• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN KARTU KUNING DI DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN KARTU KUNING DI DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN KARTU KUNING

DI DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

HINFA MOSSHANANZA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN KARTU KUNING DI DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

HINFA MOSSHANANZA

Permasalahan penelitian menunjukkan bahwa pelayanan pembuatan kartu kuning di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung seharusnya dilakukan secara maksimal dan cepat. Namun realitasnya masih ditemukan pelayanan pembuaatan kartu kuning yang memakan waktu lama dalam pembuatannya.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis kualitas pelayanan pembuatan kartu kuning di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan perpaduan kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembuat kartu kuning dan dapat dikatakan puas pelayanannya terutama pada aspek yang mendapatkan kepuasan tertinggi terdapat pada aspek Reliability yaitu: 1. ketepatan waktu pelayanan, 2. Kejelasan jadwal pelayanan, dan 3. Kejelasan mengenai persyaratan pelayanan. Pembuat kartu kuning berharap Dinas Tenaga Kerja kota Bandar Lampung akan memberikan pelayanan sesuai dengan harapan mereka. Namun ada beberapa aspek yang masih perlu diperbaiki kinerjanya yaitu petugas yang 1. mudah ditemui oleh pembuat kartu kuning, 2. mampu menjawab pertanyaan pembuat kartu kuning, 3. memberikan perlakuan yang sama kepada semua pembuat kartu kuning, 4. memiliki kelengkapan alat kantor dalam pelayanan pembuatan kartu kuning, 5. lingkungan tempat pembuatan kartu kuning yang nyaman, dan 6. sistem komputerisasi dalam pembuatan kartu kuning.

(3)

Hinfa Mosshananza

ABSTRACT

THE QUALITY OF YELLOW CARD ISSUANCE SERVICE IN EMPLOYMENT OFFICE OF BANDAR LAMPUNG

By

HINFA MOSSHANANZA

The problem in this research is that yellow card (kartu kuning) issuance in Employment Office of Bandar Lampung should be exercised in short time and maximum, but in fact there are some yellow card (kartu kuning) issuance services which take long time.

The objective of this research was to find out and analyze the quality service of yellow card (kartu kuning) issuance service in Employment Office of Bandar Lampung. This was a descriptive research with a combination between quantitative and qualitative approaches.

The results showed that quality service provided by Employment Office in Bandar Lampung satisfied the applicants. Reliability was the most satisfied aspect and it included: 1. Service timeliness, 2. Service schedule certainty, 3. Requirements of service certainty, and 3. Requirements of service certainty. The yellow card (kartu kuning) applicants expected customer services in Employment Office who were 1. easy to meet, 2. able to answers their questions, 3. providing the same treatment to all yellow card (kartu kuning) applicant, 4. equipped with complete stationaries, 5. providing comfortable room for yellow card (kartu kuning) issuance service, and 6. equipped with computerized system in providding services.

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Dengan Karunia Allah SWT, Hinfa Mosshananza dilahirkan di

Bandar Lampung pada 13 Mei 1989 buah cinta dari Ayahanda

Drs. Alfalah Sobri dengan Ibunda Hindun,S.Pd sebagai anak

pertama dari empat bersaudara.

Jenjang akademis Penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Taman

Kanak-Kanak (TK) Sari Teladan Beringin Raya pada tahun 1995, Sekolah Dasar

(SD) Negeri 1 Beringin Raya pada tahun 2001, kemudian melanjutkan di Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 14 Bandar Lampung dan lulus pada

tahun 2004. Memasuki jenjang berikutnya, penulis melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan Pembina Unila serta menamatkannya

pada tahun 2007. Pada tahun yang sama (2007), Penulis di terima sebagai

mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Lampung. Pada tahun 2009, Penulis melanjutkan program Bahasa

Inggris 1 Tahun (D-1) di LBI Bandar Lampung. Pada tahun 2010 Penulis

melakukan Praktek Kerja Lapangan di Bagian Hukum dan Perundang-undangan

Daerah Menggala. Selanjutnya pada tahun 2012 Penulis melanjutkan Program

Studi Magister Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

(8)

PERSEMBAHAN

K udedikasikan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan terimakasihku kepada :

A llah S W T ..

T he last prophet, M uhammad S A W

K edua O rang T uaku ..

Ibu dan ayahku tersayang yang telah membesarkan, mendidik, dan membimbing

dengan penuh kasih sayang serta kesabarannya dalam memberikan arahan

K etiga A dikku ..

A l-nindu B unga S abrina, A lqurobbi dan A nbar Ilahi

(9)

MOTTO

“J angan hanya bisa ber mimpi, t api wuj udkanlah mimpi it u dengan mat a t er buka”

(Hinf a Mosshananza)

“A dr eam is j ust a dr eam.

A goal is a dr eam wit h a plan and a deadline.” (Deddy Cor buzier )

“Educat ion is t he most power f ul weapon we can use t o change t he wor ld”

(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin….

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan izin-Nya,

penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya selalu kita nanti hingga

yaumilakhir kelak, amin...

Tesis dengan judul “Kualitas Pelayanan Pembuatan Kartu Kuning di Dinas

Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Magister Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah melibatkan banyak

pihak yang tentunya sepenuh hati meluangkan waktu dengan ikhlas memberikan

informasi-informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung, serta sebagai Pembimbing II tesis yang

telah sabar membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung,

serta sebagai Penguji Tesis yang selama ini telah memberikan banyak kritikan

dan nasihat-nasihat yang membangun mental penulis dalam menyelesaikan

(11)

4. Bapak Drs. Yana Ekana, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Magister

Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

atas kemudahan dalam pelayanan administrasi.

5. Bapak Suripto, S.Sos, M.A.B, selaku pembimbing I tesis, yang sangat

pengertian untuk membantu dan membimbing serta memotivasi penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen pada Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung atas bimbingan dan

ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

7. Bapak Chandra Winata, S.Sos., selaku Kasi Pendayagunaan Tenaga Kerja,

Bapak Junedi Sembiring, S.Sos., selaku Kasubbag Umum, serta Staff Dinas

Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung yang telah memberikan bantuan dan

kerjasamanya selama pelaksanaan penelitian.

8. Kedua Orang Tuaku tercinta, Hindun,S.Pd dan Drs. Alfalah Sobri yang penuh

kasih sayang, do’a, dukungan, semangat, serta cinta kasih dalam membimbing

serta mengarahkan setiap langkahku, terimakasih telah memberikan semua

yang terbaik dalam hidupku, dan adik-adikku, Al-nindu Bunga Sabrina, S.Pd,

Alqurobbi dan Anbar Ilahi.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan di MIP 2012 terutama Aprilia Lestari, M.I.P.,

Nani Sumarni, M.I.P., Rury Purnama Sari, M.I.P., Angga Natalia, M.I.P.,

Ayu Nadia Pramuzuly, M.I.P., dan Anggi Anggraini, M.I.P., serta sahabatku

lainnya. Karunia Allah kita dipertemukan dalam menempuh studi di MIP ini.

Semoga silaturahmi tetap terjaga dengan baik.

