Indonesia atas pekerjaan yang layak tanpa diskriminasi, 2)
Hak pekerja sebagai warga negara Indonesia atas penghasilan yang layak dan
memperoleh penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh sebab itu setiap
pekerjaan haruslah manusiawi, bilamana kondisi kerja maupun lingkungan kerja
tidak berakibat buruk terhadap kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan tenaga
kerja (Sumaur PK, 1990 : 19). Dengan demikian jelas bahwa mendapatkan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hak pekerja yang harus
dilindungi oleh pihak swasta maupun pemerintah. Dalam hal ini yang merupakan
perwakilan pemerintah dalam perlindungan tenaga kerja adalah Dinas Tenaga
Kerja Kota Bandar Lampung.
Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung mempunyai tugas pokok dan fungsi
yang salah satunya adalah melaksanakan pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai
dengan lingkup tugasnya. Salah satu tugas pokok dan fungsi Dinas Tenaga Kerja
Kota Bandar Lampung dalam melakukan pembinanan dan pelaksanaan tugas
meminimalisir kecelakaan kerja tercermin dalam bidang pengawasan
ketenagakerjaan. Bidang pengawasan ketenagakerjaan mempunyai tugas
7
bimbingan, pemantauan dan pengawasan penerapan peraturan ketenagakerjaan
serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan. Selain itu juga Dinas Tenaga
Kerja Kota Bandar Lampung mempunyai salah satu tujuan yaitu menciptakan
perlindungan tenaga kerja melalui pembinaan dan pengawasan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan. Hal ini mempertegas bahwa Dinas Tenaga
Kerja Kota Bandar Lampung memiliki wewenang atau tugas pembinaan dan
pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja untuk meminimalisir angka
kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Namun, hal ini berbanding terbalik jika
dilihat dari angka kecelakaan kerja di kota Bandar Lampung. Apalagi jika dilihat
dari angka kematian pada tahun 2013, padahal menjadi kewajiban Dinas Tenaga
Kerja untuk perlindungan tenaga kerja serta melakukan pengawasan dan
pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja agar tidak terjadi kecelakaan kerja di
Kota Bandar Lampung.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan evaluasi
kinerja pada Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam meminimalisir
kecelakaan kerja agar kedepannya kecelakaan para tenaga kerja diharapkan dapat
berkurang dan diharapkan pula para tenaga kerja mendapatkan jaminan
perlindungan kerja yang baik yang sesuai dengan bidang pekerjaannya sehingga
dapat mensejahterakan kehidupan para pekerja di Kota Bandar Lampung.
Penelitian ini kemudian dituangkan dalam bentuk penelitian skripsi dengan judul
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam
melakukan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja di Kota Bandar
Lampung ?
2. Apa sajakah kendala kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
dalam melakukan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja di Kota
Bandar Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis :
1. Mendeskripsikan dan mengevaluasi kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar
Lampung dalam melakukan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja di
Kota Bandar Lampung.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis kendala-kendala yang dihadapi Dinas
Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam melakukan pembinaan
9
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini mampu memperkaya khazanah keilmuan
Administrasi Negara mengenai kinerja organisasi, manajemen sumber daya
manusia, dan evaluasi kinerja.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam memberikan bahan masukan
yang berharga bagi pembaca dalam mengetahui evaluasi kinerja Dinas
Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam melakukan pembinaan
keselamatan dan kesehatan kerja di Kota Bandar Lampung dan dapat
dijadikan acuan bagi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung dalam
meningkatkan kinerja pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja di Kota
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk melaksanakan urusan pemerintah
daerah di bidang ketenagakerjaan berdasarkan azas otonomi dan tugas
pembantuan serta perundang undangan yang berlaku. Pemberi kewenangan
tersebut didasarkan pada tuntutan akuntabilitas publik yaitu penanggung jawab
pemerintah terhadap masyarakat yang harusnya dilayani, dalam penyelenggaraan
pelayanan publik. aparat pemerintah bertanggungjawab untuk memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakar dalam rangka menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Masyarakat berhak untuk mendapatkan pelayanan yang
terbaik dari pemerintah perwujudan dan komitmen yang nyata dari akuntabilitas
publik hanya dapat ditunjukan dalam bentuk kinerja (Keban,2008:207). Dalam
rangka mewujudkan suatu perwujudan berkinerja tinggi, langkah akhir dalam
proses yang harus dilakukan adalah tahap evaluasi terhadap kinerja Oleh karena
itu atas dasar evaluasi kinerja inilah dapat dilakukan langkah-langkah untuk
11
A. Konsep Evaluasi Kinerja
Penilaian kinerja atau evaluasi kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci
guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya
kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada
dalam organisasi.
Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan
organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui
kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan. Maka dalam hal ini
sangat penting melakukan evaluasi kinerja.
1. Pengertian Evaluasi Kinerja
Istillah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing menunjuk
pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program. Secara
umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (apprasial), pemberian
angka (rating) dan penilaian (assessment). Dalam arti yang lebih spesifik evaluasi
berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil
kebijakan. Ketika hasil kebijakan pada kenyataannya mempunyai nilai, hal ini
karena hasil tersebut memberi sumbangan pada tujuan atau sasaran
(Dunn,2003:608).
Menurut Mengginson (Mangkunegara, 2005:10) mengemukakan bahwa evaluasi
kinerja atau penilaian prestasi adalah penilaian prestasi kerja (performance
appraisal), suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah
12
jawabnya. Selanjutnya, menurut Simanjuntak (2005:103) evaluasi kinerja adalah
suatu metode dan proses penilaian pelaksanaan tugas (performance) seseorang
atau sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam satu perusahaan atau organisasi
sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan lebih dahulu.
Evaluasi kinerja menurut Wibisono (2006:193) merupakan penilaian kinerja yang
diperbandingkan dengan rencana atau standar-standar yang telah disepakati. Pada
setiap pengukuran kinerja harus ditetapkan standar pencapaian sebagai sarana kaji
banding dimana kaji banding dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
Menurut Kreitner dan Kinicki dalam (Wibowo, 2007 : 261) evaluasi kinerja
merupakan pendapat yang bersifat evaluatif atas sifat, perilaku seseorang, atau
prestasi sebagai dasar untuk keputusan dan rencana pengembangan personel.
Berdasarkan dari empat pengertian tersebut maka dapat disimpulkan evaluasi
kinerja merupakan suatu proses penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk
mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Selain itu, juga
untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung
jawab yang sesuai kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang
lebih baik di masa mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan
dalam hal promosi jabatan atau penentuan imbalan. Evaluasi kinerja terhadap
Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung sangat penting untuk dilakukan agar
13
2. Pendekatan Evaluasi Kinerja
Kreitner dan Kinicki (Wibowo, 2007:262 ) melihat sasaran evaluasi dari segi
pendekatannya, yang disebutkan sebagai pendekatan terhadap sifat, perilaku,
hasil, dan kontingensi. Selanjutnya, menurut Robin (Wibowo, 2007:263) melihat
evaluasi kinerja dalam ukuran hasil pekerjaan individu, perilaku, dan sikap.
Sejalan dengan pendapat ahli yang telah disebutkan, menurut Schuler dan Jackson
(Wibowo, 1996:205) pendekatan penilaian kinerja yaitu pendekatan
perbandingan, pendekatan berdasarkan sifat, pendekatan berdasarkan hasil,
pendekatan berdasarkan perilaku.
Pendapat diantara ketiganya bersifat saling melengkapi dan dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pendekatan Sikap
Pendekatan ini menyangkut penilaian terhadap sifat atau karakteristik
individu. Sifat biasanya diukur dalam bentuk inisiatif, kecepatan membuat
keputusan, dan ketergantungan. Meskipun pendekatan sifat sangat luas
dipergunakan oleh manager, pada umumnya dipertimbangkan oleh para ahli
sebagai yang paling lemah. Penilaian sifat kurang sempurna karena relatif
bermakna ganda terhadap kinerja aktual. Misalnya, penilaian seseorang yang
mempunyai inisiatif benda tidak memberikan sesuatu tentang bagaimana
memperbaiki prestasi kerja. Demikian juga, pekerja cenderung bereaksi
definsif terhadap umpan balik tentang kepribadiannya, terutama apabila
dirasakan kurang menguntungkan dirinya. Ciri seseorang seperti mempunyai
14
kelihatan sibuk, atau kaya pengalaman, namun tidak ada korelasi dengan hasil
pekerjanya.
b. Pendekatan Perilaku
Masalah dalam pendekatan perilaku menunjukan bagaimana orang
berperilaku, dan bukan tentang kepribadiannya. Kemampuan orang untuk
bertahan meningkat apabila penilaian kinerja didukung oleh tingkat perilaku
kinerja. Dalam banyak hal sulit untuk mengidentifikasi hasil spesifik yang
dapat dihubungkan dengan tindakan pekerja. Hal tersebut benar terutama
apabila penugasan individu pekerja merupakan bagian dari usaha kelompok.
