• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENERAPAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA SISTEM PENJUALAN TUNAI DI BILIK KAYU HERITAGE RESTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI PENERAPAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA SISTEM PENJUALAN TUNAI DI BILIK KAYU HERITAGE RESTO"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENERAPAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA SISTEM PENJUALAN TUNAI DI

BILIK KAYU HERITAGE RESTO

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Nanda Al Ifantrin Choiri NIM: 172114184

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(2)

i

EVALUASI PENERAPAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA SISTEM PENJUALAN TUNAI DI

BILIK KAYU HERITAGE RESTO

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Nanda Al Ifantrin Choiri NIM: 172114184

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Q.S Al-Insyirah: 5)

“And be patient. Indeed, Allah is with the patient”

(Q.S Al Anfal: 46)

“If you are grateful, I will give you more”

(Quran 14: 7)

“Once you make a decision, put your trust in Allah”

(Q.S Al-Imran: 159)

Kupersembahkan kepada:

Allah SWT yang selalu memberikan kekuatan dalam menghadapi setiap cobaan, Orangtua yang selalu mendukung, mendoakan, dan selalu ada untukku,

Adik saya yang selalu memberikan semangat, Teman teman yang menghibur serta memberikan semangat.

Kepada diri sendiri yang sudah berusaha untuk kuat dan mencoba yang terbaik.

(6)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

EVALUASI PENERAPAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA SISTEM PENJUALAN TUNAI DI BILIK KAYU HERITAGE RESTO

merupakan hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 30 Juli 2021 Yang membuat pernyataan,

Nanda Al Ifantrin Choiri

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Nanda Al Ifantrin Choiri NIM : 172114184

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

EVALUASI PENERAPAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA SISTEM PENJUALAN TUNAI DI BILIK KAYU HERITAGE RESTO

Beserta perangkat yang diberikan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memberikan royalty kepada saya selama tetap tercantum nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya.

Yogyakarta, 30 Juli 2021 Yang menyatakan

Nanda Al Ifantrin Choiri

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada kehadirat Allah SWT atas seluruh rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penerapan Pengendalian Internal Pada Sistem Penjualan Tunai Di Bilik Kayu Heritage Resto” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Strata 1 (S1) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian internal pada penjualan tunai di Bilik Kayu Heritage Resto Yogyakarta serta mengevaluasi apakah pengendalian internal tersebut sudah diterapkan dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan bimbingan, dorongan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih ini khususnya penulis tujukan kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatama, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

2. Tiberius Handono Eko Prabowo, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Firma Sulistyowari, M.Si., Ak., QIA., CA., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. FA. Joko Siswanto, MM., Ak., QIA., CA., selaku Dosen pembimbing yang telah sabar membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi dan bersedia melakukan bimbingan diluar jam kerja.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya selama proses perkuliahan.

6. Pak Herdy selaku Bagian Finance, Mas Nofry dan seluruh karyawan di Bilik Kayu Heritage Resto yang bersedia membantu penulis untuk melakukan penelitian

(9)

viii

7. Ibu Siti Sulasiyah, Bapak Bejo dan Bapak Alam Purwanto sebagai orangtua dan ayah sambung yang selalu mendoakan dan selalu ada serta menjadi penyemangat kepada penulis untuk mengerjakan skripsi.

8. Anisha Sheilawati Putri selaku adik yang selalu mendukung penulis agar segera menyelesaikan skripsi.

9. Seseorang yang sudah memberikan semangat kepada penulis dan membuat penulis selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

10. Faradina, Mei Liana Bunga P, Fenda Tania M S, Risma Febri A, Swietenia Vioal Jazzy C, Ratna Widy dan juga seluruh teman-teman yang selalu ada dan memberikan motivasi serta semangat kepada penulis.

Akhir kata, penulis menyadari jika masih terdapat berbagai kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis pengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 30 Juli 2021

Penulis

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PUBLIKASI ... vi

KATA PENGANTAR ………vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... .xii

ABSTRAK ... .xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Sistem Pengendalian Internal ... 10

1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal ... 10

2. Tujuan Sistem Pengendalian Internal... 11

3. Keterbatasan Sistem Pengendalian Internal ... 12

4. Unsur Pengendalian Internal ... 14

5. Standar Pengendalian Internal... 21

B. Sistem Penjualan Tunai ... 22

1. Pengertian Sistem Penjualan Tunai ... 22

2. Fungsi-fungsi Dalam Sistem Penjualan Tunai ... 22

3. Jaringan Prosedur yang Membentuk Penjualan Tunai ... 23

4. Bagan Alir Sistem Penjualan Tunai ... 26

5. Informasi yang Diperlukan Dalam Sistem Penjualan Tunai ... 26

(11)

x

6. Dokumen yang Digunakan ... 27

7. Catatan Akuntansi ... 28

C. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ... 30

1. Pengertian UMKM ... 30

2. Kriteria UMKM ... 30

D. Penelitian Terdahulu ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 35

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Data yang Dibutuhkan... 36

F. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 40

A. Sejarah Perusahaan... 40

B. Lokasi Perusahaan ... 43

C. Jam Kerja ... 43

D. Struktur Organisasi Perusahaan ... 45

E. Penghargaan dan Perizinan ... 48

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Mendeskripsikan Sistem Penjualan Tunai di Bilik Kayu Heritage Resto..………... 52

1. Fungsi Yang Terkait Dalam Penjualan Tunai Bilik Kayu Heritage Resto ... 53

2. Dokumen Yang Digunakan Dalam Penjualan Tunai ... 54

3. Prosedur Penjualan Tunai ... .. 55

B. Mengevaluasi penerapan pengendalian internal terhadap sistem penjualan tunai yang diterapkan di Bilik Kayu Heritge Resto……. 57

1. Fungsi Yang Terkait Dalam Penjualan Tunai Bilik Kayu Heritage Resto ... 57

2. Dokumen Yang Digunakan Dalam Penjualan Tunai ... 66

3. Prosedur Penjualan Tunai ... .. 69

4. Unsur-unsur Pengendalian Intern ... .. 77

C. Flowchart ... .. 84

BAB VI PENUTUP ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN ... 93

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Tabel Checklist ……… 38

Tabel 3.2 Tabel Kriteria Penilaian ………..…. 39

Tabel 5.1 Tabel Checklist Fungsi Penjualan ……… 60

Tabel 5.2 Tabel Checklist Fungsi Kassa ……….. 62

Tabel 5.3 Tabel Checklist Fungsi Gudang ……….…….. 64

Tabel 5.4 Tabel Checklist Fungsi Akuntansi ………..……..66

Tabel 5.5 Tabel Checklist Dokumen dan Catatan ………..……….. 69

Tabel 5.6 Tabel Checklist Prosedur Order Penjualan ………... 71

Tabel 5.7 Tabel Checklist Prosedur Penyerahan Makanan ………….………..72

Tabel 5.8 Tabel Checklist Prosedur Penerimaan Kas ………74

Tabel 5.9 Tabel Checklist Prosedur Pencatatan Transaksi ………76

Tabel 5.10 Tabel Checklist Struktur Organisasi dan Pembagian Wewenang ……... 78

Tabel 5.11 Tabel Checklist Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan ……….……80

