• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Konseling Individual: Implementasi Pengabdian di Rumah Konseling Kota Serang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Konseling Individual: Implementasi Pengabdian di Rumah Konseling Kota Serang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pengabdian Masyarakat LPPM UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Vol. 15, No. 2, Bulan Juli-Desember, 2022, pp. 71-81

71

Konseling Individual: Implementasi Pengabdian di Rumah Konseling Kota Serang

Dara Valeria Wanti 1*, Fiyah Alfiyatul Lailah2 Agus Sukirno3

1Universitas Negeri Jakarta, 2Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin Banten 3Dosen Jurusan Bimbingan Konseling Islam

*Corresponding author

E-mail: [email protected]

Abstract: Confidence is very important in socializing. The reality is what is happening now, some individuals always feel less confident about themselves, feel afraid and do not want to socialize with their surroundings. This research is a qualitative research using individual counseling. This study is based on counseling cases of female early adult clients who are experiencing loss of self-confidence after college. Therapy (REBT) is used to rebuild the client's self-confidence concept. REBT therapy allows clients to change negative ways of thinking to positive ones and rationalize their thoughts to avoid feeling depressed due to loss of self-confidence. The subject of this research is a 24 year old client. The implementation of this research was carried out in 1 counseling meeting. Researchers as counselors who provide individual counseling services and where their research is located in the office of the I'm your Friend Counseling House, Serang City. The results of this study proved that there is a stress disorder that interferes with the thoughts, feelings, and behavior of clients.

Keywords: Cognitive Techniques, REBT, Confidence.

Abstrak: Kepercayaan diri sangat penting dalam bersosialisasi. Kenyataannya yang terjadi sekarang, beberapa individu selalu merasa kurang percaya diri atas dirinya, merasa takut dan tidak mau besosialisasi dengan lingkungan sekitar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan konseling individual. Studi ini di dasarkan pada kasus konseling klien dewasa awal perempuan yang sedang mengalami kehilangan kepercayaan dirinya pasca kuliah. Therapy (REBT) digunakan untuk membangun kembali konsep kepercayaan diri klien.

Therapy REBT memungkinkan klien mengubah cara berfikir negatif menjadi positif dan merasionalisasi pemikiranya untuk menghindari perasaan tertekan dikarenakan hilangnya rasa percaya terhadap diri sendiri.

Subjek penelitian ini adalah seorang klien berusia 24 tahun. Pelaksanaan penelitian ini di lakukan dalam 1 kali pertemuan konseling. Peneliti sebagai konselor yang memberikan layanan konseling individual dan tempat penelitianya berlokasi di kantor Rumah Konseling Aku Temanmu Kota Serang. Adapun hasil penelitian ini terbukti adanya gangguan stres yang mengganggu fikiran, perasaan, dan tingkah laku pada klien.

Kata Kunci: Teknik Kognitif, REBT, Percaya Diri.

Pendahuluan

Dalam studi psikologis perkembangan, remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan

(2)

72

diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Clarke-Stewart & Friendman, 1987; Ingersoll, 1989). Kepercayaan diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berfikir positif, memiliki kemandirian, mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan (Anthony, 1992).

Kepercayaan diri merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu agar mampu mengembangkan segala potensinya, merasa yakin atas dirinya maupun atas kemampuannya sendiri, optimis dalam melakukan sesuatu maupun mampu dalam pengambilan keputusan pada hidupnya tanpa merasa cemas dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Demikian menurut Lauster kepercayaan diri (self confidence) yaitu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan yang dimiliki individu sehingga individu tersebut tidak merasa terlalu cemas dalam setiap tindakan yang akan dilakukannya, dapat merasa bebas dalam malakukan hal-hal yang disukai, serta dapat bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukannya, mempiliki sikap hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain. Rasa tidak percaya diri dapat diartikan sebagai suatu bentuk keyakinan atau pikiran negatif tentang kekurangan terhadap kondisi di dalam dirinya yang membuat ia tidak mampu mencapai tujuan hidupnya maupun terhambatnya proses penyesuaian dirinya karena pikiran-pikiran irrasional atau pikiran yang tidak sehat/tidak logis yang menghantuinya. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/ situasi yang dihadapinya. Idealnya kepercayaan diri yang dimiliki individu haruslah berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini dimaksud agar individu mampu mengembangkan aspek-aspek yang ada dalam dirinya, dibutuhkan kepercayaan diri yang tinggi pada individu tersebut (Ifdhil, 2017).

