• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Bola Basket

a. Pengertian Permainan Bola Basket

Permainan bola basket merupakan salah satu cabang permainan beregu atau tim yang berkembang pesat di dunia. Permainan ini ditemukan oleh Dr. A.

James Naismith, seorang anggota Sekolah Pelatihan YMCA di Spring Field, Massachusetts (sekarang dikenal dengan: Springfield College). Naismith merancang bola basket sebagai jawaban atas tugas yang diberikan oleh Dr. Luther Gulick, Direktur Departemen Pendidikan Fisik, yang menugaskan untuk membentuk suatu permainan dalam ruangan selama musim dingin. Setiap regu atau tim terdiri dari lima orang pemain. Hal Wissel (2000) mengemukaan bahwa :

Bola Basket dimainkan oleh dua tim dengan lima pemain tiap tim.

Tujuannya adalah mendapatkan nilai (skor) dengan memasukkan bola ke keranjang dan mencegah tim lain melakukan hal serupa. Bola dapat diberikan hanya dengan passing (operan) dengan tangan atau dengan men-dribble-nya (batting, pushing, atau tapping) beberapa kali pada lantai tanpa menyentuhnya dengan dua tangan secara bersamaan (hlm 2).

Bola basket adalah olahraga untuk semua orang. Walaupun bola basket adalah olahraga anak muda dengan pemain terbanyak adalah pria remaja, namun tak menutup kemungkinan dimainkan oleh wanita dari segala usia dan ukuran tubuh bahkan oleh mereka yang cacat, termasuk yang duduk di kursi roda.

Pencapaian prestasi dalam permainan bola basket diperngaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang harus dikembangkan oleh atlet itu sendiri yaitu, teknik, fisik, taktik dan mental. Teknik dasar merupakan unsur dasar yang harus dikuasai oleh pemain untuk mencapai prestasi permainan bola basket.

Menurut Imam Sodikun (1992: 47), untuk mendapatkan gerakan efektif dan efisien diperlukan penguasaan teknik dasar yang baik. Teknik dasar tersebut dapat dibagi sebagai berikut :

7

(2)

1) Teknik melempar dan menangkap (passing dan cacthing) 2) Teknik menggiring bola (dribbling)

3) Teknik menembak (shooting)

4) Teknik gerakan berporos (pivot) dan olahan kaki (foot work) 5) Teknik lay up shoot

6) Merayah (rebound)

Bagi seseorang pemain bola basket yang mahir dalam dribble bola akan lebih mudah untuk menerobos dan menipu lawan, walaupun dengan penjagaan yang ketat dan merupakan modal untuk mempertahankan bola dan mencetak angka. Sehingga dribble merupakan bagian teknik dasar yang penting untuk dikuasai oleh setiap pemain bola basket. Melihat kenyataan ini maka seorang pelatih harus dituntut untuk memahami dasar-dasar teknik dan taktik dalam permainan bola basket serta membimbing para pemain agar dapat memacu perkembangan keterampilan teknik dasar dengan benar sesuai program latihan yang pada akhirnya merupakan gerakan-gerakan yang otomatis, sehingga tujuan dari latihan dapat tercapai.

b. Teknik Dasar Dribble Bola Basket

Salah satu teknik dasar dari bola basket adalah dribble (menggiring).

Menggiring adalah salah satu dasar bola basket yang pertama diperkenalkan kepada para pemula, karena keterampilan ini sangat penting bagi setiap pemain yang terlibat dalam pertandingan bola basket. Seperti operan, dribble adalah salah satu cara membawa bola. Agar tetap menguasai bola sambil bergerak, pemain harus memantulkannya di lantai. Sementara saat menggiring kita tidak boleh menyentuh bola secara bersamaan dengan dua tangan atau bola diam dalam genggaman tangan. Menurut Imam Sodikun (1992: 57) bahwa :

Dribble adalah salah satu cara yang diperbolehkan oleh peraturan untuk membawa lari bola ke segala arah, juga merupakan suatu usaha untuk mengamankan bola dari rampasan lawan, sebab dengan demikian ia dapat bergerak menjauhkan lawan sambil memantulkan bola ke mana ia tuju.

Dalam praktik, hal ini dilakukan bila tidak dapat lagi mengoper bola secara tepat.

(3)

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, dribble ialah memantulkan bola ke lantai dengan satu tangan (kiri/kanan) secara bergantian sambil berjalan ataupun berlari. Pada dasarnya menggiring ialah membawa bola kedepan, sehingga dengan kemampuan dribble yang baik akan menambahkan angka dengan kelanjutan tembakan atau lay up yang akurat. Manfaat khusus dribble menurut Hal Wissel (2000: 95) yaitu :

1) Memindahkan bola keluar dari daerah padat penjagaan ketika operan tidak memungkinkan (contoh ketika setelah rebound atau dijaga dua orang)

2) Memindahkan bola ketika penerima tidak bebas penjagaan

3) Memindahkan bola pada saat fast break karena rekan tim tidak bebas penjagaan untuk mencetak angka

4) Menembus penjagaan ke arah ring

5) Menarik perhatian penjagaan untuk membebaskan rekan tim 6) Menyiapkan permainan penyerangan

7) Memperbaiki posisi atau sudut (angle) sebelum mengoper ke rekan, dan 8) Membuat peluang untuk menembak.

