• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH WORK-FAMILY CONFLICT, KEPUASAN KERJA, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH WORK-FAMILY CONFLICT, KEPUASAN KERJA, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk DI SURABAYA."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan oleh :

VIAN AYU ISWANA PUTRI

0612010062/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

LINGKUNGAN KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk

DI SURABAYA

Yang diajukan

Vian Ayu Iswana Putri

NPM. 0612010062 / EM

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi :

Pembimbing Utama

Sugeng Purwanto, SE, MM. Tanggal………

Mengetahui

Ketua Progdi Manajemen

(3)

ANALISIS PENGARUH WORK FAMILY CONFLICT, KEPUASAN KERJA, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA

PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk DI SURABAYA

Yang diajukan

Vian Ayu Iswana Putri

NPM. 0612010062 / EM

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Sugeng Purwanto, SE, MM. Tanggal………

Mengetahui Wakil Dekan I

(4)

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Dengan memanjatkan puji syukur kepada ALLAH SWT, Yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan Sholawat serta salam penyusun panjatkan ke

hadirat Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul

“ ANALISIS PENGARUH WORK FAMILY CONFLICT, KEPUASAN

KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA

PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk DI SURABAYA ” dapat

diselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat

penyelesaian studi pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Pada kesempatan ini

penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spiritual maupun materiil,

khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Ketua Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

(5)

ii menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen yang telah membagikan ilmunya dan pengalaman yang tidak

terlupakan, staff dan karyawan yang telah membantu dalam proses kuliah.

6. Papa dan Mama terima kasih atas dukungan dan doanya. Aku akan selalu

membuatmu bahagia. Tidak akan kulupakan semua jasa- jasamu.

7. Mas dan Adikku terimakasih atas semua yang telah kau berikan.

8. Teman-temanku semua yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu makasih

banget ya, karena dukungan kalian aku bisa menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dan menyediakan waktunya demi

terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

terimakasih atas dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dalam isi

maupun penulisannya, oleh karena itu semua kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaanpenulisan selanjutnya.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca baik sebagai

bahan kajian maupun sumber informasi, serta bermanfaat bagi semua pihak.

Semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan, limpahan, berkah,

Rahmat dan karunia –Nya, Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Surabaya, Agustus 2010

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia ... 10

2.2.1.1.Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia ... 11

2.2.1.2.Peranan Manajemen Suber Daya Manusia Dalam Perusahaan ... 14

(7)

2.2.1.3.Tujuan dan Fungsi Manajemen Sumber Daya

Manusia ... 15

2.2.2. Pengertian Kedisiplinan ... 16

2.2.2.1.Tujuan Pembinaan Disiplin Kerja ... 17

2.2.2.2.Langkah-Langkah Kedisiplinan ... 18

2.2.2.3.Macam-Macam Tindakan Pendisiplinan ... 19

2.2.2.4.Kedisiplinan Kerja ... 22

2.2.2.5.Tipe Kegiatan Kedisiplinan ... 24

2.2.3. Pengertian Work Family Conflict ... 25

2.2.3.1. Indikator Work Family Conflict ... 28

2.2.4. Pengertian Kepuasan Kerja ... 29

2.2.4.1.Teori-Teori Kepuasan Kerja ... 30

2.2.4.2.Indikator-Indikator Kepuasan Kerja ... 33

2.2.4.3.Tujuan dari Kegunaan Penilaian Kepuasan Kerja ... 34

2.2.5. Pengertian Lingkungan Kerja ... 37

2.2.5.1. Indikator-Indikator Lingkungan Kerja ... 40

2.2.6. Pengaruh Work-Family Conflict Terhadap Disiplin Kerja Karyawan ... 42

2.2.7. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Disiplin Kerja Karyawan ... 43

2.2.8. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Disiplin Kerja Karyawan ... 43

(8)

2.3. Kerangka Konseptual ... 45

2.4. Hipotesis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Sampel ... 47

3.1.1. Definisi operasional ... 47

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 50

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 50

3.2.1. Populasi ... 51

3.2.2. Sampel ……….. 51

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.3.1 Pengumpulan Data ……… . 53

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 53

3.4.1. Asumsi Model (Structural Equation Modeling) ... 57

3.4.2. Uji Kesesuaian Model Goodness of Fit Index ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 64

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 64

4.1.2. Bidang-Bidang Usaha ... 65

4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan ... 67

4.1.3.1. Visi Perusahaan ... 67

4.1.3.2. Misi Perusahaan ... 67

(9)

4.1.4. Sasaran dan Inisiatif Strategis Perusahaan ... 67

4.1.4.1. Sasaran Perusahaan ... 67

4.1.4.2. Inisiatif Strategis Perusahaan ... 68

4.1.5. Lokasi Perusahaaan ... 68

4.1.6. Struktur Organisasi ... 69

4.1.7. Tugas dan Wewenang ... 70

4.2 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 71

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 72

4.3.1. Deskripsi Work Family Conflict ... 72

4.3.2. Deskripsi Kepuasan Kerja ... 73

4.3.3. Deskripsi Lingkungan Kerja ... 74

4.3.4. Deskripsi Disiplin Kerja ... 75

4.4. Deskripsi Hasil Analisis dan Uji Hipotesis ... 76

4.4.1. Asumsi Model ... 76

4.4.1.1. Evaluasi atas Outlier ... 76

4.4.1.2. Uji Reliabilitas ... 78

4.4.1.3. Uji Validitas ... 79

4.4.1.4. Uji Construct Reliability & Variance Extrated . 80 4.4.1.5. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas ... 82

4.4.1.6. Deteksi Multicollinierity dan Singularity ... 83

4.4.2. Pengujian Model dengan One Step Approach ... 84

4.4.3. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 86

4.5. Pembahasan ... 87

(10)

vii

4.5.1. Pengaruh Variabel Work Family Conflict Terhadap

Variabel Disiplin Kerja Karyawan ... 88

4.5.1. Pengaruh Variabel Kepuasan Kerja Terhadap Variabel Disiplin Kerja Karyawan ... 89

4.5.1. Pengaruh Variabel Lingkungan Kerja Terhadap Variabel Disiplin Kerja Karyawan ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

5.1. Kesimpulan ... 92

5.2. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. : Absensi Karyawan PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA,

Tbk SURABAYA ( Bulan Januari – Desember 2009 ) ... 3

Tabel 3.1. : Goodness of Fit Indices... 3

Tabel 4.1. : Karakteristik Responden Berdasar Jenis Kelamin ... 71

Tabel 4.2. : Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Work Family Conflict (X1) ... 72

Tabel 4.3. : Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kepuasan Kerja (X2) ... 73

Tabel 4.4. : Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Lingkungan Kerja (X3) ... 74

Tabel 4.5. : Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Disiplin Kerja (Y) ... 76

Tabel 4.6. : Hasil Pengujian Outlier Multivariate ... 77

Tabel 4.7. : Hasil Pengujian Reliability Consistency Internal ... 78

Tabel 4.8. : Hasil Pengujian Validitas ... 79

Tabel 4.9. : Construct Reliability & Variance Extrated ... 81

Tabel 4.10. : Hasil Pengujian Normalitas ... 82

Tabel 4.11. : Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Base Model ... 85

Tabel 4.12. : Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Eliminasi ... 86

Tabel 4.13. : Uji Kausalitas ... 87

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. : Kerangka Konseptual ... 45

Gambar 3.1. : Contoh Model Pengukuran Faktor Work Family Conflict ... 54

Gambar 3.2. : Contoh Model Pengukuran Faktor Kepuasan Kerja ... 55

Gambar 3.3. : Contoh Model Pengukuran Faktor Lingkungan Kerja ... 56

Gambar 3.4. : Contoh Model Pengukuran Faktor Disiplin Kerja ... 57

Gambar 4.1. : Struktur Organisasi PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk Surabaya ... 69

Gambar 4.2. : Model Pengukuran Kausalitas One Step Approach Base Model 84 Gambar 4.3. : Model Pengukuran Kausalitas One Step Approach Eliminasi .. 85

(13)

Vian Ayu Iswana Putri

Abstraksi

Indonesia sebagai negara berkembang semakin giat melakukan pembangunan, baik pembangunan di sektor ekonomi maupun sektor-sektor lainnya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Manusia sebagai makhluk sosial mampu bereaksi serta mampu menimbulkan pengaruh positif maupun pengaruh negatif bagi lingkungannya. Perusahaan dituntut untuk memahami bahwa kehidupan berkeluarga dan pekerjaan telah berubah dan tidak merupakan dua hal yang terpisah. Jumlah wanita bekerja dan pasangan yang bekerja telah meningkatkan hubungan ketergantungan antara pekerjaan dan keluarga dan mendorong konflik antara tuntutan pekerjaan dan keluarga yang disebut work-family conflict. Tujuan dalam penelitian ini untuk membuktikan pengaruh work-family conflict, kepuasan kerja dan lingkungan kerja terhadap disiplin kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia, tbk di Surabaya

Penelitian ini menggunakan variabel Work family conflict (X1), Kepuasan

kerja (X2), Lingkungan kerja (X3) serta variabel Disiplin kerja (Y). Cara

pengukuran variabel dengan menggunakan skala semantic defferential. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan wanita PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, Surabaya dengan jumlah 760 orang. Sampel penelitian adalah karyawati yang sudah menikah dan bekerja lebih dari 1 tahun yang berjumlah 110 orang, dengan metode pengambilan sampel non probabilitas. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Metode pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis pemodelan S.E.M (structural Equition Modeling) dengan menggunakan bantuan Program Komputer AMOS 4.0.

