• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA PAKAIAN JADI DI KOTA SURABAYA DAN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA PAKAIAN JADI DI KOTA SURABAYA DAN SIDOARJO."

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PENELITIAN

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Oleh :

Rizky Mohammad Kurniawan 0411010235/FE/EP

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, serta atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KOTA SURABAYA DAN SIDOARJO“. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dengan penelitian ini hingga selesainya skripsi, penulis telah banyak bimbingan, bantuan, kesempatan serta pengorbanan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati menyatakan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof, Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S MSi selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(3)

5. Segenap Staf Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Segenap Staf dan petugas Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur yang telah membantu penulis dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

7. Kedua Orang Tua dan Keluargaku yang telah memberikan dorongan, semangat dan do’a yang tulus kepada penulis serta bantuan moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan dan dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi almamater tercinta.

Surabaya, Oktober 2009

Penulis

(4)

HALAMAN

1.4. Tujuan Penelitian Surabaya... 8.

1.5. Tujuan Penelitian Sidoarjo... 8.

1.6. Manfaat Penelitian... 9.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 10.

2.2. Landasan Teori... 14.

2.2.1. Tenaga Kerja... 14.

2.2.1.1. Pengertian Tenaga Kerja... 14.

2.2.1.2. Pengertian Angkatan Kerja... 16.

2.2.1.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja... 18.

2.2.1.4. Permintaan Tenaga Kerja... 21.

2.2.1.5. penawaran tenaga kerja... 23.

2.2.1.6. Pasar Tenaga Kerja... 25.

2.2.1.7. Pengertian Kesempatan Kerja... 26.

(5)

2.2.2.3.1. Industri Pakaian Jadi Dari Tekstil... 30.

2.2.2.3.2. Industri Pakaian Jadi Dari Kulit... 31.

2.2.2.3.3. Industri Pakaian Jadi Dari Tekstil Dan Kulit.... 31.

2.2.2.4. Pembangunan Industri Kaitannya Dengan Aspek Ketenagakerjaan... 31.

2.2.3. Pendidikan... 33.

2.2.6.1. Pengertian Investasi... 42.

2.2.6.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi... 45.

2.2.6.3. Fungsi Investasi... 48.

2.2.6.4. Investasi Melalui PMA Dan PMDN... 49.

2.2.6.5. Dampak Investasi Melalui PMA Dan PMDN... 51.

2.3. Kerangka Pemikiran... 52.

2.4. Hipotesis... 56.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasioanal dan Pengukuran Variabel Surabaya... 57.

3.2. Definisi Operasioanal dan Pengukuran Variabel Sidoarjo... 59.

3.3. Teknik Penentuan Sampel... 60.

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 61.

(6)

3.5.3. Uji Hipotesa... 65

3.6. Asumsi Klasik... 68.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 72.

4.1.1. Keadaan Geografis dan Topografis Kota Surabaya... 72.

4.1.2. Keadaan Umum Kota Surabaya... 75.

4.1.3. Kependudukan Kota Surabaya... 76.

4.1.4. Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Sidoarjo... 77.

4.1.5. Potensi Sosial Dan Ekonomi Kabupaten Sidoarjo... 78.

4.1.6. Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo... 79.

4.1.7. Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo... 82.

4.1.8. Keadaan Penduduk Kabupaten Sidoarjo... 83.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 84.

4.2.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi di Kota Surabaya... 84.

4.2.2. Perkembangan Pendidikan... 86.

4.2.3. Perkembangan Tingkat Upah... 87.

4.2.4. Perkembangan Nilai Produksi... 88.

4.2.5. Perkembangan Investasi... 89.

4.2.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi di Kota Sidoarjo... 90.

4.2.2. Perkembangan Pendidikan... 92.

4.2.3. Perkembangan Tingkat Upah... 93.

4.2.4. Perkembangan Nilai Produksi... 94.

4.2.5. Perkembangan Investasi... 95.

4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis... 96.

4.3.1. Pengujian Hasil Analisis Partial Adjustment Dengan Asumsi Klasik Uji BLUE Surabaya... 96.

(7)

4.4. Uji Hipotesis Secara Simultan Dan Parsial... 106.

4.4.1. Uji Hipotesis Secara Simultan Surabaya... 106.

4.4.2. Uji Hipotesis Secara Simultan Sidoarjo... 108.

4.4.3. Uji Hipotesis Secara Parsial Surabaya... 111.

4.4.4. Uji Hipotesis Secara Parsial Sidoarjo... 117.

4.5. Pembahasan Surabaya... 124.

4.6. Pembahasan Sidoarjo... 126.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Surabaya... 129.

5.2. Kesimpulan Sidoarjo... 132.

5.3. Saran... 136. DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

Tabel 1 : Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri

Tabel 6 : Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi di Kota Sidoarjo... 91.

Tabel 15 : Hasil Pengujian Heterokedastisitas... 102.

Tabel 16 : Uji Multikolinearitas... 104.

Tabel 17 : Analisis Varian (ANOVA) Surabaya... 106.

Tabel 18 : Analisis Varian (ANOVA) Sidoarjo... 109.

Tabel 19 : Hubungan Regresi Antar Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat Pada Penerapan Model Linear Surabaya... 111.

Tabel 20 : Hubungan Regresi Antar Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat Pada Penerapan Model Linear Sidoarjo... 118.

(9)

Gambar 2 : Permintaan Tenaga Kerja... 23.

Gambar 3 : Penawaran Tenaga Kerja... 24.

Gambar 4 : Pasar Tenaga Kerja... 26.

Gambar 5 : Fungsi Produksi... 42.

Gambar 6 : Fungsi Investasi Otonomi dan Investasi Terimbas... 48.

Gambar 7 : Paragdigma Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi di Kota Surabaya... 54.

Gambar 8 : Paragdigma Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi di Kota Sidoarjo... 55.

Gambar 9 : Daerah Kritis Ho Melalui Kurva Distribusi F... 66.

Gambar 10 : Daerah Krisis Ho Melalui Kurva Distribusi t Dua Sisi.... 67.

Gambar 11 : Distibusi Daerah Keputusan Autokorelasi... 69.

Gambar 12 : Kurva Durbin Watson Surabaya... 97.

Gambar 13 : Kurva Durbin Watson Sidoarjo... 102.

Gambar 14 : Daerah Penerimaan Dan Penolakan Hipotesis Secara Simultan Surabaya... 107.

Gambar 15 : Daerah Penerimaan Dan Penolakan Hipotesis Secara Simultan Sidoarjo... 110.

Gambar 16 : Kurva Analisis Uji t Pengaruh Pendidikan Surabaya... 112.

Gambar 17 : Kurva Analisis Uji t Pengaruh Tingkat Upah Surabaya... 114.

Gambar 18 : Kurva Analisis Uji t Pengaruh Nilai Produksi Surabaya.. 115.

Gambar 19 : Kurva Analisis Uji t Pengaruh Investasi... 117.

Gambar 20 : Kurva Analisis Uji t Pengaruh Pendidikan Sidoarjo... 119.

Gambar 21 : Kurva Analisis Uji t Pengaruh Tingkat Upah Sidoarjo.... 120.

Gambar 22 : Kurva Analisis Uji t Pengaruh Nilai Produksi Sidoarjo... 122.