c. Cara Melakukan Dribble Bola Basket

Menurut Imam Sodikun (1992: 58) cara melakukan dribbling bola sebagai berikut :

1) Peganglah dengan kedua tangan secara relax, tangan kanan diatas bola, kiri dibawah menjadi tempat terletaknya bola

2) Berdiri seenaknya dengan kaki kiri agak sedikit ke depan dan kaki kanan 3) Condongkan badan ke depan mulai dari pinggang

4) Pantulkan bola dengan tangan kanan (pada permulaan bola dilihat) 5) Gerakan lengan hampir seluruhnya

6) Pantulan bola dilakukan dengan jari-jari tangan dibantu dengan pergelangan tangan (bukan memukul dengan telapak tangan).

7) Menjinakkan bola dengan sedikit mengikuti gerakannya bola ke atas sebentar dengan jari-jari dan pergelangan tangan, kemudian baru dipantulkan kembali

8) Setelah diratakan, watak, rahasia dan irama pantulan (get the feeling) dengan sikap berdiri ditempat maka mulailah sambil bergerak maju atau mundur

9) Mulailah dengan tidak melihat bola, dan percepatlah gerakannya.

10) Menggiring bola dilakukan dengan agak rendah, maju mundur, kiri kanan, berkelok-kelok dengan ringtangan dan lawan

11) Kombinasikan antara mengoper, menggiring dan menembak sehingga dapat dilakukan dengan cepat

(4)

d. Macam Teknik Dribble

Menurut Hal Wissel (2000: 96), dribble terdiri dari : 1) Control Dribble

Gunakan control dribble ketika dijaga ketat dan harus tetap melindungi dan menjaga bola selalu dibawah kontrol. Keseimbangan dalam berdiri, yang merupakan dasar pengendalian dribble akan memudahkan dalam tiga hal : menembak, mengoper, dan menggiring bola. Dribble memungkinkan anda untuk bergerak cepat, mengubah langkah dan berhenti sementara penggiring tetap melindungi bola. Kaki dibuka selebar bahu, berat badan tertumpu pada kaki, lutut dibengkokkan siap untuk bergerak.

Gambar 2.1 Control dan Kecepatan Dribble Bola Basket (Hal Wissel, 2000:97)

2) Speed Dribble

Kecepatan menggiring amat berguna ketika anda tidak dijaga ketat, membawa bola dalam lapangan yang kosong, dan harus cepat menggapai keranjang. Untuk kecepatan dribble lakukan dribble setinggi pinggang angkat kepala dan lihat sisi keranjang sehingga dapat melihat seluruh lapangan.

(5)

3) Footfire Dribble

Metode berhenti sementara sambil menjaga dribble tidak mati ketika mendekati lawan dalam lapangan terbuka. Terutama pada akhir fast break yang memungkinkan mendapat keseimbangan dan membaca posisi pemain lawan sementara anda punya 3 ancaman melalui tembakan, operan atau bergerak ketika menggiring bola. Untuk mengeksekusi footfire anda harus dengan cepat mengubah kecepatan dribble menjadi control dribble, untuk tetap berhenti dengan tetap ber- dribble.

4) Change of Pace Dribble

Berguna untuk menipu dan menghindari lawan. Untuk melakukan perpindahan langkah, ubah metode control dribble dari cepat ke terkontrol dan kembali lagi ke cepat. Kemampuan dalam dribble ini tergantung pada gerak mengecoh dan kecepatan.

5) Retreat Dribble

Dribble ini dilakukan untuk mengatasi masalah ketika ditekan lawan. Hal tersebut biasanya dikombinasikan dengan “Front change of direction”

(mengubah arah dari depan) dan kecepatan menggiring untuk menghindari halangan 2 lawan. Berguna memperpendek jarak untuk menghindari jebakan.

6) Crossover Dribble

Dribble ini penting dalam menyusuri lapangan dengan gerak cepat, untuk mulai menjangkau keranjang dan untuk menciptakan pembukaan bagi tembakan. Keefektifan dalam dribble ini didasarkan pada beberapa tajam perubahan dribble dari satu arah ke arah lain.

(6)

Gambar 2. 2 Crossover Dribble (Hal Wissel, 2000: 104)

7) Inside Out Dribble

Merupakan dribble tipuan untuk dapat membuka jalan menuju keranjang atau untuk menembak.

8) Reverse Dribble

Mempertahankan posisi badan antara bola dan lawan guna melindungi bola ketika mengubah arah.

9) Behind The Back Dribble

Dribble ini baik digunakan untuk mengatasi lawan yang menjaga di muka. Walaupun melatihnya agak susah, namun manfaatnya akan besar.

Dibandingkan dribble perubahan arah di depan, dribble ini lebih baik karena menjaga posisi penggiring tetap antara bola dan penjaga musuh.

Meskipun dribble mungkin merupakan salah satu keterampilan bola basket yang pertama diperkenalkan pada para pemain, tetap saja dibutuhkan latihan yang konsisten dengan menggunakan dasar-dasar yang tepat agar berkembang menjadi seorang pen-dribble ulung. Para pemain bola basket harus

(7)

memfokuskan pada dasar-dasar teknik dribble untuk dapat mengembangkan keterampilan dribble mereka.

