• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Sistem Penjualan Tunai

2. Fungsi-fungsi Dalam Sistem Penjualan Tunai

Fungsi-fungsi yang terkait dengan sistem penjualan tunai menurut Mulyadi (2016:385) yaitu:

a. Fungsi Penjualan

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab unyuk menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai, dan menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli guna kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas.

b. Fungsi Kas

Dalam transaksi ini penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab sebagai penerimaan kas dari pembeli.

23 c. Fungsi Gudang

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab untuk menyiapkan barang yang dipesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut kepada fungsi penerimaan.

d. Fungsi Pengiriman

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab untuk membungkus barang dan menyerahkan barang yang telah dibayar harganya kepada pembeli.

e. Fungsi Akuntansi

Fungsi ini bertanggungjawab sebagai pencatat transakasi penjualan dan penerimaan kas serta membuat laporan penjualan saat transaksi penjualan telah dilaksanakan.

3. Jaringan Prosedur yang membentuk Sistem Penjualan Tunai Menurut Mulyadi (2016:392-393), prosedur dalam membentuk penjualan tunai adalah sebagai berikut:

a. Prosedur Order Penjualan

Dalam prosedur ini bagian penjualan menerima order dari pembelian dan membuat faktur penjualan tunai untuk memungkinkan pembeli melakukan pembayaran harga barang ke bagian kasa dan untuk

24

memungkinkan bagian gudang dan bagian pengiriman barang menyiapkan barang yang akan diserahkan ke pembeli.

b. Prosedur Penerimaan Kas

Dalam prosedur ini bagian kasa menerima pembayaran harga barang dari pembeli dan memberikan tanda pembayaran berupa pita register kas dan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai kepada pembeli untuk memungkinkan pembeli tersebut melakukan pengambilan barang yang dibelinya dari bagian pengiriman barang.

c. Prosedur Penyerahan Barang

Dalam prosedur ini bagian pengiriman barang menyerahkan barang kepada pembeli.

d. Prosedur Pencatatan Tunai

Dalam prosedur ini bagian jurnal buku besar dan laporan melakukan pencatatan transaksi penjualan tunai dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas. Disamping itu, bagian kartu persediaan dan kartu biaya mencatatkan berkurangnya persediaan barang-barang yang dijual dengan kartu persediaan.

e. Prosedur Penyetoran Kas ke Bank

Sistem pengendalian intern terhadap kas mengharuskan penyetoran dengan segera ke bank untuk semua kas yang di terima pada hari itu.

25

Dalam prosedur ini bagian kasa menyetorkan kas yang diterima dari penjualan tunai ke bank dalam jumlah penuh.

Prosedur dari penjualan tunai menurut Mulyadi (2016), diantaranya berasal dari Over-the Counter Sale. Dalam Over-the Counter Sale perusahaan menerima uang tunai, cek pribadi (personal check) atau pembayaran langsung dari pembeli dengan credit card, sebelum barang diserahkan kepada pembeli. Over-the Counter Sale dilaksanakan melalui prosedur berikut:

a. Pembeli memesan barang langsung kepada wiraniaga bagian penjualan.

b. Bagian kassa menerima pembayaran dari pembeli, yang dapat berupa uang tunai, cek pribadi, atau kartu kredit.

c. Bagian penjualan memerintahkan bagiian pengiriman untuk menyerahkan barang kepada pembeli.

d. Bagian pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.

e. Bagian kassa menyetorkan kas yang diterima ke bank.

f. Bagian akuntansi mencatat pendapatan penjualan dalam jurnal penjualan, kemudian mencatat penerimaan kas dari penjualan tunai dalam jurnal penerimaan kas.

26 4. Bagan Alir Sistem Penjualan Tunai

Menurut Romney (2015: 69) menjelaskan bahwa bagan alir merupakan teknik analitis bergambar yang digunakan untuk menjelaskan beberapa aspek sistem informasi secara jelas, tepat, dan logis. Bagan alir menggunakan serangkaian simbol standar untuk menguraikan prosedur pengolahan transaksi yang digunakan oleh sebuah perusahaan, sekaligus menguraikan aliran data dalam sebuah sistem.

Terdapat dua jenis bagan alir menurut Romney (2015:68) yaitu:

a. Bagan alir dokumen (document flowchart)

b. Bagan alir pengendalian internal (internal control flowchart) c. Bagan alir sistem (system flowchart)

d. Bagan alir program (program flowchart)

5. Informasi yang Diperlukan dalam Penjualan Tunai

Informasi yang diperlukan manajemen dari transaksi penjualan tunai menurut Mulyadi (2016):

a. Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk selama jangka waktu tertentu.

b. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai.

c. Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu.

