• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ZEOLIT PADA TANAH PASCA PENAMBANGAN BATUBARA DALAM POLYBAG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ZEOLIT PADA TANAH PASCA PENAMBANGAN BATUBARA DALAM POLYBAG"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ZEOLIT PADA TANAH PASCA

PENAMBANGAN BATUBARA DALAM POLYBAG

SKRIPSI

Disusun Oleh :

JACKY CHANDRA SARAGIH 1800854211028

PRODI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BATANGHARI

JAMBI 2023

(2)
(3)
(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

➢ Puji syukur kehadiran Allah S.W.T. atas segala limpah, nikmat dan karunia-nya yang tak terhingga, masih diberi nafas kehidupan dan semangat untuk menjalani kehidupan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

➢ Kepada kedua orang tua saya, Bapak Jhon Marona Saragih dan Ibu Jamilah yang selama ini telah menyayangi dan mendukung saya dari awal hingga saat ini sampai saya bisa menyelesaikan pendidikan S1 saya.

➢ Kakak ku fitri anggarini saragih, abang ipar ku alfiadi dan adik-adik saya satrio putra saragih, aditia pratama saragih terima kasih atas dukungan dan doa sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

➢ Kepada pembibim I ibu Dr.Ir. Ida Nursanti, M.Si dan pembibing II bapak Drs. Hayata, M.P yang telah banyak memberikan arahan pendampingan sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

➢ Kepada dosen-dosen Falkultas Pertanian atas ilmu-ilmunya yang telah diberikan dan telah mendidik saya.

(5)

➢ Sahabat-sahabat saya angkatan 2018 Falkultas pertanian Unbari terima kasih atas dukungan, doa sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

(6)
(7)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ Respon Pertumbuhan Bibit Kakao ( Theobroma cacao L. ) Terhadap Pemberian Zeolit Di Tanah Pasca Penambangan Batubara Dalam polybag ”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada ibu Dr.Ir.Ida Nursanti, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak Drs.H.

Hayata, MP selaku dosen pembimbing II yang telah memberi arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu keritik dan saran yang membangun pada kesempurnaan skripsi ini sangat dibutuhkan, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkanya.

Jambi, Januari 2023

Penulis

(8)

INTISARI

Jacky Chandra Saragih NIM. 1800854211028, Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L. ). Terhadap Pemberian Zeolit Pada Tanah Pasca Penambangan Batubara Dalam Polybag.Dibawah bimbingan Dr. Ir. Ida Nursanti, M.Si dan Drs. H. Hayata, MP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit kakao terhadap pemberian zeolit pada tanah pasca penambangan batubara dalam polybag.

Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan kampus II Universitas batang hari jambi (pijoan) Pada tanggal 26 juli 2022 sampai 26 oktober 2022. Penetian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan pemberian Zeolit pada tanah pasca tambang batubara dengan level sebagai berikut: K0=

tanpa perlakuan (Kontrol), K1= 50 gram zeolit/ 4 kg tanah pasca tambang , K2=

100 gram zeolit/ 4 kg tanah pasca tambang, K3= 150 gram zeolit/ 4 kg tanah pasca tambang. Setiap unit percobaan terdiri dari 4 tanaman sehingga untuk tanaman akhir adalah 12 x 4 = 48 tanaman. Yang digunakan untuk tanaman sample setiap unit percobaan adalah 3 tanaman sample.

Parameter yang diukur adalah tinggi tanaman (cm), diameter batang (mm), berat kering tanaman (g), berat kering akar (g) dan analisis sifat tanah. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam, jika perpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan Uji Berganda Duncam(DNMRT) pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian zeolit pada tanah pasca tambang batubara berpengaruh nyata terhadap betar kering tanaman,berat kering akar dan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang.

Kata Kunci : kakao, zeolit,tanah pasca tambang, pertumbuhan tanaman

(9)
(10)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DARTAR ISI ... ii

DARTAR LAMPIRAN ... iv

DARTAR GAMBAR ... v

l. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian... ... 3

1.3. Manfaat Penelitian ... 4

1.4. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Klasifikasi Tanaman Kakao ... 5

2.2. Morfologi Tanaman Kakao ... 4

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao ... 7

2.4. Cara Perbanyakan Bibit Kakao ... 8

2.5. Tanah Tambang Pasca Batubara ... 9

2.6. Zeolit ... 11

III. METODE PENELITIAN ... 15

3.1. Tempat dan Waktu ... 15

3.2. Bahan dan Alat ... 15

3.3. Rancangan Penelitian ... 15

3.4. Pelaksanaan Penelitian ... 16

3.4.1. Persiapan Area Penelitian ... 16

3.4.2. Persiapan Media Tanam Dan Perlakuan ... 16

3.4.3. Penanaman ... 17

3.4.4. Pemeliharaan ... 17

3.5. Parameter yang Diamati ... 17

3.5.1. Tinggi Tanaman (cm) ... 17

3.5.2. Diameter Batang (mm) ... 17

3.5.3. Berat Kering Tanaman (g) ... 17

3.5.4. Berat Kering Akar (g) ... 18

3.5.5. Analisis Kimia Tanah ... 18

(11)

vi

3.6. Analisis Data ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

4.1. Hasil Penelitian ... 19

4.1.1. Tinggi Tanaman (cm) ... 19

4.1.2. Diameter Batang Bibit (mm) ... 20

4.1.3. Berat Kering Tanaman (g) ... 20

4.1.4. Berat Kering Akar (g) ... 21

4.1.5. Analisis Sifat Tanah ... 23

4.2. Pembahasan ... 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

5.1. Kesimpullan ... 28

5.2. Saran ... 28

DARTAR PUSTAKA ... 29

LAMPIRAN ... 31

(12)

v DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Luas area dan Produktivitas tanaman kakao di Provinsi Jambi pada

tahun 2017-2021 ... 1

2. Analisis Statistik Data Pengamatan Rata-rata Tinggi Tanaman Kakao Pada Umur 12 MST ... 20

3. Analisis Statistik Data Pengamatan Rata-rata Diameter Batang Kakao Pada Umur 12 MST ... 21

4. Analisis Statistik Data Pengamatan Rata-rata Berat Kering Tanaman Kakao Pada Umur 12 MST ... 22

5. Analisis Statistik Data Pengamatan Rata-rata Berat Kering Akar Kakao Pada Umur 12 MST ... 23

6. Denah Penelitian ... 32

7. Hasil Analisis Laboratorium awal ... 40

8. Hasil Analisis Laboratorium akhir ... 42

9. Dokumentasi Penelitian ... 44

(13)

vi DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Pembuatan Tempat Penelitian ... 44

2. Pengambilan Media Tanah Pasca Tambang Batubara ... 44

3. Penanaman Bibit ... 45

4. Penyusunan Sampel Penelitian ... 45

5. Pemeliharaan ... 46

6. Tanaman Yang Terserang Hama ... 46

7. Pengukuran Tanaman ... 47

8. Pembongkaran Tanaman ... 47

9. Pengeringan Sampel Tanah ... 48

10. Pengovenan Tanaman ... 49

11. Penimbangan Sampel Tanaman ... 49

(14)
(15)

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sampai sekarang ini semakin meningkat, baik dari segi pengembangan maupun permintaan pasar. Komoditi kakao merupakan sumber pendapatan andalan bagi petani perkebunan. Tidak hanya itu, kakao juga sebagian penyumbang pendapatan devisa negara yang menduduki posisi ketiga setelah kelapa sawit dan karet (Rahardjo, 2011).

Perkembangan tanaman kakao di provinsi jambi dari tahun 2017-2021 mengalami peningkatan luas area, produksi dan produktivitas tanaman kakao dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas area dan produktivitas tanaman kakao di provinsi Jambi pada tahun 2017-2021.

Tahun Luas area (Ha) Produksi/(Ton) Produktivitas (kg/Ha)

2017 2439 595 585

2018 2617 822 575

2019 2681 826 569

2020 2702 845 540

2021 2929 887 504

Sumber : Direktorat jenderal perkebunan (2021)

Data Tabel 1 menunjukan adanya peningkatan luas area tanam kakao di provinsi Jambi dari tahun 2017-2021. Produksi tahun 2017-2021 mengalami peningkatan sebanyak 292 ton. Sedangkan Produktivitas tanaman kakao dari tahun 2017-2021 mengalami penurunan, yang mana pada tahun 2017 produktivitas 585 kg/Ha dan menurun menjadi 504 kg/Ha pada tahun 2021.

(16)

2 Tingginya harga jual kakao menjadi pendorong semangat bagi masyarakat untuk terus mengembangkan perkebunan kakao di seluruh wilayah indonesia.

Wahyudi et.al (2008) juga menambahkan bertambahnya nilai jual yang tinggi dalam industri pengolahan kakao dipandang sangat perlu untuk terus mendorong perkembangan perkebunan kakao, sehingga dapat memenuhi kebutuhan biji kakao yang bermutu tinggi.

Permintaan benih kakao meningkat sejalan dengan perkembangan pembangunan kebun kakao yang akhir-akhir cenderung meningkat, dan peningkatan penanaman kakao oleh pekebun antara lain disebabkan harga biji kakao yang cukup tinggi. Harga biji kakao yang mengalami peningkatan sejak tahun 2001 menyebabkan minat petani untuk mengusahakan tanaman kakao meningkat pesat (Prawoto, 2003).

Pengembangan perkebunan kakao ditentukan oleh ketersediaan benih yang mencukupi. Oleh karena itu, pertumbuhan bibit kakao dilakukan pengembangan lebih lanjut terutama pada tanah lahan yang tidak subur, salah satunya tanah pasca penambangan batubara. Menurut Subowo ( 2011) penambangan batubara secara terbuka mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tanah secara fisik, kimia dan biologi. Degradasi tanah antara lain ditandai dengan perubahan perlapisan tanah yaitu tanah pucuk bercampur dengan overburden dan terjadinya pemadatan tanah pada saat penimbunan kembali.

Permasalahan pokok pada tanah pasca tambang batubara adalah gersang, padat, dan tidak bervegetasi sehingga rentan erosi (Subowo, 2011 dalam Simanjorang, 2017). Erosi akan memperburuk kualitas tanah lahan tambang batubara. Penutupan permukaan lahan pasca tambang batubara dengan penanaman

(17)

3 tanaman penutup tanah menjadi salah satu upaya memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan (Ambodo, 2008). Fungsi penanaman tanaman penutup tanah adalah untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh serta mengurangi debit dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah (Arsyad, 2010).

Kesuburan tanah pada lahan pasca tambang batubara tergolong sangat rendah.

Kandungan unsur hara makro yaitu N, P dan K semuanya bekisar sangat rendah di lapisan atas dan lapisan bawah (Purnamayani, 2016). Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk memperbaiki lahan yaitu pemberian zeolit. Zeolit adalah yang merupakan mineral alam bermuatan negatif, dapat dinetralkan oleh logam-logam alkali atau alkali tanah, memiliki pori-pori terisi ion-ion K, Na, Ca, Mg dan molekul H2O, sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran ion dan pelepasan air secara bolak-balik. Penggunaan zeolit sebagai adsorben mampu menyerap logam berat seperti Mg, Al dan ZnO ( Putri dan Sabani, 2018 )

Hasil penelitian Nursanti (2019). menjelaskan bahwa pemberian zeolit 200 gram per 10 kg tanah pasca tambang (setara 20 ton zeolit per Ha) dapat meningkatkan pH tanah, N-total, K-dd, P tersedia dan KTK tanah. Selanjutnya dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa pemberian zeolit 200 g/polybag dapat meningkatkan hasil C-org( %) dari 0,16 menjadi 0,73, N-total (%) dari 0,11 menjadi 0,28, K-dd (cmol(+)kg-1) dari 0,10 menjadi 0,40, P Bray 1 (mg kg -1) dari 9,20 menjadi 16,65 dari 4m menjadi 6,0, KTK dari`15,21 menjadi 23,04.

Peningkatan pH oleh zeolit dimungkinkan karena kation-kation basa yang terdapat pada zeolit seperti Ca, K dan Mg dapat dipertukarkan dengan ion H+ dan Al3+. Zeolit dapat menyangga pH tanah, tanah masam dapat dinetralisir karena

(18)

4 zeolit bersifat tidak masam (pH 7,2) dan dapat mengadsorpsi Al dan Fe penyebab kemasaman tanah serta melepaskan kation-kation basa seperti Ca, Mg dan K.

Endro (2008) menjelaskan bahwa zeolit merupakan mineral yang dapat menetralisir pH tanah.

Keberhasilan pertumbuhan ditentukan oleh faktor internal (genetik dan hormon) dan faktor eksternal (iklim dan kualitas tempat tumbuh). Sehingga perlu adanya percobaan penggunaan media tanah pasca lahan tambang batubara yang diberi pembenah tanah yang diharapkan dapat berpengaruh baik di pembibitan maupun dilapangan. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas maka dilakukan penelitian tentang Respon pertunbuhan bibit kakao ( Theobroma cacao L.) terhadap pemberian zeolit pada tanah pasca penambangan batubara dipolybag.

1.2 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) terhadap pemberian zeolit pada tanah pasca penambangan batubara dalam polybag.

1.3 Manfaat penelitian

1. Dapat memberikan informasi mengenai respon pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) pada media tanah pasca penambangan batubara yang diberikan zeolit dalam polybag.

2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Jambi.

(19)

5 1.4 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah Respon pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) Terhadap pemberian zeolit pada tanah pasca penambangan batubara dalam polybag dengan dosis yang berbeda.

(20)

6 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 . Tanaman Kakao

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) adalah salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor non migas. Tanaman kakao merupakan salah satu anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae ini banyak dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis dari buah dan bijinya. Klasifikasi tanaman kakao yaitu sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae, Ordo : Malvales, Familia : Sterculiaceae, Genus : Theobroma,

Spesies : Theobroma cacao L.

2.2 Morfologi Tanaman Kakao 2.2.1. Akar

Tanaman kakao sebagian besar akar lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman tanah (jeluk) 0-30 cm. 56% akar lateral tumbuh pada jeluk 0-10 cm, 26% pada jeluk 11-20, 14% pada jeluk 21 30 cm dan hanya 4% tumbuh pada jeluk diatas 30 cm dari permukaan tanah dengan arah horizontal. Cabang-cabang itu disebut dengan cabang primer (cabang Plagiotrop). Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh cabang-cabang lateral (Fan) sehingga tanaman membentuk tajuk yang rimbun (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

2.2.2. Batang

Batang adalah bagian utama dari tanaman. Dari batang inilah keluar bagian-bagian yang lain dari tanaman seperti : cabang, daun, bunga dan buah.

(21)

7 Kakao bersifat dimorfisme, artinya memiliki dua macam percabangan atau tunas vegetatif, yaitu tunas ortotrop yang tumbuh keatas dan tunas plagiotrop yang tumbuh kesamping, cabang kipas atau fan (Tjitrosoepomo, 2010).

2.2.3. Daun

Daun kakao bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya. Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daun.

Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus) ujung daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen (Karmawati et.al, 2010).

2.2.4. Bunga

Tanaman kakao bersifat kauliflori, artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan bunga (cushioll). Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkota panjangnya 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan bisanya terdapat dua garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel, dan berwarna putih (Karmawati et.al, 2010).

(22)

8 2.2.5. Biji

Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah dan memiliki jumlah yang beragam yaitu sekitar 20-50 butir perbuah.

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao

Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan dan keberhasilan budidaya tanaman, termasuk budidaya kakao. Lingkungan yang alami bagi tanaman kakao adalah hutan tropis seperti (curah hujan, suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya, dan angin) merupakan faktor pembatas penyebaran tanaman kakao (Siregar et.al, 2013). Curah hujan yang sesuai untuk pertanaman kakao adalah 1100-3000 mm, dengan distribusi curah hujan sepanjang tahun. Curah hujan di atas 4500 mm pertahun kurang baik untuk tanaman kakao karena kondisi hujan seperti ini akan mendorong kelembaban tinggi sehingga dapat menyebabkan berkembangnya penyakit busuk buah kakao yang merupakan penyakit utama pada tanaman ini.

Menurut Waluyo (2012) terdapat tipe iklim (Scmidt dan fergusson) yang didukung dengan unsur iklim yaitu kelembapan udara relative, angin, intensitas cahaya matahari serta suhu. Kelembapan yang dikehendaki tanaman kakao adalah 80 – 90 % . Angin kencang dapat mengakibatkan kerusakan mekanis pada tanaman kakao serta menurunkan kelembapan relatif udara. Pengaruh angin kering pada pertanaman kakao di dekat pantai mengakibatkan matinya jaringan sel daun pada bagian tepi. Intensitas cahaya matahari diatur dengan adanya pohon pelindung. Intensitas cahaya matahari akan mengatur perbungaan tanaman kakao.

Suhu yang dikehendaki berkisar antara 24oC dan 28oC tiap harinya. Suhu di atas 30oC dibawah naungan sering menimbulkan banyak pertumbuhan vegetatif.

(23)

9 Selain iklim tanah juga merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan keberhasilan budidaya tanaman, Tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal persyaratan fisik dan kimia tanah yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi. Kemasaman tanah (pH), kadar bahan organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa . jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman kakao yaitu lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir, dan 10-20% debu 30 - 40 %. tanaman kakao memerlukan kedalaman efektif > 60 cm dengan struktur tanah remah, tata udara dan air baik serta kemiringan tanah < 45% (Karmawati et al, 2010).

2.4. Cara Perbanyakan Bibit Kakao

Pertumbuhan bibit kakao di lapangan sangat ditentukan oleh pertumbuhan tanaman selama di pembibitan. Ada dua cara perbanyakan tanaman kakao, yaitu secara generatif menggunakan biji dan secara vegetatif menggunakan metode sambungan, setek, okulasi, cangkokan, dan kultur jaringan. Pada perbanyakan secara generatif seringkali bibit yang dihasilkan cenderung tidak seragam sehingga menurunkan sifat-sifat yang beragam dan tidak sama dengan pohon induknya, sedangkan pada perbanyakan vegetatif ini perubahan bentuk genetik tidak terjadi. Sampai saat ini bagian vegetatif tanaman kakao yang banyak digunakan sebagai bahan tanam untuk perbanyakan vegetatif adalah batang atau cabang yang disebut dengan entres (Rubiyo, 2011).

Perbanyakan tanaman melalui benih berupa biji disebut perbanyakan secara generatif. Produksi dan pemeliharaan benih perkebunan diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 39/Permentan/ OT.140/8/2006 dengan mengacu

(24)

10 pada peraturan Seed Testing Association (ISTA), yaitu benih harus berasal dari klon unggul yang telah mendapat pengesahan dan pengakuan tentang keunggulan yang dimiliki. Selama dalam proses penangkaran, benih akan melalui pengujian lapangan, yang meliputi kemurnian, keseragaman, kebersihan pertanaman.

2.5. Tanah Pasca Penambangan Batubara

Pada saat ini sebagian besar penambangan batubara dilakukan dengan metode tambang terbuka (open pit mining). Tahapan kegiatan meliputi pembukaan dan penyiapan lahan, pengupasan tanah pucuk (top soil), pengupasan tanah penutup (stripping overburden), penimbunan tanah penutup (overburden removal), penambangan batubara (coal getting) dan pengisian lubang tambang

(backfilling).

Penambangan batubara secara terbuka mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tanah secara fisik, kimia dan biologi. Degradasi tanah antara lain ditandai dengan perubahan perlapisan tanah yaitu tanah pucuk bercampur dengan overburden dan terjadinya pemadatan tanah pada saat penimbunan kembali (Subowo, 2011).

Permasalahan pokok pada tanah bekas tambang batubara adalah gersang, padat, dan tidak bervegetasi sehingga rentan erosi (Widyati, 2008; Subowo, 2011;

Simanjorang, 2017). Erosi akan memperburuk kualitas tanah lahan bekas tambang batubara. Kegiatan penambangan dan hasil reklamasi lahan pasca penambangan pada akhirnya harus memenuhi indikator ramah lingkungan sehingga lahan pasca penambangan tersebut benar-benar dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sekitar, Luas lahan Pertambangan di Provinsi Jambi pada tahun 2014 seluas 387.344,50 ha (Lubis, 2014). Menurut Kumar (2013) kegiatan penambangan

(25)

11 dapat mengubah sifat fisik dan kimia serta lingkungan biologis tanah. Keadaan ini ditandai oleh kandungan bahan organik rendah, pH rendah bahkan sangat rendah, kapasitas memegang air rendah (low water holding capacity) rendah, salinitas, tekstur kasar, pemadatan tanah, pasokan unsur hara pada tanaman tidak memadai, erosi dipercepat, dan bahan pembangkit asam.

Pribadi (2012) menyatakan bahwa perubahan kimiawi terutama berdampak terhadap air tanah dan air permukaan, selanjutnya terjadi perubahan secara fisik, yaitu morfologi dan topografi lahan, dan perubahan iklim mikro yang disebabkan oleh perubahan kecepatan angin, gangguan habitat biologi berupa flora dan fauna, serta penurunan produktivitas tanah dengan akibat menjadi tandus atau gundul. Lahan pasca tambang apabila dapat dikelola dengan baik maka dimasa mendatang, lahan timbunan pasca penambangan batubara merupakan salah satu sumberdaya yang berpotensi besar untuk mendukung pembangunan pertanian. Salah satu pemanfaatannya adalah menjadikan tanah lapisan atas pasca tambang batubara sebagai alternatif media tanam pembibitan. Tanah lapisan atas pasca tambang batubara memiliki kemasaman yang berlebih dibanding tanah pada umumnya dan memiliki konsentrasi hara makro (N, P, K dan Mg) yang rendah, pada kondisi tanah seperti itu maka berbagai jenis tanaman budidaya tidak dapat tumbuh dengan baik.

Karakteristik kimia dan fisik tanah pasca tambang: tingkat kemasaman tanah berada pada posisi sangat masam pH 4, kejenuhan Al kriteria tinggi sebesar 52,86%, kadar besi 1,51% kriteria tinggi, KTK (Kapasitas Tukar Kation) tanah sebesar 15,21 cmol(+)kg -1 tergolong rendah, Kejenuhan Basa (KB) sebesar 49,44% tergolong sedang, C-organik sangat rendah yaitu sebesar 0,16%, Nilai

(26)

12 C/N tanah 1,46 tergolong sangat rendah, N total 0,11%, P tersedia 9,20 mg kg-

1 dan K total tanah 0,15 mg kg-1 masing-masing tergolong rendah.Tanah pasca penambangan memiliki karakteristik fisik dan kimia tanah yang kurang baik sebagai media tanam (Nursanti, 2018).

2.6. Zeolit

Zeolit merupakan mineral batuan kristal alami dari hasil tambang yang mengandung alumina silika (Jacobs et al, 2001). Zeolit dibedakan menjadi dua macam yaitu zeolit alam dan zeolit sintetik. Zeolit alam terbentuk karena adanya proses perubahan alam, dari batuan vulkanik (Setyawan, 2002). Zeolit sintetik diproses sedemikian rupa sehingga mendapatkan karakter yang sama dengan zeolit alam.

Zeolit alam secara umum mengandung impuritas/pengotor yang menyebabkan luas permukaan dan ukuran pori rendah. Sehingga dibuat zeolit sintetik sebagai langkah untuk memperbaiki kelemahan zeolit alam. Biasanya, kerangka zeolit alumina-silika tersusun atas alumina (AlO45- ) dan silika tetrahedral (SiO44- ), yang setiap sudutnya menghubungkan semua unit tetrahedral menjadi satu kesatuan (Barrer, 1982). Adapun rumus molekul zeolit dapat dinyatakan dengan: M2/nO.Al2O3.ySiO2.wH2O, di mana n = valensi

Zeolit NaY merupakan salah satu zeolit sintetik yang banyak digunakan sebagai komponen katalis dalam industri petrokimia dan pengolahan minyak bumi. Pada industri pengolahan minyak bumi, katalis digunakan untuk mengurangi kebutuhan energi yang cukup besar, sekaligus untuk menghasilkan produk dengan selektifitas tinggi. Proses cracking (perengkahan) termasuk suatu

(27)

13 proses penting dalam pengolahan minyak bumi yang menggunakan katalis sejak tahun 1940 (Subagjo, 2015).

Zeolit sintesis adalah salah satu solusi untuk memperbaiki kelemahan zeolit alam zeolit sintetis dapat diproses menggunakan kaolin sebagai sumber silika dan alumina. Kaolin akan diaktifkan menjadi metakaolin melalui proses aktivasi kaolin dengan kalsinasi pada suhu 450 - 700oC selama 2 jam zeolit sintetis memerlukan rasio silika/alumina yang tinggi sehingga harus melewati proses dealuminasi/ pelepasan alumina dari metakaolin dengan menggunakan pelarut asam. Zeolit membentuk kristal melalui mekanisme perubahan padat-padat terjadi secara langsung dari gel amorf menjadi fasa zeolit (Subagjo et al, 2015).

Zeolit adalah kelompok mineral yang dalam pengertian/penamaan bahan galian merupakan salah satu jenis bahan galian non logam atau bahan galian mineral industri dari 48 jenis yang yang terdata dan pernah dijumpai oleh kegiatan penyelidikan yang pernah dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG), Badan Geologi, Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral. Zeolit adalah satu kelompok berkerangka alumino-silikat yang terjadi di alam dengan kapasitas tukar kation yang tinggi, adsorpsi tinggi dan bersifat hidrasi-dehidrasi. Telah diketahui sekitar 50 jenis yang berbeda dari kelompok mineral ini, tetapi hanya 9 mineral zeolit alami yang sering dijumpai, seperti: analcim, chabazit, klinoptilolit, heulandit, erionit, ferrierit, laumontit, mordenit dan phillipsit. Struktur dari setiap mineral ini berbeda tetapi semua mempunyai lorong terbuka yang besar dalam struktur kristal yang memungkinkan satu lubang besar untuk penyerapan dan bertukar kation, mengakibatkan zeolit sangat efektif sebagai penukar kation.

Dalam pemanfaatan zeolit telah mengalami pengembangan sedemikian rupa

(28)

14 sehingga dapat digunakan untuk beberapa keperluan dalam industri dan pertanian, juga bagi lingkungan, terutama untuk menghilangkan bau, karena zeolit dapat menyerap molekulmolekul gas seperti CO, CO2, H2S dan lainnya. Zeolit merupakan bahan galian non logam atau mineral industri multi guna karena memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang unik yaitu sebagai penyerap, penukar ion, penyaring molekul dan sebagai katalisator.

Zeolit berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar dan tajuk disebabkan zeolit dapat mempengaruhi ketersediaan air dan dapat membantu laju absorbsi unsur hara dengan cara memperbaiki struktur tanah. Bobot kering tanaman berkaitan erat dengan serapan air pada bobot basah tanaman, karena jumlah serapan air berpengaruh langsung pada keberlangsungan fotosintesis tanaman.

Zeolit alam terbentuk karena adanya proses kimia dan fisika yang kompleks dari batubatuan yang mengalami berbagai macam perubahan di alam.

Para ahli geokimia dan mineralogi memperkirakan bahwa zeolit merupakan produk gunung berapi yang membeku menjadi batuan vulkanik, batuan sedimen dan batuan metamorfosa yang selanjutnya mengalami proses pelapukan karena pengaruh panas dan dingin sehingga akhirnya terbentuk mineral-mineral zeolit.

Anggapan lain menyatakan proses terjadinya zeolit berawal dari debu-debu gunung berapi yang beterbangan kemudian mengendap di dasar danau dan dasar lautan. Debu-debu vulkanik tersebut selanjutnya mengalami berbagai macam perubahan oleh air danau atau air laut sehingga terbentuk sedimen-sedimen yang mengandung zeolit di dasar danau atau laut tersebut (Setyawan, 2002). Jenis zeolit alam dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:

(29)

15 Zeolit yang terdapat di antara celah-celah batuan atau di antara lapisan batuan zeolit jenis ini biasanya terdiri dari beberapa jenis mineral zeolit bersama- sama dengan mineral lain seperti kalsit, kwarsa, renit, klorit, fluorit dan mineral sulfida.

Zeolit yang berupa batuan; hanya sedikit jenis zeolit yang berbentuk batuan, diantaranya adalah: klinoptilolit, analsim, laumontit, mordenit, filipsit, erionit, kabasit dan heulandit.

Zeolit alam adalah zeolit yang ditambang langsung dari alam. Dengan demikian harganya jauh lebih murah daripada zeolit sintetis. Zeolite alam merupakan mineral yang jumlahnya banyak tetapi distribusinya tidak merata, seperti klinoptilolit, mordenit, phillipsit, chabazit dan laumontit. Namun zeolit alam memiliki beberapa kelemahan, di antaranya mengandung banyak pengotor seperti Na, K, Ca, Mg dan Fe serta kristalinitasnya kurang baik. Keberadaan pengotor-pengotor tersebut dapat mengurangi aktivitas dari zeolit Untuk memperbaiki karakter zeolit alam sehingga dapat digunakan sebagai katalis, absorben, atau aplikasi lainnya, biasanya dilakukan aktivasi dan modifikasi terlebih dahulu. Selain untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang terdapat pada zeolit alam, proses aktivasi zeolit juga ditujukan untuk memodifikasi sifat- sifat dari zeolit, seperti luas permukaan dan keasaman. Luas permukaan dan keasaman yang meningkat akan menyebabkan aktivitas katalitik dari zeolit meningkat. Salah satu kelebihan dari zeolit adalah memiliki luas permukaan dan keasaman yang mudah dimodifikasi (Yuanita, 2010).

(30)

16 lll. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan kampus II Universitas Batanghari Jambi (Pijoan) dan analisis tanah di Laboratorium Dasar dan terpadu Universitas Jambi. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, dari Juni sampai September 2022.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanah pasca tambang batubara sebagai media tanam berasal dari Tempino, bibit kakao yang berumur 3 bulan berasal dari penangkaran Tri, jalan Lintas Jambi-Palembang Km 16 RT 3 Dusun Catur Karya Desa Pondok Meja Mestong Kabupaten Muaro Jambi, dan zeolit alami dibeli di toko pertanian, pupuk kandang (kotoran ayam ) dibeli dipeternak ayam.

Alat yang digunakan polybag ukuran 40 cm × 25 cm, cangkul, timbangan analitik, meteran, paranet, pena, buku dan oven.

3.3. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL) satu faktor, pemberian zeolit pada tanah pasca tambang batubara dengan level perlakuan sebagai berikut.

K0 = Tanah pasca tambang 4 kg per polybag ( kontrol ) K1 = 50 gram zeolit + 4 kg tanah pasca tambang

K2 = 100 gram zeolit + 4 kg tanah pasca tambang K3 = 150 gram zeolit + 4 kg tanah pasca tambang

(31)

17 Setiap unit percobaan terdiri dari 4 tanaman sehingga untuk tanaman akhir adalah 12 x 4 = 48 tanaman. yang digunakan untuk tanaman sample setiap unit percobaan adalah 3 tanaman sample.

3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Persiapan Areal Penelitian

Areal yang dijadikan tempat penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari semua gulma yang dapat mengganggu tanaman. Tempat penelitan didatarkan dan dipilih yang dekat dengan sumber mata air, kemudian membuat naungan dengan menggunakan paranet berukuran 60% dengan tinggi 180 meter, panjang 4 meter, lebar 3 meter.

3.4.2. Persiapan Media Tanam dan Perlakuan

Tanah sebagai media diambil dari daerah Tempino berupa tanah pasca tambang batubara dengan kedalaman 30 meter. Tanah yang sudah di ambil lalu digemburkan dan dibersihkan dari sampah, perlakuan kontrol (ko) sebanyak 4 kg tanah pasca tambang batubara, perlakuan (k1) tanah pasca tambang batubara sebanyak 4 kg ditambahkan 50 gram zeolit, perlakuan (k2) tanah pasca tambang batubara sebanyak 4 kg ditambahkan 100 gram zeolit, perlakuan (k3) tanah pasca tambang batubara sebanyak 4 kg ditambahkan 150 gram zeolit. setelah diayak tanah dicampur dengan pupuk kandang perbandingan 4 : 1 kemudian diaduk hingga tanah dan pupuk kandang menyatu kemudian tanah dimasukan kedalam polybag kemudian setiap polybag diberikan zeolit sesuai perlakuan.

(32)

18 3.4.3. Penanaman

Bibit yang ditanam merupakan bibit yang sehat dan berukuran seragam dengan tinggi bibit 30-32 cm dan jumlah daun 8 sampai 10 helai, bibit kakao ditanam pada media polybag yang telah disiapkan. Polybag kecil dilepas kemudian bibit direndam dalam air tujuanya adalah memisahkan tanah dengan akar, selanjutnya ditanam dimedia perlakuan.

3.4.4. Pemeliharaan

Pengendalian gulma secara manual dengan cara mencabuti rumput di sekitar polybag, penyiraman tanaman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi pada pukul 07;00 wib dan sore pada pukul 16:30 wib, jika turun hujan tidak perlu di siram lagi, penyiraman diberikan dengan jumlah yang sama untuk tanaman dipolybag. Pengendalian hama kutu loncat dilakukan dengan cara kimiawi, menggunakan produk curacron dengan penyemprotan pada tanaman kakao.

3.5. Parameter yang Diamati

3.5.1. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari leher akar sampai titik tumbuh tanaman.

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada awal dan diakhir penelitian.

3.5.2. Diameter Batang (mm)

Pengukuran diameter batang bibit dilakukan diakhir penelitian dengan cara diameter bibit ukur pada ketinggian 3 cm dari leher akar menggunakan jangka sorong.

(33)

19 3.5.3. Berat Kering Tanaman (g)

Berat kering tanaman diukur dengan cara memisahkan akar, daun dan pucuk lalu dibersihkan dan kemudian dimasukkan kedalam kertas amplop selanjutnya di oven dengan suhu 800C selama 24 jam. Berat kering tanaman ditimbang pada akhir penelitian.

3.5.4. Berat Kering Akar (g)

Berat kering akar diukur dengan cara memisahkan akar dari batang lalu dicuci hingga bersih kemudian dikeringkan selanjutnya dioven pada suhu 800 C selama 24 jam. Penimbangan berat kering akar dilakukan pada akhir penelitian.

3.5.5. Analisis Sifat Tanah

Analisis kimia dilakukan pada awal dan akhir penelitian terhadap kimia tanah terdiri dari : pH H2O (1:1), N total (Metode Kjeldahl),P tersedia (Metode Bray), C-organik (Metode Walkleanisy Black). Analisis sifat tanah dilakukan dua kali yaitu tanah pasca tambang batubara sebelum dicampur zeolit dan tanah pasca tambang batubara yang sudah diberikan zeolit. Analisis sifat tanah di Laboratorium Dasar Dan Terpadu Universitas Jambi.

3.6. Analisis Data

Untuk mengetahui perlakuan yang dicobakan data yang diperoleh dianalisis secara statistika menggunakan analisis varian. Bila analisis varian menunjukan pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji DNMRT pada taraf α 5%.

(34)

20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Tinggi Tanaman (cm)

Bedasarkan hasil analisi ragam terhadap tinggi tanaman kakao menunjukkan bahwa pemberian zeolit berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kakao ( Lampiran 2). Uji lanjut DNMRT taraf 𝛼 5 %.untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-Rata tinggi tanaman kakao pada umur 12 MST, dengan perlakuan berbagai dosis zeolit pada tanah pasca tambang batubara.

Perlakuan zeolit Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)

K3 (150 g) 65,56 a

K2 (100 g) 62,56 ab

K1 (50 g) 62,44 ab

K0 (0 g) 59,11 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada uji lanjut DNMRT taraf 𝛼 5 %.

Tabel 2 menujukan bahwa rata-rata tinggi tanaman kakao yang tertinggi didapatkan pada K3 yaitu 65,56 cm hasil ini berbeda tidak nyata dibandingkan dengan perlakuan K2 dan K1, tetapi berbeda nyata bila dibandingkan dengan K0.

Rata-rata tinggi tanaman terendah didapat pada perlakuan K0 yaitu 59,11 cm.

Terdapat peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman kakao pada perlakuan K3 sebesar 10,91 % bila dibandingkan perlakuan K0.

(35)

21 4.1.2. Diameter Batang Bibit (mm)

Hasil analisis ragam terhadap diameter batang bibit kakao menunjukkan bahwa pemberian zeolit berpengaruh nyata terhadap diameter batang bibit kakao ( Lampiran 3 ). Uji lanjut DNMRT taraf α 5%. untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata diameter batang tanaman kakao pada umur 12 MST, dengan perlakuan berbagai dosis zeolit pada tanah pasca tambang batubara.

Perlakuan zeolit Rata-rata Diameter Batang (mm)

K3 (150 g) 9,98 a

K2 (100 g) 8,96 b

K1(50 g) 7,84 c

K0 (0 g) 7,73 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak

nyata pada uji lanjut DNMRT taraf 𝛼 5 %.

Tabel 3 menunjukan bahwa rata-rata diameter batang kakao tertinggi didapat pada K3 yaitu 9,98 mm hasil ini berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan K2,K1 dan K0. Rata-rata diameter batang terendah terdapat pada perlakuan K0 yaitu 7,73 mm. Terdapat peningkatan pertumbuhan diameter batang pada perlakuan K3 sebesar 18,06 % bila dibandingkan perlakuan k0.

4.1.3. Berat Kering Tanaman (g)

Hasil analisi ragam terhadap berat kering tanaman kakao menunjukan bahwa pemberian zeolit ditanah pasca tambang batubara berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman kakao ( Lampiran 4). Uji lanjut DNMRT taraf 𝛼 5%. Untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.

(36)

22 Tabel 4. Rata-rata berat kering tanaman kakao pada umur 12 MST, dengan

perlakuan berbagai dosis zeolit pada tanah pasca tambang batubara.

Perlakuan zeolit Rata-rata Berat Kering Tanaman (g)

K3 (150 g) 75,76 a

K2 (100 g) 73,15 b

K1 (50 g) 65,44 c

K0 (0 g) 60,39 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada uji lanjut DNMRT taraf 𝛼 5 %.

Tabel 4 menunjukan bahwa rata-rata berat kering tanaman kakao tertinggi didapat pada K3 yaitu 75,76 g hasil ini berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan K2, K1 dan K0. Rata-rata berat kering tanaman terendah didapat pada perlakuan K0 yaitu 60,39 g. terdapat peningkatan diameter batang tanaman kakao pada perlakuan K3 sebesar 25,81 % bila dibandingkan perlakuan K0.

4.1.4. Berat Kering Akar (g)

Hasil analisis terdapat berat kering akar tanaman kakao menunjukan bahwa pemberian zeolit berpengaruh nyata terhadap berat kering akar tanaman kakao ( Lampiran 5 ). Uji lanjut DNMRT taraf α 5 % untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

(37)

23 Tabel 5. Rata-rata berat kering akar tanaman kakao pada umur 12 MST, dengan

perlakuan berbagai dosis zeolit pada tanah pasca tambang batubara.

Perlakuan zeolit Rata-rata Berat Kering Akar (g)

K3 (150 g) 14,19 a

K2 (100 g) 14,13 a

K1 (50 g) 10,74 b

K0 (0 g) 9,96 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada uji lanjut DNMRT taraf 𝛼 5 %.

Tabel 5 menunjukan bahwa rata-rata berat kering akar tanaman kakao tertinggi didapat pada K3 yaitu 14,19 g hasil ini berbeda tidak nyata dibandingkan dengan perlakuan K2, tetapi berbeda nyata bila dibandingkan dengan K1 dan K0.

Rata-rata berat kering akar terendah didapat pada perlakuan K0 yaitu 9,96 g.

terdapat peningkatan berat kering akar tanaman kakao sebesar 42,46 % bila dibandingkan perlakuan K0.

(38)

24 4.1.5. Analisis Sifat Tanah

Hasil pengujian sifat kimia tanah dan fisik tanah awal dan akhir penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil analisis sifat tanah diawal dan diakhir penelitian. Terhadap N-total (%), P-tersedia olsen (ppm), (pH H2O), ( C- Organik %).

Akhir Penelitian No. Sifat Tanah Awal K0 K1 K2 K3

1. N-total 0,02R 0,04R 0,02R 0,01R 0,009SR 2. P-tersedia 22,78SR 1031,63T 1049,18T 987,47T 993,35T 3. pH H2O 5,328M 6,257AM 6,951N 7,490N 6.925N 4. C-Organik 0,58SR 1,01R 1,12R 0,94R 1,05R 5. Struktur Blok Blok granular granular granular Keterangan : R ( Rendah ), S ( Sedang ), T ( Tinggi ), N ( Netral ), SR ( Sangat

rendah ), M ( Masam ), AM ( Agak masam ); Sumber Djaenuddin (1994)

Hasil analisis sifat tanah ( Tabel 5 ). Terhadap N- total tanah dari awal penelitian sampai dengan akhir penelitian tidak mengalami perubahan yaitu pada kereteria rendah. Sedangkan P- tersedia tanah secara angka meningkat awal penelitian sangat rendah dan pada akhir penelitian menjadi tinggi. pH tanah mengalami perubahan dari awal penelitian masam dan akhir penelitian menjadi netral. C- organik mengalami perubahan dari awal penelitian sangat rendah dan akhir penelitian menjadi rendah. Struktur tanah pada awal penelitian berbentuk blok dan akhir penelitian menjadi granular.

(39)

25 4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian zeolit terhadap tanah pasca tambang batubara memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang. Pemberian zeolit pada perlakuan K3 (150 g polybag ) dapat meningkat tinggi tanaman sebasar 10,91 %, diameter batang sebesar 18,06% dibandingkan tanpa pemberian zeolit pada tanah pasca penambangan batubara. Hal ini dikarenakan pemberian zeolit dapat memperbaiki sifat fisik, biologi, kimia pada tanah. Nursanti dan Ricky (2022), menjelaskan bahwa tanah pada lahan pasca tambang batubara memiliki kandungan unsur hara yang rendah. Penambahan zeolit pada tanah pasca tambang batubara akan dapat memperbaiki sifat kimia seperti pH tanah yang awalnya masam menjadi netral dan sifat fisik tanah awal berbentuk blok menjadi granular.

Pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang kakao disebabkan karena pemberian zeolit pada tanah pasca tambang batubara dapat meningkatkan unsur hara yang tersedia pada tanah. Hal ini terbukti dari analisis tanah terjadi peningkatan P-tersedia setelah tanah diberi zeolit dan peningkatan pH tanah dari masam menjadi netral. Menurut Basri dan Suharnas (2013) bahwa unsur hara yang tersedia pada tanah akan diserap oleh tanaman dan mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman terutama berkaitan dengan hubungan terhadap proses fotosintesis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang terdapat pada benih atau tanaman itu sendiri. Faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat diluar benih atau tanaman, salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan dari segi faktor

(40)

26 eksternal yaitu media tanaman, media tanaman yang baik adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah cukup bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat ditemukan pada tanah dengan tata udara yang baik, mampunyai agregat mantap, kemampuan menahan air yang baik dan ruang untuk perakaran yang cukup (Puslitkoka, 2011).

Tumbuhan mengalami pertumbuhan dari kecil menjadi besar dan berkembang dari zigot menjadi embrio, kemudian menjadi individu yang mempunyai perangkat akar, batang, dan daun. Salah satu ciri organisme yaitu tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel, proses ini te:rjadi secara tidak bolak balik (irreversibel). Perkembangan didefenisikan sebagai suatu proses menuju keadaan yang lebih dewasa. Namun jika kita mengkajinya lebih dalam, proses ini tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi berjalan seiring. Diawali dengan pertumbuhan, lalu dilanjutkan dengan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan itu sendiri merupakan hasil interaksi antara faktor dalam dan faktor luar. Faktor yang terdapat dari dalam, an tara lain sifat genetik (yang ada di dalam

= gen) dan hormon yang merangsang pertumbuhan. Sedangkan faktor luar adalah lingkungan. Potensi genetik ini hanya akan berkembang jika ditunjang oleh lingkungan yang cocok. Dengan demikian, karakter/sifat yang ditampilkan oleh tumbuhan merupakam gabungan faktor genetik dan faktor lingkungan secara bersama-sama.

Peranan gen dalam mempengaruhi penumbuhan dapat dijelaskan sebagai berikut, gen penentu pertumbuhan dan perkembangan terdapat dalam sel. Sel merupakan kesatuan hereditas karena di dalamnya terdapat gen yang bertanggung

(41)

27 jawab dalam pewarisan sifat untuk pembentukan protein, enzim dan harmon.

Pembentukan enzim dan harmon mempengaruhi berbagai reaksi metabolisme untuk mengatur dan mengendalikan pertumbuhan.

Media tanaman adalah media tumbuh bagi tanaman yang dapat memasok sebagaian unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk menunjang pertumbuhan tanaman secara baik. Sebagai besar unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasok melalui media tanaman. Selanjutnya diserap oleh perakaran dan digunakan dalam proses fisiologis tanaman (Zaenuddin, 2012).

Hasil analisis ragam pemberian zeolit berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman kakao dan berat kering akar kakao. Hasil rata-rata berat kering tanaman tertinggi dengan nilai 75,76 g (K3) dan terdapat peningkatan berat kering tanaman sebesar 25,81% bila dibandingkan dengan K0. Hasil rata-rata berat kering akar tertinggi dengan nilai 14,19 g (K3) dan tedapat peningkatan berat kering akar sebesar 42,46 % bila dibandingkan dengan K0. Hal ini disebabkan adanya perbaikan media tanam dari struktur blok ke struktur granular. Yang mengakibatkan akar tanaman dapat berkembang dengan baik dan memudahkan akar menyerap unsur hara yang ada didalam tanah dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman dan akar tanaman.

Berat kering akar dijadikan salah satu indikator banyaknya fotosintat yang terbentuk guna absorpsi nutrisi atau unsur hara dari tanah. berat kering akar sangat terggantung pada volume akar dan jumlah akar tanaman itu sendiri, banyak tidaknya volume dan jumlah akar berpengaruh terhadap berat kering. Peningkatan berat kering tanaman terjadi apabila proses fotosintesis lebih besar dari pada

(42)

28 proses respirasi, sehingga terjadi pemupukan bahan organik pada jaringan dalam jumlah yang seimbang dan pertumbuhan akan stabil (Harjadi, 1993).

Tanaman kakao membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui tanah. Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak. Hara Ca,Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan CI diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit.sebagai besar N dan P dibawa ke titik tumbuh, batang, daun, bunga jantan, lalau dialihkan kebiji.( Olsen dan Sander,1998).

Proses pertumbuhan tanaman terdiri dari pembelahan sel, lalu diikuti oleh pembesaran sel dan terakhir adalah difrensiasi sel. Pertumbuhan hanya terjadi pada lokasi tertentu saja, yaitu pada jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan yang sel-selnya aktif membelah.

Peningkatan pH oleh zeolit dimungkinkan karena kation-kation basa yang terdapat pada zeolit seperti Ca K dan Mg dapat dipertukarkan dengan ion H+ dan AI3+. Zeolit dapat menyangga pH tanah, tanah masam dapat dinetralisir karena zeolit bersifat tidak masam (pH 7,2) dan dapat mengadsorpsi Al dan Fe penyebab kemasaman tanah serta melepaskan kation-kation basa seperti Ca,Mg dan K.

Endro (2008) menjelaskan bahwa zeolit merupakan mineral yang dapat menetralisir ph tanah.

(43)

29 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kasimpulan

Berdasarkan penelitian dan analisis data dapat disimpulkan :

1. Zeolit memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kakao.

Tinggi tanaman kakao tertinggi terdapat pada perlakuan K3 sebesar 65,56 cm dan terdapat peningkatan tinggi tanaman kakao sebesar 10,91% bila dibandingkan K0.

2. Zeolit memberikan pengaruh nyata terhadap diameter batang, berat kering tanaman kakao dan berat kering akar. Pertumbuhan diameter batang diperoleh pada K3 9,98 mm atau meningkat 18,06% dibandingkan dengan K0. Sedangkan berat kering tanaman kakao tertinggi diperoleh pada K3 sebesar 75,76 g atau meningkat sebesar 25,81% dibandingkan dengan K0.

akar tertinggi terdapat pada K3 sebesar 14,19 g atau meningkat sebesar 42,46 % bila dibandingkan dengan K0.

5.2. Saran

Dari penelitian disarankan untuk kegiatan budidaya tanaman kakao di pembibitan menggunakan media tanam tanah pasca tambang batubara yang diberikan campuran pupuk kandang, perbandingan 4:1 dengan perlakuan zeolit tidak lebih dari 100-150 g dalam 4 kg tanah pasca tambang batubara.

(44)

30 DAFTAR PUSTAKA.

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah Dan Air. Bogor : IPB Press

Astra, G., T. Simanungkalit., N. Rahmawati. 2015. Respon Pemberian Kompos Tandan Kelapa Sawit Dan Zeolit Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Pre Nursery. Jurnal Online Agroteknologi. Vol 3. No 1: Hal 416- 426.

Dinas Perkebunan Kota Jambi. 2016. Data Statistik Perkebunan Kota Jambi.

Jambi.

Direktoran Jenderal Perkebunan.2021. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kakao 2017-2021. Jakarta.

Jabri.A. 2008. Kajian Metode Penetapan Kapasitas Tukar Kation Zeolit Sebagai Pembenah Tanah Untuk Lahan Pertanian Terdegradasi. Jurnal Standardisasi. 10(2): 56-69.

Karmawati, Elna.dkk. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Bogor:

Puslitbang

Kustantini. 2015. Beberapa Teknik Untuk Meningkatkan Daya Simpan Benih Kakao (Theobroma cacao L.). Surabaya: Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP)

Nursanti,I dan Kemala N. 2019. Peranan Zeolit dalam Peningkatan Kesuburan Tanah Pasca Penambangan. Jurnal Media Pertanian. Vol 2 (1). Hal 135 Prawoto, A. 2003. Respon Semaian Beberapa Klon Kakao Terhadap Cekraman

Kekeringan. Jurnal Pelita Perkebunan. 19. Hal 55-66.

Purnamayani.R. 2016. Karakteristik kimia tanah lahan reklamasi tambang batubara di Provinsi Jambi. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal. 20-21 Oktober 2016.Palembang.

Putri dan Sabani. 2018. Aktivasi Zeolit Alam Sebagai Adsorben Logam Berat Mg, Al dan ZnO Menggunakan Larutan Naoh. Jurnal Hasil Penelitian Bidang Fisika. 6 (3). Hal 22-28.

Raharjo. 2011. Menghasilkan Benih dan Bibit Kakao Unggul. Jakarta: Penebar Swadarya.

Siregar, S. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.

Subowo. 2011. Panambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan dan Upaya Reklamasi Pasca Tambang Untuk Memperbaiki Kualitas Sumberdaya Lahan dan Hayati Tanah. Jurnal Sumber daya Lahan. 5 (2). Hal 94

(45)

31 Setyawan P.H.D., 2002, Pengaruh Perlakuan Asam, Hidrotermal dan Impregnasi Logam Kromium Pada Zeolit Alam dalam Preparasi Katalis, Jurnal Ilmu Dasar, Vol. 3 No.2, Juli 2002

Tjitrosoepomo . 2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Wahyudi, T., T.R, Pengabean. 2008. Panduan Lengkap Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu. Jakarta: Penebar Swadaya.

Yuanita, D.,2009, Hidrogenasi Katalitik Metil Oleat Menjadi Stearil Alkohol Menggunakan Katalis Ni/Zeolit Alam, Prosiding Seminar Nasional Kimia

UNY.

(46)

32 LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Penelitian Respon Pertumbuhan Bibit Kakao ( Theobroma cacao L. ) Terhadap Pemberian Tanah pasca penambangan batubara terhadap pemberian zeolit dalam polybag

U

Keterangan:

K0 = Kontrol ( 4 kg tanah pasca tambang batubara ) K1 = ( 4 kg tanah pasca tambang batubara +50 g zeolit ) K2 = ( 4 Kg tanah pasca tambang batubara + 100 g zeolit ) K3 = (4 Kg tanah pasca tambang batubara + 150 g zeolit ) I,II,III = ulangan 1, ulangan 2, ulangan 3

K0 II

0 0 0 0

K1 II

0 0 0 0

K2 II

0 0 0 0 K1 III

0 0 0 0

K3 I

0 0 0 0

K0 III

0 0 0 0 K2 I

0 0 0 0

K0 I

0 0 0 0

K3 III

0 0 0 0 K3 II

0 0 0 0

K2 III

0 0 0 0

K1 I

0 0 0 0

(47)

33 Lampiran 2. Analisis statistic data pengamatan rata-rata tinggi tanaman kakao

( Theobroma cacao L. ) pada media tanah pasca tambang batubara yang diberikan perlakuan zeolit dengan konsentrasi yang berbeda.

Perlakuan Ulangan

Total Rerata

1 2 3

K0 57,33 59,67 60,33 177,33 59,11

K1 59,33 62,33 65,67 187,33 62,44

K2 59,00 65,00 63,67 187,67 62,56

K3 68,67 63,00 65,00 196,67 65,56

Grand Total 749

Rerata Umum 62,41

FK = Tij2 : r x t

= 7492 : 3 x 4

= 46.750,08 JK Total = Ti(Yij2) – FK

= 57,332+59,672+60,332+59,332+….….+65,002) – 46.750.08

= 123,93

JKP = (TA2 : r) – FK

= (177,332+187,332+187,672+196,672 : 3) – 46.750,08

= 62,45

JKE = JKT – JKP

= 123,93 – 62,45

= 61,48 KTP = JKP : DBP

= 62,45 : 3

= 20,81 KTE = JKE : DBE

= 61,48 : 8

= 7,68

Fhitung = KTP : KTE

= 20,81 : 7,68

= 2,70

(48)

34 Analisis ragam tinggi tanaman kakao

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

5 % 1%

Perlakuan 3 62,45 20,81 2,70ns 4,07 7,59

Error 8 61,48 7,68

Total 11 123,93

ns= Berpengaruh tidak nyata pada taraf 5 %

KK = √𝐾𝑇𝐸

𝑌 x 100 %

= √7,68

62,41 x 100 %

= 4,44 %

Hasil uji DNMRT pengaruh pemberian ZEOLIT dengan konsentrasi yang berbeda terhadap rata-rata tinggi bibit tanaman kakao ( Theobroma cacao L. ).

Sy = √𝐾𝑇𝐸

𝑟

= √7,68

3

= 1,6

Uji jarak berganda duncan

Jarak nyata terkecil 2 3 4

SSR 0,05 3,26 3,39 3,47

LSR 0,05 5,21 5,42 5,55

Perlkuan Rata-rata beda dua rata-rata Notasi

K3 65,56 - a

K2 62,56 3ns - a b

K1 62,44 0,12ns 3,12ns - a b

K0 59,11 3,33ns 3,45ns 6,45* b

Keterangan :

*= berbeda nyata pada taraf signifikan 0,05.

ns= berbeda tidak nyata

(49)

35 Lampuran 3. Analisi statistic data pengamatan rata-rata diameter batang tanaman

kakao pada umur 12 MST

Perlakuan Ulangan

Total Rerata

1 2 3

K0 7,66 7,70 7,83 23,19 7,73

K1 7,60 7,96 7,95 23,51 7,84

K2 8,43 9,01 9,43 26,87 8,96

K3 9,95 9,98 10,01 29,94 9,98

Grand Total 103,51

Rerata Umum 8,63

FK = Tij2 : r x t

= 103,512 : 3 x 4

= 892,86

JK Total = Ti ( Yij2 ) – FK

= ( 7,662 + 7,702 + 7,832 + 7,602 +………..+10,012 ) – 892,86

= 10,71

JKP = ( TA2 : r ) – FK

= ( 23,192 + 23,512 + 26,872 + 29,942 : 3) – 892,86

= 10,10

JKE = JKT – JKP

= 10,71 – 10,10

= 0,61 KTP = JKP : DBP

= 10,10 : 3

= 3,36 KTE = JKE : DBE

= 0,61 : 8

= 0,07

Fhitung = KTP : KTE

= 3,36 : 0,07

= 48

(50)

36 Analisis ragam diameter batang kakao

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

5 % 1%

Perlakuan 3 10,10 3,36 42* 4,07 7,59

Error 8 0,61 0,08

Total 11 10,71

*= Berbeda nyata pada taraf 5 %

KK = √𝐾𝑇𝐸

𝑌 x 100 %

= √0,07

8,63 x 100 %

= 3,06 %

Hasil uji DNMRT pengaruh pemberian ZEOLIT terhadap diameter batang tanaman kakao

Sy = √𝐾𝑇𝐸

𝑟

= √0,07

3

= 0,15

Uji jarak berganda duncan

Jarak nyata terkecil 2 3 4

SSR 0,05 3,26 3,39 3,47

LSR 0,05 0,48 0,50 0,52

Perlkuan Rata-rata beda dua rata-rata Notasi

K3 9,98 - a

K2 8,96 1,02* - b

K1 7,84 1,12* 2,25* - c

K0 7,73 0,11ns 1,23* 2,25* c

Keterangan :

*= berbeda nyata pada taraf signifikan 0,05.

ns= berbeda tidak nyata

(51)

37 Lampiran 4. Analisi statistik data pengamatan rata-rata berat kering tanaman

kakao pada umur 12 MST

Perlakuan Ulangan

Total Rerata

1 2 3

K0 60,35 60,40 60,41 181,16 60,39

K1 64,09 66,18 66,04 196,31 65,44

K2 72,97 73,17 73,30 219,44 73,15

K3 75,40 75,90 75,98 227,28 75,76

Grand Total 824,19

Rerata Umum 68,68

FK = Tij2 : r x t

= 824,192 : 4 x 3

= 56.607,42

JK Total = (60,352+60,40 2+ 60,412+64,09 2+…….+75,982 ) – 56.607,42

= 451,12

JKP = ( TA2 : r ) – FK

= ( 181,16 2 + 196,31 2 + 219,442 + 227,282 : 3 ) – 56.607.42

= 448,14

JKE = JKT – JKP

= 451,12 – 448,14

= 2,98 KTP = JKP : DBP

= 448,14 : 3

= 149,38 KTE = JKE : DBE

= 2,98 : 8

= 0,37

Fhitung = KTP : KTE

= 149,38 : 0,37

= 403,72

(52)

38 Analisis ragam berat kering tanaman kakao

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

5 % 1%

Perlakuan 3 448,14 149,38 403,72* 4,07 7,59

Error 8 2,98 0,37

Total 11 451,12

*= Berbeda nyata pada taraf 5%

KK = √𝐾𝑇𝐸

𝑌 x 100 %

= √0,37

75,76 x 100 %

= 0,80 %

Hasil uji DNMRT pengaruh pemberian ZEOLIT terhadap berat kering tanaman kakao Sy = √𝐾𝑇𝐸

𝑟

= √0,37

3

= 0,34 Uji jarak berganda duncan

Jarak nyata terkecil 2 3 4

SSR 0,05 3,26 3,39 3,47

LSR 0,05 1,10 1,15 1,17

Perlkuan Rata-rata beda dua rata-rata Notasi

K3 75,76 - a

K2 73,15 2,61* - b

K1 65,44 7,71* 10,32* - c

K0 60,39 5,05* 12,76* 15,37* d

Keterangan :

*= berbeda nyata pada taraf signifikan 0,05.

ns= berbeda tidak nyata

(53)

39 Lampiran 5. Analisis statistic data pengamatan rata-rata berat kering akar tanaman

kakao pada umur 12 MST

Perlakuan Ulangan

Total Rerata

1 2 3

K0 8,57 10,25 11,07 29,89 9,96

K1 8,93 10,38 12,91 32,22 10,74

K2 13,32 14,23 14,84 42,39 14,13

K3 12,49 14,17 15,91 42,57 14,19

Grand Total 147,07

Rerata Umum 12,26

FK = Tij2 : r x t

= 147,072 : 4 x 3

= 1.802,46

JK Total = ( 8,572 + 10,252 + 11,072 + 8,932 +…….+15,912 ) – 1.802,46

= 62,8

JKP = ( TA2 : r ) – FK

= ( 29,892 + 32,222 + 42,392 + 42,572 : 3 ) – 1.802,46

= 44,42

JKE = JKT – JKP

= 62,8 – 44,42

= 18,38 KTP = JKP : DBP

= 44,42 : 3

= 14,80 KTE = JKE : DBE

= 18,38 : 8

= 2,29

Fhitung = KTP : KTE

= 14,80 : 2,29

= 6,46

(54)

40 Analisis ragam berat kering akar tanaman kakao

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

5 % 1%

Perlakuan 3 44,42 14,80 6,46* 4,07 7,59

Error 8 18,38 2,29

Total 11 62,8

*= Berbeda nyata pada taraf 5%

KK = √𝐾𝑇𝐸

𝑌 x 100 %

= √2,29

12,26 x 100 %

= 12,34 %

Hasil uji DNMRT pengaruh pemberian ZEOLIT terhadap berat kering tanaman kakao Sy = √𝐾𝑇𝐸

𝑟

= √2,29

3

= 0,87

Uji jarak berganda duncan

Jarak nyata terkecil 2 3 4

SSR 0,05 3,26 3,39 3,47

LSR 0,05 2,83 2,94 3,01

Perlkuan Rata-rata beda dua rata-rata Notasi

K3 14,19 - a

K2 14,13 0,06ns - a

K1 10,73 3,39* 3,45* - b

K0 9,96 0,78ns 4,17* 4,23* b

Keterangan :

*= berbeda nyata pada taraf signifikan 0,05.

ns= berbeda tidak nyata

(55)

41

Lampiran 6. Hasil analisis tanah tambang batubara awalan penelitian

(56)

42

Lampiran 7. Hasil analisis tanah tambang batubara akhir penelitian

(57)

43

(58)

44 Lampiran 8 . Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Pembuatan tempat

Gambar 2. Pengambilan tanah pasca tambang batubara

(59)

45

Gambar 3. Penyusunan sample dan penanaman

Gambar 4. penyiraman

(60)

46

Gambar 5. pemeliharaan

Gambar 6. Tanaman yang terserang hama

(61)

47

Gambar 7. Pengukuran tanaman

Gambar 8 . Pembongkaran tanaman

(62)

48 Gambar 9. Pengeringan sample tanah dan pengayakan tanah

Gambar 10. Hasil pengayakan sample tanah

(63)

49

Gambar 11. Pengovenan tanaman

Gambar 12. Penimbangan sample tanaman

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapat menunjukkan adanya hubungan yang sangat bermakna (p&lt;0,05) antara tingkat asupan energi dengan kejadian sindrom metabolik dan hasil ini juga

Perlindungan hukum terhadap anggota penyimpan dana pada koperasi CU Khatulistiwa Bakti belum sepenuhnya terakomodir dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang

setelah proses pelayanan penjualan selesai maka sistem secara otomatis mengecek keamanan stok obat yang ada di database obat, apabila ada obat yang mendekati

Model yang monumental karena bersifat hipogramatik dalam puisi “(Sajak-sajak yang dimulai dengan bait Al-Barzanji)” ini adalah pada keseluruhan bait pertama dari ketujuh

Pandangan Kuntowijoyo di atas, selaras dengan yang disampaikan Syahrin Harahap bahwa salah satu ciri dari masyarakat industrial adalah terciptanya budaya dunia yang

Akan tetapi indikator tersebut relevan dijadikan sebagai ukuran dasar pengelolaan hutan lestari untuk aspek produksi karena indikator tersebut merupakan

Percampuran kategori dibenarkan pada keadaan dan masa tertentu jikalau ia tidak mengganggu keselamatan dan masih dalam kawalan yang baik. Banduan muda sabitan dan banduan muda

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara external locus of control