10. Staff sekretariat Program Studi MIP, terutama mbak Nur Marlena, S.Ikom.,

mbak Iis, dan bang Lukman, terimakasih sudah memberikan kemudahan

(12)

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Bandar Lampung, Agustus 2014

Penulis

(13)

ii

2.1.1. Pengertian Pelayanan Publik ... 10

2.1.2. Tujuan Pelayanan Publik ... 13

3.7. Teknik Pengujian Instruemen Penelitian ... 36

3.7.1. Pengujian Validitas ... 36

3.7.2. Pengujian Reliabilitas ... 40

3.8. Teknik Analisis Data ... 42

3.9. Pengertian Analisis Diagram Kartesius ... 45

(14)

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 50

4.2. Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung ... 50

4.2.1. Visi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung ... 51

4.4.2. Misi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung ... 51

4.3. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tenaga Kerja Kota B.Lampung... 53

4.4. Susunan dan Struktur Organisasi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung ... 53

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Identitas Responden ... 56

5.2. Analisis Deskriptif Jawaban Responden ... 59

5.2.1. Penilaian Responden Mengenai Reliability ... 60

5.2.2. Penilaian Responden Mengenai Responsiveness ... 66

5.2.3. Penilaian Responden Mengenai Assurance ... 70

5.2.4. Penilaian Responden Mengenai Empathy ... 76

5.2.5. Penilaian Responden Mengenai Tangibles ... 81

(15)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 1 Kesamaan Dimensi Kualitas Pelayanan

dengan Unsur Penilaian IKM ... 23

TABEL 2 Variabel Pengukuran Kualitas Pelayanan ... 30

TABEL 3 Kuesioner (a) ... 37

TABEL 4 Kuesioner (b) ... 38

TABEL 5 Hasil Uji Validitas 30 Responden ... 39

TABEL 6 Hasil Uji Reliabilitas 30 Responden ... 41

TABEL 7 Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ... 56

TABEL 8 Identitas Responden Menurut Kelompok Umur ... 57

TABEL 9 Identitas Responden Menurut Pendidikan ... 58

TABEL 10 Identitas Responden Menurut Agama ... 58

TABEL 11 Harapan Petugas Melayani Pembuat Kartu Kuning Tepat Waktu ... 60

TABEL 12 Kenyataan Petugas Melayani Pembuat Kartu Kuning Tepat Waktu... 61

TABEL 13 Harapan Jadwal Pelayanan Pembuatan Kartu Kuning Dimulai dari Pukul 07.30 s/d 15.30 WIB ... 62

TABEL 14 Kenyataan Jadwal Pelayanan Pembuatan Kartu Kuning Dimulai dari Pukul 07.30 s/d 15.30 WIB ... 62

TABEL 15 Harapan petugas memberikan penjelasan mengenai persyaratan pembuatan kartu kuning ... 63

(16)

persyaratan pembuatan kartu kuning ... 63

TABEL 17 Harapan petugas memberikan penjelasan biaya

pembuatan kartu kuning gratis ... 64

TABEL 18 Kenyataan petugas memberikan penjelasan biaya

pembuatan kartu kuning gratis ... 64

TABEL 19 Hasil Perbandingan Mean Harapan (Y) dan

Kenyataan (X) Dimensi Reliability (kehandalan) ... 65

TABEL 20 Harapan petugas memberikan pelayanan yang

cepat kepada pembuat kartu kuning ... 66

TABEL 21 Kenyataan petugas memberikan pelayanan

yang cepat kepada pembuat kartu kuning ... 67

TABEL 22 Harapan petugas memberikan informasi tentang

pelayanan yang diberikan kepada pembuat kartu kuning ... 68

TABEL 23 Kenyataan petugas memberikan informasi tentang

pelayanan yang diberikan kepada pembuat kartu kuning ... 68

TABEL 24 Harapan petugas selalu siap membantu para pembuat

kartu kuning ... 69

TABEL 25 Kenyataan petugas selalu siap membantu para pembuat

kartu kuning ... 69

TABEL 26 Hasil Perbandingan Mean Harapan (Y) dan

Kenyataan (X) Dimensi Responsiveness (daya tanggap) ... 70

TABEL 27 Harapan petugas mudah ditemui

oleh pembuat kartu kuning ... 71

TABEL 28 Kenyataan petugas mudah ditemui

oleh pembuat kartu kuning ... 71

TABEL 29 Harapan petugas mampu menjawab pertanyaan yang

diajukan oleh pembuat kartu kuning ... 72

TABEL 30 Kenyataan petugas mampu menjawab pertanyaan

yang diajukan oleh pembuat kartu kuning ... 72

TABEL 31 Harapan petugas selalu bersikap sopan kepada pembuat

kartu kuning ... 73

(17)

vii

kartu kuning ... 73

TABEL 33 Harapan petugas memberikan kenyamanan

bagi para pembuat kartu kuning ... 74

TABEL 34 Kenyataan petugas memberikan kenyamanan

bagi para pembuat kartu kuning ... 74

TABEL 35 Harapan petugas memberikan perlakuan yang sama

kepada semua pembuat kartu kuning ... 75

TABEL 36 Kenyataan petugas memberikan perlakuan yang sama

kepada semua pembuat kartu kuning ... 75

TABEL 37 Hasil Perbandingan Mean Harapan (Y) dan Kenyataan (X)

Dimensi Assurance (jaminan) ... 76

TABEL 38 Harapan petugas memberikan akses yang mudah

dalam pelayanan ... 77

TABEL 39 Kenyataan petugas memberikan akses yang mudah

dalam pelayanan ... 77

TABEL 40 Harapan petugas memberikan informasi

mengenai prosedur pembuatan kartu kuning ... 78

TABEL 41 Kenyataan petugas memberikan informasi

mengenai prosedur pembuatan kartu kuning ... 78

TABEL 42 Harapan terdapat petugas yang khusus melayani pembuatan

kartu kuning ... 79

TABEL 43 Kenyataan terdapat petugas yang khusus melayani

pembuatan kartu kuning ... 79

TABEL 44 Harapan petugas memahami keperluan pembuat

kartu kuning ... 80

TABEL 45 Kenyataan petugas memahami keperluan pembuat

kartu kuning ... 80

TABEL 46 Hasil Perbandingan Mean Harapan (Y) dan Kenyataan (X)

Dimensi Emphaty (empati) ... 81

TABEL 47 Harapan lingkungan tempat pembuatan kartu kuning

yang nyaman ... 82

(18)

yang nyaman ... 82

TABEL 49 Harapan petugas pembuatan kartu kuning

menggunakan sistem komputerisasi ... 83

TABEL 50 Kenyataan petugas pembuatan kartu kuning

menggunakan sistem komputerisasi ... 83

TABEL 51 Harapan petugas berpenampilan rapi

ketika melayani pembuat kartu kuning ... 84

TABEL 52 Kenyataan petugas berpenampilan rapi

ketika melayani pembuat kartu kuning ... 84

TABEL 53 Harapan petugas Dinas Tenaga Kerja

memiliki kelengkapan pembuatan kartu kuning seperti;

alat tulis kantor, kartu kuning, buku daftar pembuat kartu kuning, dan mesin foto copy ... 85

TABEL 54 Kenyataan petugas Dinas Tenaga Kerja

memiliki kelengkapan pembuatan kartu kuning seperti;

alat tulis kantor, kartu kuning, buku daftar pembuat kartu kuning, dan mesin foto copy ... 85