Tabel 5.12 Tabel Checklist Praktek Yang Sehat ………82

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bilik Kayu Heritage Resto ………. 45

Gambar 5.1 Flowchart Bagian Order Penjualan ………84

Gambar 5.2 Flowchart Bagian Kassa ……… 85

Gambar 5.3 Flowchart Bagian Kitchen ……….……… 86

Gmabar 5.4 Flowchart Bagian Akuntansi ………. 87

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara ……… 94

Lampiran 2 Pedoman Observasi ………... 96

Lampiran 3 Bukti Pembayaran ………. 97

Lampiran 4 Captain Order ………...……… 98

Lampiran 5 Nota Penjualan ……….. 99

Lampiran 6 Pita Register ……….. 100

Lampiran 7 Bukti Kas Masuk ……….. 101

Lampiran 8 Laporan Cash Count ………. 102

Lampiran 9 Laporan Kasir Harian ……….. 103

Lampiran 10 Laporan Store Requestion Divisi Bar ……… 104

Lampiran 11 Laporan Store Requestion Divisi Kitchen ………. 105

Lampiran 12 Laporan Store Requestion Divisi Barista ……….. 106

Lampiran 13 Laporan Store Requestion Divisi Server……… 107

Lampiran 14 Pesanan Order Supplier ………..108

Lampiran 15 Dokumentasi ………….………..109

(15)

xiv ABSTRAK

EVALUASI PENERAPAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA SISTEM PENJUALAN TUNAI DI BILIK KAYU HERITAGE RESTO

Nanda Al Ifantrin Choiri Universitas Sanata Dharma

2021

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan pengendalian internal pada sistem penjualan tunai. Penelitian ini dilakukan di Bilik Kayu Heritage Resto Yogyakarta.

Analisis data penelitian ini dengan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara dokumentasi, wawancara, observasi dan checklist. Analisis data yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan prosedur penjualan tunai, fungsi-fungsi dan dokumen terkait penjualan tunai dan mengevaluasi pengendalian internal yang telah dengan menggunakan tabel checklist.

Dari hasil checklist diketahui bahwa penerapan pengendalian internal pada sistem penjualan tunai sudah diterapkan dengan baik namun masih terdapat beberapa kelemahan diantaranya yaitu nota penjualan tidak diberikan kepada customer sebagai pengantar saat melakukan pembayaran ke kasir dan belum bernomor urut tercetak, belum ada pemisahan tugas fungsi penjualan dan penerimaan kas, dan belum ada pemisahan pencatatan buku kas masuk dan bukti kas keluar.

Kata Kunci: Evaluasi, Pengendalian Internal, Penjualan Tunai

(16)

xv ABSTRACT

EVALUATION OF THE IMPLEMENTATION OF INTERNAL CONTROL ON CASH SALES SYSTEM IN BILIK KAYU HERITAGE RESTO

Nanda Al Ifantrin Choiri Sanata Dharma University

2021

This study aims to evaluate the application of internal control to the cash sales system. This research was conducted at Bilik Kayu Heritage Resto Yogyakarta.

The data analysis of this research used descriptive qualitative methods.

Data collection techniques in this study were carried out by means of documentation, interviews, observations and checklists. Data analysis was carried out by describing cash sales procedures, functions and documents related to cash sales and evaluating internal controls using a checklist table.

From the results of the checklist, it wass known that the implementation of internal control in the cash sales system has been implemented properly but there were still several weaknesses, including sales notes that were not given to the customer as an introduction when making payments to the cashier and did not have the serial number printed, there was no separation of duties beetwen sales and cash receipts functions, there is no separation of recording cash in and cash out.

Keywords: Evaluation, Internal Control, Cash Sales.

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian di Indonesia membuat pelaku usaha dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan dan perubahan sehingga mampu bersaing serta menghasilkan produk berkualitas agar dapat memuaskan konsumen dan memberikan pelayanan terbaik untuk konsumen dengan menciptakan sumber daya manusia yang terlatih, terampil dan berpotensi untuk kemajuan usaha. Terlebih perkembangan perekonomian dalam memasuki akhir kuartal I di tahun 2020 menjadi fonomena yang menyeramkan karena organisasi berskala internasional bidang keuangan yaitu International Monetary Fund dan World Bank memprediksi bahwa ekonomi global akan memasuki resesi yang tajam (Liu et al,2020).

Pertumbuhan ekonomi global dapat merosot ke negatif 2,8%, padahal sebelumnya telah diproyeksi bahwa ekonomi global di akhir kuartal I tahun 2020 akan tumbuh pada persentase pertumbuhan 3% (Carrillo-Larco &

Castillo-Cara, 2020). Fenomena tersebut terjadi karena munculnya virus baru yaitu Coronaviruses (CoV) dengan nama ilmiah COVID-19.

COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (servere acute respiratory syndrome coronavirus 2 atau SARS-CoV-2). Virus ini masih keluarga besar coronavirus yang dapat menyerang hewan sehingga ketika virus tersebut

(18)

2

menyerang manusia maka akan menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, seperti flu, MERS (Middle East Respiratory Syndrome).

COVID-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, Hubei, China pada tahun 2019 yang merupakan coronavirus jenis baru (Ilmiyah, 2020; Hui, et al., 2020). COVID-19 telah menyebar luas secara global dengan cepat di seluruh penjuru dunia termasuk juga di Indonesia sehingga berdampak buruk bagi perekonomian di Indonesia dan membuat pemerintah menerapkan PSBB dan lockdown daerah serta menghimbau warga untuk tetap tinggal di rumah agar tetap aman dan membantu memutus penyebaran COVID-19. Penerapan PSBB dan lockdown membuat Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) mendapatkan guncangan ekonomi terlebih pada UMKM sektor makanan dan minuman dikarenakan terdapat penutupan sementara sampai situasi sudah lebih baik sehingga pendapatan penjualan mengalami penurunan akibat pandemi ini.

Saat ini pemerintah sedang berupaya untuk memajukan sektor UMKM dengan kebijakan dan program agar peranannya semakin meningkat sehingga dapat menyediakan lapangan kerja terlebih pada masa pandemi ini. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah yaitu seperti dengan memberi keringanan biaya perijinan bagi pembentukan UMKM, memberikan penyederhanaan administrasi perpajakan, insentif pajak dan kepabean, menyediakan bantuan dan pendampingan sistem aplikasi pembukuan dan pencatatan keuangan UMKM. Selain itu, UMKM juga diberikan perlindungan agar tidak dikuasai atau dimiliki oleh usaha besar

(19)

3

dan masih banyak hal lain lagi yang dilakukan pemerintah untuk mendukung sektor UMKM ini (Kemenkeu.go.id: 2020).

Bagi UMKM, penjualan yang dilakukan secara tunai akan memudahkan dalam perputaran aktivitas nya karena dapat digunakan kembali untuk mendatangkan pendapatan selanjutnya. Penjualan merupakan aktivitas penting dari sebuah perusahaan karena penjualan merupakan sumber pendapatan bagi perusahaan yang akan menghasilkan laba. Laba merupakan salah satu tujuan utama bagi perusahaan. Perusahaan didirikan untuk mencari laba yang sebesar-besarnya dan untuk dipertahankan kelangsungan hidup usahanya.

