• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kado Dari Surga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kado Dari Surga"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Kado Dari Surga

Fotarisman Zaluchu

Penerbit

Suluh Indomedia Press 2014

(4)

Kado Dari Surga

Kategori Buku: Rohani Kristen

Oleh Fotarisman Zaluchu

Hak Cipta © 2014, Fotarisman Zaluchu Foto cover: Ibezisokhi Lase

Penerbit:

Suluh Indomedia Press

Jl. Abdul Hamid No. 1-B, Medan Telp/ Fax: +62 61 4151453

e-mail: [email protected]

Cetakan Pertama: Desember 2014

ISBN: 978-602-70571-1-1

(5)

Kata Pengantar Anugerah Tuhan—1 Keajaiban Tuhan—16 Pengalaman Indah—27

Menanti Datangnya Anugerah—41 Bayi Itu Lahir—51

Epilog: Bayi Agung—63

(6)

Menanti kedatangan seorang anak adalah sebuah peristiwa paling dinanti oleh banyak orangtua. Namun merasakan pengalaman rohani di balik penantian itu, memerlukan pemikiran dan perenungan. Perjalanan merasakan hadirnya anak serta karya Tuhan di baliknya, adalah tujuan buku ini dituliskan.

Tetapi kisah itu tidak berhenti hanya pada pengalaman yang kami—saya dan istri—rasakan. Tetapi pada sebuah kisah yang lebih ajaib lagi: kelahiran Kristus.

Karena itu, buku ini bukan hanya catatan mengenai sebuah kelahiran manusia, tetapi juga sebuah perenungan yang akan membawa kita mengenal bagaimana Tuhan bekerja dengan penuh keajaiban, dalam hidup kita, bukan hanya dalam sebuah peristiwa kelahiran.

Maka yang paling utama sebagai tujuan buku ini adalah bagaimana kita semua, entah itu orangtua, anak, yang telah menikah, yang masih single, siapapun itu, yang membaca buku ini, bisa memuji Tuhan dengan hati yang sungguh- sungguh. Kemuliaan hanyalah bagi Tuhan, Pencipta semesta dan Perancang kehidupan baru. Karena itulah, kado dari surga adalah Anak-Nya sendiri, Kristus Yesus.

(7)

Buku ini sebenarnya sudah lama ditulis. Sekian tahun hanya mendekam sebagai naskah dalam komputer, tetapi kemudian saya putuskan untuk kembali membacanya dan menerbitkannya.

Buku ini adalah kisah tentang anak pertama kami. Meski yang menuliskan adalah saya, namun isteri saya adalah sumber inspirasi yang sebenarnya. Ia dengan penuh kesabaran selalu bersedia memberikan koreksi dan menceritakan kembali bahkan perasaan-perasaan yang terkadang hanya ia sendiri yang bisa mengertinya.

Semoga buku ini dapat menjadi berkat abadi. Semoga kita semua semakin mencintai Tuhan kita.

Desember 2014 Penulis

(8)
(9)

--Halaman ini dibiarkan kosong--

(10)
(11)

1

Hamil

Isteri saya positif hamil! Tadi sore kami ke dokter spesialis kandungan. Umur kehamilannya sudah 4 minggu 6 hari. Hamil? Sungguh bagi saya hal ini sangat tidak terduga. Selama ini kami berusaha untuk mencoba menunda kehamilan. Isteri saya masih harus menyelesaikan perkuliahan, sementara kami baru saja melangsungkan pesta dan resepsi pernikahan yang sangat melelahkan.

Maka, kami sama sekali tidak menduga bahwa keterlambatan haidnya isteri saya—Mira—adalah pertanda kehamilan. Pagi hari Mira mencoba test dengan menggunakan alat test kehamilan yang bisa didapatkan di apotik. Ternyata bergaris ganda. Kemungkinannya positif.

Tapi saya tidak yakin. Pulang kerja, saya sudah tidak sabar ingin memastikan keadaan Mira. Saya coba tidur, mata tetap tidak mampu terpejam. Maka sore hari, dengan hati yang tidak sabar kami pun bergegas ke dokter.

Saya tidak dapat melukiskan perasaan saya ketika dokter kemudian memulai pemeriksaan menggunakan Ultra Sonografi (USG). Dokter menggeser-geser alat tersebut berulangkali dan berkali-kali, berputar-putar di atas perut Mira yang sudah digosokkan semacam cream,

(12)

2

dan saya, yang sejak tadi berdiri mencoba mereka-reka apa yang sedang dilakukan oleh dokter. Saya perhatikan terus layar hitam dengan gambar berbentuk segitiga terbalik, bergantian, dengan wajah dan ekspresi dokternya.

Beberapa kali dokter mengetikkan huruf-huruf yang saya tidak mengerti.

Pemeriksaan kemudian selesai. Ketika isteri saya hendak bangkit dari tempat tidur, dokter tiba-tiba menyuruh mengulangi. Lalu dengan perlahan dia meminta supaya isteri saya mengulangi dengan cara yang diinstruksikan olehnya. “Kaki diturunkan dahulu, baru kemudian perlahan bangkit. Harus dibiasakan dari sekarang, supaya kehamilannya tidak terganggu,” katanya.

Antara mengerti dan tidak, saya hanya saling memandang dengan isteri. Puncaknya adalah ketika dokter kemudian mengucapkan bahwa isteri saya positif hamil. Ya, isteri saya hamil!

Saat itu, saya ingin sekali berteriak. Berteriak kegirangan. Padahal sebelumnya saya berencana untuk tidak memiliki anak dahulu. Tepatnya menanti sampai waktunya kami siap. Tetapi saya melupakan itu, ditutupi oleh rasa bahagia. Perasaan saya seperti terbalik seketika.

Saya merasakan perbedaan yang begitu besar. Kini saya merasakan kebahagiaan yang amat nyata.

Saat itu, saya tidak tahu hendak menyatakan apa, yang saya rasakan adalah saya akan punya bayi. Saya harus mempersiapkan kedatangannya. Dengan spontan dan penuh ketidaksabaran ingin bertanya sebanyak-banyaknya.

Saya seolah ingin dipuaskan oleh kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh dokter.

“Apa yang harus dimakan oleh isteri saya dokter”

“Apa yang tidak boleh dimakan oleh isteri saya dokter?’

“Apakah tadi semuanya berjalan normal dokter?”

(13)

3

“Kapan kami harus berkunjung kembali dokter?”

“Apa saja yang akan dialami isteri saya nanti dokter?”

“Bagaimana kalau isteri saya berjalan jauh, apa boleh dokter?”

Yang pasti, ada rasa yang meluap-luap dalam hati.

Saya tidak tahan untuk menyimpannya sendiri. Saya langsung kirimkan SMS ke banyak teman untuk menceritakan hal ini. Saya ingin mereka tahu bahwa saya sedang bersukacita. Saya ingin mereka merasakan betapa senangnya kami atas hal ini. Salah satu isi SMS yang masih saya simpan adalah, “Puji Tuhan, Mira hamil. Sudah 4 minggu lebih. Ini sukacita yang luar biasa dalam hidup kami.”

Sukacita atas pengalaman pertama membuat saya tidak tahan menyimpannya. Saya ingin menceritakan bahwa kami sangat berbahagia. Dan bahwa kami sedang menantikan datangnya bayi kami yang kini sudah hadir.

Saya ingin berbagi pada setiap orang bahwa saya adalah calon ayah, dan isteri saya adalah calon ibu. Saya bersukacita karena saya akan mendapatkan sesuatu yang baru. Ya, kami akan memperoleh bayi. Bayi pertama dalam hidup kami, bayi yang akan membuka pintu sukacita bagi kami orangtuanya.

Kehidupan Baru

Kehamilan adalah proses menghadirkan kehidupan baru. Dan kehidupan mulai dari sebuah peristiwa yang sangat unik. Bersatunya benih dari seorang laki-laki dengan istrinya memberikan kesempatan kepada hadirnya bibit seorang manusia. Bibit itu kemudian lama kelamaan berkembang dan menemukan bentuknya sebagai sesosok manusia.

(14)

4

Uniknya, seorang manusia hadir dalam sebuah bentuk awal yang amat kecil. Besarnya hanyalah sebesar tanda titik. Tetapi semuanya—setiap manusia yang kelak dilahirkan dengan seluruh kesempurnaannya—justru berasal dari yang amat kecil itu. Titik kecil itulah awal kehidupan.

Titik kecil itu bukan titik yang datang begitu saja.

Titik kecil adalah buah cinta manusia, secara khusus kami, orangtuanya. Ketika seorang manusia meninggalkan orangtuanya, maka kisah kehidupan pun berubah. Dulu ketika belum menikah, saya dan isteri saya, atau siapapun orang yang masih belum menikah, memiliki kehidupan sendiri-sendiri.

Sungguh berbeda ketika sudah menikah. Saya dan isteri saya harus memulai segala sesuatunya, belajar menyatukan perbedaan dan menjalani perbedaan itu sebagai sebuah dimensi tersendiri dari rencana Tuhan. Bagi kami, perbedaan adalah sebuah panorama indah dari cinta kasih yang ditanamkan Tuhan ke dalam diri kami.

Ketika kami bersama itulah, maka proses menghadirkan kehidupan baru pun dimulai. Isteri saya, di dalam dirinya, telah dikaruniai oleh Dia sebuah keajaiban lain bernama sel telur, sementara saya, di dalam diri saya, dikaruniai sebuah pasangan dari kehidupan yang ada pada isteri saya, bernama sel sperma. Kelak, secara medis, ketika keduanya “bertemu”, terjadilah yang disebut sebagai pembuahan.