Berdasarkan hasil pengujian, dapat diambil kesimpulan bahwa berdasarkan tingkat probabilitas arah hubungan kausal, hipotesis yang menyatakan bahwa work family conflict berpengaruh negatif terhadap disiplin kerja tidak dapat diterima. Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa berdasarkan tingkat probabilitas arah hubungan kausal, hipotesis yang menyatakan bahwa faktor kepuasan kerja dan lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap faktor disiplin kerja dapat diterima.

Keywords : Work Family Conflict, Kepuasan Kerja, Lingkungan Kerja, Disiplin Kerja.

(14)

1.1. Latar Belakang Masalah

Perubahan pasar global yang cepat, persaingan bisnis yang

semakin ketat di segala sektor, serta perubahan lingkungan yang cenderung

radikal yang terjadi hampir pada semua aspek kehidupan manusia sebagai

dampak globalisasi, yang telah menimbulkan pergeseran dan paradigma

baru. Perubahan-perubahan tersebut disatu sisi merupakan ancaman bagi

kelangsungan hidup perusahaan, tetapi disisi lain justru memunculkan

peluang - peluang bagi suatu perusahaan yang digunakan untuk

mengembangkan bisnisnya. Kondisi tersebut merupakan kekuatan

pendorong bagi suatu organisasi dan para pelaku ekonomi untuk

melakukan transformasi dalam setiap kegiatan usahanya agar dapat

mengikuti, menyesuaikan dan memanfaatkan setiap peluang dan tantangan

yang ada serta mengantisipasi setiap ancaman yang ada.

Sumber daya alam juga termasuk merupakan salah satu modal

terpenting bagi perusahaan dan sangat berpengaruh bagi perkembangan dan

keberadaan perusahaan, kesulitan-kesulitan dalam mengelola sumber daya

menjadi kendala bagi perusahaan karena manusia sebagai makhluk sosial

yang unik selalu menampilkan kompleksitas, mampu bereaksi serta mampu

menimbulkan pengaruh positif maupun pengaruh negatif bagi lingkungannya,

disisi lain ia juga dapat terpengaruh dari yang bukan menjadi prinsipnya.

(15)

Pada masa-masa kini pemilik perusahaan dituntut untuk bisa

memahami bahwa kehidupan berkeluarga dan pekerjaan telah berubah dan

bukan merupakan dua hal yang terpisah. Perubahan demografi tenaga kerja

seperti peningkatan jumlah wanita bekerja dan pasangan yang keduanya

bekerja telah meningkatkan hubungan ketergantungan antara pekerjaan dan

keluarga, hal ini berpotensi untuk mendorong timbulnya konflik antara

tuntutan pekerjaan dan tuntutan keluarga yang biasa disebut work-family

conflict.

Selain work-family conflict, kepuasan kerja karyawan juga merupakan

faktor penentu didalam keberhasilan suatu perusahaan dimana seorang

manager dituntut bersikap jeli dalam menghadapi masalah ini, sebab

kepuasan kerja berpengaruh terhadap disiplin kerja, dimana semakin tinggi

tingkat kepuasan kerja karyawan maka tingkat absensi dan Labour Turn Over

(LTO) dapat ditekan.

Lingkungan kerja juga sangat berpengaruh terhadap disiplin kerja

karyawan, dimana lingkungan kerja yang kondusif akan membuat para

karyawan merasa nyaman dalam bekerja sehingga rasa malas, jenuh yang

dapat menyebabkan tingginya tingkat absensi dan LTO bisa berkurang.

Kedisiplinan kerja merupakan faktor penentu keberhasilan perusahaan

sehingga apabila diabaikan akan merugikan perusahaan di setiap proses

pencapaian tujuannya. Misalnya rendahnya kemampuan dan kemauan untuk

menyelesaikan tugas, rendahnya semangat kerja dan sebagainya. Menurut

(16)

absensi, labour turn over, sering adanya keterlambatan kerja dan adanya

pemogokan tetapi peneliti hanya akan memfokuskan pada dua dari empat

indikator kedisiplinan kerja yang ada yaitu absensi dan labour turn over

(LTO).

Berdasarkan latar belakang diatas, bersama ini penulis sengaja

mengambil penelitian dengan objek penelitian pada perusahaan

telekomunikasi terbesar di Indonesia, yaitu PT. TELEKOMUNIKASI

INDONESIA, TBk. Di Surabaya. Dimana hasil survey yang dilakukan

terhadap perusahaan tersebut diperoleh data tingkat kedisiplinan kerja

karyawan, yang mana data tersebut dapat dilihat dari tingkat absensi sebagai

berikut :

Tabel 1.1. Absensi Karyawan PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk SURABAYA ( Bulan Januari – Desember 2009 )

JANUARI 765 35 95.63 4.38

FEBRUARI 767 33 95.88 4.13

MARET 770 25 96.86 3.14

APRIL 770 25 96.86 3.14

MEI 771 24 96.98 3.02

JUNI 761 34 95.72 4.28

JULI 761 29 96.33 3.67

AGUSTUS 767 23 97.09 2.91

SEPTEMBER 770 20 97.47 2.53

OKTOBER 761 29 96.33 3.67

NOPEMBER 763 27 96.58 3.42

DESEMBER 758 32 95.95 4.05

RATA-RATA 765 28 96.47 3.53

(17)

Dari data yang diperoleh dari PT. TELEKOMUNIKASI

INDONESIA, Tbk. DIVRE V Surabaya seperti yang terlihat diatas, bisa

diambil sebuah kesimpulan awal bahwa telah terjadi fluktuasi kehadiran yang

dikawatirkan akan berdampak pada kinerja, karena sebenarnya PT.

TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk, menerapkan toleransi batas

maksimum tingkat absensi karyawan sebesar 3%, tetapi pada kenyataannya

tingkat absensi melebihi batas maksimum yaitu melebihi 3%, hal ini diduga

banyaknya karyawan yang terlambat datang pada waktu jam kerja, karena

adanya konflik antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga yang mana hal

ini dapat mengakibatkan rendahnya kepuasan kerja, meningkatkan absensi,

menurunkan motivasi dan dalam jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan

turn over (Abbott, Cieri & Iverson : 1998) dalam Triaryati (2003 : 87), data

terakhir menunjukkan jumlah karyawan secara keseluruhan yang berjumlah

790 orang baik pria dan wanita, dan sebagian besar karyawan tersebut

didominasi oleh karyawan pria dengan jumlah 566 orang dan sisanya adalah

karyawan wanita sejumlah 224 orang. Jumlah karyawan wanita tersebut,

lebih dari setengahnya sudah menikah dengan jumlah 152 orang, sehingga

hal ini sangat memungkinkan terjadinya peningkatan absensi dan turn over.

Kepuasan kerja seorang karyawan akan terjaga dengan baik apabila

karyawan tersebut memiliki motivasi tinggi, kemudian bekerja dengan baik

(18)

kemampuannya, dengan begitu karyawan dapat meningkatkan disiplin

kerjanya. Menurut Hasibuan (2000) kepuasan kerja sangat mempengaruhi

tingkat kedisiplinan karyawan, yang berarti bahwa jika kepuasan kerja

diperoleh dari pekerjaan, maka kedisiplinan akan baik dan begitu sebaliknya

jika kepuasan kerja kurang tercapai dari pekerjaannya maka kedisiplinan

akan rendah.

