• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PRAKTIK EKOWISATA DI KAMPUNG TRADISIONAL BENA, DESA TIWORIWU, KABUPATEN NGADA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PRAKTIK EKOWISATA DI KAMPUNG TRADISIONAL BENA, DESA TIWORIWU, KABUPATEN NGADA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PRAKTIK

EKOWISATA DI KAMPUNG TRADISIONAL BENA,

DESA TIWORIWU, KABUPATEN NGADA, PROVINSI

NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh:

MUNI IMELDA AMTIRAN 1312015002

PROGRAM STUDI S1 DESTINASI PARIWISATA

FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PRAKTIK

EKOWISATA DI KAMPUNG TRADISIONAL BENA,

DESA TIWORIWU, KABUPATEN NGADA, PROVINSI

NUSA TENGGARA TIMUR

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Bidang Pariwisata

MUNI IMELDA AMTIRAN 1312015002

PROGRAM STUDI S1 DESTINASI PARIWISATA

FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PRAKTIK

EKOWISATA DI KAMPUNG TRADISIONAL BENA,

DESA TIWORIWU, KABUPATEN NGADA, PROVINSI

NUSA TENGGARA TIMUR

Nama : Muni Imelda Amtiran NIM : 1312015002

Skripsi ini telah LULUS dengan predikat SANGAT MEMUASKAN pada tanggal 21 April 2016 di Program Studi Destinasi Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Ida Bagus Suryawan, ST.,M.Si Made Sukana,SST.Par.,M.Par.MBA. NIP. 197812292005011001 NIP.

197912312003121002

Mengetahui

Dekan Fakultas Pariwisata Ketua Program Studi Universitas Udayana S1 Destinasi Pariwisata

(4)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PRAKTIK

EKOWISATA DI KAMPUNG TRADISIONAL BENA,

DESA TIWORIWU, KABUPATEN NGADA, PROVINSI

NUSA TENGGARA TIMUR

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Program Studi S1 Destinasi Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana pada tanggal 21 April 2016 dan dinyatakan LULUS dengan predikat SANGAT MEMUASKAN.

TIM PENGUJI,

Ketua : Ida Bagus Suryawan, S.T., M.Si ( ) Sekretaris : Made Sukana, SST.Par., M.Par.MBA (

Anggota : 1. I Gst. Agung Oka Mahagangga, S.Sos.,M.Si( ) 2. Dra. Ida Ayu Suryasih, M.Par ( ) 3. Drs. I Putu Anom, M.Par ( )

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 Destinasi Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus karena atas berkat, hikmat dan karunia-Nya penulisan Skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Praktik Ekowisata Di Kampung Tradisional Bena, Desa Tiworiwu Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan. Terselesaikannya Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam khususnya kepada :

1. Bapak Drs. I Made Sendra, M.Si selaku Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

2. Bapak Ida Bagus Suryawan, ST.,M.Si, selaku Pembimbing I atas bimbingan, masukan, arahan dan sumbangan pemikiran selama penulisan skripsi sejak awal sampai akhir.

3. Bapak Made Sukana, SST.Par., M.Par., MBA Pembimbing II yang selalu sabar dalam membimbing dan memberikan masukan kepada penulis.

4. Bapak I Gst. Agung Oka Mahagangga, S.Sos.,M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Destinasi Pariwisata sekaligus Pembimbing Akademik atas bimbingan dan arahannya selama menempuh pendidikan pada Program Studi S1 Destinasi Pariwisata Universitas Udayana.

5. Bapak/ Ibu Pembantu Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana yang membantu kelancaran perkuliahan.

6. Kepala Tata Usaha Fakultas Pariwisata Universitas Udayana beserta staf yang membantu kelancaran administrasi akademik.

7. Mama Emi selaku Sekretaris Pengelola Kampung Tradisional Bena sebagai informan kunci yang telah banyak membantu didalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

(6)

yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan banyak masukan dan sangat membantu didalam pencarian data selama peneliti melakukan penelitian di Kampung Tradisional Bena.

9. Bapa dan Mama yang selalu dan senantiasa memberikan dorongan dan biaya untuk menyelesaikan Skripsi ini.

10. Kakak Yanto Amtiran, Kakak Franky Amtiran, Kakak Santy Amtiran sebagai kakak sekaligus menjadi motivator yang senantiasa mendukung dan memberi banyak masukan demi kelancaran penulis.

11. Keluarga Solagratia Ministry (Ka Temy, Vivi, Brian, dan Mira) yang selalu memberikan dukungan doa demi kelancaran penulisan Skripsi ini.

