• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

oleh

Ni Kadek Parmini, I Nengah Suandi, Ida Bagus Sutresna Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni

e-mail: {parmini@yahoo.com, nengah_suandi@yahoo.co.id, sutresna@undiksha.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan mendeskripsikan bentuk penyampaian nilai pendidikan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Subjek penelitian ini adalah novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah nilai pendidikan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan bentuk penyampaian nilai pendidikan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi atau studi pustaka. Data hasil dokumentasi dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif.

Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti memperoleh hasil, yakni dalam novel Sang Pemimpi terkandung nilai-nilai pendidikan, yaitu nilai pendidikan religius, moral, sosial, dan budaya. Dalam novel ini juga terkandung bentuk penyampaian nilai pendidikan.

Bentuk penyampaian nilai dalam novel Sang Pemimpi adalah secara langsung dan tidak langsung. Nilai-nilai pendidikan yang paling banyak ditemukan adalah nilai pendidikan sosial, sedangkan bentuk penyampaian nilai pendidikan yang paling banyak ditemukan adalah bentuk penyampaian secara langsung.

Kata kunci: sastra, novel sang pemimpi, nilai-nilai pendidikan ABSTRACT

This study aims to describes the educational value in the novel Sang Pemimpi by Andrea Hirata and describes the deliver form of educational value in the novel Sang Pemimpi by Andrea Hirata. The subject of this research is the novel Sang Pemimpi by Andrea Hirata, while the objects of this research are the educational value in the novel Sang Pemimpi by Andrea Hirata and the deliver form of educational value in the novel Sang Pemimpi by Andrea Hirata. The data collection method which use in this research is the method of documentation. The documentation results were analyzed by qualitative descriptive techniques. Based on these studies, researchers obtained results, in the novel of Sang Pemimpi contained educational value, that is the value of religious education, moral, social, and cultural. In this novel delivery form also contained educational value.

Delivery the value in the form of the novel Sang Pemimpi is directly and indirectly.

Educational values of the most commonly found is a social educational value, while the form of the delivery ofeducational value is the most common form of direct delivery.

Keywords: literature, Sang Pemimpi novel, education values

(2)

PENDAHULUAN

Sastra adalah suatu karya seni

dalam eksistensinya

mengungkapkan peristiwa-peristiwa hidup dan kehidupan yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Sutresna, 2006: 2). Sastra merupakan perwujudan pengalaman sastrawan tentang sesuatu (benda, orang, atau gagasan) yang diungkapkan dengan menggunakan bahasa yang kreatif sehingga terwujudlah bayangan kenyataan itu (Effendi dalam Sutresna, 2006: 4).

Pengalaman tersebut dapat dicapai melalui pengalaman indra (apa yang dilihat, didengar, dirasakan), dan pada akhirnya pengalaman nalar atau akal budi itu akan muncul dalam bentuk karya sastra.

Sastra menjelaskan kepada kita tentang konsep sastra sebagai salah satu disiplin ilmu humaniora yang akan mengantarkan kita ke arah pemahaman dan penikmatan fenomena yang terkandung di dalamnya. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya manusia dan

kehidupannya dengan

menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Atar Semi dalam Sutresna: 2006).

Berangkat dari hal tersebut, karya sastra tidak terlepas dari nilai- nilai yang dikandungnya. Nilai-nilai dalam karya sastra merupakan hasil ekspresi dan kreasi estetik pengarang (sastrawan) yang ditimba dari kebudayaan masyarakatnya (Sumardjo, 1999: 2). Nilai ideal pengarang tersebut berupa das sollen tentang aspek nilai-nilai kehidupan, khususnya nilai-nilai pendidikan. Suatu karya sastra bisa dikatan baik jika mengandung nilai- nilai yang mendidik.

Nilai-nilai pendidikan dapat ditangkap manusia melalui berbagai

hal di antaranya melalui pemahaman dan penikmatan sebuah karya sastra. Ada empat macam nilai pendidikan dalam sastra, yaitu nilai pendidikan religius, moral, sosial, dan budaya. Nilai-nilai tersebut tentunya tidak berbeda dengan nilai- nilai yang ada di kehidupan nyata sebuah masyarakat. Bahkan, nilai- nilai tersebut adalah nilai-nilai yang diidealkan pengarang untuk mengupas suatu masalah yang terjadi di kehidupan nyata (Sumardjo, 1999: 3). Nilai-nilai inilah yang nantinya akan peneliti analisis.

