• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELENGGARAAN SATUAN KREDIT SEMESTER (SKS) SEBAGAI PENGGANTI PROGRAM AKSELERASI DI SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENYELENGGARAAN SATUAN KREDIT SEMESTER (SKS) SEBAGAI PENGGANTI PROGRAM AKSELERASI DI SMP"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELENGGARAAN SATUAN KREDIT SEMESTER (SKS) SEBAGAI PENGGANTI PROGRAM AKSELERASI DI SMP

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Mari Rahmatika NIM: 1114018200023

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021

(2)
(3)

ii

(4)
(5)

Evaluasi Program Akselerasi

Mari Rahmatika

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta marirahmatika@gmail.com

Hasyim Asy’ari

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta hasyim.asyari@uinjkt.ac.id

Abstract : Some students have high intellectual intelligence compared to students in general.

Students who have high intellectual intelligence require special treatment, of course in terms of education. The government provides learning program facilities for children who have high intellectual intelligence by opening an accelerated class program. With the acceleration program, students who have high intellectual intelligence can develop according to their abilities without obstacles from regular students. A program has a goal that must be achieved.

The success of that goal can be measured from the evaluation carried out in the process.

However, as time goes by, there are pros and cons of this acceleration program. Some consider this program to be in accordance with the needs of students who have high intellectual intelligence because they can provide knowledge according to their abilities. However, some people think that these programs hinder students' emotional development. In the acceleration program, students are packed with teaching and learning activities that make socialization with other students less. This is what makes some people less agree with this acceleration program.

although the acceleration class has been abolished, the semester credit system is a replacement for the acceleration program that has been abolished. With the semester credit system or also known as SKS, students can choose the study load and subjects to be followed every semester in the education unit according to their talents, interests, and ability/speed of learning.

Keywords : Semester credit system; Acceleration.

Abstrak : Beberapa siswa memiliki kecerdasan intelektual tinggi dibanding dengan siswa pada umumnya. Siswa yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi tersebut memerlukan perlakuan

(6)

yang khusus, tentunya dalam hal pendidikan. Pemerintah menyediakan fasilitas program belajar bagi anak yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi tersebut dengan membuka program kelas akselerasi. Dengan adanya program akselerasi, siswa yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi tersebut dapat berkembang sesuai dengan kemampuanya tanpa hambatan dari siswa reguler.

Suatu program memiliki tujuan yang harus dicapai. Keberhasilan tujuan itu bisa di ukur dari evaluasi yang dilaksanakan dalam prosesnya. Namun seraya waktu berjalan, terdapat pro dan kontra dari program akselerasi ini. Ada yang menganggap program ini sudah sesuai dengan kebutuhan siswa yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi karna dapat memberikan pengetahuan sesuai dengan kemampuannya. Namun, beberapa orang berfikir bahwa program ini menghambat perkembangan emosional siswa. Pada program akselerasi, siswa dipadatkan dengan kegiatan belajar mengajar yang membuat sosialisasi dengan sesama siswa lainnya menjadi kurang. Hal itu yang membuat beberapa orang kurang menyetujui adanya program akselerasi ini.

meskipun kelas akselerasi sudah dihapuskan, namun sistem kredit semester menjadi pengganti dari program akselerasi yang telah dihapus. Dengan sistem kredit semester atau disebut juga SKS, siswa dapat memilih beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan/kecepatan belajar.

Kata Kunci : Sistem kredit semester; Akselerasi.

(7)

Daftar Isi

Daftar Isi ... 6

Pendahuluan ... 1

Program Akselerasi ... 2

Kebijakan Penghapusan Program Akselerasi ... 9

Sistem Kredit Semester (SKS) ... 10

Evaluasi Program ... 11

Kesimpulan ... 13

Daftar Pustaka ... 13

(8)

Pendahuluan

Pendidikan merupakan kegiatan mengembangkan potensi dalam diri seseorang agar dapat lebih berkualitas dan dapat mengendalikan dirinya dengan baik, hal itu sesuai dengan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan Undang- Undang tersebut, dikatakan bahwa dengan adanya pendidikan dapat mengembangkan potensi dirinya dalam hal kecerdasan. Kecerdasan setiap manusia berbeda tingkatannya. Manusia yang memiliki kecerdasan istimewa perlu perlakuan istimewa, khususnya dalam pelayanan pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 4, “Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.” Oleh karena itu, suatu lembaga pendidikan membuat program pendidikan khusus untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa.

