1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Di Indonesia perkembangan perekonomian berjalan sangat pesat sehingga dalam suatu pemerintahan harus menjalankan tatanan anggaran yang baik dan tepat. Setiap daerah diberi wewenang dan tanggung jawab dalam mengelola sumber-sumber keuangan setiap daerahnya. Pemerintah selaku pembuat kebijakan sekaligus pemegang peranan untuk mengatur, membina, menyelenggarakan, mengendalikan, serta mengawasi jalannya anggaran agar tetap berjalan dengan efektif dan efisien sesuai dengan kewenangan dan ketentuan peraturan perundang- undangan. Sebagai langkah penerapannya, pemerintah berkewajiban untuk mengelola keuangan negara (Novita & Handayani, 2021). Pengelola Keuangan secara tertib, cermat, efektif, dan efisien kemudian akan dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan keuangan dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum sebagaimana ditetapkan pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 Tahun 2010 tentang Akuntansi Pemerintah (SAP).
Anggaran menjadi sangat penting di pemerintah daerah karena anggaran berdampak terhadap kinerja pemerintah yang dikaitkan dengan fungsi pemerintah dalam memberi pelayanan kepada masyarakat. Anggaran merupakan pernyataan estimasi kinerja yang hendak dicapai selama satu periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial (Mardiasmo, 2018). Melaksanakan anggaran dengan tidak baik akan melibatkan kebocoran anggaran sehingga prosedur dalam menjamin terlaksananya sebagai alat informasi dan meyakinkan legislatif bahwa tidak ada pemborosan dan korupsi bagi pemerintah dan pemerintah bekerja secara efisien dan efektif (Sirgar, 2017).
Efektivitas pengendalian anggaran merupakan tujuan anggaran yang ingin dicapai dari fungsi anggaran sebagai alat pengendali (Halim & Kusufi, 2018).
Dengan adanya efektivitas pengendalian terhadap anggaran ini diharapkan dapat meminimalisir penyimpangan dan kebocoran anggaran. Namun, hal ini masih menimbulkan permasalahan terkait dengan belum adanya keefektivan dalam
pengendalian anggaran. Hal ini dapat terlihat dari belum tersalurnya secara maksimal atas realisasi anggaran tersebut. Berdasarkan dari data yang ada di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2017-2020 secara keseluruhan belum menunjukkan indikasi adanya peningkatan realisasi anggaran dalam pelaksanaannya seperti yang diuraikan pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1
Data Realisasi atau Penyerapan Anggaran Belanja di
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017-2020
Tahun Anggaran Belanja(Rp)
Realisasi
Belanja(Rp) % Ket.
2017 40.775.176.746,00 39.845.046.743,00 97,72 Efektif 2018 42.145.905.810,00 39.608.423.113,00 93,98 Efektif 2019 51.160.878.000,00 42.684.548.453,69 83,43 Cukup Efektif 2020 48.838.469.828,00 39.909.680.888,00 81,72 Cukup Efektif Jumlah 182.920.430.383,00 162.047.699.197,69 89,21 Cukup Efektif Sumber: Laporan Realisasi Anggaran BPKAD Provinsi Sumsel 2017-2020
Dapat dijelaskan dari tabel 1.1 bahwa tingkat efektivitas penyerapan anggaran belanja BPKAD Provinsi Sumatera Selatan terus mengalami penurunan dari tahun 2017-2020. Penggunaan alokasi anggaran belanja telah direalisasikan dengan kategori efektif pada tahun 2017 dan 2018, namun pada tahun 2019 dan 2020 tingkat realisasi anggaran belanja menurun menjadi kategori cukup efektif yang mengindikasikan penyerapan anggaran belum terealisasikan secara optimal sesuai dengan rencana alokasi anggaran yang telah direncanakan sebelumnya.
Tingkat realisasi anggaran terus mengalami penurunan dari tahun 2017 dengan persentase 97,72% menjadi 93,98%, selanjutnya pada tahun 2018 turun menjadi 83,43% dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2020 menjadi 81,72%.