Pembuahan ini terjadi secara ajaib. Bayangkan, ribuan sperma akan berlomba dalam sebuah upaya untuk mencoba mencapai sel telur. Normalnya, satu sperma yang terbaik akan menembus sel telur. Pertemuan inilah yang menghasilkan titik kecil tadi. Titik kecil yang terbentuk akibat bertemunya benih kedua manusia, kemudian mengalami konfigurasi yang ajaib. Materi-materi genetika

(15)

5

disusun segera dan saling dipertukarkan. Konsep cikal bakal seorang manusia dibentuk dengan kecepatan yang amat sulit diduga. Rupa manusia yang akan dilahirkan dibentuk. Kelahiran pun diputuskan segera sesudah titik kecil tadi dibentuk. Maka bisa dibayangkan betapa keajaiban kehidupan terjadi.

Maka, tangan yang merancang semuanya pastilah tangan yang sempurna sehingga Dia sudah mempersiapkan segala sesuatunya sedari awal dengan sempurna. Tangan- Nya yang ajaib telah menempatkan segala sesuatunya bagaikan berlangsung begitu saja, padahal dibaliknya terdapat sosok Sang Pencipta yang amat sempurna dalam apapun yang dikerjakan-Nya.

Tidak mudah untuk mengerti peristiwa munculnya kehidupan baru itu. Ilmu kedokteran yang semakin canggih menemukan bahwa titik kecil itu kemudian melakukan pembelahan diri secara terus menerus sehingga pada akhir bulan pertama, semakin lebih besar. Titik kecil itu kemudian berjalan terus ke arah rahim ibunya, untuk kemudian “ditanam” disana. Di sana, di rahim ibunya, dia akan semakin besar dan bertumbuh dalam situasi yang amat baik.

Perhatikan prosesnya. Titik kecil yang amat rentan tadi awalnya secara anatomis berada di antara tulang panggul ibunya. Tulang itulah yang kemudian melindungi cikal bakal bayi yang amat rentan itu. Apapun yang terjadi pada ibunya, dapat dipastikan bahwa titik kecil itu akan aman karena dilindungi oleh tulang yang amat kuat. Tetapi tidak selamanya ia akan di sana. Seiring dengan semakin besarnya, titik kecil tadi “dipindahkan” ke rahim, tempat yang juga sama amannya dengan saluran di antara panggul ibunya tadi.

Saya menggunakan kata “dipindahkan” untuk menunjukkan bahwa Tuhan ada di sana, di dalam seluruh

(16)

6

proses yang ajaib itu. Sembari memperhatikan gambar- gambar yang ditunjukkan oleh dokter, setiap kali selesai melakukan pemeriksaan kehamilan, saya merenungkan betapa ajaibnya perlindungan Tuhan pada yang dikasihi- Nya. Sejak awal kehidupan, manusia yang dibentuk oleh- Nya, diberikan tempat yang aman dan nyaman untuk berkembang. Tak dibiarkan-Nya jatuh dan gugur sebelum berkembang, namun dijadikan-Nya tubuh seorang manusia, ibunya, sebagai tempat yang menjadi saluran berkat-Nya kepada manusia “baru” yang akan lahir itu.

Kasih Semula

Dari sini kita masuk ke dalam pemahaman yang lebih mendalam. Adalah fakta bahwa kita jarang memahami makna kasih Tuhan. Namun “menonton” sebuah proses terjadinya pembuahan, dan kemudian bagaimana awal- awal kehidupan terjadi di depan mata, seperti saya yang menjalaninya, menimbulkan sensasi yang amat mengharukan mengenai hal itu.

Nyata benar bahwa Tuhan sudah mengasihi kita, persis ketika kita belum dibentuk. Bagaimana? Dia memilihkan pasangan orangtua untuk menjadi ayah dan ibu bagi manusia yang akan dilahirkan itu. Itu adalah fakta pertama. Pernikahan antara dua orang, berada di bawah otoritas dan kedaulatan-Nya. Dikatakan-Nya dalam Kejadian 2:24,

Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan menjadi satu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.

Dalam konsep pernikahan kristiani, pernikahan amatlah sakral. Manusia “meninggalkan” orangtuanya, lalu

(17)

7

berdua dengan pasangannya masing-masing membentuk sebuah mahligai rumah tangga. Semuanya terjadi karena Tuhan membentuk keluarga baru itu. Mereka meninggalkan perlindungan dari orangtuanya masing- masing, untuk kemudian masuk ke dalam hadirat-Nya, dan berlindung dalam kedaulatan dan perlindungan yang dibentuk oleh Tuhan sendiri, bagi mereka.

Saya masih ingat dengan jelas, ketika hamba Tuhan memberkati kami dalam pernikahan di dalam-Nya, saya seperti menyaksikan tangan Tuhan sendiri, mengutus kami untuk kini berdua, memberikan kepercayaan untuk membentuk bahtera baru kepada kami, dan melaksanakan amanah-Nya sebagai sebuah keluarga di tengah-tengah dunia ini.

Tidak mudah memahami pesan tak terhingga dalamnya ini di tengah-tengah berbagai kecamuk masalah di dalam pernikahan mereka yang mengaku pasangan Kristen sekalipun. Kebanyakan keluarga kini terasa hambar dan kehilangan arah, karena tidak memberikan kesempatan kepada diri masing-masing untuk merenungkan betapa dalam dan beratnya pesan untuk membentuk sebuah keluarga. Akhirnya, keluarga hanya sebagai tempat bermalam saja. Pernikahan hanyalah nama untuk dua orang yang saling memunggungi jika tidur, dan berdiam diri jika hendak makan. Banyak keluarga, bukan lagi menjadi tempat merenungkan kehadiran-Nya dan campur tangan-Nya dalam kehidupan keluarga itu.

Tetapi, pengalaman yang diberikan Tuhan pada kami amat membuat kami semakin memahami makna keluarga ini. Itulah kasih Tuhan kepada seorang anak manusia yang diijinkan dimiliki oleh keluarga bentukan- Nya. Dia telah mengasihi mereka yang akan datang ke dalam dunia, jauh sebelum mereka datang dan hadir dalam dunia ini, melalui kasih dan kepercayaan-Nya kepada

(18)

8

orangtua. Ia memberikan perlindungan yang amat kudus kepada anak yang akan dilahirkan, dengan memberikan dasar-dasar pembentukan keluarga kepada orangtua, sehingga kehadiran seorang bayi—manusia—memiliki makna yang lebih hakiki lagi. Anak yang akan dilahirkan dari sebuah keluarga, untuknya, Tuhan telah mempersiapkan sebuah keluarga yang dipilihkan Tuhan secara khusus, untuk menjadi orangtuanya.

Fakta kedua yang sama besarnya adalah bahwa kelak kemudian Tuhan mengasihi benih kasih itu dengan kasih yang sangat dalam. Dipilihkan-Nya waktu yang tepat untuk memiliki anak, tempat yang baik untuk dibesarkan, dan proses yang ajaib. Alangkah bahagianya menjadi manusia, sebab Tuhan, dengan segala kebaikan-Nya telah memberikan kesempurnaan di dalam seluruh proses itu. Ia, bergerak pada waktunya, tidak pernah terlambat atau tidak terlalu cepat dalam bekerja.

Saya banyak menemukan manusia yang kemudian menjadi kecewa dalam hidupnya. Masalah dan pergumulan menyebabkan mereka seolah tak lagi bisa mengharapkan Tuhan, katanya. Mereka menggugat Tuhan dan menyimpulkan bahwa Tuhan tidak adil. Mereka menyatakan bahwa Tuhan tak lagi kasih pada mereka.

Namun sebaiknya, seharusnya mereka sangat perlu berpaling kepada—dan melihat dengan mata batin yang terang—kehidupan mereka semula, ketika kehidupan mereka dimulai untuk pertama kalinya. Mereka perlu melihat betapa tinggi, dalam, panjang, jauh, dan lebarnya kasih Tuhan, persis ketika mereka belum berbentuk atau bahkan ketika masih berbentuk sebuah titik kecil.

Tangan kasih-Nya amatlah besar dan luar biasa sedari awal. Tangan itu terbukti telah menjaga setiap insan sehingga melewati masa paling sukar dalam proses pembentukannya. Ia mengasihi setiap cikal bakal manusia

(19)

9

sehingga dipertemukan-Nyalah benih kedua orangtuanya.

Dengan penuh kesabaran, Ia “menuntun” sel sperma sang ayah untuk mencari jalannya, dan kemudian bertemu dengan sel telur sang ibu. Dalam tangan-Nya yang penuh dengan kekuatan, Ia menjaga dan mengawal sehingga cikal bakal sang bayi dapat terus hidup dan “berjalan” perlahan- lahan menuju rahim ibunya, tempat untuk berkembang dengan leluasa. Di sana Ia menunjukkan jalan, sehingga cikal bakal sang bayi tidak kehilangan jejak sehingga hilang sebelum waktunya. Lalu dengan penuh kesabaran, Tuhan menata cikal bakal bayi itu sehingga memperoleh kehidupan yang baik, kesempurnaan pertumbuhan, dan akhirnya kehidupan sebagai manusia yang mandiri.

