• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ii

Judul skripsi :Studi Rencana Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pasal 4 (PP No. 71 Tahun 2010) Pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar.

Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama Mahasiswa : Maimuna

Nim : 10573 01633 10

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Setelah diperiksa dan diteliti ulang, SKRIPSI ini dinyatakan telah memenuhi persyaratan untuk diujikan dihadapan Tim penguji ujian skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

Makassar, Agustus 2014

Disetujui Oleh

Pembimbing I, Pembimbing II

Idham Khalid, SE.,MM, Hamzah Dorahing, SE, M.Si, AK

Diketahui:

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi

Unismuh Makassar

Dr. H. Mahmud Nuhung, MA ISMAIL BADOLLAHI,SE, M.Si, Ak

BM: 497794 NBM: 1073428

(2)

Muhammadiyah Makassar Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: Tahun 1435 H/2014 M sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.Pada hari Rabu tanggal 20 Agustus 2014

Makassar, Agustus 2014 Panitia Ujian:

1. Pengawas Umum : Dr. Irwan Akib, M.Pd. (... ) (Rektor Unismuh Makassar)

2. Ketua : Dr. Mahmud Nuhung, MA. ( ... ) (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)

3. Sekertaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM (... ) (PD 1 fakultas Ekonomi dan Bisnis)

4. Penguji : 1. Ismail Badollahi, SE., M.Si, Ak ( ... ) 2. Hamzah Dorahing, SE., M.Si, Ak ( ... ) 3. Idham Khalid, SE.,MM ( ... )

4. Samsul Rizal, SE., MM ( ... )

(3)

xi

pemahaman akuntansi berbasis akrual dan faktor- faktor yang harus diperhatikan dalam menerapkan basis akrual kedepannya oleh DISPENDA Kota Makassar.dan dikumpulkan melalui proses wawancara langsung dengan kepala keuangan dengan menggunakan panduan wawancara, observasi langsung terhadap aktivitas- aktivitas para pegawai DISPENDA Kota Makassar serta atas dokumen-dokumen terkait.hasil wawancara dan data yang telah di kumpulkan tersebut di analisis dengan menggunakan metode deskriptif.dan hasil penelitian yang dilakukan dapat menunjukan secara umum pegawai DISPENDA kota makassar sudah memahami makna akuntansi basis akrual. Faktor-Faktor yang harus di perhatikan dalam menerapkan accrual basis kedepannya yaitu komunikasi, sumber daya manusia, dan sikap/diposisi.Dan secara umum para pegawai DISPENDA,sesuai dengan hasil wawancara dan berbagai rencana yang dikemukakan menyatakan kesiapan dalam penerapan basis akrual kedepannya.

Kata kunci: standar akuntansi pemerintahan, basis akrual,rencana penerapan

(4)

iv

“Studi Rencana Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pasal 4 PP No. 71 tahun 2010 pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar”.

Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menempuh gelar sarjana Ekonomi Pada Universitas Muhammadiyah Makassar

Selesainya penulisan skripsi ini merupakan kebahagiaan dan nikmat tersendiri bagi penulis. Namun berbagai tantangan dan masalah- masalah silih berganti datang mewarnai penyususnan skripsi ini, hal ini disebabkan karena keterbatasan pemahaman penulis sebagai manusia biasa, namun hal ini tidak mengurangi semangat penulis untuk segara menyelesaikan penulisan skripsi ini, karena selalu ada dukungan, bimbingan. Arahan, dan dorongan dari berbagai pihak,

Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Kedua Orang Tua,Ayahanda Anwar dan ibunda Sudiar, terima kasih atas semua bantuan, doa, dan pengorbanan yang diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini, serta kakaku Najamuddin dan adik- adikku

(5)

v

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas muhammadiyah makassar, Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA

3. BapakISMAIL BADOLLAHI,SE, M.Si, Ak selaku ketua jurusan Akuntansi 4. Bapak Idham Khalid, SE.,MM dan Hamzah Dorahing, SE, M.Si, AK sebagai

pembimbing I dan II penulis, yang telah bersedia dengan penuh keikhlasan meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan selama proses penyusunan skripsi ini

5. Seluruh staf atau dosen fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Dosen Program Studi Akuntansi yang telah memberikan ilmu kepada penulis

6. Ketua BKPMD Provinsi Sulawesi Selatan beserta stafnya yang telah memberikan bantuan atas izin penelitian

7. Ketua Kesbang Wali Kota Makassar beserta stafnya yang telah menberikan bantuan atas izin penelitian

8. Kepala Dinas pendapatan Daerah Kota Makassar, beserta stafnya yang telah bersedia memerima penulis untuk meneliti dilembaga yang dipimpinya

9. Teman- teman seperjuanganku angkatan 2010 Khususnya Ak_2 2010, terimakasih atas bantuan, kerjasamanya selama penulis menjalani perkuliahan.

Semoga persaudaraan dan persahabatan kita tetap terjalin dalam sebuah jalinan yang kuat untuk selamanya

(6)

vi

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas doa, motivasi dan bantuannya, selama penulisan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran menjadi harapan penulis. Semoga segala bantuan moril, maupun materi dari segala pihak mendapat rahmat dan pahala dari Allah SWT.

Makassar,Agustus 2014 Penulis

(7)

ix

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Gambar... ix

Daftar Tabel ... x

Abstrak... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Masalah ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Sistematika Pembahasan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Standar Akuntansi Pemerintahan ... 7

B. Sektor publik ... 10

C. Basis Akuntansi ... 21

D. Standar akuntansi pemerintahan Berbasis Akrual ... 31

E. Penerapan basis akrual ... 33

(8)

x

A. Daerah dan waktu penelitian ... 39

B. Jenis dan Sumber data dalam Penelitian ... 39

C. Metode Pengumpulan Data ... 40

D. Metode Analisis ... 41

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat DISPENDA Kota Makassar ... 42

B. Struktur Organisasi Kantor DISPENDA ... 43

C. Uraian Tugas Pada Kantor DISPENDA ... 45

BAB V PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tentang Akuntansi Berbasis Akrual ... 56

B. Pemahaman dan kesiapan Makna Akuntansi Berbasis Akrual ... 70

C. Rencana strategi dispenda dalam penerapan standar akuntansi Pemerintahan berbasis akrual... 75

D. Kesiapan SAP berbasis akrual... 80

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA

(9)

ix

Gambar 2. Struktur Organisasi... 44

(10)

x

Tabel II. Neraca Konversi berdasarkan SAP... 63

Tabel III. Realisasi anggaran... 66 Tabel IV Rencana strategi penerapan Sap berbasis akrual ... 79

(11)

1 A. Latar Belakang

Reformasi pengelolaan keuangan Negara masih terus dilakukan secar berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan agar amanat yang tertuang dalam pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan Negara,yang mengharuskan keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, efektif, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan,dapat semakin diwujudkan

Salah satu bentuk usaha berkelanjutan tersebut adalah dengan menetapkan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual yang ditetapkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai pengganti dari Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Penerapan PP No. 24 Tahun 2005 memang masih bersifat sementara, hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang dalam pasal 36 ayat (1) UU No. 17 tahun 2003 yang menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan maka digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Sementara itu untuk pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual menurut pasal

(12)

36 ayat (1) UU No. 17 tahun 2003 harus dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun.

Adanya penetapan PP No. 71 Tahun 2010 maka penerapan sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual telah mempunyai landasan hukum. Hal ini berarti bahwa Pemerintah mempunyai kewajiban untuk dapat segera menerapkan SAP yang baru yaitu SAP berbasis akrual dan harus dilaksanakan selambat- lambatnya tahun 2015. Hal ini sesuai dengan Pasal 32 UU No. 17 tahun 2003 yang mengamanatkaan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan SAP. Dan hal ini ditegaskan dalam pasal 4 ayat (1) PP No. 71 Tahun 2010 menyebutkan bahwa Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual. SAP tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang independen dan ditetapkan dengan PP setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Beberapa Negara yang menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual memiliki kendala-kendala atau hambatan pada awal penerapan standar akuntansi berbasis akrual. Di Negara Malaysia misalnya, seperti di banyak Negara berkembang, terdapat kendala berupa kurangnya tenaga akuntan yang profesional dan berkualitas. Pemerintah Malaysia belum memberikan insentif bagi staf akuntansinya. Insentif ini meliputi biaya tahunan dan beasiswa bagi akuntan pemerintah untuk mengikuti kursus yang mengarah pada kualifikasi akuntansi profesional (Saleh and Pendlebury, 2006). Berbeda dengan Negara Malaysia, di Negara Estonia telah ada kualifikasi pelatihan untuk para akuntan. Selain itu staf

(13)

dari kementrian,auditor,pemerintah dan anggota parlemen membutuhkan pelatihan di bidang akuntansi keuangan (Juta Tikk, 2010). Pada pulau Fiji ada terlalu banyak ketergantungan pada konsultan internasional sehingga menyebabkan membengkaknya biaya. Rendahnya keterampilan dasar akuntan publik juga menjadi salah satu hambatan dalam penerapan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual di Fiji (Geoffrey Tickell, 2010).

Dispenda merupakan salah satu instansi pemerintahan di kota Makassar yang pada akhirnya akan menerapkan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Penerapan sistem akuntansi berbasis akrual di pemerintahan menyajikan tantangan baru, untuk itu agar proses penerapannya dapat berjalan dengan baik perlu dukungan dari sumber daya manusia yang meliputi pembuat dan pengguna informasi keuangan,sarana dan prasarana serta sistem informasi yang ada di pemerintahan.

Di sisi lain tuntutan transparansi dalam sistem pemerintah semakin meningkat pada era reformasi saat ini, tidak terkecuali transparansi dalam pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah. Pemerintah diwajibkan menyusun laporan pertanggungjawaban yang menggunakan sistem akuntansi yang diatur oleh pemerintah pusat dalam bentuk Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang bersifat mengikat seluruh Pemerintah Daerah. Dalam sistem Pemerintah terdapat 2 subsistem, yaitu Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Laporan Keuangan SKPD merupakan sumber untuk menyusun Laporan Keuangan SKPKD, oleh karena itu setiap SKPD harus menyusun Laporan Keuangan sebaik mungkin. Satuan Kerja

(14)

Perangkat Daerah (SKPD) merupakan bagian dari Pemerintah yang melaksanakan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik, baik secara langsung ataupun tidak.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut, SKPD diberikan alokasi dana (anggaran), diatur dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Pemerintah Kabupaten Jember harus menerapkan SAP pada masing-masing SKPD yang ada. Terlebih dengan adanya pengembangan sistem akuntansi dan pengembangan SDM dalam strategi penerapan SAP berbasis akrual secara bertahap yang menyebabkan perlunya penyesuaian kembali baik sehingga penulis menetapkan judul sebagai berikut:

Studi Rencana Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pasal 4 PP No 71 Tahun 2010 Pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Studi Rencana Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pasal 4 PP No. 71 Tahun 2010 Pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota makasssr ?

(15)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitan ini adalah Untuk mengetahui studi rencana penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis Akurual pasal 4 PP No. 71 Tahun 2010 pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah memberikan masukan atau bahan pertimbangan dalam penerapan peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 agar dapat menerapkan akuntansi pemerintahan berbasis akrual secara maksimal.

Penelitian ini juga diharapkan dapat meminimalkan kesalahan dalam penyusunan pelaporan keuangan dengan adanya identifikasi kemungkinan kendala yang dihadapi pemerintah daerah dalam menerapkan basis akrual. Secara umum juga diharapkan kualitas dan kuantitas pelaporan keuangan dalam pemerintahan akan meningkat.

2. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan standar akuntansi pemerintahan, khususnya mengenai basis akrual. Selain itu, manfaat penelitian ini adalah bagi peneliti dan orang-orang yang berminat mengkaji standar akuntansi pemerintahan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya.

(16)

E. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami secara keseluruhan dalam penulisan ini, maka sistematika penulisannya disisusun sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penulisan

BAB II Tinjauan pustaka

Merupakan kerangka teori yang digunakan untuk menguraikan teori-teori yang mendukung dan melandasi penelitian.

BAB III Metodologi penelitian

Mencakup daerah penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, metode analisis, serta sistematika penulisan

BAB IV Gambaran Umun Perusahaan

Mengraikan garis besar tentang sejarah umum, visi misi, dan uraian tugas pokok, serta struktur dinas pendapatan daerah kota Makassar

BAB V Pembahasan

Dimana menjelaskangambaran umum tentang akuntansi accrual basis, pemahaman makna basis akrual, serta factor-faktor yang harus diperhatikan dalam menerapkan basis akrual kedepannya.

BAB VI Kesimpulan dan saran

Kesimpiulan dari pembahasan dan uraian- uaraian pada bab-bab sebelumnya serta diberikan saran- saran yan bermanfaat.

(17)

B II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Standar Akuntansi Pemerintahan

1. Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan

Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 pasal 1 ayat (3) tentang standar akuntansi pemerintahan, standar akuntansi pemerintahan yang selanjutnya disingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dapat disimpulkan bahwa SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia.

Menurut Wijaya (2008), standar akuntansi pemerintahan (SAP) merupakan standar akuntansi pertama di Indonesia yang mengatur mengenai akuntansi pemerintahan Indonesia. Sehingga dengan adanya standar ini, maka laporan keuangan pemerintah yang merupakan hasil dari proses akuntansi diharapkan dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara pemerintah dengan stakeholders sehingga tercipta pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel.

Menurut Sinaga (2005) SAP merupakan pedoman untuk menyatukan persepsi antara penyusun, pengguna, dan auditor. Pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah wajib menyajikan laporan keuangan sesuai dengan SAP.

(18)

Pengguna laporan keuangan termasuk legislatif akan menggunakan SAP untuk nmemahami informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan eksternal auditor (BPK) akan menggunakannya sebagai kriteria dalam pelaksanaan audit.

Beberapa pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa standar akuntansi pemerintahan merupakan acuan wajib dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan dalam pemerintahan, baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam rangka mencapai transparansi dan akuntabilitas. Standar akuntansi pemerintahan dapat menjadi pedoman untuk menyatukan persepsi antara penyusun, pengguna, dan auditor.

2. Pentingnya Standar Akuntansi Pemerintahan

Seiring dengan berkembangnya akuntansi di sektor komersil yang dipelopori dengan dikeluarkannya standar akuntansi keuangan oleh ikatan akuntan indonesia, kebutuhan standar akuntansi pemerintahan kembali menguat. Oleh karena itu, badan akuntansi keuangan negara (BAKUN), kementerian keuangan, mulai mengembangkan standar akuntansi. Seperti dalam organisasi komersial (commercial organization), para pengambil keputusan dalam organisasi pemerintah pun membutuhkan informasi untuk mengelola organisasinya. Selain sebagai dasar pengambilan keputusan, informasi juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan pertanggungjawaban pengelolaan organisasi terhadap pihak lain (Siregar dan Siregar, 2001). Oleh karena itu, pemerintah memerlukan suatu standar akuntansi di bidangnya tersendiri dalam menjalankan aktivitas layanan kepada masyarakat luas. Dengan ditetapkannya PP SAP maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah memiliki suatu pedoman dalam penyusunan dan

(19)

penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional. Hal ini menandai dimulainya suatu era baru dalam pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD dalam rangka memenuhi prinsip transparasi dan akuntabilitas.

Menurut Nordiawan (2006), beberapa upaya untuk membuat sebuah standar yang relevan dengan praktik-praktik akuntansi di organisasi sektor publik telah dilakukan dengan baik oleh ikatan akuntan indonesia (IAI) maupun oleh pemerintah sendiri. Diperlukannya paket standar akuntansi tersendiri karena adanya kekhususan yang signifikan antara organisasi sektor publik dengan perusahaan komersial, yang diantaranya adalah adanya kewajiban pertanggungjawaban kepada publik yang lebih besar atas penggunaan danadana yang dimiliki.

Mahsun dkk (2007:11) menyebutkan di Indonesia, berbagai organisasi termasuk dalam cakupan sektor publik antara lain pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi bidang pendidikan, organisasi bidang kesehatan, dan organisasi-organisasi massa. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, merupakan bagian dari organisasi sektor publik, sehingga diperlukan juga standar akuntansi tersendiri.

Untuk memecahkan berbagai kebutuhan yang muncul dalam pelaporan keuangan, akuntansi, dan audit di pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah di Republik Indonesia, diperlukan sebuah standar akuntansi

(20)

pemerintahan yang kredibel yang dibentuk oleh sebuah komite SAP (Nordiawan dkk,2007).

3. Manfaat Standar Akuntansi Pemerintahan

SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, baik di pemerintah pusat dan kementerian-kementeriannya maupun di pemerintah daerah (pemda) dan dinasdinasnya. Penerapan SAP diyakini akan berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan keuangan di pemerintah pusat dan daerah. Ini berarti informasi keuangan pemerintahan akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di pemerintahan dan juga terwujudnya transparansi, serta akuntabilitas. Menurut Fakhrurazi (2010) manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya standar akuntansi pemerintahan adalah laporan keuangan yang dihasilkan dapat memberikan informasi keuangan yang terbuka, jujur, dan menyeluruh kepada stakeholders.

Selain itu, dalam lingkup manajemen dapat memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah.

Manfaat selanjutnya adalah keseimbangan antargenerasi di mana dapat memberikan informasi mengenai kecukupan penerimaan pemerintah untuk membiayai seluruh pengeluaran dan apakah generasi yang akan datang ikut menanggung beban pengeluaran tersebut. Laporan keuangan yang dihasilkan juga dapat mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pelaksanaan kebijakan sumber daya dalam mencapai tujuan.

B. Sektor publik

1. Pengertian Sektor publik

(21)

Kajian tentang organisasi sektor publik biasanya dimulai dilakukan dan sisi manajemen. Dalam pengembanganya, kajian tersebut telah memasuki wilayah karakter frase “sektor publik”. Pemahaman sektor publik lebih ditempatkan pada suatu wilayah di luar pemerintahan ditambah dengan wilayah pemerintah itu sendiri. Dan sektor publik memiliki dua pengertian yaitu dalam arti luas dan sempit. Sektor publik dalam arti luas diartikan sebagai metode manajemen Negara, sedangkan sektor publik dalam arti sempit diartikan sebagai pungutan oleh Negara.

Sektor Publik meliputi badan-badan pemerintahan (pemerintah pusat dan daerah serta unit-unit kerja pemerintah), perusahaan milik negara (BUMN/BUMD, yayasan, ormas dan orpol, LSM, Universitas, orgnisasi nir laba lainnya.

2. Akuntansi Sektor publik

Akuntansi sektor publik pada umumnya akuntansi yang menjalankan aktivitasi akuntansi pemerintahan baik Pusat maupun daerah, dalam mengolah dana masyarakat, adapaun maksud dan pengertian akuntansi sektor publik sebagai berikut:

Istilah sektor publik lebih tertuju pada sektor Negara. Usaha-usaha Negara, dan organisasi nirlaba Negara (Joedono: 2000). Abdullah menyebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan sektor publik adalah pemerintah unit-unit organisasinya, yaitu unit-unit yang dikelola pemerintah dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak atau pelayanan masyarakat seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan. .

(22)

Menurut Indra Bastian (2007:15) akuntansi sektor publik dapat didefinisikan sebagai:

“Mekanisme teknis dan analisis akuntansi yang diterapkan pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi Negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, LSM dan yayasan social, maupun oleh pihak-pihak eksternal pemerintah daerah yang memerlukan”.

Menurut Wati Aris Astuti dan Siti Kurnia Rahayu(2008:98) menjelaskan definisi akuntansi sektor publik pada umunya adalah:

"Mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek- proyek kerjasama sektor publik dan swasta".

Sedangkan menurut Ilhayul Ulum(2004:9)mengenai Akuntansi sektor publik adalah:

“Sebuah Kegiatan jasa dalam rangka penyediaan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan dan entitas pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari pihak-pihak yang berkepentingan atas berbagai alternatife arah tindakan”.

Dari definisi diatas akuntansi sektor publik dapat diartikan sebagai suatu kegiatan jasa yang aktifitasnya berhubungan dengan usaha, terutama yang bersifat keuangan guna pengambilan keputusan untuk menyediakan kebutuhan dan hak publik melalui pelayanan publik yang diselenggarakan oleh entitas pemerintah.

(23)

3. Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik

Mardiasmo (2006:01) mengatakan bahwa ruang lingkup akuntansi sektor publik adalah mencakup akuntansi manajemen, sistem akuntansi keuangan, perencanaan keuangan dan pembangunan, sistem pengawasan dan pemeriksaan, serta berbagai implikasi finansial atas kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah.

Sektor publik sendiri memiliki wilayah yang lebih luas dan kompleks dibandingkan sektor swasta. Keluasan wilayah publik tidak hanya disebabkan luasnya jenis dan bentuk organisasi yang berada di dalamnya, akan tetapi juga karena kompleksnya lingkungan yang mempengaruhi lembaga-lembaga publik tersebut. Secara kelembagaan, sektor publik antara lain meliputi badan-badan pemerintahan (pemerintah pusat dan daerah serta unit kerja pemerintah), perusahaan milik negara (BUMN dan BUMD), yayasan, organisasi politik dan organisasi masa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organisasi nirlaba lainnya.

Jika dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik dipengaruhi oleh beberapa faktor tidak hanya faktor ekonomi semata, akan tetapi faktor politik, sosial, budaya dan historis juga memiliki pengaruh yang signifikan karena sektor publik itu heterogen/tidak seragam.

(24)

4. Karakteristik Akuntansi Sektor Publik

Mardiasmo (2009:3) mengatakan karakteristik dari akuntansi pemerintahan adalah :

“Karakteristik akuntansi pemerintahan disebabkan karena adanya lingkungan yang mempengaruhi. Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan kompleks dan turbulence”.

Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik meliputi beberapa faktor yaitu :

a. Faktor ekonomi

Faktor ekonomi yang mempengaruhi organisasi sektor publik tersebut adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, perubahan pendapatan perkapita (GNP/GDP), struktur produksi, tenaga kerja. Arus modal dalam negeri, cadangan devisa, nilai tukar mata uang, utang dan bantuan luar negeri, infrastruktur, teknologi, kemiskinan dan kesenjangan ekonomi dan sektor informal.

b. Faktor politik

Beberapa faktor politik yang mempengaruhi sektor publik adalah hubungan Negara dengan masyarakat, legitimasi pemerintah, tipe rezim yang berkuasa, ideologi Negara, elit politik dan massa, jaringan internasional dan kelembagaan.

c. Faktor kultural

Organisasi sektor publik dipengaruhi oleh beberapa faktor kultural yaitu keragaman suku, ras, agama, bahasa dan budaya. Selain itu, system nilai di

(25)

masyarakat, historis, sosiologi masyarakat, karakteristik masyarakat dan tingkat pendidikan sangat mempengaruhi.

d. Faktor demografi

Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain pertumbuhan penduduk, struktur usia penduduk, migrasi dan tingkat kesehatan.

Mardiasmo (2009:8) mengemukakan perbedaan sifat dan karakteristik organisasi sektor publik dengan sektor swasta sebagai berikut :

Tabel 1

Perbedaan Sektor Publik dan Sektor Swasta

Perbedaan Sektor public Sektor swasta

Tujuan organisasi Nonprofit motive Profit motive Sumber pendanaan Pajak, retribusi, utang,

obligasi pemerintah, laba BUMN/BUMD, penjualan asset negara dsb.

Pembiayaan internal: modal sendiri, laba ditahan,

penjualan aktiva.

Pembiayaan eksternal : utang bank obligasi, penerbitan saham.

Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban kepada masyarakat (publik) dan parlemen (DPR/DPRD)

Pertanggungjawaban kepada pemegam saham dan kreditor

Struktur organisasi Birokratis, kaku dan

hierarkis. Fleksibel: datar, pyramid, lintas fungsional, dsb.

Karakteristik anggaran Terbuka untuk public Tertutup untuk publik Sistem akuntansi Cash accounting Accrual accounting

Dari tabel tersebut maka dapat dilihat bahwa setiap organisasi memiliki tujuan spesifik dan unik. Sektor swasta bertujuan untuk memaksimumkan laba

(26)

sedangkan sektor publik bertujuan untuk memberikan pelayanan publik. Untuk struktur pembiayaan sektor publik berbeda dengan sektor swasta dalam hal bentuk, jenis, dan tingkat resikonya. Organisasi sektor pubik bertanggungjawab kepada masyarakat, organisasi sektor swasta bertanggungjawab kepada pemegang saham atau kreditor. Pertanggungjawaban manajemen merupakan bagian terpenting untuk menciptakan kredibilitas manajemen dan struktur organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku dan hierarkis. Struktur organisasi sektor swasta lebih fleksibel.

C. Pelaporan keuangan Daerah

1. Pengertian laporan keuangan daerah

Pengertian Akuntansi pada umumnya sama antara Akuntansi Pemerintahan dan Akuntansi Pihak Swasta. Dimana disana sama-sama melakukan kegiatan pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksitransaksi ekonomi yang terjadi. Namun, yang membedakannya adalah harus diperhatikannya penekanan dalam hal siapa yang mengelola sumber dananya dan darimana sumber dana tersebut apakah dari perseorangan atau entitas pelaporan lain atau organisasi lain

Akuntansi Keuangan Daerah adalah suatu sistem Informasi Pengidentifikasian, pencatatan, pengklasifikasian, mengikhtisarkan, dan mengkomunikasikan kegiatan suatu daerah berupa pelaporan untuk pengambilan keputusan

Laporan Keuangan merupakan laporan yang menunjukan semua aktifitasaktifitas operasi atau transaksi-transaksi yang dilakukan suatu entitas

(27)

pelaporan keuangan daerah dalam suatu periode tertentu. Laporan Keuangan yang disajikan harus menyangkut semua informasi yang terjadi dalam Pemerintah Daerah tersebut sehingga tidak menimbulkan prasangka negatif dari pihak luar dan laporan keuangan yang disajikan tersebut relevan , andal, dapat dipahami, dan dapat dimengerti untuk tujuan pengambilan keputusan.

2. Peranan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan ole suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan :

a. Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik

b. Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi

(28)

perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

c. Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

d. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

e. Evaluasi kinerja

Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.

3. Komponen- Komponen Dalam Laporan Keuangan Daerah

Untuk bisa memahami laporan keuangan pemerintah daerah dengan baik, pembaca dan pengguna laporan perlu memahami elemen laporan keuangan.Pencermatan perlu dilakukan terhadap setiap elemen (pos) yang dilaporkan, meliputi penelitian terhadap besaran nilai elemen (pos) yang dilakukan, kebenaran nilai tersebut serta pengaruhnya terhadap kinerja keuangan

(29)

Berdasarkan SAP Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai berikut:

1. Laporan Realisasi Anggaran

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih 3. Neraca

4. Laporan Operasional 5. Laporan Arus Kas

6. Laporan Perubahan Ekuitas 7. Catatan Atas Laporan Keuangan D. Basis Akuntansi

Basis akuntansi merupakan prinsip akuntansi untuk menentukan saat pengakuan dan pelaporan suatu transaksi ekonomi dalam laporan keuangan.

Terdapat empat basis yang umum digunakan dalam pencatatan transaksi keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan, yaitu basis kas, modifikasi kas, modifikasi akrual dan akrual penuh

Dari keempat basis tersebut, basis kas dan akrual adalah dua basis yg paling sering digunakan. Basis kas akan mencatat transaksi keuangan pada saat kas diterima atau dikeluarkan, sedangkan basis akrual mencatat transaksi pada saat terjadinya pendapatan atau belanja walaupun kas belum diterima atau dikeluarkan. Dalam akuntansi Pemerintah Pusat yang saat ini diterapkan sejak penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2004, Pemerintah

(30)

menggunakan basis kas menuju akrual. Basis ini pada dasarnya adalah basis kas dengan penerapan akrual pada akhir periode pelaporan. Dengan basis kas menuju akrual, pendapatan diakui pada saat kas diterima ke Kas Negara dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Kas Negara. Basis kas untuk pendapatan dan belanja tersebut akan menghasilkan penyusunan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Arus Kas (LAK), sedangkan dengan adanya jurnal korolari, pencatatan akrual pada akhir periode akan menghasilkan Neraca

1. Pengertian Basis Akrual

Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) No 01 – Basis Akuntansi, basis akrual memiliki arti sebagai berikut:

“Basis akrual adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi”.

Menurut Halim (2007:49) tentang pemahaman basis akrual (accrual basis) dapat dijelaskan sebagai berikut:

“Basis akrual adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa tersebut (dan bukan hanya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar)”.

Indra Bastian mendefinisikan basis akrual sebagai berikut:

“Basis akrual yaitu mengakui dan mencatat transaksi atau kejadian keuangan pada saat terjadi atau pada saat perolehan.”(2002: 123)

Basis akrual (accrual basis) adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi (dan

(31)

bukan hanya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar), Abdul Halim (2012: 54).

Cara pembuktian accrual basis membukukan pendapatan pada saat timbulnya hak tanpa memperhatikan kapan penerimaannya terjadi, sudah diterima ataupun sebelum serta membukukan pembelanjaan pada saat kewajiban terjadi tanpa memperhatikan kapan pembayaran dilakukakan sudah atau belum.

Basis akrual akan mencakup pencatatan terhadap transaksi yang terjadi dimasa lalu dan berbagai hak dan kewajiban dimasa yang akan datang. Basis akrual akan mempunyai atau meliputi semua aktivitas dibandingkan dengan basis kas. Dalam laporan keuangan pemerintah, basis akrual digunakan untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.

Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

2. Teori Akuntansi Basis Akrual

Pengertian akuntansi basis akrual menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah:

“Akuntansi Accrual Basis merupakan suatu basis akuntansi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadi transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.

(32)

Pengertian menurut International Financial Reporting Standard (IFRS) adalah "Akuntansi Akrual adalah metodologi akuntansi di mana transaksi yang mengakui sebagai peristiwa ekonomi yang mendasari terjadi, regardlees dari waktu penerimaan kas terkait dan pembayaran”.

Dari pemaparan pengertian akuntansi basis akrual diatas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi basis akrual merupakan metodologi pengakuan hak atau kewajiban, transaksi atau peristiwa ekonomi lainya pada saat terjadinya peristiwa, tanpa melihat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan.

Ada tiga konsep utama dalam pembahasan teori akuntansi pemerintahan (James, 1950), yaitu akuntansi dana (fund accounting), akuntansi akrual (accrual accounting), dan akuntansi anggaran (budgetary accounting).

Menurut salah satu atau seluruh konsep tersebut sering menjadi pusat perhatian dalam setiap pembahasan teori, sehingga pembahasan teori dalam penelitian skripsi ini digunakan ruang lingkup konsep akuntansi basis akrual.

Pengembangan teori akuntansi akrual pada pemerintahan telah dilakukan sekitar 100 tahun yang lalu, seperti pada akuntansi komersial, tren yang terjadi pada akuntansi pemerintahan Amerika Serikat sejak tahun 1900, secara umum.

Sehingga salah satu pernyataan resmi pemerintahan Amerika pertama kali, dapat di asumsikan bahwa konsep akrual merupakan hal baru di tahun 1993. Seiring dengan tuntutan , tingkat kompleksitas operasi mereka semakin tinggi sehingga pengaturan kegiatan operasi lebih rumit, pengembangan prosedur anggaran digunakan untuk mengatasi kerumitan yang berkembang, namun strategi ini

(33)

tergantung pada beberapa dana yang tersedia untuk apropiasi dan untuk pembiayaan.

Masalah ini biasa diatasi dengan penentuan pendapatan dan biaya menggunakan basis akrual, serta control yang lebih efektif terhadap asset, kewajiban dan kegiatan operasi. Dalam akuntansi pemerintahan, basis akrual telah memungkinkan mencatat dan melaporkan kewajiban dan asset selain pencatatan kas. Pelaporan pos-pos seperti property permanen (asset tetap), persedian, pajak dan piutang lainnya, serta kewajiban dapat dilakukan dengan cara yang lebih komprehensif.

Dengan demikian, akuntansi menjadi sarana control ketika digunakan dalam membandingkan hasil akrual dengan hasil anggaran yang di inginkan (James, 1951). Akuntansi berbasis akrual membedakan antara penerimaan kas dan hak untuk mendapatkan kas, serta pengeluaran kas dan kewajiban untuk membayarkan kas. Oleh karena itu, dengan sistem akrual pendapatan dan biaya diakui pada saat diperoleh (earned) atau terjadi (incured) tanpa memandang apakah kas tersebut diterima atau dikeluarkan.

Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik pada dasarnya adalah untuk menentukan cost of service dan charging of service dimana untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan ke publik. Hal ini berbeda dengan tujuan pengaplikasian accrual basis dalam sektor swasta yang dapat digunakan untuk mengetahui dan membandingkan besarnya biaya terhadap pendapatan (proper matching cost against revenue). Perbedaan ini disebabkan

(34)

karena pada sektor swasta orientasi lebih difokuskan pada usaha untuk memaksimumkan laba (profit oriented) sedangkan pada sektor publik orientasi difokuskan pada optimalisasi pelayanan publik (public service oriented).

3. Basis Akrual Berdasarkan Konsep

Basis Akrual berdasarkan konsepnya terbagi atas dua pilar yaitu:

a. Pengakuan pendapatan

Saat pengakuan pendapatan pada basis akrual adalah pada saat perusahaan mempunyai hak untuk melakukan penagihan dari hasil kegiatan perusahaan. Dalam konsep basis akrual menjadi hal kurang penting mengenai kapan kas benar-benar diterima. Makanya dalam basis akrual kemudian muncul adanya estimasi piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah diakui padahal kas belum diterima

b. Pengakuan Biaya

Pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi. Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi, maka titik ini dapat dianggap sebagai starting point munculnya biaya meskipun biaya tersebut belum dibayar.

4. Kelebihan dan kelemahan basis akrual

Secara sederhana, dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual ditujukan untuk mengatasi ketidakcukupan basis kas untuk memberikan data yang lebih akurat. Menurut KSAP (2006:1), dalam wacana akuntansi, secara konseptual akuntansi berbasis akrual dipercaya dapat menghasilkan informasi yang lebih

(35)

akuntabel dan transparan dibandingkan denganakuntansi berbasis kas. Akuntansi berbasis akrual mampu mendukung terlaksanakannya perhitungan biaya pelayanan publik dengan lebih wajar. Nilai yang dihasilkan mencakup seluruh beban yang terjadi, tidak hanya jumlah yang telah dibayarkan. Dengan memasukkan seluruh beban, baik yang sudah dibayar maupun yang belum dibayar, akuntansi berbasis akrual dapat menyediakan pengukuran yang lebih baik, pengakuan yang tepat waktu, dan pengungkapan kewajiban di masa mendatang. Dalam rangka pengukuran kinerja, informasi berbasis akrual dapat menyediakan informasi mengenai penggunaan sumber daya ekonomi yang sebenarnya. Oleh karena itu, akuntansi berbasis akrual merupakan salah satu sarana pendukung yang diperlukan dalam rangka transparansi dan akuntabilitas pemerintah

Menurut Mardiasmo (2002:155), pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik pada dasarnya adalah untuk menentukan cost of services dan charging for services. Penentuan hal ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan kepada publik. Hal ini berbeda dengan tujuan pengaplikasian accrual basis dalam sektor swasta yang digunakan untuk mengetahui dan membandingkan besarnya biaya terhadap pendapatan (proper matching cost against revenue). Perbedaan ini disebabkan karena pada sektor swasta orientasi lebih difokuskan pada usaha untuk memaksimumkan laba (profit oriented), sedangkan dalam sektor publik orientasi difokuskan pada optimalisasi pelayanan publik (public service oriented).

(36)

Menurut Bastian (2006:118-119), keuntungan basis akrual dapat diperinci sebagai berikut: pertama, bahwa penerimaan dan pengeluaran dalam laporan operasional berhubungan dengan penerimaan dan pemasukannya, yang berarti bahwa basis akrual memberikan alat ukur untuk barang dan jasa yang dikonsumsi, diubah, dan diperoleh. Kedua, basis akrual menunjukkan gambaran pendapatan.

Perubahan harga, pendapatan yang diperoleh dalam basis akrual, dan besarnya biaya historis adalah alat ukur kinerja yang dapat diterima. Ketiga, basis akrual dapat dijadikan sebagai alat ukur modal. Kemudian menurut Bastian (2006:120), beberapa masalah aplikasi basis akrual yang dapat diidentifikasikan antara lain:

pertama, penentuan pos dan besaran transaksi yang dicatat dalam jurnal dilakukan oleh individu yang mencatat. Kedua, relevansi akuntansi akrual menjadi terbatas ketika dikaitkan dengan nilai historis dan inflasi. Ketiga, dalam pembandingan dengan basis kas, penyesuaian akrual membutuhkan prosedur administrasi yang lebih rumit, sehingga biaya admnistrasi menjadi lebih mahal. Keempat, peluang manipulasi keuangan yang sulit dikendalikan.

E. Basis Akrual Dalam PP No. 71 Tahun 2010

Ditetapkannya Peratuaran Pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010 sebagai Standar Akuntansi pemerintahan (SAP). Dimana PP No. 71 Tahun 2010 pasal 4 ayat (1) dimana disebutkan:

“bahwa pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual”.

Dimana basis akrual merupakan basis akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa tersebut terjadi. Transaksi

(37)

dan peristiwa tersebut dicatatan akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan pada periode terjadinya (Halim, 2008).

Akuntansi berbasis akrual dianggap memiliki sejumlah manfaat untuk organisasi sektor publik. Para pendukung penerapan basis akrual dalam organsisasi sektor publik, meyakini bahwa akuntansi akrual mengakui beban ketika transaksi tersebut terjadi, dianggap menyediakan gambaran operasional pemerintah secara lebih transparan (Boothe, 2007).

Dalam ruang ligkup paragraph 2 PP No. 71 Tahun 2010 menyatakan:

“Laporan keuangan untuk tujuan umum disusun dan disajikan dengan basis akrual”.

Serta, dalam basis akuntansi paragraph 5:

“Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis akrual”.

Hal ini menegaskan bahwa laporan keuangan pemerintahan disusun berdasarkan basis akrual. Namun, pernyataan lainnya menujukan maksud dan makna yang berbeda, seperti:

“SAP berbasis akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan , beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan financial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiyayan dalam pelaporan peleksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD”.(pasal 1 ayat 8)

(38)

“Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintahan adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan laporan operasional, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas (kerangka konseptual [KK] paragraf 42)”.

Perubahan basis akuntansi yang digunakan berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi pada komponen laporan keuangan pemerintahan menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, sehingga komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri dari atas laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan financial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai berikut:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Laporan realisasi anggaran adalah laporan yang mengkaji ikhtisar sumber, alokasi dan pengguaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/ daerah dalam suatu periode. LRA mengunggapkan kegiatan keuagan pemerintah pusat/ daerah yang menujukan ketaatan terhadap APBN/ APBD.

Laporan realisasi anggaran sekurang-kurangnya memuat: pendapatan-LRA, belanja, transfer, pembiyaan, dan sisa lebih/ kurang pembiayaan Negara, Halim (2012: L-42)

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)

Laporan perubahan SAL merupakan salah satu laporan yang sebelumnya tidak ada dalam laporan keuangan pokok pemerintahan menurut PP No. 24 tahun 2005. Itu artinya, laporan perubahan SAL baru ada dan wajib disajikan oleh entitas pemerintah pusat dan entitas pelaporan lainya yang menyelenggarakan laporan keuangan konsolidasi. Laporan perubahan SAL

(39)

menyajikan secara komperatif dengan periode sebelumnya pos-posnya yakni SAL awal. Pengguan SAL, koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, dan SAL akhir, Halim (2012: L-43)

3. Neraca

Indra Bastian menyatakan bahwa: “Laporan posisi keuangan, ataudisebut juga dengan neraca ataupun laporan aktiva dan kewajiban, adalah laporan keuangan yang menyajikan posisi aktiva, hutang dan modal pemilik.(2006 :247)

Menurut Jumingan :

Neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), utang (liabilities), dan modal sendiri (owners’ equity) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Biasanya pada saat buku ditutup yakni akhir bulan, akhir triwulan, atau akhir tahun (2009:13)

4. Laporan Operasional (LO)

Sebagai konsekunsi penerapan basis akrual, maka PP Nomor 71 tahun 2010 mensyaratkan bagi entitas pelaporan untuk menyajikan laporan operasioal sebagai bagian dari pelaporan financial pada laporan keuagan pokok pemerintahan. Laporan operasional setidaknya menyajikan pos-pos sebagai berikut:

a. Pendapatan- LO dari kegiatan operasional b. Beben dari kegiatan operasional

c. Surplus/defisit dari kegiatan non-operasional d. Surplus/ deficit-LO

(40)

5. Laporan Arus Kas (LAK)

Laporan arus kas disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi pembendaharaan umum. Laporan arus kas adalah laporan yang menyayikan informasi mengenai sumber penggunaan perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Halim (2001: L-24)

6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

Sama halnya dengan laporan operasional, laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang wajib disajikan oleh entitas pemerintahaan berdasrkan PP Nomor 71 Tahun 2010. Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang menghubungkan antara laporan operasional dengan neraca, sehingga penyususnan laporan operasional, laporan perubahan ekuitas, dan neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggung jawabkan, Halim (2012: L-45).

7. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK)

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan atau daftar terperinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran, laporan perubahan SAL, neraca, laporan operasional, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, Halim (2012: L-45).

F. Standar Akuntansi Pemerintahan Bebasis Akrual

Ruang lingkup pengaturan yang terdapat dalam peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010, meliputi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual dan standar akuntansi pemerintahan berbasis kas menuju akrual. Standar

(41)

akuntansi pemerintahan berbasis akrual terdapat pada lampiran I dan berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas. Standar akuntansi pemerintahan berbasis kas menuju akrual terdapat pada lampiran II dan berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan standar akuntansi pemerintahan yang berbasis akrual. Sementara lampiran III ditujukan sebagai referensi untuk memahami dan menerapkan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual.

Peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 pasal 1 ayat (8) menyatakan bahwa:

Standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual adalah standar akuntansi pemerintahan yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Ritonga (2010) yang menyatakan bahwa:

Apabila Standar Akuntansi Pemerintahan menggunakan basis akrual, maka pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memerhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

Menurut kedua pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa dalam peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 memiliki pengertian yang berbeda.

Dalam standar akuntansi pemerintahan jika menggunakan basis akrual, di manandalam peraturan pemerintah tersebut mengindikasikan adanya penerapan

(42)

dua basis yang berbeda (kas dan akrual) dalam dua pelaporan yang berbeda (pelaporan finansial dan pelaporan pelaksanaan anggaran).

G. Penerapan Basis Akrual

Penerapan sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual telah mempunyai landasan hukum setelah ditetapkanya PP No. 71 Tahun 2010. Dan hal ini berarti juga bahwa Pemerintah mempunyai kewajiban untuk dapat segera menerapkan SAP yang baru yaitu SAP berbasis akrual. Hal ini sesuai dengan pasal 32 UU No. 17 tahun 2003 yang mengamanatkaan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan SAP.

Dan hal ini ditegaskan dalam pasal 4 ayat (1) PP No. 71 Tahun 2010 menyebutkan bahwa Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual. SAP tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang independen dan ditetapkan dengan PP setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Penerapan sistem akuntansi berbasis akrual di pemerintahan menyajikan tantangan baru, untuk itu agar proses penerapannya dapat berjalan dengan baik perlu dibuatkan suatu pedoman yang dapat menjelaskan proses pembangunan sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual ini secara lebih detil. Dan hal ini ditegaskan dalam pasal 6 PP No. 71 Tahun 2010, dimana ayat (2) - nya menyebutkan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintahan Pada Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengacu pada pedoman umum

(43)

Sistem Akuntansi Pemerintahan. Dan ayat (3) - nya menyebutkan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintahan Pada Pemerintah Daerah diatur dengan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.

Sementara pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan tersebut ditetapkan dalam bentuk Peraturan Menteri Keuangan dan khusus untuk Pemerintah Daerah Peraturan Menteri Keuangan tersebut ditetapkan setelah Menteri Keuangan berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang dalam pasal 6 ayat (4) PP No. 71 Tahun 2010.

Penerapan sistem akuntansi berbasis akrual dalam organisasi pemerintahan tidak hanya menjadi tuntutan masyarakat Indonesia di era informasi. Sistem akuntansi berbasis akrual diyakini dapat menghasilkan dan menyediakan informasi sekaligus laporan pertanggung jawaban yang lebih berkualitas dibanding basis kas. Informasi dan laporan pertanggung jawaban yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk menciptakan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolan dana publik yang dikelola oleh pemerintah.

Definisi Standar Akuntansi Pemerintahan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010 (2010:1) adalah: “Standar Akuntansi Pemerintahan, selanjutnya disebut SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah”. Dengan demikian SAP merupakan persyaratan yang mempunyai

(44)

kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia.

SAP berbasis akrual yang ditetapkan dengan PP Nomor 71 Tahun 2010.

Meskipun, PP No. 24 Tahun 2005 tidak lagi berlaku dengan terbitnya PP No. 71 Tahun 2010, bukan berarti SAP berbasis kas menuju akrual tidak lagi digunakan.

Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010 masih memperkenankan bagi entitas pemerintahan yang belum siap menerapkan SAP berbasis akrual untuk tetap menggunakan SAP berbasis kas menuju akrual. SAP berbasis akrual dapat diterapkan secara bertahap oleh setiap entitas pemerintahan sampai batas waktu yang ditetapkan oleh aturan perundang-undanga. Oleh karena itu, SAP berbasis kas menuju akrual juga dilampirkan dalam PP No. 71 Tahun 2010. Hal ini menujukan SAP berbasis akrual tidak diterapkan secara radikal melainkan secara gradual.

Ada pun keunggulan dalam menerapkan akuntansi secara basis akrual adalah sebagai berikut:

1) Metode basis akrual digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas dana.

2) Beban diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan lebih handal dan terpercaya.

3) Pendapatan diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan lebih handal dan terpercaya walaupun kas belum diterima.

(45)

4) Banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar (sesuai dengan PP No.

71 Tahun 2010 dimana diharuskan suatu instansi pemerintahan untuk menggunakan basis akrual).

5) Piutang yang tak tertagih tidak akan dihapus secara langsung tetapi akan dihitung kedalam estimasi piutang tak tertagih.

6) Setiap penerimaan dan pembayaran akan dicatat kedalam masing-masing akun sesuai dengan transaksi yang terjadi.

7) Adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena kas yang belum diterima dapat diakui sebagai pendapatan.

8) Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai pedoman manajemen dalam menentukan kebijakan perusahaan kedepanya.

9) Adanya pembentukan pencadangan untuk kas yang tidak tertagih, sehingga dapat mengurangi resiko kerugian.

Sedangkan kelemahan dalam penerapan akuntansi secara basis akrual adalah sebagai berikut:

1) Metode basis akrual digunakan untuk pencatatan

2) Biaya yang belum dibayarkan secara kas, akan dicatat efektif sebagai biaya sehingga dapat mengurangi pendapatan perusahaan.

3) Adanya resiko pendapatan yang tak tertagih sehingga dapat membuat mengurangi pendapatan perusahaan.

4) Dengan adanya pembentukan cadangan akan dapat mengurangi pendapatan perusahaan.

(46)

5) Perusahaan tidak mempunyai perkiraan yang tepat kapan kas belum dibayarkan oleh pihak lain dapat diterima

Untuk menerapkan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual agar sesuai dengan batas waktu yang ditentukan oleh perundang-undangan, makan diperlukan sebuah strategi dan rencana kerja untuk memandang pelaksanaan penerapan SAP tersebut. Oleh karena itu, KSAP mencoba untuk nmenyusun rencana strategi penerapan SAP berbasis akrual. Strategi penerapan SAP berbasis akrual dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tahun Agenda

2010  Penerbitan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual

 Mengembangkan kerangka kerja akuntansi berbasis akrual

 Sosialisasi SAP berbasis akrual

2011  Penyiapan aturan pelaksanaan dan kebijakan akuntansi

 Pengembangan sistem akuntansi dan TI bagian pertama (proses bisnis dan detail requirement)

 Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan)

2012  Pengembangan sistem akuntansi dan TI (lanjutan)

 Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan) 2013  Piloting beberapa KL dan BUN

 Review, evaluasi, dan penyempurnaan sistem

 Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan) 2014  Parallel run dan konsolidasi seluruh LK

(47)

 Review, evaluasi, dan penyempurnaan sistem

 Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan) 2015  Implementasi penuh

 Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan) Sumber: KSAP (2011)

H. Persiapan Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual

Secara yuridis, keluarnya peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan (SAP) berbasis akrual mengubah haluan basis akuntansi pemerintahan Indonesia dari kas menuju akrual menjadi akrual penuh. Sesuai kesepakatan pemerintah dan DPR, implementasi basis akrual ini akan dilaksanakan secara bertahap hingga implementasi penuhnya di tahun 2015.

Untuk mengimplementasikan secara penuh pada tahun 2015 nanti, tentu pemerintah kita memerlukan strategi. Prasyarat pelaksanaan strategi terbagi atas dua kondisi dasar, yaitu necessary condition dan sufficient condition. Necessary condition adalah prasyarat yang dibutuhkan agar suatu kondisi dapat tercapai.

Setelahnya, pemerintah dapat mengembangkan beberapa hal sehingga kondisinya bisa berubah menjadi kondisi yang mencukupi (sufficient condition). Necessary condition adalah komitmen, kapasitas SDM, dan dana pemeliharaan (www.medinamultimitra.com). Untuk dapat mengimplementasikan basis akrual yang notabene adalah barang baru, dibutuhkan komitmen dari para pemimpin dan pejabat, termasuk dukungan politik dari kepala daerah dan DPRD. Di samping itu, SDM yang menguasai ilmu dan konsep akuntansi dalam jumlah yang memadai juga sangat dibutuhkan mengingat mereka adalah ujung tombak dari implementasi

(48)

ini. Implementasi basis akrual juga membutuhkan pendanaan yang cukup. Tidak hanya untuk investasi awal, tetapi juga untuk kegiatankegiatan yang bersifat pemeliharaan. Hal ini disebabkan penerapan basis akrual membutuhkan pembaharuan yang terus menerus, sehingga tersedianya dana pemeliharaan pun menjadi mutlak.

Kemudian menurut KSAP (2010), persiapan strategi yang dapat dilakukan dalam rangka implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada pemerintah daerah adalah sebagai berikut:

1. Hearing-standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang dilaksanakan pada desember 2009

2. Sosialisasi dan penyesuaian peraturan yang dilaksanakan pada tahun 2010 hingga 2011 dalam hal ini penyusunan regulasi pemerintah daerah yang meliputi peraturan daerah pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah dan peraturan kepala daerah mengenai kebijakan akuntansi/sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah.

3. Penyiapan dan pengembangan SDM akuntansi yang dilaksanakan pada tahun 2010 hingga 2015

Setelah syarat-syarat implementasi dipenuhi, pemerintah dan pemerintah daerah dapat melaksanakan langkah-langkah penerapan basis akrual di pemerintah daerah. Pada tingkat pusat/nasional, strategi penerapan basis akrual di pemerintah daerah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyiapkan pedoman umum pada tingkat nasional tentang akuntansi akrual.

Pedoman ini digunakan untuk menyamakan persepsi di semua daerah

(49)

sekaligus sebagai jembatan teknis atas standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang akan diterapkan.

2. Menyiapkan modul pada tingkat nasional yang dapat digunakan oleh berbagai pihak dalam rangka pelatihan akuntansi berbasis akrual.

3. Menentukan daerah percontohan di setiap regional sebagai upaya menciptakan benchmarking. Dengan cara ini, pemerintah dapat memfokuskan pada beberapa daerah dulu sebelum pada akhirnya dapat digunakan oleh seluruh daerah.