TABEL 55 Hasil Perbandingan Mean Harapan (Y) dan Kenyataan (X)

Dimensi Tangibles (bukti langsung)... 86

TABEL 56 Perhitungan Perbandingan Nilai Rata-Rata Harapan dan Nilai Rata-Rata Kenyataan Kualitas Pelayanan

di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung ... 87

TABEL 57 Hasil Pemetaan Kuadran Diagram Kartesius

Kualitas Pelayanan Pembuatan Kartu Kuning di Dinas Tenaga

Kerja Kota Bandar Lampung ... 88

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Gambar Penelitian di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung

2. Kuesioner untuk Sampel Masyarakat Penerima Pelayanan Pembuatan

Kartu Kuning. Hasil

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

4. Tabel Frekuensi Per-item pertanyaan

5. Tabulasi Data Hasil Jawaban Responden

6. Panduan Wawancara

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

GAMBAR 1 Ringkasan Penilaian Pelanggan Terhadap

Kualitas Pelayann ... 18

GAMBAR 2 Conceptual Model Of Service Quality ... 21

GAMBAR 3 Kerangka Pikir ... 27

GAMBAR 4 Diagram Kepentingan Kinerja ... 47

GAMBAR 5 Struktur Organisasi Dinas Tenaga Kerja B.Lampung ... 55

(21)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini dalam era globalisasi pemerintah memiliki tantangan yang besar

dalam menunjukkan kepada masyarakat, bahwasanya mereka mampu

profesional memiliki etos kerja yang tinggi, keunggulan kompetitif, dan

kemampuan memegang teguh etika birokrasi dalam menjalankan tugas dan

fungsinya dan memenuhi aspirasi masyarakat. Tantangan tersebut merupakan

hal yang beralasan mengingat secara empirik masyarakat di daerah

menginginkan agar aparat pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya

dapat bekerja secara maksimal yang akhirnya dapat memberikan pelayanan

yang terbaik bagi masyarakat. Untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan

yang baik dituntut aparatur pemerintah yang profesional, hal ini merupakan

prasyarat dalam meningkatkan mutu penyelenggaraan dan kualitas pelayanan

yang akan diberikan kepada masyarakat.

Birokrasi yang baik dapat memberikan penyempurnaan bagi suatu organisasi

yang bercirikan organisasi modern, ramping, efektif dan efisien, yang mampu

membedakan antara tugas-tugas yang perlu ditangani dan yang tidak perlu

ditangani. Birokrasi yang baik juga mampu melakukan perubahan sistem dan

(22)

yakni pelayanan cepat, tepat, akurat, terbuka dengan tetap mempertahankan

kualitas, efesiensi biaya dan ketepatan waktu.

Untuk menunjang kualitas pelayanan yang prima dibutuhkan sumber daya

manusia yang berkualitas. Kualitas suatu pelayanan publik dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya adalah faktor kemampuan dan motivasi pegawai

dalam melaksanakan pelayanan publik. Kemampuan pegawai sangat

mempengaruhi kualitas pelayanan. Para petugas pelayanan harus kompeten

dalam melaksanakan tugasnya, hal ini berarti petugas harus mengetahui dan

menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan sehingga petugas

dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. (http://www.portalgaruda.com).

Pada dasarnya pelayanan publik sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik

dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi

tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat ataupun

daerah dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam

rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang–undangan. Seiring dengan

penerapan sistem desentralisasi, pelayanan publik akhir–akhir ini menjadi

diskusi yang hangat dan menjadi perhatian dikalangan masyarakat.

Sebelumnya pelayanan publik kurang menjadi perhatian karena berkembang

asumsi bahwa pelayanan publik itu hanyalah urusan pemerintah saja, mulai

dari proses perumusan, kebijakan, implementasi sampai dengan evaluasi

masyarakat seringkali tidak bisa mengakses segala informasi yang berkaitan

(23)

3

Membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan

pemerintah merupakan kegiatan yang harus terus–menerus dilakukan oleh

pemerintah dalam fungsinya sebagai pelayanan masyarakat. Dalam rangka

meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai

dengan prinsip–prinsip tata kelola pemerintah yang baik serta untuk memberi

perlindungan bagi setiap dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang dalam

penyelenggaraan pelayanan publik oleh pemerintah maka diperlukan

pengaturan hukum yang mendukungnya. Rancangan undang–undang

pelayanan publik mengatur segala hal yang terkait dengan sistem pelayanan

publik yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakatnya. Pelayanan

publik yang diberikan pemerintah bermacam–macam bentuknya.

(http://www.portalgaruda.org/download_article.php?article.com).

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

(Meneg PAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, memberikan pengertian

pelayanan publik yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh

penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan

penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Fungsi pelayanan publik adalah salah satu fungsi fundamental yang

harus diemban pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah. Mengingat

fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat maka pemerintah perlu

terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satunya adalah

pelayanan pembuatan kartu kuning di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar

(24)

(http://www.nakersos.slemankab.go.id/)

Kartu kuning merupakan kartu tanda pencari kerja yang dijadikan salah satu

syarat untuk melamar pekerjaan di sebuah perusahaan atau instansi baik di

negeri atau swasta. Dinas tenaga kerja (Disnaker) adalah instansi yang

bertanggung jawab untuk menangani masalah kependudukan dan pelayanan

pembuatan kartu kuning di Indonesia. Selain itu juga sebagai unsur pelaksana

urusan pemerintah dibidang ketenagakerjaan, yang didalamnya terdapat

manajemen dalam proses menjalankan suatu pekerjaan dengan serangkaian

tindakan yang secara berjenjang, berlanjut yang berkait dilakukan untuk

menggapai sesuatu yang telah ditetapkan.

Mengenai pelayanan publik, banyak keperluan masyarakat khususnya dalam

hal mencari kerja mereka memerlukan kartu tanda pendaftaran pencari kerja

(Kartu Kuning), yang dimaksudkan sebagai tanda bukti bahwa pencari kerja

telah mendaftarkan diri pada Dinas Tenaga Kerja yang bertanggung jawab

dibidang ketenagakerjaan kabupaten atau kota dan juga sebagai tanda

pengenal untuk memudahkan mencari kartu induknya. Dinas Tenaga Kerja

merupakan unsur pelaksana urusan pemerintah di dalam ketenagakerjaan dan

transmigrasi. Semakin banyaknya orang yang mencari pekerjaan dalam era ini

maka sangat di butuhkan pelayanan dari para aparatur Dinas Tenaga Kerja

yang bertindak sebagai pelayan publik.

Kualitas pelayanan sangat dibutuhkan pada proses pelayanan publik di

tiap-tiap daerah di Indonesia khususnya di kota-kota besar yang terdapat Dinas

Tenaga Kerja. Kualitas pelayanan publik dimaksudkan untuk melihat tingkat

(25)

5

membenahi citra dari pada pelayanan publik di negara ini, pemerintah pusat

berusaha untuk menyempurnakan dan mengatasi segala masalah dalam

pelayanan publik dengan mengeluarkan undang-undang Republik Indonesia

No 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik. Undang-undang tersebut di

sahkan guna mengatasi segala permasalahan yang terjadi pada pelayanan

publik di Indonesia. Peningkatan kualitas pelayanan publik pada tingkat

daerah sangatlah penting, dimana masyarakat secara langsung menerima dan

merasakan pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah maupun kota

khususnya di Kota Bandar Lampung. Kualitas pelayanan yang diberikan

organisasi akan menciptakan suatu penilaian sendiri dari masyarakat tentang

kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Dengan penilaian

tersebut masyarakat akan menilai apakah organisasi publik tersebut baik atau

buruk dalam memberikan pelayanan. Karena pada kenyataannya, wajah

birokrasi publik sebagai pelayan rakyat masih jauh dari yang diharapkan.