Aktivitas penjualan tidak hanya sekedar pekerjaan menjual saja tapi bagaimana proses awal dari aktivitas penjualan tersebut dapat tercatat baik, bagaimana memperoleh konsumen, kemudian mengadakan pemesanan, sampai barang tersebut diterima oleh konsumen dengan puas tanpa adanya keluhan dari konsumen. Penjualan juga melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan dengan maksud agar penjualan yang terjadi dapat diawasi dengan baik.

Mengingat pentingnya penjualan bagi keberlangsungan usaha maka sangat dibutuhkan adanya pengendalian internal agar membantu manajemen dalam mengelola perusahaaan sehingga dapat mencapai tujuan secara efisien. Perusahaan yang baik akan selalu senantiasa melakukan

(20)

4

monitoring atas kegiatan usahanya. Salah satu yang dilakukan adalah dengan menerapkan pengendalian internal yang baik.

Pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga aset organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Pengertian pengendalian internal tersebut berlaku baik dalam perusahaan yang mengolah informasinya secara manual, dengan mesin pembukuan maupun dengan komputer (Mulyadi, 2016:129)

Menurut Romney dan Steinbart (2014:226), pengendalian internal merupakan bagian integral yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan manajemen perusahaan dimana proses dari pengoperasian suatu perusahaan terjadi. Adanya pengendalian internal yang baik mampu membuat perusahaan mencapai profit yang maksimal.

Pengendalian internal dibutuhkan tidak hanya bagi perusahaan besar saja, namun juga perusahaan kecil. Terlebih perusahaan kecil yang cenderung berpotensi terjadinya kecurangan daripada perusahaan besar (Montgomery, 2003).

Perusahaan kecil di Indonesia masih cenderung mengabaikan konsep dan praktik pengendalian internal, walaupun sebenarnya model pengendalian untuk perusahaan berskala kecil sudah ada sejak lama. Model tersebut dicetuskan oleh Stelser (1964) dalam kuesioner pengendalian

(21)

5

internal (Internal Control Quetionaire) sehingga seharusnya praktik pengendalian internal bagi UMKM bukanlah merupakan hal yang baru.

Kuesioner dalam pengendalian internal dikhususkan untuk memonitor dan evaluasi atas pengendalian internal berskala kecil maupun besar.

Pengendalian internal sangat diperlukan untuk seluruh perusahaan, baik besar maupun kecil mengingat dari tujuan pengendalian internal yaitu menjaga harta kekayaan perusahaan.

Pengendalian internal yang memadai dapat menghindari terjadinya hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan seperti halnya penyelewengan uang yang di dapat dari hasil penjualan barang yang disetorkan ke bagian kasir, kecurangan data-data laporan, pemborosan dalam pembelian barang dan pencurian baik dari pihak dalam maupun pihak luar perusahaan serta untuk mengevaluasi dan mengambil tindakan perbaikan dalam mengantisipasi kelemahan perusahaan.

Menurut penelitian terdahulu, penerapan pengendalian internal terhadap penjualan memang masih terdapat beberapa kelemahan. Hal ini terbukti dengan adanya penelitian berjudul Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Terhadap Sistem Penjualan Tunai studi kasus pada Toko Merah Yogyakarta (Sri Wahyuni,2010) yang menyatakan bahwa penerapan pengendalian internal masih terdapat beberapa kelemahan yaitu tidak adanya faktur penjualan secara formal dan Toko Merah belum menggunakan pita register kas. Selain itu, penelitian berjudul Analisis Pengendalian Internal Atas Sistem Penjualan Pada Rumah Makan Mas

(22)

6

Daeng Kota Makassar (Andi, 2018) juga mengungkapkan adanya kelemahan dari pengendalian internal yang diterapkan yaitu belum adanya pemisahan fungsi dalam struktur organisasi.

Evaluasi pengendalian internal terhadap penjualan tunai ini akan memberikan informasi-informasi yang penting bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan baik, dan dapat meningkatkan usahanya.

Aktivitas penjualan akan menghasilkan produktivitas yang optimal jika diimbangi oleh sistem pengendalian internal penjualan yang baik. (Mulyadi, 2016).

Terdapat beberapa permasalahan yang ada di Bilik Kayu Heritage Resto seperti halnya fungsi-fungsi yang masih belum dipisahkan yaitu untuk fungsi penerimaan order dan fungsi penerimaan kas. Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti terkait pengendalian internal yang dilakukan dalam penjualan tunai di Bilik Kayu Heritage Resto dengan judul “Evaluasi Penerapan Pengendalian Internal Pada Sistem Penjualan Tunai Di Bilik Kayu Heritage Resto”

B. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan dapat lebih fokus, maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada penjualan tunai dan pengendalian internal yang di terapkan di Bilik Kayu Heritage Resto Yogyakarta.

(23)

7 C. Rumusan Masalah

Apa hasil evaluasi penerapan pengendalian internal terhadap sistem penjualan tunai di Bilik Kayu Heritage Resto?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yaitu untuk mengevaluasi penerapan pengendalian internal dalam sistem penjualan tunai di Bilik Kayu Heritage Resto Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Bilik Kayu Heritage Resto

Penelitian ini diharapkan untuk menjadi bahan pertimbangan atau masukan bagi Bilik Kayu Heritage Resto dan dapat membawa langkah-langkah perbaikan dalam penerapan pengendalian internal terhadap penjualan di Bilik Kayu Heritage Resto Yogyakarta.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru bagi kalangan akademisi dan menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya untuk mengembangkan lebih luas lagi terkait pengendalian internal atas penjualan di suatu perusahaan.

(24)

8 3. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan menjadi sarana bagi penulis dalam mengembangkan pengetahuan dan menerapkan teori-teori yang di pelajari saat kuliah ke dalam praktik sesungguhnya di suatu perusahaan.

F. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini menguraikan mengenai teori-teori yang akan berhubungan dengan masalah yang menjadi topik penelitian pengendalian internal terhadap sistem penjualan perusahaan.

BAB III: Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data, data yang diperlukan, teknik pengambilan data, dan teknik analisis data.

BAB IV: Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum perusahaan yang terdiri dari sejarah dan struktur organisasi beserta fungsi-fungsinya.

(25)

9 BAB V: Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengendalian internal terhadap penjualan tunai di Bilik Kayu Heritage Resto Yogyakarta.

BAB VI: Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari analisis data yang diperoleh peneliti selama melakukan penelitian dan juga berisi saran bagi Bilik Kayu Heritage Resto Yogyakarta

(26)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sistem Pengendalian Internal

1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal

Sistem Pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang di koordinasikan untuk menjaga aset organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi 2016: 129).