Peserta didik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa biasanya lebih cepat tanggap dalam memahami materi belajar yang disampaikan oleh guru dan cepat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, peserta didik yang memiliki kecerdasandan bakat istimewa ini membutuhkan pelayanan program khusus agar mereka tidak merasa bosan dengan pembelajaran yang diberikan guru di kelas biasa. Salah satu program yang dapat dilaksanakan yaitu program percepatan. Sesuai dengan Permendikbud Nomor 157 tahun 2004 tentang Kurikulum pendidikan Khusus pasal 15 ayat 2 bahwa, “Program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat berupa: (a) program pengayaan; dan/atau, (b) program percepatan”

Program percepatan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pendidikan siswa yang memiliki kecerdasan istimewa agar dapat belajar sesuai dengan kemampuannya dan dapat lulus dengan tingkatan waktu yang lebih singkat dari peserta didik pada umumnya. Dengan adanya program akselerasi, berpengaruh pada mutu pendidikan di sekolah.

(9)

Program Akselerasi

1. Pengertian Program Akselerasi

Kata akselerasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna proses mempercepat, peningkatan kecepatan atau percepatan, dan laju perubahan kecepatan.

Tidak berbeda dengan bahasa Indonesia, dalam bahasa Inggris akselerasi sama juga dengan “Acceleration” yang berarti percepatan atau perlajuan (Shadily, 2005). Dapat disimpulkan bahwa tidak jauh berbeda pengertian antara bahasa Inggris dan Indonesia bahwa akselerasi merupakan mempercepat dalam suatu proses.

Menurut Mulyasa akselerasi penerapan bagi siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dapat menyelesaikan pelajarannya dari waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Berbeda dengan istilah loncat kelas, akselerasi mengharuskan peserta didik mempelajari semua bahan pelajaran yang ditentukan namun dengan waktu lebih cepat dengan peserta didik yang lain (Ahmadi, 2011).

Akselerasi dapat diartikan juga dengan kata percepatan. Menurut Sutratinah, percepatan adalah cara penganganan anak super normal dengan cara mempersilahkan naik kelas satu tingkat atau menyelesaikan program regular dengan jangka waktu yang lebih cepat dan singkat (Putra, 2013). Tidak jauh berbeda, menurut Program percepatan, yaitu pemberian pelayanan pendidikan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa dengan memperbolehkan menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu lebih singkat dibandingkan dengan temantemannya.

Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akselerasi merupakan wadah bagi peserta didik yang memiliki rata-rata kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik pada umumnya. Peserta didik yang memiliki karakter spesifik dari segi kognitif dan afektif. Dimana dalam hal ini, peserta didik tersebut mengalami percepatan dalam proses pendidikannya, yang diartikan peserta didik tersebut secara khusus dapat lebih cepat menyelesaikan pendidikan dibandingkan dengan peserta didik lain.

2. Tujuan Program Akselerasi

Suatu program tentunya dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu, oleh karena itu adanya program ini memiliki tujuan-tujuan yang dapat menjadikan program ini berguna. Program ini cocok bagi peserta didik yang bertipe “accelerated learner”, yaitu

(10)

peserta didik yang setelah lebih dulu menyelesaikan tugastugas yang diprogramkan seperti peserta didik lainnya, merasa lebih enjoy menggunakan sisa waktunya untuk mempelajari tugas-tugas berikutnya (Herry, 2013). Menurut Ahmadi program akselerasi yang dikhususkan bagi peserta didik cerdas istimewa dan berbakat istimewa ini memiliki dua tujuan, diantaranya:

a. Tujuan Umum

1) Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektifnya.

2) Memenuhi hak asasi peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan bagi dirinya.

3) Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik.

4) Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik.

(11)

5) Menimbang peran serta peserta didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran.

6) Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan.

b. Tujuan Khusus

1) Memberi penghargaan untuk dapat menyelesaikan program pendidikan secara lebih cepat sesuai dengan potensinya.

2) Meningkatkan efesiensi dan efektivitas proses pembelajaran peserta didik.

3) Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal.

4) Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosionalnya secara seimbang.

