• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORY, VISUAL, INTELEKTUAL) TERHADAP HASIL BELAJAR IPS (ILMU PENGETAHUAN SOSIAL) KELAS V SDI BATEGULUNG KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORY, VISUAL, INTELEKTUAL) TERHADAP HASIL BELAJAR IPS (ILMU PENGETAHUAN SOSIAL) KELAS V SDI BATEGULUNG KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

1

KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

AHMAD HUZAIN 10540 7992 12

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2016

(2)

i

KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

AHMAD HUZAIN 10540 7992 12

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2016

(3)
(4)
(5)

iv

Belajar Ikhlas,kerja keras dan tawakkal untuk hasil yang terbaik karena semua hal harus di Syukuri adalah pemberian dari Allah

SWT.

Coretan teristimewa sepanjang waktu dalam pendidikan ini, saya bingkiskan sebagai salah satu wujud bakti

kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta

atas segala tetesan keringat, doa, dan pengorbanannya.

Masalah bukanlah suatu hal yang mesti ditakuti,melainkan suatu hal yang patut disyukuri sebab masalah mengajarkan pribadi menjadi lebih baik.

(6)

v

Ahmad Huzain. 2016. Pengaruh pembelajaran SAVI(Somatis, Auditory, Visual, Intelektual) Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Syahribulan K. dan Pembimbing II Nurdin.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk apakah ada pengaruh Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, and Intelektual) Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa..Jenis penelitian ini adalah pra eksperimen yang terdiri dari pra test dan post test dimana pratest untuk mengukur sebelum dan sesudah tindakan penggunaan pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, and Intelektual) terhadap hasil belajar IPS. Subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas V SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa sebanyak 29 murid.

Analisis hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 29 murid setelah dilaksanakan evaluasi pada setiap akhir pembelajaran memperoleh skor hasil belajar pada pratest yaitu skor rata-rata 55, kemudian meningkat skor hasil belajar 21.2% pada posttest sehingga memperoleh skor rata-rata 85. Dan ketuntasan hasil belajar murid meningkat pada pratest ke posttest. Hal ini terlihat pada pratest dari 29 murid terdapat 7 murid yang tuntas hasil belajarnya dengan persentase 24%, kemudian mengalami peningkatan ketuntasan hasil belajar 38.8% sehingga pada posttest terdapat 27 murid yang tuntas hasil belajarnya dengan persentase 93.1%.Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, and Intelektual) terhadap hasil belajar IPS murid kelas kelas V SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

Kata Kunci : pembelajaran, SAVI (Somatis, Auditori, Visual, and Intelektual)

(7)

vi Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Allah Maha Pengasih lagi maha Penyayang, jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu. Salam dan shalawat kepada baginda Rasulullah Muhammad saw, keluarga, sahabat, serta pengikutnya yang tetap memegang teguh risalah yang disematkan di pundaknya, menjadi spirit kemanusiaan dan teladan terbaik manusia dalam memahami dan menjalani kehidupan ini.

Alhamdulillahirabbilalamin penulis telah menyelesaikan skripsi ini.

melalui usaha keras ditengah hambatan dan keterbatasan, penulis mencoba melakukan yang terbaik untuk menyusun skripsi ini. Skripsi ini berjudul Pengaruh Pembelajaran SAVI(Somatis, Auditory, Visual, Intelektual) Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa yang diharapkan memberikan hasil dan selanjutnya mampu menjadi acuan peneliti selanjutnya

Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda dan ibunda yang penuh kasih sayang telah berjuang, mengasuh, membesarkan, mendidik,mendoakan serta membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.

Adik-adikku tersayang yang telah memberikan semangat, perhatian, dan dukungan hingga akhir studi ini. Serta keluarga besarku atas segala keikhlasannya .memberikan dukungan, pengorbanan, dan doa restunya demi keberhasilan

(8)

vii

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Dra. Hj. Syahribulan K, M.Pd, pembimbing pertama dan Drs.H.Nurdin,M.Pd.

sebagai pembimbing kedua yang telah dengan sabar, tekun dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi, arahan serta saran-saran yang berharga kepada penulis selama penyusunan skripsi berlangsung.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada: DR .H. Abd.

Rahman Rahim,SE. MM , Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr.

Andi Sukri Syamsuri, M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulfasyah, MA., Ph.D., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, dan Sitti Fithriani Saleh, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Jurusan Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) serta seluruh dosen dan staf pegawai prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Kepala SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. serta guru kelas V , staf guru-guru yang telah memberikan izin, bantuan, dan bimbingan selama penulis mengadakan penelitian di SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada murid-murid kelas V sd inpres bategulung kecamatan bontonompo kabupaten gowa yang telah aktif berpartisipasi selama penulis melakukan penelitian.

(9)

viii

2012, yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas segala cinta, ruang dan waktu, kebersamaan dalam suka dan duka sebagai ukiran kenangan yang tak terhapuskan, kehangatan kasih dan kebaikan kalian adalah motivator untuk penulis.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.

Makassar, 05 oktober 2016

P e n u l i s,

(10)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka ... 7

B. Kerangka Pikir ... 28

C. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Jenis Penelitian ... 30

B. Difinisi Operasional Variabel ... 31

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Teknik pengumpulan data ... 33

E. Teknik Analisis Data ... 34

(11)

x

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 45 BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 51 B. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(12)

1 A. Latar Belakang

Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, murid kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan pada kemampuan untuk menghafal informasi; otak murid dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu guna menghubungkannya dengan kehidupan sehari–hari. Akibatnya, ketika anak lulus dari sekolah, murid pintar secara teoritis, tetapi sulit mengaplikasikan teori tersebut. Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Menurut Supriadi (Aunurrahman, 2012:4) dari dimensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh yang lain.

Undang–Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Pendidikan pada dasarnya merupakan sesuatu yang dilakukan secara sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan berpikir atau bernalar.

1

(13)

Pendidikan berfungsi dalam membimbing, mengarahkan dan menuntun murid kepada suatu proses berpikir logis, ilmiah dan bertanggung jawab, sehingga nantinya diperoleh generasi handal dan kompeten pada bidang yang ditekuni.

Lembaga pendidikan yang dimaksud adalah keluarga, sekolah dan masyarakat.

Melalui lembaga pendidikan inilah, diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia karena kemajuan suatu Negara tidak hanya ditentukan oleh kualitas sumber daya alamnya, tetapi yang paling penting adalah kualitas sumber daya manusia negara tersebut.

Harapan Agar bangsa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, maka salah satu wadah kegiatan yang dipandang berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan, baik pendidikan jalur sekolah maupun pendidikan luar sekolah.

Hasil belajar turut pula memainkan peranan yang sangat penting bagi para murid untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Kecerdasan tidak dianggap sebagai faktor utama untuk mencapai sukses. Tetapi, intelegensi yang tinggi jika didukung hasil belajar yang baik dan dilandasi motivasi belajar yang kuat pasti akan medatangkan sukses dalam belajar.

Berdasarkan pengamatan peneliti, khususnya di kelas V SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten gowa dengan menggunakan PembelajaranSAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual). Dimana pembelajaran SAVI dianggap mampu memaksimalkan ketajaman konsentrasi murid dan murid akan lebih termotivasi untuk belajar yang lebih baik dibandingkan dengan masalah yang ada di lapangan bahwa rendahnya motivasi murid dalam mengerjakan tugasnya karena ada kecenderungan murid tertentu

(14)

yang proaktif sementara murid yang lain bersifat passif dan belajar mengajar pada umumnya didominasi guru.

Oleh karena itu dengan pembelajaran SAVI dapat melatih murid untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabannya, karena dalam proses pembelajaran murid belajar dengan cara bergerak/berbuat(Somatis), berbicara/mendengar (Auditori), menggambarkan/mengamati (Visual), dan melatih berfikir untuk memecahkan masalah (Intelektual).

Dengan demikian, diharapkan pembelajaran SAVI dapat mengatasi kesulitan–kesulitan murid dalam belajar IPS yang berdampak terhadap peningkatan kualitas pembelajaran yang mencakup kualitas proses dan kualitas hasil belajar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada bagian pendahuluan, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Apakahterdapat pengaruh positif hasil Pembelajaran SAVI (Somatic,Auditori,Visual,Intelektual) terhadap hasil belajar IPS di kelas V SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitianini adalah sebagai berikut :Untuk mengetahui pengaruh positif pembelajaran SAVI (Somatic,Auditori,Visual,Intelektual) terhadap hasil belajar IPS di kelasV SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

(15)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka usaha peningkatan hasil belajar kelas V SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Secara rinci manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadian sebagai sumber informasi dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran terutama dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Selain itu, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dalam merancang desain pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran SAVI.Peneliti juga berharap rancangan dalam penelitian ini yaitu penggunaan pendekatan pembelajaran SAVI dapat memberikan manfaat dalam kualitas pembelajaran.

2. Manfaat Pratis a. Bagi Guru

Manfaat penelitian ini bagi guru yaitu dapat mengembangkan kualitas pembelajaran menjadi lebih menarik, dapat menjalanan tugas sebagai pendidik yang baik yaitu merencanaan pembelajaran secara matang, dapat mengidentifikasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa pada pembelajaran salah satunya dengan menggunakan pendekatan pembelajaran SAVI.

b. Bagi Siswa

(16)

Manfaat penelitian ini bagi siswa yaitu dapat meningkatkan semangat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran karena pembelajaran dikemas secara menarik dengan menggunakan pendekatan pembelajaran SAVI.Penggunaan pendekatan pembelajaran yang inovatif diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan tida membuat siswa jenuh.Selain itu kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam memahami materi khususnya pada mata pelajaran IPS.

c. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu dapat memberikan pengalaman, meningkatkan kemampuan mengajar dan memberikan pengetahuan tentang bagaimana mengatasi siswa dalam proses pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Selain itu penelitian ini juga dapat menjadi bahan informasi pengalaman dalam penyusunan desain pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran SAVI.

Secara rinci manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Memberikan gambaran pengaruh antara hasil belajar IPS terhadap hasil belajar dengan menggunakan gaya belajar SAVI.

b. Sebagai bahan masukan bagi murid, dalam upaya peningkatan proses dan hasil belajar IPS.

c. Sebagai bahan masukan bagi guru-guru, khususnya guru IPS tentang variabel yang mempengaruhi hasil belajar IPS sehingga guru dapat

(17)

mengarahkan murid untuk dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki dan memperbaiki hasil belajarnya.

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Pembelajaran SAVI a. Pengertian Belajar

Murid sebagai pelajar memiliki tugas utama yaitu belajar agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Melalui belajar, murid diharapkan dapat membekali diri untuk masa depannya.

Oleh karena itu, setiap murid yang ingin sukses dalam pendidikan di sekolah seharusnya belajar dengan baik sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan menunjukkan hasil yang maksimal di sekolah.

Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri setiap manusia sebagai hasil dari aktivitas yang dilakukan. Belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Menurut Abdillah (Aunurrahman, 2012:35) belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan. Definisi yang kedua ini membuat dua unsur penting dalam belajar yaitu, belajar adalah sebagai upaya menambah pengetahuan dan sebagai perubahan tingkah laku, perubahan yang terjadi adalah karena latihan dan pengalaman. Menurut Agus Suprijono (2013:3) bahwa belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya.

Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat tidaklah demikian.

7

(19)

Belajar menurut psikologi merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Bruton, dalam sebuah buku “The Guidance of Learning Activities”

(Aunurrahman, 2012:35) merumuskan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

Pendapat lain seperti dikemukakan H.C. Witherington dalam buku Educational Psychology (Aunurrahman, 2012:35) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa percakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.

Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa belajar merupakan hal-hal yang baru atau peningkatan kemampuan dalam memahami sesuatu sehingga ada perubahan dalam diri seseorang yang mengarah kepada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut diperoleh melalui aktivitas belajar yang dilakukan secara sadar untuk mencapai suatu tujuan, seperti meningkatkan penguasaan materi pelajaran.

b. Pengertian Gaya Belajar

Dalam kamus besar bahasa Indonesia DEPDIKBUD (1995: 129), “gaya belajar adalah sesuatu yang biasa dilakukan, kebiasaan juga berarti pola untuk

(20)

melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama”. Gaya belajar juga juga dapat diartikan cara. Kamus Besar Bahasa Indonesia DEPDIKBUD (1995: 172) “cara adalah adat kebiasaan; perbuatan (kelakuan) yang sudah menjadi kebiasaan”. Rochman Natawidjaja dan L. J. Moleongn (1979:

20) “kebiasaan merupakan cara berbuat atau bertindak yang dimiliki seseorang dan diperolehnya melalui proses belajar cara tersebut bersifat tetap, seragam dan otomatis”. Jadi biasanya kebiasaan berjalan atau dilakukan tanpa disadari oleh pemilik kebiasaan itu. Kebiasaan itu pada umumnya diperoleh melalui latihan.

Menurut Burghardt (1973) yang dikutip Muhibin Syah (2000: 118) “gaya belajar timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang”. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang diperlukan. Karena proses penyusutan atau pengurangan inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatisThe Liang Gie (1995:192) mengemukakan “kebiasaan study adalah segenap perilaku yang ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan study”. Kebiasaan study bukanlah bakat alamiah atau bawaan, melainkan perilaku yang yang dipelajari secara sengaja ataupun tak sadar dari waktu ke waktu secara berulang-ulang. Menurut Aunurrahman (2010: 185) “hasil belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga sehingga memberikan ciri dalam aktifitas belajar yang dilakukannya”. Sedangkan dalam tulisannya hasil belajar adalah keteraturan berperilaku yang otomatis dalam belajar yang dapat dilihat dan diukur dari keseringan atau frekwensi melakukan kegiatan yang merupakan kebiasaan-hasil

(21)

belajar yang baik dan ditunjukkan dengan indikator-indikator berikut: a) Mempersiapkan diri dalam mengikuti pelajaran; b) Memantapkan materi pelajaran; c) Menghadapi tes. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkah laku yang terbentuk karena dilakukan berulang-ulang sepanjang hidup individu dan biasanya mengikuti cara atau pola tertentu, sehingga akan terbentuk hasil belajar. Jadi yang dimaksud dengan hasil belajar di sini adalah cara-cara belajar yang paling sering dilakukan oleh murid dan cara atau hasil belajar dapat terbentuk dariaktifitas belajar, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja.

c. Hakikat SAVI 1) Pengertian SAVI

SAVI (Miratus 2013.Online.)singkatan dari Somatis, Auditori, Visual dan Intektual. Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki murid. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik);

teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengelaman; belajar dengan symbol.

Pembelajaran SAVI menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki murid.

2) Istilah SAVI

Somaticberasal dari bahasa yunani yaitu tubuh-soma.Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat.

Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaranyang memanfaatkan dan

(22)

melibatkan tubuh jadi somatic bermakna gerakan tubuh (hand-on, aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami dan melakukan;

Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui

mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi.Belajar dengan berbicara dan mendengar.Pikiran kita lebih kuat daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari.Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran murid hendaknya mengajak murid membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman murid dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, atau menciptakan makna-maknan pribadi bagi diri mereka sendiri.

Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata

melalui mengamati, menggambar, mendemontrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap murid yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program computer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar.

Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi,

(23)

menemukan, mencipta, mengkontruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut.Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah.

Menurut Dave Meier (Aunurrahman, 2010:373) menyajikan suatu system lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal dengan model SAVI, yaitu (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual). Somatis artinya belajar dengan bergerak dan berbuat.Auditori, belajar dengan berbicara dan mendengar.Visual, artinya belajar mengamati dan menggambarkan.Intelektual, artinya belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan.

2. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

Sebagai dampak dari aktivitas belajar yang dilakukan, akan meningkatkan kemampuan belajar murid sehingga akan dapat memberikan hasil yang maksimal di sekolah sebagai pencerminan kemampuan belajar murid, yang lazimnya dikenal dengan istilah hasil belajar.

Menurut Gagne (Agus Suprijono, 2013:5) hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan konsep dan lambang.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

(24)

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2013:6) hasil belajar mencakup:

Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis, (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru) dan evaluation (menilai).

Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization, (karakterisasi). Domain psikomotorik mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual.

Menurut Aunurrahman (2012:37) bahwa hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati (observable). Akan tetapi juga tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati. Perubahan-perubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar juga dapat menyentuh perubahan pada aspek afektif, termasuk perubahan aspek emosional. Perubahan-perubahan pada aspek ini umumnya tidak mudah dilihat dalam waktu yang singkat, akan tetapi seringkali dalam rentang waktu yang relatif lama.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pengertian hasil belajar, maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi pada setiap murid, baik perubahan dari segi aspek motorik, aspek

(25)

afektif, dan termasuk aspek emosional, dari hasil itu mencakup bagaimana murid berkemampuan mengungkapkan pengetahuan, kemampuan mempersentasikan, kemampuan menyalurkan, kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani, serta kemampuan menerima atau menolak objek. Artinya, hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.

Hasil belajar merupakan hal yang penting dalam menentukan efektif tidaknya usaha belajar yang dilakukan. Hasil belajar yang baik akan timbul dalam diri seseorang jika seseorang itu mempunyai niat untuk melakukannya.