Lingkungan kerja karyawan juga sangat berpengaruh terhadap

disiplin kerja karyawan. Menurut As’ad (1995) tingkah laku manusia timbul

karena adanya rangsangan, tidak ada perilaku yang terjadi karena rangsangan,

semakin besar rangsangan maka akan semakin besar pula tingkah laku yang

ditimbulkan dan salah satu rangsangan tersebut adalah lingkungan, dengan

adanya lingkungan kerja yang baik (nyaman, harmonis dan lain-lain) dapat

juga mempengaruhi tingkat kehadiran karyawan dan selain itu karyawan

dapat menjalankan pekerjaannya dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan

ketentuan perusahaan.

Berdasarkan hal-hal yang tersebut di atas, serta mengingatkan akan

pentingnya kebijakan work-family conflict, kepuasan kerja dan lingkungan

kerja yang dapat menunjang pencapaian tujuan perusahaan, maka peneliti

tertarik untuk mengambil judul : Analisis Pengaruh Work-Family Conflict,

Kepuasan Kerja, dan Lingkungan Kerja Terhadap Disiplin Kerja pada

(19)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah work-family conflict berpengaruh terhadap disiplin kerja karyawan

PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk di Surabaya?

2. Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap disiplin kerja karyawan PT.

TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk di Surabaya?

3. Apakah lingkungan kerja berpengaruh terhadap disiplin kerja karyawan

PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk di Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk membuktikan pengaruh work-family conflict terhadap disiplin kerja

karyawan PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk di Surabaya.

2. Untuk membuktikan pengaruh kepuasan kerja terhadap disiplin kerja

karyawan PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk di Surabaya.

3. Untuk membuktikan pengaruh lingkungan kerja terhadap disiplin kerja

karyawan PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk di Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Merupakan kesempatan yang berguna untuk mengaplikasikan teori-teori

yang diperoleh di bangku kuliah pada perusahaan tempat dilakukannya

(20)

2. Bagi lembaga

Dapat menambah perbendaharaan karya tulis sebagai dasar dalam

pengembangan program perkuliahan di Universitas Pembangunan

Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

3. Bagi perusahaan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk pengambilan

kebijaksanaan yang berhubungan dengan masalah kedisiplinan

(21)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh Nyoman Triaryati merupakan

salah satu bahan masukan untuk penelitian ini, dimana jurnal tersebut

berjudul “Pengaruh Adaptasi Kebijakan Mengenai Work-Family Conflict

terhadap Absen dan Turn Over”.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

Ternyata ketidakmampuan perusahaan untuk mengadaptasi kebijakan

yang diperlukan oleh karyawannya, dalam hal ini work-family conflict

dapat mengakibatkan stress dan ketidakpuasan yang kemudian

berpengaruh pada keputusan ketidakhadiran karyawan dan dalam waktu

tertentu dapat mengakibatkan turn over karyawan atau mendasari

keputusan berhenti bekerja bagi karyawan.

2. Selain itu penelitian juga pernah dilakukan oleh Muhaimin, yang mana

jurnal tersebut berjudul “Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan

Disiplin Kerja Karyawan Operator Shawing Computer Bagian Produksi

Pada PT Primarindo Asia Infrastruktur Tbk Di Bandung”. Penelitian ini

menggunakan analisis Rank Sperman (rs).

Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling, subjek yang menjadi sampel penelitian memenuhi

karakteristik tertentu sebanyak 42 orang. Skala pengukuran yang

digunakan summated ratings dari likert. Hasil penelitian menunjukkan

(22)

bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan

disiplin kerja Karyawan Operator Shawing Computer Bagian Produksi

Pada PT Primarindo Asia Infrastruktur Tbk Di Bandung.

3. Menurut hasil penelitian dari Herdiany yang berjudul “Pengaruh konflik

peran dan stress kerja terhadap kinerja karyawan” adalah diketahui

bahwa konflik peran dan stress kerja berpengaruh signifikan negatif

terhadap kinerja karyawan yang artinya semakin tinggi konflik peran dan

stress kerja maka akan berdampak pada menurunnya kinerja karyawan

secara signifikan dan sebaliknya

4. Soedjono (2005) dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap

Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal

Penumpang Umum di Surabaya”. Penelitian ini menggunakan analisis

Structural Equation Modeling (SEM).

Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

proportional random sampling, dengan rincian Kantor Terminal 20

orang, Purabaya 99 orang, Tambak Oso Wilangun 29 orang, dan

Joyoboyo Bratang 51 orang. Setelah dilakukan seleksi terhadap daftar

isian angket yang terkumpul, ternyata angket yang terkena outliers tidak

memenuhi persyaratan untuk diproses olah berjumlah 13 angket,

sehingga sisanya tinggal 186 angket.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan

dari budaya organisasi terhadap kinerja organisasi, ada pengaruh

(23)

signifikan dari budaya organisasi terhadap kepuasan pelanggan, tidak

ada pengaruh langsung dari budaya organisasai yang diarahkan pada

kinerja organisasi terhadap kepuasan karyawan.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Keberhasilan pengelolaan suatu perusahaan sangat ditentukan oleh

kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia. Beberapa pendapat

mengenai pengertian manajemen sumber daya manusia adalah sebagai

berikut :

Menurut Handoko (1998; 4) menyatakan bahwa : “Manajemen

sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan,

pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai baik

tujuan individu maupun organisasi.”

Selanjutnya menurut Hasibuan (2000; 193), MSDM adalah ilmu

dan seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif

dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan

masyarakat.

Menurut Sucius, manajemen personalia adalah lapangan

manajemen yang bertalian dengan perencanaan, pengorganisasian, dan

pengendalian bermacam-macam fungsi pengadaan, pengembangan,

pemeliharaan dan pemanfaatan tenaga kerja sedemikian rupa sehingga

(24)

Menurut Flippo (1996 : 5), manajemen personalia adalah

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan

kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi,

pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar

tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.

Menurut Handoko (1998 : 13) mendefinisikan manajemen

personalia sebagai penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan dan

pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi.

Pendapat teoritis di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen

personalia adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan organisasi yang telah

diterapkan dengan menggunakan fungsi manajemen dan

fungsi-fungsi operasional secara efektif.

2.2.1.1.Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia

Sesuai dengan pengertian manajemen sumber daya manusia yang

telah dijelaskan, manajemen personalia menitikberatkan pembahasan pada

persoalan-persoalan yang menyangkut manusia dalam suatu organisasi

dimulai dari penarikan tenaga kerja, pengembangan, pemberian

kompensasi serta mengatasi konflik dalam perusahaan dan lain

sebagainya.

Tugas dan tanggung jawab manajemen personalia pada besar

kecilnya perusahaan menurut Manullang (2001; 11) bahwa ; Masalah

(25)

langsung mengenai fungsi personalia dalam masing-masing bidang adalah

manager setiap bidang usaha yang bersangkutan.

Dilihat dari fungsi dasar manajemen maka fungsi manajemen

personalia terbagi atas 2 kelompok fungsi yaitu :

a. Fungsi manajemen

1) Perencanaan

Perencanaan untuk manajemen personalia berarti menentukan

terlebih dahulu program personalia untuk membantu tujuan

personalia.

2) Pengorganisasian

Organisasi merupakan alat untuk merencanakan tujuan, jika

perusahaan sudah menentukan fungsi-fungsi yang akan dijalankan

manajemen personalia haruslah membantu organisasi dengan

merancang susunan dari berbagai hubungan antara jabatan

personalia dengan faktor-faktor fisik.

3) Pengarahan

Setelah fungsi perencanaan dan pengorganisasian maka fungsi

selanjutnya adalah mengusahakan agar karyawan mau bekerja

lebih semangat.

4) Pengawasan

Pengawasan disini merupakan suatu fungsi dari manajemen

(26)

mengoleksinya bila terdapat penyimpangan, bila perlu

menyesuaikan kembali sesuai dengan rencana yang telah dibuat

b. Fungsi operasional

1) Pengadaan

Fungsi ini berhubungan erat dengan perencanaan program

penarikan tenaga kerja, penentuan jumlah tenaga kerja dan kualitas

tenaga kerja serta penyelesaian penempatannya.

2) Pengembangan

Fungsi ini adalah pengembangan dalam arti meningkatkan

pengetahuan keterampilan tenaga kerja melalui pelatihan dan

pendidikan untuk meningkatkan produktivitas karyawan.