12. Teman-teman Pinkers angkatan 2012 dan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca maupun pihak-pihak yang memerlukan.

Denpasar, April 2016

(7)

DAFTAR ISI

JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAK ... x

ABSTRAC ... xi

SURAT PERNYATAAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

1.5 Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS ... 15

2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya ... 15

(8)

2.2.1 Konsep Ekowisata ... 17

2.2.2 Konsep Partisipasi Masyarakat ... 18

2.2.3 Konsep Interaksi ... 19

2.2.4 Konsep Masyarakat ... 21

2.3 Teori Analisis ... 22

2.3.1 Tipologi Partisipasi Masyarakat ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

4.1.3 Sejarah Singkat Kampung Tradisional Bena ... 36

4.1.4 Kondisi Sarana dan Prasarana ... 41

4.2 Praktik Ekowisata di Kampung Tradisional Bena, Desa Tiworiwu, Kabupaten Ngada ... 44

4.3 Interaksi Masyarakat dengan Wisatawan dalam Praktik Ekowisata di Kampung Tradisional Bena ... 51

4.4 Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Praktik Ekowisata di Kampung Tradisional Bena ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

(9)

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

DAFTAR INFORMAN ... 72

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Ngada ... 7 Tabel 2.1 Karakteristik dari Masing-Masing Tipe dalam Tosun’s typology of

Participation ... 22 Tabel 4.1 Analisis Kesesuaian antara Tosun’s typology of participation dengan

Partisipasi Masyarakat dalam Praktik Ekowisata di Kampung

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Ngada ... 33 Gambar 4.2 Letak Kampung Bena dalam Peta Area Bajawa ... 37 Gambar 4.3 Kampung Tradisional Bena ... 39 Gambar 4.4 Kubur Megalitik dan Keberadaan Kampung Bena di bawah kaki gunung

Inerie ... 40 Gambar 4.5 Akses jalan menuju Kampung Tradisional Bena ... 42 Gambar 4.6 Penerimaan Tamu oleh pengelola kampung Bena dan Bena Information

Center ... 53 Gambar 4.7 Wisatawan berpartisipasi dalam pembangunan Rumah Adat Bena dan

(12)

ABSTRAK Kampung Tradisional Bena, Desa Tiworiwu, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur C. Jumlah Halaman : xi+ 71 halaman + 15 lampiran

D. Ringkasan :

Dalam pengembangan ekowisata tentu sangat dibutuhkkan partisipasi masyarakat lokal untuk mendukung pengembangan ekowisata di daerahnya. Ekowisata sendiri merupakan jenis wisata alternatif yang memiliki tingkat interaksi yang tinggi antara masyarakat lokal dengan wisatawan yang mana masyarakat lokal sebagai tuan rumah mampu menjaga keberlanjutan alam dan budayanya. Dari kegiatan ini keaslian budaya lokal tetap dipertahankan dan wisatawan serta masyarakat lokal sama-sama mendapat nilai positif. Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam praktik ekowisata serta interaksi masyarakat dengan wisatawan di Kampung Tradisonal Bena, Kabupaten Ngada.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif dan data kuantitatif diperoleh dari sumber data, baik data primer maupun sekunder. Untuk memperoleh informasi digunakan teknik penentuan informan dengan teknik purposive sampling dan teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan pendekatan konsep praktik ekowisata, Tosun’s typology of participation.

Dari hasil penelitian dijelaskan bahwa dalam praktik ekowisata di Kampung Bena, masyarakat lokal sangat menjaga kelestarian alam dan budayanya, dan jika dilihat dari aspek “penggerak ekowisata yang dominan” tipe Masyarakat di kampung Bena masih sangat dominan. Ekowisata yang dirintis dan dikelola secara dominan oleh kekuatan dan kemampuan masyarakat lokal kampung Bena. Bentuk partisipasi masyarakat Bena dikategorikan dengan partisipasi terdorong ((Induced Participation) yaitu adanya dukungan, perintah, dan secara resmi disetujui. Pemerintah memiliki peran utama untuk memulai aksi partisipasif melalui strategi-strategi untuk mendorong dan melatih pemimpin lokal agar mengambil peran memimpin, membangun, kerjasama, dan mendukung masyarakat.