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Input Surabaya Lampiran 2 : Data Input Sidoarjo Lampiran 3 : Regression Data Surabaya Lampiran 8 : Regression Data Sidoarjo Lampiran 13 : Tabel F

Lampiran 14 : Tabel t

Lampiran 15 : Tabel Durbin Watson

(11)

x

RIZKY MOHAMMAD KURNIAWAN

ABSTRAKSI

Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang mana terus berupaya untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan, yakni mencapai masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka perluasan kerja, pembangunan sektor industri diharapkan mampu menyerap tenaga kerja, salah satu industri yang ada di kota Surabaya dan Sidoarjo adalah pakaian jadi yang merupakan salah satu industri yang memproduksi konfeksi. Jenis pekerjaan dalam klasifikasi industri oleh dinas perindustrian perdagangan dan penanaman modal dikategorikan sebagai industri kecil pengolahan tekstil. Industri pakaian jadi tersebut mengolah dan memproduksi dengan menggunakan alat-alat semi otomatis. Jenis industri ini perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah, khususnya pemerintahan kota Surabaya dan Sidoarjo. Atas dasar pemikiran tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pendidikan, Tingkat Upah, Nilai Produksi, Investasi berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Pakaian Jadi di Kota Surabaya dan Sidoarjo.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistic Jawa Timur mulai tahun 1993-2007, data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda melalui Uji F dan Uji t dengan asumsi klasik Best Linier Unbiased Estimate (BLUE).

Berdasar hasil analisis dan pengujian hipotesis diketahui secara simultan diperoleh bahwa Pendidikan, Tingkat Upah, Nilai Produksi, Investasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Pakaian Jadi di Kota Surabaya dan Sidoarjo. Dari hasil analisis dengan uji t Surabaya secara parsial bahwa Tingkat Upah, Nilai Produksi dan Investasi tidak berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Pakaian Jadi di Kota Surabaya. Sedangkan Pendidikan berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Pakaian Jadi di Kota Surabaya.

Dan dari hasil analisis dengan uji t Sidoarjo secara parsial bahwa Nilai Produksi tidak berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Pakaian Jadi di Kota Sidoarjo. Sedangkan Pendidikan, Tingkat Upah dan Investasi berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Pakaian Jadi di Kota Sidoarjo.

(12)

1.1. Latar Belakang

Dalam suatu negara yang sedang berkembang masalah penduduk bukanlah hal yang dapat kita biarkan begitu saja, bahkan sebaliknya masalah ini harus ditempatkan pada prioritas utama yang menuntun perhatian khusus dan pemecahan secara bijak. Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang mana terus berupaya untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan, yakni mencapai masyarakat adil dan makmur.

Pembangunan yang mencakup bermacam-macam bidang terus diupayakan termasuk didalamnya pembangunan ekonomi. Pembangunan dibidang ekonomi ditujukan sebagai upaya untuk memperluas lapangan pekerjaan serta meningkatkan ekspor dan menghemat devisa negara.

Masalah-masalah ekonomi yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk negara Indonesia yaitu berkaitan dengan masalah kemiskinaan, pengangguran, dan inflasi. Berbagai aspek perkembangan internal dan eksternal mempunyai pengaruh terhadap perkembangan negara dan masyarakat Indonesia. Perkembangan perekonomian Indonesia pada saat ini belum menunjukkan kearah yang lebih baik, peluang untuk mendapatkan kesempatan kerja saat sekarang ini terjadi penurunan, sebagai krisis multidimensi. Lebih para lagi banyak tenaga

(13)

kerja yang di PHK akibat dari para pengusaha dalam negeri maupun luar negeri gulung tikar dan melarikan modalnya ke luar negeri. (Anonim, 2000:51).

Pertumbuhan penduduk yang pesat seharusnya diiringi dengan kualitas sumber daya manusia yang potensial dan produktif, jika tidak diiringi dengan hal tersebut akan menjadikan beban tersendiri bagi pertumbuhan ekonomi. Pesatnya pertumbuhan penduduk membawa pengaruh terhadap pertumbuhan angkatan kerja yang hampir sama cepatnya. Disisi lain kemampuan sektor ekonomi untuk menciptakan kesempatan kerja terbatas, sehingga terjadi pengangguran. (Anonim, 2000:55).

Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan oleh sebab itu pembangunan merupakan sarana dalam penyerapan tenaga kerja. Tersedianya tenaga kerja yang cukup besar jika dimanfaatkan, dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif dan produktif akan menjadi modal pembangunan yang besar dan sangat berguna dalam pelaksanaan pembangunan diberbagai sektor. (Anonim, 2003:47).

(14)

banyak terjadi tenaga kerja setengah menganggur serta produktifitas dan penghasilan yang relatif rendah. Oleh karena itu pemerintah telah melakukan upaya untuk mengatasi hal tersebut antara lain, program pemerataan pembangunan dan salah satunya yaitu dengan adanya pemerataan kesempatan kerja yang mana merupakan langkah-langkah kebijaksanaan yang positif dalam kaitannya dengan proses industrialisasi, maka kebijaksanaan yang telah ditetapkan diarahkan pada pengembangan industri padat kerja sehingga diharapkan dapat menciptakan kesempatan kerja dan memperluas daya serap tenaga kerja. (Anonim, 2004:15).

Dewasa ini peranan sektor industri dalam penyerapan tenaga kerja di kota Surabaya dan Sidoarjo khususnya menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, karena pada sektor inilah tenaga kerja banyak terserap dan merupakan jalan satu-satunya untuk mengurangi jumlah pengangguran. Bertitik tolak dari kenyataan inilah eksistensi industri pakaian jadi apakah industri itu yang berskala besar, sedang atau kecil sekalipun telah mengambil tempat penting dalam mengatasi masalah kesempatan kerja. (Anonim, 2005:32).

(15)

meningkatkan pendapatan masyarakat dan dapat membuka lapangan pekerjaan baru dan mempunyai peran dalam perekonomian. (Tedjasutisna, 2000:9).

Salah satu industri yang ada di kota Surabaya dan Sidoarjo adalah pakaian jadi yang merupakan salah satu industri yang memproduksi konfeksi. Jenis pekerjaan dalam klasifikasi industri oleh dinas perindustrian perdagangan dan penanaman modal dikategorikan sebagai industri kecil pengolahan tekstil. Industri pakaian jadi tersebut mengolah dan memproduksi dengan menggunakan alat-alat semi otomatis. Jenis industri ini perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah, khususnya pemerintahan kota Surabaya dan Sidoarjo. (Anonim, 2004:34).

Penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi. Dengan posisi semacam itu, investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah kegiatan pembangunan ekonomi dinamika, penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap negara berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. (Dumairy, 1997:132).

(16)

Dilihat dari Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Surabaya pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Surabaya mengalami peningkatan maupun penurunan. Penyerapan mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 845,150 dan Penyerapan mengalami penurunan pada tahun 2003 sebesar 651,046. Sedangkan perkembangan Penyerapan yang mengalami peningkatan pada tahun 2003 sebesar 10,9% dan perkembangan Penyerapan yang mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar 0,14%.

Dilihat dari Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Sidoarjo pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Sidoarjo mengalami peningkatan maupun penurunan. Penyerapan mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 47,325 dan Penyerapan mengalami penurunan pada tahun 2003 sebesar 42,154. Sedangkan perkembangan Penyerapan yang mengalami peningkatan pada tahun 2003 sebesar 3,16% dan perkembangan Penyerapan yang mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar 2,80%.

(17)

mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja yang ada untuk mengurangi pengangguran.

Atas dasar tersebut diatas maka penulis melakukan penelitian terhadap Industri Pakaian Jadi di Kota Surabaya dan Sidoarjo perlu dilakukan pembinaan. Perkembangan industri pakaian jadi ini dapat menunjang perluasan kesempatan kerja. Dengan menjadikan Kota Surabaya dan Sidoarjo menjadi suatu daerah yang cukup potensial dalam industri pakaian jadi, sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak.

Oleh karena itu perlu diadakan penelitian sektor industri tersebut dan sampai seberapa jauh pengaruh perkembangan industri pakaian jadi terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Surabaya dan Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pendidikan, Tingkat Upah, Nilai Produksi, dan Investasi berpengaruh secara simultan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya Dan Sidoarjo.

(18)

1.2. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat ditarik suatu permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah variabel Pendidikan, Tingkat Upah, Nilai Produksi, dan Investasi berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya ?

2. Manakah dari keempat variabel tersebut diatas yang paling dominan pengaruhnya terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya ?