3) Pemberian Kompensasi

Maksudnya adalah pemberian imbalan atau pengharapan secara

adil dan layak bagi karyawan atas jasa yang telah diberikan untuk

mencapai tujuan perusahaan.

4) Pengintegrasian

Adalah penyesuaian antara keinginan dari tiap-tiap karyawan

dengan keinginan organisasi/perusahaan serta masyarakat. Karena

itu dalam pembuatan kebijaksanaan perlu dipertimbangkan.

5) Pemeliharaan

Merupakan mempertahankan dan mengembangkan kondisi fisik

serta memelihara sikap karyawan menguntungkan bagi karyawan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen

sumber daya manusia adalah manajemen yang menitikberatkan

(27)

operasional dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih

dahulu.

2.2.1.2.Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Perusahaan

Manusia merupakan sumber daya yang paling penting bagi

organisasi dalam usaha mencapai keberhasilan, sumber daya manusia

menunjang organisasi dengan karya, bakat, kreativitas dan dorongan.

Betapapun sempurnanya aspek teknologi dan ekonomi yang dimiliki,

tanpa aspek manusia tidak mungkin tujuan-tujuan organisasi dapat dicapai.

Dewasa ini masyarakat telah menunjukkan perhatian yang

meningkat terhadap aspek manusia tersebut, dimana nilai-nilai

kemanusiaan (Human Values) harus ditempatkan lebih tinggi dari aspek

atau faktor-faktor produksi lainnya.

Mengenai sumber daya manusia atau tenaga kerja menurut

Moekijat (1987 : 18) dinyatakan bahwa: "Tenaga kerja adalah tiap orang

yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar

hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat".

Sedangkan Sumber Daya Manusia suatu Tenaga Kerja menurut

Martoyo (1994 : 61) adalah sebagai berikut: Pengertian dari teori tersebut

mencerminkan kualitas usaha yang ditunjukkan oleh seseorang dalam

waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa dalam rangka

memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengertian yang lain adalah merupakan

(28)

mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu dapat

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sehubungan sumber daya manusia mampu melakukan kegiatan

untuk menghasilkan barang dan jasa, dimana hasil tersebut merupakan

tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan, maka keberadaan sumber daya

manusia diperlukan oleh perusahaan, dan sumber daya manusia juga

membutuhkan perusahaan, agar dengan kegiatannya tersebut diperoleh

penghasilan atau keuntungan.

Untuk menghasilkan apa yang diharapkan oleh perusahaan, maka

para pekerja tersebut didayagunakan melalui proses kegiatan bekerja yang

dibebankan kepada mereka, seperti yang dikemukakan oleh Hasibuan

(2000 : 67) sebagai berikut: "Bekerja adalah melakukan kegiatan dengan

maksud memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit

tujuh jam dalam satu minggu waktu bekerja, harus berurutan dan tidak

terputus".

2.2.1.3.Tujuan dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Adapun tujuan manajemen sumber daya manusia menurut

Handoko (1998:273) adalah:

a) Meningkatkan rasa kepuasan, pengetahuan tentang perubahan

kebijaksanaan dan peraturan-peraturan perubahan yang sesuai dengan

harapan manajemen, produktivitas melalui penyempurnaan

keterampilan serta meningkatkan rasa tanggungjawab kesetiaan dan

(29)

b) Pengurangan pemborosan, ketidakhadiran pegawai, biaya lembur,

pemeliharaan mesin, kecelakaan dan mengurangi keterampilan,

teknologi dan kepengurusan.

c) Menimbulkan kerja yang baik

d) Memperbaiki metode dan sistem kerja.

e) Membina karyawan yang mudah untuk regenerasi dan kelestarian

pimpinan perusahaan.

f) Mengembangkan keterampilan baru, pengetahuan pengertian dan

sikap.

Sedangkan bidang manajemen sumber daya manusia mempunyai

dua fungsi pokok, dimana fungsi pertama berkaitan dengan fungsi kedua :

a) Untuk menjalin kerjasama dalam pengembangan dan administrasi

berbagai kebijaksanaan yang mempengaruhi orang-orang membentuk

organisasi, dan

b) Untuk membantu para manajer mengelola sumber daya manusia.

Dengan adanya saling ketergantungan antara kepentingan pekerja

dan kepentingan pencapaian tujuan perusahaan, maka fungsi manajemen

sumber daya manusia sangat berperan dalam pengelolaan perusahaan.

2.2.2. Pengertian Kedisiplinan

Ada pendapat yang mengatakan bahwa kedisiplinan adalah, suatu

kebiasaan yang datang dan pulang kerja tepat pada waktunya. Pendapat

yang demikian adalah kurang benar, karena hal itu adalah sebagian dari

disiplin. Seperti yang dikatakan Nitisemito (1994 : 284) bahwa :

(30)

dan mentaati segala norma-norma peraturan yang berlaku.

Masih berkaitan dengan disiplin, disiplin menghendaki ditaatinya

peraturan-peraturan oleh karyawan perusahaan yang sasarannya bukan

hukuman secara fisik tetapi pada perubahan tingkah laku. Pendekatan ini

lebih memberikan hasil dari pada menggunakan metode pendekatan

hukuman secara ketat sehingga perasaan merasa terkekang dan merasa

pekerjaan yang telah dilakukan dibawah ancaman hukuman yang akan

mengakibatkan terkumpulnya rasa tidak puas dan tertekan didalam batin

yang sewaktu-waktu bisa terlepas menurut suatu perbaikan kondisi kerja.

Dikatakan oleh Moekijat (1987 : 140) bahwa : "Disiplin ialah usaha yang

dilakukan untuk menciptakan keadaan di suatu lingkungan kerja yang

tertib, berdaya guna dan berhasil guna melalui suatu sistem pengaturan

yang tepat".

Menurut Hasibuan (2000 : 193) bahwa : "Kedisiplinan adalah

kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan

dan norma-norma sosial yang berlaku", dari beberapa pendapat diatas

maka disimpulkan bahwa disiplin kena adalah suatu keadaan tertib dimana

orang-orang dalam organisasi itu melaksanakan kegiatannya atau

bertingkah laku untuk patuh pada perjanjian-perjanjian atau

peraturan-peraturan yang berlaku tanpa pamrih dan dengan rasa senang hati.

2.2.2.1.Tujuan Pembinaan Disiplin Kerja

Menurut Martoyo (1994 : 141) bahwa : "Pembinaan disiplin dalam

(31)

apa saja dalam pelaksanaannya memerlukan disiplin dari segenap aparat

organisasi". Adapun tujuan dilakukannya pembinaan disiplin kerja adalah

sebagai berikut:

a. Secara umum, tujuan utama pembinaan disiplin kerja adalah demi

kontinuitas perusahaan sesuai dengan sasaran perusahaan yang

bersangkutan, baik hari ini maupun hari esok.

b. Secara khusus, pembinaan disiplin kerja bagi tenaga kerja mempunyai

tujuan :

1) Agar tenaga kerja mentaati segala peraturan dari kebijakan

ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijaksanaan perusahaan

yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis.

2) Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana

perusahaan dengan sebaik-baiknya.

3) Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang

berlaku pada perusahaan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa tujuan pembinaan disiplin kerja adalah untuk kebaikan

kegiatan perusahaan di masa mendatang, sehingga kegiatan yang

dilaksanakan akan lebih efektif dan efisien serta dapat

meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

2.2.2.2.Langkah-langkah Kedisiplinan

a. Adanya peraturan yang tegas

Bahwa peraturan yang berlaku dan perusahaan harus jelas dan

(32)

melanggar, dan sanksi-sanksi tersebut dimaksudkan agar kedisiplinan

yang diterapkan agar dipatuhi oleh anggota organisasi atau

perusahaan.

Menurut As’ad (1995 : 240) bahwa "Selama perusahaan telah

mempunyai peraturan permainan dan telah disepakati bersama, maka

pelanggaran terhadap peraturan permainan ini haruslah dikenakan

tindakan pendisiplinan".

b. Ketegasan pimpinan dalam melaksanakan kedisiplinan

Suatu peraturan atau suatu ancaman hukuman selain tegas

pelaksanaannya, juga harus seadil-adilnya artinya janganlah kita

memberikan dispensi pada salah seorang karyawan hanya karena kita

dekat dengan dia. Sebab suatu ancaman hukuman atau peraturan yang

tidak dilaksanakan dengan tegas dan konsekuen justru akan lebih jelek

akibatnya dari pada tidak ada peraturan atau tanpa ancaman sama

sekali. Pelanggaran jangan sampai dibiarkan secara berlarut-larut

tanpa tindakan yang tegas.