Menurut Romney, Marshal B (2014: 226), sistem pengendalian internal adalah proses yang dijalankan untuk menyediakan jaminan memadai bahwa tujuan-tujuan pengendalian berikut telah dicapai:

a. Mengamankan aset, mencegah atau mendeteksi perolehan, penggunaan, atau penempatan yang tidak sah.

b. Mengelola catatan dengan detail yang baik untuk melaporkan aset perusahaan secara akurat dan wajar.

c. Memberikan informasi yang akurat dan reliabel.

d. Menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

e. Mendorong dan memperbaiki efisiensi operasional.

(27)

11

f. Mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditentukan.

g. Mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku.

2. Tujuan Sistem Pengendalian Internal

Tujuan dari sistem pengendalian internal yaitu untuk mencegah kesalahan atau kecurangan baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

Pengendalian internal ini dilakukan dalam perencaan maupun dalam pelaksanaan agar sistem dan prosedur yang ada dalam perusahaan dapat terlaksana dengan baik dan tidak menyimpang dari sistem yang telah berlaku dalam perusahaan itu sendiri.

Menurut Nugroho (2001: 18) tujuan dari sistem pengendalian intern yaitu:

a. Mengamankan aktiva perusahaan

Kekayaan fisik suatu perusahaan dapat dicuri, disalah gunakan atau hancur karena kecelakaan tersebut dilindungi dengan pengendalian yang memadai, begitu juga dengan kekayaan perusahaan yang tidak memiliki wujud fisik seperti piutang dagang akan rawan oleh kecurangan jika dokumen penting tidak dijaga.

(28)

12

b. Mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi

Manajemen memerlukan informasi keuangan yang teliti dan handal untuk menjalankan kegiatan usahanya. Banyak informasi akuntansi digunakan manajemen untuk kegiatan usahanya sebagai dasar pengambilan keputusan penting.

c. Meningkatkan efisiensi

Pengendalian intern ditujukan untuk mencegah duplikasi usaha yang tidak perlu atau pemborosan dalan kegiatan bisnis perusahaan dan untuk mencegah penggunaan sumber daya perusahaan yang tidak efisien.

Menurut Mulyadi (2002: 180) tujuan dari pengendalian internal adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan:

1) Keandalan informasi keuangan.

2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

3) Efektivitas dan efisiensi operasi.

3. Keterbatasan Sistem Pengendalian Internal

Pengendalian internal dalam setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan. Menurut Mulyadi (2002: 181) keterbatasan dalam pengendalian internal yaitu sebagai berikut:

(29)

13 a. Kesalahan dalam pertimbangan

Seringkali manajemen dan personel lain dapat salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadai informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain.

b. Gangguan

Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan.

Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan.

c. Kolusi

Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang.

(30)

14 d. Pengabaian oleh manajemen

Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu.

e. Biaya lawan manfaat

Biaya dapat diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut.

4. Unsur Sistem Pengendalian Internal

Mulyadi (2016:130) menyebutkan beberapa unsur pokok sistem pengendalian internal, antara lain:

a. Organisasi

1) Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas. Fungsi penjualan yang merupakan fungsi operasi harus dipisahkan dari fungsi kas yang merupakan fungsi penyimpanan. Pemisahan ini mengakibatkan setiap penerimaan kas dari penjualan tunai dilaksanakan oleh dua fungsi yang saling mengecek. Dalam struktur organisasi, fungsi penjualan berada di tangan bagian order penjualan dan fungsi kas berada di tangan bagian kasa.

Penerimaan kas yang dilakukan bagian kasa akan dicek

(31)

15

kebenarannya oleh bagian order penjualan karena dalam sistem penjualan tunai transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai tidak akan terjadi tanpa diterbitkannya faktur penjualan tunai oleh bagian order penjualan.

2) Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi. Berdasar unsur sistem pengendalian internal yang baik, fungsi akuntansi harus dipisahkan dari kedua fungsi pokok yang lain: fungsi operasi dan fungsi penyimpanan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga aset perusahaan dan menjamin ketelitian dan keandalan data akuntansi. Dengan kata lain, suatu sistem yang menggabungkan fungsi akuntansi dengan kedua fungsi pokok yang lain: fungsi operasi dan fungsi penyimpanan akan membuka kesempatan bagi karyawan perusahaan untuk melakukan kecurangan dengan mengubah catatan akuntansi untuk menutupi kecurangan yang dilakukannya. Dalam struktur organisasi, fungsi kas berada di tangan bagian kasa dan fungsi akuntansi berada di tangan bagian jurnal. Pemisahan kedua fungsi pokok ini akan mencegah terjadinya penggunaan kas dari penjualan tunai oleh bagian kasa untuk kepentingan pribadinya.

3) Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas, fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi.

Tidak ada transaksi penjualan tunai yang dilaksanakan secara lengkap hanya oleh suatu fungsi tersebut. Dengan

(32)

16

dilaksanakannya setiap transaksi penjualan tunai oleh berbagai fungsi tersebut akan tercipta adanya pengecekan intern pekerjaan setiap fungsi tersebut oleh fungsi yang lainnya.

b. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

1) Penerimaan Order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai. Transaksi penjualan tunai dimulai dengan diterbitkannya faktur penjualan tunai oleh fungsi penjualan. Dengan formulir ini fungsi penerimaan kas akan menerima kas dan fungsi pengiriman akan menyerahkan barang kepada pembeli. Faktur penjualan tunai harus diotorisasi oleh fungsi penjualan agar menjadi dokumen yang sahih, yang dapat dipakai sebagai dasar bagi fungsi penerimaan kas untuk menerima kas dari pembeli, dan menjadi perintah bagi fungsi pengiriman untuk menyerahkan barang kepada pembeli setelah harga barang dibayar oleh pembeli tersebut, serta sebagai dokumen sumber untuk pencatatan dalam catatan akuntansi.

2) Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi penerimaan kas dengan cara membubuhkan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut. Sebagai bukti bahwa fungsi penerimaan kas telah menerima kas dari pembeli, fungsi tersebut harus membubuhkan cap “lunas” dan menempelkan pita register kas pada faktur penjualan tunai.

(33)

17

Dengan cap “lunas” dan pita register kas tersebut, dokumen faktur penjualan tunai dapat memberikan otorisasi bagi fungsi pengiriman untuk menyerahkan barang kepada pembeli.

3) Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit. Masalah yang dihadapi oleh merchant dalam penjualan dengan kartu kredit dari bank adalah penentuan bonafiditas pemegang kartu kredit. Dalam sistem yang online, merchant dilengkapi dengan suatu alat yang dihubungkan secara online dengan komputer bank penerbit kartu kredit. Otorisasi diperoleh merchant dengan cara memasukkan kartu kredit pelanggan ke dalam alat tersebut.

Dengan alat tersebut, merchant terhindar dari kemungkinan ketidakbonafitan pemegang kartu kredit. Jika buka sistem online yang digunakan oleh perusahaan untuk menghindari pemegang kartu kredit yang tidak bonafit, bagian kasa harus meneliti apakah pemegang kartu kredit tercantum dalam daftar hitam yang diterbitkan oleh bank penerbit kartu kredit secara berkala.

4) Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara membubuhkan cap “sudah diserahkan” pada faktur penjualan tunai. Cap “sudah diserahkan” yang dibubuhkan oleh fungsi pengiriman pada faktur penjualan tunai membuktikan telah diserahkannya barang kepada pembeli yang berhak.