27 d. Nama dan alamat pembeli.

e. Nama dan wirania yang melakukan penjualan.

f. Otoritas pejabat yang berwenang.

6. Dokumen yang Digunakan

Dokumen yang digunakan pada penjualan tunai menurut Mulyadi (2016:386-391):

a. Faktur Penjualan Tunai

Faktur ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh manajemen yang mengenai transaksi penjualan tunai.

Faktur penjualan tunai diisi oleh fungsi penjualan yang berfungsi sebagai pengantar pembayar oleh pembeli kepada fungsi kas dan sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi.

b. Pita Register Kas (Cash Register Tape)

Dokumen ini dihasilkan fungsi kas dengan cara mengoperasikan mesin register kas (Cash Register). Pita register kas ini merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh fungsi kas dan merupakan dokumen pendukung faktur penjualan tunai yang dicatat dalam jurnal penjualan.

28 c. Bill of Landing

Dokumen ini merupakan bukti penyerahan barang dari perusahaan penjualan barang kepada perusahaan angkutan umum.

d. Faktur penjualan COD

Dokumen ini digunakan untuk merekam penjualan Cash On Delievery (COD) dan digunakan untuk menagih kas yang harus dibayar oleh pelanggan pada saat penyerahan barang yang dipesan oleh pelanggan.

e. Buku Setor Bank

Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke bank.

f. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan

Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk meringkas harga produk yang dijual selama satu periode.

7. Catatan Akuntansi dalam Penjualan Tunai

Menurut Mulyadi (2016:391-392), catatan akuntansi yang digunakan dalam penjualan tunai yaitu:

1. Jurnal Penjualan

Jurnal penjualan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan meringkas data penjualan.

29 2. Jurnal Penerimaan Kas

Jurnal penerimaan kas digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat penerimaan kas dari berbagai sumber.

3. Jurnal Umum

Jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat penerimaan kas dari berbagai sumber diantaranya dari penjualan tunai.

4. Kartu Persediaan

Kartu persediaan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat berkurangnya harga pokok produk yang dijual. Kartu persediaan ini diselenggarakan di fungsi akuntansi untuk mengawasi mutasi dan persediaan barang yang disimpan di gudang.

5. Kartu Stock

Catatan ini tidak termasuk sebagai catatan akuntansi karenanya berisi data kuantitas persediaan yang disimpan di gudang. Catatan ini diselenggarakan oleh fungsi gudang untuk mencatat mutasi dan persediaan barang yang disimpan dalam gudang.

30

C. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

1. Pengertian UMKM

Pengertian UMKM yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Dalam Pasal 1, dinyatakan bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tersebut. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut.

2. Kriteria UMKM

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 6 UMKM memiliki kriteria sebagai berikut:

31 a. Kriteria Usaha Mikro yaitu:

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).

b. Kriteria Usaha Kecil yaitu:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah yaitu:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) atau tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

32

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).

D. Penelitian Terdahulu 1. Sri Wahyuni (2010)

Penelitian berjudul “Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Terhadap Sistem Penjualan Tunai” Studi kasus pada Toko Merah Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengendalian internal pada penjualan tunai di Toko Merah. Dari penelitian ini dikatakan bahwa sistem akuntansi penjualan tunai di Toko Merah Yogyakarta sudah baik namun untuk pengendalian pihak eksternal masih perlu disempurnakan karena terdapat beberapa kelemahan yaitu Toko Merah Yogyakarta tidak memiliki faktur penjualan secara formal dan belum menggunakan pita register kas sehingga penjualannya hanya menggunakan kalkulator.

2. Andi Rachmaniah (2018)

Penelitian ini berjudul “Analisis Pengendalian Internal Atas Sistem Penjualan Pada Rumah Makan Mas Daeng Kota Makassar”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengendalian internal atas sistem penjualan yang diterapkan pada Rumah Makan Mas Daeng. Dari Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kelemahan dari sistem penjualan tunai karena kurang dan maksimalnya pengendalian internal yang diteraplan di Rumah Makan Mas Daeng yaitu untuk pemisahan

33

fungsi dalam struktur organisasi, sistem otoritas dan pencatatan, praktek-prakterk yang sehat dan pegawai yang terampil.

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengangkat suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri baik hanya pada satu variabel saja atau lebih (Sugiyono, 2011:35). Penelitian kualitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat infuktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2011:9).