1.3. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat ditarik suatu permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah variabel Pendidikan, Tingkat Upah, Nilai Produksi, dan Investasi berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Sidoarjo ?

(19)

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor Pendidikan, Tingkat Upah, Nilai Produksi, dan Investasi berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya.

2. Untuk mengetahui sejauh mana variabel-variabel tersebut yaitu Pendidikan, Tingkat Upah, Nilai Produksi, dan Investasi berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya.

1.5. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor Pendidikan, Tingkat Upah, Nilai Produksi, dan Investasi berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Sidoarjo.

(20)

1.6. Manfaat Penelitian

1. Sebagai tambahan informasi untuk penelitian lebih lanjut tentang pengaruh dari beberapa faktor yang digunakan dalam penelitian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya Dan Sidoarjo.

2. Sebagai sumbangan yang dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan berhubungan dengan penelitian ini. 3. Sebagai usaha untuk menambah dan memperkaya khasanah terhadap

ilmu pengetahuan yang ada dan dapat bermanfaat bagi fakultas ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur guna melengkapi perbendaharaan perpustakaan.

(21)

2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang penah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta pengkajian dalam penelitian ini. Namun dengan permasalahan yang berbeda dari sebelumnya.

1. Darmayanti (2004:74) dengan judul “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Di Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah jumlah industri kecil di Surabaya berdasarkan uji secara simultan diperoleh hasil Fhitung (384.486) lebih besar dari pada Ftabel (3,48) berarti

variabel X1, X2, X3, dan X4 secara simultan berpengaruh nyata

terhadap variabel Y. Sedangkan secara parsial untuk Variabel Jumlah Industri Kecil (X1) berpengaruh nyata terhadap jumlah tenaga kerja

dimana thitung (26,008) lebih besar dari pada ttabel (2,228) kontribusi

pengaruh yang dapat diberikan sebesar 98,6% dengan arah regresi yang positif. Bedasarkan hasil hipotesis secara parsial diperoleh thitung untuk variabel X2 dapat memberikan kontribusi pengaruh yang

nyata terhadap variabel terikat Y dengan nilai thitung (-11,694) lebih

besar dari pada ttabel (-2,228) kontribusi pengaruh yang dapat

diberikan sebesar 93,1% dengan arah regresi yang negatif. Berdasarkan uji hipotesis secara parsial diperoleh thitung untuk

(22)

3 dapat memberikan kontribusi pengaruh yang nyata

terhadap variabel terikat Y dengan nilai thitung (15,911) lebih besar

dari pada ttabel (2,228) kontribusi pengaruh yang dapat diberikan

sebesar 96,2% dengan arah regresi yang positif. Berdasarkan uji hipotesis secara parsial diperoleh thitung untuk variabel X4 kontribusi

yang nyata terhadap variabel terikat Y dengan nilai thitung (1,160)

lebih kecil dari thitung (2,228) yang berarti inflasi tidak berpengaruh

terhadap jumlah tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena besarnya permintaan jumlah tenaga kerja tidak ada pengaruhnya dengan inflasi melainkan dipengaruhi oleh besarnya lapangan kerja yang tersedia atau banyaknya investasi yang nantinya akan menciptakan suatu lapangan kerja. Kontribusi pengaruh yang dapat diberikan sebesar 11,8% dengan arah regresi yang positif.

2. Tesnawati (2003:39) dengan judul “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor/Produksi Tekstil Di Jawa Timur”. Penelitian bertujuan mengetahui Volume Ekspor TPT Di Jawa Timur berdasarkan uji secara simultan diperoleh Fhitung (62,708) lebih besar

Ftabel (2,65) dengan kata lain berarti variabel Kurs Rupiah Terhadap $

(X1), Harga Rata-Rata Ekspor (X2), Upah Rata-Rata (X3) dan

Investasi Sub Sektor TPT (X4) berpengaruh nyata terhadap Volume Ekspor TPT (Y) sedangkan secara parsial uji ttabel (2,0227) artinya

variabel Kurs Rupiah Terhadap $ (X1) thitung (4,440) Harga Rata-Rata

(23)

masing-masing berpengaruh secara nyata terhadap Volume Ekspor TPT Di Jawa Timur (Y). Untuk variabel Investasi Sub Sektor TPT (X4) merupakan variabel yang tidak berpengaruh terhadap Volume

Ekspor TPT Di Jawa Timur.

3. Romli (2004:63) dengan judul “Analisis Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sub Sektor Industri Tekstil Pakaian Jadi Dan Kulit Di Jawa Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah faktor-faktor jumlah industri, berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sub Sektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi Dan Kulit Di Jawa Timur. Berdasarkan uji simultan diperoleh Fhitung (18,717) lebih besar dari Ftabel (3,86) yang berarti variabel

jumlah perusahaan mengurangi output produksi yang berdampak pada pengurangan tenaga kerja.

4. Marhinus (1996) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Perbankan Di Indonesia”. Dengan variabel terikatnya yaitu Penyerapan Tenaga Kerja (Y) dan variabel bebasnya yaitu Jumlah Kantor Bank (X1), Jumlah Dana

Bank (X2), Likuiditas Bank (X3), Pendidikan (X4). Uji statistik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Dari hasil penelitian didapat bahwa ada pengaruh secara serempak Jumlah Kantor Bank (X1), Jumlah Dana Bank (X2), Likuiditas Bank (X3),

dan Inflasi (X4) berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

(24)

bank (X1), Jumlah Dana Bank (X2), Likuiditas Bank (X3), dan

Inflasi (X4) berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada

Sektor Perbankan Di Indonesia.

Jawa Timur. 5. Ningtyas (1995) dengan judul “Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi (Garmen) Di Jawa Timur”. Dengan variabel terikatnya yaitu Penyerapan Tenaga Kerja (Y) dan variabel bebasnya yaitu Jumlah Unit Usaha (X1), Jumlah Upah Riil (X2), dan Nilai Tambah Rill

(X3). Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

linear berganda. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada pengaruh secara serempak Jumlah Unit Usaha (X1), Jumlah Upah Riil (X2),

dan Nilai Tambah Riil (X3) berpengaruh terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi (Garmen) Di Jawa Timur. Serta secara parsial Jumlah Unit Usaha (X1), Jumlah Upah Riil (X2),

dan Nilai Tambah Riil (X3) berpengaruh terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi (Garmen) Di

(25)

dapat menciptakan lapangan kerja dimasa krisis tahun 2000. Dampak krisis sedikit berbeda antara tahun 1998 dengan tahun 2000, dimana beberapa sektor di kota yang pada awal krisis 1997 memiliki laju pertumbuhan tenaga kerja positif. Sedangkan untuk daerah pedesaan, rata-rata laju pertumbuhan tenaga kerja periode 1998-2000 untuk banyak sektor (kecuali pertanian) adalah negatif (menurun), karena banyak penduduk desa pindah ke kota untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dan keluarganya.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Tenaga Kerja

2.2.1.1. Pengertian Tenaga Kerja

Pengertian tenaga kerja secara umum adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Definisi tenaga kerja menurut Suroto (1995:17) adalah kemampuan manusia untuk mengeluarkan tiap satuan waktu guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain.

(26)

tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan terakhir yaitu kelompok yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga dan penerimaan pendapatan, walau sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik sudah mampu dan sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk ikut bekerja.

Menurut Dumairy (1985:2) pengertian tenaga kerja adalah penduduk yang berumur antara 14 tahun sampai 60 tahun, sedangkan diatasnya digolongkan bukan tenaga kerja. Tetapi menurut Irwan dan Suparmoko (1997:67) tenaga kerja adalah penduduk yang berumur pada usia kerja yaitu 15 tahun sampai 64 tahun.