Niat itu diwujudkan dalam perbuatan yang berulang-ulang setiap hari sehingga menjadi suatu kebiasaan.

Gie (1995:47) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah segenap perilaku mahamurid yang ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam cara yang sama. Kebiasaan studi bukanlah bakat alamiah atau bawaan kelahiran yang dimiliki oleh seseorang sejak kecil, melainkan perilaku yang dipelajari secara sengaja ataupun secara tak sadar selama waktu-waktu yang lalu. Karena selalu diulang-ulang sepanjang waktu, berbagai perilaku itu begitu terbiasakan sehingga akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan pikiran sadar sebagai tanggapan otomatis terhadap suatu situasi belajar.

Ada dua macam hasil belajar, yang pertama ialah hasil belajar baik yang membantu murid menguasai pelajarannya, mencapai kemajuan belajar, dan akhirnya meraih sukses. Yang kedua adalah hasil belajar buruk yang mempersulit

(26)

murid memahami pengetahuan, menghambat kemajuan belajar dan akhirnya mengalami kegagalan.

Untuk meningkatkan keefektifan proses belajar yang terjadi di kelas, setiap murid harus memiliki kebiasaan yang baik dalam mengikuti pelajaran di kelas.

Seorang murid harus mengikuti pelajaran dengan tertib dan penuh perhatian, harus dapat memfungsikan dengan baik alat pendengaran dan penglihatannya.

Alat pendengaran digunakan dengan sebaik mungkin untuk mendengarkan uraian dan keterangan dari guru yang sedang mengajar, serta menyeleksi keterangan yang penting. Alat penglihatan digunakan dengan sebaik-baiknya untuk melihat mimik, gerak-gerik dan gaya mengajar guru sehingga dapat menambah pemahamannya terhadap pelajaran yang diberikan. Dalam mengikuti pelajaran di kelas, murid harus melakukannya secara aktif dan kreatif, dan dengan penuh konsentrasi. Beberapa kebiasaan yang baik dalam mengikuti pelajaran di kelas antara lain : mengikuti pelajaran dengan tertib, tidak terlambat masuk kelas, memilih tempat duduk yang strategis.

Hasil belajar di luar kelas juga memiliki peranan yang sangat penting bagi murid.

Murid mempunyai waktu yang lebih banyak di luar kelas daripada di dalam kelas. Waktu yang banyak ini, apabila digunakan dengan efektif maka akan meningkatkan hasil belajar murid di berbagai bidang, terutama di bidang pendidikan. Khusus dalam bidang pendidikan, kegiatan belajar di luar kelas pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran yang diberikan di sekolah. Salah satu faktor yang menentukan keefektifan proses belajar adalah hasil belajar yang dilakukan di luar kelas (Astuty, 1990:26).

Hasil belajar yang dilakukan di luar kelas meliputi beberapa faktor, antara lain :

(27)

1. Keteraturan dalam belajar. Keteraturan dalam belajar merupakan pangkal utama dari cara belajar yang baik. Jika keteraturan itu sudah menjadi kebiasaan murid, maka akan mempengaruhi pola jalan pikirannya. Pikiran yang teratur akan menjadi modal yang berharga, karena dengan pikiran yang teratur suatu ilmu dapat dimengerti dan dikuasai. Karena itu, keteraturan dalam belajar harus menjadi kebiasaan setiap murid dalam kegiatan belajar sehari-hari.

2. Disiplin belajar. Disiplin belajar dapat membuat murid memiliki kecakapan mengenai cara belajar dan juga merupakan proses kearah pembentukan watak yang baik. Watak yang baik akan menciptakan suatu pribadi yang luhur dan menjadi harapan bangsa pada umumnya.

3. Konsentrasi. Konsentrasi dalam belajar berarti pemusatan pikiran terhadap sesuatu yang sedang dipelajari dengan mengesampingkan hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan yang sedang dipelajari (Gie, 1995). Kemampuan konsentrasi merupakan kebiasaan yang dapat dilatih dan bukan suatu bakat bawaan. Pada dasarnya konsentrasi adalah akibat dari perhatian, terutama perhatian yang bersifat spontan yang ditimbulkan oleh minat terhadap sesuatu yang dipelajari.

4. Pemantapan hasil belajar. Materi pelajaran tidak mungkin dapat dikuasai dengan hanya satu kali belajar. Suatu kemampuan belum dapat dikuasai sepenuhnya dan belum dapat diterapkan apabila belum melekat dalam pikiran. Dengan demikian, mempelajari suatu materi pelajaran hendaknya dilakukan berkali-kali dengan latihan. Cara ini disebut dengan pemantapan hasil belajar.

(28)

Penggunaan waktu belajar. Untuk memiliki keteraturan dalam belajar, maka seorang pelajar harus membuat rencana kerja belajar serta alokasi waktunya.

Rencana tersebut merupakan pedoman bagi pelajar, sehingga ia akan belajar dan bekerja dengan teratur dan tak ada waktu yang terbuang sia-sia.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar murid merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari diri maupun dari luar diri murid.Pengenalan terhadap faktor-faktor tersebut penting sekali artinya dalam membantu murid mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Disamping itu, diketahuinya factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, akan dapat diidentifikasi faktor yang menyebabkan kegagalan bagi murid sehingga dapat dilakukan antisipasi atau penanganan secara dini agar murid tidak gagal dalam belajarnya atau mengalami kesulitan belajar yang dapat menghambat kesuksesan studi murid. Guru perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar sehingga dapat dilakukan upaya peningkatan hasil belajar murid dalam proses pembelajaran di sekolah.

Bahkan guru dapat melakukan upaya antisipasi jika terjadi kesulitan belajar atau kegagalan murid dalam belajar di sekolah.

Menurut Syah (2000 : 132), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu :

1) Faktor internal (faktor dari dalam murid), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani murid.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar murid), yakni kondisi lingkungan di sekitar murid.

3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar murid yang meliputi strategi dan pendekatan yang digunakan murid untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.

(29)

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Purwanto (2007 : 102) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu :

1) Faktor yang ada pada diri organism itu sendiri yang kita sebut faktor individual.

2) Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk faktor individual antara lain : faktor kematangan/

pertumbuhan, kecerdasan, latihan motivasi, dan faktor pribadi.

Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat- alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi belajar.

Berdasarkan pendapat diatas, pada hakikatnya terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar murid, namun pada intinya dapat diklasifikasikan atas dua faktor, yaitu bersumber dari dalam diri murid dan dari luar dirinya. Faktor dari diri murid, berupa : faktor fisik, psikologi, dan pendekatan belajar, sekolah, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan pergaulan murid yang mempengaruhi aktivitas belajarnya sehari-hari. Salah satu faktor dari luar diri murid yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya adalah faktor lingkungan sekolah, berupa penggunaan pendekatan pembelajaran dalam pembelajaran IPS di sekolah.

3. Hakikat Pembelajaran IPS di SD a. Pendapat Para Ahli tentang IPS

Berikut dipaparkan pengertian IPS menurut para ahli (Atika.2010.Online)

1. Menurut Sumantri, IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan. Dalam hal ini, Sumantri berpendapat bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial itu sendiri merupakan kumpulan ilmu-ilmu sosial

(30)

yang dipilih dan disesuaikan bagi penggunaan program pendidikan di sekolah atau kelompok belajar lainnya yang sederajat.

2. Menurut Mulyono Tj., IPS merupakan suatu pendekatan interdisipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Menurut Mulyono Tj., IPS merupakan cara pandang terhadap pelajaran ilmu-ilmu sosial dengan menggunakan lebih dari satu pendekatan seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya sehingga diperlukan penguasan pendekatan ilmu-ilmu tersebut dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan social.

3. Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan

“Social Studies”, serta mendefinisikan IPS, sebagai berikut: Social studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic competence. Whitin the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an interdependent

(31)

world. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Tujuan utama dari IPS adalah untuk membantu pemuda mengembangkan kemampuannya untuk membuat suatu keputusan beralasan dan dspst diinformasikan kepada masyarakat luas demi kepentingan publik sebagai warga Negara yang memiliki keberagaman budaya serta dalam kehidupan bermasyarakat di seluruh penjuru dunia.

Penjelasan: Pendapat yang dikemukakan oleh SSEC hampir sama dengan yang diungkapkan oleh Mulyono Tj. SSEC menambahkan mengenai tujuan IPS, yakni merupakan suatu pengetahuan yang dapat membantu kita untuk dapat berinteraksi dengan orang lain, dapat menyampaikan informasi, dapat membuat suatu keputusan dengan baik, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang memiliki budaya yang beragam, serta dapat menjadi masyarakat yang bersikap demokratis terhadap kepentingan publik.

4. Saidiharjo menegaskan bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik. Kalau Mulyono menekankan pada pendekatan untuk mengapikasikan IPS, Saidiharjo lebih menitikberatkan IPS menjadi semcam kajian atau kumpulan dari beberapa mata pelajaran yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan social.

5. Menurut Dr. Nursid Sumaatmadja, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah :

“suatu mata pelajaran yang kajiannya fokus pada seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Dengan

(32)

kata lan, IPS ini merupakan suatu mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial di dunia sehingga mengajarkan kita agar lebih mengetahui mengenai kehidupan sosial apa yang telah terjadi, yang akan terjadi, maupun yang seharusnya terjadi”

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu program pendidikan maupun kumpulan beberapa mata pelajaran yang terkait dengan kehidupan sosial yang berkumpul menjadi satu dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya dan dapat dikaji berdasarkan seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

b. Pengertian IPS

Dalam Kurikulum Pendidikan Tahun 1994, disebutkan bahwa: IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografis, ekonomi, sejarah, antropologi, dan tata negara. Banks (Susanto, 2013: 140) menyatakan bahwa: pendidikan IPS merupakan bagian dari kurikulum di sekolah yang bertujuan untuk membantu mendewasakan murid supaya dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dalam rangka berpartisipasi di dalam masyarakat, negara, bahkan di dunia.

Jarolimek (Susanto, 2013: 141) menyatakan bahwa: pada dasarnya pendidikan IPS berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang memungkinkan murid berperan serta dalam kelompok masyarakat di mana ia tinggal. Buchari Alma (Aunurrahman, 2010: 75) mengemukakan bahwa:

IPS sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan sosialnya dan yang

(33)

bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan psikologi.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan IPS adalah suatu kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu kemanusiaan untuk meningkatkan kemampuan kewarganegaraan.

c. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

Hakikat ilmu pengetahuan social merupakan salah satu ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan social manusia, interaksi social dalam bermasyarakat sehingga memberikan pemahaman bagaimana cara bersikap yang baik.

Susanto (2013: 137) menyatakan bahwa:

Ilmu Pengetahuam Sosial, yang sering disingkat dengan IPS, adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada murid, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Luasnya kajian IPS ini mencakup berbagai kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik, semuanya dipelajari dalam ilmu sosial ini. Segala sesuatu yang berhubungan dengan aspek sosial yang meliputi proses, faktor, perkembangan, permasalahan, semuanya dipelajari dan dikaji dalam sosiologi. Aspek ekonomi yang meliputi perkembangan, faktor dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi.Aspek budaya dengan segala perkembangan dan permasalahannya dipelajari dalam antropologi.Aspek sejarah yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah.Begitu juga aspek geografi yang memberikan karakter ruang terhadap kehidupan di masyarakat dipelajari dalam ilmu geografi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Zuraik (Susanto, 2013: 137) menyatakan bahwa: hakikat IPS adalah harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik di mana para anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial

(34)

yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nilai. Murwani (Susanto, 2013: 137) menyatakan bahwa:

Hakikat IPS di Sekolah Dasar memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi murid sebagai warga negara sedini mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan kecakapan-kecakapan dasar murid yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial murid di masyarakat.