Dengan bukti ini fungsi akuntansi telah memperoleh bukti yang

(34)

18

sahih untuk mencatat adanya transaksi penjualan tunai dengan mendebit akun kas dan mengkredit akun hasil penjualan.

Kemudian, transaksi penjualan tersebut juga dicatat dengan mendebit beban pokok penjualan dan mengkredit persediaan barang.

5) Pancatatan ke dalam catatan akuntansi harus didasarkan atas dokumen sumber yang di lampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap. Catatan akuntansi harus diisi informasi yang berasal dari dokumen sumber yang sahih (valid). Kesahihan dokumen sumber dibuktikan dengan dilampirkannya dokumen pendukung yang lengkap, telah di otorisasi oleh pejabat yang berwenang. Dalam sistem penjualan tunai, pencatatan mutasi piutang harus didasarkan pada faktur penjualan tunai sebagai dokumen sumber dan pita register kas sebagai dokumen pendukung.

6) Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus dilakukan oleh karyawan yang diberi wewenang untuk melaksanakannya.

Setiap pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus dilakukan oleh karyawan yang diberi wewenang untuk mengubah catatan akuntansi tersebut. Setelah karyawan tersebut di mutakhirkan (up-date) catatan akuntansi berdasarkan dokumen sumber, ia harus membubuhkan tanda tangan dan tanggal pada dokumen sumber sebagai bukti telah dilakukannya pengubahan data yang

(35)

19

dicatat dalam catatan akuntansi pada tanggal tersebut. Dengan cara ini maka tanggungjawab atas pengubahan catatan akuntansi dapat dibebankan kepada karyawan tertentu sehingga tidak ada satupun perubahan data yang dicantumkan dalam catatan akuntansi yang tidak dipertanggungjawabkan. Pencatatan ke dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi akuntansi (bagian jurnal) dengan cara membubuhkan tanda tangan dan tanggal pencatatan ke dalam dokumen sumber (faktur penjualan tunai). Pencatatan ke dalam kartu persediaan diotorisasi oleh bagian kartu persediaan dan biaya dengan cara membubuhkan tanda tangan pada dokumen sumber (faktur penjualan tunai).

c. Praktik yang sehat

1) Faktur penjualan tunai yang bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan. Dalam organisasi, setiap transaksi keuangan hanya akan terjadi jika telah mendapat otorisasi yang berwenang.

Otorisasi dari yang berwenang tersebut diwujudkan dalam bentuk tanda tangan pada formulir. Dengan demikian untuk mengawasi semua transaksi keuangan yang terjadi di dalam perusahaan dapat dilakukan dengan mengawasi penggunaan formulir yang digunakan sebagai media untuk otorisasi terjadinya transaksi tersebut. Salah satu cara pengawasan

(36)

20

formulir adalah dengan merancang formulir yang bernomor urut tercetak.

2) Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari kerja berikutnya. Penyetoran segera seluruh jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai ke bank akan menjadikan jurnal kas perusahaan dapat diuji ketelitian dan keandalannya dengan menggunakan informasi dari bank yang tercantum dalam rekening koran bank (bank statement).

Jika kas yang diterima setiap hari disetor ke bank seluruhnya pada hari yang sama atau hari kerja berikutnya, bank akan mencatat setoran tersebut ke dalam catatan akuntansinya.

Dengan demikian jurnal kas perusahaan dapat di cek ketelitian dan keandalannya dengan catatan akuntansi bank dengan cara melakukan rekonsiliasi catatan kas perusahaan dengan rekening koran bank.

3) Perhitungan saldo kas yang ada di transaksi fungsi kas secara periodik dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa intern.

Perhitungan kas secara periodik dan secara mendadak akan mengurangi resiko penggelapan kas yang diterima oleh kasir.

Dalam perhitungan fisik kas ini dilakukan pencocokan antara jumlah kas hasil hitungan dengan jumlah kas yang seharusnya

(37)

21

ada menurut faktur penjualan tunai dan bukti penerimaan kas yang lain.

Menurut Mulyadi (2016), pemahaman atas pengendalian intern menggunakan 3 macam cara yaitu:

1) Kuesioner pengendalian intern (Internal Control Questionnaire) 2) Uraian tertulis (Written Description)

3) Bagan Alir Sistem (System Flowchart)

5. Standar-Standar Pengendalian Internal

Menurut Sawyer (2006:73-74), terdapat kerangka standar yang harus diikuti sistem pengendalian internal yaitu:

a. Standar-standar umum, yang berisi:

1. Keyakinan yang wajar 2. Perilaku yang mendukung 3. Integritas dan Kompetensi 4. Tujuan Pengendalian 5. Pengawasan Pengendalian b. Standar-standar rinci, yang berisi:

1. Dokumentasi

2. Pencatatan transaksi dan kejadian dengan tepat waktu 3. Otorisasi dan pelaksanaan transaksi dan kejadian 4. Pembagian tugas

5. Pengawasan

(38)

22

6. Akses dan akuntabilitas ke sumber daya / catatan.

B. Sistem Penjualan Tunai

1. Pengertian Sistem Penjualan Tunai

Pengertian penjualan tunai menurut Mulyadi (2016) mengatakan bahwa penjualan tunai dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang terlebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penjualan tunai merupakan penjualan dengan mengambil barang dari supplier dan langsung di terima oleh customer dengan pembayaran secara langsung menggunakan uang tunai.

2. Fungsi-Fungsi Dalam Sistem Penjualan Tunai

Fungsi-fungsi yang terkait dengan sistem penjualan tunai menurut Mulyadi (2016:385) yaitu:

a. Fungsi Penjualan

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab unyuk menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai, dan menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli guna kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas.

b. Fungsi Kas

Dalam transaksi ini penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab sebagai penerimaan kas dari pembeli.

(39)

23 c. Fungsi Gudang

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab untuk menyiapkan barang yang dipesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut kepada fungsi penerimaan.

d. Fungsi Pengiriman

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab untuk membungkus barang dan menyerahkan barang yang telah dibayar harganya kepada pembeli.

e. Fungsi Akuntansi

Fungsi ini bertanggungjawab sebagai pencatat transakasi penjualan dan penerimaan kas serta membuat laporan penjualan saat transaksi penjualan telah dilaksanakan.

3. Jaringan Prosedur yang membentuk Sistem Penjualan Tunai Menurut Mulyadi (2016:392-393), prosedur dalam membentuk penjualan tunai adalah sebagai berikut:

a. Prosedur Order Penjualan

Dalam prosedur ini bagian penjualan menerima order dari pembelian dan membuat faktur penjualan tunai untuk memungkinkan pembeli melakukan pembayaran harga barang ke bagian kasa dan untuk

(40)

24

memungkinkan bagian gudang dan bagian pengiriman barang menyiapkan barang yang akan diserahkan ke pembeli.

b. Prosedur Penerimaan Kas

Dalam prosedur ini bagian kasa menerima pembayaran harga barang dari pembeli dan memberikan tanda pembayaran berupa pita register kas dan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai kepada pembeli untuk memungkinkan pembeli tersebut melakukan pengambilan barang yang dibelinya dari bagian pengiriman barang.

c. Prosedur Penyerahan Barang

Dalam prosedur ini bagian pengiriman barang menyerahkan barang kepada pembeli.

d. Prosedur Pencatatan Tunai

Dalam prosedur ini bagian jurnal buku besar dan laporan melakukan pencatatan transaksi penjualan tunai dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas. Disamping itu, bagian kartu persediaan dan kartu biaya mencatatkan berkurangnya persediaan barang-barang yang dijual dengan kartu persediaan.

e. Prosedur Penyetoran Kas ke Bank

Sistem pengendalian intern terhadap kas mengharuskan penyetoran dengan segera ke bank untuk semua kas yang di terima pada hari itu.