(27)

2.2.1.2. Pengertian Angkatan Kerja

Menurut Kusumuwidho (1981:11) Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat dalam kegiatan produktif untuk menghasilkan barang dan jasa. Golongan angkatan kerja terdiri dari:

1. Golongan yang bekerja

2. Golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut : a. Angkatan kerja yang digolongkan bekerja adalah :

1). Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan mengadakan suatu pekerjaan dengan memperoleh penghasilan atau keuangan dari lamanya bekerja paling sedikit dua hari.

2). Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari dua hari, tapi mereka adalah :

(1). Pekerja tetap pada kantor pemerintahan atau swasta yang sedang tidak masuk kerja karena cuti, sakit, mogok kerja. (2). Petani-petani yang mengusahakan tanah pertanian yang

tidak bekerja karena menunggu hujan untuk menggarap sawah dan sebagainya.

(28)

b. Angkatan kerja yang digolongkan mencari pekerjaan adalah :

1). Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang mencari pekerjaan.

2). Mereka yang pernah bekerja pada saat pencacahan sedang menganggur dan mencari pekerjaan.

3). Mereka yang bebas tugas dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

Setelah pencacahan benar-benar yakin bahwa seseorang tidak dapat digolongkan dalam bekerja dan mencari pekerjaan (angkatan kerja) maka kegiatannya digolongkan dalam sekolah, mengurus rumah tangga, dan lain-lain..

Golongan angkatan kerja yang menganggur ini dapat dibedakan dalam pengangguran, yaitu sebagai berikut :

1) Golongan pengangguran, yaitu orang yang sama sekali tidak mau bekerja atau berusaha mencari pekerjaan karena tidak adanya kegiatan kerja secara sempurna bagi sebagian angkatan kerja.

a) Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari dan lowongan kerja yang ada.

(29)

c) Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi karena adanya perubahan struktur atau komposisi perekonomian. 2) Setengah pengangguran yaitu kegiatan kerja yang mengandung

kekurangan dalam kuantitas dan kualitas kerja, sehingga tidak dapat memanfaatkan waktu dan kecakapan produktifitas pekerja sepenuhnya atau sehingga hal ini menghasilkan pendapatan yang rendah.

Setengah pengangguran dapat digolongkan menjadi :

1) Setengah pengangguran kentara (visible Underemployed) yakni mereka yang bekeja kurang dari 36 jam seminggu.

2) Setengah pengangguran tidak kentara (Invisible Underemployed) atau pengangguran terselubung (disguised enumploymed) yakni mereka yang produktifitas kerja rendah dan pendapatannya rendah.

2.2.1.3. Pengertian Bukan Angkatan Kerja

(30)

Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari :

a. Bukan angkatan kerja dimasukkan dalam golongan sekolah adalah yang kegiatannya hanya bersekolah.

b. Bukan angkatan kerja yang dimasukkan dalam golongan rumah tangga tanpa mendapat upah.

c. Bukan angkatan kerja yang termasuk kedalam katagori lainnya adalah penduduk yang sedang berusaha mendapatkan atau mencari pekerjaan yang sudah tidak melakukan kegiatan seperti yang termasuk dalam kategori sebelumnya seperti misalnya yang lanjut usia, cacat jasmani (buta, bisu) cacat mental atau yang lainnya atau mereka yang mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja.

(31)

workers, yang sementara keluar dari pasar kerja karena tidak berhasil memperoleh pekerjaan yang diharapkan.

Bila kondisi pekerjaan cukup manarik atau bila keluarga tidak mampu membiayai sekolah, maka tenaga kerja yang tergolong bersekolah akan meninggalkan sekolahnya untuk sementara dan mencari pekerjaan. Sebaliknya orang tersebut akan kembali kebangku sekolah bila kondisi pekerjaan berubah kurang menarik atau keluarganya sudah mampu membiayainya. Demikian juga tenaga kerja yang mengurus rumah tangga akan masuk pasar kerja bila tingkat upah tinggi atau penghasilan keluarga rendah. (Simanjutak, 1985:5-6).

(32)

Gambar 1 : Komponen Penduduk dan Tenaga Kerja

Penduduk

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

Sumber : Simanjutak, J. Payaman,1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE-UI, Jakarta, Halaman15.

Jadi kesimpulan dari pengertian angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlihat dalam kegiatan produktifitas untuk menghasilkan barang dan jasa.

2.2.1.4. Permintaan Tenaga Kerja

(33)

produksi yang digunakan, seperti tingkat dan penggunaan teknologi. (Samuelson dan Nordhaus, 1993:275-276).

Produk penerimaan tenaga kerja tergantung pada nilai pasar produknya, jika tidak ada orang yang ingin membeli suatu produk, produk tersebut tidak mempunyai nilai pasar (Case dan Fair, 2002:527).

Biasanya permintaan akan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :

a. Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan.

b. Naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan.

c. Apabila harga barang-barang modal turun maka biaya produksi turun dan tcntunya mengakibatkan harga jual per unit barang akan turun.

(34)

Gambar 2 : Permintaan Tenaga Kerja W

$20

Pendudu

k marginal, upah

(Dollar per unit tenaga kerja)

0 10 L Input Tenaga Kerja

Sumber : Samuelson, Paul.A & Nordhous, William. D, 1993, Mikro Ekonomi, Edisi 14, Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal:275.

Garis-garis vertikal menggambarkan tambahan output yang diproduksi oleh unit tenaga kerja pertama, kedua dan seterusnya. Tingkat upah umum yang ditentukan secara kompetitif pada 10 unit tenaga kerja adalah $ 20 per unit, jumlah ini sama dengan produktivitas marginal dari unit ke sepuluh. Kurva permintaan tenaga kerja terus bergerak diatas sepanjang waktu, seiring dengan akumulasi modal, kemajuan teknologi dan perbaikan kualitas tenaga kerja.

2.2.1.5. Penawaran Tenaga Kerja

(35)

Penawaran tenaga kerja merupakan fungsi dari upah sehingga jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan dipengaruhi oleh tingkat upah terutama untuk jenis jabatan yang sifatnya khusus.

Penawaran tenaga kerja dipengaruhi oleh keputusan seseorang apakah dia mau bekerja atau tidak. Keputusan ini tergantung pada tingkah laku seseorang untuk menggunakan waktunya, apakah digunakan untuk bekerja, apakah digunakan untuk kegiatan lain yang sifatnya lebih santai atau merupakan kombinasi keduanya. Apabila dikaitkan dengan tingkat upah, maka keputusan untuk bekerja seseorang akan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya penghasilan seseorang.

Keadaan ini menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat penghasilan seseorang akan semakin tinggi pula konsumsi waktu yang dibutuhkan untuk leisure atau kegiatan lain yang sifatnya konsumtif. (Sumarsono, 2003:107-108).

Gambar 3 : Penawaran Tenaga Kerja W

S

C

0 L

Tingkat Upah

Kuantitas Tenaga Kerja

(36)

Peningkatan upah diatas titik kritis C akan menciutkan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan, hal ini karena efek substitusi. Dengan pendapatan yang lebih besar, orang cenderung ingin lebih santai walaupun setiap jam yang digunakan untuk bersenang-senang sebenarnya merupakan kerugian karena kehilangan pendapatan yang tinggi.

2.2.1.6. Pasar Tenaga Kerja

Pasar kerja merupakan seluruh aktivitas dan para pelaku yang tujuannya adalah mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja. Sifat dari pasar kerja itu sendiri ditentukan oleh para pelaku tersebut. (Sumarsono, 2003:99).

Pasar kerja merupakan mekanisme mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja. Proses itu memerlukan waktu yang cukup lama karena pencari kerja dan pengusaha sama-sama mempunyai informasi yang terbatas mengenai apa yang diinginkan dan bukan pihaknya.

(37)

Gambar 4 : Pasar Tenaga Kerja

W S

D 0 L

Tingkat Upah

Unit Tenaga Kerja

Sumber : Case, Karl. E dan Fair, Ray. C, 2002, Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro, Edisi 5, Penerbit PT. Prenhallindo, Jakarta, hal:527. Tingkat upah yang ditentukan pasar adalah W*. Kita dapat menganggap W* sebagai biaya marginal satu unit tenaga kerja.

2.2.1.7. Pengertian Kesempatan Kerja

Kata “Employment” dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja

“To Employ” yang berarti menggunakan suatu proses untuk memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan. “Employment” dinyatakan dengan banyaknya jumlah orang yang dimaksudkan yaitu sejumlah orang ada dalam pekerjaan dan mempunyai pekerjaan.

Kesempatan kerja berarti kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan dengan imbalan (upah) yang memadai kemungkinan bekerja erat hubungan dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Pengertian memiliki pekerjaan ada dua unsur yaitu :

1. Lapangan pekerjaan

(38)

Menerut Suroto, (1992:22) pengertian “Employment” secara jelas dalam bahasa Inggris yaitu : suatu kesempatan kerja yang sudah dimiliki. Menurut Suroto (1992:22) pengertian kesempatan kerja adalah besarnya jumlah tenaga kerja yang dipakai untuk menghasilkan suatu produk nasional tiap tahunnya, selain itu kesempatan kerja mengandung arti bahwa dengan adanya waktu yang tersedia memungkinkan dilaksanakan aktivitas yang dinamakan dengan bekerja. Kesempatan kerja baru dapat diwujudkan apabila waktu itu telah tersedia sebuah lapangan kerja yang memungkinkan untuk mendapatkan suatu aktivitas yang dinamakan bekerja.

Faktor-faktor yang sangat penting dalam kesempatan kerja adalah unsur manusia, maka diperlukan pendekatan terhadap sumber daya manusia.

Pengertian kesempatan kerja disimpulkan bahwa jumlah tenaga kerja yang terpakai untuk perekonomian, dimana dengan tersedianya waktu yang memungkinkan dilaksanakannya aktivitas kegiatan yang bersifat produktif, untuk lebih memperjelas bila dilihat dalam skema kerangka komponen penduduk dan tenaga kerja.

2.2.2. Industri

2.2.2.1. Pengertian Industri

(39)

antara lain ialah pabrik tekstil, pabrik perakitan atau pembuatan mobil dan pabrik pembuatan rokok dan sebagainya.

Pengertian tentang industri biasanya timbul sesuatu gambaran mengenai suatu proses produksi yang tidak langsung menggunakan bahan-bahan alam agar tidak menimbulkan berbagai penaksiran.

Industri adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan dalam ekonomi, yang tergolong dalam sektor sekunder. Pengertian secara singkat industri adalah suatu unit produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan untuk merubah barang-barang secara mekanisme atau kimia menjadi barang produksi yang baru dan memiliki sifat lebih dekat dengan konsumen akhir.

Sedangkan industri menurut Dumairy (1997:227) industri mempunyai dua arti, dalam konteks ini disebutkan industri kosmetika misalnya, berarti penghasilan produk-produk kosmetik. Kedua, industri dapat pula menuju kesuatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi.

(40)

2.2.2.2. Macam-Macam Industri

Untuk mengetahui macam-macam industri ini bisa dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu :

Pengelompokan industri yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal dibagi dalam tiga kelompok yaitu : 1. Industri Dasar

Yang meliputi kelompok industri mesin dan logam dasar (IMDL) dan kelompok kimia dasar ditinjau dari misinya industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi membantu penjualan struktur industri dan bersifat padat modal, teknologi maju, teruji dan tidak padat karya namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru secara besar sejajar dengan tumbuhnya industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya.

2. Industri Kecil

Antara lain industri pangan, industri sedang, industri galian bukan logam dan industri logam.

(41)

3. Industri Hilir

Kelompok aneka industri yang meliputi antara lain: industri yang mengolah sember daya hutan, industri yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber pertanian secara luas. Kelompok industri ini mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah dan teknologi maju. (Arsyad, 1992:306-307). Badan Pusat Statistik menggolongkan perusahaan atau usaha industri pengolahan berdasarkan jumlah pekerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau industri kedalam empat kelompok, antara lain :

1. Industri Besar

Yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja antara 100 orang atau lebih.

2. Industri Sedang

Yaitu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja 20-90 orang.

2.2.2.3. Pengertian Industri Pakaian Jadi 2.2.2.3.1. Industri Pakaian Jadi Dari Tekstil

(42)

2.2.2.3.2. Industri Pakaian Jadi Dari Kulit

Meliputi usaha pembuatan pakaian jadi yang sedang diproses sampai pada akhirnya siap pakai dan dapat dipasarkan kekonsumen-konsumen, semua itu dari bahan kulit dan dibuat dengan hasil seperti jaket, mantel, rompi, dan rok.

2.2.2.3.3. Industri Pakaian Jadi Dari Tekstil dan Kulit

Meliputi usaha pembuatan lainnya dari tekstil dan kulit, serta bahan kulit buatan yang belum tercakup dalam golongan tersebut diatas seperti topi, dasi, kerudung, ikat pinggang dan sapu tangan.

Dan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa industri pakaian jadi adalah perusahaan untuk pakaian jadi dari berbagai skala (besar, menengah, kecil) yang menghasilkan pakaian jadi dari tekstil dan kulit.

2.2.2.4. Pembangunan Industri Kaitannya Dengan Aspek Ketenagakerjaan

(43)

Menurut Tambunan (1996:246), industri merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, produksi dan perdagangan antar negara yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong perubahan struktur ekonomi dibanyak negara, dari yang tadinya berbasis pertanian menjadi berbasis industri.

Definisi lain tentang industrialisasi dalam arti luas bisa kita pahami sebagai proses yang tak terelakkan menuju masyarakat industrial untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki suatu masyarakat dalam upayanya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dari waktu ke waktu. Jadi industrialisasi bukan sekedar membangun wujud fisik semata, melainkan juga membentuk masyarakat untuk siap menghadapi realitas baru serta mengembangkan seperangkat infrastruktur yang menompang kehidupan industrial yang semakin pelik dan multidimensional. (Basri, 2003:290).

Hampir semua negara sedang berkembang yang padat penduduknya, terutama pada negara yang kemajuan sektor pertaniannya sudah tidak efisien lagi untuk menampung tenaga kerja semakin bertambah, cenderung memilih pengembangan sektor industri dalam rangka menaikkan taraf hidup rakyatnya.

(44)

umumnya sub sektor ini banyak mendayagunakan sumber-sumber produksi yang terdapat dimana mereka membuka usahanya.

2.2.3. Pendidikan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Pendidikan juga merupakan segala usaha untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, jasmani dan rohaniah, yang berlangsung seumur hidup, baik didalam maupun diluar sekolah, dalam rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. (Instruksi Presiden RI No. 15 tahun 1974).

(45)

2.2.3.1. Sistem Pendidikan

Segala manajemen selalu berlandaskan pada sistem yang ada begitu juga dalam dunia pendidikan dikenal dengan namanya sistem pendidikan, hal ini dimaksudkan agar supaya sasaran pendidikan untuk membentuk, mempersiapkan, membina dan mengembangkan kemampuan Sumber Daya Manusia yang sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan dapat tercapai.

Ternyata sistem pendidikan mencakup faktor yang sangat luas sekali hal ini seperti diuraikan oleh Sedarmayanti (2001:33-35).

Apabila dilihat dari pendekatan sistem, maka proses pendidikan terdiri dari masukan (sarana pendidikan) dan keluaran (perubahan perilaku) serta faktor yang mempengaruhi proses pendidikan yang pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Perangkat lunak (software), yang mencakup antara lain : kurikulum, organisasi pendidikan, peraturan metode belajar, dan lainnya.

