EVALUASI STANDAR PENILAIAN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM RSBI
DI SMAN 1 WONOSARI GUNUNGKIDUL
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh : SUYONO S851008048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
EVALUASI STANDAR PENILAIAN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM RSBI
DI SMAN 1 WONOSARI GUNUNGKIDUL
Disusun oleh : SUYONO
S851008048
Telah disetujui Tim Pembimbing Pada tanggal :………
Pembimbing I,
Dr. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002
Pembimbing II,
Drs. Pangadi, M.Si.
NIP. 19571012 199103 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,
EVALUASI STANDAR PENILAIAN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM RSBI
DI SMAN 1 WONOSARI GUNUNGKIDUL
Disusun oleh :
SUYONO
S851008048
Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal ...
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Prof. Dr. Budiyono, M.Sc . ...
Sekretaris Dr. Riyadi, M.Si. ...
Penguji : 1. Dr. Mardiyana, M.Si. ...
2. Drs. Pangadi, M.Si. ...
Mengetahui
Surakarta, Februari 2012 Direktur PPs UNS
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP.19610717 198601 1 001
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama : Suyono
NIM : S851008048
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul EVALUASI STANDAR
PENILAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM RSBI DI SMAN
1 WONOSARI GUNUNGKIDUL (Penelitian dilaksanakan di kelas X) adalah
betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis tersebut.
Surakarta, Februari 2012
Yang membuat pernyataan
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain
dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap”
(QS. Alam Nasyrah: 6-8)
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah” (QS Ali Imron: 159)
Dengan segala keikhlasan karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:
1. Ayahda tercinta
2. Isteriku tercinta
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas ijin, rahmat dan hidayahNya serta dengan usaha yang sungguh-sungguh akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tesis ini. Selain itu, dukungan, bimbingan, dan
dorongan dari semua pihak yang sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan
tesis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan kesempatan penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
2. Dr. Mardiyana, M,Si, Dosen Pembimbing 1 yang penuh dengan kearifan telah
bersedia memberikan bimbingan, petunjuk, saran, dan dorongan kepada
penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Drs. Pangadi, M,Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, saran, dan dorongan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
4. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu,
bimbingan dan dorongan pada penulis dalam menyelesaikan studi.
5. Drs. Tamsir. M.Pd, Kepala Sekolah RSBI SMA N 1 Wonosari yang telah
memberikan ijin dan membantu penulis untuk mengadakan penelitian.
6. Suryanto, S.Pd. M.Pd, Ketua Pelaksana RSBI SMA N 1 Wonosari yang
7. Drs. Aris Feriyanto, Wakasek Kurikulum RSBI SMA N 1 Wonosari yang
telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
8. Drs. Paryoko dan Tumini, S.Pd, Pengampu Matematika Kelas X RSBI SMA N 1 Wonosari yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
9. Peserta didik kelas X RSBI SMA N 1 Wonosari yang telah memberikan
penjelasan dengan kesungguhan kepada penulis pada saat wawancara.
10. Teman-teman pendidik RSBI SMA N 1 Wonosari yang telah memberi
bantuan dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan studi.
11. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang member bantuan dan
dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan studi.
12. Isteri dan anak-anak tercinta yang telah memberikan dorongan dalam
menyelesaikan studi.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga bimbingan, dorongan, dan bantuan yang telah diberikan,
dinilai sebagai amal kebaikan dan Allah SWT.
Surakarta, Januari 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ...viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ...xiii
DAFTAR GRAFIK...xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
ABSTRAK ...xvii
ABSTRACT ...xix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
C. Pemilihan Masalah ... 11
D. Pembatasan Masalah ... 11
E. Rumusan Masalah ... 12
F. Tujuan Penelitian ... 13
G. Manfaat Penelitian ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 17
A. Pengertian Sekolah Bertaraf Internasional ... 17
B. Pelaksanaan Program RSBI SMA... 18
1. Proses Pembelajaran ... 18
2. Peningkatan Mutu Penilaian ... 20
3. Peningkatan Mutu Kompetensi Lulusan ... 27
4. Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidikan ... 28
C. Standar Penilaian Pendidikan ... 29
1. Pengertian Standar Penilaian ... 29
2. Prinsip Penilaian... 34
3. Teknik Penilaian... 36
4. Intrumen Penilaian ... 42
5. Aspek yang Dinilai ... 43
6. Prosedur Penilaian ... 44
7. Mekanisme Penilaian ... 47
D. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Penilaian ... 54
1. Tujuan Penilaian untuk Belajar ... 54
3. Strategi Penilaian Belajar dalam Kelas ... 57
4. Penilaian untuk Belajar dan Peningkatan Standar ... 60
5. Penilaian Otentik ... 60
E. Sistem Penilaian Pembelajaran Berbasis Kompetensi ... 62
1. Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi Dasar ... 62
2. Penilaian Matematika Berbasis Kompetensi ... 63
F. Evaluasi Program ... 69
1. Pengertian Evaluasi ... 69
2. Tujuan Evaluasi Program ... 70
3. Model Evaluasi CIPP ... 71
G. Penelitian yang Relevan ... 73
H. Kerangka Berpikir ... 76
BAB III METODE PENELITIAN ... 78
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 78
B. Jenis dan Strategi Penelitian ... 79
C. Sumber Data ... 82
D. Teknik Pengumpulan Data ... 84
E. Validitas Keabsahan Data ... 85
F. Teknik Analisis Data ... 87
G. Reduksi Data ... 87
H. Penyajian Data ... 87
I. Penarikan Kesimpulan ... 88
A. Deskripsi Umum SMA N 1 Wonosari ... 89
B. Deskripsi Data Penelitian ... 96
C. Pembahasan ... 125
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 148
A. Kesimpulan ... 148
B. Implikasi ... 152
C. Saran/Rekomendasi ... 155
DAFTAR PUSTAKA ... 156
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rataan hasil TPM Semester Genap RSBI SMA N 1
Wonosari Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 8
Tabel 2.1 Tata Cara Penilaian KKM Peserta Didik ... 22
Tabel 2.2 Kriteria Keunggulan Standar Penilaian SMA-BI ... 26
Tabel 2.3 Kriteria Keunggulan Standar Kelulusan SMA-BI ... 27
Tabel 2.4 Klasifikasi Teknik Penilaian dan Bentuk Intrumen ... 42
Tabel 2.5 Aspek yang dinilai dalam berbagai mata pelajaran ... 44
Tabel 2.6 Implementasi Strategi Penilaian Untuk Belajar ... 58
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 78
Tabel 4.1 Persentase Ketercapaian Ketuntasan Ulangan Harian 1 ... 121
Tabel 4.2 Persentase Ketercapaian Ketuntasan Ulangan Harian 2 ... 121
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme Penilaian Hasil Belajar Peserta didik ... 47
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian ... 77
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data ... 86
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Karakteristik Pendidik Berdasarkan Kepangkatan
Di RSBI SMA N 1 Wonosari ... 93 Grafik 4.2 Keadaan peserta didik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 94 Grafik 4.3 Persentase Ketercapaian Ketuntasan Ulangan Tengah
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-Kisi Pedoman Pengumpulan Data ... 160
Lampiran 2 Lembar Pengamatan/Observasi ... 163
Lampiran 3 Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 173
Lampiran 4 Pedoman Wawancara dengan Ketua Pelaksana Program ... 176
Lampiran 5 Pedoman Wawancara dengan Wakasek Kurikulum ... 178
Lampiran 6 Pedoman Wawancara dengan Wakasek Kesiswaan ... 180
Lampiran 7 Pedoman Wawancara dengan Pendidik Matematika ... 181
Lampiran 8 Pedoman Wawancara dengan Peserta Didik ... 183
Lampiran 9 Catatan Lapangan Hasil Observasi ... 185
Lampiran 10 Catatan Lapangan Hasil Pengamatan Dokumen ... 187
Lampiran 11 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 196
Lampiran 12 Hasil Wawancara dengan Ketua Pelaksana Program... 201
Lampiran 13 Hasil Wawancara dengan Wakasek Kurikulum ... 204
Lampiran 14 Hasil Wawancara dengan Wakasek Kesiswaan... 209
Lampiran 15 Hasil Wawancara dengan Bapak Drs. Prayoko ... 211
Lampiran 16 Hasil Wawancara dengan Ibu Tumin,S,Pd ... 215
Lampiran 17 Hasil Wawancara dengan peserta didik kelas XA,C dan D ... 218
Lampiran 18 Hasil Wawancara dengan peserta didik kelas XE ... 221
Lampiran 19 Hasil Wawancara dengan peserta didik kelas XB ... 224
Lampiran 20 SK RSBI SMA N 1 Wonosari ... 226
Lampiran 21 Sertifikat ISO ... 231
Lampiran 22 Sertifikat Akreditasi ... 232
Lampiran 24 Surat perjanjian kerjasama “Sister School” ... 235
Lampiran 25 Silabus Matematika Kelas X ... 236
Lampiran 26 RPP Matematika Kelas X ... 238
Lampiran 27 Analisis SK-KD ... 242
Lampiran 28 Soal Ulangan Harian ... 246
Lampiran 29 Soal Ulangan Tengah Semester ... 247
Lampiran 30 Analisis Nilai Ulangan Harian ... 251
Lampiran 31 Hasil Analisis Ulangan Tengah Semester ... 253
Lampiran 32 Data Prestasi Peserta Didik 2010/2011 ... 254
Lampiran 33 Rekapitulasi Nilai UN Matematika IPA Tiga Tahun Terakhir . 257 Lampiran 34 Rekapitulasi Hasil Ujian Sertifikasi ... 258
Lampiran 35 Rekapan Kelanjutan Studi Peserta Didik ... 259
ABSTRAK
Suyono, NIM S851008048. Evaluasi Standar Penilaian Pembelajaran Matematika Program RSBI di SMA N 1 Wonosari Gunungkidul. Komisi Pembimbing I: Dr. Mardiyana, M.Si. Pembimbing II: Drs. Pangadi, M.Si. Tesis: Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: 1). Konteks pada Standar Penilaian Pembelajaran Matematika. 2). Masukan pada Standar Penilaian Pembelajaraan Matematika. 3). Proses pada Pelaksanaan Standar Penilaian Pembelajaran Matematika. 4). Produk Standar Penilaian Pembelajaran Matematika.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif model evaluasi CIPP (Contex, Input, Proses, Product). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber data, dan review informan. Teknik analisa data meliputi tiga kegiatan yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
matematika tahun pelajaran 2010/2011 juara 2 tingkat Kabupaten. (d). Rata-rata ujian nasional matematika tahun pelajaran 2009/2010 sebesar 6,48 dan tahun pelajaran 2010/2011 sebesar 8,02. (e). Hasil ujian sertifikasi matematika tahun pelajaran 2010/2011 nilainya di atas C sebesar 59%. (f). Peserta didik program RSBI yang diterima di Perguruan Tinggi tahun pelajaran 2010/2011 sebesar 81,3%.
ABSTRACT
Suyono NIM S851008048. Evaluation on Mathematics Learning Assessments Standard for RSBI Program in SMA 1 Wonosari Gunungkidul. The First Commission of Supervision: Dr. Mardiyana, M.Si. The second Supervision: Drs. Pangadi, M.Si. Thesis: Study Program of Mathematics Education, Post Graduation Program of Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012
The research aims are to determine and to describe: 1)/ The Contex of Learning Assessment Standard on Mathematics. 2). The Input of Mathematics learning assessment standard, 3). The Process of Applying the Assessment Standard on Mathematics Learning. 4) The Products of Mathematics Learning Assessment Standard.
This research used a qualitative approach descriptive CIPP (Contex, Input,
Proces, Product). evaluation model. Techniques of colecting data were by:
interview, observation, and documentation. Inspection of authenticity of data use triangulation of[is source of data, and informan review. Data analysis technique involves three activities, such as, data reduction, data presentation, and conclusion.
national mean 2009/2010 equal to 6,48 and school year 2010/ 2011 equal to 8,02.. (e) The certification examination result on mathematics of 2010/2011 is 59%. (f) The graduated students of 2010/2011 who were accepted in accredited colleges is approximately 81,3 %.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan masyarakat global dewasa ini telah menciptakan berbagai
perubahan-perubahan yang dapat menjadi tantangan yang komplek, baik bagi
individu, kelompok, maupun organisasi. Peluang dan atau tantangan dapat
diantisipasi oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya
manusia (SDM) merupakan sumber daya terpenting yang dimiliki oleh suatu
organisasi, salah satu implikasinya ialah bahwa investasi terpenting yang mungkin
dilakukan oleh organisasi adalah di bidang sumber daya manusia (Sondang
P.Siagian, 2000:181). Terlebih lembaga pendidikan yang selama ini diyakini
sebagai salah satu strategi yang efektif dalam mencetak lulusan (output) yang
memiliki kualitas SDM yang handal.
Pendidikan merupakan modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya
manusia yang berkualitas akan mampu mengelola sumber daya alam dan memberi layanan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, hampir semua bangsa berusaha meningkatkan kualitas
pendidikannya termasuk Indonesia.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas
pendidikan adalah diterbitkannya Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003
“Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya
satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan
menjadi satuan pendidikan yang bertaraf Internasional”.
Pada lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menegaskan bahwa Pemerintah
Daerah Provinsi berwenang sebagai penyelenggara dan/atau pengelola satuan
pendidikan program studi bertaraf internasional pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah. Pemerintah Kabupaten/Kota berwenang sebagai penyelenggara
dan pengelola satuan pendidikan sekolah dasar bertaraf internasional.
Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendidikan
nasional, diperlukan acuan dasar (benchmark) bagi setiap penyelenggara satuan
pendidikan. Terkait dengan itu, terdapat tujuh kriteria penyelenggaraan
pendidikan yang harus menjadi pedoman agar tujuan dapat terwujud. Ada pun kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistik.
2. Proses pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis.
3. Hasil pendidikan yang bermutu dan terukur.
4. Berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.
5. Tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan
6. Berkembangnya pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan
pendidikan.
7. Terlaksananya evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.
Sesuai dengan amanat perundang-undangan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan SMA
yang berpotensi untuk melaksanakan proses layanan pendidikan yang berkualitas
untuk menghasilkan lulusan yang memiliki potensi dan prestasi berdaya saing
secara nasional maupun internasional.
Pelayanan pendidikan yang berkualitas tersebut diawali dengan program
rintisan SMA Bertaraf Internasional yang dikembangkan dengan memberikan
kualitas kepada stakeholders. Keberhasilan penyelenggaraan program Rintisan
SMA Bertaraf Internasional dapat pula menjadi bahan rujukan bagi lembaga
penyelenggara pendidikan lain untuk memberi jaminan kualitas. Jika jaminan kualitas diimplementasikan secara luas, maka kualitas pendidikan secara nasional
akan meningkat, sehingga pada akhirnya peningkatan kualitas pendidikan akan
berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia secara nasional. Agar kualitas pendidikan sesuai dengan apa yang seharusnya dan
diharapkan oleh masyarakat maka perlu ada suatu acuan atau standar, sehingga
setiap sekolah secara bertahap dapat mencapai standar yang telah ditentukan.
Acuan tersebut bersifat nasional dan upaya pembinaan sekolah diarahkan untuk
mencapai standar nasional. Apabila sekolah telah mampu mencapai standar
Dengan kata lain, standar nasional pendidikan adalah target minimal yang harus
dicapai dalam peningkatan mutu pendidikan.
Kebijakan yang digulirkan oleh pemerintah pusat kepada daerah, dalam pelaksanaannya tidak selalu mulus dalam arti semua kebijakan dapat dilaksanakan
di daerah. Hal ini menjadi kendala untuk mengimplementasikan diantaranya
adalah kesiapan sumber daya alam, sumber daya manusia, peran serta pemangku
kepentingan, dana, dan sebagainya.
Sekolah yang telah ditetapkan sebagai RSBI dalam pelaksanaannya harus
memenuhi delapan standar yang sekaligus menjadi sasaran untuk pencapaian
tujuan pendidikan itu sendiri yaitu terdiri: standar akreditasi, standar kurikulum,
standar proses pembelajaran, standar penilaian, standar pendidik, standar tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, dan standar pengelolaan serta standar
pembiayaan pendidikan. Dalam praktik pengelolaannya, semua komponen
tersebut merupakan obyek penjaminan mutu pendidikan. Maksudnya adalah bahwa mutu pendidikan yang akan dicapai oleh sekolah obyeknya adalah
komponen-komponen pendidikan tersebut. Tingkatan dan kualifikasi mutu
pendidikan yang akan dicapai sebagai RSBI untuk menuju SBI minimal adalah bertaraf atau setara dengan tingkatan dan kualifikasi mutu pendidikan dari
negara-negara anggota OECD, negara-negara maju lain, dan atau sekolah bertaraf internasional
lain, baik dari dalam maupun luar negeri. Komponen-komponen pendidikan
dalam sistem tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu dalam IKKM dan IKKT.
RSBI/SBI harus didasarkan atas kedua hal tersebut untuk dapat dipenuhi
semuanya.
Bagi sekolah yang ditetapkan menjadi RSBI, maka diharapkan sekolah tersebut mampu melakukan langkah-langkah strategis, sebagai suatu persiapan
menuju sekolah yang benar-benar memiliki karakteristik internasional yang
mandiri. Strategi yang dapat ditempuh secara ideal antara lain melalui analisis
kondisi dan potensi satuan pendidikan di sekolahnya sendiri, untuk mengetahui
sejauh mana potensi kekuatan sekolah untuk menjadi RSBI, seberapa besar
kelemahan yang ada, seberapa besar ancaman dari dalam dan luar sekolah, serta
seberapa besar peluang yang ada bagi sekolah untuk melaksanakan RSBI. Dari
hasil analisis ini selanjutnya sekolah secara khusus dapat melakukan berbagai
langkah yang tepat untuk mengatasi berbagai kendala, kelemahan, dan ancaman
yang timbul, sehingga sekolah mampu menjalankan RSBI secara baik dan
profesional menurut kemampuan dan kondisi masing-masing.
Kebijakan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), M Nuh, yang
menghentikan pendirian sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
tahun pelajaran 2011/2012, menunjukkan bahwa belum tercapainya kesesuaian antara Standar Nasional Pendidikan (SNP) dengan kondisi satuan pendidikan.
Pemberhentian izin pendirian RSBI disebabkan makin menjamurnya
sekolah tersebut dan tanpa kontrol ketat, serta belum dipenuhinya alokasi 20
persen siswa berprestasi dari keluarga miskin. RSBI yang cenderung eksklusif
dan menarik biaya mahal sebagai salah satu faktor pendorong Kemendiknas
Menanggapi hal tersebut Evaluasi Forum Pendidik Independen Indonesia
(FGII) terhadap RSBI dan SBI menyebutkan dari sisi fasilitas, sarana dan
prasarana gedung sekolah memang terpenuhi. Namun, sumber daya manusia (SDM) masih kedodoran
(http://diksia.com/bergulirnya-permasalah-rsbi-di-dunia-pendidikan/)
Semua sekolah memang punya potensi untuk berkembang menjadi RSBI.
Namun untuk bisa menerapkan kurikulum internasional, tidaklah semudah
digambarkan. Sebab kurikulum internasional yang akan diadopsi itu memiliki
standar yang harus dipenuhi oleh sekolah. Dari segi sarana prasarana misalnya,
kurikulum internasional itu sudah mengarah ke basis teknologi informasi. Setiap
ruangan belajar harus memiliki fasilitas multimedia untuk mendukung materi
pembelajaran. Hal ini harus didukung dengan kemampuan pendidik dalam
menguasai TIK. Demikian juga dengan bahasa pengantar pembelajaran, sudah
mengarah ke bilingual, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Ini juga menuntut kesiapan dari masing-masing pendidik mata pelajaran.
Untuk mewujudkan pelaksanaan kurikulum tambahan tentunya sekolah
membutuhkan tambahan dana untuk menyediakan sarana dan prasarana seperti Laboratorium TIK, Bahasa, Multimedia dan Science /Technology serta tenaga
pendidik yang baik dan tentunya juga berstandar Internasional. Anggaran dana
tambahan tersebut sesuai era otonomi daerah rencananya disediakan oleh
pemerintah pusat dan daerah dengan perimbangan 40% : 60%. Namun pada
implementasinya rencana ini belum terlaksana baik. Hal ini kemungkinan
pusat dan daerah sehingga akan berpotensi menghambat percepatan pencapaian
tujuan didirikannya RSBI.
Dalam bidang tenaga pendidik selain memenuhi Standar Pendidik semua pendidik mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK, pendidik mata
pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan mampu mengampu
pembelajaran berbahasa Inggris.
Dalam penilaian disamping memenuhi standar penilaian yang berlaku
nasional, namun demikian karena rintisan SMA bertaraf internasional adalah
sekaligus juga sekolah yang merujuk sekolah yang bertaraf internasional, maka
sekolah harus memfasilitasi peserta didiknya yang ingin mengikuti ujian
mendapatkan ijazah/sertifikat internasional untuk melanjutkan pendidikan di luar
negeri. Untuk mengikuti ujian internasional membutuhkan dana yang tinggi,
karena itu memerlukan dukungan dana dari orang tua atau stakeholder sekolah.
Demikian juga pada bidang-bidang yang lain, selain memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) masih harus mempunyai nilai lebih.
Untuk memenuhi hal-hal tersebut tidak mudah baik bagi sekolah, para
pendidik, orang tua/wali peserta didik dan peserta didik itu sendiri. Dari segi penilaian berbasis TIK pasti membutuhkan biaya yang sangat tinggi, pengadaan
multi media, fasilitas TIK tiap ruang kelas, laptop bagi para pendidik, laptop bagi
peserta didik. Biaya tersebut tidak mungkin akan terpenuhi hanya dari dana
pendamping yang diberikan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah,
kekurangan pendanaan akhirnya dibebankan pada orang tua/wali peserta didik.
putra-putrinya lebih banyak. Tidak sedikit orang tua berpenghasilan minim tidak
mampu menyekolahkan putra-putrinya di sekolah RSBI. Meskipun ada alokasi
beasiswa dari dana pendamping Pemerintah Pusat untuk peserta didik tidak mampu. Tetapi kebutuhan harian untuk memenuhi sarana belajar masih tinggi.
Sejalan dengan program pemerintah tentang SBI, di Kabupaten
Gunungkidul baru ada satu SMA RSBI, yaitu SMA N 1 Wonosari. Dengan
menjadi RSBI, sekolah berkewajiban menciptakan sistem penilaian pembelajaran
yang tentu lebih baik. Lebih baik yang dimaksud adalah penilaian pembelajaran
yang tentu saja memenuhi standar penilaian yang telah ditetukan pemerintah.
Namun belum menjamin bahwa semua pendidik di SMA RSBI SMA N 1
Wonosari dalam penilaian pembelajaran sudah memenuhi standar penilaian yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Hasil Ujian Nasional program RSBI SMA N 1 Wonosari tahun pelajaran
2009/2010 pada mata pelajaran matematika ada peserta didik yang memperoleh nilai 3,00, ini berarti ada peserta didik program RSBI SMA N 1 Wonosari tidak
lulus ujian nasional. Hasil TPM Kelas X tahun pelajaran 2010/2011 semester
genap program RSBI SMA N 1 Wonosari prestasi matematika paling rendah. Tabel 1.1 Rataan hasil TPM semester genap tahun pelajaran 2010/2011
Bhs.
Ind
Bhs.
Ing
Mtk Bio Fis Kim Eko Geo Sos Sej
5,42 6,95 4,82 7,20 5,30 6,31 6,75 6,17 7,81 6,60
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidaklah hal
mudah. Untuk itu perlu usaha keras dalam segala bidang khususnya bidang
pendidikan. Pendidikan yang baik akan menghasilkan manusia yang siap
bersaing di kancah daerah, nasional ataupun global. Penelitian yang muncul
dari hal ini adalah apakah tingkat Pendidikan yang tidak memenuhi standar
mutu akan menghasilkan SDM yang rendah.
2. Sistem penerimaan peserta didik baru pada program RSBI yang kurang tepat
dimungkinkan akan menghasilkan prestasi lulusan RSBI lebih rendah dengan
sekolah reguler. Oleh karena itu perlu diteliti efisiensi penyelenggaraan
penerimaan peserta didik baru.
3. Mengembangkan sekolah dari RSBI menjadi SBI bukanlah hal yang mudah. Ini disebabkan karena sekolah tidak hanya dituntut meningkatkan sarana
prasarana saja tetapi juga dituntut meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga
kependidikan, meningkatkan pelaksanaan proses pembelajaran dengan berbagai inovasi sehingga pembelajaran menjadi berkualitas, menyiapkan
sistem manajemen dengan baik, mengubah kultur/budaya sekolah. Penelitian
yang muncul dari hal ini adalah usaha apa yang dilakukan sekolah untuk
mengembangkan sekolah dari RSBI menjadi SBI dan kendala apa yang
4. SMA N 1 Wonosari telah ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional dalam pelaksanaannya belum bisa menjamin memenuhi
delapan standar nasional pendidikan dan ditambah pengayaan peningkatan mutu pendidikan yang mengacu pada standar mutu pendidikan bertaraf
internasional pada negara-negara OECD. Penelitian yang muncul dari hal ini
adalah bagaimana standar penilaian pembelajaran matematika yang
dilaksanakan di RSBI SMA N 1 Wonosari.
5. Karakteristik pendidik mata pelajaran berbeda-beda sehingga pemahaman
dan pelaksanaan teknik penilaian pada tiap-tiap sekolah berbeda tergantung
kreaktivitas masing-masing pendidik. Penelitian yang muncul dari hal ini
adalah apakah semakin tinggi tingkat pendidikan pendidik semakin kreaktif
menentukan teknik penilaian dalam melaksanakan penilaian peserta didik.
6. Penilaian hasil belajar oleh pendidik belum dilakukan secara
berkesinambungan, tidak memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik. Penelitian yang muncul dari hal ini adalah apakah penilaian yang
berkesinambungan meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran.
7. Sebagian besar pendidik mata pelajaran matematika masih kesulitan dalam menyampaikan pelajaran dan penilaian dalam Bahasa Inggris. Penelitian yang
muncul dari hal ini adalah: a) Bagaimanakah penilaian pembelajaran
matematika dengan Bahasa Inggris. b) Kendala apakah yang dihadapi
pendidik dalam penilaian pembelajaran matematika menggunakan bahasa
pendidik matematika dalam penilaian pembelajaran matematika dengan
menggunakan bahasa Inggris.
8. Sebagian besar pendidik di SMA N 1 Wonosari Gunungkidul kesulitan menggunakan model penilaian sekolah unggul dari negara maju yang
mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Penelitian yang
muncul dari hal ini adalah kendala apa yang dihadapi pendidik dalam
menggunakan model penilaian sekolah unggul dari negara maju dan usaha
apa yang dilakukan untuk meningkatkan teknik penilaian.
C. Pemilihan Masalah
Karena keterbatasan waktu dan biaya, serta agar penelitian dapat terfokus,
maka dalam penelitian ini hanya menyelesaikan masalah nomor 4 pada
identifikasi masalah di atas, yaitu: Bagaimana standar penilaian pembelajaran
matematika yang dilaksanakan di RSBI SMA N 1 Wonosari.
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pemilihan masalah, serta agar penelitian dapat terfokus maka penelitian menitikberatkan evaluasi standar penilaian pembelajaran matematika
program RSBI di SMA N 1 Wonosari kelas X semester gasal tahun pelajaran
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan fokus
penelitian tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Konteks (context) pada standar penilaian pembelajaran matematika di RSBI
SMA N 1 Wonosari.
a. Sejauh mana standar penilaian pembelajaran matematika di RSBI SMA
N 1 Wonosari sesuai dengan standar penilaian program RSBI?
b. Sejauh mana sekolah menetapkan target pencapaian dalam memenuhi
standar penilaian pembelajaran matematika program RSBI?
c. Sejauh mana dukungan sekolah terhadap standar penilaian pembelajaran
matematika program RSBI?
2. Masukan (input) pada standar penilaian pembelajaran matematika di RSBI
SMA N 1 Wonosari.
a. Bagaimanakah standar penilaian pembelajaran matematika yang
dirancang oleh pendidik matematika kelas X program RSBI?
b. Bagaimanakah standar penilaian pembelajaran matematika yang dirancang oleh sekolah program RSBI?
3. Proses (process) pada pelaksanaan standar penilaian pembelajaran
matematika di RSBI SMA N 1 Wonosari.
a. Bagaimanakah pelaksanaan standar penilaian pembelajaran matematika
b. Bagaimanakah pelaksanaan standar penilaian pembelajaran matematika
yang dilaksanakan oleh sekolah program RSBI?
4. Produk (product) pada standar penilaian pembelajaran matematika di RSBI SMA N 1 Wonosari.
a. Sejauh mana tingkat prestasi matematika peserta didik kelas X dalam
ulangan harian?
b. Sejauh mana tingkat prestasi matematika peserta didik kelas X dalam
ulangan tengah semester?
c. Sejauh mana tingkat prestasi matematika peserta didik dalam olimpiade?
d. Sejauh mana hasil ujian nasional matematika peserta didik tiga tahun
terakhir?
e. Sejauh mana hasil ujian sertifikasi matematika peserta didik?
f. Sejauh mana persentase peserta didik yang melanjutkan studi ke
Perpendidikan Tinggi?
F. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Konteks (context) pada standar penilaian pembelajaran matematika di RSBI
SMA N 1 Wonosari.
a. Kesesuaian standar penilaian pembelajaran matematika di RSBI SMA N
1 Wonosari dengan standar penilaian program RSBI.
b. Target pencapaian sekolah dalam memenuhi standar penilaian
c. Dukungan sekolah terhadap standar penilaian pembelajaran matematika
program RSBI.
2. Masukan (input) standar penilaian pembelajaran matematika dirancang di RSBI SMA N 1 Wonosari.
a. Rancangan standar penilaian pembelajaran matematika oleh pendidik
matematika kelas X program RSBI.
b. Rancangan standar penilaian pembelajaran matematika oleh sekolah
program RSBI.
3. Proses (process) pelaksanaan standar penilaian pembelajaran matematika di
RSBI SMA N 1 Wonosari.
a. Pelaksanaan standar penilaian pembelajaran matematika oleh pendidik
matematika kelas X program RSBI
b. Pelaksanaan standar penilaian pembelajaran matematika oleh sekolah
program RSBI.
4. Produk (product) standar penilaian pembelajaram matematika di RSBI SMA
N 1 Wonosari.
a. Tingkat prestasi matematika peserta didik kelas X dalam ulangan harian. b. Tingkat prestasi matematika peserta didik kelas X dalam ulangan tengah
semester.
c. Tingkat prestasi matematika peserta didik dalam Olimpiade.
d. Hasil ujian nasional matematika tiga tahun terakhir.
f. Persentase peserta didik RSBI yang melanjutkan studi ke Perpendidikan
Tinggi.
G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian diharapkan membuka wawasan tentang Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional yang berkualitas, sehingga mampu bersaing di
tingkat Internasional.
b. Dijadikan bahan penelitian dan kajian lebih lanjut tentang peningkatan
mutu pendidikan SMA Bertaraf Internasional dan jenjang pendidikan
lainnya.
2. Manfaat Praktis
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini bagi:
a. Peserta didik
Membuka pemahaman bagi peserta didik tentang Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional sehingga peserta didik mampu beradaptasi dan
melaksanakannya. b. Lembaga sekolah
Memberi masukan pada Sekolah Rintisan SMA Bertaraf
Internasional atau sekolah yang bermaksud meningkatkan kinerja menjadi
Sekolah Bertaraf Internasional.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang apa
yang sudah dilaksanakan oleh pendidik dalam rangka
mengimplementasikan pedoman penjaminan mutu SBI untuk mata pelajaran matematika sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi kepala
sekolah terhadap pendidik matematika.
d. Pendidik
Sebagai umpan balik terhadap teknik penilaian yang selama ini telah
dilaksanakan dan dapat meningkatkan proses pembelajaran matematika di
masa mendatang.
e. Dinas Pendidikan Gunungkidul
Sebagai bahan masukan untuk mengambil kebijakan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sekolah Bertaraf Internasional
Di dalam Panduan Penyelenggaraan RSMABI (2009:9) dijelaskan
pengertian Sekolah Bertaraf Internasional adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan dengan menggunakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan
diperkaya dengan standar salah satu negara anggota Organizatian for Economic
Co-opration and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya.
Dari pengertian tersebut maka pengertian SMA BI adalah SMA Nasional
yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan
(SNP) Indonesia dan mengembangkan keunggulan yang mengacu pada
peningkatan daya saing yang setara dengan mutu sekolah-sekolah unggul tingkat
internasional.
Dengan pengertian ini, SMA BI dirumuskan sebagai berikut:
SNP (Standar Nasional Pendidikan) adalah standar minimal yang harus dipenuhi
Oleh satuan pendidikan meliputi standar: isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik
dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian. Sedangkan “X” dapat berupa pengaturan, pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan yang mengacu
dan negara-negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam bidang
pendidikan.
Untuk mewujudkan SMA bertaraf internasional, Direktorat Pembinaan SMA mengembangkan program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (RSMABI)
dengan menerapkan beberapa strategi utama. Pertama, pengembangan
sumberdaya manusia, modernisasi manajemen dan kelembagaan. Kedua,
melakukan konsolidasi untuk menemukan praktek yang baik dan pelajaran yang
dapat dipetik baik melalui lokakarya atau seminar dalam meningkatkan mutu
pembelajaran.
B. Pelaksanaan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional
Pelaksanaan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional meliputi:
1. Proses Pembelajaran
Gagne dan Briggs (1979:3) instruction atau pembelajaran adalah suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang
berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang
bersifat internal.
Proses pembelajaran SBI diatur dalam Permendiknas Nomor 78 Tahun
2009 pasal 5 sebagai berikut:
a. SBI melaksanakan standar proses yang diperkaya dengan model proses
b. Proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menerapkan
pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi
aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan kontekstual.
c. SBI dapat menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris dan atau
bahasa asing lainnya yang digunakan dalam forum internasional bagi
mata pelajaran tertentu.
d. Pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia, pendidikan agama, dan
pendidikan kewarganegaraan, pendidikan sejarah dan muatan local
menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia.
e. Penggunaan bahasa pengantar bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya.
Proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan
menantang sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif. Proses pembelajaran memberikan ruang yang cukup untuk peserta didik
agar memiliki akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneuship, jiwa patriot, jiwa inovator, prakarsa,
kreativitas, kemandirian berdasarkan bakat, minat dan perkembangan fisik
maupun psikologisnya secara optimal yang terintegrasi pada keseluruhan kegiatan pembelajaran.
Pendidikan harus dapat mengembangkan proses pembelajaran yang
membangun pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi yang efektif dan efisien. Mutu proses pembelajaran
ditingkatkan dengan menerapkan model-model pembelajaran yang secara
maju (seperti: penerapan standar belajar, standar mengajar, persiapan
pembelajaran, penentuan indikator hasil belajar, pemilihan bahan ajar, strategi
pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan alat peraga pembelajaran, dan pemilihan sumber belajar). Menurut Whicker, et al (1997), efek positif dari
pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan prestasi, sikap, kemampuan
berpikir yang lebih tinggi, dan kepercayaan diri peserta didik. model penemuan
terbimbing dapat menjadi salah satu pembelajaran menyenangkan dan efektik
Dumitrascu (2009). Mutu pembelajaran ditingkatkan dengan dukungan
penerapan TIK pada semua mata pelajaran serta menggunakan bahasa Inggris
untuk kelompok sains dan matematika di jurusan IPA. Pengembangan
berikutnya untuk mata pelajaran ekonomi pada jurusan IPS.
2. Peningkatan Mutu Penilaian
Menurut Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA bertaraf
internasional (R-SMA-BI), sekolah perlu mengembangkan instrumen
penilaian autentik yaitu penilaian yang diperoleh dari proses pembelajaran yang mengukur tiga ranah penilaian, yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif,
termasuk penilaian portofolio. Hasil belajar peserta didik dapat diukur
melalui ujian sekolah, ujian nasional, dan ujian internasional yang diperkaya
dengan model penilaian sekolah unggul dari Negara maju yang mempunyai
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Ujian sekolah dan ujian
nasional bersifat wajib. Ujian internasional bersifat pilihan, karena
harus berupaya memfasilitasi peserta didik yang ingin mengikuti ujian
internasional tersebut untuk mendapatkan sertifikat internasional.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisa dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta
didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Sistem
Penilaian dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan
berdasarkan pada prinsip-prinsip berbasis kompetensi, yaitu bahwa penilaian
dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi. Penilaian pencapaian
kompetensi diukur berdasarkan indikator keberhasilan belajar yang
dikembangkan dari kompetensi dasar dan standar kompetensi.
Penilaian dilakukan untuk mengukur tiga aspek berikut:
a. Kognitif (Pengetahuan dan Pemahaman Konsep)
b. Psikomotorik(Praktik)
c. Afektif (Sikap) meliputi penilaian terhadap motivasi, partisipasi,
kedisiplinan.
Adapun mata pelajaran tertentu dengan penilaian aspek tertentu ditentukan berdasarkan aspek yang paling dominan. Penilaian dilakukan
menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk
menentukan posisi/ranking seseorang terhadap kelompoknya. Sistem
penilaian yang dilakukan adalah sistem penilaian berkelanjutan.
dianalisis untuk menentukan Kompetensi Dasar yang telah dan belum
dicapai, serta untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik.
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut, berupa perbaikan proses belajar selanjutnya, program, remidi bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan
program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi KKM. Penilaian
dilakukan dengan cara:
Tabel 2.1 Tata Cara Penilaian KKM peserta didik.
TES NON-TES
2.Portofolio (kumpulan karangan, naskah pidato, laporan dan sebagainya)
3.Tingkah laku (skala sikap, penilaian diri, pengamatan perilaku, kuisioner, buku harian)
Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran (authentic
assessment) maupun hasil akhir pembelajaran. Penilaian selama proses
pembelajaran dilakukan melalui penugasan, pengamatan dan atau portofolio. Penilaian hasil akhir pembelajaran dilakukan melalui tes tertulis, hasil
karya/produk dan ujian praktik
Aturan tentang penilaian dalam SBI diatur dalam Permendiknas No. 78 Tahun 2009 pasal 15 sebagai berikut:
a. SBI menerapkan standar penilaian yang diperkaya dengan system
penilaian pendidikan sekolah unggul di Negara anggota OECD atau
Negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang
b. SBI menerapkan model penilaian otentik dan mengembangkan model
penilaian berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
c. Peserta didik SBI wajib mengikuti ujian nasional.
d. BI melaksanakan ujian sekolah yang mengacu pada kurikulum satuan
pendidikan yang bersangkutan.
e. SBI dapat melaksanakan ujian sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dalam bahasa Inggris atau bahasa asing.
f. SBI dapat memfasilitasi peserta didiknya untuk mengakses sertifikasi yang
diakui secara internasional dan/atau mengikuti ujian akhir sekolah yang
sederajat dari Negara anggota OECD atau Negara maju lainnya yang
mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
Menurut Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA bertaraf
internasional (R-SMA-BI) Standar Penilaian pada Program Rintisan SMA
Bertaraf Internasional secara umum mengacu kepada beberapa hal berikut ini: a. Prinsip Penilaian
Pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik didasarkan pada data
sahih yang diperoleh berdasarkan prinsip-prinsip penilaian melalui prosedur dan instrumen yang memenuhi persyaratan. Prinsip penilaian
mengacu kepada standar penilaian meliputi: mendidik, terbuka, transparan,
menyeluruh, terpadu, obyektif, berkesinambungan, adil, dan menggunakan
b. Mekanisme Penilaian
1) Penilaian dilakukan oleh dua pihak, yaitu pendidik dan sekolah.
2) Penilaian oleh pendidik dilaksanakan untuk mengumpulkan data dan membuat keputusan tentang peserta didik mengenai unit kompetensi
dasar.
3) Sekolah melakukan penilaian untuk mengumpulkan data tentang
peserta didik menyangkut ketercapaian standar kompetensi seluruh
mata pelajaran.
4) Penilaian dilakukan dalam bentuk ulangan harian dan ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, dan
kelulusan ditetapkan menggunakan Nilai Batas Ambang Kompetensi
(NBAK) ideal 75%. Peserta didik yang tidak mencapai NBAK
diberikan program remidi.
c. Prosedur Penilaian
Prosedur penilaian harus dirancang secara cermat, meliputi kegiatan
sebagai berikut:
1) Pada saat mengembangkan silabus, pendidik mengembangkan indikator pencapaian penguasaan kompetensi dasar dan teknik penilaian yang
relevan.
2) Pada saat mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran,
pendidik melengkapi contoh instrument.
3) Pada saat mengembangkan instrumen untuk ulangan tengah semester,
dahulu menyusun kisi-kisi yang memuat indikator yang representatif
terhadap indikator-indikator yang ada di dalam silabus.
4) Pemberitahuan kepada peserta didik kapan suatu teknik penilaian akan diterapkan.
5) Pelaksanaan ulangan, baik ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, maupun ulangan kenaikan kelas dilaksanakan
dengan prosedur yang benar yang menjamin azas-azas penilaian
sebagaimana sudah ditetapkan dalam prinsip penilaian.
d. Intrumen Penilaian
1) Pengembangan instrumen penilaian dilakukan dengan prosedur yang
benar sesuai degan kaidah pengembangan setiap jenis instrumen.
2) Instrumen yang digunakan dalam ulangan akhir semester dan ulangan
kenaikan kelas dianalisis, baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif memenuhi persyaratan sebagai instrumen beracuan kriteria. 3) Instrumen yang digunakan bervariasi sesuai dengan kompetensi yang
akan diukur. Strategi asesmen seperti performance test, portofolio, test
paper and pencil,dan asesmen authentic. Serta instrumen lain yang
dikembangkan oleh Sekolah, termasuk standar penilaian.
4) Pola penilaian yang selama ini memberi penekanan pada aspek produk
ilmiah pada ranah kognitif level rendah perlu segera disesuaikan.
Berbagai referensi menyebutkan bahwa diperlukan pola penilaian
proses disamping produk dan penilaian yang komprehensif yang
problem based yang memerlukan kemampuan berpikir analisis-sintesis
sangat cocok dengan pendidikan bertaraf internasional.
Kriteria standar penilaian yang dapat sekolah kembangkan sebagai berikut:
Tabel 2.2 Kriteria Keunggulan Standar Penilaian SMA-BI
No. Standar SMA-BI Kriteria Keunggulan SMA-BI
1. Pendidik melaksanakan penilaian yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dalam pelaksanaan
pembelajaran
Pendidik menggunakan instrumen evaluasi aspek kognitif dengan tingkat validitas soal yang terukur.
Pendidik menggunakan instrumen evaluasi afektif secara proporsional.
Pendidik menggunakan instrumen evaluasi psikomotor secara proporsional.
Sekolah memiliki model yang
mengintegrasikan sistem penilaian dalam ketiga ranah sebagai ukuran efektivitas kinerja belajar peserta didik.
2. Pendidik melaksanakan
penilaian proses
Pendidik memiliki dokomen hasil penilaian proses.
Pendidik menggunakan sistem pengolahan hasil penilaian proses dalam mengukur efektivitas kinerja belajar.
3. Pendidik melaksanakan penilaian portopolio
Sekolah menetapkan standar dalam pengelolaan data portopolio peserta didik. 4. Sekolah melaksanakan
ujian untuk mengukur kinerja belajar untuk memperoleh sertifikasi bertaraf internasional
Sekolah melakukan kerjasama dengan lembaga/institusi internasional dalam melaksanakan pengujian peserta didik agar memperoleh sertifikat internasional.
5. Sekolah menggunakan soal-soal olimpiade untuk menguji tingkat penguasaan
pengetahuan peserta didik
3. Peningkatan Mutu Kompetensi Lulusan
Penetapan kompetensi lulusan SMA bertaraf internasional
menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi dari pada standar nasional pendidikan, meraih prestasi tingkat internasional pada bidang sains,
matematika, teknologi, seni dan olahraga. Kelulusan memperoleh pengakuan
internasional yang dibuktikan dengan sertifikat.
Tabel 2.3 Kriteria Keunggulan Standar Kelulusan SMA-BI
No. Standar SMA-BI Kriteria Keunggulan SMA-BI
1. Manusia berakhlak mulia, inovatif, dan kreatif.
Menetapkan indikator dan kriteria peserta didik berakhlak mulia, inovatif, dan kreatif.
2. Hasil UN di atas Standar Nasional.
Minimum rata-rata pada tingkat satuan pendidikan 7,5.
3. Menetapkan Standar Kompetesi bahasa inggris
Peserta didik memperoleh Skor TOEFL Minimum 450 atau ekuivalen dengan 45 IBT TOEFL skor. dalam waktu tiga tahun :
6 medali tingkat kabupaten (juara I) 4 medali tingkat provinsi (juara
I,II,III)
2 medali tingkat nasional (juara I-IV, dan harapan I,II,III)
1 medali internasional (juara) Memiliki bukti fisik karya peserta
didik atau pendididk yang
dipublikasikan dalam media bertaraf internasional.
5. Kompetensi bidang TIK. Menggunakan internet sebagai sumber belajar, media komunikasi, media kolaborasi global.
4. Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Dalam rangka meningkatkan mutu SDM sekolah harus
mengembangkan program peningkatan kompetensi pendidik melalui peningkatan kualifikasi pendidikan minimal 30 % pendidik berpendidikan S2/
S3 dari perpendidikan tinggi yang program studinya terakreditasi A dengan
program studi sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Selain itu kompetensi pendidik dalam pengelolaan sistem
pembelajaran ditingkatkan untuk menuju pada proses pembelajaran yang
setara dengan proses pembelajaran pada sekolah unggul dari Negara maju.
Untuk itu sekolah perlu mengembangkan pula kompetensi bahasa Inggris
pendidik dan kompetensi pada bidang TIK terutama untuk pendidik
kelompok sains dan matematika. Peningkatan mutu SDM melalui kegiatan
pelatihan dalam bentuk pemagangan, studi banding, workshop (on the job
training atau of the job training). Dan seminar yang dilaklukan oleh
masing-masing sekolah atau bekerjasama dengan lembaga pendidikan di luar sekolah
yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang relevan.
Kepala Sekolah harus mempunyai visi internasional, mampu membangun jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta
jiwa kepemimpinan dan entrepreneurship yang kuat dalam memfasilitasi
seluruh anggota komunitas sekolah untuk mengembangkan keunggulan
kompetitif dan komparatif bertaraf internasional. Untuk mendukung
kelancaran tugas tersebut kepala sekolah harus berpendidikan minimal S2 dan
pengelolaan sekolah mengembangkan jaringan kerjasama tingkat local,
nasional dan internasional dalam bentuk sister school. Dalam meningkatkan
mutu prosedur pengelolaan secara bertahap sekolah perlu mengusahakan untuk memperoleh sertifikat ISO 9001 versi 2000 dan ISO 14000.
C. Standar Penilaian Pendidikan
1. Pengertian Standar Penilaian
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007:
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan
pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan
bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian,
pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui
kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang
digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang
telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil
keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan
selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta
didik untuk berprestasi lebih baik
Ditinjau dari sudut profesionalisme tugas kependidikan, kegiatan
Seorang pendidik profesional selalu menginginkan umpan balik atas proses
pembelajaran yang dilakukannya. Hal tersebut dilakukan karena salah satu
indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik. Dengan demikian, hasil penilaian dapat dijadikan
tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan.
Ada empat istilah yang terkait dengan konsep penilaianyang digunakan
untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik, yaitu pengukuran,
pengujian, penilaian, dan evaluasi.
a. Pengukuran (measurement)
Pengukuran merupakan suatu proses pemberian angka kepada
suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau
obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas pembelajaran
(Harun Rasyid dan Mansur, 2007). Allen & Yen (1979) menyatakan bahwa: “Measurement is the assigning of numbers to individuals in a
systematic way as a means of representing properties of the individuals”.
(Pengukuran adalah pemberian angka-angka pada peserta didik secara sistematis sebagai alat yang mewakili kemampuan yang dimiliki para
perserta didik tersebut) Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan
penentuan angka bagi objek secara sistematik.
Pengukuran (measurement) adalah proses penetapan ukuran terhadap
suatu gejala menurut aturan tertentu (Guilford, 1982). Pengukuran pendidikan
kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar. Pengukuran
dapat menggunakan tes dan non-tes. Pengukuran pendidikan bisa bersifat
kuantitatif atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka, sedangkan kualitatif hasilnya bukan angka (berupa predikat ataupernyataan kualitatif,
misalnya sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang), disertai
deskripsi penjelasan prestasi peserta didik. Pengujian merupakan bagian
dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian.
b. Penilaian (assessment)
Penilaian merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan
pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh
melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas penilaiannya.
Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang
baik, kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaiannya.
Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik
untuk belajar yang lebih baik. Penilaian didefinisikan sebagai proses
pengumpulan informasi tentang kinerja peserta didik, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan.
Menurut Permendiknas Republik Indonesia tentang Standar
Penilaian Pendidikan penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar
peserta didik. Penilaian dimaknai sebagai penafsiran hasil pengukuran dan
Kellough dan Kellough (Swearingen, 2006) mengidentifikasi
tujuan penilaian adalah untuk;(1) membantu belajar peserta didik, (2)
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik, (3) menilai efektifitas strategi pengajaran,(4) menilai dan meningkatkan efektifitas
program kurikulum, (5) menilai dan meningkatkan efektifitas pengajaran,
(6) menyediakan data yang membantu dalam membuat keputusan, dan (7)
komunikasi dan melibatkan orang tua peserta didik.
Johson & Johson(2002) dalam Budiyono(2011) menggolongkan
penilaian kedalam tiga jenis yaitu: penilaian diagnostic, penilaian formatif,
dan penilaian sumatif. Penilaian diagnostik dilakukan untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan peserta didik. Dengan penilaian diagnostik, para
pendidik diharapkan dapat mengetahui kesalahan dan atau miskonsepsi
yang terjadi sebelum atau sesudah pembelajaran berlangsung.
Penilaian formatif dilaksanakan secara pereodik sepanjang satuan pembelajaran, misalnya setelah setiap satu pokok bahasan diberikan.
Penilaian formatif memberikan balikan kepada peserta didik yang terkait
dengan kemajuan yang telah ia capai. Penilaian formatif memberikan balikan kepada pendidik terkait dengan kemajuan proses pembelajaran
yang dirancangnya dalam kaitanya dengan efektifitas pembelajaran yang
menjadi tujuannya.
Penilaian sumatif dilakukan pada akhir satuan pembelajaran untuk
menentukan status final peserta didik dan atau untuk menentukan kadar
Penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua
metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau
kelompok peserta didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian merupakan
suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan
karakteristik seseorang atau sesuatu (Griffin & Nix, 1991). Penilaian
mencakup semua proses pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan penilaian
tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja, tetapi juga mencakup
karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi
sekolah. Instrumen penilaian untuk peserta didik dapat berupa metode
dan/atau prosedur formal atau informal untuk menghasilkan informasi
tentang peserta didik. Instrumen penilaian dapat berupa tes tertulis, tes
lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan
sebagainya. Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan untuk memperoleh informasi tentang
pencapaian kemajuan belajar peserta didik
c. Evaluasi (evaluation)
Nitko & Brookhart dalam Harun dan Mansur (2007)
mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses penetapan nilai yang
berkaitan dengan kinerja dan hasil karya peserta didik. Evaluasi
merupakan salah satu serangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas,
kinerja atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan
dievaluasi agar hasilnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran adalah
masukan, lingkungan sekolah, dan keluarannya. Selama ini yang
dievaluasi adalah prestasi belajar peserta didik, khususnya pada ranah kognitif saja. Ranah efektif jarang diperhatikan lembaga pendidikan,
walau semua menganggap hal itu penting, karena sulit mengukurnya,
apalagi mengevaluasi ketiga komponen tersebut di atas.
Evaluasi memerlukan data hasil pengukuran dan informasi hasil
penilaian yang memiliki banyak dimensi, seperti kemampuan, kreativitas,
sikap, minat, ketrampilan, dan sebagainya. Pengukuran, penilaian, dan
evaluasi besifat bertahap, maksudnya kegiatan dilakukan secara berurutan,
dimulai dengan pengukuran, kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi.
2. Prinsip Penilaian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian hasil belajar peserta didik antara lain (Depdiknas, 2008):
a. Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian
kompetensi peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.
c. Penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
d. Hasil penilaian ditindaklanjuti dengan program remedial bagi peserta didik
yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa penilaian
hasil belajar peserta didik harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
o Sahih (valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
o Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
o Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik, dan tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, agama,
bahasa, suku bangsa, dan jender.
o Terpadu, yakni penilaian merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
o Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
o Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
o Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku.
o Menggunakan acuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
3. Teknik Penilaian
Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa Standar Isi (SI)
untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup lingkup materi
minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan
minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Di dalam SI dijelaskan
bahwa kegiatan pembelajaran dalam KTSP meliputi tatap muka, penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Tatap muka adalah
pertemuan formal antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran di
kelas. Penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta
didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi.
Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik, sedangkan waktu penyelesaian kegiatan mandiri tidak terstruktur diatur
sendiri oleh peserta didik
Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara
komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai.
Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi,
penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar teman yang
sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta
didik.
a. Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar
kinerja. Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban
secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang jawabannya berupa
pilihan meliputi pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau
uraian. Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui komunikasi
langsung (tatap muka) antara peserta didik dengan pendidik. Pertanyaan
dan jawaban diberikan secara lisan. Tes praktik (kinerja) adalah tes yang
meminta peserta didik melakukan perbuatan/mendemonstasikan/
menampilkan keterampilan.
Dalam rancangan penilaian hasil belajar, tes dilakukan secara
berkesinambungan melalui berbagai macam ulangan dan ujian. Ulangan
meliputiulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan ujian terdiri atas ujian nasional
dan ujian sekolah.
Ulangan adalahproses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,
untuk melakukan perbaikan pembelajaran, memantau kemajuan dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik.
Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah
menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih.
Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh