• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Physical Appearance Comparison Dengan Body Dissatisfaction Pada Remaja Perempuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Antara Physical Appearance Comparison Dengan Body Dissatisfaction Pada Remaja Perempuan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

THE RELATIONSHIP BETWEEN PHYSICAL APPEARANCE COMPARISON AND BODY DISSATISFACTION IN ADOLESCENT GIRLS

Dwiky Wahyu Wijayadi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

dwijayadi9892@gmail.com 082255125110

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang terjadi pada remaja perempuan yang mengalami perubahan secara fisik. Remaja khususnya perempuan memiliki perhatian yang besar terhadap penampilan fisiknya. Tidak jarang remaja perempuan mengalami ketidakpuasaan terhadap tubuh setelah membandingkan penampilan fisik, khususnya bentuk tubuhnya, dengan bentuk tubuh orang lain yang lebih menarik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara physical appearance comparison dengan body dissatisfaction pada remaja perempuan. Jenis penelitian ini kuantitatif, menggunakan metode uji korelasi. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 161 orang yang memiliki karakteristik yaitu remaja perempuan usia 13–21 tahun. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala Body Dissatisfaction for Woman yang dikembangkan oleh Tariq dan Ijaz (2015) dan skala Physical Appearance Comparison Scale-Revisied (PACS-R) yang dikembangkan Schaefer dan Thompson (2014). Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment.

Hasil analisis data yang diperoleh menunjukkan nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar = 0,665 (p = 0,001) yang berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara physical appearance comparison dengan body dissatisfaction pada remaja perempuan. Physical appearance comparison menunjukkan kontribusi 44,2% terhadap body disssatisfaction pada remaja perempuan.

Kata Kunci: body dissatisfaction; physical appearance comparison;remaja perempuan.

Abstract

This research is motivated by the problems that occur in adolescent girls who experience physical changes. Adolescents, especially girls, are very concerned about their physical appearance. It is not uncommon for teenage girls to experience body dissatisfaction after comparing their physical appearance, especially body shape, with other people's more attractive body shapes. This study aims to determine the relationship between physical appearance comparison and body dissatisfaction in adolescent girls. This type of research is quantitative, using the correlation test method. Subjects in this study amounted to 161 people who have the characteristics of adolescent girls aged 13-21 years. Data collection in this study used two scales, namely the Body Dissatisfaction for Woman scale developed by Tariq and Ijaz (2015) and the Physical Appearance Comparison Scale-Revisied (PACS-R) scale developed by Schaefer and Thompson (2014). The data analysis technique used is product moment correlation. The results of the analysis of the data obtained show the correlation coefficient (rxy) of = 0.665 (p = 0.001), which means that there is a significant positive relationship between physical appearance comparison and body dissatisfaction in adolescent girls. Physical appearance comparison showed a 44.2% contribution to body dissatisfaction in adolescent girls.

Keywords: physical appearance comparison;body dissatisfaction;adolescents girls.

(2)

Sebagian Teks Dari Judul Artikel

PENDAHULUAN

Setiap orang akan melalui masa bertumbuh dan berkembang yaitu usia remaja.

Teori perkembangan psikososial Erikson, yang menyatakan bahwa rentang usia remaja awal mulai dari usia 13 tahun sampai remaja akhir usia 21 tahun (Thalib, 2010).

Pada usia remaja memiliki kepedulian yang tinggi pada perubahan bentuk tubuh yang dialami (Santrock, 2012). Suseno dan Dewi (2014) mengemukakan bahwa ketika seseorang mempunyai bentuk fisik yang baik, secara tidak langsung memberikan dampak positif terhadap hubungan asmara yang lebih baik seperti dapat menjadi pusat perhatian. Sehingga penampilan dapat menjadi daya tarik ketika penampilan individu tersebut berbentuk proporsional pada setiap bagiannya (Khotamanisah, 2017).

Khotamanisah (2017) mengemukakan bahwa penilaian atau evaluasi terhadap bentuk tubuh merupakan proses pemberian makna guna mendapatkan standar ideal. Meskipun demikian, pada kenyataannya yang terjadi masih banyak ditemukan remaja yang memiliki pandangan bahkan penilaian yang negatif terhadap dirinya sendiri (Prima & Sari, 2018).

Soesilowindradini (2005) menjelaskan bahwa individu yang mengalami ketidakpuasan dengan tubuh diartikan sebagai body dissatisfaction. Masa remaja merupakan waktu yang sangat penting untuk memeriksa ketidakpuasan tubuh, ketika kebutuhan untuk menyesuaikan diri berada dipuncak (Eccles dkk., 1979)

Grogan (2006) menyatakan bahwa ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh umumnya dialami oleh perempuan. Berdasarkan penelitian Safarina dan Sri Rahayu (2015) pada 37 remaja perempuan menjadi anggota program diet di Bandung, sebanyak 94,8% memiliki rasa tidak puas dan juga tidak percaya diri sehingga menghindar lingkungan sosial. Didukung berdasarkan penelitian Rahmaniar dan Yuniar (2012) pada 100 siswi kelas XI dan XII SMA 4 Negeri Surabaya menunjukan bahwa sebanyak 82 orang siswi (82%) tidak puas terhadap penampilannya. Sedangkan subjek yang puas terhadap penampilannya sebanyak 18 orang siswi (18%).

Hurlock (2006) mengungkapkan bahwa remaja memahami dalam kehidupan bermasyarakat, individu yang memiliki penampilan baik biasanya lebih dipandang dibandingkan individu yang biasa saja. Oleh karena itu, remaja saat ini dituntut dan disibukkan dengan permasalahan dari bentuk tubuhnya sendiri. Berdasarkan penelitian Fisher, Dunn, dan Thompson (2002) menyatakan bahwa perbandingan penampilan fisik (physical appearance comparison) pada individu berhubungan secara langsung terhadap peningkatan rasa tidak puas

(3)

Hal ini didukung berdasarkan penelitian Putra, Dwi Putra, dan Diny (2019) menyatakan bahwa hampir semua remaja saat ini memiliki perilaku membandingkan penampilan dengan artis dan tokoh yang lebih baik darinya. Schaefer dan Thompson (2014) menjelaskan bahwa perbandingan penampilan fisik (physical appearance comparison) sebagai kecenderungan seseorang melakukan perbandingan dengan intensitas tinggi terhadap tubuh individu lain.

Terlebih ketika seseorang menjadikan objek perbandingan yang lebih baik dan memiliki standar tinggi, maka semakin membuat akan ditemukannya kekurangan dan kelemahan yang terdapat pada bagian tubuh tertentu bahkan secara keseluruhan (Sunartio, Sukamanto, & Dianovinina, 2012). Physical appearance comparison secara terus menerus berpengaruh buruk, yaitu perasaan sedih, malu, rendah diri, dan tidak bisa menerima kekurangan (White, Langer, &

Yariv, 2006).

Fenomena terjadi sekarang pada individu dengan rentang usia remaja cenderung memiliki pandangan ketidaksesuaian kondisi fisik dimiliki dengan kondisi fisik yang inginkan, sehingga timbullah penilaian yang tidak baik terhadap penampilan fisik. Berdasarkan penelitian Rahmadiyanti (2019) kepada 266 orang siswi di Pekanbaru terdapat hubungan yang positif antara perbandingan sosial terkait penampilan fisik dengan ketidakpuasan tubuh remaja perempuan. Artinya bahwa semakin tinggi tingkat physical appearance comparison maka semakin tinggi tingkat body dissatisfaction seseorang. Sebaliknya, semakin rendah tingkat physical appearance comparison maka semakin rendah pula tingkat body dissatisfaction seseorang.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka hipotesis pada penelitian ini ialah ada hubungan positif antara physical appearance comparison dengan body dissatisfaction pada remaja perempuan.

METODE

Jenis penelitian ini kuantitatif, menggunakan metode uji korelasi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah physical appearance comparison, sedangkan variabel tergantung dalam penelitian ini adalah body dissatisfaction. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 161 remaja perempuan. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment.

Pada penelitian ini, skala yang dipakai untuk mengambil data menggunakan skala likert.

Skala pengukuran pada penelitian ini menggunakan dua skala penelitian, yaitu skala Body Dissatisfaction dan skala Physical Appearance Comparison. Skala Body Dissatisfaction yang

(4)

Sebagian Teks Dari Judul Artikel

digunakan pada penelitian ini diadaptasi dari skala Tiarah (2020) yang mengacu pada aspek- aspek body dissatisfaction yang dikemukakan oleh Tariq dan Ijaz (2015) Sedangkan skala Physical Appearance Comparison merupakan skala terjemahan oleh Rahmadiyanti (2019) dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, yang mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Schaefer dan Thompson (2014). Skala Body Dissatisfaction terdiri dari 15 aitem favorable.

Sedangkan skala Physical Appearance Comparison terdiri dari 25 aitem favorable. Uji validitas skala Body Dissatisfaction menghasilkan 14 aitem valid dan 1 aitem gugur. Aitem yang valid memiliki koefisien korelasi yang bergerak dari 0,381 sampai 0,736 dengan koefisien reliabilitas (α) sebesar 0,876. Uji validitas skala Physical Appearance Comparison menghasilkan 25 aitem valid dan tidak terdapat aitem yang gugur. Aitem yang valid memiliki koefisien korelasi yang bergerak dari 0,816 sampai 0,940 dengan koefisien reliabilitas (α) sebesar 0,991.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Berdasarkan tabel 1 kategorisasi skor body dissatisfaction diketahui bahwa subjek pada penelitian ini, memiliki tingkat body dissatisfaction yang rendah sebanyak 29 subjek (18%), tingkat body dissatisfaction sedang sebanyak 110 subjek (68,3%) dan tingkat body dissatisfaction tinggi sebesar 22 subjek (13,7%). Berdasarkan uraian tersebut, subjek pada penelitian ini memiliki tingkat body dissatisfaction dengan kategori sedang. Selanjutnya pada penelitian ini diketahui 27 subjek (16,8%) memiliki tingkat physical appearance comparison rendah, 85 subjek (52,8%) memiliki tingkat physical appearance comparison sedang dan 49 subjek (30,4%) memiliki tingkat physical appearance comparison tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa subjek pada penelitian ini memiliki physical appearance comparison dalam kategori sedang.

Tabel 1.

Kategorisasi Body Dissatisfaction dan Physical Appearance Comparison

Variabel Kategori Skor N Presentase

Body Dissatisfaction Tinggi X ≥ 42 22 13,7%

Sedang 28 ≤ X < 42 110 68,3%

Rendah X < 28 29 18%

Total 161 100%

Physical Appearance

Comparison Tinggi X ≥ 75 49 30,4%

Sedang 50 ≤ X < 75 85 52,8%

Rendah X < 50 27 16,8%

Total 161 100%

(5)

bahwa sebaran data variabel body dissatisfaction mengikuti sebaran data yang tidak normal Sedangkan pada variabel physical appearance comparison memiliki nilai K-S Z = 0,111 dan p

= 0,000 (p<0,050). Hal ini menunjukan bahwa berarti sebaran data variabel physical appearance comparison mengikuti sebaran data tidak normal.

Tabel 2.

Hasil Normalitas Variabel Body Dissatisfaction dan Physical Appearance Comparison

Variabel Kolmogorov-

Smirnov

Distribusi data

Statistic Sig.

Body Dissatisfaction 0,078 0,019 Tidak normal Physical Appearance

Comparison

0,111 0,000 Tidak normal

Menurut Priyatno (2012) terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah data residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan cara uji statistik dan analisis grafik. Ghozali (2012) menyarankan bahwa dalam menyimpulkan apakah data residual berdistribusi normal atau tidak, disamping melakukan uji statistik juga dapat dilengkapi dengan analisis secara grafik. Setelah dilakukan uji data secara statistik, selanjutnya guna melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak, peneliti melakukan analisis data secara grafik.

Ghozali (2018) mengemukakan bahwa salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Hal tersebut sama seperti Singgih (2017) yang menyampaikan bahwa tujuan dari uji normalitas secara visual untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped).

Selain itu, terdapat juga metode secara grafik guna melihat data residual berdistrubusi normal yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Field, 2009). Ghozali (2011) mengatakan bahwa distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploating data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Singgih, 2002). Adapun pengujian data

(6)

Sebagian Teks Dari Judul Artikel

Gambar 1.

Histogram Variabel Body Dissatisfaction

Gambar 2.

Pola Normal Q-Q Plot Variabel Body Dissatisfaction

Gambar 3.

Histogram Variabel Physical Appearance Comparison

(7)

body dissatisfaction yaitu grafik histogram memberikan distribusi yang simetris dengan sebaran data mendekati titik tengah atau nilai mean (menyerupai lonceng terbalik). Sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar berhimpit di sekitar garis diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis secara grafik pada variabel body dissatisfaction mengikuti sebaran data yang normal.

Pada tampilan gambar grafik histogram dan grafik normal plot pada variabel physical appearance comparison yaitu grafik histogram mendekati distribusi yang simetris dan data mendekati titik tengah atau nilai mean (tidak menyerupai lonceng terbalik). Sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar berhimpit di sekitar garis diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Hasil penelitian dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali (Sunyoto, 2005). Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis secara grafik pada variabel physical appearance comparison mengikuti sebaran data yang normal.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka variabel body dissatisfaction dan variabel physical appearance comparison dapat digunakan untuk lanjut ke langkah berikutnya, yaitu melakukan uji linieritas dan uji hipotesis karena jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 161 (N ≥ 30). Hal ini menunjukkan bahwa seluruh data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal.

Uji linieritas dillakukan untuk memastikan apakah terdapat hubungan yang linier antara variable X dengan variable Y (Riduwan, 2010). Dalam hal ini, peneliti melakukan uji linieritas dengan bantuan program SPSS Versi 26.0 dengan melihat nilai F-Linearity. Kaidah yang digunakan untuk menguji linieritas yaitu dengan nilai signifikansi < 0,050. Hal ini menjelaskan bahwa antara variabel bebas dan variabel terikat merupakan hubungan yang linier. Sebaliknya,

(8)

Sebagian Teks Dari Judul Artikel

apabila nilai signifikasi ≥ 0,050 maka hubungan anatara variabel bebas dan variabel terikat bukan merupakan hubungan yang linier. Berdasarkan uji linearitas diperoleh nilai F= 134.377 dan p = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara perilaku body dissatisfaction dengan physical appearance comparison merupakan hubungan yang linier.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif yang signifikan antara physical appearance comparison dengan body dissatisfaction pada remaja perempuan dengan koefisien korelasi (rxy) = 0,665 dan taraf signifikansi p = 0,000 (p < 0,050) yang berarti bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu menunjukan semakin tinggi physical appearance comparison, maka semakin tinggi body dissatisfaction yang dialami remaja perempuan. Sebaliknya semakin rendah physical appearance comparison, maka semakin rendah juga body dissatisfaction yang dialami remaja perempuan. Dalam hal ini, diterimanya hipotesis pada penelitian yang menunjukan bahwa physical appearance comparison dianggap sebagai salah satu faktor terhadap body dissatisfaction yang dialami remaja perempuan.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Budianti dan Nawangsih (2020) yang menunjukan terdapat hubungan positif antara physical appearance comparison dengan body dissatisfaction pada remaja pengguna Instagram dikota Bandung.

Menurutnya perbandingan penampilan salah satu menjadi prediktor bagi ketidakpuasan tubuh.

Sehingga hal itu berarti bahwa terdapat hubungan positif antara dua variabel tersebut yang artinya semakin tinggi physical appearance comparison maka semakin tinggi pula body dissatisfaction, begitu pula sebaliknya.

Puspitasari dan Ambarini (2017) mengemukakan bahwa remaja perempuan dominan selalu melakukan perbandingan kondisi fisik yang dimiliki dengan kondisi fisik orang lain yang lebih baik karena remaja perempuan memiliki perhatian lebih terhadap penampilannya. Hal tersebut didukung Vetrikananda (2016) menyatakan bahwa remaja perempuan sangat rentan mengalami rasa tidak puas dan tidak menerima bentuk tubuhnya karena adanya ketidaksesuaian dari kondisi fisik yang dimiliki dengan kondisi fisik yang di inginkan.

Secara umum hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 161 subjek terdapat 68,3% (110 subjek) remaja perempuan memiliki tingkat body dissatisfaction pada kategori sedang dan physical appearance comparison yang dimiliki remaja perempuan secara umum berada pada kategori sedang sebanyak 52,8% (85 subjek). Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat body dissatisfaction dan physical appearance comparison pada remaja perempuan mayoritas berada pada kategori sedang.

(9)

perempuan. Physical appearance comparison mempengaruhi sebesar 44,2% terhadap body dissatisfaction pada remaja perempuan dan sisanya 55,8% dipengaruhi oleh faktor lain.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara physical appearance comparison dengan body dissatisfaction pada remaja perempuan. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi physical appearance comparison, maka semakin tinggi body dissatisfaction yang dialami remaja perempuan. Sebaliknya semakin rendah physical appearance comparison, maka semakin rendah juga body dissatisfaction yang dialami remaja perempuan.

DAFTAR PUSTAKA

Budianti, R. D., & Nawangsih, E. (2020). Hubungan appearance comparison dan body dissatisfaction pada remaja pengguna instagram di kota bandung . Jurnal Prosiding Psikologi, 6(2), 657–662.

Eccles, S. J., Midgley, C., Wigfield, A., Buchanan, M. C., Reuman, D., Flanagan, C., & Mac Iver, D. (1979). Development during adolescence. In Journal of the Singapore Paediatric Society (Vol. 21, Issues 1–2, pp. 18–21). https://doi.org/10.1016/b978-1-4831-9634- 3.50017-8

Fisher, E., Dunn, M., & Thompson, J. K. (2002). Social comparison and body image: An investigation of body comparison processes using multidimensional scaling. Journal of

Social and Clinical Psychology, 21(5), 566–579.

https://doi.org/10.1521/jscp.21.5.566.22618 Hadi, S. (2015). Metodologi Riset. Psutaka belajar.

Hurlock, E. B. (2006). Psikologi perkembangan. Erlangga, Jakarta.

Khotamanisah. (2017). Hubungan antara persepsi terhadap citra tubuh ideal dengan body dissatisfaction pada wanita dewasa awal. Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2, 1–5. http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/29968

Puspitasari, A. I., & Ambarini, T. K. (2017). Hubungan social comparison dan body dissatisfaction pada remaja perempuan. Jurnal Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental, 6, 59–66.

Putra, H. N., Dwi Putra, A. I., & Diny, A. (2019). Body Dissatisfaction ditinjau dari social somparison pada siswi sekolah menengah atas. Journal of Education, Humaniora and

(10)

Sebagian Teks Dari Judul Artikel

Rahmadiyanti, A. (2019). Hubungan antara social comparison dengan ketidakpuasan bentuk tubuh pada remaja perempuan. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekan Baru, 2(1).

Safarina, R., & Sri Rahayu, M. (2015). Hubungan antara body dissatisfaction dengan perilaku diet tidak sehat remaja putri yang menjadi member Herbalife di Bandung. 2(1), 535–542.

Santrock, W. J. (2012). Life-Span development perkembangan masa hidup (13th ed.).

Jakarta:Erlangga.

Schaefer, L. M., & Thompson, J. K. (2014). The development and validation of the physical appearance comparison scale-revised (PACS-R). Eating Behaviors, 15(2), 209–217.

https://doi.org/10.1016/j.eatbeh.2014.01.001

Soesilowindradini. (2005). Psikologi perkembangan masa remaja. Usaha Nasional.

Sunartio, L., Sukamanto, E. M., & Dianovinina, K. (2012). Sosial comparison dan body dissatisfaction pada wanita dewasa awal. Jurnal Humanitas, 9(2), 158–168.

Suseno, A. O., & Dewi, K. S. (2014). Hubungan antara ketidakpuasan bentuk tubuh dengan intensi melakukan perawatan tubuh pada wanita dewasa awal. Empati, 3 (3), 20–31.

Tariq, M., & Ijaz, T. (2015). Development of body dissatisfaction scale for University Students.

Pakistan Journal of Psychological Research, 30(2), 305–322.

Tiarah, I. N. A. (2020). Hubungan antara body dissatisfaction dengan stress pada remaja perempuan. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta, 2(1).

White, J. B., Langer, E. J., Yariv, L., & Welch, J. C. (2006). Frequent social comparisons and destructive emotions and behaviors: the dark side of social comparisons. Journal of Adult Development, 13(1), 36–44. https://doi.org/https://psycnet.apa.org/doi/10.1007/s10804- 006-9005-0

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis terbukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan gaya hidup konsumtif dengan harga diri remaja perempuan pengguna skin care

kesenjangan yang besar antara bentuk tubuh yang sesungguhnya dengan bentuk.. tubuh yang diidealkan yang disebut body dissatisfaction

Body  dissatisfaction  yang  dialami  perempuan  semakin  meningkat,  tidak  hanya  di  Indonesia  tetapi  di  luar  negeri.    Hasil  penelitian  Prichard 

Body dissatisfaction juga dapat menjadi salah satu self-acceptance yang merupakan bagian dari dimensi psychological well-being.. Kehidupan remaja terlihat cukup

physical appearance comparison dengan body dissatisfaction remaja putri Kota Bandung?”.

Berdasarkan hasil dari penelitian mengenai tekanan sosial dan media untuk menjadi kurus dengan body dissatisfaction, menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara tekanan

Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan kedua variabel tersebut signifikan dan terdapat hubungan positif antara kelekatan dengan ibu dan body image pada remaja

Huungan antara ketidakpuasan bentuk tubuh dengan kepercayaan diri remaja pada korban body shaming di SMK Al- Gina.. Analisis faktor sosio-kultural terhadap dimensi body image pada