Menurut Sekaran (2017:46), salah satu jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu dengan metode atau pendekatan studi kasus (Case Study) yang meliputi analisis mendalam dalam konstektual yang memusatkan pada suatu objek tertentu, pada kurun waktu tertentu, termasuk lingkungan dan kondisi di masa lalunya dengan cukup mendalam dan menyeluruh serta dilakukan secara langsung pada perusahaan sehingga kesimpulan yang diperoleh hanya untuk perusahaan tersebut.

Penelitian ini akan mendapatkan informasi mendalam mengenai pengendalian internal yang ada di Bilik Kayu Heritage Resto, Yogyakarta.

35

Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi dan checklist.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai dari Februari 2021 sampai dengan Mei 2021. Tempat penelitian ini yaitu di Bilik Kayu Heritage Resto, Yogyakarta.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan bagian penjualan, bagian kitchen, bagian server, bagian kasir, dan bagian akuntansi di Bilik Kayu Heritage Resto.

Objek dalam penelitian ini adalah penjualan tunai, bukti transaksi penjualan, struktur organisasi, job description masing-masing bagian yang berkaitan dengan penjualan dan pengendalian internal penjualan tunai.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara langsung kepada pemilik perusahaan atau yang mewakili bagian yang bersangkutan, mengenai sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, prosedur penjualan tunai, fungsi-fungsi terkait dengan penjualan tunai, dan pelaksanaan pengendalian internal.

36 2. Observasi

Merupakan suatu metode yang digunakan oleh peneliti dengan cara pengamatan langsung terhadap kegiatan yang dilaksanakan perusahaan.

3. Dokumentasi

Merupakan teknik yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data dengan melihat catatan dan dokumen sumber serta dokumen pendukung yang berkaitan dengan penjualan tunai.

4. Checklist

Checklist merupakan daftar variable yang mana peneliti tinggal memberi tanda atas setiap daftar (Arikunto, 2016:202). Checklist ini merupakan suatu daftar yang mencakup faktor-faktor yang ingin di selidiki yang berisi unsur-unsur yang mungkin terdapat dalam situasi atau tingkah laku individu yang diamati. Dalam penelitian ini checklist digunakan untuk membantu peneliti untuk mengetahui apakah pengendalian internal sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku.

E. Data yang Dibutuhkan 1. Sejarah perusahaan.

2. Struktur organisasi perusahaan.

3. Prosedur kegiatan penjualan tunai.

4. Fungsi-fungsi terkait dengan penjualan tunai.

37

5. Dokumen sumber dan dokumen pendukung dalam penjualan tunai.

6. Pengendalian internal penjualan tunai.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2011:147) metode tersebut digunakan untuk menjawab rumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan penjualan tunai yang ada di perusahaan meliputi prosedur-prosedur, fungsi yang terkait serta dokumen sumber dan pendukungnya yang digunakan dalam penjualan tunai.

2. Mengevaluasi penerapan pengendalian internal penjualan tunai yang ada di perusahaan dengan menyusun checklist dan flowchart.

Analisis data didasarkan pada pelaksanaan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti sesuai dengan teori dalam buku Mulyadi terkait dengan sistem penjualan tunai. Checklist tersebut berisi daftar pernyataan yang akan memuat jawaban “Ya” dan “Tidak”.

Apabila pada pelaksanaan aktivitas penjualan sesuai dengan pernyataan pada tabel checklist maka akan diberikan centang pada kolom jawaban “Ya”, dan sebaliknya apabila pelaksanaan aktivitas penjualan tidak sesuai dengan pernyataan maka akan diberikan

38

tanda centang pada kolom “Tidak”. Berikut ini merupakan format tabel checklist:

Tabel 3.1 Tabel Checklist

Nama Perusahaan: Periode Audit:

Program yang di audit:

No Pernyataan Jawaban Keterangan

Ya Tidak

Diaudit Oleh: Jawaban Catatan:

Ya Tidak Tanggal:

Sumber: Bayangkara, 2016:255-257

Hasil checklist menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Sudjana (2011:129) sebagai indikator penilaian evaluasi terhadap penerapan pengendalian internal sistem penjualan tunai di Bilik Kayu Heritage Resto. Checklist dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝑷 = 𝒇

𝒏𝒙 𝟏𝟎𝟎 Keterangan:

P = Tingkat Persentase

39 f = Frekuensi jawaban “Ya”

n = Jumlah Jawaban Seluruhnya 100% = Bilangan tetap

Penafsiran data dilakukan terhadap nilai persentase dari data untuk mendapatkan informasi deskriptif dari hasil checklist. Kriteria intrepretasi skor adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian

Skor Kategori

76% - 100% Baik 56% - 75% Cukup

<= 56% Kurang Baik

3. Menarik kesimpulan dari hasil wawancara dan checklist terkait penerapan pengendalian internal dalam sistem penjualan tunai di Bilik Kayu Heritage Resto dan memberikan saran kepada Bilik Kayu Heritage Resto terkait dengan penerapan pengendalian internal sistem penjualan tunai yang telah diterapkan dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam penerapan pengendalian internal agar dapat menjadi langkah perbaikan di kemudian hari.