2.2.2.3.Macam-macam Tindakan Pendisiplinan

Beberapa tindakan pendisiplinan bisa kita bagi menjadi dua

golongan utama. yaitu yang positif dan yang negatif. Yang positif adalah

dengan diberi nasehat untuk kebaikan di masa yang akan datang.

Sedangkan cara-cara yang negatif antara lain dengan : (Handoko, 1998 :

139)

(33)

Yaitu pihak perusahaan memberikan peringatan teguran secara lisan

kepada para karyawan yang dibawahnya, apabila melakukan suatu

tindakan yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan perusahaan

yang telah disepakati bersama.

b. Memberikan peringatan tertulis.

Yaitu pihak perusahaan akan memberikan peringatan melalui sebuah

surat teguran secara resmi dari perusahaan yang berisi peringatan

teguran kepada karyawan yang melanggar peraturan perusahaan.

c. Dihilangkan sebagian haknya.

Yaitu pihak perusahaan akan memberikan sanksi menghilangkan

sebagian hak dari karyawan yang lelah melanggar peraturan

perusahaan. Hak yang dimaksud dibagi antara lain :

1. Didenda

Yaitu pihak perusahan akan menuntut denda yang dapat

dilakukan karyawan dengan membayar jumlah uang tertentu,

karena perusahaan merasa telah dirugikan oleh karyawan.

2. Dirumahkan sementara (lay-off)

Yaitu pihak perusahaan akan memberhentikan untuk sementara

waktu dan karyawan akan dipekerjakan lagi sesuai dengan

(34)

3. Diturunkan pangkatnya

Yaitu pihak perusahaan mengambil kebijaksanaan dengan

menurunkan pangkat dari karyawan yang melanggar peraturan.

4. Dipecat

Yaitu pihak perusahaan akan memecat karyawan yang telah

melanggar peraturan berat yang tidak dapat ditolelir lagi oleh

pihak perusahaan.

Urutan-urutan tindakan pendisiplinan yang negatif ini disusun

berdasarkan tingkat kekerasannya dari yang paling lunak sampai

yang paling keras. Hal ini perlu agar pemecatan ini tidak

menimbulkan sesuai dengan kebijaksaan perusahaan. Karena itu

pemilihan personalia perlu diperhatikan benar-benar. Perusahaan

tidak bisa begitu saja memecat karyawan yang sudah dimiliki.

Bahkan meskipun mungkin karyawan dianggap bersalah oleh

perusahaan, tetapi pemecatan tidak bisa dilakukan begitu saja.

a. Mengadakan pengawasan tenaga kerja dengan lebih ketat

Menurut Martoyo (1994:144) bahwa "Seorang pimpinan

diharapkan sekali mengetahui benar keadaan kesatuannya, organisasi

yang dipimpinnya, keadaan anggotanya, perilaku dan sifat-sifatnya

atau bahkan kondisi kehidupan rumah tangganya".

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan

(35)

mencegah atau memperbaiki kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan

agar dapat diperoleh hasil yang sesuai tujuan.

2.2.2.4.Kedisiplinan Kerja

Berikut ini adalah faktor-faktor yang merupakan indikator dari

kedisiplinan kerja yang dikemukakan oleh Nitisemito (1994:199) yang

dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kedisiplinan suatu perusahaan

itu tinggi atau rendah.

Beberapa indikator dari kedisiplinan kerja tersebut adalah :

a. Absensi

Tinggi rendahnya absensi dalam suatu perusahaan dapat digunakan

sebagai indikator apakah karyawan dalam perusahaan disiplin atau

tidak masuk maka akan semakin terlihat sikap yang kurang disiplin.

Adapun yang menjadi penyebab dari absensi adalah :

1) Alpa

Merupakan alasan karyawan untuk tidak masuk dimana hal ini

mencerminkan kurangnya kedisiplinan dari karyawan tersebut.

2) Ijin

Sering karyawan minta ijin untuk tidak masuk kerja, disini perlu

mendapatkan suatu perhatian karena mungkin keperluan-keperluan

yang dimaksud tersebut hanya merupakan alasan-alasan saja.

3) Sakit

Kalau karyawan tidak masuk kerja karena sakit, biasanya adalah

(36)

b. Labour Turn Over

Yaitu keluar masuknya tenaga kerja pada suatu perusahaan dengan

ketentuan yang telah ditetapkan. Masalah pemutusan kerja terhadap

tenaga kerja perlu diperhatikan, dalam hal ini adalah sering tidaknya

tenaga kerja memutuskan hubungan kerja.

c. Sering adanya keterlambatan kerja

Adanya keterlambatan kerja dapat menunjukkan indikator kedisiplinan

karyawan, dalam hal ini pada umumnya disebabkan karena kemalasan

serta kurangnya semangat dan kegairahan kerja karyawan.

Dalam hal ini hendaknya ada keterlibatan pemimpin perusahaan untuk

bersikap tegas dan adil dalam memberikan tindakan terhadap

karyawan yang terlambat.

d. Adanya Pemogokan

Pemogokan disini jelas merupakan indikator tidak adanya kedisiplinan

dalam mengerjakan pekerjaan. Hal ini mengakibatkan baik

karyawan maupun perusahaan sama-sama mendapatkan kerugian.

Faktor tersebut yang menjadi penyebab, maka perlu diteliti pada

karyawan yang bersangkutan, karena kemungkinan hal tersebut

disebabkan oleh ketidakdisiplinan dari karyawan sehingga tidak ada

ketenangan dalam bekerja (bosan dengan pekerjaannya).

Sedangakan menurut Hasibuan (2005) dalam Muhaimin (2004:17)

pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan

(37)

1. Tujuan dan kemampuan

2. Teladan pimpinan

3. Balas jasa

4. Keadilan

5. Waskat

6. Sanksi Hukuman

7. Ketegasan

8. Hubungan Kemanusiaan

2.2.2.5.Tipe Kegiatan Kedisiplinan

Adapun tindakan pendisiplinan menurut Handoko (1998 : 208)

dibagi menjadi:

a. Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk

mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan

sehingga penyelewengan dapat dicegah.

b. Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani

pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari

pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut.

c. Disiplin progresif, perusahaan bisa menerapkan suatu kebijaksanaan

disiplin progresif, yang berarti memberikan hukuman-hukuman yang

lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan tindakan

(38)

tetapi pemecahan tidak bisa begitu saja dilakukan oleh pimpinan

perusahaan tersebut.

2.2.3. Pengertian Work Family Conflict

Work family conflict dapat didefinisikan sebagai bentuk konflik

peran dimana tuntutan peran dari pekerjaan dan keluarga secara mutual

tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Menurut Robbins (1996)

konflik peran adalah situasi yang mana individu dihadapkan dengan

harapan-harapan peran yang berlainan.

Gibson (1992) mengartikan peran adalah sebagai seperangkat

perilaku yang terorganisir bagi seseorang yang menduduki posisi tertentu.

Konflik peran timbul bila individu dalam peran tertentu dibingungkan oleh

tuntutan kerja atau keharusan melakukan sesuatu tang berbeda dari yang

diinginkan, hal ini biasanya terjadi pada saat seseorang berusaha

memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi

oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan

keluarganya, atau sebaliknya dimana pemenuhan tuntutan peran dalam

keluarga dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi

tuntutan pekerjaannya (Frone, 2000) dalam Triaryati (2003 : 86).

Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan yang berasal dari

beban kerja yang berlebihan dan waktu, seperti pekerjaan yang harus

diselesaikan terburu-buru dan deadline, sedangkan tuntutan keluarga

berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menangani tugas-tugas

(39)

besarnya keluarga, komposisi keluarga dan jumlah anggota keluarga yang

memiliki ketergantungan terhadap anggota yang lain.

Saat ini work-family conflict kebanyakan terjadi pada wanita,

karena selain peningkatan jumlah tenaga kerja wanita beberapa tahun

belakangan ini batasan keluarga lebih mudah ditembus atau dipengaruhi

oleh tuntutan pekerjaan dibandingkan dengan batasan pekerjaan yang

dipengaruhi oleh tuntutan keluarga (Frone, Russel dan Cooper, 1992)

dalam Triaryati (2003 : 87). Work-family conflict berhubungan sangat kuat

dengan depresi dan kecemasan yang diderita oleh wanita dibanding pria

(Frone, 2000) dalam Triaryati (2003 : 87). Selain itu juga berhubungan

dengan peran tradisional wanita yang hingga saat ini tidak bisa dihindari,

yaitu tanggung jawab mengatur rumah tangga dan membesarkan anak.

Menurut Abbot, Cieri, Iverson (1998) dalam Triaryati (2003 : 87)

meskipun work-family conflict disadari merupakan masalah bagi pria

maupun wanita, masalah tersebut tetap saja memberikan tanggung jawab

tambahan bagi wanita yang memiliki keluarga dan bekerja. Seorang

wanita profesional yang telah menikah dan memiliki status karier yang

sama dengan suaminya, tetap menghadapi pola tradisional yang tidak

seimbang dalam tugas menjaga anak dan pekerjaan rumah tangga

sehari-hari, sehubungan dengan peran tradisional tersebut, sumber utama

work-family conflict yang dihadapi oleh wanita bekerja pada umumnya adalah

usahanya dalam membagi waktu untuk menyeimbangkan tuntutan

(40)

Peningkatan jumlah tenaga kerja wanita pada tingkat manajemen

dimana mereka menjadi lebih berpengaruh dan memiliki kontribusi yang

cukup besar terhadap kinerja perusahaan menyebabkan keseimbangan

antara kehidupan pekerjaan dan keluarga menjadi suatu tuntutan.

Kebijakan perusahaan mengenai work-family conflict untuk memenuhi

beraneka ragam kebutuhan karyawan tentang masalah ini, sebaiknya

diwujudkan dalam kebijakan-kebijakan simpatik Human Resource

Management yang diharapkan dapat menciptakan situasi yang

menguntungkan bagi perusahaan. Perusahaan yang tidak melibatkan issue

work-family conflict dalam kebijakan yang berhubungan dengan

karyawan, maka para pekerja wanita dalam perusahaan tersebut akan

mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan karir dan keluarga, hal ini

dapat mempengaruhi kinerja dan menurunkan produktivitas karyawan

yang kemudian secara langsung mempengaruhi profitabilitas perusahaan.

Perubahan demografi tenaga kerja seperti peningkatan jumlah

wanita bekerja dan pasangan yang keduanya bekerja telah meningkatkan

hubungan ketergantungan antara pekerjaan dan keluarga serta mendorong

konflik antar tuntutan pekerjaan dan keluarga. Usaha menyeimbangkan

tanggung jawab pekerjaan dan keluarga dalam lingkungan kerja yang

kompetitif dapat meningkatkan stress di tempat kerja, khususnya untuk

wanita yang masih mengambil tanggung jawab besar dalam menjaga anak.

Work-family conflict adalah masalah yang paling sering dihadapi wanita,

(41)

karir yang sama dengan suaminya, mereka tetap menghadapi pola

tradisional yang tidak seimbang dalam tugas menjaga anak dan pekerjaan

rumah tangga sehari-hari. Adapun usaha penanganan konflik ini menuntut

adaptasi perusahaan terhadap family friendly policy yaitu kebijakan

perusahaan yang dapat membantu karyawan khususnya wanita untuk dapat

menangani work-family conflict yang dihadapinya.

Kegagalan perusahaan dalam mengadaptasi kebijakan tersebut

dapat menimbulkan job stress yang berpengaruh terhadap ketidakpuasan

karyawan. Karyawan wanita telah terbukti menderita depresi dan

mengalami stress lebih cepat dibanding pria yang merupakan korban

terbesar dalam work-family conflict.

Hasil ini juga berpengaruh pada keputusan ketidakhadiran

karyawan dan dalam waktu tertentu dapat melatarbelakangi keputusan

berhenti bekerja bagi karyawan sehingga dapat mengakibatkan beberapa

kerugian bagi perusahaan, seperti biaya yang harus dikeluarkan dan waktu

yang dihabiskan untuk merekrut, menyeleksi dan training karyawan agar

mendapatkan karyawan yang memiliki kualitas yang sama dengan yang

keluar dari perusahaan.

2.2.3.1.Indikator Work-Family Conflict

Menurut Greenhaus dan Beutell (1985) dalam Triaryati (2003 :

86), indikator yang dapat digunakan sebagai alat ukur mengenai konflik

antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga adalah :

(42)

2. Strain based conflict

3. Behavior based conflict

Adapun penjelasan dari beberapa indikator tersebut, sebagai

berikut :

1. Time based conflict

Maksudnya adalah waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah

satu tuntuan (keluarga atau pekerjaan) dapat mengurangi waktu untuk

menjalankan tuntutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga)

2. Strain based conflict

Maksudnya adalah konflik yang terjadi pada saat tekanan dari salah

satu peran yang dapat mempengaruhi kinerja peran yang lainnya.

3. Behavior based conflict

Berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola perilaku dengan

yang diinginkan oleh kedua bagian (pekerjaan atau keluarga).

2.2.4. Pengertian Kepuasan Kerja

Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang

berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Ini

disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing individu. Untuk

memahami kepuasan kerja, berikut ini dikutipkan pendapat beberapa ahli,

diantaranya:

Menurut Handoko (1998 : 193), kepuasan kerja adalah keadaan

(43)

para karyawan memandang pekerjaan mereka.

Menurut Martoyo (1994 : 142), kepuasan kerja adalah keadaan

emosional karyawan dimana terjadi atau tidak terjadi titik temu antara nilai

bahas jasa kerja karyawan dari perusahaan dengan tingkat nilai balas jasa

yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Wexley dan Yukl (1988) mengemukakan

bahwa kepuasan kerja merupakan generalisasi sikap terhadap pekerjaan

yang didasarkan atas aspek-aspek pekerjaan yang bermacam-macam.

Misalnya : peralatan, lingkungan, kebutuhan, psikologis dan lain

sebagainya. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai

dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan

yang dirasakannya dan demikian sebaliknya.

Menurut Hasibuan kepuasan kerja adalah sikap emosional yang

menyenangkan dan mencintai pekerjaannya, jadi dalam beberapa

pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, kepuasan kerja adalah

perasaan seseorang terhadap pekerjaan sekaligus refleksi dari sikapnya

terhadap pekerjaan apakah semakin tinggi tingkat kepuasan yang

dirasakannya atau sebaliknya.

2.2.4.1.Teori-teori Kepuasan Kerja

Menurut Wexley dan Yukl (1997) yang dikutip oleh As'ad

(1995 : 104), menyebutkan teori-teori tentang kepuasan kerja ada 3 macam

yaitu:

(44)

Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung

selisih antara apa yang seharusnya diterima dengan kenyataan yang

dirasakan. Disperancy Theory positif bilamana yang didapatkan

ternyata lebih besar daripada yang diinginkan, sehingga orang akan

menjadi puas walaupun terdapat perbedaan antara keinginan dengan

kenyataannya.

Sebaliknya, bila kenyataan yang dirasakan semakin jauh dari keinginan

atau di bawah standart, maka disperancy negatif. sehingga orang

merasa tidak puas dengan pekerjaannya. Teori ini dapat digunakan

untuk memprediksi efek dari kerja.

b. Equity Theory (Teori Keadilan)

Menurut teori ini seseorang akan merasa puas atau tidak puas

bilamana mendapatkan keadilan atau tidak sesuatu atas situasi. Caranya

adalah dengan membandingkan dirinya dengan orang lain atau setingkat

dalam perusahaan yang sama atau di tempat lain. Teori ini dapat dipakai

untuk mengukur Kepuasan kerja terhadap segolongan gaji atau pangkat.

c. Two Factor Theory ( Teori dua faktor)

Teori kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja merupakan 2 hal

yang berbeda dan tidak merupakan variabel yang kontinu. Menurut

Frederich Herzberg, seseorang memperoleh kepuasan kerja atau

ketidakpuasan kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor disimpulkan

bahwa kepuasan kerja atau ketidakpuasan kerja itu berasal dari sumber

yang berbeda. Sumber yang pertama adakah satisfier (faktor motivasi),

(45)

motivasi (pengakuan, prestasi, tanggung jawab dan kesempatan untuk

maju), dinilai positif.