(13)

ABSTRACT

S1 Study Program of Tourism Destinations Faculty of Tourism Regency, East Nusa Tenggara Province

C. Number of pages : xi +71 pages D. Summary:

The local community participation in the development of ecotourism is very needed to support the development of ecotourism in their region. Ecotourism itself is a kind of alternative tourism has a high level of interaction between local people and the local communities where the traveler as the host is able to maintain the sustainability of nature and culture. By these activities the authenticity of local cultural was maintained and tourists and local people alike got a positive value. Based on the background above it is important to do research in order to determine the form of community participation in ecotourism practices and community interaction with tourists in the village of Bena Traditional, Ngada.

This study uses data collection techniques by observation, interview and documentation. The type of data used is quantitative and qualitative data obtained from the data sources, both primary and secondary data. To obtain information used technique of determining informants by using purposive sampling and data analysis technique used is descriptive qualitative approach concept of ecotourism practices, Tosun's typology of participation.

From the research explained that the practice of ecotourism in the village of Bena, local communities are the preservation of nature and culture, and when viewed from the aspect of "ecotourism dominant mover" type of community in the village of Bena still very dominant. Ecotourism initiated and managed predominantly by the strength and the ability of local communities Bena village. Forms of community participation Bena categorized with participation encouraged ((Induced Participation) namely the support, command, and officially approved. The government has a major role to start the action participatory through strategies to encourage and train local leaders to take the lead role, building, cooperation and support the community.

(14)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh pihak lain untuk mendapatkan karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebut dalam sumber kutipan atau daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan/ plagiat, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Strata 1) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 70).

Denpasar, 21 April 2016 Yang membuat pernyataan

Nama : Muni Imelda Amtiran

(15)
(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pariwisata dapat menjadi kegiatan ekonomi alternatif yang diharapkan dapat menjaga kelestarian ekosistem yang mana kemungkinannya akan menjadi rusak apabila dimanfaatkan untuk pertambangan dan industri. Namun demikian, pariwisata juga dapat berdampak negatif terhadap lingkungan alam sebagai akibat dari perencanaan dan pengelolaan kegiatan pariwisata yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan, yaitu: polusi udara dari emisi kendaraan pariwisata, kemacetan lalu-lintas, abrasi air laut dan gangguan terhadap ekosistem (seperti rusaknya terumbu karang, dan hilangnya habitat satwa), serta berkurangnya keindahan alam akibat pembangunan fasilitas pariwisata pada lokasi yang tidak tepat.

(17)

penelitian, para praktisi pariwisata menegaskan bahwa motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi telah berubah drastis dan sekarang wisatawan lebih tertarik kepada suatu hal yang terspesifik, aktivitas kegemaran yang ia sukai dan yang paling penting yaitu adanya kualitas dari pengalamannya terkait produk dan servis pariwisata (Arida, 2009).

Pariwisata massal memberikan ruang yang besar bagi masuknya modal yang intensif kedalam suatu daerah wisata dan cendrung melemahkan partisipasi masyarakat lokal. Sementara ecotourism mempunyai arti dan komitmen yang jelas terhadap kelestarian alam dan pengembangan masyarakat, disamping aspek ekonomi. Ekowisata mengandung perspektif dan dimensi yang baik, serta merupakan wajah masa depan pariwisata berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (Arida, 2009). Keberlanjutan pariwisata tentunya dapat dilakukan dengan meminimalisir dampak yang terjadi akibat adanya pariwisata itu sendiri. Namun, mewujudkan pariwisata berkelanjutan tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Semua pihak harus benar-benar terlibat didalamnya. Pihak-pihak yang dimaksudkan dalam hal ini adalah stakeholder pariwisata, yang terdiri dari pihak pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat lokal, wisatawan dan lingkungan.

(18)

untuk membangun fasilitas pariwisata. Terjadi pencemaran lingkungan dimana-mana dan keaslian serta kesakralan budaya sering dikomersialisasikan demi kepuasan wisatawan.

Melihat dampak negatif tersebut diatas harus ada suatu solusi yang baru dan tepat agar sekurang-kurangnya dampak buruk tersebut dapat dikurangi dan terjadi pemulihan kembali. Solusi itulah yang saat ini dikenal dengan pariwisata alternatif (alternative tourism). Pariwisata alternatif adalah pariwisata yang lebih menekankan kepada melestarikan sumber daya dan meningkatkan kualitas ekonomi. Pariwisata alternatif ini tidak merusak lingkungan, berpihak pada ekologi dan menghindari dampak negatif dari pembangunan pariwisata berskala besar yang dijalankan pada suatu area yang tidak terlalu cepat pembangunannya. Pariwisata alternatif juga muncul guna meminimalisir dampak negatif dari perkembangan pariwisata massal.