Kinerja kelompok mungkin siap dievaluasi, tetapi kontribusi masing-masing
anggota sulit atau tidak mungkin diidentifikasi dengan jelas. Dalam hasil
seperti ini tidak biasa bagi manaejmen mengevaluasi perilaku pekerja.
Perilaku seorang Plant Manager yang dapat dipergunakan untuk evaluasi
kinerja adalah ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan bulanan atau
gaya kepemimpinan yang ditunjukan. Perilaku seorang tenaga penjualan
ditunjukan oleh rata-rata jumlah kontak telepon per hari atau jumlah hari sakit
yang dipergunakan dalam setahun.
c. Pendekatan hasil
Apabila pendekatan sikap memfokuskan pada orang dan pendekatan perilaku
memfokuskan pada proses, pendekatan hasil memfokus pada produk atau
hasil usaha seseorang. Dengan kata lain, adalah apa yang telah diselesaikan
individu. Manajemen berdasar sasaran merupakan format yang umum untuk
pendekatan hasil. Dengan menggunakan kriteria hasil, seorang Plant
15
ditimbulkan, dan biaya produksi per unit. Demikian pula halnya, seorang
tenaga penjualan dapat diukur dari volume penjualan seluruhnya, peningkatan
penjualan, dan jumlah rekening yang dapat diciptakan.
d. Pendekat Kontingensi
Pendekatan sifat, perilaku, dan hasil cocok untuk dipergunakan tergantung
pada kebutuhan pada situasi tertentu. Oleh karena itu, diusullkan pendekatan
kontingensi yang selalu dicocokan dengan situasi tertentu yang sedang
berkembang. Namum demikian, pendekatan sikap cocok ketika harus
membuat keputusan promosi untuk calon yang mempunyai pekerjaan yang
tidak sama. Sementara itu, pendekatan hasil dibatasi oleh kegagalannya
menjelaskan mengapa tujuan penilaian tidak tercapai. Secara keseluruhan,
pendekatan perilaku muncul sebagai yang terkuat, tetapi tergantung pada
situasi, seperti ketika pekerja dengan pekerjaan yang tidak sama dievaluasi
untuk promosi. (Wibowo, 2007:263)
3. Fungsi Evaluasi Kinerja
Fungsi evaluasi kinerja yang dikemukakan Wirawan (2009:24) sebagai berikut:
a. Memberikan balikan kepada aparatur ternilai mengenai kinerjanya. Ketika
merekrut pegawai (ternilai), aparatur harus melaksanakan pekerjaan yang
ditugaskan kepadanya sesuai dengan uraian tugas, prosedur operasi, dan
memenuhi standar kinerja.
b. Alat promosi dan demosi. Hampir disemua sistem evaluasi kinerja, hasil
evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan memberikan promosi kepada
16
Promosi dapat berupa kenaikan gaji, pemberian bonus atau komisi, kenaikan
pangkat atau menduduki jabatan tertentu. Sebaliknya, jika kinerja aparatur
ternilai tidak memenuhi standar atau buruk, instansi menggunakan hasilnya
sebagai dasar untuk memberikan demosi berupa penurunan gaji, pangkat atau
jabatan aparatur ternilai.
c. Alat memotivasi ternilai. Kinerja ternilai yang memenuhi standar, sangat
baik, atau superior, evaluasi kinerja merupakan alat untuk memotivasi kinerja
aparatur. Hasil evaluasi dapat digunakan instansi untuk memotivasi aparatur
agar mempertahankan kinerja yang superior dan meningkatkan kinerja baik
atau sedang.
d. Penentuan dan pengukuaran tujuan kinerja. Sistem evaluasi kinerja yang
menggunakan prinsip management by objectives, evaluasi kinerja dimulai
dengan menentukan tujuan atau sasaran kerja aparatur ternilai pada awal
tahun.
