Indonesian Accounting Literacy Journal Vol. 02, No. 02, Maret 2022, pp. 412 – 421
©Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung
EVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL SISTEM PENJUALAN TUNAI MENGGUNAKAN METODE CONTROL MATRIX
(Studi Kasus Pada Apotek Sana Farma 2 Garut)
Evaluation Internal Control of Cash Sales System Using Matrix Control Method (Case Study at Apotek Sana Farma 2 Garut)
Siti Eryana Sugiharto Putri
Program Studi D3 Akuntansi, Politeknik Negeri Bandung E-mail: [email protected]
Suji Abdullah Saleh, SST., M.Sc.
Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung E-mail: [email protected]
Abstract: Cash sales are one of the important activities in a company to ensure the continuity of the company's business. For this reason, an internal control system is needed that can make cash sales activities more effective and efficient. The purpose of this study is to determine the isssmplementation and evaluation of the cash sales internal control system at the Sana Farma 2 Pharmacy. The method used is a qualitative method. The technique used in data collection is interviews, observation, and documentation which is strengthened by a questionnaire. The data analysis tool used is the control matrix based on the COSO (Committee of Sponsoring Organizations) framework. The results of the research show that the implementation of the cash sales internal control system at the Sana Farma 2 Pharmacy has fulfilled several internal control objectives, although it is not optimal because there are still several elements that have not been implemented. We recommend that Apotek Sana Farma 2 correct the shortcomings of the internal control system for more effective inventory management.
Keywords: Internal control system, cash sales, control matrix, COSO.
1. Pendahuluan
Dalam menjalankan bisnis, suatu perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba seoptimal mungkin maka untuk mencapai tujuan perusahaan melakukan berbagai aktivitas dalam menjalankan bisnisnya. Aktivitas-aktivitas tersebut adalah aktivitas yang dijalankan untuk memperoleh pendapatan yang maksimal ataupun untuk menekan biaya seminimal mungkin yaitu dengan melakukan aktivitas penjualan barang atau jasa. Seiring berjalannya waktu perusahaan akan menghadapi berbagai macam tantangan, rintangan dan persaingan dalam melakukan aktivitas penjualannya.
Maka dari itu untuk menghadapi persaingan penjualan, perusahaan harus menetapkan sistem pengendalian internal agar dapat mempertahankan dan mengembangkan bisnisnya serta dapat mengarahkan, mengawasi, dan menghindari segala bentuk penyelewengan yang akan terjadi.
Sehingga kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Siti Eryana Sugiharto Putri, Suji Abdullah Saleh.
Salah satu perusahaan yang proses bisnis utamanya melakukan aktivitas penjualan adalah Apotek Sana Farma 2, yang merupakan suatu jenis bisnis eceran (retail) dengan komoditas atau barang yang diperdagangkan yaitu perbekalan kefarmasian, seperti obat dan perbekalan kesehatan.
Maka dari itu pengendalian internal perusahaan yang efektif dibutuhkan untuk melindungi aktiva terutama pada saat penjualan tunai berkaitan dengan persediaan yang di jual kepada pembeli.
Dalam kegiatan usahanya Apotek Sana Farma 2 telah menerapkan pengendalian internal perusahan, tetapi implementasi pengendalian internal di Apotek Sana Farma 2 masih terdapat beberapa kekurangan. Dimana terdapat sebuah kasus karyawan mengambil obat untuk keperluan pribadi tanpa melakukan pembayaran, sehingga dalam sistem penjualan barang sudah tercatat keluar tetapi kas belum diterima oleh perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari pencatatan persediaan akhir yang tidak sesuai dengan barang yang tersedia, tidak hanya itu terkadang setelah dilakukan stock opname terdapat ketidak sesuaian antara catatan persediaan dengan jumlah fisik persediaan yang ada di gudang. Selain itu seorang karyawan menjual barang diatas harga standar dan kelebihan tersebut diambil oleh karyawan untuk keperluan pribadi, dan terdapat kesalahan dalam meracik obat. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa karyawan ditempatkan tidak sesuai dengan pendidikan keterampilan dan keahlian yang dimiliki, kelalaian karyawan dengan melakukan salah pencatatan pada saat penjualan berlangsung, kerampilan yang dimiliki tidak sesuai, belum tersedianya CCTV (Closed Circuit Television) sehingga rawan pencurian barang, terdapat karyawan yang merangkap tugas seperti bagian kasir dengan asisten apoteker. Selain itu belum terdapat hak akses password, tidak adanya pengawasan. Setelah melakukan pengamatan serta wawancara dengan karyawan agar tercipta sistem pengendalian internal yang memadai dan diterapkan dalam Apotek Sana Farma 2 penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian “EVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL SISTEM PENJUALAN TUNAI MENGGUNAKAN METODE CONTROL MATRIX (Studi Kasus Pada Apotek Sana Farma 2 Garut)”.