Pariwisata alternatif didesain dengan skala kecil sebagai sebuah kegiatan kepariwisataan yang disuguhkan kepada wisatawan dimana segala aktivitasnya harus melibatkan masyarakat lokal. Bisa dikatakan pariwisata alternatif lebih menekankan pada kualitas bukan jumlah seperti yang dikatakan dalam pariwisata massal. Banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke suatu destinasi belum tentu membawa dampak positif malah sebaliknya terjadi kerusakan lingkungan dan pihak tertentu saja yang bisa meraup keuntungan sebesar-besarnya.

(19)

aspek ekonomi dan tetap terjaganya sumber daya yang bersifat terbatas tersebut. Selain peningkatan pendapatan yang diterima oleh masyarakat lokal, masyarakat tidak perlu cemas terjadi perusakan sumber daya karena masyarakat sendiri yang mengelola daerahnya dan menyajikan atraksi wisata kepada wisatawan. Masyarakat tidak perlu membangun fasilitas dan akomodasi yang mewah kepada wisatawan tetapi unsur budaya dan unsur alamnya yang harus lebih ditonjolkan. Makanan dan souvenir khas daerah juga menjadi hal penting yang harus disuguhkan kepada wisatawan.

(20)

penting mengingat masyarakat lebih mengetahui dan mengenal kondisi daerahnya dibandingkan dengan orang lain di luar komunitasnya.

Ekowisata merupakan salah satu bentuk wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari pariwisata massal. Sebenarnya yang lebih membedakannya dari pariwisata massal adalah karakterisitik produk dan pasar. Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya pariwisata (Janianton Damanik dan Helmut Weber, 2006). Jika karakteristik pariwisata masal lebih cendrung kepada pergerakan jumlah wisatawan dalam jumlah besar, ekowisata lebih menekankan pada kualitas wisatawan yang berkunjung (quality tourist) bukan kuantitasnya.

Menurut Janianton Damanik dan Helmut Weber (2006), ada beberapa karakteristik ekowisata yang membedakannya dengan wisata massal. Pertama yaitu aktivitas wisata yang berkaitan dengan konservasi lingkungan. Kedua, penyedia jasa wisata tidak hanya menyiapkan atraksi untuk menarik wisatawan tetapi menawarkan peluang bagi wisatawan untuk lebih menghargai lingkungan sehingga wisatawan dan masyarakat lokal saling menikmati dan dan melestarikan lingkungan yang unik tersebut. Ketiga, kegiatan wisata berbasis alam dan budaya karena bagi wisatawan atraksi alam dan budaya yang masih asli memiliki nilai tertinggi dalam kepuasan berwisata. Keempat, masyarakat lokal berpartisipasi aktif dalam pengelolaan atraksi wisata sehingga dapat merasakan keuntungan secara langsung demi peningkatan kesejahtraan hidup masyarakat lokal.

(21)

yang masih alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan menjamin kesejahteraan masyarakat lokal. Disini wisatawan dapat mempelajari sosial budaya asli masyarakat yang dikunjungi seperti belajar menari, bahasa, memasak makanan lokal, menikmati keindahan alam pedesaan, dan lain-lain. Dari kegiatan ini keaslian budaya lokal tetap dipertahankan dan wisatawan serta masyarakat lokal sama-sama mendapat nilai positif.

Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki begitu banyak keanekaragaman budaya dan alam yang sangat mendukung untuk dikembangkan sebagai sebuah destinasi wisata berbasis ekowisata. Bahkan, dua dari tujuh keajaiban dunia berada di provinsi NTT yaitu Komodo dan Danau Tiga Warna, Kelimutu. Fenomena ini tentu saja menguntungkan karena NTT sudah dikenal secara nasional maupun internasional. Selain Komodo dan Danau Tiga Warna, masih begitu banyak daya tarik lainnya, diantaranya adalah kubur megalitik yang terletak di Kabupaten Sumba Timur dan Kabupaten Sumba Barat, Tradisi penangkapan ikan paus di Kabupaten Lembata, Rumah Adat Tradisional Wae Rebo di Kabupaten Manggarai dan Kampung Tradisional Bena yang merupakan salah satu dari banyaknya kampung tradisional serta peninggalan sejarah seperti kubur megalitik yang ada di Kabupaten Ngada.

(22)
(23)

Tabel 1.1

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Ngada Tahun 2010-2014

Sumber : Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi dan Informatika Kabupaten

Ngada, 2015

Berdasarkan tabel kunjungan wisatawan ke Kabupaten Ngada dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami penurunan, kecuali pada tahun 2012 saja mengalami peningkatan kunjungan dengan total kunjungan wisatawan sebanyak 52.038 orang.