2. Perangkat keras (hardware), yaitu fasilitas yang mencakup : gedung, perpustakaan, alat bantu peraga, dan sebagainya.

Sedangkan didalam proses pendidikan termasuk didalamnya antara lain : 1. Bagaimana program pendidikan tersusun (kerangka acuan, kurikulum

(46)

2. Bagaimana pendayagunaan sarana dan prasarana, baik fisik maupun non fisik, manusia maupun non manusia, termasuk biaya, dan sebagainya.

3. Bagaimana sitem koordinasi untuk membina keterpaduan, integrasi, dan sinkronisasi (KIS) serta evaluasi.

2.2.4. Tingkat Upah

Teori Neo Klasik mengemukakan bahwa dalam rangka memaksimalkan keuntungan, tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi, sedemikian rupa sehingga tiap faktor produksi yang dipergunakan menerima dan diberi imbalan sebesar nilai pertumbuhan hasil marginal dari faktor produksi. Ini berarti pengusaha mempekerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marginal seseorang sama dengan upah yang diterima orang tersebut. (Afrida, 2003:151).

Upah adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga mental atau fisik atau para pekerja yang digunakan dalam proses produksi.

Upah menurut Badan Pusat Statistik adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha pada pekerja untuk pekerjaan atas jasa yang telah atau akan dilakukan.

(47)

Upah merupakan sumber utama penghasilan seseorang, oleh sebab itu upah harus cukup memenuhi kebutuhan karyawan dan keluarganya dengan wajar. Kewajaran dapat diukur dan dinilai dengan kebutuhan hidup minimum atau sering disebut kebutuhan fisik minimum (KFM) adalah tanggung jawab semua masyarakat, pemerintah, pengusaha dan karyawan itu sendiri untuk menjamin bahwa kebutuhan hidup minimum setiap karyawan dapat terpenuhi melalui pekerjaan dari mana dia memperoleh penghasilan.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, pemerintah telah mengembangkan penerapan upah minimum. Sasarannya adalah supaya upah minimum itu paling sedikit cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup minimum karyawan dan keluarganya. Dengan demikian, kebijaksanaan penentuan upah minimum adalah

1. Manjamin penghasilan karyawan sehingga tidak lebih rendah dari suatu tingkat tertentu.

2. Meningkatkan produktivitas karyawan.

3. Mengembangkan dan meningkatkan perusahaan dengan cara-cara produksi yang efisien.

2.2.4.1. Dasar Sitem Pengupahan

(48)

1. Mampu menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan karyawannya

2. Mencerminkan pemberian imbalan terhadap hasil kerja seseorang

3. Memuat pemberian intensif yang mendorong peningkatan produktivitas kerja dan pendapatan nasional.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat upah, antara lain : 1. Produktivitas

Karena produktivitas merupakan sumber yang dapat menambah pendapatan perusahaan, maka bila produktivitas naik maka upah juga cenderung naik.

2. Besarnya pejualan

Penjualan merupakan sumber pendapatan usaha yang menentukan kemampuan masyarakat.

3. Laju inflasi

Bagi semua rumah tangga, daya beli merupakan unsur yang penting dari upah yang diterimanya dan bukan upah nominalnya. Oleh karena itu, laju inflasi yang digunakan untuk mendeflasikan upah nominal menjadi riil sangat penting.

4. Sikap pengusaha

(49)

5. Institusional

Peranan serikat pekerja dalam meningkatkan dinamika tingkat upah tidak segera seperti yang biasa orang gambarkan sebelumnya. Oleh karena itu, dalam perusahaan-perusahaan dimana sudah ada serikat pekerja, tingkat upahnya diharapkan lebih dinamis mengikuti perkembangan daripada perusahaan tanpa serikat pekerja. (Afrida, 2003:159-161).

2.2.5. Pengertian Nilai Produksi

Tenaga kerja adalah sumber daya paling penting, mencapai sekitar 70 persen dari biaya produksi. Penawaran tenaga kerja dalam perekonomian tergantung pada ukuran dan kemampuan penduduk dewasa serta tergantung pada preferensi rumah tangga antara kerja dan waktu luang.

(50)

2.2.5.1. Teori Pembangunan

a. Teori Pembangunan Adam Smith

Pembagian kerja adalah titik permulaan dari teori pertumbuhan ekonomi Adam Smith yang meningkatkan daya produktivitas tenaga kerja. Ia menghubungkan kenaikkan itu dengan :

1. Meningkatkan ketrampilan pekeja

2. Penghematan waktu dalam memproduksi barang 3. Penemuan mesin yang sangat menghemat tenaga

Penyebab yang terakhir dari kenaikan produktivitas ini bukan berasal dari tenaga kerja tetapi dari modal. Sebagaimana dikatakan Smith, bagian yang ditabung tiap tahun oleh seseorang dengan segera dipergunakan sebagai modal dan hanya kaum kapitalis dan tuan tanah yang mampu menabung, sedangkan kelompok pekerja diperkirakan tidak mampu menabung. Para ahli ekonomi klasik juga meyakini adanya suatu cadangan upah, dalam arti bahwa upah cenderung menyamai jumlah yang diperlukan bagi kebutuhan minimum para pekerja, jika pada suatu waktu cadangan upah keseluruhan menjadi lebih tinggi dari pada tingkat kebutuhan hidup minimum, maka tenaga kerja akan meningkat.

(51)

b. Teori Pembangunan Lewis

Menurut model pembangunan yang diajukan oleh Lewis, perekonomian yang terbelakang terdiri dari dua sektor yaitu, sektor tradisional dan sektor industri perkantoran modern. Perhatian utama dari model ini diarahkan pada terjadinya proses pengalihan tenaga kerja dari sektor tradisional dengan surplus tenaga kerja ke sektor industri modern yang tingkat produktivitasnya tinggi dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja.

Pengalihan tenaga kerja dan pertumbuhan kesempatan kerja tersebut dimungkinkan oleh adanya perluasan output pada sektor modern tersebut Adapun laju atau keccpatan terjadinya perluasan tersebut ditentukan oleh investasi dibidang industri dan akumulasi modal keseluruhan disektor modern. (Todaro, 2000:100).

2.2.5.2. Teori Produksi

Telah dinyatakan sebelum ini bahwa produksi menunjukkan sifat perkaitan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input, dan jumlah produksi selalu juga disebut output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus. (Sukirno, 1995:194).

(52)

Dimana K adalah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian keusahawanan, R adalah kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut, yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi barang-barang yang sedang dianalisis sifat produksinya.

Produksi adalah setiap usaha yang menciptakan atau memperbesar data guna barang. Untuk bisa melakukan produksi, organisasi melakukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan. Jadi semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang disebut faktor-faktor produksi. (Rosyidi, 2002:56).

Teori produksi sederhana menggambarkan tentang pengaruh diantara tingkat produksi sesuatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut.

(53)

Gambar 5 : Fungsi Produksi

Y1

Total Product

5 Tenaga Kerja

Sumber : Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta, hal:10.

Dari gambar diatas jelas nampak bahwa setiap tambahan tenaga kerja akan menambah total produk. Pada mulanya setiap tambahan kerja akan menambah total product dengan tingkatan pertambahan yang menaik. Namun apabila tambahan tenaga kerja diteruskan maka tingkat pertambahan product semakin mengecil. Inilah yang sering disebut dengan hukum tingkat pertambahan hasil atau output yang makin berkurang (Law Of Deminishing Product).

2.2.6. Investasi

2.2.6.1. Pengertian Investasi

(54)

diartikan sebagai pembelian dari obligasi atau surat saham dianggap telah melakukan investasi.

Pengertian investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.

Menurut pendapat Rosyidi (1996:152) mengatakan bahwa investasi itu berarti penambahan barang-barang modal baru, sedangkan membeli selembar kertas saham bukanlah saham. Menurut Dornbusch dan Fisher (1999:46). Pengertian investasi adalah pengeluaran yang ditunjukkan untuk meningkatkan atau mempertahankan stock barang modal. Stock barang modal terdiri dari pabrik, mesin, kantor, dan produk-produk tahan lama yang digunakan dalam proses produksi. Pergertian investasi bukan hanya untuk menambah atau meningkatkan barang modal, tetapi dapat juga diartikan sebagai usaha membina industri-industri.