e. Konseling kinerja buruk. Evaluasi kinerja, tidak semua aparatur mampu
memenuhi standar kinerjanya atau kinerjanya buruk. Hal itu mungkin karena
ia menghadapi masalah pribadi atau ia tidak berupaya menyelesaikan
pekerjaannya secara masksimal. Bagi aparatur seperti ini penilai akan
memberikan konseling mengenai penyebab rendahnya kinerja ternilai dan
mengupayakan peningkatan kinerja ditahun mendatang. Konseling dapat
dilakukan sebelum evaluasi kinerja jika atasan dapat mengetahui kelambanan
aparatur.
f. Pemberdayaan aparatur. Evaluasi kinerja merupakan alat untuk
17
Evaluasi kinera menentukan apakah kinerja aparatur dapat dipergunakan
sebagai ukuran untuk meningkatkan kariernya.
Berdasarkan fungsi di atas, evaluasi kinerja merupakan alat yang digunakan oleh
instansi pemerintahan atau organisasi tertentu untuk menilai kinerja para aparatur
yang lamban. Evaluasi kinerja untuk memotivasi para aparatur untuk
meningkatkan kinerjanya, pemberian konseling membantu para aparatur untuk
mencegah kinerja yang terlalu lamban sehingga sebelum di adakan evaluasi
kinerja para pemipin sudah lebih dulu menjalankan konseling untuk mengadakan
perbaikan pada waktu mendatang. Evaluasi kinerja merupakan alat motivasi bagi
para aparatur untuk menaikan standar kerja mereka, selain sebagai alat untuk
memotivasi, evaluasi kinerja juga untuk mengukur tujuan kerja serta
memberdayakan para aparatur.
4. Sasaran Evaluasi Kinerja
Sasaran-sasaran evaluasi kinerja aparatur sebagaimana yang dikemukakan
Sunyoto dalam (Mangku Negara, 2005:11) adalah sebagai berikut :
a. Membuat analisis kinerja dari waktu yang lalu secara berkesinambungan dan
periodik, baik kinerja aparatur maupun kinerja organisasi.
b. Membuat evaluasi kebutuhan pelatihan dari para aparatur melalui audit
keterampilan dan pengetahuan sehingga dapat mengembangkan kemampuan
dirinya. Atas dasar evaluasi kebutuhan pelatihan itu dapat menyelenggarakan
program pelatihan dengan tepat.
c. Menentukan sasaran dari kinerja yang akan datang dan memberikan tanggung
18
jelas apa yang harus diperbuat oleh karyawan, mutu dan baku yang harus
dicapai, sarana dan prasaranan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja
karyawan.
d. Menemukan potensi karyawan yang berhak memperoleh promosi, dan kalau
mendasarkan hasil diskusi antara karyawan dan pimpinannya itu untuk
menyusun suatu proposal mengenai sistem bijak (merit system) dan sistem
promosi lainnya, seperti imbalan (reward system recommendation).
Menurut Kreitner dan Kinicky (Wibowo, 2007:265) evaluasi kinerja dapat
digunakan untuk: (1) Administrasi penggajian; (2) Umpan balik kinerja; (3)
Identifikasi kekuatan dan kelemahan individu; (4) Mendokumentasi keputusan
kepegawaian; (5) penghargaan terhadap kinerja individu; (6) Mengidentifikasi
kinerja yang buruk; (7) Membantu dalam identifikasi tujuan; (8) Menetapkan
keputusan promosi; (9) Pemberhentian pegawai dan (10) Mengevaluasi
pencapaian tujuan.
Berdasarkan sasaran di atas, evaluasi kinerja merupakan sarana untuk
memperbaiki mereka yang tidak melakukan tugasnya dengan baik di dalam
organisasi. Banyak organisasi berusaha mencapai sasaran suatu kedudukan yang
terbaik dan terpercaya dalam bidangnya. Kinerja sangat tergantung dari para
pelaksananya, yaitu para karyawannya agar mereka mencapai sasaran yang telah
ditetapkan oleh organisasi dalam corporate planningnya. Perhatian tersebut
hendaknya ditujukan kepada kinerja, suatu konsepsi atau wawasan bagaimana kita
bekerja agar mencapai yang terbaik. sehingga itu peneliti tertarik untuk
19
baik dan sesusai dengan kebijakan yang sudah ditetapkam agar dapat
menetapatkan sasaran kerja dengan efektif dan efisien.