Sumber kedua adalah dissatifier (faktor higienis). seseorang akan

memperoleh kepuasan kerja jika faktor-faktor higienis seperti kondisi

kerja, gaji dan kebijaksanaan perusahaan dinilai positif. Sebaliknya orang

akan merasa tidak puas manakala faktor-faktor itu dinilai negatif. Teori ini

bermanfaat untuk mencari aspek-aspek dari pekerjaan yang merupakan

somber kepuasan atau ketidakpuasan kerja di suatu tempat.

Penelitian yang dilakukan oleh Cougemi dan Claypool (1978) yang

dikutip oleh As'ad (1995:115), menemukan bahwa hal-hal yang

menyebabkan rasa puas adalah : "Prestasi, penghargaan, kenaikan jabatan

dan pujian. Sebaliknya faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan

kerja adalah : kebijaksanaan perusahaan, supervisor, kondisi kerja dan

gaji".

Dari berbagai pendapat tersebut di atas, As'ad merangkum

mengenai faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan

kerja, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor psikologic, merupakan faktor yang berhubungan dengan

kejiwaan karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam bekerja,

sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan.

2. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi

sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasannya maupun

karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya.

(46)

lingkungan kerja dan dengan kondisi fisik karyawan. Meliputi jenis

pekerjaan, perlengkapan kerja, penerangan, suhu, sirkulasi udara, umur

karyawan dan sebagainya.

Memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan dan yang tidak

menyebabkan rasa puas tersebut di atas, maka perusahaan hams mampu

mengusahakan sedemikian rupa faktor-faktor tersebut agar menjadi

pengaruh yang positif terhadap pekerjaan yang dilakukan untuk mencapai

tujuan perusahaan.

2.2.4.2.Indikator-indikator Kepuasan Kerja

Untuk mengetahui indikator apa saja yang mempengaruhi kepuasan

kerja, menurut Luthans (1997:431) dalam Soedjono (2005:27) terdiri dari

atas lima indikator, yaitu:

1. Gaji. Karyawan menginginkan system upah dan kebijakan promosi

yang dipersepsikan sebagai adil, tidak meragukan dan segaris dengan

pengharapannya. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada

tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu, dan standar

pengupahan komunitas kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan

kerja.

2. Pekerjaan itu sendiri. Karyawan cenderung lebih menyukai

pekerjaan-pekerjaan yang memberi kesempatan untuk mengunakan kemampuan

dan ketrampilannya, kebebasan, dan umpan balik mengenai betapa

baik mereka bekerja. Karakteristik ini membuat kerja lebih

(47)

kebosanan, tetapi yang terlalu banyak menantang juga dapat

menciptakan frustasi dan perasaan gagal.

3. Rekan kerja. Bagi kebanyakan karyawan kerja juga mengisi

kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah mengejutkan

bila mempunyai rekan kerja yang ramah dan mendukung menghantar

ke kepuasan kerja yang meningkat.

4. Promosi pekerjaan. Promosi terjadi pada saat seorang karyawan

berpindah dari suatu pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih tinggi,

dengan tanggung jawab dan jenjang organisasionalnya. Pada saat

dipromosikan karyawan umumnya menghadapi peningkatan tuntutan

dan keahlian, kemampuan dan tanggung jawab. Sebagian besar

karyawan merasa positif karena dipromosikan.

5. Kepenyeliaan (supervisi). Supervisi mempunyai peran yang penting

dalam manajemen. Supervisi berhubungan dengan karyawan secara

langsung dan mempengaruhi karyawan dalam melakukan

pekerjaannya. Umumnya karyawan lebih suka mempunyai supervisi

yang adil, terbuka dan mau bekerjasama dengan bawahan.

2.2.4.3.Tujuan dari Kegunaan Penilaian Kepuasan Kerja

Penilaian kepuasan kerja karyawan ini bertujuan dan berguna

untuk perusahaan serta harus bermanfaat bagi karyawan. Tujuan dan

kegunaan penilaian karyawan :

1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk

(48)

2. Untuk mengukur kepuasan kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa

sukses dalam pekerjaannya.

3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan di

dalam perusahaan.

4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan efektivitas

jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan,

kondisi kerja dan peralatan.

5. Sebagai variable ukur untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi

karyawan yang berada dalam organisasi.

6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga

dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.

7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan untuk

mengobservasi bawahan supaya diketahui minat dan

kebutuhan-kebutuhan karyawannya.

8. Sebagai alat bisa melihat kekurangan atau kelemahan dimasa lampau

dan meningkatkan kemampuan-kemampuan karyawan selanjutnya.

9. Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan

karyawan.

10. Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personel

dan dengan demikian bisa sebagai bahan pertimbangan agar bisa

diikut-sertakan dalam program latihan kerja tambahan.

11. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan

(49)

12. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian

pekerjaan (job description)

Penilaian terhadap kepuasan kerja dapatlah diketahui bahwa

karyawan tersebut mempunyai kelebihan-kelebihan maupun

kekurangan-kekurangan yang dimilikinya bagi mereka yang memiliki kepuasan kerja

yang tinggi, memungkinkan dirinya untuk diberikan promosi, sebaliknya

karyawan yang kepuasan kerjanya rendah dapat diperbaiki kerjanya

dengan memindahkan ke Jabatan yang sesuai dengan kecakapannya

ataupun melalui pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan

karyawan.

Dasar penilaian adalah uraian pekerjaan dan setiap individu

karyawan karena dalam penilaian pekerjaan inilah ditetapkan tugas dan

tanggung Jawab yang akan dilakukan oleh setiap karyawan.

Penilai menilai pelaksanaan uraian pekerjaan itu apa baik atau

buruk, apa selesai atau tidak, apa dikerjakan secara efektif atau tidak.

Tolok ukur yang akan dipergunakan untuk mengukur hasil kerja karyawan

adalah standar.

Sebuah standar dapat di anggap sebagai pengukur yang tetap,

sesuatu yang harus diusahakan, sebuah model untuk perbandingan,

sesuatu alat untuk membandingkan sesuatu hal dengan hal lain.

Secara umum berarti apa yang akan dicapai sebagai ukuran untuk

penilaian. Secara garis besar standar dibedakan atas dua macam :

(50)

atau standarnya.

Standar ini dibagi atas :

a Standar dalam bentuk fisik yang terbagi atas : standar kuantitas,

standar kualitas dan standar waktu. Misalnya kilogram, meter, baik,

buruk, jam hari dan lain-lain

b. Standar dalam bentuk uang yang terbagi atas : standar biaya,

standar biaya, standar penghasilan dan standar investasi.

2. Ingtangible standard adalah sasaran yang tidak dapat ditetapkan alat

ukur atau standarnya Misalnya standar perilaku, standar kepuasan,

standar kesetiaan, standar partisipasi, loyalitas, dedikasi, karyawan

terhadap perusahaan.

Dengan penentuan standar untuk berbagai keperluan maka timbul

apa yang disebut standarisasi yakni penentuan dan penggunaan beberapa

ukuran, tipe, gaya tertentu dan sebagainya berdasarkan suatu komposisi

standar.

Dalam penilaian penyelesaian uraian pekerjaan ini penilai

menggunakan standar sebagai alat ukur hasil yang dicapai dan perilaku

yang dilakukan baik di dalam maupun di luar pekerjaan oleh karyawan.

2.2.5. Pengertian Lingkungan Kerja

Perkembangan suatu perusahaan, seorang karyawan dituntut

kewajibannya sebagai tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaannya

(51)

kerja suatu perusahaan dapat mempengaruhi karyawan dalam

melaksanakan pekerjaannya.

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para

pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan

tugas-tugas yang dibebankan (Nitisemito, 1994 : 109).

Sehubungan dengan pengertian lingkungan kerja, Sarwoto (1991 :

131) lingkungan kerja dimana suatu kerja dilaksanakan, meliputi:

a) Perlengkapan dan fasilitas ;

b) Suasana kerja (non physical working environment)

c) Lingkungan tempat kerja (physical working environment)

Menurut Nitisemito (1994 : 110) lingkungan organisasi dapat

dibagi dalam 2 cara yaitu:

1. Lingkungan Sosial (Umum)

Lingkungan umum merupakan lingkungan eksternal dimana

komponennya mempunyai lingkup yang luas dan mempunyai aplikasi

yang sedikit di dalam mengelola organisasi.

Dimana ciri-ciri lingkungan umum ini berpengaruh penting

dalam menentukan sumber daya yang tersedia untuk input, misi khusus,

proses transformasi yang paling sesuai dan akseptabilitas dari output

organisasi.