Berdasarkan pengertian diatas, maka diharapkan adanya bantuan pelayanan konseling individual di kantor kesehatan mental rumah konseling agar dapat menerima kondisi diri sehingga mampu mengaktualisasikan diri terutama menilai dirinya kearah yang lebih positif serta dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan lingkungan sebayanya. Oleh karena itu, penulis memilih menggunakan layanan konseling individual dengan teknik kognitif dari pendekatan Rational Emotive Behavior Theraphy (REBT) ini karena teknik ini dinilai mampu untuk menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri individu seperti: cemas, benci, takut, rasa bersalah dan marah yang mengakibatkan individu berpikir irrasional dan melatih individu agar mampu menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan dirinya dan kemampuan diri individu, (Faizah, 2018). Sedangkan dalam Thahir (2016), tujuan utama konseling dengan pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy (REBT) adalah membantu individu menyadari bahwa mereka dapat hidup dengan lebih rasional dan lebih produktif.

Menurut George & Cristiani seperti yang dikutip oleh Hartono & Boy Soedarmadji, menyatakan bahwa pendekatan Rational Emotive Therapy (REBT) ini menekankan pada proses berpikir konseli yang dihubungkan dengan perilaku serta kesulitan psikologis dan emosional.

(3)

73

Pendekatan REBT lebih diorientasikan pada kognisi, perilaku dan aksi yang lebih mengutamakan berpikir, menilai, menentukan, menganalisis dan melakukan sesuatu. Menurut Corey (2009: 276) Rational Emotive Behavior Therapy memandang manusia pada dasarnya adalah memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional Dapat disimpulkan bahwa bahwa teknik Kognitif (cognitive) dalam pendekatan REBT ini bertujuan agar individu dapat menghilangkan cara berfikirnya yang irasional menjadi rasional.

Metode

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian Case Study Research (studi kasus) dan bersifat deskriptif. Menurut sugiono (2005) penelitian kualitatif ini lebih cocok digunakan untuk jenis penelitian yang memahami tentang fenomena sosial dari perspektif partisipan, secara sederhananya penelitian ini lebih cocok untuk meneliti sebuah fenomena yang sama dengan kondisi objek penelitian.

Hasil

Adapun setelah melakukan assessment, langkah selanjunya adalah pemberian treatment kepada klien/konseli. Saya mencoba menerapkan pendekatan REBT (Rational Emotive Behavioral Therapy) yang mana untuk membantu memecahkan masalah klien/konseli yang terjadi pada klien/konseli tersebut. Bentuk pendekatan yang diberikan adalah untuk mengubah perilaku kurang baik menjadi perilaku yang lebih baik. Mampu berfikir rasional dan mampu mengelola emosi menjadi lebih baik lagi. Dari hasil treatment yang sudah dilakukan ternyata setelah menerapkan pendekatan-pendekatan konseling berupa pendekatan REBT Konseli mampu sedikit lebih mencegah pikiran buruk dan perilaku yang kurang baik serta dapat mengelola emosi dan perasaan nya dengan lebih tenang dan nyaman. Selain itu setelah diberikan treatment saya juga memberikan motivasi dan masukan agar klien lebih berani dan tidak mempedulikan pandangan orang lain.

Identitas Konseli

1. Nama Konseli : RZ (Nama di samarkan ) 2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat, Tanggal, Lahir : Bandung, 16 Agustus 1998

4. Agama : Islam

5. No. HP : 087881797470

6. Status : Mahasiswa

7. Pertemuan ke- : 1

8. Waktu : 1 x 60 menit

(4)

74 9. Media Konsultasi : Google Meet (Online)