5. Tujuan Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja merupakan sistem formal yang digunakan untuk mengevaluasi
kinerja pegawai secara periodik yang ditentukan oleh organisasi. Adapun tujuan
dari evaluasi kinerja menurut Ivancevich (Darma, 2009:14) antara lain:
a. Pengembangan
Dapat digunakan untuk menentukan pegawai yang perlu ditraining dan
membantu evaluasi hasil training. Dan juga dapat membantu pelaksanaan
Konseling antara atasan dan bawahan sehingga dapat dicapai usaha-usaha
pemecahan masalah yang dihadapi pegawai.
b. Pemberian Penghargaan
Dapat digunnakan untuk proses penentuan kenaikan gaji, insentif dan
promosi. Berbagai organisasi juga menggunakan untuk memberhentikan
pegawai.
c. Motivasi
Dapat digunakan untuk memotivasi pegawai, mengembangkan inisiatif, rasa
tanggung jawab sehingga mereka terdorong untuk meningkatkan kinerjanya.
d. Perencanaan SDM
Dapat bermanfaat bagi pengembangan keahlian dan keterampilan serta
20
e. Kompensasi
Dapat memberikan informasi yang digunakan untuk menentukan apa yang
harus diberikan kepada pegawai yang berkinerja tinggi atau rendah dan
bagaimana prinsip pemberian kompensasi yang adil.
f. Komunikasi
Evaluasi merupakan dasar untuk komunikasi yang berkelanjutan antara atasan
dan bawahan menyangkut kinerja pegawai
Berdasarkan pendapat di atas, sistem evaluasi kinerja sebagaimana yang
dikembangkan di atas sangat membantu sebuah manajemen kerja baik instansi
pemerintah maupun swasta untuk memperbaiki kinerja pegawai yang kurang
maksimal, tujuan evaluasi kinerja ini untuk membangun semangat kerja para
pegawai dan mempertahankan kinerja yang baik dan memperbaiki komuniasi
kerja.
6. Metode Evaluasi Kinerja
Menurut Mondy & Noe (2005) masalah yang berkaitan dengan evaluasi kinerja
yaitu:
a. Rating Scales
Menilai kinerja pegawai dengan menggunakan skala untuk mengukur
faktor-faktor kinerja (performance factor). Misalnya dalam mengukur tingkat
inisiatif dan tanggung jawab pegawai. Skala yang digunakan adalah 1 sampai
5, yaitu 1 adalah yang terburuk dan 5 adalah yang terbaik. Jika tingkat
inisiatif dan tanggung jawab pegawai tersebut biasa saja, maka ia diberi nilai
21
b. Critical Incidents
Evaluator mencatat mengenai apa saja perilaku/pencapaian terbaik dan
terburuk (extremely good or bad behaviour) pegawai. Dalam metode ini,
penilai harus menyimpan catatan tertulis tentang tindakan-tindakan atau
prilaku kerja yang sangat positif (high favorable) dan perilaku kerja yang
sangat negatif (high unfavorable) selama periode penilaian.
c. Essay
Evaluator menulis deskripsi mengenai kekuatan dan kelemahan karyawan,
kinerjanya pada masa lalu, potensinya dan memberikan saran-saran untuk
pengembangan pekerja tersebut. Metode ini cenderung lebih memusatkan
perhatian pada perilaku ekstrim dalam tugas-tugas karyawan dari pada
pekerjaan atau kinerja rutin yang mereka lakukan dari hari ke hari. Penilaian
seperti ini sangat tergantung kepada kemampuan menulis seorang penilai.
d. Work standard
Metode ini membandingkan kinerja setiap karyawan dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya atau dengan tingkat keluaran yang diharapkan.
Standar mencerminkan keluaran normal dari seorang pekerja yang berprestasi
rata-rata, yang bekerja pada kecepatan atau kondisi normal. Agar standar ini
dianggap objektif, para pekerja harus memahami secara jelas bagaimana
standar yang ditetapkan
e. Ranking
Penilai menempatkan seluruh pekerja dalam satu kelompok sesuai dengan
peringkat yang disusun berdasarkan kinerja secara keseluruhan. Contohnya,