(41)

25

Dalam prosedur ini bagian kasa menyetorkan kas yang diterima dari penjualan tunai ke bank dalam jumlah penuh.

Prosedur dari penjualan tunai menurut Mulyadi (2016), diantaranya berasal dari Over-the Counter Sale. Dalam Over-the Counter Sale perusahaan menerima uang tunai, cek pribadi (personal check) atau pembayaran langsung dari pembeli dengan credit card, sebelum barang diserahkan kepada pembeli. Over-the Counter Sale dilaksanakan melalui prosedur berikut:

a. Pembeli memesan barang langsung kepada wiraniaga bagian penjualan.

b. Bagian kassa menerima pembayaran dari pembeli, yang dapat berupa uang tunai, cek pribadi, atau kartu kredit.

c. Bagian penjualan memerintahkan bagiian pengiriman untuk menyerahkan barang kepada pembeli.

d. Bagian pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.

e. Bagian kassa menyetorkan kas yang diterima ke bank.

f. Bagian akuntansi mencatat pendapatan penjualan dalam jurnal penjualan, kemudian mencatat penerimaan kas dari penjualan tunai dalam jurnal penerimaan kas.

(42)

26 4. Bagan Alir Sistem Penjualan Tunai

Menurut Romney (2015: 69) menjelaskan bahwa bagan alir merupakan teknik analitis bergambar yang digunakan untuk menjelaskan beberapa aspek sistem informasi secara jelas, tepat, dan logis. Bagan alir menggunakan serangkaian simbol standar untuk menguraikan prosedur pengolahan transaksi yang digunakan oleh sebuah perusahaan, sekaligus menguraikan aliran data dalam sebuah sistem.

Terdapat dua jenis bagan alir menurut Romney (2015:68) yaitu:

a. Bagan alir dokumen (document flowchart)

b. Bagan alir pengendalian internal (internal control flowchart) c. Bagan alir sistem (system flowchart)

d. Bagan alir program (program flowchart)

5. Informasi yang Diperlukan dalam Penjualan Tunai

Informasi yang diperlukan manajemen dari transaksi penjualan tunai menurut Mulyadi (2016):

a. Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk selama jangka waktu tertentu.

b. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai.

c. Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu.

(43)

27 d. Nama dan alamat pembeli.

e. Nama dan wirania yang melakukan penjualan.

f. Otoritas pejabat yang berwenang.

6. Dokumen yang Digunakan

Dokumen yang digunakan pada penjualan tunai menurut Mulyadi (2016:386-391):

a. Faktur Penjualan Tunai

Faktur ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh manajemen yang mengenai transaksi penjualan tunai.

Faktur penjualan tunai diisi oleh fungsi penjualan yang berfungsi sebagai pengantar pembayar oleh pembeli kepada fungsi kas dan sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi.

b. Pita Register Kas (Cash Register Tape)

Dokumen ini dihasilkan fungsi kas dengan cara mengoperasikan mesin register kas (Cash Register). Pita register kas ini merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh fungsi kas dan merupakan dokumen pendukung faktur penjualan tunai yang dicatat dalam jurnal penjualan.

(44)

28 c. Bill of Landing

Dokumen ini merupakan bukti penyerahan barang dari perusahaan penjualan barang kepada perusahaan angkutan umum.

d. Faktur penjualan COD

Dokumen ini digunakan untuk merekam penjualan Cash On Delievery (COD) dan digunakan untuk menagih kas yang harus dibayar oleh pelanggan pada saat penyerahan barang yang dipesan oleh pelanggan.

e. Buku Setor Bank

Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke bank.

f. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan

Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk meringkas harga produk yang dijual selama satu periode.

7. Catatan Akuntansi dalam Penjualan Tunai

Menurut Mulyadi (2016:391-392), catatan akuntansi yang digunakan dalam penjualan tunai yaitu:

1. Jurnal Penjualan

Jurnal penjualan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan meringkas data penjualan.

(45)

29 2. Jurnal Penerimaan Kas

Jurnal penerimaan kas digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat penerimaan kas dari berbagai sumber.

3. Jurnal Umum

Jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat penerimaan kas dari berbagai sumber diantaranya dari penjualan tunai.

4. Kartu Persediaan

Kartu persediaan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat berkurangnya harga pokok produk yang dijual. Kartu persediaan ini diselenggarakan di fungsi akuntansi untuk mengawasi mutasi dan persediaan barang yang disimpan di gudang.

5. Kartu Stock

Catatan ini tidak termasuk sebagai catatan akuntansi karenanya berisi data kuantitas persediaan yang disimpan di gudang. Catatan ini diselenggarakan oleh fungsi gudang untuk mencatat mutasi dan persediaan barang yang disimpan dalam gudang.

(46)

30

C. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

1. Pengertian UMKM

Pengertian UMKM yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Dalam Pasal 1, dinyatakan bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang tersebut. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut.

2. Kriteria UMKM

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 6 UMKM memiliki kriteria sebagai berikut:

(47)

31 a. Kriteria Usaha Mikro yaitu:

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).

b. Kriteria Usaha Kecil yaitu:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah yaitu:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) atau tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

(48)

32

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).

D. Penelitian Terdahulu 1. Sri Wahyuni (2010)

Penelitian berjudul “Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Terhadap Sistem Penjualan Tunai” Studi kasus pada Toko Merah Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengendalian internal pada penjualan tunai di Toko Merah. Dari penelitian ini dikatakan bahwa sistem akuntansi penjualan tunai di Toko Merah Yogyakarta sudah baik namun untuk pengendalian pihak eksternal masih perlu disempurnakan karena terdapat beberapa kelemahan yaitu Toko Merah Yogyakarta tidak memiliki faktur penjualan secara formal dan belum menggunakan pita register kas sehingga penjualannya hanya menggunakan kalkulator.

2. Andi Rachmaniah (2018)

Penelitian ini berjudul “Analisis Pengendalian Internal Atas Sistem Penjualan Pada Rumah Makan Mas Daeng Kota Makassar”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengendalian internal atas sistem penjualan yang diterapkan pada Rumah Makan Mas Daeng. Dari Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kelemahan dari sistem penjualan tunai karena kurang dan maksimalnya pengendalian internal yang diteraplan di Rumah Makan Mas Daeng yaitu untuk pemisahan

(49)

33

fungsi dalam struktur organisasi, sistem otoritas dan pencatatan, praktek-prakterk yang sehat dan pegawai yang terampil.