Itulah kasih Tuhan. Kasih yang diberikan-Nya kepada setiap manusia, setiap kita. Kasih yang rela membatasi diri-Nya sendiri sehingga dengan penuh welas asih Ia rela meninggalkan tahta-Nya, masuk ke dalam proses biologis, dan mengawal setiap kejadian dalam kehidupan anak yang kelak dilahirkan itu, sehingga sempurna dan tanpa kekurangan suatu apapun.

Asal Kehidupan

Sampai sekarang misteri asal mula kehidupan masih tak pernah dapat dipecahkan oleh manusia. Pertanyaan- pertanyaan besar mengenai kehidupan sangat sulit dimengerti oleh akal pikiran manusia. Bagaimana sebuah kehidupan bisa terjadi dan berlangsung?

Namun perdebatan dalam sejarah kehidupan manusia itu sebenarnya sudah dijawab di dalam kebenaran-Nya sendiri. Ketika menciptakan Adam dan Hawa, manusia pertama itu, Tuhan dengan penuh kebijakan dalam Kejadian 1:26 yang berkata,

(20)

10

Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita...

Tuhan sendiri menyatakan bahwa kehadiran manusia itu—apapun perdebatan yang coba dijawab oleh manusia—hanya dapat dimengerti dengan melihat Tuhan di balik penciptaan itu sendiri. Tuhan mengawali kehadiran manusia dengan menyatakan niatnya sendiri sebagai pemilik dunia. Dia mengumumkan sebuah rencana yang dibangun di atas kedaulatan-Nya sebagai pemilik kehidupan dan dilatarbelakangi oleh keberadaan-Nya sebagai Tuhan dan pencipta.

Atas hal itulah, maka Tuhan kemudian menciptakan manusia pertama, yang dalam bahasa penulis Kitab Kejadian kemudian ditutur dalam sebuah puisi pertama dalam sejarah hidup manusia yang dirangkai dengan manis nan indah. Dikatakan dalam Kejadian 1:27,

Maka Allah menciptakan manusia menurut gambar- Nya, menurut gambar Allah di ciptakan-Nya dia; laki- laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

Puisi yang indah dan penuh dengan keagungan itu tercipta persis ketika Tuhan menciptakan manusia, sebuah puncak dari penciptaan yang Dia lakukan dalam rancangan- Nya yang indah. Bahwa ternyata kemudian manusia diciptakan sebagai gambar dan rupa-Nya sendiri, penulis Kitab Kejadian menjadikannya sebagai sebuah kesaksian pertama, bagaimana wujud Allah hadir dalam ciptaan-Nya pada manusia. Ciptaan-ciptaan lainnya tidak seperti manusia, sebab manusia diciptakan menurut “gambar“

Allah. Gambar itu adalah gambar kemuliaan dan keagungan suci yang berasal dari diri-Nya sendiri.

Kita pasti dengan mudah amat takjub menyaksikan

(21)

11

keindahan langit. Kita melihat bagaimana keteraturan bintang-bintang yang ada dan betapa ajaibnya sehingga satu sama lain berada dalam orbitnya. Kita juga menyaksikan bagaimana indahnya ciptaan Tuhan di samudra yang luas. Semuanya amat mencengangkan dan menjadi sumber inspirasi pengetahuan seolah tak pernah ada batasnya.

Ada banyak tempat wisata yang mencengangkan keindahannya. Ada banyak emas dan permata yang menyilaukan kemewahan. Ada banyak kreasi yang membuat kita kagum.

Tetapi ketika kita menyaksikan manusia, kita menyaksikan sebuah perbedaan yang jauh-jauh berbeda.

Manusia dengan segala keajaibannya tidak bisa disamakan dengan semuanya itu. Hanya di dalam manusialah kita melihat kehadiran sesosok imaji yang luar biasa! Manusia diciptakan bukan hanya oleh kekuatan imajinasi dari Sang Pencipta, namun lebih karena manusia adalah gambar dan rupa-Nya sendiri. Dan sebab itulah Ia menamai ciptaan-Nya itu manusia! Maka karena itulah ada pujian bagi Tuhan atas karya-Nya.

Anugerah Terindah

Memang memiliki anak, pastilah dambaan setiap orangtua. Saya bisa merasakan kekecewaan setiap orangtua yang pada mereka Tuhan belum memberikan kesempatan untuk memiliki momongan. Beberapa kali bertemu dengan sahabat dan kenalan yang belum dikaruniai anak, yang menanyakan apakah sudah berkeluarga, dan kemudian ketika diteruskan dengan pertanyaan apakah sudah memiliki anak, rasanya ada percikan kesedihan manakala setiap pertanyaan tersebut saya jawab dengan mengatakan “sudah”. Saya bisa

(22)

12

menangkap ada kekosongan hidup dan menyentuh sisi manusiawi yang berhubungan dengan nilai hidup. Bayang- bayang kekecewaan tergurat dengan jelas di wajah dan ekspresi hubungan komunikasi dengan mereka.

Sistem komunitas kita memang memandang bahwa derajat yang lebih tinggi dan pantas, ada pada mereka yang sudah berkeluarga, dan yang kemudian sudah memiliki anak. Saya berada dalam komunitas yang bahkan amat menjunjung tinggi nilai anak terutama anak laki-laki. Saya menyadari ada tekanan yang amat sangat pada mereka yang masih belum memiliki kesempatan yang sama dengan kami.

Namun saya tidak ingin menghibur. Saya ingin menunjukkan bahwa persoalan tidak sebatas itu. Saya justu ingin melihatnya dengan cara yang berimbang dan dalam terang kebenaran Tuhan. Setelah memeriksa kebenaran firman-Nya, faktanya yang muncul berulangkali dan secara terus menerus adalah, bahwa baik memiliki maupun tidak memiliki anak, bagi kita, hidup adalah tetap bagi Tuhan.

Sama seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, dalam tulisannya ia menyampaikan bahwa baik mati, maupun hidup, semuanya untuk Kristus.

Saya melihat terkadang banyak orang menghabiskan seluruh energi, termasuk harapannya, untuk mendapatkan anak. Saya sangat setuju jika semuanya dilakukan dengan tetap berpedoman pada kebenaran-Nya bahwa hidup, termasuk memiliki anak, berasal dari Tuhan. Akan tetapi, tidak mudah membedakan bagaimana mencari jalan untuk memperoleh anak antara mengandalkan Tuhan dengan mengandalkan cara manusia. Namun pada hasilnya kelak kita akan menyaksikan perbedaannya, yaitu apakah Tuhan dipuji dan dimuliakan ketika sesuatu terjadi, baik ternyata berhasil memiliki anak, ataupun tidak. Buat apa kita memiliki anak, bila kemudian yang terjadi adalah

(23)

13

pengingkaran terhadap Tuhan? Buat apa memiliki anak, jika kemudian yang muncul adalah kemegahan dan pujian terhadap kemajuan teknologi manusia?

Kisah bagaimana asal mula kehidupan terbentuk dengan amat ajaib sungguh menyadarkan kita bahwa anak tidak dapat diciptakan oleh manusia. Hanya Tuhan, dan bukan yang lain, karena hanya Tuhan sendirilah yang mampu menciptakan manusia dengan seluruh keberadaannya, dari sebuah titik kecil.

Dalam bagian itulah, Paulus amat tepat menyatakan kebenaran mutlak bahwa anak bukanlah segalanya, meskipun itu adalah anugerah terindah dalam hidup orangtua. Kebahagiaan memiliki anak jelas tidak dapat ditukar dengan apapun itu, namun bukan berarti bahwa yang memiliki anak tidak berbahagia. Dalam hidup Paulus, dia tidak memiliki anak. Namun bukan berarti sukacita tidak ada dalam hidupnya. Paulus bahkan menyatakan kepada jemaat di Filipi untuk bersukacita senantiasa (Filipi 4:4). Paulus yang tidak pernah bersukacita karena anak, justru mengajarkan sukacita kepada orang lain.

Karena itu, pasangan orangtua dalam sebuah keluarga, yang tidak memiliki anak tetap memiliki kebahagiaan karena mereka tetap bersukacita di dalam- Nya meskipun tanpa berkat yang terlihat, yaitu anak.

Mereka mampu tetap memandang ke surga tanpa harus menyatakan syukur atas anak yang diberikan oleh-Nya.

Mereka tetap bersukacita karena mempertahankan iman kepada-Nya ternyata tidak bergantung kepada pemberian- Nya, yang salah satunya adalah anak. Mereka ternyata berhasil dalam keberadaan dirinya masing-masing, sebab Tuhan telah memenuhi sukacita di dalam mereka sendiri.

Ketiadaan anak, bahkan memberikan kesempatan untuk lebih baik lagi mengasihi. Anak adalah benih cinta yang menjadi tujuan cinta. Karena meski pun anak tidak

(24)

14

mereka miliki, keduanya seharusnya pasti bersukacita karena tetap bisa menyalurkan cinta mereka kepada masing-masingnya.

Bagi yang memiliki anak, sukacita utama seharusnya bukan karena memiliki anak. Namun pada kepercayaan yang dari Tuhan untuk merawat dan membesarkannya.

Anak, bukan anugerah yang diberikan begitu saja, namun menjadi alat untuk menunjukkan bahwa Tuhan Allah hadir dalam sebuah keluarga, dan bahwa keluarga tersebut menerima amanah dan mandat dari Tuhan untuk membesarkan dan memelihara ciptaan Tuhan itu.

Selayaknyalah bagi mereka yang diberikan kesempatan untuk menikmati anugerah dari Tuhan, ada kesaksian yang hidup, yang bergema dari setiap sudut untuk menyatakan kemuliaan Tuhan.