2. Kajian Pustaka
2.1. Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2016:129) “Sistem Pengendalian Internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga assets organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”.
Dalam COSO (2013:3) “Pengendalian internal adalah sebuah proses, dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lain entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai mengenai pencapaian tujuan yang berkaitan dengan operasi, pelaporan, dan kepatuhan.”
Menurut Romney dan Steinbart (2015:226), “Pengendalian internal adalah sebuah proses yang menyebar keseluruh aktivitas pengoperasian perusahaan dan merupakan bagian integral dari aktivitas manajemen dimana pengendalian internal memberikan jaminan yang memadai untuk tujuan pengendalian berupa mengamankan aset, mengelola catatan secara detail yang baik untuk melaporkan aset perusahaan secara akurat dan wajar, memberikan informasi yang akurat dan reliabel, menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dan mendorong serta memperbaiki efisiensi operasional”.
Mulyadi (2016:140) “tujuan sistem pengendalian internal yaitu menjaga aktiva perusahaan, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.”
Menurut COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commision) (2013:3)
“Tujuan pengendalian internal terbagi menjadi tiga aspek yaitu untuk membantu perusahaan dalam tujuan operasi, tujuan pelaporan dan kepatuhan”.
Siti Eryana Sugiharto Putri, Suji Abdullah Saleh.
Pengendalian internal memiliki lima komponen berdasarkan COSO (Committee of Sponsoring Organizations) diantaranya lingkungan pengendalian (control environtment), penilaian resiko (control assessment), aktivitas pengendalian (control activities), informasi dan komunikasi (information &
communication), kegiatan pemantauan (monitoring activities).
2.1 Penjualan Tunai
Menurut Mulyadi (2016:379) “penjualan tunai adalah penjualan yang dilakukan perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran barang sesuai harga barang tersebut terlebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh penjual kepada pembeli”.
Menurut Yadiati dan Wahyu (2006:129), “Penjualan tunai adalah pembeli langsung menyerahkan sejumlah uang tunai yang dicatat oleh penjual melalui register kas”.
Menurut Mulyadi (2016:385) prosedur penjualan pada umumnya terdapat lima fungsi dasar yang membentuk suatu sistem pada aktivitas penjualan tunai diantaranya fungsi penjualan, fungsi kas, fungsi gudang, fungsi penerimaan, fungsi akuntansi.
Menurut Mulyadi (2016:386) terdapat beberapa dokumen yang digunakan dalam penjualan tunai yaitu faktur penjualan tunai, pita register kas (Cash Register Tape), credit card sales slip, bill of lading, faktur penjualan COD, bukti setor bank, rekap beban pokok penjualan.
Menurut Mulyadi (2016:391) terdapat lima bentuk catatan diantaranya sebagai berikut jurnal penjualan, jurnal penerimaan kas, jurnal umum, kartu persediaan, kartu gudang.
Menurut Mulyadi (2016:392) prosedur yang membentuk sistem penjualan tunai adalah
“Prosedur Permintaan Penjualan, Prosedur Penerimaan Kas, Prosedur Penyerahan Barang, Prosedur Pencatatan Penjualan Tunai, Prosedur Penyetoran Kas ke Bank, Prosedur Pencatatan Penerimaan Kas, Prosedur Pencatatan Beban Pokok Penjualan”.
2.2 Pengendalian Internal atas Penjualan Tunai
Menurut Mulyadi (2016: 129) tujuan sistem pengendalian internal menurut definisi sistem pengendalian internal adalah “menjaga aset organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”.
Menurut Committe Of Sponsoring Organizations (COSO) (2013:15), pengendalian internal memiliki tiga kategori tujuan yaitu tujuan operasi, tujuan pelaporan, tujuan kepatuhan
Tujuan pengendalian internal menurut Reeve (2009: 389) “adalah menyediakan keyakinan yang memadai bahwa aset telah dilindungi dan digunakan untuk keperluan bisnis, informasi bisnis akurat, karyawan yang mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku”.