3. Karakteristik Peserta Akselerasi

Program akselerasi merupakan program pendidikan yang dikhususkan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan kecerdasan lebih dibanding peserta didik pada umumnya. Maka dari itu, program akselerasi memiliki karakteristik untuk memenuhi kebutuhan menerima peserta didiknya. Secara umum, karakteristik peserta akselerasi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik umum dan kaakteristik khusus (Putra, 2013).

a. Karakteristik Umum Peserta Akselerasi 1) Belajar dengan mudah dan cepat

2) Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan 3) Cermat atau teliti dalam mengamati

4) Mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah dengan sangat cepat 5) Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah 6) Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya 7) Menunjukkan kepemimpinan yang tinggi

b. Karakteristik khusus

Karakteristik khusus dimiliki sesuai dengan masing-masing mata pelajaran, diantaranya;

1) Karakteristik Khusus Siswa Akselerasi Bidang Matematika

(12)

a) Mampu memahami logika konsep-konsep numeric dan special yang menggunakan symbol-simbol seperti angka dan huruf, dan berpikir dengan symbol matematik

b) Mampu belajar secara efisien dengan menemukan cara-cara singkatuntuk menyelesaikan persoalan masalah matematika

c) Mempunyai daya ingat yang kuat

2) Karakteristik Khusus Siswa Akselerasi Bidang Sains a) Mempunyai minat terhadap sains sejak usia dini

b) Sudi melakukan kegiatan sains yang sulit dalam periode panjang c) Dorongan yang kuat untuk menghafal istilah objek objek sains.

4. Landasan Program Akselerasi

Landasan program akselerasi didasarkan sesuai dengan Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa (Direktorat PSLB, 2009). Berikut penjelasan beberapa landasan program akselerasi:

a. Landasan Filosofis

Dalam pelaksanaan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa didasari dengan landasan filosofis yaitu:

1) Hakikat Manusia

Berbagai potensi dan kemampuan yang didapatkan oleh manusia merupakan pemberia Tuhan Yang Maha Esa. Dengan apa yang diberikan Tuhan, maka kita seharusnya memanfaatkan, mengembangkan dan tidak menyia-nyiakan pemberian-Nya. Menurut Utami Munandar, peserta didik akan merasa cemas dan ragu apabila mereka yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dibandingkan peserta didik pada umumnya jika kepenuhannya tidak dipenuhi.

2) Hakekat Pembangunan Nasonal

Manusia merupakan sentral sebagai subyek pembangunan. Dalam subyeknya manusia berperan untuk menjadi manusia yang utuh, yang secara wajar berkembang segenap dimensi potensinya. Menurut Utami, bila suatu

(13)

pada perkembangan pendidikan dan percepatan pembangunan di Indonesia.

Kerugian yang terjadi akan menyebabkan Negara kehilangan sejumlah tenaga terampil yang bermanfaat dalam percapaian tujuan pembangunan secara menyeluruh.

3) Tujuan Pendidikan

Salah satu dari tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan keseimbangan antara pemerataan kesempatan dan keadilan dalam pelayanan pendidikan. Menurut teori Multiple Intelligences yang dikemukakan oleh Gardner, menyatakan bahwa manusia memiliki bentuk dan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Maka dari itu dengan adanya program akselerasi dapat memberikan keadilan bagi siswa yang memiliki rata-rata di atas siswa biasa.

4) Usaha untuk mencapai tujuan akselerasi

Upaya untuk mengembangkan kemampuan peserta didik berdasarkan dengan azas keseimbangan dan keselarasan seperti berikut:

a) Keseimbangan antara kreativitas dan disiplin

b) Keseimbangan antara persaingan (kompetisi) dan kerjasama (kooperatif) c) Keseimbangan antara pengembangan kemampuan berfikir holistic dengan

kemampuan berfikir atomistic

d) Keseimbangan antara berpikir induktif dan deduktif e) Keseimbangan antara tuntutan dan prakarsa

5. Model Penyelenggaraan Program Akselerasi

Model penyelenggaraan program akselerasi ada bermacam-macam. Southern dan Jones menjelaskan sekurang-kurangnya ada 13 tipe/pola penyelenggaraan program akselerasi. Beberapa di antaranya adalah:

a. Early Entrance, siswa masuk sekolah dalam usia yang lebih muda dari persyaratan yang ditentukan pada umumnya;

b. Grade Skipping, siswa dipromosikan ke kelas yang lebih tinggi dari penempatan kelas yang normal pada akhir tahun pelajaran;

c. Continous Progress, siswa diberi materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan prestasi yang mampu dicapainya;

(14)

d. Subject Matter Acceleration, siswa ditempatkan dalam kelas yang lebih tinggi khusus untuk satu atau beberapa mata pelajaran;

e. Curriculum Compacting, siswa melaju pesat melalui kurikulum yang dirancang dengan mengurangi sejumlah aktivitas, seperti drill dan review;

f. Telescoping Curriculum, siswa menggunakan waktu yang kurang dari biasanya dengan menyelesaikan studi.

Dari 6 model penyelenggaraan program akselerasi yang telah disebutkan, di Indonesia lebih menggunakan model penyelenggaraan Telescoping Curriculum.

6. Kurikulum

Kurikulum pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa ini berbeda dengan kurikulum bagi peserta didik pada umumnya. Hal itu dilakukan supaya dapat memacu dan mengembangkan pengetahuan pesert didik.

Berikut merupakan diferensiasi bagi kurikulum pendidikan khusus bagi peserta didik berbakat istimewa dan cerdas istimewa.

a. Dimensi Umum

Bagian kurikulum inti yang memberikan pengetahuan, keterampilan dasar, pemahaman nilai, dan sikap yang yang diberikan pula kepada peserta didik lain dalam jenjang pendidikan tersebut.

b. Dimensi Diferensiasi

Bagian kurikulum yang berkaitan erat dengan ciri khas pengembangan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa pada bidang studi tertentu untuk dikuasai secara luas dan mendalam. Secara prinsip, penerapan materi kurikulum bagi peserta didik program akselerasi haruslah memenuhi rasa keingintahuan peserta didik, isi kurikulum memiliki tingkat kesulitan dua level di atas rata-rata, materi terfokus pada penerapan pengetahuan nyata, dan materi harus lebih unggul dari materi regular.

c. Dimensi Media

PembelajaranDimensi kurikulum yang menuntut adanya penggunaan media pembelajaran seperti belajar melalui audio, televisi, internet, CD-ROM, Pusat

(15)

d. Dimensi Suasana Belajar

Pengalaman belajar yang dijabarkan dari lingkungan keluarga dan sekolah harus mampu menciptakan iklim akademis yang menyenangkan dan menantang, dan sesuai dengan prinsip tut wuri handayani.

e. Dimensi Co-kurikuler

Bagian dimensi kurikulum yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman di luar sekolah.

7. Kompetensi Guru

Secara umum, kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru terdiri dari:

kompetensi pedagogik, profesional, personal, dan sosial. Secara lebih spesifik, beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru yang mengajar pada program akselerasi, di antaranya:

a. Lulusan perguruan tinggi minimal S-1 yang sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan. b. Memiliki sertifikat pendidik. c. Memiliki karakteristik kepribadian dan kompetensi guru. d. Memahami karakteristik dan kebutuhan peserta didik program akselerasi. e. Menguasai subtansi mata pelajaran yang diampu. f. Mampu mengelola proses pembelajaran. g. Mampu mengembangkan materi, metode, produk dan lingkungan belajar. h. Memahami psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan. i. Mampu mengembangkan kreativitas peserta didik. j.

Mampu berbahasa Inggris aktif dalam kegiatan pembelajaran. k. Dapat menggunakan perangkat komputer dan teknologi informasi. l. Memiliki pengalaman mengajar > 3 (tiga) tahun dengan prestasi baik. m. Mampu berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) terkait penyelenggaraan pendidikan

Kompetensi guru pendidikan khusus dilandasi oleh tiga kemampuan utama, yaitu:

a. Kemampuan umum b. Kemampuan dasar c. Kemampuan khusus

Kompetensi guru yang digunakan dalam program akselerasi ini yaitu kompetensi guru kemampuan dasar, karena kemampuan dasar ini memang diperlukan bagi peserta didik luar biasa. Sedangkan untuk kemampuan umum untuk peserta didik normal, dan kemampuan khusus untuk peserta didik luar biasa jenis tertentu.

8. Sarana dan Prasarana

(16)

Sarana dan prasarana merupakan salah satu penunjang dalam proses pembelajaran yang sedikit-banyaknya membantu peserta didik meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya. Sekolah tempat di selenggarakannya program akselerasi harus mampu memenuhi sarana dan prasarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan peserta didik, berikut:

a. Prasarana belajar meliputi: ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas, ruang laboratorium, ruang perpustakaan, dan lain-lain.

b. Sarana belajar meliputi: sumber belajar, media pembelajaran, sarana TIK, alat praktik dan alat peraga

9. Waktu Penyelesaian Program Belajar Akselerasi

waktu penyelesaian program belajar siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan kemampuan lebih cepat dengan siswa reguler. Pada tingkat sekolah dasar (SD), dari jangka waktu 6 tahun dipercepat menjadi 5 tahun. Sedangkan, pada tingkat sekolah menengah Pertama (SMP) dari 3 tahun menjadi 2 tahun. Begitu juga dengan tingkat sekolah menengah ke atas (SMA), dari 3 tahun menjadi 2 tahun ( Putra, 2013).

Kebijakan Penghapusan Program Akselerasi

Program kelas akselerasi merupakan program percepatan masa studi siswa dengan waktu yang sudah ditetapkan. Dengan waktu dua tahun, masa studi pendidikan SMP dan SMA dapat diselesaikan, lebih cepat dari masa studi pendidikan reguler. Namun program tersebut dihapus oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang saat itu dipimpin oleh Mohammad Nuh.

Menurutnya “Menang di awal, anak belum tiga tahun sekolah SMA sudah lulus sehingga persaingan di komunitas. Bisa juga menang di akhir dengan tetap tiga tahun sekolah SMA tapi bisa ambil kredit di perguruan tinggi. Kalau anak SMA yang pintar bisa ambil kredit di perguruan tinggi, yang tadinya 144 SKS dia sudah ambil empat hingga enam SKS sehingga di perguruan tinggi bisa dilakukan percepatan," (news.okezone.com). M Nuh menyebutkan, kebijakan tersebut bertujuan agar setiap anak masuk ke jenjang pendidikan yang memang sesuai usia fisik dengan psikologis.

(17)

merupakan pernah berada di kelas percepatan, namun mengalami perceraian ketika berumah tangga. Penyebab utamanya, karena yang bersangkutan tidak mampu mengendalikan superioritasnya. "Ini saya bukan menakuti-nakuti anda semua. Tapi perlu mewaspadai diri dan jangan terhanyut pada pencapaian serta harus bekerja keras lagi." Katanya, seperti yang dikutip via tirto.id.

Arnis Silvia, Postgraduate Research Student di University of South Australia, dikutip via tirto.id, menilai bahwa kecurigaan terhadap kelas akselerasi kurang didasarkan pada temuan riset yang empiris. Setiap kebijakan haruslah berdasarkan kajian sebelum mengambil kesimpulan.

Terlebih, tidak ada studi yang menyatakan adanya korelasi antara perceraian anak muda akibat dari kelas akselerasi. Anggapan menteri Muhadjir bahwa perceraian anak muda terjadi karena mereka ikut kelas akselerasi dinilai terlalu berlebihan. "Terlalu prematur untuk menyimpulkan bahwa angka perceraian yg tinggi adalah dampak dari kelas akselerasi," katanya.

Beberapa pro kontra terhadap adanya program akselerasi terjadi. Pada akhirnya penghapusan program akselerasi dilakukan. Meskipun program akselerasi dihapus, siswa yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi masih bisa mengikuti program SKS. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No.158 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah yang menyebutkan bahwa sistem kredit semester selanjutnya disebut SKS adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang peserta didiknya menentukan jumlah beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan/kecepatan belajar.

Dengan peraturan tersebut, siswa yang memiliki kemampuan/kecepatan belajar masih bisa mendapatkan pelajaran lebih tanpa terkendala oleh peserta didik lain.

Sistem Kredit Semester (SKS)

Menurut permendikbud nomor 158 tahun 2014, Sistem Kredit Semester selanjutnya disebut SKS adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang peserta didiknya menentukan jumlah beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan/kecepatan belajar. Program sistem kredit semester ini merupakan pengganti dari program akselerasi.

Dimana program ini telah termuat dalam SE pemerintah dengan No: 6398/D/KP/2014 yang memuat tentang pelaksanaan kelas khusus program akselerasi dari jenjang pendidikan dasar serta

(18)

menengah. Surat edaran tersebut memiliki isi meliputi, penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa sebagaimana diatur dalam PP no. 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan dengan diberlakukannya kurikulum 2013, peserta didik cerdas istimewa dapat menyelesaikan pendidikannya lebih cepat dari masa studi dengan menerapkan sistem kredit semester (sks); mulai tahun 2015/2015 program kelas khusus akselerasi agar diselesaikan sampai tamat; mulai tahun 2015/2016 dan seterusnya, sekolah tidak diperbolehkan lagi menerima peserta didik baru untuk kelas akselerasi; kementerian pendidikan dan kebudayaan sedang mempersiapkan petunjuk teknis tentang penyelenggaraan program SKS.

Dengan adanya surat edaran tersebut, maka setiap sekolah yang memiliki program akselerasi harus mempersiapkan dan mempertimbangkan program SKS untuk diterapkan sebagai pengganti program akselerasi.

Menurut aristiani (2021) pelaksanaan program SKS merupakan suatu usaha yang digunakan untuk mewujudkan perencanaan program yang telah ditetapkan dalam bentuk tindakan operasional baik dari segi program SKS maupun pembelajaran dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.

Panduan Penyelenggaraan SKS ini bertujuan agar dapat membantu satuan pendidikandalam hal berikut;

1. Memahami pengertian, prinsip penyelenggaraan dan pengelolaan SKS secara utuh.2.

2. Memahami tentang layanan utuh pembelajaran dengan SKS.3.

3. Mengelola SKS pada masa transisi khususnya bagi lebih dari 100 sekolahpenyelenggara SKS mulai Juli 2017 s.d TP 2019/2020.4.

4. Menyelenggarakan SKS sesuai dengan mekanisme penyelenggaraan yang benar.

5. Mengelola pembelajaran dengan SKS secara efektif dan bermakna.

6. Menilai dan mengolah nilai hasil belajar.

7. Melayani mutasi peserta didik.

8. Menyelenggaraan SKS sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Evaluasi Program

(19)

dapat dicapai, dan upaya mencocokan antara hasil belajar peserta didik dengan tujuan program (Sudjana, 2006). Anastasi mengartikan evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas. (Thoha, 1996)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan pada saat berlangsung ataupun setelah program dilaksanakan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah dilakukan tercapai dan apakah memberikan dampak yang positif atau negatif.

Program dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktifitas yang terencana dengan sistematis untuk diimplementasikan dalam kegiatan nyata secara berkelanjutan dalam organisasi serta melibatkan banyak orang di dalamnya (Ashiong, 2015). Arikunto dan Jabar (2009) menjelaskan bahwa program adalah “suatu kesatuan kegiatan terhadap realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan yang berlangsung dalam proses yang terus menerus dan terjadi di dalam sekelompok orang di suatu organisasi”. Dalam pengertian secara umum tidak jauh berbeda, bahwa program adalah sebuah sistem dalam satu kesatuan unit yang dirangkai bukan hanya sekali, tapi berkesinambungan.

Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa program adalah suatu kegiatan yang disusun dalam suatu kelompok hasil realisasi dari suatu kebijakan dan berlangsung secara berkesinambungan.

Selanjutnya, pengertian evaluasi program menurut Mugiadi adalah suatu kesatuan informasi antara program, kegiatan, atau proyek. Informasi tersebut yang berguna untuk pengambilan keputusan yang digunakan unruk memperbaiki program, menyempurnakan kegiatan program lanjutan, mengehntikan kegiatan, atau menyebarluaskan gagasan. Informasi yang digunakaan harus ilmiah, praktis, tepat guna, dan sesuai dengan nilai (Djuju, 2006).

Harris dalam buku The Nature and Function of Educational Evaluation dikutip oleh (Djudju, 2006) menjelaskan bahwa “Evaluasi program adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas, atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang

(20)

telah ditetapkan sebelumnya.” Jelas terlihat bahwa dalam evaluasi terdapat tahap-tahap atau proses yang dilalui yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi guna melihat tingkat keberhasilan sebuah program sebelumnya.

Evaluasi program dapat disimpulkan sebagai suatu proses pencarian informasi, penemuan informasi dan penetapan informasi yang dipaparkan secara sistematis tentang perencanaan, nilai, tujuan, manfaat, efektifitas dan kesesuaian sesuatu dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi program yang dilakukan dengan kesesuaian kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan maka dapat menghasilkan suatu keputusan terhadap program yang telah dievaluasi.

Kesimpulan

Program akselerasi merupakan wadah bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dengan adanya program akselerasi, maka waktu yang ditempuh peserta didik lebih cepat daripada peserta didik reguler. Maka dari itu akselerasi dapat diartikan juga percepatan.

Dalam sebuah program memiliki tujuan untuk mencapai keberhasilan suatu program tersebut.

Oleh karena itu, dilakukan evaluasi program. Evaluasi program dilakukan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu program. Namun berjalannya waktu, program akselerasi dihapuskan dan diganti dengan program sistem kredit semester (SKS). Progam ini sama-sama dapat mengurahi waktu tempuh belajar siswa. Seperti, sd yang waktu tempuhnya 6 tahun, bisa dijalankan selama 5 tahun, begitupun smp dan sma, waktu tempuh reguler 3 tahun, dengan siswa yang menggunakan SKS, maka dapat di tempuh hanya 2 tahun saja.

Daftar Pustaka

Munthe, Ashiong P. (2015). “Pentingnya Evaluasi Program di Institusi Pendidikan: Sebuah Pengantar, Pengertian, Tujuan dan Manfaat”, Jurnal Scholaria, Vol. 5 No. 2, Mei 2015.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional). 2009.

Sudjana, Djudju. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006.

Widyastono, Herry. Alternatif Program Pendidikan Bagi Peserta Didik SMA yang Memiliki

(21)

Akselerasi, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011.

Jhon M. Echols, dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia: An English-Indonesian Dictionary. Jakarta: Gramedia, 2005.

Thoha, M. Chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

Widyoko, Eko Putro. Evaluasi Program Pelatihan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2017.

Putra, Sitiatava Rizema. Panduan Pendidikan Berbasis Bakat Siswa: Optimalisasi Minat dan Bakat Anak, Jogjakarta: Diva Press. 2013.

Suharsimi Arikunto dan Cepi Syafruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan – Pedoman Teoritis Praktis bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2000

Warju, Educational Program Evaluation using CIPP Model, ejournal.upi.edu, invotec XII, Januari 2016.

Wirawan., Evaluasi Teori, Model, Metodologi, Standar, Aplikasi dan Profesi, .Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2016

Munawir Yusuf, Studi Efektivitas Program Akselerasi di SMU Surakarta, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus I, Juni 2010,

Mahmudi, Ihwan. CIPP: Suatu Model Evaluasi Program Pendidikan. Jurnal At-Ta’dib. Vol. 6, No. 1, Juni 2011

Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan Volume 09 Nomor 03 Tahun 2021 MANAJEMEN PROGRAM SISTEM KREDIT SEMESTER (SKS) DI SMA NEGERI 1 BOJONEGORO Dian Erika Aristiani Supriyanto Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Referensi

Dokumen terkait

Dari populasi jumlah sampel yang memiliki kadar kolesterol total yang tinggi didapatkan lebih banyak pada perempuan yaitu sebanyak 53%, sedangkan pada laki-laki hanya 47%.. Hal

Galeri Seni Lukis dan seni instalasi Kontemporer di Jogjakarta 8 7 SIRKULASI DALAM TAPAK —> Sirkulasi menuju massa yang sotu dengan yang lain -* Sirkulasi di dalam lansecape

Ketiga, pelayanan pemerintahan terhadap masyarakat juga meningkatn setelah Pemekaran jorong Padang Bintungan nagari Sialang Gaung kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya,

Keseluruhan aspek dalam self-regulated learning yaitu metakognisi, motivasi, berpikir kritis, manajemen waktu pelaksanaan proses pembelajaran memiliki hubungan positif

Dalam grafik, nilai kadar air terendah adalah tepung ubi jalar termodifikasi dengan konsentrasi 0.50% dengan lama waktu perendaman selama 60 menit yaitu sebesar

Memasuki tahun akademik 2020/2021 Politeknik Kesehatan Surakarta membuka pendaftaran Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru) Program Diploma Kesehatan, Sarjana

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul

Buku lain yang juga digunakan sebagai studi teoritis pembuatan animasi “Akura-Popo episode Sampah” adalah buku dengan judul “Kreasi Animasi Kartun dengan Adobe Flash.”