Anak, adalah karya agung Tuhan kepada setiap orangtua. Lebih dari alam semesta yang diciptakan “hanya”

dengan firman-Nya, anak adalah citra kemuliaan Tuhan sendiri. Dalam Mazmur 19:2-5, ada pujian terhadap Tuhan,

Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya;

hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.

Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.

Dijadikannya seorang anak dalam kandungan bukanlah sebuah peristiwa biasa. Namun, itu adalah peristiwa luar biasa, yang menyatakan sebuah kedahsyatan Tuhan, yaitu bahwa Ia ada dan bekerja di dalam hidup manusia. Tuhan Allah adalah Allah yang selalu menyatakan diri sebagai Tuhan dalam kehidupan ini. Ia adalah pemilik

(25)

15

kehidupan sehingga dapat menciptakan kehidupan seorang bayi dalam kehidupan orangtuanya. Dalam hidup ada kehidupan yang diciptakan oleh Dia.

Citra makna inilah yang kemudian disampaikan oleh Paulus kepada jemaat Tuhan di Roma ketika menyatakan mengenai penyampaian Kabar Baik dari Tuhan. Bahwa pekerjaan pemberitaan Kabar Baik adalah sebuah berita yang disampaikan dengan perlahan, hampir tidak bersuara, namun bergema sampai ke ujung bumi. Demikian juga dengan berita hadirnya sebuah kehidupan dalam dunia, itu adalah “kabar baik”, yang hendaknya tidak hanya menggemakan perubahan keadaan dari tidak memiliki menjadi memiliki, namun menggempitakan betapa baiknya Tuhan sehingga tetap berdaulat dan berkarya dalam kehidupan manusia.

(26)

16

Perkembangan

Bulan pertama kehamilan adalah bulan yang sangat menentukan. Sebab pada saat itu, seluruh komponen pembentuk seorang manusia dewasa sudah mulai dibentuk dasar-dasarnya. Segera setelah menempel di rahim ibunya, cikal bakal bayi segera berubah menjadi bentuk-bentukan mungil yang nantinya akan terus berkembang menjadi organ yang lebih siap untuk mandiri.

Dalam tubuh seukuran hanya seruas jari manusia dewasa itu, semua proses metabolisme sudah dimulai. Cikal bakal jantung, otak, ruas tulang belakang, organ-organ utama, semuanya dirancang. Bentuk awalnya memang aneh, tetapi amat mengagumkan. Bayangkan, dari sebuah titik kecil tadi, terjadi pembelahan yang berlangsung cepat, sehingga tak satupun yang terlupakan. Masing-masing sel bergerak seolah sudah mengetahui hendak berbuat apa.

Sempurna! Itulah komentar saya ketika menyaksikan bagaimana rupa si kecil dalam bentuknya yang paling sederhana. Seperti segumpal daging saja, namun di dalamnya terdapat sebuah bayangan tentang sesosok manusia. Mungil dan lucu. Tetapi sangat mengagumkan.

Dalam hati, muncul rasa takjub atas luar biasanya

(27)

17

tangan Tuhan merancang itu semua. Siapa bilang kita bukan makhluk yang paling mulia dan sempurna? Untuk kebutuhan membentuk satu ruas jari saja kelak, Tuhan menyediakan jutaan sel yang akan membuatnya menjadi berbentuk seperti demikian.

Bayangkan Tuhan sebagai seorang pemimpin proyek pembangunan tubuh mungil itu. Dengan kemampuan yang amat luar biasa, Dia memberikan kekuatan kepada setiap “pekerja” untuk menyelesaikan tugas di bawah kendali-Nya. Sel demi sel dipimpinnya supaya masing-masing tidak salah letak. Sel demi sel diatur-Nya sehingga satu sama lain tidak saling mendahului. Semua bekerja dengan penuh kegairahan, sama seperti Tuhan dengan ambisi yang amat kuat ingin menciptakan sosok manusia yang dikasihi-Nya dengan amat sangat itu. Bayangkan seluruh pekerjaan itu, dilakukan dengan penuh semangat, berlangsung dengan diam-diam, di dalam tubuh ibunya. Dalam hati-Nya Tuhan, ada rasa menggelora untuk melakukan pekerjaan indah itu.

Isteri saya, sebagaimana sudah saya sampaikan di awal, bahkan tidak merasakan kehamilannya, sampai kemudian sebulan berlalu. Padahal, di dalam tubuhnya, di dalam lapisan yang amat tipis di bawah kulit tubuhnya sendiri, tangan Tuhan sedang bekerja, menggerakkan seluruh kekuatan yang ada dalam diri istri saya dengan sangat dahsyatnya. Tuhan menggunakan seluruh keberadaan tubuh isteri saya, untuk menyusun bagian demi bagian bayi kami. Tuhan, tanpa harus perlu memberitahu kami, telah bekerja dengan penuh semangat, siang dan malam, waktu demi waktu, setiap detik, untuk memberikan yang terbaik kepada kami. Ia “mendirikan” pekerjaan tangan-Nya sebagai seorang maestro yang ingin menghasilkan sebuah karya agung—masterpiece—yang amat ajaib. Semuanya dipersembahkan kepada kami, kedua

(28)

18

orangtua sang anak kelak. Ia ingin memberikan sebuah hadiah paling indah yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Sebuah hadiah dari surga.

Saya tidak tahu hendak membayangkan seperti apa, ketika saya merenungkan hal ini. Tuhan memberikan apa yang terbaik bagi kami, karena Ia mempersiapkan-Nya dengan sungguh amat sempurna dan luar biasa.

Mazmur 139:13-16 menyampaikan hal itu kepada kita,

Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.

Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadian yang dasyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

Tuhan tidak melupakan satu bagian pun dari tubuh bayi kami. Dari dalam kandungan, Ia menyusun semuanya satu demi satu, bukan “hanya” karena Ia sudah terbiasa melakukannya pada sekian banyak manusia lainnya, tetapi karena Ia selalu ingin memberikan yang terbaik kepada setiap orang sehingga menghasilkan keunikannya masing- masing. Bayi demi bayi yang Ia ciptakan, termasuk bayi kami adalah buah terbaik karya-Nya, yang dicintai dengan sepenuh hati oleh-Nya.

Sebulan pertama adalah masa paling penting.

Karena setelah mencapai masa 30 hari itu, sosok kecil yang terlihat lucu itu, sebenarnya kini telah menunjukkan kemandiriannya, sebagaimana tubuh manusia dewasa.

(29)

19

Metabolisme awal sudah berjalan. Dan sang bayi telah mampu menopang kebutuhannya sendiri sebagai seorang manusia dengan fungsi serta bentuk yang masih sederhana.

Polesan Tuhan

Ketika itu, wajah manusia ciptaan-Nya, masih jauh dari sempurna. Setelah berkembang beberapa waktu lamanya, bayi itu amat lucu. Tampaknya jauh dari bentuk manusia. Sungguh amat lucu melihatnya. Namun setelah proses yang menakjubkan dalam proses pembuahan, pembenahan terus menerus dilakukan oleh-Nya.

Pada periode selanjutnya, Tuhan “bekerja” dengan lebih cepat lagi. Ia menggunakan seluruh energi-Nya untuk melakukan pekerjaan yang semakin rumit itu. Setelah lebih dahulu membentuk bagian kepala yang berisikan otak dan tulang belakang, proses pembentukan menyentuh bagian tangan dan kaki. Bagian ini penting. Bagi manusia, otak dan tulang belakang adalah sebuah bagian utama, penunjang kehidupan manusia. Dengan amat hati-hati, Tuhan merangkai setiap syaraf sehingga sel-sel yang kemudian amat sensitif itu berlipat ganda banyaknya, membentuk pusat pengendali yang lebih rumit.

Bayi mungil itu, di penghujung usianya yang keempat, sudah mulai memperlihatkan seraut wajah.

Tuhan melengkapi bayi kami dengan berbagai otot pembentuk wajah sehingga ada kesan sebagai wajah manusia. Cikal bakal tangan dan kaki juga sudah bisa digerakkan.

Gerakan-gerakannya tak lagi berlangsung secara refleksi, namun sudah memperlihatkan kemauannya sendiri. Ia sudah terbiasa berenang-renang dalam air ketuban ibunya dan jika kita memperhatikan dengan baik, ia mulai menunjukkan wajahnya yang sebenarnya. Ya,

(30)

20

wajah yang mencerminkan dirinya kelak ketika hendak dilahirkan. Tuhan sudah menambahkan kepadanya mata, hidung, pipi, dan bibir. Tak lupa Tuhan menambahkan otot wajah yang sangat elastis, sehingga ia kelak bisa menyatakan dirinya hanya dengan ekspresi. Kelak, dengan otot itu, Ia bisa menyatakan apakah Ia sedang bersukacita atau sedang berduka.

Di akhir bulan ketujuh, Tuhan menambahkan jaringan lemak di tubuh bayi kami. Bayi kecil itu kini lebih sempurna. Jenis kelaminnya sudah terlihat dengan baik.

Tuhan memberikan kemampuan untuk mendengarkan suara yang berada “di luar“ dirinya. Bayi kami bahkan bisa merespon panggilan yang dinyatakan kepadanya. Cahaya matahari yang datang menyorotinya juga sudah bisa ditanggapi dengan membuka atau menutup kelopak matanya. Susunan syarafnya juga semakin dilengkapi oleh Tuhan. Masing-masing bagiannya diikat oleh Tuhan sehingga kuat dan dapat menyalurkan sensori antar bagian.