2. Latihan

a. Pengertian Latihan

Latihan merupakan kegiatan yang wajib dilakukan untuk seorang atlet yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi fisiknya. Proses yang sistematis dan berulang-ulang dengan menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya. Menurut Suharno HP (1993: 7) bahwa, “Latihan adalah proses penyempurnaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik, teknik, taktik dan mental secara teratur, terarah, meningkat, bertahap dan berulang-ulang waktunya”. Latihan juga merupakan salah satu faktor strategi yang sangat penting dalam proses kepelatihan untuk mencapai mutu orientasi maksimal suatu cabang olahraga.

Atlet dapat meningkatkan kualitas fisik dan mental untuk mencapai prestasi prima dengan melakukan latihan keras dan disiplin. Beban latihan sebagai perangkat lunak yang harus dibuat pelatih untuk setiap program latihan yang merupakan bentuk rangsangan motorik yang dapat dikontrol oleh pelatih untuk meningkatkan kualitas atlet dalam rangka mencapai prestasi dan sebagai rancangan rencana dalam mengerjakan kondisi fisik atlet.

Pada jaman modern ini di negara-negara maju latihan dilakukan lima sampai tujuh kali per minggu dengan model latihan dua kali setiap hari. Dalam penyusunan program latihan adalah mengarahkan latihan dalam jangka panjang (waktu tertentu). Tujuannya adalah memaksimalkan adaptasi fisiologis, yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi atau penampilan seorang atlet. Pelatih maupun atlet berpegang pada prinsip-prinsip latihan. Masalah prinsip-prinsip latihan sangat penting demi mempercepat tercapainya tujuan latihan suatu cabang olahraga.

(8)

b. Prinsip-Prinsip Latihan

Prinsip latihan merupakan acuan yang hendaknya digunakan dalam latihan agar terlaksana dengan baik. Agar tujuan dari latihan dapat tercapai sesuai yang diharapkan, maka latihan yang dilakukan harus mengacu pada prinsip- prinsip latihan yang benar. Menurut Andi Suhendro (2004: 3.7) prinsip latihan meliputi: “(1) Prinsip beban latihan (Over Load Principle), (2) Prinsip perkembangan menyeluruh, (3) Prinsip spesialis, (4) Prinsip individual, (5) Prinsip latihan bervariasi”. Prinsip-prinsip latihan tersebut harusnya diterapkan dalam pelaksanaan pelatihan. Setiap prinsip latihan tersebut memiliki penekanan secara khusus, oleh karenannya harus dipahami dan dikuasai dengan baik. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip latihan tersebut dapat diuraikan singkat sebagai berikut:

1) Prinsip Beban Latihan (Over Load Principle)

Latihan makin lama meningkat bebannya, tetapi kenaikan beban latihan harus sedikit demi sedikit. Hal ini penting untuk menjaga agar tidak terjadi overtraining dan proses adaptasi atlet terhadap beban latihan. Beban latihan diperberat sedikit demi sedikit dengan mengubah salah satu atau semua ciri-ciri beban latihan seperti: intensitas, volume, recovery, dan frekuensi. Peningkatan beban jangan dilakukan setiap kali latihan, sebaiknya dua atau tiga kali latihan baru dinaikkan. Bagi si atlet masalah ini sangat penting karena ada kesempatan untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya yang memerlukan waktu paling sedikit 24 jam.

Salah satu hal yang tetap diperhatikan dalam peningkatan beban latihan harus berada di ambang rangsang latihan. Beban latihan yang terlalu berat tidak akan meningkatkan kemampuan atlet, tapi justru sebaliknya yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik atau dapat mengakibatkan atlet jatuh sakit.

2) Prinsip Perkembangan Menyeluruh

Sebagai kesatuan jiwa dan raga yang utuh dalam meningkatkan kualitas atlet untuk mencapai prestasi puncak secara serempak, selaras, serasi dan

(9)

seimbang. Perkembangan menyeluruh dari kemampuan kondisi fisik merupakan dasar dalam pembentukan prestasi, yaitu kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, power, koordinasi, keseimbangan, ketepatan, stamina.

Walaupun pada akhirnya tujuan dalam latihan adalah kemampuan yang bersifat khusus, namun kemampuan yang bersifat khusus tersebut harus didasari oleh kemampuan kondisi fisik secara menyeluruh. Perlu diperhatikan pula teknik- teknik dasar, menengah, tinggi; taktik dan strategi; keterampilan; sikap mental dan kepribadian; kematangan bertanding untuk dapat mencapai kualitas yang baik.

3) Prinsip Spesialis

Atlet dalam rangka mencapai cita-cita prestasi puncak harus mengarah satu cabang olahraga yang paling digemari dan berpotensi dalam cabang olahraga pilihannya. Maksudnya atlet akan memillih keahlian keterampilan dalam cabang olahraga yang menjadi pilihannya. Misal pemain bola basket dapat memilih sebagai point guard, forward, atau seorang centre. Latihan harus memiliki ciri dan bentuk yang khas dan sesuai dengan cabang olahraga yang ditangani. Hal tersebut sesuai dengan sifat dan tuntutan tiap-tiap cabang olahraga yang selalu berbeda- beda. Maka, perlu direncanakan program latihan yang bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Kekhususan tersebut yaitu menyangkut system energy serta pola gerakan (keterampilan) yang sesuai dengan nomor olahraga yang dikembangkan. Baik pola gerak, jenis kontraksi otot maupun kelompok otot yang dilatih harus disesuaikan dengna jenis olahraga yang dikembangkan.