Dalam prakteknya, suatu usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam satu tahun tertentu, yang digolongkan dengan investasi (suatu pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran pembelanjaan sebagai berikut :

(55)

b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.

c. Petambahan nilai stock barang-barang yang belum tejual, bahan mentah dan barang-barang yang masih dalm proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional.

Sedangkan konsep lain menurut Meir membagi pengertian investasi menjadi tiga motif yaitu profit motive, technological motive, marketing motive.

a. Profit motive

Bahwa investasi itu bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Jadi investor yang menanamkan modalnya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan dan mendorong mereka untuk selalu bekerja keras.

b. Technological motive

Pada motif ini para investor lebih mengutamakan kemampuan teknologi dalam setiap usahanya. Ini berarti bahwa para investor akan lebih cenderung kepenambahan kapasitas produksi dan menemukan produk-produk baru.

c. Marketing motif

(56)

Pengertian investasi dari semua pendapat tersebut kiranya dapat disimpulkan bahwa investasi atau penanaman modal itu merupakan suatu pengeluaran para pemilik modal untuk membeli barang-barang atau jasa secara ekonomis dan diharapkan dapat diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sedangkan sifat atau motif dari para investor tersebut terbagi menjadi tiga macam, yaitu : sifat motif kearah kesuatu keuntungan

(profit motive), kemajuan teknologi (technological motive) dan kemasalah pemasaran (marketing motive).

Ketiga motif tersebut jika penerapannya dapat dipadukan secara sinergi dan selalu berorientasi kemasa depan, tentunya dapat berdampak positif bagi kemajuan perekonomian.

2.2.6.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi

Apabila seorang pemilik modal atau para pengusaha menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang modal, maka pembelanjaan itu dinamakan investasi. Dengan demikian banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar sekali peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakuakan oleh para pengusaha.

(57)

a. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang

Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang barang-barang modal, baru dinamakan kegiatan memakan waktu dan apabila investasi tersebut telah usai dilaksanakan, yaitu pada waktu industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan barang atau jasa yang menjadi produksinya, maka para pemilik modal biasanya akan melakukan kegiatan terus menerus selama beberapa tahun. Oleh karena itu dalam menentukan apakah semua kegiatan yang akan dikembangkan itu dapat memperoleh keuntungan atau menimbulkan kerugian, maka pengusaha harus membuat ramalan-ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang.

b. Tingkat bunga

Bagi pengusaha yang bijaksana hendaknya selalu mengikuti dan memperhatikan perkembangan pasar, terutama tentang perkembangan tingkat suku bunga yang dapat mempengaruhi beroperasinya setiap perusahaan. Oleh karena itu tingkat bunga dapat digolongkan sebagai salah satu faktor yang akan menentukan besarnya investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha.

c. Perubahan dan Perkembangan teknologi

(58)

dilaksanakan, maka semakin banyak pula jumlah kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan oleh para pengusaha.

d. Tingkat pendapatan nasional

Sejarah perkembangan ekonomi dunia menunjukkan bahwa akhir-akhir ini berbagai pertemuan dan pembaharuan sangat besarperannya. Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara pendapatan nasional dan investasi merupakan hal yang sangat berkaitan. Dimana investasi itu pada umumnya cenderung untuk mencapai tingat yang lebih besar apalagi pendapatan nasional semakin besar jumlahnya. Demikian pula sebaliknya apabila apabila pendapatan nasional semakin rendah biasanya nilai investasinya juga rendah.

e. Keuntungan yang dicapai perusahaan

(59)

2.2.6.3. Fungsi Investasi

Kurva yang menunjukkan perkaitan diantara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi investasi dibedakan menjadi dua, yaitu (i) Investment Account sejajar dengan sumbu dasar, atau (ii) bentuknya naik keatas kesebelah kanan (yang berarti makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasinya). Fungsi atau investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi otonomi dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional meningkat dinamakan investasi terpengaruh. Dalam analisis makro ekonomi biasanya dimisalkan bahwa investasi perusahaaan bersifat investasi ekonomi.

Investasi otonomi adalah pembentukan modal yang tidak dipengaruhi pendapatan nasional. Dengan kata lain, tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan.

Gambar 6 : Fungsi Investasi Otonomi dan Investasi Terimbas Investasi Investasi I (Y)

0 0

Pendapatan Pendapatan

(60)

2.2.6.4. Investasi Melalui Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Penanaman modal dapat juga diartikan sebagai investasi. Kata investasi berasal dari bahasa Inggris yaitu investment. Menurut Rosyidi (1996:170). Jenis-jenis investasi itu sendiri adalah :

1. Autonomous Investment dan Induced Investment

Autonomous Investment adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan-perubahan faktor-faktor diluar pendapatan yaitu tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Induced Investment adalah investasi yang dipegaruhi oleh tingkat pendapatan.

2. Public Investment dan Private Investment

Public Investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah. Yang dimaksud dengan perkataan pemerintah disini adalah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tingkat satu dan seterusnya. Private Investment adalah investasi yang dilaksanakan swasta.

3. Domestic Investment dan Foreign Investment

Domestik artinya adalah dalam negeri, sedangkan Foreign artinya adalah luar negeri. Dengan itu jelaslah bahwa Domestic Investment

adalah penanaman modal dalam negeri didalam negeri. Sedangkan

(61)

yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam dan atau faktor produksi tenaga manusia, tetapi tidak memiliki faktor produksi modal yang cukup untuk mengolah sumber-sumber yang dimilikinya, akan mengundang modal asing ini, agar sumber-sumber yang ada didalam negeri tetapi belum dimanfaatkan bisa digali sehingga tidak menggangur sia-sia.

4. Gross Investment dan Net Investment

Gross Investment adalah total seluruh investasi yang diadakan atau dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian, investment bruto inidapat bernilai positif, tetapi tidak akan bernilai negative. Yang dimaksudakan dengan investasi bruto ini adalah semua jenis investasi yang dilaksanakan disuatu Negara, dengan tidak perduli jenis investasi apa sajakah yang dilaksanakan itu. Jadi mungkin investasi bruto itu mencangkup segala jenis investasi, baik yang autonomous

maupun yang induced, baik yang private maupun yang public, baik yang domestic maupun yang foreign. Pendek kata, seluruh investasi yang dilakukan disuatu Negara pada suatu periode waktu tertentu.

Net Investment (investasi netto) selisih antara investasi bruto dengan penyusutan.

(62)

Modal Asing (PMA) ini resiko dari kegagalan investasi ditanggung oleh investor luar negeri tersebut.

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) merupakan investasi yang dilakukan oleh investor dalam negeri. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ini lebih banyak dilakukan oleh pemerintah dengan motivasi untuk kesejahteraan rakyat banyak.

2.2.6.5. Dampak Investasi Melalui PMA dan PMDN

Menurut Abipraja (1985:77) pertimbangan pemerintah Indonesia menerima masuknya Penanaman Modal Asing adalah :

1. Tujuan memperoleh pendapatan Negara (dalam bentuk pemasukan pajak, baik pajak langsung maupun tidak langsung).

2. Memberikan development effect terhadap kegiatan industri dalam negeri disekitar modal asing.

3. Kesempatan kerja bagi penduduk.

Sedangkan tujuan dilaksanakan Penanaman Modal Dalam Negeri oleh pemerintah dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Meningkatnya pendapatan masyarakat ini secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan nasional.

(63)

investasi yang ditanamkan, maka pendapatan nasional akan mengalami peningkatan.

2.3. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini adalah Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya dan Sidoarjo. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, apabila permintaan barang dan jasa meningkat akan dimungkinkan jumlah tenaga kerja yang diserap juga ikut meningkat. Sehingga menyebabkan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya dan Sidoarjo akan meningkat.