Berbicara tentang nilai, tentunya cara setiap pengarang mengungkapkan nilai dalam karyanya pasti berbeda-beda.

Nurgiantoro (1995:36), menyatakan bahwa bentuk pengungkapan nilai dalam fiksi itu ada dua macam, yaitu secara langsung dan tidak langsung.

Bentuk penyampain secara langsung berarti nilai yang disampaikan oleh pengarang itu langsung tampak atau tersurat, sedangkan penyampain secara tidak langsung berarti nilai yang disampaikan oleh pengarang itu tersirat dalam cerita dan berpadu dengan unsur cerita yang lainnya secara kohesif.

Salah satu karya sastra yang bercerita banyak tentang kehidupan masyarakat adalah novel. Data menunjukkan bahwa bentuk sastra yang paling banyak dibaca adalah novel karena novel adalah cerita, dan cerita sangat digemari manusia sejak lahir (Sumardjo, 1999: 11). Di samping itu, novel merupakan sebuah karya sastra yang banyak mengandung nilai khususnya nilai pendidikan. Salah satu novel yang banyak mengandung nilai pendidikan adalah novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Sejak kemunculannya, novel Sang Pemimpi mendapatkan banyak

(3)

tanggapan positif dari penikmat sastra. Cerita novel Sang Pemimpi diperoleh dari mengeksplorasi kisah persahabatan dan pendidikan di Indonesia. Membaca novel Sang Pemimpi membuat pembaca seolah- olah melihat potret nyata kehidupan masyarakat Indonesia.

Meskipun kisah yang terjadi dalam novel Sang Pemimpi sudah terjadi sangat lama, yaitu kisah tentang perjuangan beberapa orang anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, tetapi pada kenyataannya kisah Sang Pemimpi masih ada di zaman sekarang.

Banyak pengamat sastra yang memberikan penilaian berkaitan dengan suksesnya novel Sang Pemimpi. Suksesnya novel Sang Pemimpi disebabkan oleh kemunculan novel tersebut yang tepat pada waktu masyarakat khususnya masyarakat yang merasa mengalami pendidikan yang sama seperti beberapa tokoh yang terdapat dalam novel tersebut.

Pada saat kemunculan novel tersebut banyak masyarakat yang sulit atau susah untuk mengenyam pendidikan yang layak karena himpitan ekonomi. Akan tetapi, hal tersebut tidak membuat meraka terpuruk, mereka berusaha untuk menggapai cita-cita mereka.

Pendidikan yang seperti itu juga dialami beberapa tokoh dalam novel Sang Pemimpi. Isi novel Sang Pemimpi menegaskan bahwa keadaan ekonomi bukanlah menjadi hambatan seseorang dalam meraih cita-cita dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya. Kemiskinan adalah penyakit sosial yang berada dalam ruang lingkup materi sehingga tidak berkaitan dengan kemampuan otak seseorang.

Novel Sang Pemimpi merupakan novel yang tergolong ke dalam novel serius atau novel yang

bernilai sastra. Dengan demikian, penulis tertarik untuk meneliti novel yang berjudul Sang Pemimpi karya Andrea Hirata untuk melihat nilai- nilai pendidikan yang terkandung dalam novel tersebut. Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa novel Sang Pemimpi, ternyata banyak mengandung nilai-nilai pendidikan. Mengapa harus novel Sang Pemimpi yang penulis teliti?

Karena novel Sang Pemimpi diketahui banyak memberikan inspirasi bagi pembaca. Hal itu, berarti ada nilai-nilai positif yang dapat diambil dan direalisasikan oleh pembaca dalam kehidupan sehari- hari khususnya dalam hal pendidikan. Pradopo (2005: 94) mengungkapkan bahwa suatu karya sastra yang baik adalah yang langsung memberi didikan kepada pembaca tentang budi pekerti dan nilai-nilai moral. Novel Sang Pemimpi juga tergolong novel yang serius dan bernilai sastra. Dari segi bahasa novel ini juga memiliki kekhasan tersendiri sehingga perlu pemahaman yang mendalam ketika membaca novel ini. Di samping itu, penulis tertarik dengan kisah yang disampaikan pengarang dalam novel ini.