Seperti pernyataan yang terdapat pada surat kabar harian Radar Lampung,

Rabu 24 Oktober 2012 lalu bahwa:

(26)

Hal tersebut seperti permasalahan dalam penelitian terdahulu Indah Musnianti

(2010) dengan judul “Kualitas Pelayanan Pembuatan Kartu Kuning di Kantor

Pelayanan Terpadu Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Tanggerang”. Bahwa pelayanan masih dirasakan lamban dan melelahkan

dimana loket pelayanan kartu kuning (terdiri dari 7 loket namun hanya 4 loket

yang bekerja dan 1 mesin printer), legalisir 1 (1 loket), dan mesin foto copy

(2 mesin) yang disediakan minim serta biaya foto copy yang mahal

(500/lembar).

Namun, pada objek peneliti ditemukan hanya memiliki 1 loket dalam

pembuatan kartu kuning yang sudah menjadi satu dengan loket legalisir.

Akan tetapi untuk mesin photo copy di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar

Lampung tidak memilikinya, karena para pembuat kartu kuning ketika akan

melakukan photo copy harus pergi keluar Dinas dan berjalan kaki sekitar 10

meter dari lokasi, hal ini juga salah satu yang menjadi masalah dalam

pembuatan kartu kuning menjadi lambat dan memakan waktu yang cukup

lama.

Selain itu permasalahan yang terjadi dalam kualitas pelayanan publik, salah

satunya pada penelitian terdahulu Reja Rican Utama (2012) dengan judul

Pengaruh Kinerja Aparatur Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Kaur Terhadap Kualitas Pelayanan Publik. Dalam penelitiannya

ditemukan permasalahan mengenai adanya perlakuan yang tidak adil dalam

memberi pelayanan terlihat dengan adanya proses cepat bagi masyarakat yang

(27)

7

sementara masyarakat yang tidak punya kenalan tidak diberlakukan

sebagaimana mestinya.

Permasalahan yang terdapat dalam penelitian di atas, hampir sama terjadi

pada penelitian di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung. Salah satunya

mengenai adanya pungutan liar (pungli) yang pernah terjadi di Dinas tersebut.

Berdasarkan wawancara pada tanggal 24 Februari 2014 kepada Mr. X salah

satu masyarakat yang pernah membuat ataupun memperpanjang kartu kuning,

mengatakan bahwa:

“kalau waktu buat kartu kuning saya kurang ingat, tapi bukan tahun ini atau tahun lalu pastinya. Waktu itu ketika saya buat kartu kuning, saya diminta uang oleh petugasnya untuk biaya pembuatannya sebesar Rp. 10.000, kadang juga diminta uang untuk legalisir perlembarnya Rp.1.000 walaupun waktu itu saya bilang kan gratis sesuai dengan informasi yang pernah ada bahwa pembuatan kartu kuning “GRATIS” namun petugas mengatakan bahwa untuk biaya bisa seikhlasnya diberikan dari pembuat kartu kuning. Tapi kadang juga waktu saya mau perpanjang pernah ada calo yang suka menawarkan diri seperti memberikan jasa bantuan untuk pembuatan kartu kuning melalui calo

tersebut, namun saya menolaknya karena saya pikir waktu itu saya bisa sendiri mengurusnya. Kadang pernah juga melalui calo teman saya bisa cepat dalam pengurusan pembuatan kartu kuning, walaupun mengeluarkan biaya jasa kepada calo yang mereka suruh.”

Dari permasalahan yang ditemukan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui

bagaimana kualitas pelayanan yang diberikan Dinas Tenaga Kerja Kota

Bandar Lampung selaku lembaga pemerintah yang mengurusi masalah

ketenagakerjaan dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat

khususnya kartu pencari kerja (Kartu Kuning). Sehingga peneliti tertarik

(28)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka masalah dari penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

“Bagaimana Kualitas Pelayanan Pembuatan Kartu Kuning di Dinas Tenaga

Kerja Kota Bandar Lampung?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk

mengkaji lebih dalam mengenai masalah yang telah didapatkan oleh peneliti

yang berkaitan dengan kualitas pelayanan pembuatan kartu kuning di Dinas

Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung, maka dalam hal ini penelitian ini

bertujuan “Untuk Mengetahui dan Menganalisis Kualitas Pelayanan

Pembuatan Kartu Kuning di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung.”

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Subjektif, sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangakan

kemampuan berfikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam

bentuk karya tulis ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori.

2. Secara teoritis yaitu diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan akademis khususnya yang berkaitan dengan Kualitas Pelayanan

(29)

9

3. Secara praktis, Penelitian dapat memberikan sumbangan berharga bagi

pemerintah atau lembaga-lembaga yang membutuhkan, selain itu hasil

penelitian ini juga dapat menjadi acuan penelitian-penelitian pada bidang

(30)

II . TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pelayanan Publik 2.1.1. Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)

keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada

organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah

ditetapkan. Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa

pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat.

Karenanya Birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk

memberikan layanan yang baik dan profesional (Tesis Irsan, 2012 : 9).

Menurut Moenir (2001:13) Pelayanan publik adalah kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor

material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha

memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Tujuan

pelayanan publik adalah mempersiapkan pelayanan publik tersebut yang

dikehendaki atau dibutuhkan oleh publik, dan bagaimana menyatakan

dengan tepat kepada publik mengenai pilihannya dan cara mengaksesnya

(31)

11

Selanjutnya menurut Moenir (2001: 13), pelayanan publik harus

mengandung unsur-unsur dasar sebagai berikut:

1) Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun pelayanan umum harus jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak;

2) Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap berpegang teguh pada efisiensi dan efektivitas;

3) Kualitas, proses dan hasil pelayanan umum harus diupayakan agar dapat memberi keamanan, kenyamanan, kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan;

4) Apabila pelayanan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah terpaksa harus mahal, maka instansi pemerintah yang bersangkutan berkewajiban memberi peluang kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakan.

Berkaitan dengan layanan publik yang profesional sesuai dengan tuntutan

masyarakat, menurut Thoha (Widodo, 2001) dalam Tesis Irsan, 2012: 10.

Pelayanan publik yang profesional artinya pelayanan publik yang dicirikan

oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan

(aparatur pemerintah), dengan ciri sebagai berikut:

1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran;

2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan;

3. Kejelasan dan kepastian (transparan) mengandung akan arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai:

a. Prosedur/tata cara pelayanan

b. Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administratif

c. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan

d. Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan

(32)

dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta;

5. Efisiensi, mengandung arti:

a. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan

b. Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait.

6. Ketepatan, waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan

7. Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani.