4. Diseminasi/sosialisasi tingkat nasional. Selain sebagai usaha penyamaan persepsi dan sosialisasi, cara ini dapat digunakan untuk menyerap input berupa saran ataupun keluhan dari daerah terkait penerapan akuntansi basis akrual.

I. Kerangka pikir

Lembaga pemerintah selain berperan sebagai lembaga politik juga memiliki peran sebagai lembaga ekonomi. Lembaga pemerintah melakukan aktivitas ekonominya dengan melakukan berbagai bentuk pengeluaran untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang dilakukannya dan melakukan berbagai upaya untuk memperoleh penghasilan yang digunakan untuk menutupi biaya tersebut.

Sebagai suatu lembaga yang memiliki aktivitas ekonomi, maka pemerintah memerlukan jasa akuntansi sebagai dasar informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi dan langkah-langkah apa yang akan dilakukan pemerintah atas informasi yang dihasilkan tersebut. Jasa akuntansi yang diterapkan dalam sektor

(50)

pemerintahan umumnya disebut dengan akuntansi pemerintahan atau akuntansi sektor publik.

Sesuai dengan amanat Undang-undang No. 1 tahun 2004 yang menetapkan basis akrual diterapkan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008. Maka ditetapkan, PP No 71 tahun 2010 tentang SAP akrual, meskipun sudah diamanatkan untuk ditetapkan selambat-lambatnya tahun 2008 pelaksanaan akuntansi berbasis baru dapat terrealisasi pada tahun 2010, dan penerapanya belum sesuai dengan harapan.

Sektor publik baru menerapkanya pada tahun 2011, dan organisasi sektor publik yang memungkinkan mampu menerapkanya basis akrual dalam sistem akuntansi pada tahun 2010 yaitu Dinas Pendapatan Daerah. Sebagai salah satu organisasi sektor publik tentunya harus menerapkan basis akrual sesuai dengan PP No. 71 tahun 2010 dalam sistem akuntansi.

Penelitian ini dilakukan untuk mengambarkan mengenai implementasi (penerapan) basis akrual Pasal PP No. 71 Tahun 2010 pada Dinas Pendapatan Daerah Makassar. Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

(51)

Gambar 1

Skema Kerangka Pemikiran PP NO. 71 Tahun 2010

Tentang Basis Akrual

Rencana penerapan Basis akrual (Accrual

Basis) Pelaporan Keuangan

Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar

Penerapan Penuh PP NO. 71 Tahun 2010

pada tahun 2015

(52)

42

Dalam penelitian ini penulis memilih Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar yang terletak di Jl. Urip Sumiharjo Makassar Sebagai lokasi penelitian yang merupakan salah satu organisasi sektor publik yang memberikan pelayanan kepada publik dalam hal pendapatan serta otonomi daerah.Dan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurang lebih dua bulan, dari tanggal 1 mei sampai dengan 30 juni 2014.

B. Jenis dan Sumber Data Dalam Penelitian 1. Jenis Data

a. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk informasi baik secara lisan maupun secara tertulis, seperti gambaran singkat perusahaan dan struktur organisasi perusahaan.

b. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk angka, seperti laporan keuangan.

2. Sumber Data

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pimpinan dan karyawan, seperti gambaran singkat perusahaan dan struktur organisasi perusahaan.

(53)

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen perusahaan, berupa laporan tertulis yang dibuat secara berkala, seperti laporan skeuangan yang berbasis akrual.

C. Metode Pengumpulan data

Adapun metoda yang dipakai untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung, berupa observasi (pengamatan langsung) dan wawancara dengan pihak-pihak yang berwenang dalam perusahaan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan berkaitan dengan penulisan ini .

b. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca dan mengkaji literatur-literatur, berupa buku-buku dan sumber bacaan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penulisan ini sehingga diperoleh dasar teoritis yang digunakan sebagai kerangka dasar dalam penulisan.

Materi yang digunakan dalam penelitian implementasi (penerapan) Berbasis akrual pada akuntansi sektor publik:

a. Data mengenai profil Dinas Pendapatan Daerah mencakup visi, misi, struktur organisasi, sumber daya manusia, serta gambaraan implementasi (penerapan) basis akrual pada Dinas Pendapatan Daerah Makassar.

(54)

b. Data laporan keuangan yang berbasisi akrual pada Dinas Pendapatan Daerah Makassar.

D. Metode Analisis Data

Adapun metode analisis yang akan di pakai ialah metode Anlisis deskriptif yaitu untuk mengkaji, menelah, menjelasakan atau mengambarkan tentang bagaimana penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Pasal 4 (PP 71 Tahun 2010) pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar.

(55)

45

Sebelum terbentuknya Dinas Pendapaatan Kotamadya Tingkat II Makassar, Dinas Pasar, Dinas Air Minum dan Dinas Penghasilan Daerah dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Wilikotamadya Nomor 155/Kep/A/V/1973 Tanggal 24 mei 1973 terdiri dari beberapa Sub Dinas Pemeriksaan Kendaraan Tidak Bermotor dan Sub Dinas Administrasi.

Dengan adanya kekputusan Walikotamadya Keputusan Daerah Tingkat II Ujung Pandang Nomor 74/S/Kep/A/V1977 Tanggal 1 April 1977 bersama dengan surat Edaran Mentri Dalam Negeri Nomor 3/12/43 Tanggal 9 September 1975 dan Instruktur Mentri Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan tanggal 25 Oktober 1975 Nomor Keu/3/22/33 tentang pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Ujung Pandang telah disempurnakan dan ditetapkan perubahan namanya menjadi Dinas Penghasilan

Daerah yang kemudian menjadi unit-unit yang menangani sumber- sumber keuangan daerah seperti Dinas Perpajakan, Dinas Pasar dan Sub Dinas Pelelangan Ikan dan semua Sub-sub Dinas dalam unit penghasilan daerah yang tergabung dalam unit penghasilan daerah dilebur dan dimsaukan pada unit kerja Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Ujung Pandang, seiring dengan adanya perubahan kotamadya Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, secara otomatis nama Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Ujung Pandang berubah menjadi Dinas Pendapatan Kota Makassar.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kasus penyelundupan manusia di wilayah Indonesia dan Australia, ditemukan pelanggaran yang dilakukan baik oleh Indonesia maupun Australia sebagaimana diatur dalam UNTOC

Pada penelitian ini karbon dari arang tulang kambing menghasilkan kekerasan permukaan paling tinggi namun semakin ke arah inti karbon dari arang bambu menghasilkan kekerasan

(1) Penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek tetap dan teratur serta tidak dalam trayek di wilayah Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, wajib

Kriteria inklusi meliputi: ibu hamil yang mengalami abortus spontan dan tidak mengalami abortus spontan; ibu hamil yang rawat inap di bangsal kebidanan RSU PKU

Dalam hal terjadi kerugian dan atau kerusakan atas kendaraan bermotor dan atau kepentingan yang dipertang- gungkan, apabila kendaraan bermotor dan atau kepentingan tersebut

Tabel 2. PENGARUH ANESTESI TERHADAP METABOLISME GLUKOSA Efek zat anestesi terhadap metabolisma karbohidrat, lemak dan protein adalah belum dapat dijelaskan secara pasti. Hal

 Mempunyai ketahanan keausan yang tinggi untuk meminimilisasi kerusakan pada material, contoh dari UHMWPE yang mengalami keausan terlihat pada Gambar 3.2..

� Dengan adanya Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, maka salah satu aspek kewenangan yang sangat berarti adalah kewenangan untuk mem- berdayakan potensi sosial budaya dan