Kajian mengenai karya sastra, khususnya novel sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain. Ririh Yuli Atminingsih menyelesaikan skripsinya yang berjudul Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Penelitian sejenis selanjutnya adalah Putu Ayu Paramitha Wijaya dengan skripsinya yang berjudul Nilai Multikultural Dalam Novel Putri Karya Putu Wijaya. Penelitian sejenis lainnya juga pernah dilakukan oleh Dyah Hastuti dengan skripsinya yang berjudul Nilai Pendidikan Dalam Kumpulan Cerpen Emak Ingin Naik Haji Karya Asma Nadia. Berdasarkan hasil

(4)

telaah penelitian terhadap penelitian sejenis, penelitian ini tidak jauh berbeda. Walaupun demikian, ada perbedaan, yaitu pada objek dan subjek penelitian.

Bedasarkan latar belakang di atas, ada dua masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu (1) nilai-nilai pendidikan apa saja yang terkandung dalam Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata? (2) Bagaimana bentuk penyampaian nilai-nilai pendidikan dalam Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata?

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan mendeskripsikan bentuk penyampaian nilai-nilai pendidikan dalam Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.

Adapun manfaat dari penelitian ini, yang pertama bagi guru, penelitian ini bisa dijadikan pedoman atau bahan dalam pembelajaran di sekolah khususnya dalam pembelajaran sastra sehingga pembelajaran menjadi menarik, kreatif, dan inovatif. Kedua, bagi pembaca, diharapkan dapat lebih memahami isi novel Sang Pemimpi dan mengambil manfaatnya. Selain itu, pembaca bisa semakin jeli dalam memilih bahan bacaan (khususnya novel) dengan memilih novel-novel yang mengandung pesan moral yang baik dan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk sarana pembinaan watak diri pribadi. Ketiga, bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi maupun bahan pijakan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif karena berusaha mendeskripsikan peristiwa yang terjadi pada saat

penelitian ini dilaksanakan atau berusaha menggambarkan apa adanya suatu gejala atau keadaan.

Best (dalam Sukardi, 2008: 157) menyatakan “penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya”. Selain itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Subjek dalam penelitian ini adalah novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea.

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan utama penelitian adalah mengumpulkan data (Sugiyono, 2007: 308). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi digunakan untuk memeroleh data yang bersumber pada tulisan, seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, dan lain sebagainya (Arikunto, 2005: 158).

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Untuk mendapatkan data tersebut peneliti mencatat data-data yang dianggap mengandung nilai- nilai pendidikan ke dalam kartu data yang telah disiapkan. Sesuai dengan metode yang digunakan, dalam penelitian ini mdigunakan instrumen berupa kartu data untuk metode dokumentasi.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Dalam hal ini, yang dideskripsikan adalah kata-kata dalam novel Sang Pemimpi karya

(5)

Andrea Hirata. Berdasarkan teori analisis data tersebut, penelitian ini mengikuti prosedur, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut.

1. Nilai Pendidikan Religius

Nilai religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya. Berbicara tentang hubungan manusia dan Tuhan tidak terlepas dari pembahasan agama.

Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia. Melalui agama,

manusia juga dapat

mempertahankan keutuhan dalam hidup bermasyarakat sekaligus menuntun untuk meraih masa depan yang lebih baik. Berikut ini salah satu contoh data yang mengandung nilai pendidikan religius.

“Jimbron adalah seorang yang membuat kami takjub dengan tiga macam keheranan. Pertama, kami heran karena kalau mengaji, ia selalu diantar

seorang pendeta.

Sebetulnya beliau adalah seorang pastor karena beliau seorang Katolik, tapi kami memanggilnya Pendeta Geovany.

Rupanya setelah sebatang kara seperti Arai ia menjadi anak asuh sang pendeta.

Namun, pendeta berdarah Itali itu tak sedikit pun bermaksud mengubah keyakinan Jimbron. Beliau malah tak pernah telat jika

mengantarkan Jimbron mengaji ke masjid” (SP, 61) Kutipan di atas mengandung nilai pendidikan religius. Ini terlihat pada kalimat kami heran karena kalau mengaji, ia selalu diantar seorang pendeta. Kalimat tersebut mencerminkan tokoh Jimbron yang taat beragama dengan mengaji setiap harinya, walaupu Jimbron hidup di lingkungan agama yang berbeda, yaitu agama Katolik.