(50)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengangkat suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri baik hanya pada satu variabel saja atau lebih (Sugiyono, 2011:35). Penelitian kualitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat infuktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2011:9).

Menurut Sekaran (2017:46), salah satu jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu dengan metode atau pendekatan studi kasus (Case Study) yang meliputi analisis mendalam dalam konstektual yang memusatkan pada suatu objek tertentu, pada kurun waktu tertentu, termasuk lingkungan dan kondisi di masa lalunya dengan cukup mendalam dan menyeluruh serta dilakukan secara langsung pada perusahaan sehingga kesimpulan yang diperoleh hanya untuk perusahaan tersebut.

Penelitian ini akan mendapatkan informasi mendalam mengenai pengendalian internal yang ada di Bilik Kayu Heritage Resto, Yogyakarta.

(51)

35

Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi dan checklist.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai dari Februari 2021 sampai dengan Mei 2021. Tempat penelitian ini yaitu di Bilik Kayu Heritage Resto, Yogyakarta.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan bagian penjualan, bagian kitchen, bagian server, bagian kasir, dan bagian akuntansi di Bilik Kayu Heritage Resto.

Objek dalam penelitian ini adalah penjualan tunai, bukti transaksi penjualan, struktur organisasi, job description masing-masing bagian yang berkaitan dengan penjualan dan pengendalian internal penjualan tunai.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara langsung kepada pemilik perusahaan atau yang mewakili bagian yang bersangkutan, mengenai sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, prosedur penjualan tunai, fungsi-fungsi terkait dengan penjualan tunai, dan pelaksanaan pengendalian internal.

(52)

36 2. Observasi

Merupakan suatu metode yang digunakan oleh peneliti dengan cara pengamatan langsung terhadap kegiatan yang dilaksanakan perusahaan.

3. Dokumentasi

Merupakan teknik yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data dengan melihat catatan dan dokumen sumber serta dokumen pendukung yang berkaitan dengan penjualan tunai.

4. Checklist

Checklist merupakan daftar variable yang mana peneliti tinggal memberi tanda atas setiap daftar (Arikunto, 2016:202). Checklist ini merupakan suatu daftar yang mencakup faktor-faktor yang ingin di selidiki yang berisi unsur-unsur yang mungkin terdapat dalam situasi atau tingkah laku individu yang diamati. Dalam penelitian ini checklist digunakan untuk membantu peneliti untuk mengetahui apakah pengendalian internal sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku.

E. Data yang Dibutuhkan 1. Sejarah perusahaan.

2. Struktur organisasi perusahaan.

3. Prosedur kegiatan penjualan tunai.

4. Fungsi-fungsi terkait dengan penjualan tunai.

(53)

37

5. Dokumen sumber dan dokumen pendukung dalam penjualan tunai.

6. Pengendalian internal penjualan tunai.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2011:147) metode tersebut digunakan untuk menjawab rumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan penjualan tunai yang ada di perusahaan meliputi prosedur-prosedur, fungsi yang terkait serta dokumen sumber dan pendukungnya yang digunakan dalam penjualan tunai.

2. Mengevaluasi penerapan pengendalian internal penjualan tunai yang ada di perusahaan dengan menyusun checklist dan flowchart.

Analisis data didasarkan pada pelaksanaan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti sesuai dengan teori dalam buku Mulyadi terkait dengan sistem penjualan tunai. Checklist tersebut berisi daftar pernyataan yang akan memuat jawaban “Ya” dan “Tidak”.

Apabila pada pelaksanaan aktivitas penjualan sesuai dengan pernyataan pada tabel checklist maka akan diberikan centang pada kolom jawaban “Ya”, dan sebaliknya apabila pelaksanaan aktivitas penjualan tidak sesuai dengan pernyataan maka akan diberikan

(54)

38

tanda centang pada kolom “Tidak”. Berikut ini merupakan format tabel checklist:

Tabel 3.1 Tabel Checklist

Nama Perusahaan: Periode Audit:

Program yang di audit:

No Pernyataan Jawaban Keterangan

Ya Tidak

Diaudit Oleh: Jawaban Catatan:

Ya Tidak Tanggal:

Sumber: Bayangkara, 2016:255-257

Hasil checklist menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Sudjana (2011:129) sebagai indikator penilaian evaluasi terhadap penerapan pengendalian internal sistem penjualan tunai di Bilik Kayu Heritage Resto. Checklist dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝑷 = 𝒇

𝒏𝒙 𝟏𝟎𝟎 Keterangan:

P = Tingkat Persentase

(55)

39 f = Frekuensi jawaban “Ya”

n = Jumlah Jawaban Seluruhnya 100% = Bilangan tetap

Penafsiran data dilakukan terhadap nilai persentase dari data untuk mendapatkan informasi deskriptif dari hasil checklist. Kriteria intrepretasi skor adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian

Skor Kategori

76% - 100% Baik 56% - 75% Cukup

<= 56% Kurang Baik

3. Menarik kesimpulan dari hasil wawancara dan checklist terkait penerapan pengendalian internal dalam sistem penjualan tunai di Bilik Kayu Heritage Resto dan memberikan saran kepada Bilik Kayu Heritage Resto terkait dengan penerapan pengendalian internal sistem penjualan tunai yang telah diterapkan dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam penerapan pengendalian internal agar dapat menjadi langkah perbaikan di kemudian hari.

(56)

40

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Bilik Kayu Heritage Resto adalah usaha yang bergerak di bidang kuliner dan berada di bawah naungan manajemen CV. Sonokeling Cita Rasa. Bilik Kayu Heritage Resto berdiri pada tahun 2016. Pada awalnya, lokasi ini merupakan lahan yang ditumbuhi oleh banyak pepohonan.

Pembangunan resto ini dimulai dengan pendirian bangunan Joglo yang diberi nama Bilik Jati. Seiring berjalannya waktu maka dibangunlah bangunan lain. Pemberian nama bangunan sesuai dengan nama pohon yang tumbuh di lokasi tersebut. Ciri khas atapnya yang berbentuk piramida menyerupai bentuk gunung bernama tajug. Bilik Kayu Heritage Resto tetap menjaga kearifan lokal yang pernah ada di wilayah tersebut dengan tidak memotong pohon-pohon besar yang tumbuh. Melihat dari segi bangunan yang ada, Bilik Kayu Heritage Resto merupakan resto dengan nuansa budaya tradisional Jawa.

Tidak hanya konsep resto saja yang menggunakan nuansa budaya tetapi makanan yang disajikan pun adalah makanan khas nusantara dengan harga yang sangat terjangkau namun dengan kualitas terbaik. Hal tersebut dikarenakan Bilik Kayu Heritage Resto sangatlah memperhatikan kualitas makanan yang dijual. Selain makanan nusantara, Bilik Kayu Heritage Resto juga menjual makan modern seperti steak. Hal ini dikarenakan Bilik Kayu Heritage Resto berusaha melakukan inovasi terhadap produknya.