10. Topik Permasalahan : Kehilangan Kepercayaan Diri 11. Bidang layanan : Bidang Pribadi

Deskripsi Masalah

Masalah yang di alami RZ adalah kehilangan kepercayaan diri pasca lulus dari perkuliahan. RZ menyadari dirinya berubah semenjak ia bekerja menjadi seorang guru SD. RZ juga menjadi pribadi yang lebih emosional dibanding sebelumnya. RZ merupakan klien/ konseli saya di Rumah Konseling Aku Temanmu. Ia adalah seorang guru SD yang sudah bekerja selama kurang lebih 1 tahun, yang mana mengalami perubahan kepercayan terhadap dirinya sendiri yang membuat ia stress dan membuat hidup nya menjadi tidak bersemangat lagi. Awal pertemuan saya dengan klien adalah melalaui via online dan kami melaksanakan proses konseling individual dengan semestinya.

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) membantu konseli mengenali dan memahami perasaan, pemikiran dan tingkah laku yang irasional. Dalam proses konseling dengan pendekatan REBT terdapat beberapa tahap yang dilakukan dengan klien, yaitu sebagai berikut (Gantina, dkk. 2016) :

1. Tahap 1

Proses di mana konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka tidak logis dan irasional. Proses ini membantu konseli memahami bagaimana dan mengapa dapat menjadi irasional. Pada tahap ini konseli diajarkan bahwa mereka memiliki potensi untuk mengubah hal tersebut.

Pada tahap ini dilakukannya keterampilan konseling diantaranya attending, dorongan minimal, kontrak waktu, empati pertanyaan terbuka, dan lainnya. Keterampilan dasar ini harus dikuasi oleh konselor untuk membangun pondasi awal proses konseling dan sangat menentukan keberhasilan dari konseling itu sendiri. Pada tahap ini konselor membantu klien membangun kepercayaan agar mau menceritakan hal-hal yang menjadi permasalahan inti klien. Konselor juga sebelumnya harus sudah membuat keadaan nyaman terlebih dahulu bersama klien, agar klien tidak canggung dan mau terbuka untuk bercerita.

Berikut contoh percakapan yang dilakukan konselor dengan klien : Konselor : Assalamu’alaikum

Klien : Wa’alaikumsalam Konselor : Selamat pagi RZ Klien : pagi kak

Konselor : Kak RZ bagaimana kabarnya? (Attending)

(5)

75 Klien : Alhamdulillah kak, baik

Konselor : Alhamdulillah, sebelumnya aku izin perkenalan diri dulu yaa biar gak canggung kak.

Klien : Iya kak, silahkan

Konselor : Perkenalkan kak nama aku Fiyah, disini aku sebagai konselor kakak dan kak RZ sebagai konseli aku. Sebelumnya kakak udah pernah melakukan konseling belum?

Klien : Belum pernah kak, ini yang pertama.

Konselor : Baik, aku mau jelasin sedikit dulu ya kak tentang konseling itu apa. Jadi konseling itu sama seperti sesi curhat, tetapi ada sedikit perbedaan karena disini ada beberapa asas yang kita pegang dalam setiap melakukan proses konseling.

Asas nya itu yang pertama ada asas kerahasiaan dimana semua data kakak akan dirahasiakan. Selanjutnya ada asas kesukarelaan dimana aku akan secara suka rela membantu permasalahan kakak dan kakak juga harus suka rela untuk mengemukakan masalah kakak. Kemudian ada asas keterbukaan dimana pada asas ini kakak harus secara terbuka menerima saran atau pendapat dari aku dan kakak juga harus terbuka menjelaskan permasalahan yang kakak alami. Apakah dapat dimengerti kak? (Penstrukturan)

Klien : Iya kak ngerti.

Konselor : Sebelumnya aku juga mau ngasih tahu, kalau disetiap proses konseling disini , setiap pertemuannya waktunya minimal 45 menit dan maksimal 60 menit.

Apakah itu cukup kak? (Kontrak Waktu) Klien : Cukup kak

Konselor : Baiklah kita langsung mulai saja yaa, jadi sesuai apa yang sudah aku lihat di formular pendaftaran kalau kak RZ sedang mengalami kehilangan kepercayaan diri. Apakah betul kak?

Klien : Iya kak, betul banget.

Konselor : Hmmm (Dorongan Minimal) Jadi bisakah kakak ceritakan ke aku kenapa kak RZ bisa kehilangan kepercayaan diri kaka.