Program latihan yang disusun untuk meningkatkan prestasi permainan bola basket, juga harus sesuai dengan karakterisitik permainan bola basket. Jika latihan yang dirancang tersebut memperhatikan prinsip ini, maka latihan tersebut akan lebih efektif, sehingga hasil yang dicapai akan lebih optimal.

4) Prinsip Individual

Setiap atlet sebagai manusia yang terdiri atas jiwa dan raga pasti berbeda- beda dalamm segi fisik., mental, watak dan tingkatan kemampuan. Perbedaan itu

(10)

perlu diperhatikan oleh pelatih agar pemberian dosis latihan, metode latihan dapat serasi untuk mencapai mutu prestasi tiap-tiap individu.

Olahraga yang bersifat regu, meskipun tujuan akhir kekompakan regu, namun proses melatihnya pasti lewat individu-individu dari anggota egu, dengan minta perhatian dalam hal fisik, metal, watak dan kemampuannya, dari sifat yang heterogen dibentuk ke homogenitas tim.

Agar tujuan dari suatu latihan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Maka pelaksanaan latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip yang benar. Prestasi olahraga meningkat jika latihan yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip latihan yang benar.

5) Prinsip Latihan Bervariasi

Prestasi yang tinggi dalam olahraga dibutuhkan proses waktu latihan yang cukup lama. Latihan yang memakan waktu cukup lama tentu akan menimbulkan rasa jenuh dan bosan bagi atlet. Untuk itu seorang pelatih harus pandai untuk menghindari rasa bosan atau jenuh dari atlet. Seorang pelatih harus mampu merancang program latihannya secara bervariasi, agar atlet tetap senang dalam berlatih, sehingga kondisi fisik maupun mental atlet tetap terpelihara dengna baik. Konsep ini harus dipegang oleh seorang pelatih, agar atlet selama mengikuti latihan merasa senang dan dapat berkonsentrasi mengikuti latihan.

c. Komponen-Komponen Latihan

Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan oleh seorang atlet akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia dan kejiwaan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah penampilan (volume), beban dan kecepatannya, intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas). Apabila seorang pelatih merencanakan suatu latihan yang dinamis, maka harus mempertimbangkan semua aspek yang menjadi komponen latihan tersebut diatas. Untuk lebih jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :

(11)

1) Volume Latihan

Sebagai komponen utama, volume adalah prasyarat yang sangat penting untuk mendapatkan teknik yang tinggi dan pencapaian fisik yang lebih baik.

Menurut Andi Suhendro (2004: 3.17) bahwa, “Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsangan yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri, atau set dan panjang jarak yang ditempuh”.

Peningkatan volume latihan merupakan puncak latihan dari semua cabang olahraga yang memiliki komponen aerobik dan juga pada cabang olahraga yang menuntut kesempurnaan teknik atau keterampilan taktik. Hanya jumlah pengulangan latihan tinggi yang dapat menjamin akumulasi jumlah keterampilan yang diperlukan untuk perbaikan penampilan secara kuantitatif. Perbaikan penampilan seorang atlet merupakan hasil dari adanya peningkatan jumlah satuan latihan serta jumlah kerja yang diselesaikan setiap satuan latihan.

2) Intensitas Latihan

Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk dikaitkan dengan komponen kualitatif kerja yang dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu akan lebih tinggi pula intensitasnya.

Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan dan kekuatan rangsangan tergantung dari beban kecepatan geraknya, variasi interval atau istirahat diantara tiap ulangannya. Suharno HP (1993: 31) menyatakan, “Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan”.

Hasil latihan dapat dicapai secara optimal, maka intensitas latihan yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas suatu latihan yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas latihan terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera.

(12)

3) Densitas Latihan

Menurut Andi Suhendro (2004: 3.24), “Density merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”. Dengan demikian densitas berkaitan dengan suatu hubungan yang dinyatakan dalam waktu antara kerja dan pemulihan. Densitas yang mencukupi dan menjamin efisiensi latihan, menghindarkan atlet dari kelelahan yang berlebihan. Densitas yang seimbang akan mengarah kepada pencapaian rasio optimal antara rangsangan latihan dan pemulihan.

Istirahat interval yang direncanakan diantara dua rangsangan, bergantung langsung pada intensitasnya dan lamanya setiap rangsangan yang diberikan.

Rangsangan diatas tingkat intensitas submaksimal menurut interval istirahat yang relatif lama, dengan maksud untuk memudahkan pemulihan seseorang dalam menghadapi rangsangan berikutnya. Sebaliknya rangsangan pada intensitas rendah membutuhkan sedikit waktu untuk pemulihan, karena tuntutan terhadap organismenya pun juga rendah.

4) Kompleksitas Latihan

Kompleksitas dikaitkan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan dalam latihan. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi, dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan.

Keterampilan teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang kompleks, dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang baik dan jelek.