Penanaman nilai religius yang tinggi

dalam dirinya mampu

menumbuhkan sikap sabar, tidak sombong, dan tidak angkuh pada sesama. Manusia menjadi saling mencintai dan menghormati. Dengan demikian, manusia bisa hidup harmonis dalam hubungannnya dengan Tuhan, sesama manusia, dan makhluk lain. Pendeta Geovany dalam kutipan di atas adalah sosok yang penyayang dan menghormati manusia lain yang berbeda agama.

Hal ini terbukti bahwa Jimbron sebagai anak angkatnya justru setiap harinya diantar mengaji dan tidak sedikit pun bermaksud mengonversi keyakinan Jimbron.

Beliau bahkan tidak pernah telat jika mengantarkan Jimbron mengaji ke Masjid.

2. Nilai Pendidikan Moral

Nilai moral sering disamakan dengan nilai etika, yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam novel ini, Andrea Hirata menggambarkan nilai moral yang tidak patut dijadikan contoh oleh masyarakat khususnya para pelajar seperti dalam kutipan di bawah ini.

Aku, Arai, dan Jimbron tak menghiraukan penonton pria dan wanita yang sengit bertentangan. Beberapa orang sampai berdiri perang

(6)

mulut. Kami sangat ingin melihat kemungkinan sutradara melakukan kesalahan sedikit saja, yaitu memperlihatkan adegan si carik merah sedang diperkosa majikannya.

Dengan segala asumsi selera rendah semua umat manusia yang terlibat dalam produksi film itu, kami yakin kemungkinan itu ada. Maka kami tak berkedip. Saraf kami kian tegang mengikuti adegan tak senonoh di lokasi jemuran cucian dan agaknya kamera sudah akan menyorot si Carik Merah yang sekarang sudah tak bercarik. Seru!

Inilah momen puncak yang kami tunggu-tunggu. Tapi sial, saat kamera sampai ke adegan perkosaan itu, tiga bayangan gelap manusia tiba-tiba menghalangi pandangan kami. (SP, 101) Kutipan di atas mengandung nilai pendidikan moral karena secara jelas penulis menggambarkan sikap ketiga orang pelajar, yaitu Arai, Ikal, dan Jimbron yang tidak patut ditiru.

Dalam kutipan di atas digambarkan watak tiga orang pelajar yang tidak beretika atau tidak bermoral. Hal ini terlihat dalam kalimat Kami sangat ingin melihat kemungkinan sutradara melakukan kesalahan sedikit saja, yaitu memperlihatkan adegan si carik merah sedang diperkosa majikannya. Carik Merah yang dimaksud dalam kalimat di atas adalah benang merah yang melilit berupa tali-temali dan menutupi dada pembantu yang tidak berdaya itu. Mereka telah melanggar salah satu larangan paling keras Pak Mustar, yaitu menonton bioskop.

Arai, Ikal, dan Jimbron telah dirasuki pikiran kotor sehingga mereka

memberanikan diri untuk menonton adegan tidak senonoh tersebut tanpa memikirkan akibat jika diketahui oleh gurunya. Seharusnya, sebagai seorang yang intelek mereka tidak menonton film seperti itu karena akan menjatuhkan martabat mereka sebagai pelajar dan mereka akan dicap sebagai pelajar yang tidak bermoral dan beretika.

3. Nilai Pendidikan Sosial

Karya sastra berkaitan erat dengan nilai sosial, karena karya sastra dapat pula bersumber dari kenyataan-kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat. Nilai sosial mencakup kebutuhan hidup bersama, seperti kasih sayang, kepercayaan, pengakuan, dan penghargaan. Berikut adalah salah satu contoh data yang mengandung nilai pendidikan sosial.

“Aku ingin

menyelamatkan Jimbron

walaupun benci

setengah mati pada Arai.

Aku dan Arai menopang Jimbron dan beruntung kami berada dalam labirin gang yang membingungkan.”(SP, 15)

Kutipan di atas

menggambarkan walaupun Ikal sangat benci kepada Arai tetapi jiwa penolongnya kepada Jimbron masih tetap ada dalam dirinya, karena dia merasa walau bagaimanapun mereka adalah bersaudara. Kutipan di atas secara jelas megandung nilai pendidikan sosial. Hal ini terlihat dalam kalimat Aku ingin menyelamatkan Jimbron walaupun benci setengah mati pada Arai. Jiwa sosial Ikal terhadap sesama masih terlihat dalam kutipan tersebut.