(57)

41

Semakin berkembangnya usaha, Bilik Kayu Heritage Resto membuat Café tersendiri yang di beri nama Bilik Kopi. Lokasi dari Bilik Kopi masih dalam satu tempat dengan bagian resto. Adapun fasilitas restoran yaitu terdiri dari:

1. Joglo Bilik Jati

Joglo ini dikhususkan untuk menu alacarte (non-buffet) tetapi tidak menutup kemungkinan Joglo ini digunakan untuk tempat diselenggarakannya acara. Pada bagian tengah, Bilik Jati dibuat ruang tertutup dengan dinding kayu dan diberi fasilitas berupa AC dan sound system.

2. Koridor Roro Jonggrang

Koridor ini merupakan tempat yang diperuntukan bagi pengunjung yang menghendaki untuk menikmati sajian dengan nuansa outdoor (ruangan terbuka). Koridor Roro Jonggrang ini dilengkapi dengan meja-meja yang berpayung.

3. Garden

Garden merupakan tempat yang diperuntukan bagi pengunjung yang menghendaki untuk menikmati sajian dengan nuansa outdoor (ruangan terbuka) dan dilengkapi dengan meja kursi yang dinaungi pepohonan sehingga tercipta suasana santai dan sejuk.

4. Bilik Akasia

Bilik Akasia merupakan ruangan tertutup dengan dinding kaca yang besar. Ruangan ini dapat digunakan untuk acara seperti meeting,

(58)

42

briefing ataupun rapat lainnya. Fasilitas yang ada di ruangan ini yaitu AC, proyektor, LCD, dan sound systems.

5. Bilik Randu

Bilik Randu merupakan ruangan indoor (ruangan tertutup) dengan dinding kaca yang besar. Ruangan ini cenderung digunakan untuk acara yang bersifat santai. Namun tidak menutup kemungkinan ruangan ini juga digunakan untuk tempat meeting. Fasilitas yang disediakan dalam ruangan ini yaitu AC dan kursi sofa.

6. Bilik Cendana

Bilik Cendana merupakan bangunan Joglo yang berada ditengah lokasi Bilik Kayu Heritage Resto. Bilik ini biasanya digunakan untuk acara dengan skala yang relatif besar seperti halnya untuk meeting, reuni, acara ulang tahun, acara pertunangan maupun pertemuan keluarga.

Ruangan ini merupakan ruangan yang terbuka dan tidak dilengkapi dengan AC tetapi terdapat fasilitas kipas angin agar pembeli tidak merasakan kepanasan.

7. Bilik Surau

Bilik Surau ini merupakan bangunan Joglo Limasan panggung yang digunakan untuk tempat melaksanakan ibadah sholat bagi umat muslim.

Dalam Joglo ini juga disediakan sandal jepit untuk berwudhu dan alat- alat sholat lainnya seperti mukena dan sajadah.

(59)

43 8. Bilik Sonokeling

Bilik Sonokeling merupakan bangunan joglo yang relatif besar dan diperuntukkan untuk acara besar seperti resepsi.

9. Bilik Kopi

Bilik ini merupakan bagian kafe dari Bilik Kayu Resto. Dalam tempat ini juga tersedia bar. Bilik kopi ini terpisah dari bagian resto karena memang dikhususkan untuk penjualan kopi. Dalam Bilik Kopi juga terdapat bagian kasir tersendiri. Barista dan server nya pun juga dibedakan dari bagian resto.

B. Lokasi Perusahaan

Lokasi Bilik Kayu Heritage Resto sangatlah strategis karena dekat dengan perkantoran, pusat perbelanjaan maupun universitas yang terletak di Jalan Ipda Tut Harsono No.72, Timoho, Yogyakarta. Pelanggan yang berkunjung kebanyakan adalah pekerja kantoran karena sering digunakan untuk tempat meeting.

C. Jam Kerja

Bilik Kayu Heritage Resto mempunyai 3 jam kerja yaitu shift pagi, middle dan sore sebagai berikut:

Shift pagi : 09.00 – 17.00 WIB Shift middle : 12.00- 20.00 WIB Shift sore : 14.00 – 22.00 WIB

Sedangkan untuk Bilik Kopi (cafe) mempunyai jam kerja sebagai berikut:

Shift pagi : 09.00 – 17.00 WIB

(60)

44

Shift middle : 12.00- 20.00 WIB Shift sore : 15.00 – 23.00 WIB

Namun setelah adanya pandemi Covid-19, Bilik Kayu Heritage Resto hanya mempunyai 2 jam kerja yaitu shift pagi dan sore dengan jam kerja sebagai berikut:

Shift Pagi : 11.00 – 19.00 WIB Shift Sore : 13.00 – 21.00 WIB

Jam kerja yang ada di bilik kayu yaitu 8 jam dengan 1 jam istirahat sehingga walaupun terdapat pergantian shift, namun shift sebelumnya akan tetap bekerja sampai dengan jam pulang. Untuk jam istirahat disesuaikan oleh kondisi resto dengan cara bergantian sehingga tidak ada kekosongan pada saat bekerja.

Bilik Kayu Heritage Resto tidak melakukan pengurangan karyawan pada masa pandemi ini sehingga pihak manajemen memutuskan untuk mengurangi jam kerja menjadi 4 hari dalam satu minggu yang semulanya 6 hari kerja dalam seminggu.

D. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan pedoman untuk melakukan kegiatan dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan pola hubungan- hubungan antar fungsi, bagian atau posisi maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.

(61)

45

Struktur organisasi yang ada di Bilik Kayu Heritage Resto cukup sederhana yaitu sebagai berikut:

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Bilik Kayu Heritage Resto Yogyakarta Sumber: Bilik Kayu Heritage Resto

Struktur organiasasi yang ada di Bilik Kayu Heritage Resto mempunyai fungsi, tugas dan tanggung jawab masing-masing sebagai berikut:

1. Owner sebagai pemimpin dan pemilik perusahaan yang membawahi direktur dan general manager. Owner memberikan kepercayaan penuh kepada direktur dan general manager untuk mengelola resto karena tidak bisa setiap hari melakukan controlling. Owner bertugas untuk mengawasi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai di East Java Craft Center,. fungsi kas bertanggung jawab sebagai penerima kas

Pencatatan di dalam jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi (administrasi tagih) dengan memberikan tanda pada faktur penjualan tunai.. Bagian penagihan melakukan penagihan hanya

pada PT. Bengawan Abadi Motor. Fungsi yang terkait. Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan mobil tunai,. fungsi ini bertugas menerima order dari pembeli, mengisi

Fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan membuat faktur penjualan tunai yang digunakan pembeli untuk melakukan pembayaran ke fungsi kas dan untuk memungkinkan fungsi

Fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan membuat faktur penjualan tunai yang digunakan pembeli untuk melakukan pembayaran ke fungsi kas dan untuk memungkinkan fungsi

8 Pencatatan ke dalam jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan tanda pada faktur penjualan

a) Penerimaan order dari pembeli di otorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai. Formulir tersebut diterbitkan fungsi penjualan yang

Sekawan Mujur Sejahtera YA TIDAK 1 Penerima order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan √ menggunakan formulir surat order pengiriman 2 Persetujuan pemberian kredit