2.3 Evaluasi Pengendalian Internal
Menurut Wirawan (2012: 22-23) ada beberapa “tujuan evaluasi di antaranya adalah menilai apakah objek evaluasi telah dilaksanakan sesuai rencana, mengukur apakah pelaksanaan objek evaluasi sesuai dengan standar, evaluasi objek dapat mengidentifikasi dan menentukan kekurangan dari objek evaluasi, Pengembangan pengguna dari objek yang di evaluasi, mengambil keputusan mengenai objek yang di evaluasi, akuntabilias, memberikan saran kepada user, mengembangkan teori evaluasi dan riset evaluasi”.
Boynton, dkk. (2006:412) menyatakan bahwa “Terdapat empat bentuk dokumentasi yang biasa digunakan auditor untuk mengevaluasi pengendalian internal, yaitu kuesioner (questionnaire), bagan alir (flowchart), tabel keputusan (decision table), matrik pengendalian (control matrix), dan memorandum narasi (narrative memorandum)”.
Menurut Gelinas, Dull, & Wheeler (2014:300-301) mengemukakan bahwa “a control matrix, which is a tool designed to assist you in evaluating the potential effectiveness of controls in a business process by
Siti Eryana Sugiharto Putri, Suji Abdullah Saleh.
matching control goals with relevant control plans,” yaitu matrik pengendalian merupakan alat yang dirancang untuk membantu dalam mengevaluasi efektivitas dari pengendalian internal dalam proses bisnis dengan mencocokan antara tujuan dan rencana pengendalian yang relevan.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif dimana data diperoleh dari hasil observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi
3.1 Langkah Penyelesaian Masalah
Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan beberapa cara yang ditempuh untuk menyeselesaikan penelitian dengan melakukan studi pendahuluan, perumusan masalah, penetapan tujuan penelitian, pengumpulan data dan pengolahan data, analisis data, kesimpulan dan saran.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang pakai antara lain data subjek dan data dokumenter. Adapun sumber data yang digunakan penulis yaitu data primer dan data sekunder
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara, observasi dan pengumpulan dokumen.
3.4 Alat Analisis Data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan kerangka kerja COSO yang digunakan untuk menganalisis pengendalian internal perusahaan dalam penjualan tunai demgam menganalisis sistem prosedur dan didukung dengan alat bantu flowchart penjualan tunai serta dokumen transaksi yang bersangkutan.
4. Hasil dan Pembahasan
1.1 Evaluasi Pengendalian Internal Penjualan Tunai Apotek Sana Farma
Tabel. 1 Pengendalian Internal Terhadap Lingkungan Pengendalian 1. (P-1) Adanya struktur organisasi dalam menjalankan kegiatan perusahaan.
Siti Eryana Sugiharto Putri, Suji Abdullah Saleh.
Dalam Apotek Sana Farma 2 terdapat struktur organisasi yang berfungsi untuk memperjelas kedudukan serta koordinasi antara setiap anggota yang dapat memperjelas tugas dan tanggung jawab masing-masing untuk mencapai sistem operasi dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi ini dapat mencegah beberapa karyawan dalam melakukan pengambilan obat tanpa membayar dan menjual barang diluar harga yang seharusnya, dengan adanya garis koordinasi yang jelas sehingga dapat terkontrol oleh setiap penanggung jawab dari masing-masing bagian.
2. (P-2) Terdapat job description yang jelas terkait wewenang dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan.
Dengan terdapat job description yang jelas maka setiap karyawan pada Apotek Sana Farma 2 akan mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya sehingga dapat mengurangi resiko kecurangan atau penyalah gunaan wewenang pada saat penjualan tunai. Salah satu kesalahan yang dapat dihindari yaitu kesalahan pada saat meracik obat.
3. (P-3) Terdapat kode etik karyawan dan kebijakan sanksi yang dibuat atas kesepakatan manajemen dan karyawan.
Dalam pelaksanaan kerja pada Apotek Sana Farma 2 terdapat kode etik yang ditetapkan untuk menjamin efektifitas kerja, diantaranya seperti pemotongan gaji karyawan yang tidak masuk kerja selama waktu yang telah ditentukan, memecat karyawan yang melakukan kecurangan seperti pengambilan obat-obatan tanpa membayar dan menjual obat diatas harga standar.
4. (P-4) Mengadakan pelatihan/training kepada seluruh pegawai.