3. Metode Latihan Intensif dan Latihan Ekstensif

Setiap aktivitas olahraga memerlukan komponen kondisi fisik antara lain daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, power, stamina, dan kelentukan.

Kondisi fisik yang baik menunjang aktivitas tubuh dan pencapaian teknik dari

(13)

suatu cabang olahraga. Untuk meningkatkan kondisi fisik yang maksimal diperlukan metode latihan.

Dikutip dari Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 142) menyatakan:

Metode mengajar atau melatih adalah suatu cara tertentu, sistem bekerja seorang pelatih atau olahragawan sehubungan dengan pengetahuannya dan kemampuannya yang cukup. Metode bukan suatu bentuk mengajar karena suatu metode melayani ketentuan pengorganisasian dari suatu kegiatan.

Contoh: metode circuit training, metode interval, merupakan suatu pelajaran untuk mengembangkan latihan. Metode latihan digunakan untuk menentukan kondisi materi kegiatan.

Salah satu metode latihan yang dilakukan adalah metode latihan interval.

Metode interval ialah metode yang dilaksanakan pengawasan yang cermat terhadap lamanya suatu latihan atau istirahat. Ada dua bentuklatihan interval, yaitu: latihan intensif dan latihan ekstensif.

Metode latihan intensif ditandai dengan penggunaan power yang lebih besar dan penurunan volume dalam satu kesatuan waktu. Dengan melakukan latihan secara intensif maka tujuan latihan dapat tercapai secara maksimal.

Menurut A. Hamidsyah Noer (1995: 90) bahwa, “Tujuan utama dari latihan adalah membantu para atlet dalam meningkatkan keterampilan dan pencapaian prestasi semaksimal mungkin, di samping untuk menjaga stabilitas derajat kesehatan dan kesegaran jasmani atlet”. Sedangkan pengertian latihan intensif menurut Suharno HP. (1993: 23) bahwa, “Latihan intensif yaitu latihan yang diberikan kepada atlet dengan ciri-ciri: volume beban latihan relatif kecil, intensitas beban latihan sub maksimal atau maksimal atau bisa dikatakan intensitas tinggi, waktu recovery pendek atau sebentar, frekuensi dan irama gerak banyak dan cepat. Dalam penelitian Rosih Kramadjaya (2004: 12) bahwa,

“Latihan dikatakan intensif jika latihan-latihan yang dilakukan memacu jantung masuk pada zona latihan”.

(14)

Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin menerangkan denyut nadi maksimal dan daerah ambang rangsang, sebagai berikut:

Gambar 2. 3 Denyut Nadi Maksimal dan Daerah Ambang Rangsang Latihan (Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin, 1996: 136)

Metode latihan ekstensif ialah suatu cara atau sistem yang menggunakan beban total yang merupakan bentuk dari besaran volume kerja dalam waktu dan ruang. Beban latihan ini menggunakan intensitas sedang, oleh sebab itu volumenya sangat banyak yaitu dengan repetisi sebanyak mungkin sehingga terjadi kelelahan yang berarti. Recovery yang lebih lama dengan frekuensi yang lambat dapat menyebabkan ketidakmaksimalan jantung mencapai zona latihan.

Sehingga akan lebih cepat meningkatkan daya tahan untuk atlet.

Perbedaan yang principal dari kedua metode latihan di atas dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 2. 1 Perbedaan Metode Latihan Intensif dan Ekstensif

Variabel Latihan Latihan Intensif Latihan Ekstensif

Volume Sedikit Lebih banyak

Intensitas Tinggi Sedang

Recovery Pendek atau sebentar Lama

Frekuensi / irama gerak Cepat Sedikit dan lambat

(15)

4. Latihan Dribble Secara Intensif

a. Pelaksanaan Latihan Dribble Secara Intensif

Latihan yang berulang-ulang dan sistematis dengan penambahan beban latihan serta intensitas latihan dapat bertujuan untuk peningkatan kondisi fisik.

Salah satunya latihan ini dapat dilaksanakan secara intensif. Menurut Suharno HP (1993: 23) menyatakan, “Latihan intensif artinya beban latihan yang diberikan kepada atlet memiliki ciri-ciri : 1) volume beban latihan relatif kecil, 2) intensitas beban latihan sub maksimal atau maksimal, dapat dikatakan intensitas tinggi, 3) waktu recovery pendek atau sebentar dan 4) frekuensi dan irama gerak banyak dan cepat.

Latihan dribble yang dilakukan dalam penelitian ini secara tidak langsung memacu pada kecepatan gerak. Prinsip-prinsip latihan kecepatan gerak menurut Sapta Kunto Purnama (2008: 7) adalah “Prinsip-prinsip kecepatan yaitu : dilakukan berulang-ulang, intensitas maksimal, istirahat sampai denyut jantung awal latihan (<100 per menit), jarak pendek (< 60 m) dan singkat (<6”)”. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cara memperbesar volume, meningkatkan intensitas, mempersingkat waktu istirahat, menambah frekuensi dan temponya tinggi. Selain diberikan latihan fisik, latihan intensif ini dikombinasikan dengan teknik dribble bola basket sesuai dengan ciri-ciri latihan intensif yang dijelaskan di atas.

b. Pengaruh Latihan Dribble Secara Intensif

Latihan intensif pada dasarnya dilakukan dengan intensitas tinggi dan masuk pada ambang rangsang latihan. Agar latihan masuk pada ambang rangsang latihan, maka dalam melakukan latihan intensif harus didasarkan pada ciri-ciri seperti di atas, Suharno HP, (1993: 24) menyatakan :

Contoh latihan intensif yaitu untuk meningkatkan kecepatan, power otomatisasi gerak teknik dan lain-lain. Perlu diingat bahwa, volume beban latihan selalu berbanding terbalik denan intensitas beban latihan.

Memperberat beban latihan dapat dilakukan dengan jalan memperbesar volume, meningkatkan intensitas, memperpendek recovery, menambah frekuensi dan tempo tinggi. Dapat pula memperberat beban latihan

(16)

dengan meningkatkan secara serempak semua ciri-ciri beban latihan atau sebagian-sebagian.

Berdasarkan karakterisik latihan intensif yang diterapkan dalam dribble bola basket memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan dribble bola.

Berbagai macam latihan yang diberikan dalam meningkatkan kecepatan men- dribble bola harus diberikan dengan menentukan intensitas, waktu istirahat, frekuensi, dan irama gerakan yang tepat. Kecepatan dribble bola dapat dilakukan dengan latihan fisik khusus menggunakan bola. Ketepatan menyusun program latihan dribbling bola basket meningkatkan kualitas fisik dan kecepatan teknik dribble bola basket menjadi lebih baik.

Latihan untuk meningkatkan kemampuan fisik maupun keterampilan teknik dapat dilakukan dengan menggunakan bola. Namun tidak mengesampingkan latihan fisik itu sendiri sehingga selain kemampuan fisik meningkat, keterampilan teknik dribble bola basket juga berkembang secara bersamaan. Karena mengejar waktu yang paling singkat tak dibantah pula bila saat melakukan dribbling, bola dapat lepas kontrol dari tangan. Latihan intensif cenderung diterapkan pada pemain yang sudah memiliki teknik dasar yang baik.

Hal tersebut diatas mendasari bahwa, latihan intensif sangat baik untuk meningkatkan kecepatan, power, dan otomatisasi gerak teknik. Menurut Yusuf Adisasmita dan Aip Syaifuddin (1996: 13) :

Berlatih secara intensif belum cukup apabila latihan itu tidak berbobot, bermutu dan berkualitas. Latihan yang berkualitas adalah :

1) Apabila latihan dan drill-drill diberikan memang benar-benar bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan atlet.

2) Apabila koreksi-koreksi yang tepat dan konstruktif sering diberikan 3) Apabila pengawasan dilakukan oleh pelatih sampai ke detail gerakan

dan setiap kesalahan segera diperbaiki

4) Apabila prinsip-prinsip overload diterapkan baik dalam aspek fisik maupun mental.

Jadi, pada kesimpulannya latihan intensif harus diberikan tepat guna sesuai kemampuan atlet, diberikan koreksi dan dilakukan pengawasan secara detail dan diterapkan prinsip latihan overload baik fisik maupun mental.

(17)

c. Kelebihan dan Kelemahan Menggunakan Latihan Intensif

Adapun ciri-ciri latihan intensif yang dikemukakan di atas, latihan intensif memiliki kelebihan yaitu :

1) Peningkatan kecepatan yang lebih optimal karena pembebanan latihan sub maksimal atau maksimal bahkan berintensitas tinggi.

2) Meningkatkan perkembangan kemampuan tubuh. Dengan pembebanan latihan akan merangsang tubuh beradaptasi dengan beban tersebut sehingga kemampuan tubuh meningkat.

3) Meningkatkan kesegaran jasmani, sehingga membantu penampilannya dalam bermain basket.

Selain kelebihan tersebut, latihan intensif memiliki beberapa kekurangan, antara lain :

1) Timbulnya kelelahan fisik dan mental secara menyeluruh sebab beban latihan yang dikerjakan atlet betul-betul dirasakan berat oleh pemain.

2) Bola akan mudah lepas dari penguasaan pemain karena menggiring bola harus dilakukan dengan cepat.

3) Latihan intensif kurang tepat diberikan bagi pemain pemula, sehingga peningkatan keterampilan menggiring bola sangat lambat.

Bila diberikan tanpa memperhatikan istirahat, gizi makanan dan lain- lainnya akan menimbulkan penurunan prestasi maupun over training bagi pemain.

5. Latihan Dribble Secara Ekstensif

a. Pelaksanaan Latihan Dribble Secara Ekstensif

Latihan ekstensif yaitu kebalikan dari latihan intensif. Suharno H (1993 : 23) menyatakan ciri-ciri latihan ekstensif :

1) Volume beban latihan dasar

2) Intensitas beban latihan rendah atau sedang 3) Waktu recovery lama

4) Frekuensi dan irama gerak sedikit dan lambat

Latihan ekstensif misalnya untuk meningkatkan daya tahan aerobik (endurance), melatih teknik-teknik pada permulaan dan melatih taktik.

(18)

Latihan ekstensif yang dilakukan pada prinsipnya sama dengan latihan intensif. Hanya dibedakan pada volume beban latihan dasar, intensitas beban latihannya rendah atau sedang, recovery lama, frekuensi dan irama gerak sedikit dan lambat. Selain diberikan latihan fisik, latihan ekstensif ini dikombinasikan pula dengan latihan dribble bola basket.

b. Pengaruh Latihan Dribble Secara Ekstensif

Latihan ekstensif merupakan latihan yang sifatnya dasar atau ringan, tidak masuk pada ambang rangsang latihan. Suharno HP (1993: 23) menyatakan,

“Latihan ekstensif misalnya untuk meningkatkan daya tahan aerobic (endurance), melatih teknik-teknik pada permulaan dan melatih taktik”. Diungkapkan oleh Andi Suhendro, bahwa “Teknik dasar adalah suatu penguasaan teknik tingkat awal yang terdiri dari komponen-komponen penting cabang olahraga tertentu dalam taraf yang paling sederhana, dimana proses gerakan dimulai pada taraf yang paling sederhana dan mudah dilakukan. Teknik ini biasanya diberikan kepada seseorang yang baru mengenal cabang olahraga tertentu dan memiliki keterampilan yang dikategorikan sebagai tingkat pemula”. Pendapat ini menunjukkan bahwa latihan ekstensif baik diberikan kepada atlet pemula yang baru mengenal atau mengikuti latihan awal.

Latihan ekstensif yang diterapkan secara tidak langsung akan meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan penguasaan teknik dasar dribble bola basket. Pada prosesnya pemain menerima informasi secara visual apa yang diberikan oleh pelatih. Hal ini sangat penting untuk proses belajar gerak pada tahap permulaan.

Selain itu latihan ekstensif juga dapat mengembangkan pengusaan teknik dasar dribble bola basket. Volume latihan lebih besar, percobaan untuk melakukan pun semakin banyak. Dribble yang dilakukan lebih terarah karena menggunakan intensitas latihan yang ringan atau sedang dan frekuensi irama gerakan yang lambat. Maka dari itu pemain pemula yang dilatih dengan latihan ekstensif harus memiliki kemampuan dan kualitas kondisi fisik yang baik untuk mendukung meningkatnya dribble bola basket.

(19)

c. Kelebihan dan Kelemahan Menggunakan Latihan Ekstensif

Latihan ekstensif memiliki kelebihan yaitu baik dilaksanakan dalam peningkatan daya tahan aerobik (endurance), dimana daya tahan sangat dibutuhkan dalam permainan bola basket. Setiap atlet harus dipersiapkan fisiknya (termasuk daya tahan aerobik) sebaik mungkin agar dalam pertandingan- pertandingan dia tidak kehabisan tenaga dan tidak semakin menurun keterampilannya yang disebabkan oleh semakin berkurangnya cadangan energi fisiknya.

Dengan daya tahan yang baik akan memiliki stabilitas kemampuan teknik dasar yang baik termasuk dribble bola basket. Dengan melakukan latihan dribble secara ekstensif, maka secara tidak langsung daya tahan aerobik akan meningkat, disisi lain kemampuan dribble bola juga akan meningkat secara optimal.

Kelebihan latihan dribble secara ekstensif antara lain : 1) Kecil kemungkinan terjadi kesalahan teknik dribble bola.

2) Bola tidak mudah lepas dari penguasaan pemain sehingga menggiring bola dapat dilakukan secara kontinyu.

3) Latihan ekstensif cocok untuk pemain pemula.

Sedangkan kekurangan latihan dribble secara ekstensif antara lain : 1) Unsur fisik terabaikan, sehingga kesegaran jasmani tidak meningkat.

2) Kecepatan dribble bola lambat berkembang karena intensitas latihan rendah.

B. Kerangka Pemikiran

1. Perbedaan Pengaruh Latihan Intensif dan Latihan Ekstensif Terhadap Dribble Bola Basket

Keterampilan atau kemampuan dribble merupakan teknik dasar yang sangat penting di permainan bola basket, karena dribble bola basket bermanfaat untuk membuka pertahanan lawan sehingga dapat menciptakan tembakan bola ke

(20)

ring lawan. Setiap pemain bola basket harus menguasai dan memliki keterampilan dribble yang baik dan akurat. Untuk dapat melakukan keterampilan dribble bola basket dengan baik harus melakukan latihan dengan sistematis, teratur, dan kontinyu dengan berdasarkan prinsip-prinsip latihan yang benar.

Metode latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dribble bola basket ialah latihan intensif dan latihan ekstensif.

Latihan intensif dan ekstensif merupakan bentuk pembebanan latihan yang memiliki karakteristik yang berbeda. Dari kedua bentuk latihan tersebut memiliki ciri-ciri latihan yang berbeda. Latihan intensif memiliki ciri-ciri yaitu:

volume beban latihan relatif kecil,intensitas beban latihan sub maksimal atau maksimal, dapat dikatakan intensitas tinggi, waktu recovery pendek atau sebentar dan frekuensi dan irama gerak banyak dan cepat. Sedangkan latihan ekstensif memiliki ciri-ciri yaitu : volume beban latihan besar, intensitas beban latihan rendah dan sedang, waktu recovery lama, frekuensi dan irama gerak sedikit dan lambat. Berdasarkan teori yang telah dikemukakan dalam penerapannya untuk melatih kemampuan dribble bola basket, bahwa latihan intensif memiliki volume latihan yang lebih kecil dibandingkan volume yang digunakan untuk latihan ekstensif. Sebaliknya, intensitas beban latihan yang digunakan pada latihan intensif lebih tinggi daripada latihan ekstensif. Tetapi memiliki variasi latihan yang sama.

Terdapat 24 orang sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu K1 untuk metode latihan intensif dan K2 untuk metode latihan ekstensif. Setiap kelompok terdiri dari 12 orang. Setiap siswa melakukan variasi latihan yang telah diprogram dengan berdasarkan karakteristik masing-masing metode latihan.

Dari kedua bentuk latihan ini dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan gerak meskipun prosentase peningkatannya tidaklah sama. Latihan- latihan untuk kecepatan gerak dengan latihan intensif dan ekstensif diantaranya acceleration sprints, interval training, sprint training dan drill. Dari bentuk latihan intensif maupun latihan ekstensif masing-masing diberi variasi latihan yang sama, namum penentuan beban latihan yang berbeda sesuai dengan ciri-ciri dari masing-masing bentuk latihan. Maka, dari hal ini akan ada perbedaan

(21)

pengaruh terhadap peningkatan kemampuan dribble bola basket yang ditimbulkan. Latihan intensif lebih menonjolkan kelebihannya dalam kecepatan gerak. Keterampilan dalam mengontrol bola lebih terasah sebab iramanya yang cepat. Sedangkan pada latihan ekstensif akan berpengaruh pada peningkatan daya tahan tubuh karena memiliki intensitas beban latihan sedang akan memakan waktu yang lebih lama untuk melakukan latihan tersebut.

2. Latihan yang Lebih Baik Pengaruhnya Antara Intensif dan Ekstensif Terhadap Dribble Bola Basket

Latihan dribble yang dilakukan dengan metode intensif memiliki kelebihan yaitu, peningkatan kecepatan yang optimal karena pembebanan latihan sub maksimal atau maksimal bahkan berintensitas tinggi. Hal ini mungkin dapat meningkatkan pembentukan pola gerak yang lebih baik. Mengacu pada ciri-ciri latihan intensif di atas yaitu; berintensitas tinggi, waktu recovery pendek, frekuensi dan irama gerak banyak dan cepat, maka akan meningkatkan kemampuan dribble semakin baik. Selain itu latihan intensif dapat meningkatkan perkembangan kemampuan tubuh. Dengan pembebanan latihan akan merangsang tubuh beradaptasi dengan beban tersebut sehingga kemampuan tubuh meningkat.

Tetapi akan menyebabkan kelelahan lebih cepat sehingga berpengaruh terhadap kesempurnaan gerak yang dilakukan.

Pada latihan ekstensif memiliki kelebihan pada kontrol bola saat melakukan dribble. Bola tidak akan mudah lepas dari penguasaan pemain karena latihan ekstensif dilakukan dengan intensitas sedang, sehingga kecepatannya pun lebih lambat. Karena berintensitas rendah dan sedang, waktu recovery lama, frekuensi dan irama gerak sedikit dan lambat pada latihan ekstensif akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk meningkatkan kemampuan dribble bola basket. Latihan ekstensif ini prioritasnya digunakan untuk melatih daya tahan pemain.

Menurut karakteristik dari masing-masing latihan intensif dan ekstensif peningkatan kemampuan dribble bola basket karena penelitian ini diterapkan pada pemain yang sebagian besar telah lama mengikuti latihan (bukan pemain pemula)

(22)

sehingga mereka sedikit menguasai pada keterampilan teknik dasar terutama dribble bola basket.

Dengan demikian diduga, latihan intensif lebih baik pengaruhnya terhadap kemampuan dribble bola basket daripada latihan ekstensif.

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh latihan intensif dan ekstentif terhadap kemampuan dribble bola basket pada siswa putra ekstrakurikuler SMP Negeri 3 Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.

2. Latihan intensif memiliki pengaruh yang lebih baik daripada latihan ekstensif terhadap kemampuan dribble bola basket pada siswa putra ekstrakurikuler SMP Negeri 3 Karanganyar.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Latihan

Gambar

Gambar 2.1 Control dan Kecepatan Dribble Bola Basket  (Hal Wissel, 2000:97)
Gambar 2. 2 Crossover Dribble  (Hal Wissel, 2000: 104)
Gambar 2. 3   Denyut Nadi Maksimal dan Daerah Ambang Rangsang Latihan        (Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin, 1996: 136)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan alasan tersebut penulis memilih UPT perpustakaan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry sebagai lokasi penelitian karena UPT Perpustakaan UIN Ar-Raniry telah

Semoga buku ini memberi manfaat yang besar bagi para mahasiswa, sejarawan dan pemerhati yang sedang mendalami sejarah bangsa Cina, terutama periode Klasik.. Konsep

[r]

Project : Embankment Rehabilitation and Dredging Work of West Banjir Canal and Upper Sunter Floodway of Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (JUFMP/JEDI) – ICB Package

• Marketing Public Relations dan periklanan sebagai variabel dari promotional mix memiliki perbedaan dalam beberapa segi (seperti proses, waktu, pengukuran keberhasilan), namun

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang menjadi tujuan utamanya adalah bagaimana nilai-nilai ajaran Islam yang diajarkan akan dapat tertanam dalam diri siswa

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen (X) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) adapun langkah- langkah