• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekhawatiran dari berbagai pihak terkait adanya penyelewengan dana bantuan sosial (bansos) menyentak kesadaran publik pasca penangkapan Menteri Sosial, Juliari Batubara dalam kasus korupsi dana bansos bagi warga terdampak covid-19. Pasalnya pemerintah telah serius menangani kemiskinan dengan mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 62 trilliun (Launa & Lusianawati, 2021). Tak hanya korupsi yang dilakukan oleh Menteri Sosial, Juliari Batubara, KPK melalui aplikasi JAGA juga menerima 118 pengaduan masyarakat berkaitan dengan penyaluran dana bansos, dengan rincian sejumlah 78 pengaduan dari pemerintah daerah, 7 pengaduan dari provinsi, dan 71 pengaduan dari kabupaten/kota (Sari, 2020). Lembaga pengawasan pelayanan publik, Ombusdman Republik Indonesia menerima sekitar 817 atau 81,37%

laporan mengenai permasalahan bantuan sosial baik penyaluran bantuan yang tidak merata maupun ketidakjelasan prosedur persyaratan bagi penerima bantuan (Alfedo et al., 2020). Kabupaten Tuban masuk dalam nominasi kabupaten termiskin No.5 se-jawa timur, tentu kondisi itu menjadikan masyarakat Kabupaten Tuban memiliki hak bantuan sosial. Namun dibalik hak bansos yang diperoleh, ternyata masih kerap ditemukan kasus bantuan sosial dari Menteri Sosial, dalam penyaluran program Bantuan Sosial Tunai (BST) di Kabupaten Tuban yang tidak tepat sasaran. Dalam sidak yang dilakukan oleh Bupati Tuban, Aditya Halindra Faridzky di Kecamatan Plumpang, saat mengecek penyaluran bantuan sosial kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM), ternyata ditemukan sejumlah data bansos yang tidak sinkron dengan penyaluran sehingga bansos tidak tepat sasaran pada KPM. Sejumlah nama KTP warga Plumpang berbeda dengan kartu bansos, akibatnya data Kementerian Sosial RI tidak mampu

(2)

2

mendeteksi dan masyarakat pra-sejahtera tereliminasi dalam daftar penerima bansos (Yakub, 2021).1

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dharmakarja (2017), pemerintah masih memperlihatkan kelemahan kinerja pelaksanaan pemetaan dan metodologi dalam mengklasifikasikan kelompok miskin/rentan yang berhak menerima bantuan sosial.

Program bantuan sosial dianggap masih cenderung berorientasi pada output daripada manfaat nyata bagi kelompok sasaran program. Salah satu penyebabnya juga bisa dari implementasi program penyaluran bantuan sosial yang masih diserahkan kepada pemerintah daerah atau organisasi non-pemerintah yang tidak memiliki kompetensi pada aspek teknis dalam penyerapan anggaran sehingga kerap bansos dari pemerintah pusat tidak tepat sasaran pada penerima bansos. Selain itu, pengelolaan dana bantuan sosial yang kurang efektif juga diakibatkan moral dan budaya birokrat lokal maupun elite politik yang memiliki watak koruptif. Sejumlah permasalahan penyaluran bantuan sosial dilapangan tersebut menunjukkan perlu adanya pengawasan ketat dari berbagai pihak untuk menutup celah terjadinya praktik – praktik korupsi yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Permasalahan kemiskinan dan korupsi yang terus menjadi tren di kehidupan bangsa Indonesia. Menuntut pemerintah untuk terus melakukan terobosan – terobosan baru dalam penyaluran bantuan sosial kepada KPM agar tidak diterima oleh orang – orang yang seharusnya tidak berhak menerima bansos.

Mekanisme social control terus dikembangkan dengan pengawasan yang tersistematis dan terintegrasi.

Sehubungan dengan tuntutan atas permasalahan – permasalahan tersebut, peranan pemerintah sangat penting untuk bersinergi antar lembaga dalam memberikan perlindungan sosial atas peningkatan kualitas kehidupan manusia Indonesia yang termaktub dalam program pemerintah yaitu Nawa Cita. Berdasarkan Asian

1 Yakub M. Bupati Temukan Penyaluran dan Data Bansos tidak Tepat Sasaran, diakses dari https://mediaindonesia.com/nusantara/421805/bupati-temukan-penyaluran-dan-data-bansos-tidak- tepat-sasaran pada Rabu, 28 Oktober 2021, 06.36 WIB.

(3)

3

Development Bank (ADB) bahwa perlindungan sosial merupakan kumpulan kebijakan dan program yang bertujuan untuk pengentasan kemiskinan dan kerentanan dengan melindungi masyarakat dari suatu bencana maupun hilangnya pendapatan (Habibullah, 2019). Pentingnya perlindungan sosial bagi masyarakat Indonesia adalah bentuk upaya pemerintah meringankan dampak kemiskinan yang dihadapi oleh masyarakat kelompok miskin. Perlindungan sosial yang diberikan secara komprehensif dapat berupa, asuransi sosial, pemberdayaan dan penciptaan lapangan kerja bagi kelompok miskin yang tidak dapat bekerja, perlindungan sosial yang berbasis komunitas, dan bansos. Adapun implementasi atas perlindungan sosial, diwujudkan dalam beberapa program diantaranya, Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), Program Indonesia Sehat, Beras untuk Rakyat Sejahtera (Rastra), Program Indonesia Pintar, dan Program Keluarga Harapan (PKH).2

Hak bansos yang membantu mensejahterahkan masyarakat pra-sejahtera dibawah kewenangan Kementerian Sosial Republik Indonesia di Kabupaten Tuban adalah Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai yang merupakan bantuan sosial dari Kementerian Sosial RI. Peluncuran PKH bukanlah program baru didunia pemerintahan, program ini telah ada di negara – negara lain dengan istilah lain yaitu Conditional Cash Transfers (CCT) yang bermakna bantuan tunai bersyarat (Ma’ruf, 2017). Sejak tahun 2007, pemerintah menetapkan PKH melalui Undang – Undang No. 11 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (9) Tentang Kesejahteraan Sosial. Kebijakan PKH dinilai sangat efektif dalam mengentaskan masyarakat pra- sejahtera dari angka kemiskinan (Tuban, 2020). Sebab, PKH bukan hanya memberikan bantuan sosial secara finansial melainkan lebih dari itu, PKH langsung memberikan pelatihan dan pembimbingan kepada KPM untuk mampu mandiri ekonomi melalui usaha kreatif. Karenanya PKH dari Kementerian Sosial bukan hanya upaya pemerintah

2 Kementerian Sosial. ‘’Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu’’. Diakses dari https://dtks.kemensos.go.id/uploads/topics/15947191432696.pdf Pada 30 Oktober 2021

(4)

4

dalam mengentaskan angka kemiskinan, namun bentuk pelayanan pemerintah dalam meningkat kualitas sumber daya manusia. Maka Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang menerima juga harus memiliki salah satu persyaratan yang telah ditetapkan Kementerian Sosial sebagai sasaran yang tepat. Terdapat komponen – komponen utama yang menjadi fokus utama dalam PKH diantaranya, bidang kesejahteraan sosial, pendidikan, dan kesehatan (Ma’ruf, 2017).

Selanjutnya, BPNT merupakan transformasi dari program rastra yang memperbaiki sasaran penerima agar tepat sasaran dan tepat jumlah. Secara bertahap, program BPNT telah dilaksanakan sejak tahun 2017 yang terus menerus diperluas ke wilayah – wilayah lain sampai saat ini tahun 2021. Payung hukum yang meresmikan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dari Kementerian Sosial RI memiliki 10 dasar hukum, salah satunya ialah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Nontunai. BPNT diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) ini berbentuk uang elektronik dalam Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) pada setiap bulannya, yang kemudian dapat ditukarkan dengan sembako melalui e-Warong. Elektronik Warung Gotong Royong yang kemudian disebut e-Warong merupakan agen bank, pedagang atau pihak lain yang telah bermitra dengan Bank penyalur sebagai tempat pembelian sembako bagi KPM, seperti usaha kecil, mikro, pasar tradisional, koperasi, Agen Layanan Digital Keuangan (LKD), Rumah Pangan Kita (RPK), dan Warung Desa.

Sasaran tepat atas implementasi PKH dan BPNT tentu sangat tidak lepas dari peranan pemerintah dalam melakukan pendataan secara terpadu, terarah, serta berkelanjutan. Sesuai dengan Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin, pemerintah menempuh jalur dengan melakukan pendataan fakir miskin yang kemudian berguna sebagai tindak lanjut atas pengaduan kepala keluarga yang telah terdaftar sebagai fakir miskin. Penanganan kemiskinan melalui Basis Data Terpadu (BTP) tersebut meliputi mekanisme verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) untuk mencapai sasaran PKH yang tepat dengan

(5)

5

data yang valid (Anisasari, 2021). Mekanisme verifikasi dan validasi data telah disahkan melalui Peraturan Menteri Sosial Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu. Pelaksanaan mekanisme verifikasi dan validasi DTKS ini tentu membutuhkan sinergi antar berbagai pihak yaitu kerjasama antar pemerintah pusat khususnya Kementerian Sosial RI dengan pemerintah daerah Kecamatan dan Kabupaten, Pemerintah Desa, Perguruan Tinggi, hingga masyarakat sebagai penerima manfaat.

Teori sinergitas menurut James A. F. Stoner dan Charles Wankel (1986) adalah tingkat kerjasama (sinergistik) yang menjunjung tinggi tingkat kepercayaan antar sesama, saling mempercayai, dan terpadu sehingga menghasilkan keluaran yang maksimal. Sinergitas yang terbangun antar aktor kepentingan adalah hal penting yang berguna untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Dalam bidang ilmu adminitrasi negara, sinergitas memposisikan diri sebagai katalisator yang memiliki tujuan untuk mewujudkan hasil yang maksimal dalam suatu organisasi. Adapun kunci terbangunnya sinergitas yaitu koordinasi dan komunikasi. Koordinasi ialah mengintegrasikan kegiatan – kegiatan individual dan unit – unit untuk menyatu sendiri terbagi menjadi dua bagian, yaitu komunikasi sebagai kegiatan personal individu yang memindahkan stimulus untuk mendapatkan tanggapan dan sekaligus menerima stimulus. Selanjutnya, dari sudut pandang keilmuan adminitrasi publik bahwa sinergitas adalah cara pemerintah dalam mencapai kesejahteraan masyarakat secara merata. Aktor pemerintah yang dimaksud dalam konteks ini adalah pemerintah tingkat pusat sampai pemerintah tingkat desa.

Oleh karena itu, dalam melaksanakan verifikasi dan validasi DTKS maka Kementerian Sosial RI bersinergi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) dan Kementerian Agama (Kemenag) untuk meluncurkan program Pejuang Muda Kemensos RI 2021. Berlandaskan pada Undang

(6)

6

– Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Pasal 2 yang berbunyi : ‘’ Penyelenggaraan kesejahteraan sosial dilakukan berdasarkan asas : kesetiakawanan, keadilan, kemanfaatan, keterpaduan, kemitraan, keterbukaan, akuntabilitas, partisipasi, profesionalitas, dan keberlanjutan’’3. Maka berangkat dari landasan Undang – Undang diatas, Kemensos RI sebagai pengagas program Pejuang Muda mengundang mahasiswa – mahasiswi Indonesia yang terpilih mewakili representasi partisipasi masyarakat untuk terjun ditengah permasalahan sosial (laboratorium sosial) guna membantu pemerintah menemukan solusi atas kesalahan DTKS dalam rangka mencapai kesejahteraan sosial secara menyeluruh. Pejuang Muda akan dihadapkan dengan masalah – masalah sosial yang nantinya diharapkan mampu memberikan karya nyata sebagai solusi atas permasalahan masyarakat melalui project social. Kabupaten Tuban merupakan salah satu sasaran dari program Pejuang Muda Kemensos RI, yang telah masuk dalam jumlah 514 Kabupaten/Kota dengan penempatan pada 10 lokasi penempatan disetiap Kabupaten/Kota (Ronny, 2021)

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dipaparkan diatas, menarik bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian mengenai Verifikasi dan Validasi DTKS Kabupaten Tuban dalam menunjang keberhasilan program bantuan sosial yang tepat sasaran kepada KPM. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul penelitian yaitu : ‘’

Sinergitas Kementerian Sosial RI Dan Pemerintah Daerah Dalam Verifikasi Dan Validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Di Kabupaten Tuban Melalui Program Pejuang Muda KEMENSOS RI’’

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Verifikasi dan Validasi DTKS Kabupaten Tuban Melalui Program Pejuang Muda Kemensos RI?

3 Ronny. (2021). ‘’Juknis Pejuang Muda’’

(7)

7

2. Faktor Penghambat Verifikasi dan Validasi DTKS di Kabupaten Tuban Melalui Program Pejuang Muda Kemensos RI?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimanas Sinergitas KEMENSOS RI dan Pemerintah Daerah dalam melakukan Verifikasi dan Validasi DTKS di Kabupaten Tuban Melalui Program Pejuang Muda Kemensos RI

2. Untuk mengetahui faktor penghambat Sinergitas KEMENSOSRI dan Pemerintah Daerah Verifikasi dan Validasi DTKS di Kabupaten Tuban Melalui Program Pejuang Muda Kemensos RI

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan masukan untuk penyusunan teori atau konsep – konsep baru dalam rangka pengembangan pemikiran dalam memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Penelitian ini berkaitan dengan topik basis data terpadu dalam penyaluran bantuan sosial dari Kementerian Sosial RI, sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

(8)

8

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis dalam bidang Basis Data Terpadu (BDT) meliputi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan mekanisme verifikasi dan validasi DTKS Kabupaten Tuban bagi penyaluran bantuan sosial. Selanjutnya, memberikan masukan kepada Kepala Dinas Sosial dan P3A Kabupaten Tuban sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan verifikasi dan validasi DTKS.

E. Definisi Konseptual

1. Definisi Konseptual

Definisi Konseptual merupakan sebuah penjelasan mengenai konsep yang digunakan dalam sebuah penelitian yang didapatkan dari beberapa sumber referensi, guna memudahkan peneliti memiliki batasan dalam pengoperasian konsep (Singarimbun, 1989). Adapun definisi konseptual yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui verifikasi dan validasi DTKS yaitu sebagai berikut,

A. Sinergitas

Dalam perspektif ilmu adminitrasi publik, menjelaskan bahwa teori sinergitas merupakan kewenangan pemerintah baik tingkat bawah hingga pemerintahan tingkat pusat dalam menjalankan roda pemerintahan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Sinergitas aktor kepentingan merupakan hubungan sinergi yang terjalin karena dibangun oleh para aktor kepentingan. Menurut Najiyati dalam Rahmawati et al. (2014), sinergi dimaknai sebagai perpaduan unsur atau bagian yang menghasilkan capaian luaran lebih baik dan lebih besar. Dalam membangun sinergitas aktor kepentingan perlu menjalankan dua cara yaitu, komunikasi dan koordinasi. Konsep sinergitas melatih personal individu untuk

(9)

9

tidak mementingkan diri sendiri, meski memiliki keinginan sama – sama untuk menang namun dalam konsep sinergitas tidak ada pihak yang dirugikan dan merasa merugi.

Pemikir terdahulu Covey (1989) menjelaskan hubungan komunikasi yang terbentuk dalam semangat kerjasama penting menggunakan istilah sinergistik atas kerjasama dan saling percaya yang sangat tinggi antar rekan kerja. Komunikasi yang kuat dijelaskan dengan bentuk ketegasan dan keberanian, serta konsiderasi yang tinggi. Permasalahan yang relevan dan signifikan yang dijadikan fokus dalam suatu kerjasama akan membuahkan hasil maksimal untuk kepentingan organisasi. Adapun kualitas sinergi ditentukan oleh kerjasama antar anggota kelompok yang saling mendukung. Menurut Quigley (1993) menjelaskan bahwa yang dimaksud kerjasama dalam konteks sinergitas adalah kerjasama yang bersifat kritikal, dimana seluruh anggota kelompok berpartisipasi dan dan berkolaborasi dalam organisasi dengan budaya sinergistik untuk mencapai target organisasi.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional berfungsi untuk mengoperasikan konsep – konsep yang telah ada sehingga variable yang digunakan menjadi jelas. Menurut Sugiyono (2015, h.38) tentang definisi operasional variabel penelitian yaitu suatu nilai dari obyek yang memiliki ragam tertentu yang ditentukan peneliti untuk dipelajari kemudian dapat dikaji kesimpulannya (Korry, 2017). Secara operasional, variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini selanjutnya akan dianalisis hasil datanya menggunakan matriks sebagai berikut :

Sinergitas Kementerian Sosial RI Dan Pemerintah Daerah Dalam Verifikasi Dan Validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Di Kabupaten Tuban Melalui Program Pejuang Muda KEMENSOS RI

(10)

10

Maka variabel – variabel penelitian yang akan dianalisis datanya ialah sebagai berikut :

a. Sinergitas Kementerian Sosial RI dan pemerintah daerah dalam rangka Verifikasi dan Validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) melalui Program Pejuang Muda 2021

b. Peran Pemerintah Daerah dalam Verifikasi dan Validasi DTKS dalam program Pejuang Muda 2021

c. Peran Pejuang Muda 2021 dalam kegiatan Verifikasi dan Valiadasi DTKS G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian (research methods) merupakan metode kualitatif yang menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah bentuk eksplorasi yang menfokuskan pada ‘’sistem terbatas’’ atas satu kasus khusus maupun sebagian kasus terperinci dengan observasi terhadap data secara mendalam (Kristiana dan Ananda, 2017). Menurut Creswell, (2007) dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat menggunakan pola induktif untuk mengambarkan sebuah kejadian fenomena yang spesifik kemudian mengkrucutkan pada topik yang lebih sempit4.

Selama penelitian berlangsung, peneliti menempatkan diri berada diluar subyek penelitian, dimana peneliti melakukan pengamatan secara terbuka sehingga diketahui oleh pihak narasumber yang secara sukarela memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan pengamatan pada peristiwa yang telah terjadi.

Penelitian kualitatif mengarahkan peneliti untuk melakukan wawancara terbuka dalam menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku pada

4 Helaluddin dan Wijaya Hengki. (2019). Analisis Data Kualitatif Sebuah Tinjauan Teori & Praktik.

Sekolah Tinggi Theologia Jaffray. h.13.

(11)

11

individu maupaun kelompok. Penelitian ini dilakukan pada subjek penelitian di Dinas Sosial P3A Kabupaten Tuban dan Peserta Pejuang Muda Kabupaten Tuban.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian merupakan subjek dari data yang diperoleh. Menurut Arikunto, (2013) menjelaskan bahwa pengumpulan data yang didapatkan dari wawancara maupun kuisoner oleh peneliti, maka sumber data itu disebut respon yaitu orang yang memberikan respon terhadap pertanyaan yang tertulis maupun tersampaikan secara lisan. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 2 sumber data yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Pengambilan data primer dalam penelitian melalui observasi dan wawancara secara langsung kepada narasumber di Dinas Sosial P3A Kabupaten Tuban.

Dimana studi ini akan menempatkan Kepala Dinas Sosial P3A Kabupaten dan Koordinator PKH Kabupaten Tuban.

b. Data Sekunder

Pengambilan data sekunder dalam penelitian melalui dokumen terkait dengan Verifikasi dan Validasi DTKS. Karakteristik data sekunder berkaitan dengan tulisan – tulisan dan gambar maupun foto yang memiliki fokus sama dengan penelitian.

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah metode dalam pengumpulan data yang berfungsi untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Secara umum, pengumpulan data dapat dilakukan menggunakan metode pengamatan, wawancara, Forum Grup Discussion (FGD), angket, dan studi dokumentasi (Noor, 2011:138). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian yaitu sebagai berikut :

(12)

12 a. Observasi

Observasi merupakan tindakan peneliti dalam melakukan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Tujuannya agar peneliti menemukan realitas atas kejadian yang berkaitan dengan objek penelitian dan memahami perilaku manusia. Maka penelitian ini menggunakan observasi terstruktur serta merancang pelaksanaan pengamatan yang sistematis mengenai verifikasi dan validasi DTKS di Kabupaten Tuban.

Pada observasi ini peneliti memperkenalkan dirinya pada objek penelitian, sebab posisi peneliti berada diluar lingkungan penelitian oleh karena itu pengalaman menunjukkan bahwa lebih baik peneliti memperkenalkan dirinya sebagai peneliti pada kelompok objek.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang didapatkan dari narasumber dengan berkomunikasi secara langsung setelah peneliti memberikan daftar pertanyaan. Penelitian kualitatif menggunakan wawancara mendalam antara peneliti dengan narasumber melalui tatap muka untuk memperoleh keterangan mengenai tujuan penelitian. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara secara terstruktur dan mendalam untuk pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan DTKS Kabupaten Tuban. Bagian akhir pada panduan wawancara akan menanyakan pelbagai pertanyaan dalam lingkup sinergitas Kementerian Sosial dan Dinas Sosial P3A Kabupaten Tuban dalam verifikasi dan validasi DTKS oleh Pejuang Muda dan faktor penghambat dalam pelaksanaan verifikasi dan validasi DTKS di Kabupaten Tuban.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sejumlah fakta - fakta dan data yang tersimpan terkait dengan objek penelitian dalam bentuk dokumentasi yang telah ada sebelumnya. Data dokumen sebagian besar berbentuk laporan, foto, surat, dokumen pemerintah, dan data yang telah tersimpan di website. Dokumen

(13)

13

sebagai sumber data yang digunakan peneliti untuk melakukan pengujian, memeriksa, dan menafsirkan suatu kejadian. Data tersebut dapat mengenai data internal yang didapat dari Dinas Sosial P3A Kabupaten Tuban.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan orang – orang yang memiliki informasi tentang suatu objek yang diteliti dan bersedia memberikan informasinya kepada peneliti. Untuk itu, informan yang dijadikan subjek penelitian agar mendapatkan informasi relevan yaitu Koordinator PKH Kabupaten Tuban.

3. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian merupakan lokasi dimana kegiatan penelitian dilaksanakan sebagai tempat pengumpulan data agar didapatkan data yang akurat. Lokasi penelitian yang dipilih disesuaikan dengan tujuan penelitian, sehingga dalam penelitian ini, penulis melakukan kegiatan penelitian di Dinas Sosial P3A Kabupaten Tuban.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam membantu kegiatan penelitian ini menggunakan teori Creswell. Menurut Stake (dalam Craswell, 2015) bahwa teknik analisis data dapat dilakukan melalui empat bentuk analisis data beserta penjelasannya dalam penelitian studi kasus, diantaranya :

a. Pengumpulan kategori, yaitu peneliti terlebih dahulu mencari kumpulan contoh – contoh data untuk mendapatkan makna yang relevan dengan kasus yang akan muncul.

b. Interpretasi langsung, yaitu peneliti menarik makna atas satu contoh yang diambil. Seperti mencari data secara terpisah kemudian menempatkannya kembali bersama data – data lainnya agar menemukan maksud yang bermakna.

(14)

14

c. Peneliti berusaha menemukan kesepadanan antar kategori, untuk mendapatkan kesepadanan dapat menggunakan tabel 2x2 yang menunjukkan hubungan antara 2 kategori.

d. Pada tahap akhir, peneliti melakukan pengembangan generalisasi naturalistik dengan analisa data , generalisasi dapat dilakukan pada pihak – pihak yang dapat belajar suatu kasus, terlepas kasus tersebut adalah kasus mereka sendiri atau pernah menerapkan dalam populasi kasus.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kedudukannya sebagai Pemilik Rekening (yang untuk selanjutnya disebut Pemilik Rekening ) dengan ini menyatakan tunduk pada ketentuan yang berlaku di PT

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh implementasi good corporate governance terhadap profitabilitas pada bank umum syariah di indonesia tahun 2011-2015

Dari permasalahan yang dihadapi guru penjas dalam menyampaikan materi khususnya lompat jauh, maka peneliti merasa tertarik melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) pada

Hal ini disebabkan pada tegangan diatas 6 Volt (seperti 7.5 Volt dan 9 Volt) akan menghasilkan kecepatan fluida lebih tinggi yang akan mempengaruhi perpindahan panas, di

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 4.6, didapatkan bahwa pelaksanaan bonding dan attachment dengan reaksi ibu dan bayi di Kamar Bersalin RSUD Polewali

Cara untuk mendapatkan padi jenis unggul tersebut antara lain yaitu dengan mengadakan perkawinan-perkawinan silang antara jenis padi yang mempunyai sifat-sifat baik dengan jenis

Pada tahun 2018 penulis diangkat menjadi Ketua Program Studi Teknik Sipil Universitas Asahan sampai dengan sekarang serta penulis juga aktif dalam melaksanakan

Dalam teks, muncul kata-kata tertentu yang dominan dan dinaturalisasikan kepada pembaca. Kata tersebut selalu diulang-ulang dalam berbagai peristiwa tutur. Kata-kata