Setiap karyawan baru di Apotek Sana Farma 2 diberikan pembekalan training untuk mendapatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan sesuai dengan pekerjaan yang akan dikerjakan. Sehingga kesalahan dalam peracikan obat tidak akan terjadi.
5. (M-1) Setiap karyawan ditempatkan berdasarkan pendidikan, keahlian dan keterampilan.
Ketidaksesuaian penempatan karyawan akan menghambat efektifitas dalam pelaksanaan operasional seperti adanya kesalahan dalam peracikan obat, kecurangan dalam pengambilan obat tanpa membayar dan menjual obat di atas harga standar.
6. (P-5) Terdapat internal auditor dalam perusahaan yang bertugas untuk mengawasi kegiatan perusahaan.
Dengan adanya internal auditor dalam Apotek Sana Farma 2 maka penerapan kebijakan perusahaan akan berjalan dengan baik. Hal ini terdapat dalam SOP yang berlaku dan akan mencapai tujuan sistem operasi penjualan tunai. Selain itu auditor internal akan dapat mendeteksi kecurangan dan kesalahan yang terjadi di perusahaan.
Siti Eryana Sugiharto Putri, Suji Abdullah Saleh.
Tabel. 2 Pengendalian Internal Terhadap Aktivitas Pengendalian
1. (P-6) Tersedianya SOP dalam kegiatan penjualan tunai.
Sebagai standar acuan atau pedoman bagi seluruh karyawan Apotek Sana Farma 2 dalam mengurangi kecurangan dan kesalahan dalam aktivitas penjualan tunai. Dengan adanya SOP maka karyawan akan menjalankan aktivitasnya secara teratur sehingga dapat mengurangi kesalahan pekerjaan seperti kesalahan dalam peracikan obat.
2. (P-7) Terdapat pemisahan tugas antara fungsi penjualan, fungsi kas, fungsi akuntansi dan antara kasir dan pramuniaga.
Dalam Apotek Sana Farma 2 sudah melakukan pemisahan tugas antara bagian pencatatan dengan bagian lainnya sehingga dapat mengurangi kecurangan dalam pengambilan kas. Hal ini dapat mencegah kasus seperti penjualan obat di atas harga standar terjadi kembali.
3. (P-8) Nota penjualan sudah diotorisasi oleh pihak berwenang.
Hal ini digunakan sebagai kontrol untuk setiap transaksi yang terjadi untuk meminimalisir kecurangan dalam tujuan sistem operasi penjualan tunai pada Apotek Sana Farma 2. Dengan otorisasi ini maka pihak yang bertanggung jawab atas transaksi penjualan tunai akan memeriksa kembali data-data yang dimasukkan di nota dan akan lebih menjaga agar proses penjualan tunai berjalan secara efektif dan efisien, sehingga kasus pengabilan barang oleh karyawan tanpa membayar, penjualan obat dengan harga di atas harga standar dan kesalahan dalam peracikan obat tidak terulang kembali.
4. (P-9) Uang hasil penjualan tunai langsung disetor ke bank pada hari yang sama dengan hari terjadinya transaksi.
Bagian keuangan menerima hasil penjualan dan langsung menyetorkan kepada bank untuk menjamin efektivitas dalam mengurangi terjadinya penggelapan uang bagi seluruh karyawan di Apotek Sana Farma 2. Hal ini dapat mempersempit ruang gerak bagi karyawan yang akan mengambil barang tanpa membayar, karena di hari yang sama dengan karyawan tersebut masuk, uang akan dihitung dan disetorkan sehingga ketidaksesuaian barang keluar dan penerimaan kas akan terdeteksi.
Siti Eryana Sugiharto Putri, Suji Abdullah Saleh.
5. (P-10) Membubuhkan cap “Lunas” pada Nota penjualan tunai.
Pada saat transaksi terjadi di Apotek Sana Farma 2 bagian kasir memerikan cap lunas dalam nota penjualan hal ini untuk membedakan nota yang telah selesai melakukan pembayaran dan tidak, untuk menjamin efektivitas dan tidak ada kesempatan bagi karyawan dalam melakukan kecurangan penagihan berulang. Selain itu untuk menguji keakuratan dan kebenaran dokumen. Sehingga dengan adanya cap tersebut, bagian keuangan dapat melihat harus adanya kesesuaian antara data penjualan di nota dan penerimaan kas. Maka kasus penjualan di atas harga standar akan dapat teratasi.
6. (P-11) Setiap dokumen yang digunakan telah diberikan nomor urut tercetak.
Hal ini akan memudahkan dalam pencarian dokumen yang terkait dengan penjualan tunai pada Apotek Sana Farma 2 apabila suatu waktu dibutuhkan agar dapat ditemukan dengan cepat dan tidak berserakan.
7. (M-2) Terdapat pembatasan hak akses (password) dalam menjalankan kegiatan input data penjualan hingga proses laporan.
Belum terdapat pembatasan hak akses password di Apotek Sana Farma 2 dikarenakan terdapatnya perangkapan tugas sehingga komputer dapat digunakan oleh setiap karyawan. Apabila terus berlangsung maka akan menyebabkan resiko dimana akan terjadi pembocoran informasi kepada pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Sehingga tujuan sistem informasi tidak terjamin keakuratannya. Hal ini juga yang dapat menyebabkan kasus pengambilan obat tanpa membayar dan penjualan obat di atas harga standar terjadi, karena dengan mudah karyawan dapat mengubah data di dalam sistem penjualan.
Tabel. 3 Pengendalian Internal Terhadap Aktivitas Pengendalian
1. (M-3) Terdapat CCTV yang merekam semua aktivitas baik di dalam ruang maupun luar ruang serta gudang.
Dalam aktivitas pemeriksaan persediaan barang di gudang dan proses penjualan tunai CCTV penting untuk memantau semua kegiatan untuk meminimalisir pencurian atau kehilangan yang akan menimbulkan kerugian. Tetapi dalam Apotek Sana Farma 2 belum terdapat CCTV dalam menjamin keamanan apotek sehingga terjadi beberapa kejadian dalam kehilangan barang atau obat.
2. (P-12) Stock Opname barang dilakukan secara berkala.
Stock Opname dilakukan dalam Apotek Sana Farma 2 untuk memeriksa kelengkapan data dengan barang yang tersedia dan memeriksa barang atau obat yang rusak atau kadaluarsa untuk di retur untuk menjamin efektifitas penjualan tunai. Dengan adanya SO yang dilakukan secara berkala, maka akan ditemukan bahwa adanya ketidaksesuaian
Siti Eryana Sugiharto Putri, Suji Abdullah Saleh.
antara laporan penjualan dengan data fisik persediaan, sehingga ruang gerak kecurangan seperti pengambilan barang tanpa membayar dapat lebih dipersempit.
3. (M-4) Setiap karyawan memiliki satu perkerjaan/tidak double job.
Dalam beberapa fungsi penjualan tunai di Apotek Sana Farma 2 masih terdapat beberapa karyawan yang merangkap tugas diantaranya seperti bagian asisten apoteker sekaligus merangkap menjadi kasir yang akan menyebabkan terjadinya penyalahgunaan dan kecurangan. Hal ini juga yang menyebabkan terjadinya kecurangan pengambilan barang tanpa membayar dan penjualan barang di atas harga standar, karena ada beberapa fungsi yang merangkap fungsi lain, seperti asisten apoteker yang sekaligus sebagai kasir.
Tabel.4 Pengendalian Internal Terhadap Pemantauan
7. (M-5) Manajer melakukan pengawasan secara langsung atas kinerja karyawan bagian gudang.
Tidak adanya pengawasan langsung terhadap bagian gudang hal ini akan menimbulkan beberapa kecurangan seperti penyalahgunaan wewenang dan pencurian barang atau obat pada Apotek Sana Farma 2. Selain itu dapat menyebabkan keseriusan pekerja tidak terkontrol karena hanya melakukan pengawasan melalui laporan setiap bulan. Kurangnya pengawasan ini juga menyebabkan kasus pengambilan barang tanpa membayar dan penjualan barang di atas harga standar terjadi, karena karyawan merasa tidak diawasi dan dengan mudah dapat melakukan kecurangan.
8. (P-13) Laporan penjualan di cek setiap bulan oleh bagian keuangan.
Bagian keuangan tidak hanya mengecek laporan penjualan di Apotek Sana Farma 2 setiap bulan, melainkan setiap hari setelah aktivitas pejualan berakhir. Hal ini menjamin efektivitas dan mengurangi adanya kecurangan, serta menguji keakuratan dokumen yang telah selesai diarsipkan. Sehingga kasus penjualan di atas harga standar dan kasus pengambilan barang tanpa membayar dapat dicegah.
Siti Eryana Sugiharto Putri, Suji Abdullah Saleh.
5. Penutup 5.1 Kesimpulan
Menurut metode control matrix yang penulis gunakan untuk mengevaluasi pengendalian internal penjualan tunai pada apotek sana farma 2 maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat 13 komponen yg telah diterapkan oleh Apotek Sana Farma 2 dalam melaksanakan aktivitas penjualan tunai komponen-komponen tersebut yaitu
2. Terdapat 5 komponen yang belum diterapkan oleh apotek sana farma 2 dalam melakukan aktivitas penjualan tunai yaitu :
a. Setiap karyawan tidak ditempatkan berdasarkan pendidikan, keahlian, dan keterampilan yang dimiliki maka dari itu perusahaan harus mencari karyawan berdasarkan posisi yang akan di isi oleh karyawan tersebut dengan mempertimbangkan latar belakang pendidikan, keahlian dan keterampilannya sehingga dapat sesuai dengan posisi yang akan ditempatkan.
b. Tidak terdapat pembatasan hak akses (password) bagi setiap karyawan untuk mencegah pencurian informasi atau dengan menambah fasilitas kantor seperti komputer sesuai dengan kebutuhan setiap bagian.
c. Tidak adanya CCTV yang akan merekam semua aktivitas penjualan, maka dari itu perusahaan harus memasang CCTV untuk menjamin keamanan persediaan atau fasilitas kantor. Tidak hanya itu dengan adanya CCTV pihak manajemen dapat dengan mudah mengontrol semua karyawan yang sedang bekerja untuk meminimalisir kecurangan setiap karyawan.
d. Setiap karyawan masih merangakap pekerjaan, oleh karena itu setiap karyawan harus memiliki satu pekerjaan atau tidak merangkap apabila kekurangan karyawan sebaiknya mencari karyawan yang ahli dalam bidangnya atau melakukan relokasi fungsi pekerjaan.
e. Manajemen tidak melakukan pengawasan terhadap kinerja karyawan secara langsung.
Dengan begitu manajer harus melakukan pengawasan langsung terhadap kinerja setiap karyawan secara berkala sehingga pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan dapat dilakukan secara optimal.
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil dari kesimpulan di atas bahwa masih terdapat beberapa komponen yang masih belum diterapkan, maka penulis menuangkan beberapa saran diantaranya :
1. Penulis menyarankan agar perusahaan dapat menjadikan control matrix yg penulis susun sebagai dasar untuk menyusun atau memperbaiki sistem pengendalian internal penjualan tunai pada Apotek Sana Farma 2, sehingga aktivitas penjualan tunai yang dilaksanakan oleh Apotek Sana Farma 2 dapat berjalan secara efektif dan efisien.
2. Untuk penelitian selanjutnya penulis menyarankan untuk menyusun evaluasi sistem pengendalian internal aktivitas bisnis yang lain, seperti penjualan kredit, pembelian, persediaan dan yang lainnya.
Siti Eryana Sugiharto Putri, Suji Abdullah Saleh.
References
Boynton W. C. & Johnson R. N. (2006). Modern Auditing: Assurance Service the integrity of Financial Reporting. United Stat of America: John Wiley Sons.
Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO). (2013). Internal Control – Integrated Framework. New York : AIGPA’s Publication Division.
Gelinas, J. U., Dull, Richard B., Wheeler, Patrick R. (2014). Accounting Information Systems. South Western: Cengage Learning.
Gelinas, U. J., Sutton, S. G., Hunton, J. E. (2005). Accounting Information System. Edisi ke 6. Thomson South-Western. Ohio.
Indriantoro, N. d. (2009). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
James M Reeve,dkk.(2009).Pengantar Akuntansi.Buku I. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2016. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Nubaiti & Fitry Sery. (2019). Analisa Persaingan Pasar Terhadap Penjualan Tapai di Kampung Tapai Gambut. Banjar Masin: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia Banjarmasin.
Romney Marshall B. & Paul John Steinbart. (2015). Accounting Information Systems, 13th ed. England:
Pearson Educational Limited.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, CV.
Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat, 2012.
Yadiati, d. (2006). Kencana Prenada Media Group. Jakarta: Pengantar Akuntansi.
SmartCityindo. Pentingnya Sistem Informasi Akuntansi untuk Perusahaan [Online]. Tersedia:
https://www.smartcityindo.com/2021/01/pentingnya-sistem-informasi- akuntansi.html?m=1 (diakses secara online pada 1 Agustus 2021).