Klien : Baik kak

Konselor : Boleh kak langsung jelaskan permasalahannya? (Pertanyaan Terbuka) 2. Tahap 2

Pada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan perasaan negatif tersebut dapat ditantang dan diubah. Pada tahap ini konseli mengeksplorasi ide-ide untuk menentuan tujuan-tujuan rasional. Konselor juga mendebat pikiran irasional konseli dengan

(6)

76

menggunakan pertanyaan untuk menantang validitas ide tentang diri, orang lain dan sekitar.

Pada tahap ini konselor menggunakan teknik-teknik konseling Rasional Emotive Behavior Therapy (REBT) untuk membantu konseli mengembangkan pikiran rasional.

Pada tahap ini, pendekatan REBT yang konselor berikan dan tawarkan ialah teknik kognitif yang mana teknik kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Konselor juga meyakinkan dan menyadarkan klien dari fikiran irasional nya, agar kembali lebih logis dan rasional lagi terhadap dirinya. Pada tahap ini, konselor juga mengajak klien untuk menceritakan inti dari permasalahan yang sedang dihadapi klien.

Konselor juga membantu klien mengidentifikasi pandangan-pandangan apa saja yang salah menurut klien. Konselor juga meyakinkan dan menyadarkan klien dari pemikiran-pemikiran yang salah.

Berikut contoh percakapan yang dilakukan konselor dengan klien:

Klien : Jadi gini kak, sebelum saya memasuki usia dan lingkungan sekarang, saya bisa dibilang mempunyai kepercayaan diri yang baik. Saya juga bisa dengan mudah tersenyum, jarang stres/ pusing jika menghadap permasalahan. Bahkan sewaktu masih berkuliah saya menikmati sekali, dan rasanya hidup yang paling menyenangkan adalah disaat saya masih berkuliah. Ketika berkumpul dengan teman-teman, rasanya energi saya seperti di charge, penuh gitu kak. terasa sekali bahagianya. Dan sekarang saya kaget ketika sudah bekerja, saya merasa tidak nyaan, hilang entah kemana rasa PD saya, dan juga saya sekarang jadi lebih gampang marah dan tidak sabaran, tidak seperti dulu.

Konselor : (Mendengarkan)

Klien : Saya ingin kembali ke masa-masa kuliah kak, tidak hampa, kosong, stress seperti sekarang. Namun, saya tahu itu tidak mungkin dan saya juga menyadari hidup harus terus berlanjut apapun yang terjadi. Saya juga sekarang sudah lebih jauh dari keluarga dikarenakan sibuk, dan juga jauh dari Tuhan kak. Yang bisanya dulu saya rajin melaksankan sunah, sekarang bahkan wajib saja keteteran. Saya juga terkadang merasa iri dengan sahabat saya sendiri yang bisa melanjutkan pendidikan S2nya, saya rasanya ingin mencoba seperti itu. Namun entah kenapa saya berfikir sepertinya itu akan sulit dengan usia sekarang an keaadan sekarang.

Konselor : Mengapa kaka berfikiran seperti itu? Apakah sudah mencobanya? (Pertanyaan Terbuka)

Klien : Belum sih kak. Saya juga tidak tahu kenapa saya berfikir seperti itu setiap teringat keinginan untuk melanjutkan pendidikan atau teringat teman-teman yang bisa melanjutkan pendidikan seperti tanpa halangan apapun. Padahal saya juga tahu perjuangan mereka, karena saya ada bersama mereka. Bahkan saya juga

(7)

77

membantu, menemani dan menyemangati mereka. Namun entah kenapa kembali lagi, jika saya yang mencobanya malah terbalik.

Konselor : Apakah ada kendala lain selain ketidakpercayaan diri kaka untuk melanjutkan pendidikan kaka? (Pertanyaan Terbuka)

Klien : Saya punya adik-adik yang harus saya tanggung kak. Meskipun orang tua saya tidak menuntut apa-apa, tetapi say merasa tidak bisa untuk tidak membantu mereka. Apalagi mereka juga sudah mulai sepuh kak. Saya tidak tega kalau harus membiarkan mereka bekerja lagi. Jadi, say berfikir kalau saya melanjutkan pendidikan, artinya saya akan lebih fokus ke pendidikan saya, dan takut malah mengabaikan dengan tidak sadar keluarga saya kak. Hal-hal sperti itu yang membuat saya tidak mecobanya.

Konselor : Oke baik, artinya itu hanya pemikiran dan perasaan kaka saja ya? Sebelumnya apakah kaka pernah mengobrol keresahan kaka tersebut dengan keluarga atau teman kaka?

Klien : Belum kak. Saya tidak enak dan tidak berani juga.

Konselor : Kalau boleh tahu, kenapa gitu?

Klien : Tidak enak kak. Jika saya memberi tahu keluarga, saya merasa mereka akan mendukung saya dan itu membuat saya merasa tidak enak sekaligus sedikit beban karena pikiran kalau mereka akan sekarang terus kak. Saya juga tidak enak menceritakan ke teman karena mereka juga punya kehidupan mereka sendiri sekarang.

Konselor : Oke baik, aku mengerti permasalahan yang kakak sudah ceritakan tadi (Empati) Kalau begitu, apakah kaka menceritakan keresahan kaka ke pacar kaka?

(Pertanyaan Tertutup)

Klien : Iya kak, saya cerita kalau ke dia.

Konselor : kalau boleh tahu, bagaimana tanggapannya?

Klien : Dia selalu mengatakan kalau itu hanya ketakutan pikiran saya yang berlebihan kak. Jadi ketika saya bercerita dan kemudian marah-marah sendiri, dia menenangkan saya dan menghibur saya kak. Hanya saja, saya tidak mau terus- terusan seperti ini kak, saya lelah.

Konselor : Baik. Sepertinya kereesahan kaka sudah sangat menganggu keseharian kakak ya?

(Paraphrase) Kakak juga tidak enak kalau pacar kakak dijadikan tempat kakak marah terus-terusan. (Interpretasi/Penafsiran)

Konseli : Betul kak, saya bingung harus bagaimana kak?

(8)

78

Konselor : Sebelumnya kaka bilang kalau kaka sedang jauh dengan Tuhan ya? Apakah karena sibuk yang membuat kaka jadi jauh? (Eksplorasi Masalah)

Klien : Iya kak salah satunya itu.

Konselor : Apakah mungkin akar permasalahannya dari situ? (Pertanyaan Terbuka) Klien : Saya juga sempat berfikir begitu kak. Tetapi setiap kali saya ingin bangun malam,

rasanya susah sekali kak. Mungkin karena lelah juga, dan saya harus bangun pagi juga setelahnya.

Konselor : Iya memang benar, bangun malam sangalah sulit. Namun, bukannya tidak bisa bukan?

Klien : Jika tetap tidak bisa bagaimana kak?

Konselor : Bukannya kaka belum mencobanya? Coba hilangkan pemikiran tidak bisanya terlebih dahulu dengan, bagaimana caranya agar berhasil?

Klien : Hemmmm, apa yaa. Alarm kak?

Konselor : Nah bisa seperti itu. Lalu menurut kaka apalagi?

Klien : Minta tolong dibangunkan mamah kak. Karena mamah rajin bangun malam.

Konselor : Itu lebih bagus sepertinya dibanding alarm yang bisa langsung dimatikan lagi ya?

Klien : Betul kak. Hehee

Konselor : Jadi, apakah kira-kira kaka akan mencoba untuk menerapkannya?

Klien : Iya kak, saya tidak ingin terus-terusan seperti ini. Jadi, nanti saya akan mencobanya.

Konselor : Selain itu, kaka juga bisa mengikuti banyak kegiatan positif untuk mengurangi pemikiran-pemikiran negatif kaka yang lain.

Klien : Benar kak, saya nanti coba untuk mengikuti kajian-kajian lagi deh kak.

3. Tahap 3

Pada tahap akhir ini, klien dibantu untuk secara terus menerus mengembangkan pikiran rasional serta mengembangkan filosofi hidup yang rasional sehingga klien tidak terjebak pada masalah yang disebabkan oleh pemikiran irasional. Konselor berusaha agar klien memperbaiki pikiran-pikirannya dan meninggalkan gagasan-gagasan irasionalnya. Maksudnya adalah agar klien dapat mengubah fikiran yang jelek atau negatif dan tidak masuk akal menjadi yang masuk akal.

Pada tahap ini juga konselor memberikan motivasi dan penguatan kepada klien untuk kembali hidup normal dan menjalankan aktivitas sehari-harinya. Klien juga merasa tenang

(9)

79

dan lega setelah diberikan nya motivasi dan pengutan oleh konselor. Pada tahap ini juga, konselor menantang klien untuk mencoba mengubah pemikiran irasionalnya menjadi rasional dan mencoba merubah diri menjadi lebih baik dengan melakukan banyak kegiatan- kegiatan positif.

Berikut contoh percakapan yang dilakukan konselor dengan klien :

Konselor : Oke, untuk sementara ini, dapat aku simpulkan bahwa sebenarnya semua masalah Kakak datangnya dari pikiran kakak sendiri, dan hati yang tidak tenang dikarenakan kaka sedang jauh sama yang diatas dan keluarga kakak. Apakah benar seperti itu kak? (Kesimpulan sementara)

Klien : Iya kak benar.

Konselor : Kemudian, kaka bingung harus bagaimana sedangkan keresahan kaka sudah sangat mengganggu ke seharian kakak. Sehingga kaka lebih sering marah-marah sebagai pelampiasan atas permasalahan tersebut. (Refleksi)

Konselor : Lalu kaka bilang tadi berencana untuk memperbaiki ibadah kakak, dan mencoba pelan-pelan untuk bangun malam. Kira-kira, tepatnya kapan kaka akan memulainya? (Evaluasi)

Klien : Secepatnya kak. Nanti malam kalau bisa, saya akan mencobanya.

Konselor : Harus dicoba ya kak, pasti bisa kok.

Konselor : Selain permasalahan tadi apa ada hal lain yang mengganggu ka? Atau apakah ada yang ingin diceritakan lagi?

Klien : Sudah tidak kak

Konselor : Baik. Jadi semua permasalahan kaka datangnya dari pikiran kaka sendiri, yang sebenarnya belum tentu dan bahkan bukan seperti yang kaka pikirkan. Memang kita tidak bisa mengontrol pikiran kita harus begini dan begitu. Namun kita bisa kok untuk tidak mengikuti apa kata mereka. Salah satu caranya tetap berfikir positif, dan rajin beribadah. (Kesimpulan)

Konselor : Baik, sebelum aku tutup aku mau tanya dulu nih kak. Bagaimana perasaan kakak sekarang setelah mengikuti proses konseling pertemuan pertama ini?

Klien : Alhamdulillah kak, saya sudah lebih tenang, lega dan tidak pusing lagi harus melakukan apa terhadap dia nanti. Saya juga senang kakak mau mendengarkan saya dengan baik, terima kasih ya kak.

(10)

80

Konselor : Sama-sama. Alhamdulillah aku ikut senang. Kalau begitu, jika sudah tidak ada yang ditanyakan lagi kita akhiri pertemuan ini. Terima kasih ya kak, sudah mau bercerita dan semoga kaka lekas membaik dengan diri kaka dan pikiran kaka.

Semangat ya kak.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemikiran klien terbuka setelah melakukan konseling individual dengan teknik REBT (Rational Emotive Behavioral Therapy) di kantor Rumah Konseling Aku Temanmu di kota serang, ia merasa tenang dan lega dan pikiran nya terbuka setelah melakukan proses konseling. Klien menyadari bahwa pikiran irrasionalnya yang menyebabkan ia tidak tenang dan tidak bahagia dalam menjalani kehidupan pasca kuliah.

Klien juga menyadari bahwa ia terlalu berfikir negatif sehingga tidak menyadari sekelilingnya dan mengasingkan diri dari orang lain dan orang-orang terdekatnya. Pada akhir nya klien sadar bahwa apa yang difikirkan dan dilakukan tidak benar untuk di teruskan dan ia akan memulai hidup baru dan sedikit demi sedikit mendekatkan diri kembali kepada Tuhannya. Klien juga mencoba untuk tetap berfikir positif dengan melakukan banyak kegiatan positif diantaranya dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang melibatkan orang banyak, dan yang mengharuskan ia menghadapi orang banyak. Klien sadar hal itu tidak akan mudah, bahkan mungkin sulit dilakukan, namun klien mau berusaha dan berproses untuk lebih baik lagi demi dirinya.

Tujuan utama dari konseling individual pendekatan REBT dengan teknik Kognitif ini untuk mengubah pemikiran atau keyakinan irasional menjadi rasional dengan membantu mengubah sikap, berfikir dan persepsi. Oleh karena itu klien diharapkan untuk mencapai realisasi diri secara optimal.

Pengakuan

Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. Dimana atas berkat dan rahmat nya, saya dapat menyelesaikan salah satu program pada praktikum profesi lapangan Jurusan Bimbingan Islam di Kantor Rumah Konseling Aku Temanmu Kota Serang, Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, cukup sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, oleh sebab itu saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kantor Rumah Konseling Aku Temanmu di Kota Serang dan Universitas Islam Negri Sultan Maulana Hasanudin Banten.

2. Bapak Dr. Agus Sukirno H. Agus Sukirno, S.Ag. M.pd. Selaku dosen pembimbing lapangan yang telah membimbing, mengarahkan serta memberikan masukan kepada penulis

(11)

81

3. Bapak Muhamad Jutana S.Sos selaku pamong selama kegiatan praktikum profesi lapangan di Kantor Rumah Konseling Aku Temanmu Kota Serang.

4. Terimakasih kepada dosen dan civitas akademika Prodi Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah UIN SMH Banten

Daftar Referensi

Aisa, Ana (2013), Rational Emotive Behavior Therapy di (2) RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY | Wahyu NE Saputra - Academia.edu

Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktik Konseling Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.

Desmita, (2010), Psikologi perkembangan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Gantina Komalasari, dkk, Teori Dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT Indeks, 2016), p.201 Ifdhil, A. U. (2017). Konsep Kepercayaan Diri Remaja Putri. Padang: Jurnal Education, Vol. 2,

No. 2.

Ketu, Sukardi Dewa. 1985. Pengantar Teori Konseling. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Komalasari Gantina, dkk. (2016). Teori Dan Teknik Konseling, Jakarta: PT Indeks.

Saniah, Dufriyatu. 2019. Layanan Konseling REBT Dalam Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Pada Remaja (di Kp. Dukuh Desa Bumi Jaya Kec. Ciruas Kab. Serang-Banten). Skripsi.

Banten: UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

S, Y. M. (t.thn.). Penerapan Pendekatan REBT (Rasional Emotive Behavior Theraphy) Untuk Meningkatkan Belajar Siswa. Jurnal IKIP Siliwangi, Vol. 1, No. 6.

S. Willis, Sofyan. 2014. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alabeta.

Thompson, R. A. (2003). Counseling Techniques. Newyork: Routledge Tylor & Francis Group.

Winkel, H. &. (2004). Bimbingan dan KOnseling di Instituti Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Referensi

Dokumen terkait

Efektivitas Konseling Rational-Emotif Behavior Therapy REBT Dengan Pendekatan Naratif Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Jadi, berdasarkan pemaparan tesebut diatas yang dimaksud dengan Konseling Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Di MTs

Konseling kelompok ini diberikan menggunakan pendekatan rational emotive behavior therapy (REBT) yang membuat siswa merasa bahwa dirinya tidak sendiri atau tidak terisolasi,

Dengan izin dan rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Efektivitas Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy dalam Layanan Konseling

Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) untuk mengatasi kecemasan pada siswa yang akan menghadapi Ujian Nasional (UN) merupakan konseling yang membantu

Analisi t-test dilakukan untuk mengetahui Pengaruh teknik Konseling Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Terhadap perilaku pelecehan seksual pada Siswa kelas xi

Universitas Sanata dharma Yogyakarta dengan judul “ Pendekatan Naratif Dalam Konseling Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Untuk Mengelola Emosi”.. Rahardjo, Susilo dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian studi literatur yang dilakukan maka didapatkan kesimpulan bahwa layanan konseling Rational Emotive Behavior Therapy REBT sangat efektif dalam