(24)

digunakan merupakan milik masyarakat lokal (Suryawan,2014). Sehingga dengan demikian menerapkan konsep ekowisata diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan terhadap kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Ngada.

Kabupaten Ngada sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki beragam potensi alam dan budaya yang menarik sehingga menjadi salah satu destinasi pariwisata terbaik di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Potensi alam dan budaya yang dimiliki di Kabupaten Ngada antara lain Taman Laut Tujuh Belas Pulau Riung, Permandian Air panas Mengeruda, Ekowisata Lekolodo, Pantai Enagera, Kampung Tradisional Bena dan Wogo, Tinju adat Sagi dan Etu, Tenun Ikat, Danau Wawomudha. Mengingat besarnya potensi pariwisata Kabupaten Ngada maka sektor pariwisata telah ditetapkan sebagai leading sector yang baru setelah sektor pertanian dan agroindustri.

Dalam rencana strategi (renstra) tahun 2011-2016 Pemerintah Kabupaten Ngada dalam hal ini yaitu Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi dan Informatika (P2KI) menetapkan Visi dan Misi dimana dalam Visi tersebut adalah Terwujudnya Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi dan Informatika Yang Handal Berbasis Budaya, Maju, Unggul, Mandiri dan Sejahtera. Misi dalam bidang pariwisata adalah sebagai berikut: “Membangun Pariwisata sebagai daerah tujuan wisata unggulan berwawasan lingkungan yang bertumpu pada pengembangan sumber daya alam, keunikan budaya lokal berbasis masyarakat dengan mempeluas jaringan pemasaran pariwisata secara integral dan komprehensif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat”.

(25)

terwujudnya jaringan pemasaran yang integral dan komperhensif, terwujudnya kemitraan dalam pengembangan pariwisata, tersedianya sarana dan prasarana pendukung kegiatan kebudayaan dan pariwisata, dan meningkatnya pendapat masyarakat dan PAD. Untuk sasaran yang akan dicapai yaitu meningkatnya pemeliharaan aset-aset alam dan budaya lokal sebagai produk wisata, meningkatnya jumlah kunjungan dan lama tinggal wisatawan, meningkatnya jaringan promosi dan kemitraan, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian alam budaya, meningkatnya lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan kebudayaan dan pariwisata. Adapun strategi dan arah kebijakan dalam bidang pariwisata yaitu strategi yang diperlukan untuk meminimalkan sejumlah risiko kegagalan pencapaian visi dan misi, maka strategi pembangunan daerah bidang pariwisata adalah: “Peningkatan sistem jaringan pelayanan transportasi baik darat, laut maupun udara yang handal dalam rangka mendukung pengembangan perluasan dan investasi pariwisata”. Sedangkan rumusan arah kebijakan pembangunan daerah bidang pariwisata adalah sebagai berikut: “Pemantapan pengembangan kawasan dan sistem promosi kepariwisataan sehingga mampu mendorong peningkatan kegiatan ekonomi dan pendapatan masyarakat (Sumber: Dinas P2KI. Rencana Strategis Kabupaten Ngada Tahun 2011-2016. Kabupaten Ngada, 2015).

(26)

wisatawan, jika terdapat kebudayaan atau kehidupan masyarakat yang dapat mereka apresiasikan kepada wisatawan.

Oleh karena itu partisipasi masyarakat merupakan aspek penting dalam pengembangan ekowisata. Artinya, sebelum ekowisata dikembangkan harus ada upaya sadar untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokal agar dapat berpartisipasi aktif dalam program. Dengan partisipasi masyarakat yang baik, dapat menjadi jaminan kesuksesan ekowisata yang dapat dikembangkan. Dengan itu masyarakat sebagai pemilik SD (sumber daya) pariwisata dapat menyadari hak dan kewajiban mereka untuk menjaga keberlanjutan suatu DTW lewat kegiatan ekowisata. Kegiatan ekowisata selain memberi manfaat bagi masyarakat lokal juga harus memberi kontribusi langsung bagi kegiatan konservasi lingkungan. Hal ini penting dilakukan, agar dalam mengembangkan usahanya, masyarakat lokal memiliki rambu-rambu konservasi yang harus dijaga, dan dalam hubungan dengan

stakeholders lain juga dapat saling bekerjasama untuk melaksanakan kegiatan ekowisata.