Setelah di rata-ratakan, tingkat efektivitas atas penyerapan anggaran belanja BPKAD Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2017-2020 masih tergolong cukup efektif karena berada diantara 80-90% (Pekei, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang ditinjau dari penyerapan anggaran belanja masih baik walaupun persentase dari tahun ke tahun semakin menurun. Sehingga dalam hal ini dapat diartikan bahwa tingkat penyerapan anggaran di BPKAD Provinsi terus
mengalami penurunan padahal anggaran belanja semakin ditingkatkan. Hal ini juga ditunjukkan BPKAD Provinsi Sumatera Selatan dari analisa penilaian rasio efektivitas pendapatan yang dilakukan selama empat tahun yaitu mulai dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2020 dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 1.2
Analisa Pencapaian Anggaran Pendapatan
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017-2020 dalam persentase (%)
Kode
Rek. Uraian 2017 2018 2019 2020
4 Pendapatan 16,64 47,60 95,53 63,08
4.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 16,64 47,60 95,53 63,08 4.1.1 Pendapatan Retribusi Daerah 48,65 0,00 0,00 0,00 4.1.4 Lain-lain PAD Yang Sah 14,02 47,60 95,53 63,08
Rata-rata 23,99 35,70 71,65 47,31 Sumber: DPA BPKAD Provinsi Sumatera Selatan 2017-2020
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa tingkat pencapaian PAD yang rata-rata masih berada dibawah 100% yang artinya tingkat pencapaian anggaran PAD masih belum maksimal. Persentase capaian tertinggi yaitu pada tahun 2019 sebesar 95,53%, sedangkan persentase terendah terdapat pada tahun 2017 yaitu hanya sebesar 16,64%. Menurut Pekei (2016) hal ini bisa terjadi karena dalam menetapkan anggaran pendapatan belum berdasarkan potensi fiskal (fiscal potential) melainkan menurut perhitungan tahun lalu (incremental).
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) terus melakukan upaya dalam menggali potensi daerah guna meningkatkan PAD, dengan cara meningkatkan pengawasan seperti pembentukan satgas pengawasan. “Jadi hasil yang dipungut dalam optimalisasi PAD ini nanti kita kelola secara transparan”
jelas Herman Deru, Gurbernur Provinsi Sumatera Selatan (www.medcom, 2021) yang diakses pada tanggal 1 Februari 2022.
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, pemerintah melakukan pembinaan untuk menyiapkan aparat pengawasan yang kompeten dengan cara memberikan pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan,
supervisi, dan evaluasi di bidang pengelolaan keuangan daerah terhadap aparat yang menjalankan dan yang mengawasi jalannya anggaran. Sesuai dengan amanat pasal 23E Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dibentuk untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara secara bebas dan mandiri.
Berdasarkan Ikhtisar Laporan Hasil Pemeriksaan Daerah (IHPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019 oleh BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan, diperlukan adanya peningkatan dalam hal pengawasan, koordinasi dan upaya penyederhanaan proses administrasi pemungutan dalam kebijakan pendapatan daerah laporan keuagan pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini dilakukan agar upaya peningkatan pendapatan dengan perluasan basis PAD dan upaya optimalisasi dana perimbangan agar bagian daerah dapat diperoleh secara proporsional. Hasil analisa yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas pencapaian anggaran pendapatan daerah Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan bahwa penganggaran pendapatan belum disusun secara rasional.
Keputusan Menteri Keuangan nomor 152 tahun 2011 menjelaskan bahwa pengawasan menurut sifatnya dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pengawasan preventif dan pengawasan detektif. Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Selatan memiliki indikator kegiatan, salah satunya yaitu dengan adanya pengawasan preventif dalam Rencana Strategis Tahun 2020-2024. Begitu juga BPKAD yang menggunakan pengawasan preventif dalam upaya untuk meningkatan efektivitas pengendalian anggaran sebagaimana yang diharapkan.
Pengawasan preventif merupakan pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan berlangsung dengan maksud sebagai pencegahan dini terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan terhadap anggaran. Dengan adanya pengawasan preventif maka anggaran yang telah di tetapkan dapat diawasi secara efektif penggunaannya sesuai dengan perhitungan dan tidak akan terjadi lagi dana-dana yang terbuang akibat dari adanya penyerapan anggaran yang tidak optimal, sehingga anggaran yang telah ditetapkan akan terealisasi dan terkendali sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Pengawasan preventif sangat diperlukan karena dapat menghentikan timbulnya permasalahan(Fajri, 2018), semakin baik dan
bagus pengawasan preventif yang dilakukan maka akan semakin bagus pula pengendalian anggaran tersebut(Dendi, 2017).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hadi et. al. (2018), Fajri (2018), Amin (2018), Haryoto & Fidiana (2020), Periansya et. al. (2020), Saputra &
Sujana (2020), dan Novita & Handayani (2021) mengungkapkan bahwa pengawasan preventif berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas pengendalian angggaran karena pelaksanaan anggaran telah diatur oleh satuan kerja setempat dengan prosedur pelaksanaan yang merupakan bagian dari pengawasan sebagai salah satu dasar pelaksanaan kegiatan sehingga penyimpangan dapat terminimalisir dan menjadikan realisasi anggarannya lebih terarah dalam pencapaian sasaran anggaran. Sedangkan penelitian dari Biantoro &
Retnani (2019) dan Dendi (2017) mengungkapkan bahwa pengawasan preventif tidak berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian anggaran karena kurang telitinya dan konsisten para pegawai dalam menerapkan prosedur yang benar dalam melakukan pengawasan sehingga efektivitas pengendalian anggaran tidak berjalan dengan baik.
Selain pengawasan preventif, pengawasan detektif pun perlu dilakukan karena pengawasan yang dilakukan dengan meneliti dan mengevaluasi dokumen laporan pertanggungjawaban, biasanya dilakukan setelah dilakukannya kegiatan.
Perbedaan antara pelaksanaan dengan rencana selalu ada karena keterbatasan kemampuan para penyelenggara kegiatan operasional dan penampilan prilaku penyelenggara yang disfungsional dapat diketahui dengan berbagi teknik.
(Keputusan Menteri Keuangan Nomor 152 tahun 2011). Semakin bagus pengawasan detektif maka semakin baik pula pengendalian anggarannya. Jadi pengawasan detektif berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pengendalian anggaran (Peuranda, 2014).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hadi et. al. (2018), Fajri (2018), Biantoro & Retnani (2019), Haryoto & Fidiana (2020), Novita & Handayani (2021), dan Saputra & Sujana (2021) mengungkapkan bahwa pengawasan detektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas pengendalian angggaran karena pelaksanaan anggaran telah diatur oleh satuan kerja setempat dengan
prosedur pelaksanaan yang merupakan bagian dari pengawasan sebagai salah satu dasar pelaksanaan kegiatan sehingga penyimpangan dapat terminimalisir dan menjadikan realisasi anggarannya lebih terarah dalam pencapaian sasaran anggaran.
Selain perlunya melakukan pengawasan, pelaksanaan anggaran berbasis kinerja juga perlu dilakukan untuk efisiensi anggaran (Rencana Strategis BPKAD 2019-2023). Pengimplementasian Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) ini diberlakukan sejak Reformasi Keuangan Negara yang ditandai dengan diterbitkannya Undang- Undang (UU) tentang Keuangan Negara pada UU No.
17 Tahun 2003, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Sebagai bentuk pelayanan kepada publik, hal ini penting bagi pemerintah dalam hal bagaimana menggunakan sumber daya yang terbatas tetapi tetap dapat memenuhi kebutuhan dana yang tinggi dengan tetap mengikuti ketentuan yang telah tertuang dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Penerapan anggaran berbasis kinerja diatur dalam Permendagri nomor 13 tahun 2006 dan diubah lagi dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Penerapan Anggaran Dengan adanya anggaran berbasis kinerja ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembangunan, memperbaiki taraf kehidupan masyarakat, serta mampu untuk memperbaiki tata kelola keuangan dan pemerintahan yang lebih baik.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Biantoro & Retnani (2019), Haryoto & Fidiana (2020), dan Saputra & Sujana (2021) mengungkapkan bahwa anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas pengendalian anggaran karena sudah terdapat kejelasan indikator kinerja yang ingin dicapai, sistem administrasi publik telah ditata dengan baik, konsisten, dan terstruktur sehingga kinerja anggaran dapat dicapai berdasarkan ukuran yang telah ditetapkan. Selain itu, Kurniasari at. al. (2017) menyatakan bahwa anggaran berbasis kinerja memiliki kontribusi yang sangat tinggi dalam pencapaian efektivitas pengendalian anggaran karena sudah adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan
sasaran pelayanan publik yang berkualitas dan efektif dalam pengendaliannya.
Sedangkan penelitian dari Haryoto & Fidiana (2020) dan Dendi (2017) menyatakan bahwa anggaran berbasis kinerja tidak mempengaruhi efektivitas pengendalian anggaran karena penganggaran berbasis kinerja yang dibuat tidak memiliki kejelasan dalam target kinerja, antar target kinerja dan dokumen penyusunan anggaran tidak selaras, serta tanpa adanya pertimbangan pada orientasi dari penganggaran terhadap output dan tujuan program visi dan misi, akibatnya efektivitas pengendalian anggaran tidak terlaksana dengan baik.
Berdasarkan uraian diatas, Pengawasan Preventif, Pengawasan Detektif dan Anggaran Berbasis Kinerja mempengaruhi Efektivitas Pengendalian Anggaran. Namun berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, hasil yang diperoleh dari tiap penelitian dapat berbeda-beda di setiap daerah sehingga menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut menggunakan variabel yang sama yaitu Pengawasan Preventif (X1), Pengawasan Detektif (X2) dan Anggaran Berbasis Kinerja (X3) serta Efektivitas Pengendalian Anggaran (Y) dilokasi yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengawasan Preventif, Pengawasan Detektif, dan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Efektivitas Pengendalian Anggaran”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan Uraian diatas, permasalahan yang akan di teliti dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana pengaruh pengawasan preventif terhadap efektivitas pengendalian anggaran?
2. Bagaimana pengaruh pengawasan detektif terhadap efektivitas pengendalian anggaran?
3. Bagaimana pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas pengendalian anggaran?
4. Bagaimana pengaruh pengawasan preventif, pengawasan detektif dan anggaran berbasis kinerja secara bersama-sama terhadap efektivitas pengendalian anggaran?
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki batasan masalah yang diteliti, agar penelitian ini terfokus dan tidak meluas. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pembahasan tentang Pengawasan Preventif, Pengawasan Detektif dan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Efektivitas Pengendalian Anggaran di BPKAD Provinsi Sumatera Selatan. Selain itu peneliti membatasi ruang lingkup pembahasan pada objek penelitian yaitu pada BPKAD Provinsi Sumatera Selatan dengan responden penelitian yaitu pegawai BPKAD Provinsi Sumatera Selatan.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian sesuai dengan permasalahan yang peneliti kemukakan untuk menganalisis:
1. Pengaruh pengawasan preventif terhadap efektivitas pengendalian anggaran.
2. Pengaruh pengawasan detektif terhadap efektivitas pengendalian anggaran.
3. Pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas pengendalian anggaran.
4. Pengaruh pengawasan preventif, pengawasan detektif dan anggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas pengendalian anggaran.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari:
1. Sebagai masukan bagi pemerintah BPKAD Provinsi Sumatera Selatan dalam hal perencanaan dan evaluasi program khususnya pada sistem penganggaran sektor publik mengenai efektivitas pengendalian anggaran.
2. Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa khususnya mengenai sistem perencanaan dan penganggaran sektor publik.