Jadi, hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan murid, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara yang mampu menelaah secara kritis kehidupan sosial di sekitarnya, serta mampu secara aktif berpartisipasi dalam lingkungan kehidupan, baik di masyarakatnya, negara, maupun dunianya.

d. Tujuan Pendidikan IPS

Berdasarkan pada falsafah negara tersebut, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu:

membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945.

Sejalan dengan tujuan pendidikan di atas, tujuan pendidikan IPS dalam Depdiknas (2006) secara khusus adalah selain membekali murid dengan pengetahuan dan pengembangan konsep juga membekali murid agar terampil dalam memecahkan masalah-masalah sosial. tujuan pendidikan IPS menurut

(35)

Nursid Sumaatmadja ( dalam beduatsuko.blogspot 2009:02) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara”.

Setiap usaha pendidikan senantiasa memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai.Berdasarkan tujuan pendidikan yang jelas, tegas, terarah, barulah pendidik dapatmenentukan usaha apa yang akan dilakukannya dan bahan pelajaran apa yangsebaiknya diberikan kepada anak didiknya.

Demikian juga di dalam negara kita telahdirumuskan tujuan pendidikan nasional dirumuskan berdasarkan pada falsafahnegara Pancasila dan UUD 1945, seperti digariskan dalam GBHN.Berdasarkan pada falsafah negara tersebut, maka telah dirumuskan tujuan pendidikannasional, yaitu:membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentukmanusia yang sehat jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan danketerampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapatmenyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkankecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintaibangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaksuddalam UUD 1945.

Berkaitan dengan tujuan pendidikan di atas, kemudian apa tujuan dari pendidikanIPS yang akan dicapai? Tentu saja tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dandisesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak.Berkaitaan dengan hal tersebut, kurikulum KTSP untuk tingkat SD menyatakanbahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum KTSP), bertujuan untuk (Hayati. 2008:22):

(36)

1. mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dankewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.

2. mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan social

3. membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.

Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (NursidSumaatmadja. 2006) dalam Hayati (2008:25) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik,yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagidirinya serta bagi masyarakat dan negara”

Sedangkan secara rinci Oemar Hamalikmerumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para murid, yaitu: (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dansikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).

e. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Aunurrahman, (2010: 80) menyatakan bahwa: pengalaman yang diperoleh berkat proses pendidikan, pengalaman tersebut tampak dari perubahan tingkah laku atau pola kepribadian peserta didik. Jadi pengalaman yang diperoleh peserta didik adalah pengalaman sebagai hasil belajar peserta didik di sekolah.

(37)

Mulyono Abdurahman (Susanto, 2013: 140) berpendapat bahwa: hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial adalah kemampuan yang diperoleh peseta didik setelah melalui kegiatan Ilmu Pengetahuan Sosial. Sedangkan Dimiyati dan Mudjiono (Susanto, 2013: 140) menyatakan bahwa:

Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar mata pelajaran IPS.Hasil belajar sebagai dampak dari pengajaran hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka raport, angka dalam ijazah, atau kemampuan memahami Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) setelah belajar.

Dari hasil pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS merupakan kemampuan yang diperoleh peseta didik dan upaya dalam mengembangkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran IPS dan tertuang dalam angka raport, angka dalam ijazah, atau kemampuan memahami Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) setelah belajar.

f. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atauterpadu. Pengertian terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari Ilmu- ilmuSosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu (Lili MSadeli, 1986 : 21). Karena IPS terdiri dari disiplin Ilmu-ilmu Sosial, dapat dikatakanbahwa IPS itu mempunyai ciri-ciri khusus atau karakterisitik tersendiri yang berbedadengan bidang studi lainnya.Untuk membahas karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan. Berikutini dikemukakan ruang lingkup IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya.

(38)

1. Materi IPS

Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu danmasyarakat dengan lingkungan (fisik dan social-budaya). Materi IPS digali darisegala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu,pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknyamerupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan.

(MenurutMulyono Tjokrodikaryo, 1986:21) dalam Hayati (2008:37).Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:

a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.

b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.

c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.

d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.

e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga.

Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi sumber materiIPS sekaligus juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teori- teori IPSPengembangan Pendidikan yang diperoleh anak di dalam kelas dapat

(39)

dicocokkan dan dicobakan sekaligusditerapkan dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat.

2. Strategi Penyampaian Pengajaran IPS

Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan padasuatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga,masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti inidisebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum”(Mukminan, 1996:5) dalam Hayati (2008:42).Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-tamadikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan lingkunganterdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran tersebut, kemudianmengembangkan kemampuannya untuk menghadapai unsur-unsur dunia yanglebih luas.

B. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini disusun diuraikan kerangka pikir sebagai berikut:

Gaya belajar sangatlah mempengaruhi tingkat kemampuan dan hasil belajar murid.Dalam sebuah teori menyebutkan pembelajaran SAVI (Somatis, Auditory, Visual dan Intelektual) dapat meningkatkan hasil belajar. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh gaya belajar SAVI (Somatis, Auditory, Visual dan Intelektual) terhadap hasil belajar IPS( Ilmu Pengetahuan Sosial) di SD Inpres Bategulung Kelas V Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan penelitian ekperimen untuk mengetahui sejauh mana perbedaan hasil belajar IPS sebelum diterapkan gaya belajar dan setelah diterapkan gaya belajar SAVI (Somatis, Auditory, Visual dan Intelektual)

(40)

Gambar. 2.1. Bagan Kerangka Pikir

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya maka dapat diartikan hipotesis penelitian sebagai berikut :Terdapat pengaruh pembelajaran SAVI ( Somatic, Auditori, Visual, Intelectual) terhadap hasil belajar murid kelas V Sd Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Untuk keperluan analisis, maka hipotesis tersebut dirumuskan :

H0 : β1 = 0 lawan H1 : β1> 0

pembelajaran IPS

pratest

sebelum diterapkan Pembelajaran SAVI

hasil belajar

posttest

setelah diterapkan Pembelajaran SAVI

hasil belajar

Terdapat perbedaan hasil belajar pratest dan posttest setelah diterapkan

Pembelajaran SAVI

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Jenis Penelitian 1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah : a. Hasil belajar IPS (Y)

b. Pembelajaran SAVI (X) 2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu bentuk penelitian dari Pre-Experimental yaitu One Group Pretest-posttest design.