Pendidikan sebagai variabel (X1) menunjukan kualitas tenaga kerja

karena semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan tenaga kerja akan semakin tinggi produktivitasnya. Dengan sendirinya semakin besar penyerapan tenaga kerja dengan bekal tingkat penddikan yang lebih tinggi akan semakin prospektif. Maka dengan demikian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya dan Sidoarjo juga akan meningkat.

Tingkat upah sebagai variabel (X2) menunjukan upah atau gaji

(64)

mengakibatkan tingkat produktivitas kerja akan menurun, sehingga mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya dan Sidoarjo akan naik.

Nilai produksi sebagai variabel (X3) dapat dipandang sebagai

barang atau output yang dihasilkan oleh tenaga kerja dari proses produksi. Jika output yang dihasilkan meningkat, maka penawaran suatu barang juga meningkat. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap faktor produksi sehingga dengan bertambahnya jumlah output maka pcrusahaan akan sangat membutuhkan tambahan tenaga kerja baru. Maka dari itu Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya dan Sidoarjo akan meningkat.

Investasi sebagai variabel (X4). Investasi adalah pengeluaran atau

(65)

Gambar 7 : Paradigma “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya”.

Pendidikan Kualitas

Sumber Daya Manusia

Sumber : penulis (X1)

Tingkat Upah (X2)

Investasi (X4)

Tingkat Produktivitas

Jumlah Industri

Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di

Kota Surabaya (Y)

(66)
(67)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan teori-teori dan kerangka pikir diatas, maka dapat diketahui hipotesis dari penelitian sebagai berikut :

1. Diduga terdapat pengaruh antara Pendidikan, Tingkat Upah, Nilai Produksi, dan Investasi berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya dan Sidoarjo. 2. Diduga variabel Pendidikan paling dominan berpengaruh terhadap

(68)

BAB III

METODOLOGI PENELITIIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Surabaya

Definisi operasional dalam hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan

dan menerangkan variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian

dan pengukuran variabel-variabel penelitian secara operasional

berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris.

Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan

dalam penelitian ini dibagi menjadi :

1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variable terikat (Dependent Variabel) adalah variabel yang tidak

dapat berdiri sendiri dan nilainya tergantung pada hasil pengamatan.

Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya. Tenaga Kerja

adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan baik didalam maupun

diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat, apabila permintaan barang dan

jasa meningkat akan dimungkinkan jumlah tenaga kerja yang diserap

juga ikut meningkat. Pengukuran dinyatakan dalam satuan jiwa.

2. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas (Independent Variabel) yaitu variabel yang dapat

berdiri sendiri dan nilainya tidak tergantung pada hasil pengamatan.

(69)

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini ada empat, yaitu :

a. Pendidikan (X1)

Tingkat pendidikan ditamatkan (minimal SLTA) oleh tenaga

kerja pada industri pakaian jadi di Kota Surabaya.

Pengukurannya dinyatakan dalam satuan orang/jiwa.

b. Tingkat Upah (X2)

Adalah Upah atau gaji yang diterima dari perusahaan untuk

pekerja selama jangka waktu tertentu. Pengukurannya

dinyatakan dalam satuan rupiah.

c. Nilai Produksi (X3)

Adalah total nilai yang dihasilkan oleh industri yang berupa

barang-barang dari tekstil. Pengukuran dinyatakan dalam satuan

rupiah..

d. Investasi (X4)

Adalah penanaman modal oleh perusahaan dan biasanya

berjangka waktu dengan harapan mendapatkan keuntungan

dimasa-masa yang akan datang. Pengukuranya dinyatakan dalam

(70)

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Sidoarjo

Definisi operasional dalam hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan

dan menerangkan variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian

dan pengukuran variabel-variabel penelitian secara operasional

berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris.

Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan

dalam penelitian ini dibagi menjadi :

1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variable terikat (Dependent Variabel) adalah variabel yang tidak

dapat berdiri sendiri dan nilainya tergantung pada hasil pengamatan.

Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kabupaten Sidoarjo. Tenaga

Kerja adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan baik didalam

maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, apabila permintaan barang

dan jasa meningkat akan dimungkinkan jumlah tenaga kerja yang

diserap juga ikut meningkat. Pengukuran dinyatakan dalam satuan

jiwa.

2. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas (Independent Variabel) yaitu variabel yang dapat

berdiri sendiri dan nilainya tidak tergantung pada hasil pengamatan.

(71)

a. Pendidikan (X1)

Tingkat pendidikan ditamatkan (minimal SLTA) oleh tenaga

kerja pada industri pakaian jadi di Kota Sidoarjo. Pengukurannya

dinyatakan dalam satuan orang/jiwa.

b. Tingkat Upah (X2)

Adalah Upah atau gaji yang diterima dari perusahaan untuk

pekerja selama jangka waktu tertentu. Pengukurannya

dinyatakan dalam satuan rupiah.

c. Nilai Produksi (X3)

Adalah total nilai yang dihasilkan oleh industri yang berupa

barang-barang dari tekstil. Pengukuran dinyatakan dalam satuan

rupiah..

d. Investasi (X4)

Adalah penanaman modal oleh perusahaan dan biasanya

berjangka waktu dengan harapan mendapatkan keuntungan

dimasa-masa yang akan datang. Pengukuranya dinyatakan dalam

satuan jutaan rupiah.

3.3. Teknik Penentuan Sampel

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder.

Menurut definisi dari data sekuder merupakan data yang sudah

dipublikasikan untuk konsumsi umum (Kinnear dan Tylor, 1992:139).

(72)

series data) dalam periode waktu lima belas tahun yaitu dari tahun 1993

sampai dengan tahun 2007.

3.4. TeknikPengumpulan Data 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder, yaitu data yang penulisannya dikumpulkan dari pihak

instansi terkait yang digunakan sebagai data pendukung dalam

pengumpulan data.

2. Sumber Data

Data diperoleh dapat digunakan dalam penelitian ini diperoleh

dari instansi terkait, yaitu :

a. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.

b. Bank Indonesia.

3. MetodePengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan jalan

mempelajari buku-buku literatur serta catatan-catatan yang ada

hubungannya dengan penelitian ini.

2. Studi lapangan yaitu pengumpulan data dengan menggunakan

penelitian dilapangan guna raemperoleh data yang diperlukan.

Dalam penulisan sekripsi dapat dilakukan dengan cara :

Gambar

Gambar 1 : Komponen Penduduk dan Tenaga Kerja
Gambar 2 : Permintaan Tenaga Kerja
Gambar 3 : Penawaran Tenaga Kerja
Gambar 4 : Pasar Tenaga Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dalam penempatan dan pelindungan tenaga kerja asal Jawa Barat telah mengeluarkan kebijakan daerah berupa Peraturan Daerah Provinsi

Dalam pendidikan moral sebagai pembentukan kesadaran moral atau pembentukan superego, pendidik berperan sebagai: (a) memberi ganjaran, dan (b) memberi hukuman. Berperan sebagai

Menurut saya apa yang dilakukan oleh Dani dengan men-deface KPU adalah mengakses komputer dimana data-data tentang hasil Pemilu terekam, dan pada UU RI No.36 tahun 1999 tidak

Teman-teman Program Profesi Apoteker Periode XLVI Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya serta rekan-rekan seperjuangan PKPA RSUD.. Saiful Anwar dari

flakes , mengetahui formula terbaik flakes berbahan dasar tepung milet putih dengan penambahan koya ikan gabus dan tepung tempe sebagai sereal tinggi protein

Sektor perikanan dan sektor industri pengolahan ini saling berkaitan karena dengan melihat hasil dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Dari analisis SWOT yang ada ditabel di atas, dapat disimpulkan bahwa masih banyak kekurangan pada produk digital Omah Fatih di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang yang

Praktek dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair , karena bagi negara pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan kerugian bagi dunia usaha atau