40

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Bilik Kayu Heritage Resto adalah usaha yang bergerak di bidang kuliner dan berada di bawah naungan manajemen CV. Sonokeling Cita Rasa. Bilik Kayu Heritage Resto berdiri pada tahun 2016. Pada awalnya, lokasi ini merupakan lahan yang ditumbuhi oleh banyak pepohonan.

Pembangunan resto ini dimulai dengan pendirian bangunan Joglo yang diberi nama Bilik Jati. Seiring berjalannya waktu maka dibangunlah bangunan lain. Pemberian nama bangunan sesuai dengan nama pohon yang tumbuh di lokasi tersebut. Ciri khas atapnya yang berbentuk piramida menyerupai bentuk gunung bernama tajug. Bilik Kayu Heritage Resto tetap menjaga kearifan lokal yang pernah ada di wilayah tersebut dengan tidak memotong pohon-pohon besar yang tumbuh. Melihat dari segi bangunan yang ada, Bilik Kayu Heritage Resto merupakan resto dengan nuansa budaya tradisional Jawa.

Tidak hanya konsep resto saja yang menggunakan nuansa budaya tetapi makanan yang disajikan pun adalah makanan khas nusantara dengan harga yang sangat terjangkau namun dengan kualitas terbaik. Hal tersebut dikarenakan Bilik Kayu Heritage Resto sangatlah memperhatikan kualitas makanan yang dijual. Selain makanan nusantara, Bilik Kayu Heritage Resto juga menjual makan modern seperti steak. Hal ini dikarenakan Bilik Kayu Heritage Resto berusaha melakukan inovasi terhadap produknya.

41

Semakin berkembangnya usaha, Bilik Kayu Heritage Resto membuat Café tersendiri yang di beri nama Bilik Kopi. Lokasi dari Bilik Kopi masih dalam satu tempat dengan bagian resto. Adapun fasilitas restoran yaitu terdiri dari:

1. Joglo Bilik Jati

Joglo ini dikhususkan untuk menu alacarte (non-buffet) tetapi tidak menutup kemungkinan Joglo ini digunakan untuk tempat diselenggarakannya acara. Pada bagian tengah, Bilik Jati dibuat ruang tertutup dengan dinding kayu dan diberi fasilitas berupa AC dan sound system.

2. Koridor Roro Jonggrang

Koridor ini merupakan tempat yang diperuntukan bagi pengunjung yang menghendaki untuk menikmati sajian dengan nuansa outdoor (ruangan terbuka). Koridor Roro Jonggrang ini dilengkapi dengan meja-meja yang berpayung.

3. Garden

Garden merupakan tempat yang diperuntukan bagi pengunjung yang menghendaki untuk menikmati sajian dengan nuansa outdoor (ruangan terbuka) dan dilengkapi dengan meja kursi yang dinaungi pepohonan sehingga tercipta suasana santai dan sejuk.

4. Bilik Akasia

Bilik Akasia merupakan ruangan tertutup dengan dinding kaca yang besar. Ruangan ini dapat digunakan untuk acara seperti meeting,

42

briefing ataupun rapat lainnya. Fasilitas yang ada di ruangan ini yaitu AC, proyektor, LCD, dan sound systems.

5. Bilik Randu

Bilik Randu merupakan ruangan indoor (ruangan tertutup) dengan dinding kaca yang besar. Ruangan ini cenderung digunakan untuk acara yang bersifat santai. Namun tidak menutup kemungkinan ruangan ini juga digunakan untuk tempat meeting. Fasilitas yang disediakan dalam ruangan ini yaitu AC dan kursi sofa.

6. Bilik Cendana

Bilik Cendana merupakan bangunan Joglo yang berada ditengah lokasi Bilik Kayu Heritage Resto. Bilik ini biasanya digunakan untuk acara dengan skala yang relatif besar seperti halnya untuk meeting, reuni, acara ulang tahun, acara pertunangan maupun pertemuan keluarga.