Di penghujung bulan kesembilan, pekerjaan Tuhan sudah rampung. Bayangkan perbedaannya. Sembilan bulan lalu, ia, bayi itu, masih sesosok sel yang amat kecil. Lalu kemudian membentuk diri menjadi sebuah titik. Tetapi kini ia sudah berukuran lebih panjang dan dengan berat yang memadai. Tuhan menambahkan semuanya secara lengkap.

Seluruh organ yang dipersiapkan untuk menopang hidupnya kelak sudah dalam taraf akhir. Bayi itu kini benar-benar manusia!

Sebelum waktu bersalin, dokter semakin intensif memeriksakan kandungan isteri saya. Saya, terus terang, juga mulai sedikit resah dan cemas, memikirkan apa yang akan terjadi dalam proses persalinan nantinya. Namun saya menguatkan diri. Saya percaya jika Tuhan yang bekerja adalah Tuhan yang bekerja dari awal sampai akhir. Ia sudah memulai pekerjaan yang baik dan Ia sendiri, ya tangan-Nya

(31)

21

sendirilah yang akan menuntaskannya.

Tuhan memang arsitek yang sungguh luar biasa.

Setiap manusia memiliki bayi yang dilahirkan tidak pernah sama dengan bayi lainnya. Tuhan selalu memberikan perbedaan yang amat unik, sehingga tak satu pun manusia pernah hidup sama dengan manusia yang pernah ada atau yang akan ada.

Sidik jari setiap manusia tidak ada yang sama.

Temperamennya juga tidak ada yang sama. Ia ciptakan seseorang dengan tipe sanguin untuk membuat dunia ini ceria karena kehadirannya. Ia ciptakan seorang dengan tipe kholerik untuk membangkitkan dunia ini sehingga berarah.

Ia ciptakan seseorang dengan tipe melankholik sehingga dunia memiliki manusia pembuat keindahan. Dan Ia ciptakan seorang dengan tipe plegmatik supaya dunia bekerja dengan penuh kesabaran.

Semuanya itu berbeda satu sama lain. Dan semuanya itu Tuhan ciptakan supaya kita belajar mengenai apa artinya berbeda. Bandingkan apa jadinya dunia ini jika semua orang serba sama; sama dalam sifatnya, dalam temperamennya, dalam semua hal. Pastilah dunia ini akan kehilangan keindahan karena tidak memiliki keinginan untuk belajar mengenai orang lain.

Jelas bukanlah sebuah proses kebetulan belaka jika Tuhan memang menciptakan manusia dalam keadaan yang berbeda-beda. Ia merancang bahwa manusia harus belajar perbedaan karena dari perbedaan itulah manusia belajar bersyukur pada-Nya. Manusia jadi tahu bahwa Tuhan yang Empunya dirinya adalah Tuhan yang kaya, Tuhan yang menciptakan warna-warni tidak sekedar merah, kuning, dan hijau, namun dengan jutaan pernak-pernik yang memancarkan keindahan. Sungguh alangkah indahnya dunia ini ketika kita menyaksikan ada saudara kita yang berkulit hitam, dan ada pula yang berkulit putih. Kita bisa

(32)

22

menyaksikan betapa kayanya Dia ketika Dia menciptakan orang tinggi dan orang yang pendek. Tuhan juga menunjukkan kekayaan tangan-Nya sehingga Ia menciptakan setiap orang dengan ukuran yang berbeda- beda, bahkan jumlah rambut yang tidak sama.

Ketika Tuhan menunjukkan kepada Abraham mengenai keturunannya akan sebanyak bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, itu bukan hanya pada sebatas jumlahnya saja, namun juga sebanyak itu pulalah perbedaan yang diperbuat Tuhan atas keturunan Abraham.

Dan lagipula, dengan adanya berbagai perbedaan, manusia bisa belajar banyak dari sesamanya, tanpa harus memaksa dirinya sendiri untuk mengerti. Banyak mengenal sesama, menjadikan kita semakin banyak mengenali sesuatu yang belum kita miliki. Bayangkan saja bagaimana bunyi sebuah konser jika hanya diisi dengan suara gitar saja. Rasanya akan hambar. Rasanya seperti tidak ada yang perlu dinikmati. Namun suasana akan sangat berbeda, ketika konser diisi oleh seluruh alat musik. Keindahan akan nyata karena Tuhan menciptakan perbedaan.

Akan tetapi, banyak kita merasa bahwa konflik dengan orang lain menyakiti kita. Kita menuntut mereka untuk mengenal kita dan memaksa mereka untuk mengenal kita. Tetapi seharusnya yang lebih tepat adalah kita beruntung bahwa ada orang yang berbeda dari kita. Karena mereka berbeda dari kita maka kita belajar perbedaan itu untuk membuat kita lebih baik lagi.

Pengenalan Tuhan

Namun yang kita tahu adalah bahwa dari semua kerumitan itu, Tuhan sungguh mengenal setiap ciptaan-Nya sendiri. Ia mengenal benar bahwa yang seseorang itu dibentuk seperti demikian, sementara yang lain dengan

(33)

23

cara yang berbeda. Maka Tuhan pastilah mengenal setiap kita dengan baik. Ia mengenal dan menandai kita dengan cara-Nya sendiri yang amat luar biasa.

Melihat cara Tuhan merangkai setiap kita, saya teringat dengan apa yang tertulis mengenai hal ini dalam Mazmur 50:11

Aku kenal segala burung di udara, dan apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasa-Ku

Burung di udara, yang bergerak dengan keriuhan dan keramaian, dikenal Tuhan dengan baik. Itu adalah ciptaan yang merupakan milik-Nya sendiri. Tak terhingga banyaknya dari setiap jenisnya. Tetapi apa kata Tuhan? Dia berkata bahwa Ia mengenal semuanya itu. Ia mengenali burung-burung itu satu per satu!

Apalagi kita, yang dijalin oleh tangan-Nya, pastilah sangat lekat dihati-Nya. Ungkapan yang sama pernah disampaikan oleh Tuhan Yesus ketika Ia menegur mereka yang lemah hatinya karena kuatir akan hidupnya. Tuhan menyatakannya dalam Matius 6:26,

Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di surga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?

Tak jarang Tuhan memang menggunakan metafora untuk memperlihatkan kepada kita sesuatu hal. Ia meminta kita untuk belajar dari dunia ini, memandang burung- burung di udara sebagai contoh untuk menjelaskan bahwa kita melebihi mereka. Burung yang terbang di udara adalah ciptaan Tuhan yang hidup tanpa memikirkan hidupnya.

Kita, justru harus lebih baik lagi dalam hidup. Karena kita

(34)

24

adalah karya tangan-Nya sendiri, maka seharusnya kita tidak perlu kuatir dengan hidup. Kita tidak sepantasnya kuatir karena tangan yang membentuk kita tidak pernah melepaskan diri dari kita. Sekali lagi, Ia sangat mengenal kita dan apa yang kita alami.

Setiap kali kami berbicara dan merenungkan hal ini, saya dan isteri saya semakin takjub ketika mendoakan bayi kami. Kami sungguh semakin tenggelam ke dalam kepasrahan ketika berdoa mengenai bayi kami, karena kami menyadari betapa terbatasnya kami dalam menyampaikan harapan dibandingkan dengan Tuhan yang mengenal dia dengan sangat dalam.

Mungkin banyak di antara kita harus diberikan kekuatan mengenai hal ini. Banyak di antara kita ketika berhadapan dengan pergumulan menyangka bahwa Tuhan tidak mengerti kita. Kita sering menggugat bahwa tangan- Nya tidak turun di saat kita membutuhkan. Namun, dengan jelas kita seharusnya menyadari bahwa Ia mengenal kita sampai ke setiap butir sel darah kita sekalipun! Bayangkan betapa indahnya ketika Ia berkata dalam Matius 10:29-30,

Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit?

Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya

Apa arti semuanya itu? Apa artinya bahwa jika burung di udara pun jatuh Tuhan mengenalnya apalagi kita yang rambutnya terhitung semuanya? Sungguh Tuhan begitu baik. Peristiwa kehamilan isteri saya membuka mata kami—dan kita semua—bahwa Tuhan mengenal kita dengan luar biasanya, sejak dari kita hanya sebuah ”titik”.

Apapun yang terjadi pada kita, Ia mengetahuinya. Proses pembentukan bayi kami oleh Tuhan semakin menguatkan

(35)

25

kami bahwa Tuhan memang mengenal kami dengan baik.

Nafas Hidup

Salah satu pertanyaan yang tetap sulit untuk dimengerti adalah bagaimana kehidupan itu hadir di dalam tubuh kecil sang bayi itu? Saya percaya bahwa sejak pembuahan terjadi, “materi” kehidupan sudah bekerja sehingga pada saat itulah “nafas” hidup bekerja dengan aktif. Karena sejak pembuahan terjadi, maka seluruh elemen yang bekerja kemudian bertujuan untuk satu hal:

merancang sesosok makhluk bernama manusia.

Tuhan meniupkan nafas hidup kepada daging mungil itu sejak Ia menyatukan kedua benih kami. Sejak saat itu, bahkan sel kecil berupa titik, sudah layak disebut sebagai manusia. Ia—yang bagi banyak orang, hanya sebuah sel belaka—adalah ciptaan yang ajaib. Di dalam sel itulah tersimpan seluruhnya rencana yang akan terjadi pada bayi itu. Sel yang amat sederhana itu, menyimpan

“peta” diri dari bayi yang akan dibentuk.