Melihat fenomena-fenomena tersebut, maka penelitian ini penting untuk mengidentifikasi bentuk partisipasi masyarakat dalam praktik ekowisata yang dilakukan di kampung tradisional Bena. Selain itu, penelitian ini penting untuk dilakukan karena tidak semua destinasi wisata melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaannya, serta lewat penelitian ini masyarakat Bena sendiri dapat mempertahankan kelestarian alam beserta lingkungannya dan budaya mereka selain sebagai contoh atau teladan bagi desa yang lain, juga sebagai salah satu sumber pendapatan yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal Kampung Tradisional Bena.

(27)

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Praktik Ekowisata di Kampung Tradisonal Bena, Desa Tiworiwu Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur ?

2. Bagaimana Interaksi Masyarakat dengan Wisatawan dalam Praktik Ekowisata di Kampung Tradisonal Bena, Desa Tiworiwu Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur ?

3. Bagaimana Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Praktik Ekowisata di Kampung Tradisional Bena, Desa Tiworiwu, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur ?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan dari penelitiian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi praktik ekowisata di Kampung Tradisonal Bena, Desa Tiworiwu, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2. Untuk mengetahui interaksi masyarakat dengan wisatawan dalam praktik ekowisata di Kampung Tradisonal Bena, Desa Tiworiwu Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur ?

(28)

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian, yaitu : 1. Manfaat Akademis

Berdasarkan penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa dalam bidang pariwisata yaitu dalam memahami ekowisata sebagai bentuk partisipasi masyarakat di sebuah destinasi wisata dan dapat dijadikan pijakan untuk penelitian sejenis yang lebih mendalam lagi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan gambaran bagi pihak-pihak pengelola pariwisata bahwa peran masyarakat lokal sangat penting dalam menjaga keberlanjutan daerahnya serta dapat menjadi suatu gagasan yang dapat menjadi pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Ngada dalam hal pengambilan kebijakan tentang partisipasi masyarakat dalam praktik ekowisata kampung tradisional Bena sebagai warisan budaya luhur Kabupaten Ngada khususnya.

(29)

Dalam penelitian yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Praktik Ekowisata di Kampung Tradisional Bena, Desa Tiworiwu, Kabupaten Ngada“ ini menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

Dalam bab ini akan diuraikan telaah hasil penelitian sebelumnya, dan deskripsi konsep yang terdiri dari konsep ekowisata, konsep partisipasi, konsep interaksi, konsep masyarakat dan tipologi partisipasi masyarakat.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang lokasi penelitian, ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik penentuan informan, dan teknik analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan gambaran umum lokasi penelitian serta hasil dan pembahasan terhadap masalah yang diteliti yaitu terkait Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Praktik Ekowisata di Kampung Tradisional Bena, Desa Tiworiwu, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

(30)
(31)

BAB II

LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya

Peneltian sebelumnya dilakukan oleh Adikampana (2012) yang berjudul “Desa Wisata Berbasis Masyarakat Sebagai Model Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pinge”. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat atau komunitas lokal merupakan paradigma yang sangat penting dalam kerangka pengembangan kepariwisataan. Pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan tersebut yang dikutip oleh Murphy, 1987 dalam Adikampana (2012) dikatakan bahwa pariwisata sebagai “community industry”, sehingga keberlanjutan pembangunan pariwisata sangat tergantung dan ditentukan oleh dukungan, penerimaan, dan toleransi terutama dari masyarakat di sekitar kegiatan pariwisata (lokal). Memastikan bahwa pengembangan pariwisata di Desa Wisata Pinge dapat berkelanjutan, maka hal mendasar yang harus diwujudkan adalah memfasilitasi keterlibatan luas masyarakat lokal dalam proses pengembangan dan mengoptimalkan manfaat sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi dari kegiatan desa wisata tersebut.

Dalam rangka memfasilitasi keterlibatan dan optimalisasi manfaat Desa Wisata Pinge bagi masyarakat lokal, maka model pemberdayaan masyarakat yang akan dirumuskan dalam pengembangan Desa Wisata Pinge diarahkan pada:

(32)

2. Penguatan akses dan kesempatan berusaha bagi masyarakat Desa Pinge untuk meningkatkan manfaat ekonomi desa wisata.

Persamaaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada fokus penelitian yaitu sama-sama berfokus pada partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pariwisata. Perbedaannya terletak pada lokus penelitian yaitu penelitian sebelumnya lokusnya di Desa Pinge sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti berlokasi di Kampung Tradisional Bena, Kabupaten Ngada tentang bentuk partisipasi masyarakat dalam praktik ekowisata.