2. Lingkungan Tugas (Khusus)

Lingkungan tugas didefinisikan sebagai kekuatan yang lebih

(52)

transformasi dari organisasi individu. Lingkungan umum adalah sama

untuk organisasi dalam suatu masyarakat, tetapi lingkungan tugas

adalah berbeda-beda untuk masing-masing organisasi.

Komponen-komponen dalam lingkungan tugas adalah (a) Komponen Langganan,

(b) Komponen Suplaier, (c) Komponen Saingan, (d) Komponen

Sosial-Politik dan (e) Komponen Teknologi.

Perbedaan lingkungan umum dengan lingkungan tugas ini tidak

selalu tegas dan selalu berubah. Kekuatan-kekuatan dalam lingkungan

umum itu terus-menerus menembus lingkungan tugas dari organisasi

spesifik.

Pada umumnya karyawan menghendaki tempat bekerja yang

nyaman dan menyenangkan. Karyawan menghendaki tempat kerja yang

nyaman dan cukup terang, udara selalu segar dan jam kerja yang tidak

terlalu lama sehingga tidak membosankan bagi karyawan.

Perusahaan yang mampu memberikan tempat kerja yang

menyenangkan berarti pula menimbulkan rasa puas di kalangan pekerja,

sehingga dengan cara demikian dapat dikurangi atau dihindari adanya

pemborosan waktu, biaya tenaga kerja, menurunnya kesehatan

karyawan, absensi karyawan dan kecilnya kecelakaan kerja. Jadi jelas

bahwa lingkungan kerja mempunyai pengaruh besar terhadap pekerjaan

(53)

2.2.5.1.Indikator-indikator Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar

pekerja yang dapat mempengaruhinya dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Lingkungan kerja dapat berpengaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan.

Untuk itu lingkungan pekerjaan harus diperhatikan secara serius oleh

perusahaan.

Menurut Nitisemito (1994 : 111-112), indikator - indikator

lingkungan kerja yaitu :

1. Penerangan

Penerangan di sini tidak terbatas pada penerangan listrik, tetapi

termasuk juga penerangan matahari. Dalam melaksanakan tugas

seringkali karyawan membutuhkan penerangan yang cukup, apalagi bila

pekerjaan yang dilakukan tersebut menuntut ketelitian. Untuk itu

penerangan sangat dibutuhkan oleh karyawan di dalam melakukan

pekerjaannya, tetapi selain itu harus diperhatikan pula bagaimana

mengatur lampu tersebut sehingga dapat memberikan penerangan yang

cukup.

2. Pertukaran Udara

Pertukaran udara yang cukup terutama dalam ruang kerja sangat

diperlukan apalagi bila ruang tersebut penuh karyawan. Pertukaran

udara yang cukup ini akan menyebabkan kesegaran fisik karyawan.

Sebaliknya, pertukaran udara yang kurang akan menimbulkan rasa

(54)

3. Kebersihan

Kebersihan didalam ruangan pekerjaan sangat diperlukan oleh

seseorang karyawan dalam menjalankan tugas yang dibebankan

kepadanya. Karena dengan lingkungan yang bersih, maka seseorang

akan semangat dan bergairah dalam menjalankan tugas yang

dibebankan kepadanya.

4. Pewarnaan

Peranan psikologi warna perusahaan dapat mengetahui sifat-sifat warna

yang dapat menimbulkan getaran perasaan jiwa seseorang, oleh karena

itu, dalam pemilihan warna perlu diperhatikan keseragaman dalam

pewarnaan sehingga karyawan yang bekerja dapat lebih meningkatkan

prestasi kerja mereka.

5. Musik

Musik sangat berpengaruh sekali pada kejiwaan seseorang. Karena

dengan adanya musik seseorang akan merasa rileks dalam

menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya, dalam hal musik,

selain dipilihkan harus juga diperhatikan pengaruhnya terhadap

pekerjaan, sebab dengan musik yang terlalu bising akan dapat

mengganggu konsentrasi para karyawan.

6. Keamanan

Rasa aman akan sangat berpengaruh pada kerja karyawan dalam

perusahaan, karena dengan adanya rasa aman, maka seseorang akan

(55)

barang-barang yang dibawa ke tempat bekerja, peralatan kerja dan

konstruksi gedung. Tetapi yang paling utama adalah keamanan diri,

sehingga dapat dikatakan bahwa menjaga keamanan adalah sudah

merupakan tanggung jawab perusahaan.

7. Kebisingan

Kebisingan merupakan gangguan terhadap seseorang dalam

menjalankan pekerjaannya, dengan adanya kebisingan ini maka

konsentrasi dalam bekerja akan terganggu pula.

Adanya indikator-indikator tersebut di atas, perusahaan atau

organisasi terkait harus memperhatikan dengan serius, agar karyawan

dapat menjalankan suatu pekerjaan akan lebih baik lagi, sehingga

pekerjaan yang diwarnai indikator-indikator tersebut di atas mempunyai

pengaruh positif terhadap pekerjaan yang dilakukan dan akan cepat selesai

sesuai tujuan dari perusahaan, jika indikator-indikator tersebut bersifat

negatif, maka dengan sendirinya pekerjaan itu akan sulit terselesaikan dan

dengan demikian prestasi kerja tidak akan tercapai.

2.2.6. Pengaruh Work-Family Conflict Terhadap Disiplin Kerja Karyawan

Menurut Abbott, Cieri & Iverson (1998) dalam Triaryati (2003 :

87), menjelaskan bahwa konflik antara tanggung jawab pekerjaan dan

keluarga dapat mengakibatkan rendahnya kepuasan kerja, meningkatkan

absensi, menurunkan motivasi karyawan dan dalam jangka waktu tertentu

(56)

Karena itu hal ini dapat mempengaruhi keseimbangan antara

kehidupan pekerjaan atau keluarga karyawan, yang mana lama-kelamaan

dapat juga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan menurunkan

produktivitas karyawan itu sendiri.

2.2.7. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Disiplin Kerja Karyawan

Kepuasan kerja adalah cara seseorang karyawan merasakan

pekerjaannya dan merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap

pekerjaannya yang didasarkan pada aspek-aspek pekerjaannya yang

bermacam-macam. Kepuasan atau ketidakpuasan dengan sejumlah aspek

pekerjaan tergantung pada selisih antara apa yang telah dianggap

didapatkan dengan apa yang diinginkan.

Untuk itu Hasibuan (2000), menyatakan bahwa kepuasan kerja

sangat mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Yang artinya jika

kepuasan diperoleh dari pekerjaan, maka kedisiplinan karyawan akan baik

dan sebaliknya jika kepuasan kerja kurang tercapai dari pekerjaannya,

maka kedisiplinan karyawan rendah.

2.2.8. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Disiplin Kerja Karyawan

Disiplin kerja merupakan salah satu faktor dari prestasi kerja,

dimana semua program yang berkaitan dengan sumber daya manusia pada

hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan. Untuk

itu perlu adanya disiplin kerja sebagai metode penegasan terhadap aturan

Gambar

Tabel 1.1.  Absensi Karyawan PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk  SURABAYA ( Bulan   Januari – Desember 2009 )
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Gambar 3.1. :
Gambar 3.2. : Contoh Model Pengukuran Faktor Kepuasan Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ma’arif 16 Nurul Hidayah Banyubang Solokur o Lamongan dalam menulis teks bahasa Indonesia dibedakan dalam beberapa aspek yaitu, kesalahan pada aspek penggunaan ejaan,

Dengan mengucapkan rasa puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat dan karuniaNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

Sistem Informasi toko kelontong merupakan suatu sistem informasi berbasis web yang dirancang dengan tujuan untuk keperluan pengelolaan data-data transaksi jual beli pada

Dalam waktu yang tidak lama buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk, ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan. Serangan yang berat menyebabkan seluruh

Untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak berkenaan dengan pelaksanaan pemungutan pajak dengan sistem self assessment, apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) memberikan hasil penetapan Harga Perkiraan Sendiri (HPS), Spesifikasi Teknis dan Rancangan Kontrak kepada Kelompok Kerja (Pokja) Unit Layanan

Pada penelitian ini dirancang sebuah antena mikrostrip array 2 elemen yang bekerja pada frekuensi 1,8 GHz dengan menambahkan U-slot dan menggunakan teknik

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi kerja humas di lingkungan Pemerintahan Aceh Barat Daya, untuk mengetahui Tugas dan Fungsi humas Pemerintahan Aceh Barat,