Figuratif bagaimana Tuhan memberikan kehidupan kepada manusia, termasuk bayi kami, ditunjukkan oleh Tuhan ketika membentuk manusia pertama. Dikatakan dalam Kejadian 2:7,

Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

Semua manusia memiliki nafas hidup dari Tuhan.

Manusia berbeda dengan binatang karena hanya manusialah yang memiliki nafas hidup. Nafas hidup itulah yang membuat manusia menjadi “manusia” sesungguhnya.

(36)

26

Itulah pula yang menyebabkan manusia memiliki hubungan yang unik dengan Tuhan penciptanya dan yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya, pada awalnya.

Niat Allah semula adalah menjadikan ciptaan-Nya itu sebagai ciptaan yang mengenal dan mengerti mengenai maksud Allah. Hubungan ini terjalin dengan hembusan nafas hidup yang Tuhan telah berikan ke dalam setiap manusia.

Dengan nafas hidup dari Tuhan, ada sebuah saluran yang menjadikan manusia dan Tuhan bisa bersama-sama.

Nafas hidup dari Tuhan memberikan kesempatan kepada manusia untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Tuhan memang sungguh unik. Kepada ciptaan-Nya sendiri, Ia memberikan jalan untuk menyatakan diri; dan demikian juga sebaliknya, manusia bisa mengenal Tuhan dengan nafas hidup itu. Nafas hidup, menyatukan Tuhan Allah yang adalah Pencipta alam semesta, dengan manusia yang hanya ciptaan.

Betapa membahagiakannya jika mengetahui bahwa Tuhan sendiri sudah menjalin komunikasi dengan manusia sejak masih berada dalam kandungan. Ia memberikan nafas hidup itu, sebagai penanda genetik yang amat unik dan tak tergantikan oleh apapun bahwa manusia adalah ciptaan- Nya. Ia memberikan manusia nafas hidup sejak dari kandungan, bahkan sejak dari satu sel, sebagai bukti bahwa Ia ada dan manusia ada karena Ia sendiri.

(37)

27

Sensasi

Bulan-bulan awal kehamilan isteri saya, kami tidak merasakan tanda-tanda adanya kehidupan lain yang baru muncul. Namun seiring dengan berlanjutnya kehamilan, tanda-tanda kehidupan muncul dan menimbulkan kegairahan pada kami untuk menikmatinya.

Awalnya hanyalah gerakan-gerakan halus yang hanya bisa dirasakan oleh isteri saya. Gerakan-gerakan yang menandakan hadirnya bayi mungil dengan kehidupan baru itu menimbulkan sensasi yang sukar dilukiskan.

Seiring dengan perkembangan usianya, gerakannya tidak lagi halus, tetapi sudah terlihat bergerak di permukaan tubuh isteri saya. Gerakan-gerakan itu tampak kuat dan terkadang memberikan hentakan-hentakan. Kami melihatnya terkadang dipenuhi oleh perasaan yang bersuka, meskipun terkadang isteri saya harus menahan rasa tidak enak tertentu.

Sang bayi sudah belajar menjadi manusia biasa.

Ketika memasuki bulan ketiga, dalam ukuran yang tidak lebih dari 5-6 cm itu, si mungil sudah memperlihatkan keceriaannya. Dia berayun-ayun dalam cairan air ketuban di dalam perut ibunya. Dalam waktu tertentu, ia terkadang menendang di sebelah atas. Lalu di saat berikutnya sudah

(38)

28

menendang di tempat lain. Gerakan-gerakan salto pun dilakukannya dengan amat mudah.

Sang bayi dengan segala kemampuannya yang masih sangat terbatas itu pastilah sedang berbicara kepada kami bahwa ia telah ada. Tuhan telah memberikan kehidupan ke dalam dirinya sehingga mampu bergerak dan menimbulkan tanda-tanda kehidupan di dalam rahim ibunya. Ia seolah turut merayakan sukacita yang telah diberikan Tuhan kepada-Nya atas nafas hidup, kelengkapan dan kelak keberadaannya sebagai manusia.

Dari luar, kami menyaksikan semua gerakan- gerakan itu dengan takjub. Terkadang isteri saya memperlihatkan rasa senang sehingga memanggil saya untuk mencoba meraba dan menyentuh perutnya. Bagi kami, inilah jalinan cinta kasih yang menyatu. Ketika tangan saya dipegang oleh ibunya, kemudian diletakkan di atas perut yang berisi bayi kami, saya membayangkan dia yang berada di dalam juga menyentuh tempat yang sama, dari balik dinding tempatnya berada untuk menyatakan bahwa dia pun sedang belajar mengenal kami, orangtuanya. Ketika ketiga tangan kami bertemu, saya membayangkan, inilah hadiah terindah yang Tuhan berikan dan tunjukkan kepada kami. Ia menyatukan kami bertiga, saya, isteri saya, dan anak kami itu kelak, dalam sebuah kasih sayang yang mustahil didapatkan dari dunia yang penuh dengan kepura-puraan. Tetapi di dalam-Nya, saya merasakan bagaimana Ia selalu menyatukan hati kami dalam ikatan yang sempurna.

Menyatukan sifat dengan temperamen yang berbeda adalah pergumulan saya dengan isteri, ketika kami pertama sekali menikah. Namun saya selalu menggunakan setiap kali kesempatan untuk terus menerus belajar mengenai siapa dirinya, dan demikian juga sebaliknya. Berbagai perbedaan terkadang menghasilkan benturan, tetapi yang

(39)

29

paling penting kelihatannya adalah bagaimana menjadikannya menjadi lebih baik.

Saya membayangkan, andaikan saja setiap keluarga memiliki niat untuk saling belajar, maka berbagai ketegangan dalam keluarga pastilah mudah diterobos. Saya pernah menyaksikan bagaimana sebuah keluarga selalu dipenuhi oleh tuntutan. Suami menuntut isteri berlaku suatu hal. Isteri menuntut suami berlaku suatu hal. Kalau itu yang terjadi, maka niscayalah tidak ada kedamaian.

Rumah tangga demikian hanyalah akan diisi dengan keramaian pertengkaran dan egoisme satu sama lain.

Dalam rumah tangga, amatlah manusiawi untuk selalu mengembangkan keterbukaan. Saya selalu mengajak isteri untuk berbicara mengenai masa depan keluarga, bahkan anak-anak kelak. Saya amat mengerti bahwa tidak ada teman terdekat yang dipercayakan kepada saya selain dia yang diberkati oleh Tuhan menjadi pendamping saya, dan demikian juga sebaliknya. Karena itu yang terjadi, maka sukacita dalam rumah tangga akan mewujud dengan sendirinya.

Demikian juga sejak isteri saya hamil. Saya selalu mengajaknya untuk bercerita mengenai kehidupan kami, dan kehidupan anak kami kelak. Ada peralihan topik pembicaraan sekarang. Kalau dulu sebelum mempersiapkan diri menyambut datangnya anak, maka setiap pembicaraan selalu berarah kepada kami berdua.

Pada kisah kasih di antara kami. Tetapi kini situasinya sudah berbeda. Kini kami mulai belajar berbicara mengenai anak.

Inilah pelajaran penting bagi kami, pasangan baru yang dikaruniai anak oleh Tuhan. Kami semakin menyadari bahwa menjadi orangtua ternyata tidak mudah. Salah satu alasannya adalah karena kami harus belajar meninggalkan keinginan dan kepentingan kami sendiri, lalu belajar

(40)

30

tentang dia, si mungil kecil kami.

Kesabaran

Sejak hamil, isteri saya berubah secara fisik.

Bobotnya naik setiap bulannya, menandai bertambah beratnya bayi kami. Pertambahan itu berasal dari semakin berkembangnya proses kehamilannya.

Secara fisik, terdapat perubahan-perubahan yang nyata. Di awal kehamilan, perubahan memang tidak kentara. Perubahan yang paling jelas hanyalah rasa mual dan muntah yang datangnya hampir setiap sore. Isteri saya terkadang ingin makan makanan tetapi apa daya setiap kali hendak makan, seketika isteri saya harus mengeluarkannya kembali.

Fenomena yang amat alamiah itu berjalan sampai usia bayi kami sekitar 3 bulan. Di saat-saat seperti itu, saya sebagai suami memang hanya bisa menghibur.

Bagaimanapun, dalam keadaan demikian isteri saya tidak dapat mengharapkan pertolongan dari siapapun untuk meringankannya.

Hanya yang kadang menghibur hati isteri saya adalah bahwa setiap kali ia muntah atau merasa mual, saya akan mengatakan padanya bahwa bayi kami sedang berbicara dengan caranya sendiri bahwa ia ada di tubuh isteri saya. Bayi kami sedang berbicara pada ibunya, hibur saya. Memang hal itu wajar. Meski bayi kami adalah cikal bakal manusia yang keberadaannya tidak berbeda dengan kami, tubuh isteri saya pastilah merasakan “keganjilan”.

Sesuatu yang berbeda dirasakan oleh tubuh isteri saya sehingga kemudian menghasilkan hal-hal tadi.

Tetapi itu tidak lama. Yang lain adalah bahwa di bulan-bulan berikutnya, bayi kami membutuhkan lebih besar lagi tempat, sehingga terkadang menekan dan

(41)

31

menyesakkan isteri saya. Bagi setiap perempuan hamil, bentuk badan yang semakin membesar terkadang harus membuatnya semakin terbatas.