Penelitian terkait dengan fokus penelitian juga dilakukan oleh Karsudi dkk, (2010) dengan judul “Strategi Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua”. Hasil penelitian ini adalah sebagian besar objek wisata di Kabupaten KepulauanYapen baik objek wisata laut, perairan, maupun daratan layak dikembangkan sebagai objek daya tarik ekowisata.

Namun, terdapat beberapa potensi objek wisata yang belum layak dikembangkan sebagai objek daya tarik ekowisata karena memiliki hambatan dan kendala untuk dikembangkan yang antara lain berupa potensi pasar yang belum mendukung, lokasi objek yang jauh, dan adanya kesulitan dalam hal aksesibilitas, pengelolaan dan pelayanan belum sesuai dengan standar, akomodasi belum memenuhi syarat, dan hubungan dengan objek sejenis lainnya yang cukup tinggi.

(33)

terhadap standar akomodasi yang diperlukan, dan meningkatkan diversifikasi atraksi wisata. Berdasarkan kondisi objektif pengembangan ekowisata saat ini maka strategi pengembangan yang dapat diterapkan yaitu strategi pesimis melalui upaya penataan ruang wisata, pengembangan manajemen atraksi, pengembangan promosi dan pemasaran, pengembangan regulasi dan organisasi pengelola ekowisata, dan menciptakan situasi keamanan yang kondusif baik di dalam maupun luar kawasan wisata.

Persamaan penelitian ini dengan peneliti yang akan dilakukan adalah terletak pada fokusnya yaitu sama-sama mengkaji tentang ekowisata sedangkan perbedaannya terletak pada lokus penelitian yang mana penelitian sebelumnya dilakukan di Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua sedangkan penelitian yang akan dilakukan berlokasi di Kampung Tradisional Bena, Kabupaten Ngada.

2.2 Landasan Konsep

2.2.1 Konsep Ekowisata

Deklarasi Quebec dalam Arida (2009) secara spesifik menyebutkan bahwa ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan (suistanable tourism) yang membedakannya dengan bentuk wisata lain. Dalam praktik, hal itu terlihat dalam bentuk kegiatan wisata sebagai berikut :

1. Secara aktif menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya.

(34)

3. Dilakukan dalam bentuk wisata independen atau organisasi dalam skala kecil. Dengan kata lain ekowisata adalah bentuk industri pariwisata berbasis lingkungan yang memberikan dampak kecil bagi kerusakan alam dan budaya lokal sekaligus menciptakan peluang kerja dan pendapatan, serta membantu kegiatan konservasi alam itu sendiri (Panos, dikutip oleh Ward, 1997 dalam Arida, 2009).

4. Ekowisata merupakan wisata berbasis alam yang berkelanjutan dengan fokus pengalaman dan pendidikan tentang alam, dikelola dengan sistem pengelolaan tertentu dan memberi dampak negatif paling rendah terhadap lingkungan, tidak bersifat konsumtif dan berorientasi pada lokal (dalam hal kontrol, manfaat yang dapat diambil dari kegiatan usaha), (Fennel, dalam Arida, 2009).

Konsep ekowisata dalam Deklarasi Quebec dan Fennel akan menjadi acuan dalam mendeskripsikan rumusan masalah pertama tentang praktik ekowisata di Kampung Tradisional Bena.

2.2.2 Konsep Partisipasi Masyarakat

Menurut Achmad Wazir (1999) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.

(35)

dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991) sebagai berikut: 1) Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. 2) Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. 3) Bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.

2.2.3 Konsep Interaksi

Mack menjelaskan bahwa interaksi adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan-hubungan antar individu, baik antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok.

Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial dan merupakan hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antarindividu, antarkelompok dan antara individu dan kelompok (Soekanto, 2009). Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat (Soerjono Soekanto, 2009) yaitu: adanya kontak sosial, dan adanya komunikasi.

(36)

Secara harfiah kontak adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan tanpa harus menyentuhnya, seperti misalnya dengan cara berbicara dengan orang yang bersangkutan. Dengan berkembangnya teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu sama lain dengan melalui telepon, telegraf, radio, dan yang lainnya yang tidak perlu memerlukan sentuhan badaniah. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk (Soerjono Soekanto,2009) yaitu sebagai berikut :

1. Antara orang perorangan

2. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya. 3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

Kontak sosial memiliki beberapa sifat, yaitu kontak sosial positif dan kontak sosial negatif. Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah kepada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan kontak sosial. Selain itu kontak sosial juga memiliki sifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung seperti bertemu dan berhadapan muka, sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara.

b. Komunikasi

(37)

bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan. Dengan adanya komunikasi sikap dan perasaan kelompok dapat diketahui olek kelompok lain atau orang lain. Hal ini kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya. Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum misalnya, dapat ditafsirkan sebagai keramah tamahan, sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukan kemenangan. Dengan demikian komunikasi memungkinkan kerja sama antar perorangan dan atau antar kelompok. Tetapi disamping itu juga komunikasi bisa menghasilkan pertikaian yang terjadi karena salah paham yang masing-masing tidak mau mengalah.

Konsep interaksi sosial menurut Mack ini akan digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama terkait dengan sudah sejauh mana interaksi masyarakat dengan wisatawan yang ada di lokasi penelitian.

2.2.4Konsep Masyarakat

(38)

Menurut Koentjaraningrat tahun 2011, masyarakat didefinisikan sebagai berikut: "merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat-istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terkait oleh suatu rasa identitas bersama". Melihat definisi tersebut di atas, maka tidak semua kesatuan manusia yang saling berinteraksi merupakan masyarakat. Oleh karena itu masyarakat harus memiliki ikatan/ persyaratan khusus seperti tersebut di atas, maka makin besar dan kompleks masyarakat, makin banyak jumlah kelompok dan perkumpulan yang ada didalamnya. Koentjaraningrat juga mengistilahkan masyarakat sebagai komunitas. Sifat dari komunitas adalah adanya wilayah, cinta (keterikatan) terhadap wilayah, serta keterikatan itu merupakan dasar dari perasaan patriotisme, nasionalisme, dan lain-lain.

1.3Teori Analisis

2.3.1 Tipologi Partisipasi Masyarakat

(39)

Tabel 2.1

Karakteristik dari Masing-Masing Tipe dalam Tosun’s typology of participation

No. Tipe Karakteristik

1. Partisipasi Paksaan (Coercive Participation)

a. Partisipasi bersifat top-down, partisipasi pasif, dimanipulasi dan dibuat-buat yang diciptakan sebagai pengganti partisipasi yang sesungguhnya.

b. Partisipasi yang terjadi umumnya secara tidak langsung.

c. Tidak ada pembagian keuntungan bagi masyarakat lokalnya.

d. Masyarakat sering dihadapkan hanya pada satu pilihan sehingga cenderung menerima segala keputusan.

a. Partisipasi yang muncul masih bersifat

top-down, partisipasi pasif, dan termasuk pseudo-participation

(40)

b. Partisipasi yang terjadi umumnya secara tidak langsung.

c. Masyarakat lokal mendapat kesempatan mendengarkan dan didengarkan tetapi belum tentu pandangan mereka dipertimbangkan oleh pengambil keputusan (tokenisme).

d. Masyarakat mulai memperoleh hak dalam pembagian keuntungan.

e. Terdapat alternatif pilihan dari suatu usulan yang ditawarkan dan terdapat pula feedback dari masyarakat.

3. Partisipasi Spontan (Spontaneous Participation)

a. Partisipasi yang muncul telah bersifat

bottom-up, partisipasi aktif, dan termasuk partisipasi asli.

b. Partisipasi dilakukan secara langsung. c. Masyarakat terlibat dalam pengambilan

keputusan.

(41)

serta wewenang yang sepenuhnya. Sumber: Tosun, 2006.

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

ZAWIRUDDIN

a. kedua belah pihak melaksanakan akad nikah antara wali yang mewakilinya dan calon memepelai laki-laki. Keduanya orang yang sudah dewasa dan sehat jasmani rohani. ijab

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Kasih atas rahmat, bimbingan serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul “PERANCANGAN MOLD BASE

Referring to the background above, an English classroom action research entitled Using Contextual Redefinition Strategy to Improve Students Vocabulary Mastery (At Grade VII A

Tujuan dalam penelitian ini yaitu Mengidentifikasi Jenis Alkaloid yang Terkandung pada Ekstrak Metanol Kulit Batang Mangga (M. indica L ) yang berwarna

5.. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab meningkatnya kasus kesehatan gigi dan mulut, salah satunya adalah perilaku menyikat gigi yang belum tepat. Terkait hal tersebut,

Melalui ayat ini tashri>‘ hukum perang tersebut dapat dipahami bahwa hukum perang (jiha>d) dalam Islam ditegaskan secara legal sebagai kewajiban atas kaum

Namun, pada tindakan siklus I belum semua siswa aktif dalam melakukan pengamatan sesuai hasil observasi yang menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa hanya mencapai