Ruangan ini merupakan ruangan yang terbuka dan tidak dilengkapi dengan AC tetapi terdapat fasilitas kipas angin agar pembeli tidak merasakan kepanasan.

7. Bilik Surau

Bilik Surau ini merupakan bangunan Joglo Limasan panggung yang digunakan untuk tempat melaksanakan ibadah sholat bagi umat muslim.

Dalam Joglo ini juga disediakan sandal jepit untuk berwudhu dan alat-alat sholat lainnya seperti mukena dan sajadah.

43 8. Bilik Sonokeling

Bilik Sonokeling merupakan bangunan joglo yang relatif besar dan diperuntukkan untuk acara besar seperti resepsi.

9. Bilik Kopi

Bilik ini merupakan bagian kafe dari Bilik Kayu Resto. Dalam tempat ini juga tersedia bar. Bilik kopi ini terpisah dari bagian resto karena memang dikhususkan untuk penjualan kopi. Dalam Bilik Kopi juga terdapat bagian kasir tersendiri. Barista dan server nya pun juga dibedakan dari bagian resto.

B. Lokasi Perusahaan

Lokasi Bilik Kayu Heritage Resto sangatlah strategis karena dekat dengan perkantoran, pusat perbelanjaan maupun universitas yang terletak di Jalan Ipda Tut Harsono No.72, Timoho, Yogyakarta. Pelanggan yang berkunjung kebanyakan adalah pekerja kantoran karena sering digunakan untuk tempat meeting.

C. Jam Kerja

Bilik Kayu Heritage Resto mempunyai 3 jam kerja yaitu shift pagi, middle dan sore sebagai berikut:

Shift pagi : 09.00 – 17.00 WIB Shift middle : 12.00- 20.00 WIB Shift sore : 14.00 – 22.00 WIB

Sedangkan untuk Bilik Kopi (cafe) mempunyai jam kerja sebagai berikut:

Shift pagi : 09.00 – 17.00 WIB

44

Shift middle : 12.00- 20.00 WIB Shift sore : 15.00 – 23.00 WIB

Namun setelah adanya pandemi Covid-19, Bilik Kayu Heritage Resto hanya mempunyai 2 jam kerja yaitu shift pagi dan sore dengan jam kerja sebagai berikut:

Shift Pagi : 11.00 – 19.00 WIB Shift Sore : 13.00 – 21.00 WIB

Jam kerja yang ada di bilik kayu yaitu 8 jam dengan 1 jam istirahat sehingga walaupun terdapat pergantian shift, namun shift sebelumnya akan tetap bekerja sampai dengan jam pulang. Untuk jam istirahat disesuaikan oleh kondisi resto dengan cara bergantian sehingga tidak ada kekosongan pada saat bekerja.

Bilik Kayu Heritage Resto tidak melakukan pengurangan karyawan pada masa pandemi ini sehingga pihak manajemen memutuskan untuk mengurangi jam kerja menjadi 4 hari dalam satu minggu yang semulanya 6 hari kerja dalam seminggu.

D. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan pedoman untuk melakukan kegiatan dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan pola hubungan-hubungan antar fungsi, bagian atau posisi maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.

45

Struktur organisasi yang ada di Bilik Kayu Heritage Resto cukup sederhana yaitu sebagai berikut:

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Bilik Kayu Heritage Resto Yogyakarta Sumber: Bilik Kayu Heritage Resto

Struktur organiasasi yang ada di Bilik Kayu Heritage Resto mempunyai fungsi, tugas dan tanggung jawab masing-masing sebagai berikut:

1. Owner sebagai pemimpin dan pemilik perusahaan yang membawahi direktur dan general manager. Owner memberikan kepercayaan penuh kepada direktur dan general manager untuk mengelola resto karena tidak bisa setiap hari melakukan controlling. Owner bertugas untuk mengawasi

46

jalannya usaha dan menentukan kebijakan-kebijakan maupun aturan kerja yang ada di Bilik Kayu Heritage Resto. Owner juga mengambil peran penting dalam segala keputusan bisnis yang mempengaruhi keberlangsungan usaha di Bilik Kayu Heritage Resto.

2. Direktur bertugas untuk melakukan pertimbangan-pertimbangan dalam bisnis dan legalitas bisnis. Direktur juga memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan sesuai dengan yang sudah disetujui oleh Owner.

Direktur membawahi HRD, marketing, finance, dan logistik.

Direktur membawahi HRD, marketing, finance, dan logistik.

Dokumen terkait