Terkadang saya berpikir, alangkah lamanya ketertekanan seperti itu. Bayangkan. Sembilan bulan lamanya, ia, isteri saya, harus menjadikan diri sebagai alat penyangga kehidupan bagi bayi kami. Isteri saya memiliki plasenta yang menopang hidup bayi kami, yang terbentuk dari pertemuan kasih kami. Melalui plasenta itulah, aliran darah dari anak kami mengirimkan udara kotor untuk dibersihkan dalam darah ibunya, dan aliran makanan dari ibu mengalir kepadanya.

Tetapi inilah kesabaran itu. Isteri saya harus rela membatasi diri sehingga tidak lagi sembarangan dalam beraktifitas. Dalam memilih makanan, kami juga harus berhati-hati supaya tidak menimbulkan masalah pada kehamilannya. Semuanya harus dijaga benar—sering sekali dokter mengingatkan kami—supaya kami bisa memberikan yang terbaik bagi bayi kami.

Kami harus bersabar melakukan semua proses itu.

Sebab hidup dan kesehatan bayi kami sungguh amat tergantung pada bagaimana kami belajar bersabar menjalani semuanya itu. Terlebih isteri saya, harus lebih banyak menjaga diri dalam segala hal. Pernah suatu ketika, isteri saya terserang flu. Saya sangat khawatir melihat keadaan isteri saya. Saya menghubungi dokter kami. Lalu diberikan obat yang sebenarnya tidak berpengaruh kepada kehamilannya. Namun saya—dengan nada kuatir—terus menerus bertanya untuk memastikan bahwa pengobatan tersebut tidak akan mengganggu kehamilan isteri saya.

Dalam sebuah peristiwa kami pernah sangat ketakutan. Di suatu sore, ketika kehamilan isteri saya dalam bulan ketujuh, saat sedang mandi, dia terjatuh di kamar mandi. Saya berada di sana, dan menyaksikan

(42)

32

bagaimana isteri saya terpelanting, dia terjatuh, dan kemudian menimpa perutnya sendiri. Dia dengan penuh refleks membalikkan badan, menghindari tekanan pada perutnya.

Tetapi kemudian istri saya menangis. Waktu itu, saya sebenarnya sudah dilanda ketakutan. Dalam keadaan dimana isteri saya menangis dan meraung, menakuti kejadian tersebut akan mengakhiri kehamilannya, saya memegang tangannya. Dalam keadaan panik dan kacau, saya hanya ingat satu hal saja, berdoa. Saya pegang tangannya, lalu berkata, “Tuhan, lindungi anak kami.

Lindungi pemberian-Mu pada kami.” Kami bergegas ke dokter dan memastikan bahwa tidak ada yang harus dikhawatirkan. Sekian lamanya kami harus tercekam dalam mimpi buruk kejadian itu, dilanda ketakutan serta kekuatiran.

Kesabaran di masa kehamilan berarti membiarkan diri sesuai dengan kehendak si kecil yang kami kasihi.

Dalam kemungilannya di “dalam“ sana, dia ingin kita melakukan apa yang dikehendakinya. Ketika dia merasa tidak nyaman, dia akan menunjukkan dengan gerakan- gerakannya. Secara khusus bagi isteri saya, harus terus menerus menyesuaikan diri dengan perkembangan kehamilan. Salah satunya posisi tidur. Tidak lagi sesuka hari, terkadang perutnya yang semakin membesar itu harus diletakkan perlahan.

Begitulah. Dalam masa kehamilan, memang diperlukan pengorbanan demi dan untuk masa depannya.

Kami harus mengorbankan diri dan semua yang mungkin kami kehendaki, karena bagi kami, bayi kami adalah tujuan dari pengorbanan kami itu. Kami harus merelakan diri kami sendiri dilepaskan dari begitu banyak kepentingan pribadi, bahkan kesenangan-kesenangan hidup. Sebab kini kami punya satu tujuan kasih yang akan kami salurkan:

(43)

33

anak kami.

Saya bisa merasakan kasih dan sukacita yang dialami oleh seorang ayah dalam kisah “anak yang hilang”.

Menanti-nanti anaknya yang pergi meninggalkannya menimbulkan kesedihan yang amat sangat. Sang ayah kemudian dengan penuh harap, barangkali selalu duduk di teras rumahnya, memandang dari kejauhan kalau-kalau anaknya pulang segera. Kerinduan itulah yang kemudian membuatnya girang bukan main, ketika kemudian anaknya datang. Dari jauh ia memandang sosok itu—yang tampak gembel dan lusuh—mengejar dan kemudian memeluknya.

Kasih dan sukacita karena “bertemu“ dengan anaknya yang dikasihinya membuat sang ayah berada dalam kerinduan yang amat sangat. Setiap hari ia hanya mengisi batinnya dengan satu nama saja, nama anaknya yang bungsu itu. Itulah kasih seorang ayah. Itulah kasih seorang orangtua. Kasih sang ayah yang menahan diri untuk tetap duduk dan bersabar selalu menanti anaknya, demikian juga dengan yang kami alami. Isteri saya harus bersabar bahkan juga ketika berjalan sekalipun. Dokter selalu menyatakan kepada isteri saya demikian, “jika satu langkah lagi sampai di pintu rumah sekalipun tetapi sudah merasa lelah, maka harus berhenti.“ Dokter menunjukkan kepada kami bagaimana metabolisme bayi kami selalu dua kali lebih cepat dari isteri saya. Itu sebabnya jika isteri saya sampai mengalami kelelahan, “kelelahan“ yang dialami oleh bayi kami pastilah lebih lagi.

Kehadiran seorang anak, terutama menanti dengan penuh kesabaran dalam kehamilan, membentuk kami untuk mengasihinya. Kami memang belum pernah melihatnya. Kami belum pernah bertemu dengannya.

Bahkan kami belum pernah melihat wajahnya secara langsung. Namun kami memiliki kerinduan untuk kelak ketika kami berjumpa langsung, ketika kami bertemu muka

(44)

34

dengan muka, kami kembali mengingat kasih sayang yang sudah tertanam jauh ketika ia masih dalam kandungan.

Kasih sayang dan kerinduan yang berasal dari ayah dan ibunya, “dibentuknya“ dengan caranya sendiri, ketika ia masih dalam kandungan. Sungguh, inilah keindahannya menyambut dia.

Dia datang dengan rupa yang amat kecil, namun memberikan pelajaran banyak kepada kami orangtuanya yang berpuluh kali lebih besar dari dirinya. Ketika kami memikirkan dirinya, secara tidak langsung dia sudah memberikan kami pelajaran mengenai kasih kepadanya.

Ketika kami menjalani seluruh proses kehamilan, dia sudah memberikan kami pelajaran bagaimana seharusnya bersabar. Ketika kami mendiskusikan keadaan kehamilan, dia sudah memberikan pengertian mengenai komunikasi di antara kami. Sungguh, anak, bahkan yang sekecil dia, ketika masih di dalam kandungan sekalipun, sudah menjadi berkat luar biasa kepada orangtuanya.

Ini mungkin bisa menjadi pesan penting kepada banyak orangtua yang merasa bahwa anak-anaknya semakin menjauh dari dirinya. Mereka mengeluh karena anak-anaknya tidak penurut. Ada banyak pengalaman saya berjumpa dengan orangtua seperti itu. Mereka menganggap diri lebih tahu dan lebih mengerti mengenai hidup ini dibandingkan anak-anaknya. Mereka ingin anak-anak mereka mengikuti seluruh langkah mereka. Mereka lupa belajar dari anak-anak mereka sendiri. Disaat seperti itu, mereka tanpa sadar, kehilangan makna dari kedalaman arti menjadi orangtua. Mereka lupa belajar pada anak. Maka pelajaran penting untuk menjadikan diri sebagai orangtua yang sesungguhnya, terluput dalam sekejap mata.

(45)

35

Mengenal dia

Salah satu kebiasaan yang saya sudah lakukan ketika bayi saya berusia empat bulan adalah berkomunikasi padanya. Setiap kali saya berangkat dan pulang, saya selalu menggunakan waktu itu setidaknya untuk “mengelusnya“.

Di malam hari saya selalu menggunakan waktu khusus untuk berbicara padanya. Saya menceritakan mengenai seluruh aktifitas saya padanya termasuk kegembiraan dan kesedihan saya. Bahkan saya juga menceritakan padanya mengenai rencana-rencana kami sekiranya ia sudah besar kelak.

Secara normal ia pasti sudah bisa mendengarkan kami meski ia belum berada di luar perut ibunya. Ia bisa meresponi segala sesuatu yang dirasakannya, bahkan cahaya sekecil apapun yang masuk mampu membuatnya bergerak. Karena itulah saya menggunakan kesempatan itu untuk merangsang kemampuan dan pembentukannya sejak dini.

Saya tahu bahwa ia mengerti apa yang saya bicarakan dari gerakan-gerakan yang ia tunjukkan. Setiap kali saya bercerita mengenai sesuatu hal, maka sosok bayi saya akan bergerak. Ketika umurnya sudah menjelang lahir, gerakannya sudah berupa gelembung yang terlihat jelas di permukaan kulit ibunya. Melihat ini jelas merupakan sebuah kesenangan tersendiri bagi kami. Apalagi ketika menyaksikan bagaimana ia “berputar“ dalam rahim ibunya yang semakin lama semakin sempit baginya.