(7)

4. Nilai Pendidikan Budaya

Suatu nilai budaya dapat dilihat melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan benda- benda material sebagai hasil dari penuangan konsep-konsep nilai seperti dalam kutipan di bawah ini.

Dia tak menjawab, hanya menatap kami dari atas ke bawah, lalu menarik lagi tas orang lain. Bagi orang Melayu, tak menjawab berarti setuju. Kami meloncat ke dalam bus.

Bus meluncur keluar terminal. Klakson sana-sini, berkelak-kelok tanpa ampun, mengumpat-umpat, dan tancap gas. (SP, 216) Kutipan di atas mengandung nilai pendidikan budaya. Ini terlihat dalam kalimat Bagi orang Melayu, tak menjawab berarti setuju. Kalimat tersebut menggambarkan suatu perilaku yang telah membudaya di daerah tersebut. Bagi orang Melayu, jika ada orang yang bertanya dan orang yang ditanyai itu tidak menjawab berarti orang tersebut setuju dengan apa yang dikatakan.

Hal ini merupakan suatu kebudayaan yang menjadi ciri khas orang Melayu.

Selanjutnya adalah bentuk penyampaian nilai pendidikan dalam novel. Bentuk penyampaian nilai pendidikan dalam novel Sang Pemimpi adalah sebagai berikut.

1. Bentuk Penyampaian Secara Langsung

Nilai pendidikan yang disampaikan secara langsung adalah nilai yang tersurat dalam cerita. Untuk memahami nilai yang terkandung dalam cerita tersebut pembaca tidak perlu melakukan penghayatan secara mendalam.

Dengan kata lain, nilai yang terkandung dalam cerita tersebut bisa langsung dipahami oleh pembaca karena nilai tersebut disampaikan secara eksplisit seperti salah satu kutipan di bawah ini.

“Jimbron adalah seorang yang membuat kami takjub dengan tiga macam keheranan. Pertama, kami heran karena kalau mengaji, ia selalu diantar seorang pendeta. Sebetulnya beliau adalah seorang pastor karena beliau seorang Katolik, tapi kami memanggilnya Pendeta Geovany. Rupanya setelah sebatang kara seperti Arai ia menjadi anak asuh sang pendeta. Namun, pendeta berdarah Itali itu tak sedikit pun bermaksud mengubah keyakinan Jimbron. Beliau malah tak pernah telat jika mengantarkan Jimbron mengaji ke masjid” (SP, 61) Nilai yang terkandung dalam kutipan di atas adalah nilai pendidikan religius yang disampaikan secara langsung oleh pengarang. Nilai pendidikan religius pada kutipan di atas terlihat dalam kalimat Pertama, kami heran karena kalau mengaji, ia selalu diantar seorang” pendeta. Nilai pendidikan dalam kalimat tersebut disampaikan secarala langsung karena sudah bisa langsung dipahami oleh pembaca. Dengan kata lain, pembaca tidak perlu melakukan pemahaman yang mendalam terhadap nilai yang terkandung dalam kalimat tersebut karena secara langsung pembaca sudah bisa memahami bahwa tokoh Jimbron adalah tokoh yang taat beragama dengan mengaji setiap harinya, walaupun Jimbron hidup di

(8)

lingkungan agama yang berbeda, yaitu agama Katolik.

2. Bentuk Penyampaian Secara tidak Langsung

Nilai yang disampaikan secara tidak langsung, biasanya tersirat dalam cerita dan berpadu dengan unsur cerita yang lainnya secara koherensif. Pembaca harus merenungkan dan menghayatinya secara intensif seperti dalam salah satu kutipan di bawah ini yang disampaikan secara tidak langsung.

“WC ini sudah hampir setahun diabaikan karena keran air yang mampet. Tapi manusia-manusia cacing, para intelektual muda SMA Negeri Bukan Main yang tempurung otaknya telah pindah ke dengkul, nekat menggunakannya jika panggilan alam itu tak tertahankan. Dengan hanya berbekal segayung air saat memasuki tempat sakral itu, mereka menghinakan dirinya sendiri dihadapan agama Allah yang mengajarkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Dan kamilah yang menaanggung semua kebejatan moral mereka.”(SP, 130)

Kutipan di atas mengandung nilai pendidikan moral yang disampaikan secara tidak langsung oleh pengarang. Nilai tersebut tampak pada kalimat tempurung otaknya telah pindah ke dengkul.

Secara tidak langsung pengarang menyampaikan nilai tersebut melalui gaya bahasa sarkasme yaitu gaya bahasa sindiran yang paling kasar dalam pengungkapannnya. Arti dari kalimat tersebut adalah orang yang berbuaat seenaknya sendiri tanpa peduli aturan dan etika. Dalam hali

ini, orang yang tidak beretika itu adalah para intelek muda yang dasar pendidikannya ada. Mereka menggunakan WC yang sudah rusak dan tidak mau menjaga kebersihannya. Nilai yang terkandung dalam kutipan di atas disampaikan secara implisit oleh pengarang sehingga pembaca perlu melakukan penghayatan yang lebih mendalam.

Dari hasil analisis, penelitian ini akan membahas beberapa penemuan penting. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel ini adalah nilai pendidikan religius, moral, sosial, dan budaya.

Nilai pendidikan yang paling banyak ditemukan dalam novel ini adalah nilai pendidikan sosial. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel ini sudah di dukung oleh teori-teori yang relevan.

Pada dasarnya pengarang mendominasi novel ini dengan nilai pendidikan sosial dikarenakan pengarang ingin pembaca khususnya masyarakat Indonesia sadar akan kepedulian mereka terhadap sesama khusunya dalam hal pendidikan. Masih banyak masyarakat Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Dengan membaca novel ini, pengarang ingin menyadarkan sikap peduli masyarakat terhadap keadaan pendidikan di Indonesia, bahwa masih banyak anak-anak di negeri ini yang belum bisa mengenyam pendidikan yang layak karena keadaan ekenomi.

Nilai pendidikan religius yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi digambarkan melalui sikap-sikap tokoh dalam taat beragama dan beribadah. Rosyadi (1995:90) menyatakan bahwa nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Hal inilah yang tergambar

(9)

dalam tokoh-tokoh novel Sang Pemimpi.

Nilai pendidikan moral dalam novel Sang Pemimpi digambarkan melalui perilaku baik buruk dari tokoh-tokoh dalam novel. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Moral dalam karya sastra, atau hikmah yang diperoleh pembaca lewat sastra, selalu dalam pengertian yang baik (Nurgiantoro, 2005:322). Hal itu pula yang digambarkan pengarang melalui tokoh-tokoh dalam novelnya.

Nilai pendidikan sosial dalam novel Sang Pemimpi disampaikan melalui cerminan kehidupan para tokoh. Dalam teori dijelaskan nilai sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat.

Bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu. Hal seperti itu juga yang digambarkan para tokoh dalam novel Sang Pemimpi, sehingga nilai sosial dalam novel tersebut bisa dilihat dari cerminan kehidupan dalam hidup bermasyarakat.

Nilai pendidikan budaya dalam novel Sang Pemimpi digambarkan melalui perilaku dan benda atau produk masyarakat Melayu. Dalam teori dijelaskan sistem nilai budaya merupakan inti kebudayaan yang meliputi perilaku sebagai kesatuan gejala dan benda-benda sebagai kesatuan material. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam novel dapat diketahui melalui penelaahan terhadap karakteristik dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita. Nilai budaya dalam novel Sang Pemimpi bisa dilihat dari perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan benda-benda yang khas.

Dalam sebuah karya sastra, cara pengarang dalam menuangkan nilai-nilai pendidikan tentu berbeda.

Seperti dalam novel Sang Pemimpi, pengarang menuangkan nilai-nilai tersebut secara langsung dan tidak langsung. Nilai yang disampaikan secara langsung tentunya bisa langsung dipahami oleh pembaca dalam cerita karena nilai tersebut disampaikan secara tersurat oleh pengarang. Sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa nilai yang disampaikan secara langsung, tentunya tersurat dalam cerita dan langsung bisa dipahami oleh pembaca. Dengan kata lain, nilai tersebut disampaikan oleh pengarang secara eksplisit. Nilai yang disampaikan secara tidak langsung tentunya perlu ada pemahaman yang mendalam terhadap cerita yang disampaikan.

Dalam novel ini ada 18 data yang nilai pedidikannya disampaikan secara langsung dan ada 2 data yang disampaikan secara tidak langsung. Dalam hal ini, nilai-nilai pendidikan lebih banyak disampaikan secara langsung dikarenakan pengarang ingin mempermudah pembaca dalam memahami magsud dari cerita yang disampaikan. Dengan demikian, pembaca tidak mengalami kesulitan dalam memahami nilai yang disampaikan oleh pengarang dalam cerita.