Model desain tersebut nampak sebagai berikut:

(Sugiyono, 2010: 111) Keterangan:

O1 : Nilai sebelum dilakukan perlakuan (prestest) X : Perlakuan

O2 : Nilai sesudah perlakuan (posttest)

Berdasarkan desain di atas, maka dapat dikatakan bahwa penelitian eksperimen ini hanya menggunakan satu kelas saja, tanpa menggunakan kelas kontrol. Sebagai acuan, peneliti memperoleh nilai pretest yang dilakukan oleh guru mata pelajaran sebelum perlakuan dan tes sesudah perlakuan (O2) sebagai pembanding.

O

1

X O

2

30

(42)

B. Definisi Operasional Variabel

Secara operasional, variabel-variabel yang diselidiki didefinisikan sebagai berikut :

1. Pembelajaran SAVI

Pembelajaran SAVI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara atau metode belajar yang sering dilakukan oleh murid pada saat pembelajaran dikelas.

Kebiasaan ini ditunjukkan pada saat murid menerima pelajaran.

pembelajaranSAVI meliputi : (1) Somatis (Kemampuan belajar murid dengan gerakan), (2) Auditory (Kemampuan belajar murid dengan pendengaran), (3) Visual (Kemampuan belajar murid dengan penglihatan ) dan (4) Intelektual (Kemampuan belajar murid dengan bermain pikiran).

2. Hasil Belajar

Hasil belajar IPS yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang menunjukkan tingkat penguasaan dan pemahaman murid dalam mata pelajaran IPS yang diketahui dari hasil pemberian tes.Dalam penelitian ini hasil belajar sebelum dan sesuadah menggunakan pembelajaran SAVI. Hasil belajar inilah yang akan di dibandingkan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2000: 57) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari kemudian ditarik kesimpulannya”.

(43)

Adapun anggota populasi dalam penelitian ini adalah seluruh muridSD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa, tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 168 orang.

Tabel.1. Keadaan Populasi SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa, sebagai berikut :

Kelas Jenis Kelamin Jumlah Keterangan Laki-laki Perempuan

I II III IV V VI

12 13 11 10 15 18

10 17 14 14 14 20

22 30 25 24 29 38

Jumlah 79 89 168

Sumber : Papan Kondisi jumlah murid SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowatahun ajaran 2016/2017.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti, dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri.Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati.Ukuran dan keragaman sampel menjadi penentu baik tidaknya sampel yang diambil. Terdapat dua cara pengambilan sampel, yaitu secara acak (random) atau probabilitas dan tidak acak (non-random) atau non-probabilitas.

Arikunto (2006) mengemukakan bahwa jika populasinya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi, namun jika populasinya besar maka dapat diambil secara proposive sampling.

(44)

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah murid kelas V SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Tabel.1. Sampel kelas V SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Kelas Jenis Kelamin Jumlah Keterangan Laki-laki Perempuan

Murid V

15 14 29

Sumber : Papan Kondisi jumlah murid kelas VSD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa,tahun ajaran 2016/2017

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh skor variabel penelitian, digunakan tiga jenis instrumen, yaitu (1) tes hasil belajar IPS, (2) skala hasil belajar. Adapun rincian dari instrumen- instrumen tersebut sebagai berikut :

1. Dengan tes

Instrumen ini dikembangkan sendiri oleh penulis yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah pada kelas V SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.

Tes hasil belajar IPS disusun untuk murid kelas V SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa dalam bentuk pilihan ganda dan setiap butir soal dilengkapi dengan empat pilihan jawaban. Salah satu di antara keempat pilihan jawaban itu merupakan kunci. Sedangkan pilihan jawaban lainnya merupakan jawaban salah. Setiap butir mempunyai skor 1 bila menjawab benar dan 0 bila salah.

Aspek yang diukur melalui instrumen hasil belajar IPS adalah aspek kognitif yang terdiri dari tiga jenjang kemampuan, yaitu ingatan, pemahaman dan penerapan atau aplikasi.

(45)

F. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

Data hasil observasi dan respon siswa akan dianalisis secara kualitatif sedangkan data mengenai hasil belajar akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial.

A. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendiskripsikan skor dari sampel penelitian untuk masing-masing variabel. Dalam hal ini digunakan tabel distribusi frekuensi skor rata-rata, standar deviasi, skor minimum, dan skor maksimum. Dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan persentase dengan rumus persentase, yaitu :

% 100 N x

P f (Arikunto, 2006: 306)

Di mana :

P : Persentase

f : Frekuensi yang dicaripersentase N : Jumlahsubyek (sampel)

Guna memperoleh gambaran umum tentang rendahnya hasil belajar IPS di Kelas V Sd Inpres Bategulung Kecamatann Bontonompo Kabupaten Gowa.sebelum dan sesudah diberikan teknik Gaya Belajar SAVI, maka untuk keperluan tersebut, dilakukan perhitungan rata-rata skor peubah dengan rumus:

N Me

Xi

(46)

Di mana:

Me : Mean (rata-rata)

Xi : Nilai X ke i sampaike n N : Banyaknya murid

Adapun kategori tingkat hasil belajar IPS, yaitu:

Tabel. 3.3: Kategorisasi tingkat hasil belajar IPS

Interval Kategori

0 – 34 Sangat Rendah

35 – 54 Rendah

55 – 64 Sedang

65 – 79 Tinggi

80 – 100 Sangat Tinggi

B. Analisis Statistik Inferensial

Hasil penelitian ini akan dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif yang dipadukan dengan kuantitatif dalam tehnik deskriptif statistik Infrensial yang akan menggambarkan data yang terkumpul dengan cara penggambaran melalui tabel- tabel sederhana dan dalam sistem penggambaran persen serta menggunakan rumus regeresi sederhana untuk mencari kebenaran hipotesis, lalu kemudian disimpulkan dengan cara deskriptif kualitatif

Analisis statistika inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t. Namun sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara spesifik.Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal

(47)

atau tidak. Pada penelitian ini digunakan uji One Sample Kolmogorov- Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 5% atau 0,05, dengan syarat:

Jika Pvalue ≥ 0,05 maka distribusinya normal Jika Pvalue < 0,05 maka distribusinya tidak normal b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menyelidiki variansi kedua sampel sama atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji Levene’s Test. yang bertujuan untuk mengetahui apakah variansi data homogen.Data hasil kemampuan menulis yang diperoleh dikatakan homogen jika P-value ≥ α.

c. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah diajukan.Untuk maksud tersebut di atas maka pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-t.

1. Hipotesis Statistik

Digunakan uji perbedaan dua rata-rata ( Independent Sample T Test) yaitu:

H0 = Rata-rata hasil belajar dengan dengan penerapan pembelajaran SAVI pada kelas eksperimen sama dengan rata-rata hasil belajar di kelas control dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

H1 = Rata-rata hasil belajar dengan dengan penerapan pembelajaran SAVI pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar di kelas control dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

(48)

Adapun kriteria pengujiannya :

Ho ditolak jika thitung≥ ttabel dengan taraf nyata α = 5%, peluang = (1 - α ) dan dk = (n-1).

Jenis data berupa hasil belajar siswa selanjutnya dikategorikan secara kualitatif. Kategori standar berdasarkan ketetapan Departemen Pendidikan Nasional (Risal Nur Alam: 2009) adalah sebagai berikut :

Tabel. 3.1. Tabel Interpretasi Kategori Nilai Hasil Belajar

Nilai Kategori

54 0x

64 x

<

54 

79 x

<

64 

89 x

<

79 

100 x

<

89 

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian

1. Pratest

Data mengenai hasil belajar murid setelah tindakan pada Pratest, diperoleh melalui pemberian tes di akhir pembelajaran. Adapun deskripsi secara kuantitatif skor hasil belajar murid pada Pratest dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1. Statistik Skor Hasil Belajar IPS Murid Kelas V SD Inpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowapada Pratest sebagai berikut :

Statistik Skor Statistik

Jumlah murid 29

Skor ideal 100

Skor maksimum 90

Skor minimum 30

Rentang skor 60

Skor rata-rata 55

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa skor rata-rata (mean) Hasil Belajar IPS setelah diterapkan konvensionalpada Pratest adalah 63.8 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100, skor maksimum 90 dan skor minimum 30, jadi rentang skor 60 dari 29 jumlah murid. Dari skor rata-rata tersebut menunjukkan bahwa Hasil Belajar IPS Murid Kelas V SDInpres Bategulung Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowaberada dalam kategori sedang.

Hal ini disebabkan karena masih kurangnya perhatian murid dengan melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung. Apabila skor hasil belajar murid dikelompokkan kedalam 5 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi skor seperti yang disajikan pada tabel 4.2

38

(50)

Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar pada Pratest Dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan persentase dengan rumus persentase, yaitu :

% 100 N x

P f (Arikunto, 2006: 306)

Di mana :

P : Persentase

f : Frekuensi yang dicaripersentase N : Jumlahsubyek (sampel)

Guna memperoleh gambaran umum tentang rendahnya hasil belajar IPS di SDN No.1 Center PattallassangKecamatan PattallassangKabupaten Takalarsebelum dan sesudah diberikan teknik Gaya Belajar SAVI, maka untuk keperluan tersebut, dilakukan perhitungan rata-rata skor peubah dengan rumus:

N Me

Xi

Di mana:

Me : Mean (rata-rata)

Xi : Nilai X ke i sampaike n N : Banyaknya murid

Adapun kategori tingkat hasil belajar IPS, yaitu:

Tabel. 3.3: Kategorisasi tingkat hasil belajar IPS

Interval Kategori

0 – 34 Sangat Rendah

35 – 54 Rendah

55 – 64 Sedang

65 – 79 Tinggi

80 – 100 Sangat Tinggi

Referensi

Dokumen terkait

Quraish Shihab merumuskan peran perempuan sebagai pendidik berdasarkan apa yang sudah menjadi sifat dalam diri perempuan tersebut, yaitu: sebagai model dan

Kesimpulan yang diperoleh atas penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada bulan januari, februari dan maret adalah diketahui persediaan akhir dengan menggunakan metode

[r]

Sebanyak 12 orang karyawan mengikuti program pendampingan gizi yang diberikan melalui pertemuan 1 kali per bulan, aplikasi whatsapp 3-5 kali per minggu dan

Berdasarkan hasil pengujian tarik dan pengamatan struktur mikro diperoleh hasil yang sebanding dengan hasil pengujian ulang komposisi kimia, sehingga dapat disimpulkan telah

Selanjutnya sebelum membuat gulungan kumparan terlebih dahulu dibuat rancangan sesuai kondisi motor yang telah dibongkar sehingga akan diperoleh kebutuhan material,

Landskap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan , baik yang terbentuk dari elemen landskap alamiah seperti bentuk topografi lahan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan melalui penelitian tindakan kelas sebagai Peningkatan Motivasi Belajar Seni Musik Melalui Rancangan Pembelajaran TANDUR