Belajar berkomunikasi kepada setiap anak, pastilah merupakan beban besar bagi orangtua, dimanapun itu. Dan ini hanya dilakukan dengan cara sederhana saja sudah cukup, yaitu memberikan waktu untuk berbicara. Saya mengerti hal ini sebagaimana pernah saya alami dari keluarga kami. Papa dan Mama saya selalu menggunakan

(46)

36

waktu luang untuk selalu berbicara kepada kami, bercerita mengenai pengalaman mereka juga kami dalam satu hari itu. Hal yang sama yang kami lakukan terus. Setiap sore kami selalu meluangkan kesempatan untuk berkomunikasi dan bersama-sama.

Mengenal satu sama lain, terlebih mengenal bayi kami yang belum pernah kami saksikan sendiri secara langsung itu memang rasanya aneh. Kita biasanya menggunakan inderawi kita untuk mengenal sesuatu.

Pengenalan itu biasanya bisa kita lakukan dengan melihat, mengecap, mendengar, membaui, dan meraba. Semakin banyak kita gunakan indera untuk mengenal, maka semakin lekatlah itu pada diri kita.

Namun mengenal bayi kami adalah sebuah proses baru dalam hidup kami. Tidak mudah melakukannya.

Pertama-tama pastilah ada rasa aneh karena melakukan sesuatu yang tidak lazim terjadi dalam kehidupan kita sebagai manusia yang memiliki indera terhadap segala sesuatu. Tetapi ketika semuanya berjalan dengan apa adanya, yang kami tahu adalah kami sudah menjadi bertiga, bukan lagi berdua.

Setiap kali saya pulang bekerja, saya selalu bertanya mengenai keadaan bayi kami. Seolah ia harus diperlakukan sama seperti kami, dan seolah ia sudah ada “diantara“ kami.

Mengenal dia dan menjadikan bayi kami sebagai bagian dari keseharian kami jelas merupakan hal penting yang kami rasakan dan alami. Sebab bayi kami itu ternyata menjadi bagian dalam kebersamaan kami. Terlebih isteri saya. Ketika kami mendiskusikan kejadian itu, mengenai perasaannya yang kini membawa sesosok “manusia“ dalam dirinya, saya menangkap adanya kesan sukacita yang tidak tergambarkan.

(47)

37

Perempuan, Jalan Hidup

Harus diakui bahwa andaikan saya bisa memilih untuk hamil saya ingin mencobanya. Saya ingin merasakan sensasi dan perubahan yang terjadi di dalam diri saya.

Namun isteri saya ternyata lebih beruntung, karena ia dilahirkan sebagai perempuan. Perempuan, di dalam dirinya sudah diciptakan “ruang“ untuk memiliki anak.

Tubuh isteri saya—dan perempuan pada umumnya—memang unik. Secara normal isteri saya memiliki regulasi biologis normal yaitu menstruasi. Dalam siklusnya, menstruasi adalah tanda mengenai kesiapan seseorang perempuan untuk mengandung. Siklus itu praktis akan berhenti ketika seorang perempuan mengandung. Maka bagi setiap perempuan, istilah

“terlambat bulan“ adalah dalam bahasa pertanda sederhana sebagai hamil.

Sewaktu mengandung, saya sering sekali bagaikan anak kecil pada isteri saya. Maksudnya adalah saya selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bagi isteri saya pun mungkin terasa aneh. Saya selalu ingin tahu bagaimana rasanya mengandung. Saya bertanya kepada isteri saya, seperti apa perubahan yang dialaminya. Saya hanya ditatap, seolah tak mengerti bagaimana mengungkapkannya. Lalu saya bertanya terus, apakah seperti perasaan ketika makan atau kenyang? Terkadang isteri saya hanya bisa tersenyum sendiri mendengar pertanyaan-pertanyaan saya.

Namun saya tahu bahwa menjadi seorang perempuan memang berbahagia. Di dalam dirinya, mereka, Tuhan sudah memberikan sebuah kelengkapan yang sangat mengagumkan, sehingga bisa menjadi tempat yang amat baik bagi datangnya sebuah kehidupan. Bisa dibayangkan bagaimana luar biasanya tempat itu.

Salah satunya pemberian Tuhan kepada perempuan

(48)

38

termasuk isteri saya adalah rahimnya. Rahim berbentuk buah pir. Terdiri dari otot-otot yang amat kuat sehingga ketika kehamilan terjadi dan semakin membesar, rahim pun bisa menampungnya. Otot rahim meregang dengan mudah sehingga ketika hamil seorang perempuan tidak akan merasa kesakitan karena tarikan otot itu.

Bandingkanlah perut seorang perempuan hamil dengan yang belum. Rahim seorang perempuan umumnya ketika belum hamil hanyalah sebesar telur ayam kampung.

Sementara ketika sudah hamil, besarnya akan sangat elastis, tergantung kepada bobot bayi yang dikandungnya.

Sungguh Tuhan menciptakan rahim seorang perempuan dengan luar biasa.

Lalu yang tidak kalah pentingnya adalah payudara.

Seiring dengan membesarnya kehamilan, maka isteri saya merasakan perubahan yang nyata. Payudaranya semakin terisi. Dan itu adalah air susu, makanan alami bagi bayi kami kelak. Air susu, berguna bukan hanya untuk memberikan makanan bagi bayi kami, namun juga untuk mencegahnya mengalami penyakit. Bahkan yang lebih penting adalah air susu ibu kelak menjadi pertalian kasih yang amat indah antara seorang ibu dengan bayinya.

Perhatikanlah bahwa semuanya sudah dipersiapkan oleh Tuhan dengan baik, jauh sebelum seorang perempuan mengandung. Masih banyak lagi hal-hal kecil yang kita bisa lihat dari tubuh seorang perempuan yang menandakan betapa Tuhan sudah mempersiapkan perempuan untuk memiliki seorang anak kelak.

Tuhan sudah menatanya sedemikian rupa sehingga semua yang diperlukan oleh bayi kami baik ketika masih berada di dalam tubuh isteri saya maupun nantinya ketika kelak dilahirkan, sudah berada dalam kondisi siap. Tidak akan ada kesulitan yang bisa dihadapi oleh seorang anak ketika dirinya dilahirkan, secara fisik, meskipun itu tanpa

(49)

39

ayahnya. Tubuh ibunya sudah jauh dari cukup untuk memenuhi keperluannya.

Tubuh perempuan memang diciptakan dengan amat indahnya sehingga pekerjaan tangan Tuhan, yaitu membentuk dan menata seorang bayi bisa berjalan dengan baik. Maka sungguh alangkah sukacitanya setiap perempuan, karena tubuhnya adalah tempat bagi tangan Tuhan dalam bekerja mempersiapkan kehidupan baru.

Di saat isteri saya hamil, saya selalu menyatakan kepadanya bahwa dirinya adalah seorang yang sangat berbahagia karena di dalamnya hidupnya ada ”kehidupan”.

Saya selalu menggunakan pertanyaan menggelitik tetapi maknanya amat dalam dengan menyatakan, pernahkah membayangkan bahwa sembari bernafas ada sosok yang juga bernafas di dalam tubuh? Pernahkan membayangkan bahwa sembari makan, beraktifitas, ataupun melakukan apapun itu, ada sosok lain yang juga makan, beraktifitas, bahkan bergerak-gerak, pada saat yang sama? Sungguh ajaib! Tuhan memberikan dan menghadirkan sebuah kehidupan baru, yaitu bayi kami itu, melalui isteri saya.

Maka setiap perempuan harusnya adalah mereka yang amat berbahagia di dalam hidupnya. Isteri saya bisa dengan amat baik merasakan setiap bentukan yang terjadi di dalam dirinya. Isteri saya bisa merasakan dengan sangat sempurna setiap bentuk dan detail dari pekerjaan Tuhan di dalam tubuhnya. Isteri saya bisa merasakan bagaimana tubuhnya dipakai oleh Tuhan dengan sangat ajaib, untuk menghadirkan sesosok makhluk mungil bernama bayi kami itu. Ya, isteri saya bisa dengan sangat baik merasakan

”tangan” Tuhan di dalam dirinya.

Maria, ibunda Tuhan Yesus adalah salah seorang perempuan yang punya kebahagiaan yang lebih. Maria bukan saja diberikan kesempatan untuk mengandung, namun juga diberikan anugerah untuk mengandung

Referensi

Dokumen terkait

Sauropus androgynus and Elephantopus scaber has substance like saponin and flavonoid which has been well known as natural imunomodulator, particularly to increase amount of

Kompleksitas yang terlibat dalam beroperasi di Negara-negara berbeda dan mempekerjakan kategori karyawan yang berbeda kebangsaan adalah suatu variable kunci yang

Penelitian ini dilakukan di sebuah lembaga pendidikan milik Yayasan Muhammadiyah yaitu di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Jatigunung I kecamatan Tulakan Kabupaten

Namun, yang harus diperhatikan adalah bila lempung tidak mengandung pasir atau lanau, maka nilai c u bisa diperoleh dari uji geser kipas (vane shear test) di lapangan. Tanah lunak

Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai faktor yang sangat penting namun kondisi pada saat ini belum memuaskan bagi pengguna KA Komuter, sehingga pihak

Software System for Educational Institute (ETAP) dinyatakan GAGAL ITEM karena tidak ada peserta yang memasukkan penawaran pada ITEM tersebut. Demikian pengumuman ini dibuat

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah persistensi laba, struktur modal, ukuran perusahaan dan alokasi pajak antar periode pada perusahaan manufaktur yang

Nilai PEFR abnormal terbanyak terdapat pada kelompok responden yang dengan keluhan respirasi batuk dan nyeri dada (100%), batuk, berdahak dan sesak napas (100%), batuk, sesak