SIMPULAN DAN SARAN

Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Sang Pemimpi adalah nilai pendidikan religius, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, dan nilai pendidikan budaya. Nilai pendidikan religius yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi digambarkan melalui sikap-sikap tokoh dalam taat beragama dan beribadah. Nilai pendidikan moral digambarkan melalui perilaku baik buruk dari tokoh-tokoh dalam novel.

Selanjutnya, nilai pendidikan sosial

(10)

dalam novel Sang Pemimpi disampaikan melalui cerminan kehidupan para tokoh dan nilai pendidikan budaya dalam novel Sang Pemimpi digambarkan melalui perilaku dan benda atau produk masyarakat Melayu. Nilai pendidikan yang paling banyak terkandung dalam novel Sang Pemimpi adalah nilai pendidikan sosial. Hal ini disebabkan oleh pengarang ingin pembaca khususnya masyarakat Indonesia sadar akan kepedulian mereka terhadap sesama khusunya dalam hal pendidikan.

Berdasarkan rumusan masalah kedua dapat disimpulkan bahwa bentuk penyampaian nilai- nilai pendidikan dalam novel Sang Pemimpi ada dua macam, yaitu secara langsung dan tidak langsung.

Bentuk penyampaian nilai pendidikan yang paling tinggi adalah bentuk penyampaian secara langsung. Dalam hal ini, nilai-nilai pendidikan lebih banyak disampaikan secara langsung dikarenakan pengarang ingin mempermudah pembaca dalam memahami magsud dari cerita yang disampaikan.

Pada dasarnya karya sastra tidak hanya mengandung nilai hedonik (kesenangan) secara langsung bagi penikmatnya, tetapi karya sastra juga mengandung nilai- nilai pendidikan yang perlu dipertahankan. Dengan demikian, perlu adanya pemertahanan nilai- nilai pendidikan khususnya nilai pendiidkan sosial dalam penyusunan karya sastra. Selain itu, disarankan juga diadakan penelitian lebih lanjut terhadap novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dengan sudut permasalahan yang berbeda, misalnya dari segi nilai-nilai kehidupan, sehingga pemahaman pembaca terhadap pesan yang disampaikan pengarang dalam karyanya semakin dalam

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005.

Manajemen Penelitian. Jakarta:

Rineka Cipta.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rachmad Djoko. 2005.

Beberapa Teori Sastra, Metode, Kritik, dan Penerapannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rosyadi. 1995. Nilai-nilai Budaya dalam Naskah Kaba. Jakarta:

CV Dewi Sri.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D).

Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya). Yogyakarta: PT.

Bumi Aksara.

Sumardjo, Jakob. 1999. Konteks Sosial Novel Indonesia 1920- 1977. Bandung: Penerbit Alumni.

Sutresna, Drs. Ida Bagus. 2006.

Modul Prosa Fiksi. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Referensi

Dokumen terkait

An Introduction to Fiction,   Kinoian’s Monarch Notes and Study Guides: Henry James the Ambassadors, etc. It is also needed books on psychology as secondary sources since

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh attractiveness (daya tarik fisik) terhadap minat beli konsumen pada produk yang diiklankan melalui twitter, untuk

Effisiensi PLTD sangat dipengaruhi oleh pemakaian bahan bakar, hal ini disebabkan biaya yang terbesar dalam pengoperasian PLTD adalah biaya bahan bakar (±70%

Serupa dengan elektron, kita bisa berbicara tentang fungsi gelombang – yang masih jauh lebih rumit, karena kita tidak hanya harus sekarang menetapkan setiap situs nomor, tapi

Peserta dapat mengajukan sanggahan ditujukan kepada Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Konsultansi di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2012

Jasa Asuransi Kesehatan pada Satker Komisi Pengawas Persaingan Usaha, dengan ini kami mengundang Saudara untuk melaksanakan pembuktian kualifikasi, dengan jadwal

Sejalan dengan kewajibannya memberdayakan ketahanan pangan di daerah, hal paling pokok yang harus diketahui adalah (1) daerah (kecamatan) mana saja yang mengalami surplus

Pemerintah Kota Binjai dalam mempersiapkan pembangunan Kota Binjai dalam lima tahun kedepan akan dibangun dalam perwujudan Kota Cerdas (Smart City) yang melingkupi pemerintahan yang