8. Adaptif, cepat menyelesaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan, keinginan dan aspirasi masyarakat yang dilayani yang senantiasa mengalami tumbuh kembang.

Lebih lanjut Thoha (Widodo, 2001) dalam (Tesis, Irsan, 2012: 11)

mengatakan, secara teoritis sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus

dijalankan oleh pemerintah tanpa memandang tingkatannya, yaitu fungsi

pelayanan masyarakat (public service function), fungsi pembangunan

(development function) dan fungsi perlindungan

(protection function)

Sementara menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

No./KEP/25//M.PAN/2/2004 Pelayanan publik adalah segala kegiatan

pelaksanaan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan, maupun dalam rangka

(33)

13

Dari pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pelayanan

publik adalah suatu proses kegiatan yang menjadi tugas pokok atau

tanggung jawab para aparatur pemerintah negara ataupun daerah guna

memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat baik berupa

pelayanan administratif ataupun pelayanan jasa demi tercapainya tujuan

negara yakni kesejahteraan masyarakatnya.

2.1.2. Tujuan Pelayanan Publik

Tujuan pelayanan publik pada umumnya adalah bagaimana

mempersiapkan pelayanan publik tersebut yang dikehendaki atau

dibutuhkan oleh publik, dan bagaimana menyatakan dengan tepat kepada

publik mengenai pilihannya dan cara mengaksesnya yang direncanakan

dan disediakan oleh pemerintah. (Zeithaml, Valarie A. (et.al).1990)

Lebih lanjut Zeithaml mengatakan, tujuan pelayanan publik adalah sebagai

berikut:

1. Menentukan pelayanan yang disediakan, apa saja macamnya;

2. Memperlakukan pengguna layanan, sebagai customers;

3. Berusaha memuaskan pengguna layanan, sesuai dengan yang

diinginkan mereka;

4. Mencari cara penyampaian pelayanan yang paling baik dan

berkualitas;

5. Meneyediakan cara-cara, bila pengguna pelayanan tidak ada pilihan.

(34)

2.1.3. Ciri-ciri Pelayanan Publik

Adapun ciri khusus pelayanan publik menurut Ahmad dalam Sondang P.

Siagian (1994:81) adalah :

1. Tidak dapat memilih konsumen. 2. Perencanaan dibatasi oleh peraturan. 3. Pertanggungjawaban yang kompleks. 4. Sangat teliti.

5. Semua tindakan dapat justifikasi.

6. Tujuan dan output sulit diukur dan ditentukan.

2.1.4. Standar Pelayanan Publik

Menurut Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, standar pelayanan haruslah meliputi:

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dilakukan dalam halm ini antara lain kesederhanaan yaitu kemudahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat serta kemudahan dalam memenuhi persyaratan pelayanan.

2. Waktu Penyelesaian

Waktu yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sama dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan haruslah berkaitan dengan kepastian waktu dalam memberikan pelayanan sesuai dengan ketetapan lamanya waktu pelayanan masing-masing.

3. Biaya Pelayanan.

Biaya atau tarif pelayanan termasuk rincian yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan, haruslah berkaitan dengan pengenaan biaya yang secara wajar dan terperinci serta tidak melanggar ketentuan yang ada.

4. Produk Pelayanan.

Hasil pelayanan yang diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini berkaitan dengan kenyataan dalam pemberian pelayanan yaitu hasil pelayanan sesuai dengan yang ditentukan serta terbebas dari kesalahan-kesalahan teknis, baik dalam hal penulisan permohonan yang telah diajukan sebelumnya.

5. Sarana dan Prasarana.

(35)

15

penunjang pelayanan yang memadai seperti meja, kursi, mesin tik, dll. Serta adanya kenyamanan dan kemudahan dalam memperoleh suatu pelayanan.

2.1.5. Kualitas Pelayanan

Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi mulai

dari konvensional hingga yang lebih strategis. Definisi konvensional dari

kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu

produk yakni kinerja (performance), keandalan (reliability), mudah dalam

penggunaan (ease of use), dan estetika (esthetics). Adapun dalam definisi

strategis bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi

keinginan atau kebutuhan pelanggan/masyarakat (Sinambela, 2006:6).

Selain itu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan

dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau

melebihi harapan (Arief, 2007:117).

Menurut American society for quality control (Lupiyoadi, 2001:144)

“Kualitas dapat diartikan sebagai keseluruhan ciri-ciri dan

karakteristik-karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat laten”.

Menurut Goetsh dan Davis (Tjiptono, 2004:51) “Kualitas merupakan suatu

kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses,

dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.

Sedangkan menurut Parasuraman, Zeithaml, and Berry (Rambat,

(36)

perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas pelayanan yang

mereka terima atau peroleh”.

Menurut Brown dalam Moenir (1995:33) bahwa dimata masyarakat,

kualitas pelayanan meliputi ukuran-ukuran sebagai berikut:

1. Reability, yaitu kemampuan untuk memproduksi jasa sesuai yang

diinginkan secara tepat;

2. Assurance, yaitu pengetahuan dan kemampuannya untuk meyakinkan;

3. Empathy, yaitu tingkat perhatian dan atensi individual yang diberikan

kepada pelanggan;

4. Responsiviness, yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan

memberikan pelayanan yang tepat;

5. Tangibel, yaitu penyediaan fasilitas fisik dan kelengkapan serta

penampilan pribadi.

Pendapat lain yang senada mengenai dimensi atau ukuran kualitas

pelayanan dikemukakan oleh Fandy Tjiptono (1997:14) dalam bukunya

“Prinsip-prinsip Total Quality Service,”yaitu:

1. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,

pegawai, dan sarana komunikasi.

2. Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.

3. Daya tanggap (responsiviness), yaitu keinginan para staf untuk

(37)

17

4. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan,

dan dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, resiko

tau keragu-raguan.

5. Empati (empathy), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan

komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan

para pelanggan.

Menurut Zeithaml-Parasuraman-Berry dalam (Tesis Irsan (2012:23) untuk

mengetahui kualitas pelayanan yang dirasakan secara nyata oleh

konsumen, ada ukuran kepuasan konsumen yang terletak pada 5 (lima)

dimensi kualitas pelayanan menurut apa yang dikatakan konsumen.

Kelima dimensi servqual itu mencakup beberapa sub-dimensi sebagai

berikut (Zeithaml et.al. 1990) :

1. Tangibles (kualitas pelayanan yang berupa sarana fisik perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu dan tempat informasi). Dimensi ini berkaitan dengan kemoderenan peralatan yang digunakan, daya tarik fasilitas yang digunakan, kerapian petugas serta kelengkapan peralatan penunjang (pamlet atau flow chart).

2. Realibility (kemampuan dan keandalan untuk menyediakan pelayanan yang terpercaya). Dimensi berkaitan dengan janji menyelesaikan sesuatu seperti diinginkan, penanganan keluhan konsumen, kinerja pelayanan yang tepat, menyediakan pelayanan sesuai waktu yang dijanjikan serta tuntutan pada kesalahan pencatatan.

3. Responsiveness (kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen). Dimensi responsiveness mencakup antara lain: pemberitahuan petugas kepada konsumen tentang pelayanan yang diberikan, pemberian pelayanan dengan cepat, kesediaan petugas memberi bantuan kepada konsumen, serta petugas tidak pernah merasa sibuk untuk melayani permintaan konsumen.

(38)

5. Emphaty (sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen). Dimensi emphaty memuat antara lain: pemberian perhatian individual kepada konsumen, ketepatan waktu pelayanan bagi semua konsumen, perusahaan memiliki petugas yang memberikan perhatian khusus pada konsumen, pelayanan yang melekat dihati konsumen dan petugas yang memahami kebutuhan spesifik dari pelanggannya.

Apabila digambarkan penilaian konsumen pada kualitas pelayanan

(servqual) adalah sebagai berikut:

Gambar 1

Ringkasan Penilaian Pelanggan Terhadap Kualitas pelayanan

Sumber: Zethaml, dkk, 1990.

Servqual atau kualitas pelayanan mengkaitkan dua dimensi sekaligus,

yaitu satu pihak penilaian servqual pada dimensi konsumen (customer).

Sedangkan di pihak lain juga dapat dilakukan pada dimensi provider atau

secara lebih dekat lagi adalah terletak pada kemampuan kualitas pelayanan

yang diberikan oleh “orang-orang yang melayani” dari tingkat manajerial

sampai ke tingkat front line servive. Kedua dimensi tersebut dapat saja

terjadi kesenjangan atau gap antara harapan-harapan dan

(39)

19

harapan-harapan konsumen tersebut. Hasil penelitian Zethaml, dkk

menggambarkan adanya 4 kesenjangan atau GAP tersebut.

Gap 1 disebut juga “ketidaktahuan tentang apa yang konsumen harapkan”

(not knowing what customers expect). Gap ini terjadi pada diemensi

konsumen dengan dimensi manajemen tingkat atas. Faktor-faktor kunci

yang menjadi penyebab adalah: 1) Perusahaan atau organisasi kurang

orientasi pada riset pasar atau kurang menggunakan temuan-temuan riset

yang berfungsi untuk pengambilan keputusan tentang keinginan ataupun

keluhan konsumen, 2) Ketidakcukupan komunikasi ke atas, yaitu arus

informasi yang menghubungkan pelayanan di tingkat front line service

dengan kemauan di tingkat atas (miscommunication), 3) terlalu banyaknya

tingkatan atau hierarki manajemen.

Gap 2 disebut sebagai “kesalahan standarisasi kualitas pelayanan” (the

wrong quality service standars). Faktor-faktor kunci yang menjadi

penyebab pada gap ini adalah: 1) komitmen pada manajemen belum

memadai terhadap kualitas pelayanan, 2) persepsi mengenai

ketidaklayakan, 3) tidak adanya standarisasi tugas, 4) tidak terdapatnya

penentuan tujuan.

Gap 3 disebut sebagai kesenjangan kinerja pelayanan (the service

performance gap). Tidak terdapatnya spesifikasi atau suatu citra pelayanan

yang khas pada suatu organisasi akan menyebabkan kesenjangan pada

penyampaian pelayanan pada konsumen. Faktor kunci yang menjadi

(40)

kecendrungan yang menimpa pegawai pemberi pelayanan terhadap kondisi

bimbang dalam memberikan pelayanan karena tidak terdapatnya

kepastian/standarisasi tugas-tugas mereka, 2) konflik peran (role conflict),

kecenderungan pegawai merasa tidak memiliki kemampuan untuk

memuaskan pelanggan, 3) ketidakcocokan antara pegawai dengan tugas

yang dikerjakan, 4) ketidakcocokan antara teknologi dengan tugas yang

dikerjakan, 5) ketidakcocokan sistem pengendalian atasan, 6) kekurangan

pengawasan, dan 7) kekurangan kerja tim.

Gap 4 disebut sebagai ketidaksesuaian antara janji yang diberikan dengan

pelayanan yang diberikan (when promises do not match delivery).

Faktor-faktor kunci yang berperan sebagai Gap ini adalah: 1) Tidak memadainya

komunikasi horizontal, 2) Kecendrungan memberikan janji kepada

konsumen secara berlebihan (muluk-muluk). Secara keseluruhan gap atau

kesenjangan pada kedua dimensi (customer dan provider) digambarkan

(41)

21

Gambar 2

Conceptual Model Of Service Quality

Sumber: Zethaml, dkk, 1990

Selain itu untuk menentukan kepuasan masyarakat juga terdapat dalam

Keputusan No./KEP/25//M.PAN/2/2004 mengenai pedoman umum

penyusunan indeks kepuasan masyrakat unit pelayanan Instansi

Pemerintah. Dalam keputusan ini diuraikan empat belas unsur yang

dijadikan dasar dalam mengukur indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas

pelayanan yang disajikan pada suatu unit pemerintahan yang meliputi:

1) Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;

CUSTOMER

PROVIDER

Word of Mouth Communication

Personal Needs Past Experience

Expected Service

Perceived Service

Service Delivery

Eksternal Communication to

Customer

Service Quality Specification

(42)

2) Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya;

3) Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepasatian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggungjawab);

4) Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku;

5) Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan;

6) Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat;

7) Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;

8) Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani; 9) Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati;

10) Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan;

11) Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan;

12) Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

13) Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan;

14) Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan atupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

Keempat belas unsur tersebut kemudian dikonversi menjadi pertanyaan

yang disampaikan kepada responden. Dengan teknik pengolahan yang

telah ditentukan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan tersebut, maka

akan muncul kategorisasi kinerja unit pelayanan yang diteliti. Metode

(43)

23

Keputusan Warganegara (citizen satisfaction) atas suatu sajian pelayanan

publik.

Bila diamati peneliti secara seksama keempat belas unsur tersebut

mewakili dimensi kualitas pelayanan. Oleh karenanya, penelitian Kualitas

Pelayanan (Service Quality) memiliki cakupan yang lebih luas

dibandingkan dengan Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat. Sebab

operasionalisasi atas masing-masing dimensi kualitas pelayanan dapat

dikembangkan secara fleksibel oleh peneliti untuk memperoleh informasi

mengenai kualitas pelayanan pada suatu instansi penyedia layanan publik

seperti tempat peneliti di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung.

Selain itu, konteks pengukuran Indeks Kepuasan masyarakat lebih

mengarah pada kinerja suatu pelayanan bukan pada kualitas pelayanannya.

Dalam hal ini peneliti juga berpendapat bahwa kedua tolak ukur kualitas

pelayanan tersebut antara dimensi kualitas pelayanan dan unsur penilaian

indeks kepuasan masyarakat (IKM) memiliki kesamaan satu sama lainnya

(lihat tabel 1).

Tabel 1.

Kesamaan Dimensi Kualitas Pelayanan Dengan Unsur Penilaian IKM

Dimensi Kualitas Pelayanan Unsur Penilaian Indeks Kepuasan

Masyarakat dalan Kepmenpan Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004

Realibility Persyaratan Pelayanan

Kepastian jadwal Pelayanan Kepastian biaya pelayanan

Responsiveness Kecepatan Pelayanan

Assurance Kejelasan petugas pelayanan

Tanggungjawab petugas pelayanan Kemampuan petugas pelayanan Kesopanan dan keramahan petugas Keamanan pelayanan

(44)

Dimensi Kualitas Pelayanan Unsur Penilaian Indeks Kepuasan Masyarakat dalan Kepmenpan Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004

Emphaty Prosedur pelayanan

Kedisiplinan petugas pelayanan Kewajaran biaya pelayanan

Tangibles Kenyamanan layanan

Sumber: Dimodifikasi dari keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/25/M.PAN/2/2004.

Selain itu juga dalam pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan.

Standar Pelayanan (Ridwan dan Sudrajat, 2009:103) adalah ukuran yang

dibakukan dalam penyelenggraan pelayanan yang wajib ditaati oleh pemberi

dan atau penerima pelayanan. Adapun standar pelayanan meliputi:

a) Prosedur pelayanan. Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.

b) Waktu penyelesaian. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

c) Biaya pelayanan. Biaya atau tarif pelayanan termasuk rincian yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

d) Produk pelayanan. Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

e) Sarana dan prasarana.

f) Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.

g) Kompetensi petugas pemberi pelayanan.

h) Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

Sedangkan untuk faktor-faktor yang mendukung dalam peningkatan

pelayanan publik adalah sebagai berikut (Ridwan dan Sudrajat, 2009:23) :

a) Faktor hukum, dimana peraturan perundang-undangan harus sesuai

(45)

25

b) Faktor aparatur pemerintah, dimana aparatur pemerintah merupakan

salah satu faktor dalam terciptanya peningkatan pelayanan publik dan

merupakan unsur yang bekerja di dalam praktik untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat.

c) Faktor sarana, dimana penyelenggaraan pelayanan publik tidak akan

berjalan dengan lancar dan baik tanpa adanya suatu sarana atau fasilitas

yang mendukung. Sarana itu mencakup tenaga manusia yang

berpendidikan, organisasi yang baik, peralatan yang memadai dan

keuangan yang cukup.

d) Faktor masyarakat, dimana pelayanan diperuntukkan untuk masyarakat

dan masyarakat harus mendukung terhadap kegiatan peningkatan

pelayanan publik yang diaktualisasikan melalui hukum.

e) Faktor kebudayaan, dimana kebudayaan merupakan faktor yang hampir

sama dengan faktor masyarakat.

2.2. Penelitian Terdahulu

Berkaitan mengenai kualitas pelayanan, menurut peneliti terdahulu Irsan

(2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Kualitas Pelayanan Kesehatan

Pada Puskesmas Simpur Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar

Lampung”. Menyimpulkan bahwa kualitas layanan yang ada di Puskesmas

Simpur Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung

termasuk dalam kategori baik, dengan mutu pelayanan B. Sehingga secara

keseluruhan pelayanan kesehatan pada Puskesmas Simpur berkualitas dan

(46)

Sedangkan menurut peneliti terdahulu Indah Musnianti (2010) dalam

penelitiannya yang berjudul “Kualitas Pelayanan Pembuatan Kartu Kuning

di Kantor Pelayanan Terpadu Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kabupaten Tanggerang”. Menyimpulkan bahwa harapan para pembuat

kartu kuning/masyarakat lebih besar dari pada persepsi terhadap pelayanan

yang diperoleh maka para pembuat kartu kuning merasa tidak puas

terhadap pelayanan yang telah disediakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Tanggerang.

Berbeda dengan peneliti terdahulu Omega Iriyani (2014) dalam

penelitiannya yang berjudul “Analisis Kualitas Pelayanan Publik Pada

Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Metro

Pasca Survei Indeks Integritas Nasional Pelayanan Publik Tahun 2011

oleh Komisi Pemberantasan Korupsi”. Menyimpulkan bahwa Kualitas

pelayanan perizinan SIUP dan perizinan IMB pada Kantor Penanaman

Modal dan PTSP kota Metro pasca survei Integritas Pelayanan Publik oleh

KPK tahun 2011 masih belum/tidak memuaskan masyarakat. Hal itu

disebabkan adanya aspek yang mendapaatkan kepuasan terendah terdapat

pada aspek ketepatan waktu dalam penyelesaian perizinan, kredibilitas

(kejujuran, ketegasan, tepat janji) petugas dalam pelayanan, kemudahan

prosedur perizinan, saranan telekomunikasi seperti telepon dan website

untuk kegiatan pelayanan dan komplain, serta kecepatan petugas melayani

pengurusan izin. Penyebab kendala utamanya adalah manajemen sumber

(47)

27

2.3. Kerangka Pikir

Gambar 3 Kerangka Pikir

Fokus penelitian ini adalah kualitas pelayanan berdasarkan 5 (lima) dimensi

menurut Zeithaml-Parasuraman-Berry untuk mengetahui persepsi pelayanan yang

diterima oleh masyarakat sesuai dengan harapan atau tidak, begitu juga pada

kenyataan/realitanya yang diterima oleh masyarakat/pembuat kartu kuning.

Apabila harapan pengguna layanan sesuai dengan persepsi mereka terhadap

pelayanan yang diterima, maka pengguna layanan akan puas. Demikian

sebaliknya, apabila harapan pengguna layanan tidak sesuai dengan persepsi

mereka terhadap pelayanan yang diterima, maka pengguna layanan tidak akan

puas.

Harapan Masyarakat

Kualitas Pelayanan

Persepsi Masyarakat Pembuatan Kartu

Kuning

Dimensi Kualitas Pelayanan

1. Tangibles 2. Realibility 3. Responsiveness 4. Assurance 5. Emphaty

(48)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pelayanan

pembuatan kartu kuning di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan

pemantapan teori bahwa kepuasan pelayanan pemerintah dipengaruhi oleh

elemen-elemen persepsi pengguna layanan serta nilai dari pengguna layanan

secara langsung mempengaruhi ukuran persepsi pemahaman akan kualitas

pelayanan yang mereka terima dari unit pelayanan. Selanjutnya ditetapkan

variabel-variabel penelitian, yang kemudian dibuktikan di lapangan pada

saat pelaksanaan penelitian. Pengujian teori di lapangan dilakukan melalui

kuesioner dan observasi lapangan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dapat

diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan

melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya. Tujuan

penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau

lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta

(49)

29

Pelaksanaan metode penelitian deskriptif tidak terbatas sampai pada

pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi

tentang data tersebut, selain itu yang dikumpulkan memungkinkan menjadi

kunci terhadap apa yang diteliti.

3.2. Definisi Konseptual

Definisi Konseptual dalam penelitian ini adalah sesuai dengan judul

penelitian yaitu Kualitas Pelayanan Pembuatan Kartu Kuning di Dinas

Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung. Maka dalam penelitian ini penulis

menguraikan definisi konsepsional yang menyangkut judul Tesis agar dapat

mempermudah dalam memahami maksud pembahasan ini. Definisi

konsepsional dari penelitian ini adalah melayani keperluan masyarakat yang

mempunyai kepentingan mencari pekerjaan dan sebagai persyaratan

mencari kerja. Sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah

ditetapkan yang diberikan oleh pegawai Kantor Dinas Tenaga Kerja Kota

Bandar Lampung kepada para pencalon tenaga kerja.

3.3. Definisi Operasional

Menurut Masri Singarimbun definisi operasioanl adalah unsur penelitian

yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur. Dengan melihat

definisi operasional variabel suatu penelitian maka seorang peneliti akan

dapat mengetahui suatu variabel yang akan diteliti (Masri Singarimbun,

2002). Untuk mendapatkan data tentang variabel-variabel yang berkaitan

(50)

Bandar Lampung, dipergunakan alat ukur dalam bentuk kuesioner atau

angket.

Dalam penelitian ini kualitas pelayanan diukur dari kombinasi variabel

pengukuran yang mengacu pada 5 (lima) dimensi kualitas pelayanan

menurut Zeithaml-Parasuraman-Berry, yakni: Tangibles, Realibility,

Responsiveness, Assurance, dan Emphaty.

Variabel Pengukuran Kualitas Pelayanan tersebut terinci dalam tabel sbb:

Tabel 2. Variabel Pengukuran Kualitas Pelayanan Pembuatan Kartu Kuning di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar

d) Kejelasan rincian biaya pelayanan

1 - 4

Responsiveness

(daya tanggap)

a) Pelayanan yang cepat

b) Kecermatan petugas b) Mampu menjawab pertanyaan

yang diajukan pengguna layanan.

c) Konsisten untuk bersikap sopan kepada pengguna layanan.

d) Memberikan pelayanan yang nyaman

e) Kesamaan perlakuan dalam mendapatkan pelayanan

(51)

31

Emphaty (empati) a) Akses pelayanan yang mudah b) Kejelasan dalam prosedur

pelayanan

c) Terdapat petugas yang secara

khusus memberikan

pelayanan kepada pengguna layanan. d) Kelengkapan alat-alat dalam

pelayanan

17 - 20

3.4. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 3.4.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek

yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2008:80). Nazir mengatakan populasi adalah berkenaan dengan data, bukan

orang tua atau bendanya. Kemudian populasi adalah totalitas semua nilai

yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif

maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan

obyek lengkap (Nazir, 1988)

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa populasi

merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan

(52)

yang akan diteliti. Populasi penelitian ini ialah pembuat kartu kuning di

Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung.

3.4.2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Sampel adalah

bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk

menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga teknik

sampling yang diambil non probability sampling adalah teknik pengambilan

sampel yang tidak memberi peluang / kesempatan sama bagi setiap unsur

atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2008:84).

Dan teknik penelitian yang digunakan adalah metode purposive sampling

dalam menentukan sampel. Pengertian purposive sampling menurut

(Sugiyono, 2008:85), yaitu berdasarkan pertimbangan tertentu untuk

memilih sample yang diharapkan memiliki informasi yang akurat dengan

tujuan untuk mendapatkan sample yang representatif (mewakili).

Jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui secara pasti sehingga

penulis menggunakan pendapat Roscoe (1975) dalam Sekaran (1992) yang

memberikan pedoman penentuan jumlah sampel sebagai berikut:

1. Sebaiknya ukuran sampel di antara 30-500 elemen

2. Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki/perempuan,

jurusan, dan sebagainya), jumlah minimum subsampel harus 30.

3. Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate)

ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah

(53)

33

4. Untuk penelitian eksprimen yang sederhana, dengan pengendalian

yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10-20 elemen.

Sehingga dalam penelitian ini menggunakan 80 sample, karena mengambil

sampel di antara 30 – 500. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

penulis menggunakan purposive dengan kriteria sebagai berikut:

1. Bersedia jadi responden

2. Pernah melakukan pembuatan kartu kuning di Dinas Tenaga Kerja

Kota Bandar Lampung.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi kualitatif dan

kuantitatif. Data primer diperoleh dari penelitian lapangan, dan data

sekunder dalam studi literatur, laporan-laporan resmi, undang-undang dan

peraturan pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan penelitian dalam

menilai Kualitas Pelayanan Pembuatan Kartu Kuning di Dinas Tenaga Kerja

Kota Bandar Lampung. Pengumpulan data dilakukan dengan metode

kuesioner atau angket.

Kemudian penulis menggunakan teknik wawancara. Wawancara, yaitu

mencari dan menggali informasi dari seorang menjadi responden.

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumber data Moleong (2008:43).

Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan wawancara atau tanya jawab

(54)

1. Kasi Pendayagunaan Tenaga Kerja, Chandra Winata, S.Sos

dilaksanakan di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung pada Kamis

5 Maret 2014. Pukul 09.00 – 10.00 WIB.

2. Mr. X1 (penerima layanan/masyarakat) dilaksanakan di lokasi pelayanan

photo copy pada Selasa 4 Maret 2014. Pukul 10.00 WIB.

3. Mr. X2 (penerima layanan/masyarakat) dilaksanakan di lokasi pelayanan

photo copy pada Selasa 6 Maret 2014. Pukul 09.30 WIB.

4. Mr. X3 (penerima layanan/masyarakat) dilaksanakan di lokasi pelayanan

photo copy pada Selasa 18 Maret 2014. Pukul 11.00 WIB.

5. Mr. X4 (penerima layanan/masyarakat) dilaksanakan di lokasi pelayanan

photo copy pada Selasa 20 Maret 2014. Pukul 10.00 WIB.

6. Mr. X5 (penerima layanan/masyarakat) dilaksanakan di lokasi pelayanan

photo copy pada Selasa 25 Maret 2014. Pukul 11.00 WIB.

7. Mr. X6 (penerima layanan/masyarakat) dilaksanakan di lokasi pelayanan

photo copy pada Selasa 27 Maret 2014. Pukul 09.00 WIB.

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan jumlah responden sebanyak 80

orang, peneliti di lokasi penelitian memiliki beberapa proses yang dialami

selama peneliti menjalani penelitian di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar

Lampung. Agar mendapatkan jawaban responden yang tidak normatif,

peneliti menyebarkan angket kuesioner tidak melalui lokasi penelitian di

Disnaker Kota Bandar Lampung, peneliti menyebarkan kuesioner tersebut

di sebuah pelayanan photo copy yang berjarak 10 meter dari lokasi

penelitian. Hal ini dilakukan karena, lokasi photo copy sudah biasa

Gambar

Gambar 1 Ringkasan Penilaian Pelanggan Terhadap Kualitas pelayanan
Gambar 2 Conceptual Model Of Service Quality
Tabel 1.
Gambar 3 Kerangka Pikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisa penelitian menyimpulkan bahwa tingkatan nilai aksesibilitas pada sektor - sektor aksesibilitas Desa Rasau Jaya Umum, Desa Bintang Mas, Desa Rasau Jaya III,

Mengubah Lampiran II, Lampiran V, dan Lampiran VI Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional

Hal ini berarti bahwa 14,1% variasi variabel audit delay dapat dijelaskan oleh variabel total aset, leverage , opini audit, dan ukuran KAP, sedangkan sisanya

Ketika perusahaan memiliki jumlah proporsi hutang yang lebih banyak daripada jumlah ekuitas, maka auditor akan memerlukan waktu yang lebih banyak dalam mengaudit

This research focuses on the subtitling analysis of imperative sentence in Need for Speed movie by Pein Akatsuki using Quirck’s theory about sentence and Baker’s theory

Para sultan, raja kecil, datuk, dan uleebalang berada dibawah payung panji pemerintahan kolonial.Berbeda dari rekan- rekannya di Malaysia, golongan yang berkuasa di utara Sumatera

Pengukuran yang dimaksud di sini adalah proses membandingkantingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yangtelah ditentukan

Alamat IP versi 6 (sering disebut sebagai alamat IPv6) adalah sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang