• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Proses Pembuatan Kertas Kerja HPS dengan Metode FMEA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Risiko Proses Pembuatan Kertas Kerja HPS dengan Metode FMEA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Risiko Proses Pembuatan Kertas Kerja HPS dengan Metode FMEA

Dudi Hendra Fachrudin1, Arinie Rizqyawan Rahayu2

1,2Program Studi Manajemen Logistik, Fakultas Teknologi dan Bisnis, Universitas Logistik dan Bisnis Internasional, Bandung, Jawa Barat 40151, Indonesia

*Koresponden email: dudihendra@ulbi.ac.id, 16119009@std.ulbi.ac.id

Diterima: 9 Maret 2023 Disetujui: 17 Maret 2023

Abstract

PT XYZ is a company that is trusted to print banknotes, coins, non-cash coins and various other securities.

In printing and producing, of course, each division requires tools and materials, therefore the role of the Procurement and Public Facilities Division is needed. In the Procurement Preparation Department, of course, there were problems in the process of making HPS working papers. The purpose of this study itself is to analyze the risks in the process of making HPS working papers using the FMEA method. This method begins with identifying activities, then analyzing risk events and the causes of these risk events, and finally how easily these risk events can be detected. The analysis ultimately produces an RPN (Risk Priority Number) value. Based on FMEA calculations, it is known that the critical value is 46.92 where there are four RPN values that have more than that, the first is 173.25, the second is 105, the third is 70 and the last is 48.

Keywords: failure mode effect analysis, procurement preparation, risk, event risk, risk agent, RPN

Abstrak

PT XYZ merupakan perusahaan yang dipercaya untuk mencetak uang kertas, uang logam, logam non uang dan juga berbagai surat berharga lainnya. Dalam mencetak dan memproduksi tentu saja setiap divisi membutuhkan alat dan juga bahan, maka dari itu peran Divisi Pengadaan dan Fasilitas Umum dibutuhkan.

Pada Departemen Persiapan Pengadaan tentu saja tidak luput dari adanya kendala dalam proses pembuatan kertas kerja HPS. Tujuan dari penelitian ini yakni menganalisis risiko dalam proses pembuatan kertas kerja HPS menggunakan metode FMEA. Metode ini diawali dengan mengidentifikasi kegiatan, kemudian menganalisis kejadian risiko dan penyebab kejadian risiko tersebut, dan yang terakhir yaitu seberapa mudah kejadian risiko tersebut dapat terdeteksi. Analisis tersebut pada akhirnya menghasilkan nilai RPN (Risk Priority Number). Berdasarkan perhitungan FMEA, diketahui bahwa nilai kritisnya adalah 46.92 dimana nilai RPN yang memiliki nilai lebih dari itu ada empat, yang pertama bernilai 173.25, yang ke dua bernilai 105, yang ke tiga bernilai 70 dan yang terakhir bernilai 48.

Kata Kunci: failure mode effect analysis, persiapan pengadaan, risiko, risk event, risk aggent, RPN

1. Pendahuluan

PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan BUMN yang sudah dipercaya dalam mencetak uang, baik kertas maupun logam dan juga mencetak logam non uang serta surat berharga negara lainnya. BUMN dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Menurut Hukum No. 19 Tahun 2003, bahwa badan usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara secara langsung penyertaan dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN berbentuk perseroan terbatas yang modalnya dibagi menjadi saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan [1]. Pada proses produksi tentu PT. XYZ membutuhkan pengadaan barang dan jasa untuk menunjang proses produksi dan juga untuk menunjang fasilitas perusahaan agar menjadi lebih baik. Tingginya permintaan barang dan jasa secara keseluruhan ini membuat perusahaan lebih rentan mengalami gangguan atau persoalan yang ada. Setiap gangguan yang terjadi dalam pengadaan barang dan jasa ini tentunya dapat mempengaruhi suatu jaringan dalam rantai pasok secara keseluruhan, misalnya arus informasi yang terhenti dan juga sumber daya dari setiap rantai pasok, yang mana hal ini akan menyebabkan terjadi suatu ketidakseimbangan antara permintaan dan juga pasokan yang ada [2]. Seluruh perusahaan tentu saja harus memiliki persediaan yang baik, dengan seiring berubahnya jumlah permintaan terhadap barang dan jasa

(2)

pada perusahaan dan juga adanya perubahan kebijakan, seperti contohnya tingkat pemesanan kembali [3].

Setiap proses di dalam perusahaan tentu nya memiliki suatu risiko [4].

Kesadaran akan diperlukannya suatu manajemen risiko menjadi sangat penting, karena manajemen risiko sendiri yaitu proses dimana risiko yang ada dapat diidentifikasi, dapat diukur, dan juga dapat dikendalikan. Dikelolanya risiko dengan terintegrasi ini, membuat setiap keputusan strategis yang diambil menjadi lebih valid dan juga reliable. Keputusan strategis merupakan kemampuan dinamis yaitu upaya organisasi dan kegiatan strategis untuk mencapai pengaturan sumber daya baru, yang merupakan kompetensi inti organisasi dalam mempertahankan keunggulan kompetitifnya [5].

Keputusan yang diambil; diharapkan mampu untuk mengantisipasi risiko di masa depan secara efektif dan juga diharapkan mampu mengurangi ketidakpastian yang ada. Setiap perusahaan sendiri pada umumnya memiliki manajemen risiko yang berbeda, hal ini dikarenakan penanganan risiko yang terjadi juga harus di sesuaikan dengan kondisi perusahaan [6].

Dalam proses mengurangi risiko yang ada, PT. XYZ perlu memperhatikan kualitas produk sehingga kualitasnya dapat terjaga dan dapat pula ditingkatkan sehingga kepercayaan konsumen terhadap perusahaan dapat dipertahankan. Kualitas produk ini perlu sesuai dengan standar yang berlaku, oleh karena itu untuk mempertahankannya diperlukan metode yang tepat dalam mengendalikan kualitas sehingga dapat meningkatkan produk yang dihasilkan [7].

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk meminimalisir jumlah risiko kegagalan suatu produk terdapat metode yang terbilang efektif dalam hal menurunkan risiko dari terjadinya suatu kegagalan produk maupun jasa dan juga efektif dalam meningkatkan kualitas dari masing-masing karakteristik produk. Metode yang akan dipakai dalam penelitian ini sendiri yakni menggunakan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah agar dapat mengidentifikasi faktor- faktor apa saja dan juga jenis kegagalan apa yang dominan terjadi serta dapat memberikan suatu usulan berupa perbaikan atau mitigasi agar kualitas pada proses pembuatan kertas kerja HPS barang dan jasa dapat meningkat.

FMEA (Failure Mode Effect Analysis)

Pada awalnya, Aerospace Industry (1960), melakukan suatu pengembangan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan selanjutnya Ford pada tahun 1980 menggunakan metode FMEA ini. Kemudian pada tahun 1993 sendiri AIAG (Automatic Industry Action Group) bersama dengan ASQC (American Society for Quality Control) akhirnya menetapkan bahwasanya salah satu standar control tools kualitas adalah metode FMEA. Organisasi Standardisasi Internasional (ISO) pada tahun 2002 akhirnya menetapkan FMEA sebagai suatu standar ISO/TS 16949 ‘Technical Specification for Automotive Industry’ [8].

FMEA merupakan metode yang dipakai dalam mengamati juga dalam mengetahui tingkat dari kegagalan atau risiko yang ada dapat diukur, sehingga nanti kegagalan yang ada bisa dilakukan mitigasi nya dan dapat mengendalikan risiko yang ada selanjutnya dan juga dapat menekan kemungkinan adanya kegagalan total dalam suatu proses [9]. Sedangkan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan sebuah teknik rekayasa yang mana berguna untuk mengidentifikasikan, mendefinisikan, menjabarkan suatu masalah, atau kesalahan, dari suatu sistem, baik sistem proses ataupun jasa sebelum hal tersebut nantinya akan diterima langsung oleh konsumen [10].

FMEA digolongkan dalam dua jenis, yakni [11]:

a. Desain FMEA adalah alat yang dapat digunakan untuk menilai kemungkinan mode kegagalan, sebab dan akibat dengan atribut desain; alat ini sering digunakan oleh Insinyur/Tim Penanggung Jawab Desain.

b. Proses FMEA adalah alat yang digunakan untuk menilai mode kegagalan yang mungkin terjadi, penyebabnya, dan konsekuensinya pada parameter proses; alat ini sering digunakan oleh Insinyur / Tim Manufaktur.

Metode FMEA menurut [10] adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara yang terstruktur dalam mengidentifikasi juga mengevaluasi kemungkinan apa saja dari kegagalan yang ada terhadap suatu produk maupun proses. Identifikasi ini juga dapat digunakan melalui scoring dari setiap mode kegagalan yang ada dengan berdasar risk agents (occurance), risk events (severity) dan juga tingkat deteksi (detection) [13].

Konsep FMEA sendiri menurut [14] yaitu melakukan suatu pe-rating-an dari tingkat keparahannya, tingkat kejadiannya dan juga tingkat deteksinya yang mana selanjutnya akan didapat hasil dari perkalian nilai ketiga rating yang telah dijabarkan. Selanjutnya, jika nilai rating sudah didapat, maka dapat dilakukan perhitungan RPN (Risk Priority Number) dimana menunjukkan suatu tingkat prioritas perbaikan dari risiko kegagalan suatu produk ataupun proses yang terdapat dalam system [15]. Nilai RPN menurut [16] dapat ditentukan dengan kriteria berikut:

(3)

a) Severity, yaitu identifikasi dari tingkat keseriusan risiko dilihat secara menyeluruh.

b) Occurrence, yaitu identifikasi tingkat keseringan risiko tersebut terjadi.

c) Detection, yaitu identifikasi mengenai kemungkinan suatu risiko yang ada dapat diketahui atau ditemukan.

Nilai RPN ini sendiri dihasilkan dari suatu perkalian antara Severity dikalikan dengan Occurance dikalikan dengan Detection.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif dimana data kualitatif yang didapat merupakan hasil wawancara dengan pihak berpengalaman seperti kepala departemen dan staf pembuat HPS hal ini dilakukan guna mengetahui apa saja risiko yang ada pada saat pembuatan kertas kerja HPS.

Proses untuk memecahkan masalah ini, tentu saja dibutuhkan suatu kerangka penelitian sebagai penjabaran lebih lanjut mengenai setiap proses yang dilakukan dalam penelitian, yang mana pada tujuan akhirnya akan didapat suatu jawaban mengenai rumusan masalah yang ada dan sudah ditetapkan. Berikut ini merupakan kerangka penelitian yang dilakukan.

Gambar 1. Kerangka Penelitian Sumber: Pengolahan Data (2023)

a. Pada tahap pertama yakni melakukan studi pustaka, dimana studi pustaka sendiri yaitu proses ketika akan mencari suatu metode dan materi lainnya yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. Studi pustaka ini berasal dari buku, jurnal dan referensi lainnya yang sudah diolah atau penelitian terdahulu [17]. Pada penelitian ini, referensi yang dipakai adalah buku, jurnal ataupun referensi lainnya yang berkaitan dengan analisis risiko dan FMEA.

b. Tahap selanjutnya yakni melakukan studi lapangan, dimana studi lapangan ini merupakan proses terjun langsung ke dalam objek penelitian, guna mengetahui apa saja permasalahan yang ada pada PT XYZ. Studi lapangan ini juga memberikan gambaran jelas mengenai objek yang sedang diteliti dan memudahkan ketika membuat kerangka berpikir. Pada kesempatan ini, penelitian dilakukan pada saat melakukan internship di PT XYZ sehingga memudahkan dalam melihat permasalahan yang ada di lapangan.

c. Selanjutnya masuk ke dalam rumusan masalah, hal ini merupakan rincian dari suatu masalah yang terdapat di dalam objek penelitian. Rumusan masalahnya yakni apa saja risiko dalam proses pembuatan kertas kerja HPS? Dan bagaimana cara mengatasi risiko tersebut?

d. Selanjutnya yakni menetapkan tujuan penelitian, tujuan ini merupakan jawaban yang ada dari setiap rumusan masalah yang mana rumusan masalah ini sudah ditetapkan. Tujuan ini sendiri di dapat setelah rumusan masalah ada. Pada penelitian ini, tujuan penelitiannya adalah agar mengetahui apa saja risiko dalam pembuatan kertas kerja HPS dan untuk mengetahui cara mengatasi risiko tersebut.

(4)

e. Selanjutnya adalah pengumpulan dan pengolahan data, yang mana pengumpulan dan pengolahan data merupakan proses dalam mengumpulkan data yang diperlukan seperti data wawancara, buku dan literatur lainnya kemudian jika sudah mendapatkan data tersebut dapat dilanjutkan dengan mengolah data. Pada penelitian ini, pengumpulan datanya dengan cara wawancara, survei langsung ke lapangan, dan juga didapat dari literatur yang menunjang. Untuk pengolahan data nya sendiri dilakukan dengan metode FMEA yang kemudian akan menghasilkan output nilai kritis dan dapat diketahui risiko mana yang harus ditanggulangi.

f. Selanjutnya yakni analisis dan pembahasan, hal ini merupakan penjabaran lebih lanjut mengenai masalah yang diteliti.

g. Kesimpulan dan saran sendiri berisikan kesimpulan yang telah didapat dari penelitian yang telah dilakukan dan saran sendiri berisi mengenai masukan terhadap perusahaan dan peneliti selanjutnya agar masalah yang ada ini dapat teratasi dan tidak terulang kembali.

3. Hasil dan Pembahasan

Tingkat awal dalam pembuatan FMEA, yaitu proses pembuatan kertas kerja HPS di Bagian Persiapan Pengadaan. Level ini dilakukan identifikasi aktivitas. Aktivitas yang dilakukan dalam pembuatan kertas kerja HPS adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Aktivitas Pembuatan HPS Aktivitas

Memesan Barang dan Jasa

Merencanakan Maintenance System Mencari Harga Pasar

Memilih Vendor atau Rekanan Membuat Kertas Kerja Membuat Nota Penetapan HPS Mengirim Kertas Kerja

Mengembalikan Kertas Kerja yang Tidak Sesuai Sumber: Pengolahan Data (2023)

Tahapan selanjutnya adalah menghasilkan kejadian risiko (dengan tingkat keparahan yang bervariasi). Langkah selanjutnya adalah menetapkan peringkat untuk setiap tingkat keparahannya.

Tabel 2. Risk Events (Severity) Rating

Kemungkinan Effect S

Informasi mengenai harga barang dan jasa memakan waktu yang lama 4 Perubahan harga barang dan jasa dengan harga beli sebelumnya 3

Terputusnya koneksi internet 7

Harga pasar tidak ada yang sesuai dengan anggaran yang telah ditargetkan 3

Pemilihan vendor / rekanan tidak sesuai 5

Terdapat kesalahan ketika menginput informasi harga 2

Informasi harga sulit didapatkan 3

Tidak sesuainya penerima kertas kerja 1

Penawaran rekanan lebih besar daripada HPS 9

Tidak sesuai standarnya spesifikasi teknis 9

Sumber: Pengolah Data (2023)

Peringkat severity (S) merupakan hasil diskusi dengan tenaga ahli di bagian Persiapan Pengadaan yaitu Kepala Bagian Persiapan Pengadaan dan personel lain yang membantu dalam proses pemeringkatan.

Setelah membuat tabel kejadian risiko, penting untuk membuat agen risiko (kejadian) atau penyebab kejadian risiko sebelumnya.

Tabel 3. Risk Agents (Occurance) Rating

Kemungkinan Mode O

Tidak jelasnya spesifikasi barang dan jasa yang diinginkan oleh user 4

Terdapat inflasi atau kenaikan harga 6

Koneksi internet yang tidak stabil 1

Referensi harga yang didapat oleh user tidak tepat 4 Belum lengkapnya data mengenai vendor / rekanan 7

(5)

Kemungkinan Mode O Kurang teliti ketika memasukkan informasi harga 2 Sulitnya mendapatkan barang yang dicari dan vendor belum menjawab RFI 5 Orang yang dituju untuk pengiriman kertas kerja sedang tidak ada 2

Terdapat inflasi atau kenaikan harga 6

Tidak sesuainya spesifikasi barang yang ditawarkan dari rekanan / vendor 5 Sumber: Pengolahan Data (2023)

Terakhir, setelah membuat Tabel 3 agen risiko, tentukan seberapa mudah menemukan penyebab bahaya yang ada.

Tabel 4. Detection Rating

Kontrol yang Dilakukan D

Membuat database sehingga dapat memudahkan dalam mencari spesifikasi

barang dan jasa 5

Setelah anggaran ditetapkan, pemesanan harus segera diproses 4 Menyegarkan ulang jaringan atau mencoba masuk ke dalam jaringan lain,

kemudian hubungkan kembali ke jaringan awal. 2

Setiap user yang ada diberikan sebuah announcement mengenai perlu jelasnya harga dari barang yang diinginkan, apabila tidak jelas maka tidak dapat diproses 4 Rutin mem-follow up rekanan ataupun vendor yang datanya masih belum lengkap

dalam system e-proc 3

Cek ulang kertas kerja dan lakukan pemeriksaan berjenjang 2 Follow up vendor atau rekanan baik melalui chat maupun telepon 3

Kertas kerja dikirim pada saat jam kerja 3

Setelah anggaran ditetapkan, pemesanan harus segera diproses 4 Spesifikasi barang yang diinginkan perlu di konfirmasi ulang ke user, sehingga

barang yang diminta sudah sesuai 5

Sumber: Pengolahan Data (2023)

Setelah penjelasan di atas sudah dilakukan, kemudian dapat dilakukan penilaian antara (S dikali O dikali D) dilakukan untuk setiap aktivitas yang ada untuk mendapatkan nilai RPN (Risk Priority Number) dari mana indikator risiko penting dapat ditetapkan. Selanjutnya, perhitungan SOD dapat dilakukan dengan menggunakan nilai rata-rata yang diberikan oleh responden yang ada. Dimana nilai rata-rata dihitung dengan menjumlahkan seluruh nilai pada setiap kegiatan kemudian membaginya dengan jumlah sub indikator kegiatan yang telah dievaluasi. Misalnya terdapat dua sub indikator dengan nilai keseriusan 4 dan 3 dalam kegiatan pemesanan barang dan jasa. Rata-rata kemudian dapat dihitung sebagai berikut:

average of severity = 4+3

2 =7

2= 3,5 (1.1)

Gunakan penghitungan yang sama untuk aktivitas tambahan, serta evaluasi Keparahan, Kemunculan, dan Deteksi. Nilai RPN kemudian dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: S×O×D = RPN.

Jika sudah didapat, jumlahkan nilai RPN saat ini. Selain itu, setelah nilai total RPN ditentukan, gunakan rumus untuk menghitung nilai kritis dengan menjumlahkan semua nilai RPN saat ini dan membaginya dengan jumlah total sub-indikator yang dievaluasi.

Tabel 5. Perhitungan Nilai RPN Kegiatan S O D RPN

4 4 4 3 6 4 Average 3,5 5 4 70

7 1 2 Average 7 1 2 14

3 4 4 Average 3 4 4 48

(6)

Kegiatan S O D RPN 5 7 3

Average 5 7 3 105 2 2 2

Average 2 2 2 8 3 5 3 Average 3 5 3 45

1 2 3 Average 1 2 3 6

9 6 4 9 5 3

Average 9 5,5 3,5 173.25 Nilai Kritis 46.925 Sumber: Pengolahan Data (2023) 4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan FMEA diperoleh nilai kritis sebesar 46,92. Terdapat empat aktivitas yang masuk dalam kategori risiko kritis apabila nilai RPN lebih besar atau sama dengan 46,92. Aktivitas tersebut antara lain memesan barang dan jasa, mencari harga pasar, memilih vendor atau rekanan, dan yang terakhir yakni mengembalikan kertas kerja yang tidak sesuai. Risiko yang ada ini dapat dicegah dengan cara sebagai berikut.

Membuat database sehingga dapat memudahkan dalam mencari spesifikasi barang dan jasa, setiap user yang ada diberikan sebuah announcement mengenai perlu jelasnya harga dari barang yang diinginkan, apabila tidak jelas maka tidak dapat diproses, setelah anggaran ditetapkan, pemesanan harus segera diproses, rutin mem-follow up rekanan ataupun vendor yang datanya masih belum lengkap dalam system e-proc, dan yang terakhir adalah spesifikasi barang yang diinginkan perlu di konfirmasi ulang ke user, sehingga barang yang diminta sudah sesuai.

5. Referensi

[1] D. H. Fachrudin, A. Rahayu, L. A. Wibowo, and H. Sultan, “Exploring the Effect between Environmental Turbulence and Firm Performance on the Geographic Searching Of Business Model Innovation and Dynamic Capabilities: A Literature Review,” Review of International Geographical Education Online, vol. 11, no. 1, pp. 651–660, 2021, doi: 10.33403/RIGEO.800604.

[2] Suharjito, Marimin, B. Haryanto, and Suharjito, “Identifikasi Dan Evaluasi Risiko Manajemen Rantai Pasok Komoditas Jagung Dengan Pendekatan Logika Fuzzy,” Jurnal Manajemen dan Organisasi, vol. 1, no. 2, pp. 118–134, 2010, Accessed: Feb. 23, 2023. [Online]. Available:

https://www.neliti.com/id/publications/112307/

[3] E. N. Hayati, “Supply Chain Management (SCM) dan Logistic Management,” Dinamika Teknik Industri, 2014, Accessed: Feb. 23, 2023. [Online]. Available:

https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/ft1/article/view/3039

[4] A. R. (Akhmad) Rosih, M. (Mochamad) Choiri, and R. (Rahmi) Yuniarti, “Analisis Risiko Operasional Pada Departemen Logistik Dengan Menggunakan Metode Fmea,” Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri, vol. 3, no. 3, p. 133282, 2015, Accessed: Feb. 23, 2023. [Online].

Available: https://www.neliti.com/id/publications/133282/

[5] D. H. Fachrudin, R. Huriyati, I. Solikin, and C. Rohyana, “Comparative Analysis Debt to Equity Ratio and Price to Book Value in State-Owned Enterprises and Private Companies,” Proceedings of the 5th Global Conference on Business, Management and Entrepreneurship (GCBME 2020), vol.

187, pp. 680–685, Sep. 2021, doi: 10.2991/AEBMR.K.210831.129.

[6] K. R. Ririh, A. S. Sundari, and D. P. Wulandari, “Analisis Risiko Pada Area Finishing Menggunakan Metode Failure Mode Effect And Analysis (FMEA) di PT. Indokarlo Perkasa”. SEMRESTEK 2018 Proceedings, 2018, 1.1: 631-640.

[7] F. Fachry, “Analisis Kapabilitas Proses Pengolahan Limbah Cair Menggunakan Metode Process Capability Analysis Dan FMEA Pada Industri Kertas (Studi Kasus di PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, Serang Mill),” 2019. PhD Thesis. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

(7)

[8] S. Indra, “Analisis Penyebab Kecacatan Produk Celana Jeans Dengan Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA) Dan Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) di CV Fragile Din Co,” 2013.

Accessed: Mar. 04, 2023. [Online]. Available:

http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/2468

[9] D. A. Kifta and T. Munzir, “Analisis Defect Rate Pengelasan Dan Penanggulangannya Dengan Metode Six Sigma Dan FMEA Di PT. Profab Indonesia Defect Rate Analysis Of Welding And Its Control Using Six Sigma And FMEA Methods in PT. Profab Indonesia,” DIMENSI, vol. 7, no. 1, pp. 162–174, 2018.

[10] D. F. Mayangsari, H. Adianto, and Y. Yuniati, “Usulan Pengendalian Kualitas Produk Isolator Dengan Metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA),”

REKA INTEGRA, vol. 3, no. 2, Apr. 2015, Accessed: Mar. 04, 2023. [Online]. Available:

https://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/rekaintegra/article/view/751

[11] M. Taufik Hidayat, R. Rochmoeljati, “Perbaikan Kualitas Produk Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) di PT. IFMFI Surabaya,”

JUMINTEN, vol. 1, no. 4, pp. 70–80, Jul. 2020, doi: 10.33005/JUMINTEN.V1I4.76.

[12] M. B. Anthony, “Analisis Penyebab Kerusakan Hot Rooler Table dengan Menggunakan Metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA),” Jurnal INTECH Teknik Industri Universitas Serang Raya, vol. 4, no. 1, pp. 1–8, Jun. 2018, doi: 10.30656/INTECH.V4I1.851.

[13] I. Setiawan, “FMEA Sebagai Alat Analisa Risiko Moda Kegagalan Pada Magnetic Force Welding Machine ME-27.1,” PIN Pengelolaan Instalasi Nuklir, vol. 0, no. 13, Oct. 2014, Accessed: Mar. 05, 2023. [Online]. Available: https://jurnal.batan.go.id/index.php/pin/article/view/1373

[14] Herlina, H., Astryaningsih, E., Windrati, W. S., & Nurhayati, N., “Tingkat Kerusakan Minyak Kelapa Selama Penggorengan Vakum Berulang Pada Pembuatan Ripe Banana Chips (RBC),”

Jurnal Agroteknologi, vol. 11, no. 02, pp. 186–192, Jan. 2018, doi: 10.19184/J-AGT.V11I02.6527.

[15] P. Rifai Mukti and S. Sriyanto, “Analisis Kecelakaan Kerja Dengan Metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) Studi Kasus : Automotive Workshop Semarang,” Industrial Engineering Online Journal, vol. 5, no. 4, pp. 343–354, 2016, doi: 10.2/JQUERY.MIN.JS.

[16] M. Basori and S. Supriyadi, “Analisis Pengendalian Kualitas Cetakan Packaging Dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA),” Prosiding Seminar Nasional Riset Terapan | SENASSET, vol. 7, no. 1, pp. 158–163, Nov. 2017, doi: 10.2/JQUERY.MIN.JS.

[17] R. S. Laali, “Analisis Kecelakaan Kerja pada Bengkel Bubut dan Las Wijaya dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) dengan Pendekatan Failure Mode And Effect Analysis (FMEA),” Syntax Literate ; Jurnal Ilmiah Indonesia, vol. 6, no. 4, pp. 1967–1976, Apr. 2021, doi:

10.36418/SYNTAX-LITERATE.V6I4.2473.

Referensi

Dokumen terkait

Sango Ceramics Indonesia, mendapatkan resiko kegagalan proses produksi terbesar dalam nilai RPN (Risk Priority Number ) dari metode FMEA yang kemudian dianalisis kembali

Hasil penilaian risiko disebut dengan Risk Priority Number (RPN) dimana RPN tertinggi akan menjadi prioritas utama. Pada penelitian ini potensi bahaya dengan RPN tertinggi yang

Kepada kakak peneliti Debora Indria Metalika, yang selalu memberikan dukungan dengan serius maupun candaan , sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan

Asuransi Takaful Keluarga Banda Aceh selama 30 hari kerja.Produk Takafulink Salam dalam Investasi Alia merupakan program asuransi dengan cara berinvestasi bagi

Salah satu strategi yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat bersaing dalam bisnis global ini adalah dengan mengurangi biaya, meningkatkan produktivitas, meningkatkan

RALS memiliki indikator Macd Stoc osc dan Rsi mengindikasikan pola Uptrend, RALS berhasil menembus Resistance di level harga 1160 sehingga terbuka peluang untuk menguji

DAFTAR YANG DAPAT BEASISWA BBM TAHUN

Berdasarkan hasil analisis menggunakan skala likert, maka dapat diketahui bahwa angka indesks persepsi masyarakat terhadap peran etnofarmaka temu ireng di Kecamatan