• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Parimin, 2005) nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Parimin, 2005) nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

8 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Jambu Biji

Menurut (Parimin, 2005) nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa Yunani, yaitu “psidium” yang berarti delima, sedangkan “guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh orang Spanyol. Adapun taksonomi tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo :Myrtales

Famili : Myrtaceae Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava Linn.

Jambu biji di Indonesia mempunyai beberapa nama daerah. Misalnya glima breueh (Aceh), jambu pertukal (Sumatera), nyibu (Kalimantan), jambu klutuk (Jawa), gojavas (Manado), jhambhu bigi (Madura), sotong (Bali), koyaba (Sulawesi Utara), dan lutu hatu (Ambon). Jambu biji termasuk tanaman yang tidak begitu tinggi. Secara alamiah, jambu biji tumbuh setinggi 5 m-10 m. Batang berkayu keras, liat, dan tidak mudah patah. Batang dan cabang-cabangnya mempunyai kulit berwarna cokelat keabu-abuan yang kulit arinya mudah mengolotok (Haryoto, 1995).

(2)

Jambu biji banyak dikenal masyarakat dengan sebutan jambu klutuk, jambu batu, dan jambu krystal. Umumnya umur tanaman jambu biji sekitar 30-40 tahunan. Tanaman yang berasal dari biji relatif berumur lebih panjang dibandingkan dengan hasil cangkokan dan okulasi. Namun tanaman yang berasal dari okulasi memiliki postur lebih pendek dan bercabang lebih banyak sehingga memudahkan perawatan. Tanaman ini sudah mampu berbuah saat berumur sekitar 2-3 bulan meskipun ditanam dari biji (Parimin, 2005).

Tanaman jambu biji dapat berbuah dan berbunga sepanjang tahun. Bunganya termasuk bunga tunggal, terletak di ketiak daun, bertangkai, kelopak bunga berbentuk corong. Mahkota bunga berbentuk bulat telur dengan panjang 1,5 cm, benang sari berwarna putih, sedangkan putik bunga berbentuk bulat berwarna putih atau putih kekuningan. Berbuah buni, berbentuk bulat telur dan bijinya kecil-kecil dan keras. Daun dan batang jambu biji mengandung saponin, flavonida, dan tanin. Disamping itu minyaknya juga mengandung atsiri. Daun jambu biji berkhasiat sebagai obat mencret dan peluruh haid (Suharmiati dan Handayani, 2010).

Jambu biji merupakan tanaman tropis dan dapat tumbuh di daerah subtropis dengan intensitas curah hujan berkisar antara 1.000-2.000 mm per tahun dan merata sepanjang tahun. Jambu biji dapat tumbuh subur pada daerah dengan ketinggian antara 5-1.200 m dpl. Tanaman jambu biji dapat tumbuh dan berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28o C di siang hari. Kelembapan udara yang diperlukan tanaman ini cenderung rendah. Sehingga kondisi yang demikian cocok untuk pertumbuhan jambu biji. Salah satu keunggulan tanaman jambu biji adalah dapat tumbuh pada semua jenis tanah.

(3)

Jambu biji dapat tumbuh optimal pada lahan yang subur dan gembur serta banyak mengandung unsur nitrogen dan bahan organic, atau pada tanah liat dan sedikit berpasir. Derajat keasaman tanah (pH) tanaman jambu biji tidak terlalu berbeda dengan tanaman lainnya, yaitu anatar 4,5-8,2 (Parimin, 2005).

Menurut Soedarya (2010) menyatakan dalam melakukan kegiatan budidaya jambu biji terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh pembudidaya, yaitu:

1. Pengolahan media tanam, mencakup kegiatan: persiapan lahan, pembukaan lahan, pembentukan bedengan, pengapuran lahan, dan pemupukan.

2. Penanaman, mencakup kegiatan: penentuan pola tanaman, pembuatan lubang penanaman, dan penanaman bibit jambu biji.

3. Pemeliharaan tanaman, mencakup kegiatan: penjarangan dan penyulaman, penyiangan, pembubunan (pembalikan dan penggemburan tanah agar tetap dalam keadaan lunak), pemangkasan pada ujung cabang-cabang pohon jambu biji, pemupukan, pengairan dan penyiraman, penyemprotan pestisida, dan pemeliharaan lain berupa pembungkusan buah jambu biji dengan menggunakan plastik. Hal ini bertujuan untuk melindungi agar buah tidak mudah dimakan oleh binatang seperti kalong atau ulat dan menjaga agar buah tetap tumbuh dengan baik. Buah jambu biji yang dibungkus plastik juga memiliki kulit buah yang lebih halus dan bagus dibandingkan dengan buah yang tidak dibungkus plastik. Dengan cara ini petani dapat menjual jambu biji dengan harga yang lebih tinggi dipasar dibandingkan harga biasanya.

(4)

Budidaya tanaman jambu biji dapat dilakukan di kebun dan pot. Penanaman di kebun dilakukan untuk usaha budidaya berskala besar, sedangkan dalam pot untuk tanaman perkarangan. Setiap kali budidaya pasti memiliki perlakuan yang berbeda. Agar tanaman dapat berproduksi dengan optimal, pekebun perlu memperhatikan faktor-faktor kualitas pertumbuhan tanaman. Jambu biji memerlukan air yang cukup selama fase pertumbuhan, baik pertumbuhan secara vegetatife maupun generatife. Biasanya pada musim hujan buah jambu berukuran besar sedangkan pada musim kemarau berukuran kecil (Parimin, 2005).

Keadaan lingkungan yaitu iklim dan tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang menghasilkan buah. Tanaman yang ditanam di lingkungan yang cocok akan tumbuh dengan baik, produksi buahnya banyak, dan buahnya berkualitas tinggi. Agar usahatani dapat memberikan keuntungan yang tinggi maka lokasi yang dipilih untuk membudidayakan jambu biji harus yang cocok dengan kehidupan yang dibutuhkan tanaman. Tidak semua lokasi (wilayah atau daerah) dapat menunjang pertumbuhan tanaman yang baik. Keadaan lingkungan (agroklimat), yaitu iklim dan tanah di setiap wilayah atau daerah berbeda sehingga penanaman jambu biji di setiap wilayah atau daerah akan menghasilkan jambu biji yang berbeda-beda pula (Cahyono, 2010).

Salah satu faktor penting agar tanaman jambu biji tumbuh secara optimal, lebih produktif dan rajin berbuah sepanjang tahun adalah pemupukan. Secara alami, semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman telah tersedia dalam tanah. Namun, adanya perubahan lingkungan dan berkurangnya unsur hara dalam tanah maka diperlukan pemupukan untuk mengembalikan unsur hara agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman (Parimin, 2005).

(5)

Hampir semua bagian tanaman jambu biji bermanfaat bagi kehidupan. Kayu jambu biji yang halus dan sangat padat baik bila digunakan untuk ukiran atau patung bernilai tinggi. Disamping itu, kayunya yang halus, kuat, dan tahan lama ini banyak dimanfaatkan menjadi aneka macam gagang, diantaranya gagang cangkul, pisau, dan sabit. Selain itu arang dari kayu jambu biji sangat baik untuk pembakar karena apinya sangat panas dan asap yang ditimbulkan sedikit, serta daya tahan apinya sangat lama. Harga jual arangnya pun lebih mahal dibandingkan dengan kayu lain. Selain sebagai bahan pangan dan kerajinan, beberapa bagian dari tanaman jambu biji dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat resep pengobatan. Beberapa resep tanaman jambu biji telah terbukti mengobati diare, desentri, demam berdarah, gusi bengkak, sariawan, jantung, dan diabetes.

Buah jambu biji mengandung vitamin C yang tinggi di antara berbagai jenis buah dan kandungan vitamin C buah jambu biji merah lebih tinggi dibandingkan dengan jambu biji putih. Kandungan vitamin C jambu biji adalah 183,5 mg/100 g buah jambu biji dan kandungan vitamin C jambu biji meningkat seiring dengan matangnya buah. Dapat dijelaskan bahwa kandungan vitamin C jambu biji merah lebih tinggi tiga kali lipat dibandingkan yang ada pada jeruk manis dan belimbing serta dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan yang ada pada papaya (Ramayulis, 2013).

Kandungan gizi pada buah jambu biji dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Kandungan Gizi yang Terkandung Pada Jambu Biji per 100 gram

No Komposisi Jumlah

1 Kalori 49,00 kal

2 Protein 0,90 g

3 Lemak 0,30 g

(6)

5 Kalsium 14,00 mg 6 Fosfor 28,00 mg 7 Zat Besi 1,10 mg 8 Vitamin A 25,00 S.I 9 Vitamin B1 0,02 mg 10 Air 86,00 g

11 Bagian yang dapat dimakan 82,00 %

Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI, 1979 (Haryoto, 1995)

Buah jambu biji dipanen setelah tua penuh sampai berwarna kekuningan (matang). Produksi buah jambu biji antara 3-25 ton/tahun tergantung umur tahunan. Produksi jambu biji di Indonesia tahun 2010, 2011, dan 2012 berturut-turut mencapai 204.551 ton, 211.836 ton, dan 206.509 ton. Buah jambu biji disajikan sebagai buah meja. Buahnya yang masih mengkal dibuat manisan dan yang setengah matang disetup (dibungkus), dibuat dodol. Buah yang sudah matang dapat dibuat jus.

Buah matang pohon aromanya sangat menonjol khas jambu biji. Buah jambu biji matang baik dibuat jeli. Kini, jenis jambu biji terutama yang berwarna merah, baik sekali untu pengobatan demam berdarah (dapat meningkatkan kadar trombosit). Sekarang, jambu biji sudah diolah sebagi minuman buah segar yang dijual di toko-toko dan supermarket ( Sunarjono, 2013).

Usahatani jambu biji yang berhasil memang menjanjikan keuntungan yang menarik. Akan tetapi, untuk menguasahakan jambu biji juga diperlukan keterampilan dan modal yang cukup memadai. Selain itu, tidak jarang pengusaha jambu biji menemui kegagalan dan kerugian yang berarti. Untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut, diperlukan keterampilan dalam penerapan pegetahuandan teknik budidaya jambu biji yang benar sesuai dengan daya dukung agroekosistemnya. Berbagai aspek agronomis antara lain pemilihan bibit yang

(7)

baik, pemilihan lahan yang cocok, ketersediaan air, dan penguasaan teknik budidaya termasuk mengantisipasi kemungkinan serangan hama serta penyakit menjadi kunci penting keberhasilan usahatani jambu biji di Indonesia (Santika, 1999).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Ilmu Usahatani

Usahatani pada dasarnya merupakan usaha untuk meningkatkan produksi pertanian yang berkualitas dan berdaya saing. Oleh karena itu, pengembangan suatu komoditas pertanian harus mempertimbangkan permintaan pasar, berkonsentrasi pada produk unggulan yang berdaya saing tinggi maupun memenuhi fungsi sebagai komoditas ekonomi dan social, mampu memaksimalkan sumber daya alam terutama lahan berwawasan lingkungan serta mempunyai keterkaitan yang erat dengan sektor lain (Soekartawi, 1995).

Petani memiliki karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut dapat berupa karakter demografis, karakter sosial serta karakter kondisi ekonomi petani itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada situasi tertentu. Karakteristik yang diamati dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, luas lahan garapan, pengalaman usahatani dan jumlah tanggungan keluarga.

1. Umur

Umur responden merupakan lama responden hidup hingga penelitian dilakukan, umur produktif petani akan mempengaruhi proses adopsi suatu inovasi baru. Menurut BPS (2012), berdasarkan komposisi penduduk, umur dikelompokkan menjadi 3 yaitu umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk belum

(8)

produktif, kelompok penduduk umur 15-64 tahun sebagai kelompok produktif dan kelompok umur 65 tahun keatas sebagai kelompok penduduk yang tidak lagi produktif.

Pada umumnya, makin muda petani maka semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui juga akan makin tinggi, sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun biasanya mereka masih belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut (Soekartawi, 1995).

2. Pendidikan

Faktor pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani dalam mengelola usahataninya. Pendidikan membuat seseorang berpikir ilmiah sehingga mampu untuk membuat keputusan dari berbagai alternative dalam mengelola usahataninya dan mengetahui kapan ia harus menjual hasil usahataninya sebanyak mungkin untuk memperoleh pendapatan.

Petani yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memahami dan menerapkan teknologi produktif sehingga produktivitasnya menjadi tinggi. Selain itu juga dengan pendidikan maka akan memberikan atau menambah kemampuan dari petani untuk dapat mengambil keputusan, mengatasi masalah-masalah yang terjadi (Mamboai, 2008).

3. Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani dalam menerima suatu inovasi. Pengalaman berusahatani terjadi karena pengaruh waktu yang telah dialami oleh para petani. Petani yang berpengalaman dalam menghadapi hambatan-hambatan usahataninya akan tahu cara mengatasinya, lain

(9)

halnya dengan petani yang belum atau kurang berpengalaman, dimana akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan hambatan-hambatan tersebut.

Semakin banyak pengalaman yang diperoleh petani maka diharapkan produktivitas petani akan semakin tinggi, sehingga dalam mengusahakan usahataninya akan semakin baik dan sebaliknya jika petani tersebut belum atau kurang berpengalaman akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan (Hasan, 2000).

4. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas dalam mencari dan menambah pendapatan (Hasyim, 2006).

5. Luas Lahan

Luas lahan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan status petani, apakah tergolong sebagai petani miskin atau petani yang lebih tinggi taraf hidupnya. Tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, semakin luas areal tani maka semakin tinggi tingkat produksi dan pendapatan yang diterima (Sajogyo, 1999).

Pada umumnya petani tidak mempunyai catatan usahatani, sehingga sulit bagi petani untuk melakukan analisis usahataninya. Petani hanya mengingat-ingat anggaran arus uang tunai yang mereka lakukan, walaupun sebenarnya ingat tersebut tidak terlalu jelek karena mereka masih ingat bila ditanya tentang output yang mereka peroleh dan berupa input yang mereka gunakan.

(10)

Keberhasilan usahatani dimulai dari awal yaitu penentuan tujuan dan harapan yang diinginkan karena segala kegiatan harus mengarah pada tujuan tersebut. Namun demikian sering kali petani karena kesibukannya tidak menganggap penting penentuan tujuan. Mereka menganggap mengelola usahatani adalah kewajiban dan pekerjaan sehari-hari yang dari dulu hingga saat ini hanya begitu-begitu saja, tidak berubah dan tanpa tujuan yang pasti. Dengan demikian untuk mengukur keberhasilan di kemudian hari akan mengalami kesulitan (Suratiyah, 2008).

2.2.2 Biaya

Menurut Prawirokusumo (1990), biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam suatu periode produksi. Nilai biaya dinyatakan dengan uang, yang termasuk di dalamnya adalah :

1. Saran produksi yang habis terpakai, seperti bibit, pupuk, pestisida, bahan bakar dan lain-lain.

2. Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang, pajak, iuran pengairan, taksiran biaya penggunaan jika yang digunakan ialah tanah milik sendiri. 3. Biaya dari alat-alat produksi tahan lama, yaitu seperti bangunan, alat dan

perkakas yang berupa penyusutan.

4. Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap atau tenaga bergaji tetap.

5. Biaya-biaya lain.

Dalam jangka pendek, biaya produksi dapat pula dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variabel. Biaya tetap adalah semua jenis

(11)

biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi.. Jumlah biaya tetap adalah konstan. Selain biaya tersebut, hampir semua biaya masuk kedalam biaya tidak tetap karena tergantung dengan besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan. Yang termasuk kedalam biaya tidak tetap, misalnya biaya-biaya untuk bibit, persiapan, serta pengolahan lahan dan lain-lain (Hanafie, R. 2010). 2.2.3 Produksi

Bagi kebanyakan orang produksi diartikan sebagai kegiatan-kegiatan didalam pabrik-pabrik atau kegiatan di lapangan pertanian. Secara lebih luas, setiap proses yang menciptakan nilai atau memperbesar nilai suatu barang adalah produki, atau dengan mudah dikatakan bahwa produksi adalah setiap usaha yang menciptakan atau memperbesar daya guna barang. Produksi tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan bahan-bahan yang memungkinkan dilakukannya produksi itu sendiri. Faktor-faktor produksi itu terdiri atas : a) tanah atau sumber daya alam; b) tenaga kerja atau sumber daya manusia; c) modal, dan; d) kecakapan tata laksana atau skill. Sekalipun tidak ada yang tidak penting dari keempat faktor produksi tersebut, namun yang keempat itulah yang terpenting, sebab fungsinya adalah mengorganisasikan ketiga faktor produksi yang lain (Rosyidi, 2002).

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa bfaktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (Sukirno, 2004).

(12)

Menurut (Kalangi, 2011), produksi adalah proses penggabungan atau pengkombinasian faktor produksi (input) yang mengubahnya menjadi barang atau jasa (output = produk). Hubungan antara jumlah output yang dihasilkan dan kombinasi jumlah input yang digunakan disebut sebagai fungsi produksi atau fungsi produk total. Secara umum, fungsi produksi dapat ditulis dalam bentuk matematis menjadi,

Q = f(L, K, T, W) Dimana :

Q = Jumlah barang dan jasa (output) L = Tenaga Kerja

K = Modal T = Tanah

W = Pengalaman/ Skill 2.2.4 Teori Pendapatan

Pendapatan (Pd) adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi, Pd = TR-TC. Penerimaan usahatani (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py) (Soekartawi, 1999).

Menurut Sukirno (1996), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode, baik harian, mingguan, bulanan, ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain:

1. Pendapatan pribadi, yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan ataupun yang diterima penduduk suatu negara.

(13)

2. Pendapatan disposable, yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposable.

3. Pendapatan nasional, yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun.

Setelah produsen menghasilkan output dari setiap kegiatan produksi yang dilakukan maka output tersebut akan dijual kepada konsumen. Dengan demikian, produsen akan memperoleh pendapatan atau penerimaan dari setiap output yang dijual. Pendapatan yang diterima produsen sebagian untuk membayar biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Membahas masalah penerimaan atau revenue ada beberapa konsep penting yang perlu diperhatikan menurut Pracoyo dan Rubenfeld (2008):

1. Pendapatan total atau total revenue (TR) : pendapatan yang diterima oleh produsen dari setiap penjualan outputnya. Total revenue merupakan hasil kali antar harga dengan output. TR = P.Q

2. Pendapatan rata-rata atau average revenue (AR) : pendapatan produsen per unit ouput yang dijual. AR = TR/Q = P. Dengan demikian, AR merupakan harga jual output per unit.

3. Pendapatan marjinal atau marginal revenue (MR) : perubahan pendapatan yang disebabkan oleh tambahan penjualan satu unit ouput. MR = 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑

𝑑𝑑𝑑𝑑 2.2.5 Analisis Kelayakan Usahatani

Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakan usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata

(14)

lain, kelayakan dapat artikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan.

Ukuran kelayakan masing-masing jenis usaha sangat berbeda, misalnya antara usaha jasa dan usaha nonjasa, seperti pendirian hotel dengan usaha pembukaan perkebunan kelapa sawit atau usaha peternakan dengan pendidikan. Akan tetapi, aspek-aspek yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidak layaknya adalah sama sekalipun bidang usahanya berbeda (Jakfar dan Kasmir, 2003).

Salah satu cara untuk mengetahui kelayakan suatu usaha adalah dengan cara menganalisis perbandingan penerimaan dan biaya usaha tersebut, yaitu menggunakan analisis R/C dimana R/C dapat menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran dalam satu satuan biaya. R/C adalah singkatan dari revenue-cost ratio, atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerima dan biaya. Makin besar nilai R/C ratio usahatani itu makin besar keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut (Soekartawi, 1995).

Analisis lain yang dapat digunakan untuk menghitung kelayakan usahatani adalah analisis B/C Ratio. Menurut Soekartawi (1995), analisis benefit-cost ratio (B/C) ini pada prinsipnya sama saja dengan analisis R/C (revenue-cost ratio), hanya saja pada analisis B/C ratio ini data yang diperhitungkan adalah besarnya manfaat.

2.3 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Felix Bob Siregar yang mengenai “ Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji (Psidium guajava L.) di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor”, menyimpulkan bahwa penerimaan petani jambu berasal dari produksi jambu biji merah getas di Desa Cimanggis pada tahun 2009

(15)

per hektar adalah sebesar 25.897 kg dengan penerimaan sebesar Rp 64.747.238. Pendapatan yang diterima dalam usahatani jambu biji di Desa Cimanggis pada tahun 2009 per hektar masing-masing sebesar Rp 35.784.039.

Melki Prandoa Lingga dalam penelitiannya mengenai “Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) di Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo”, data di analisis menggunakan metode deskriptif, metode analisis usahatani, analisis regresi linier berganda, metode analisis U Mann Whitney, dan metode analisis kelayakan IRR (Internal Rate of Return), B/C (Benefit Cost Ratio), NPV (Net Present Value). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Produksi jeruk siam di Kecamatan Tigapanah mulai tahun 2010-2013 mengalami penurunan yang signifikan. (2) Terdapat perbedaan karakteristik antara petani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan yaitu pada umur petani dan pengalaman usahatani. (3) Terdapat perbedaan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. (4) Terdapat perbedaan pendapatan antara petani usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. (5) Usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan layak untuk diusahakan.

Fitri Handayani dalam penelitian yang berjudul “Analisis Usahatani Jambu Biji di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang”, data dianalisis menggunakan metode deskriptif, tabulasi sederhana, regresi linier berganda, dan NPV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) jumlah produksi jambu biji di daerah penelitian mengalami peningkatan sebesar 5,2% atau sekitar

(16)

1,04% pertahunnya. (2) Terdapat faktor-faktor input yang memepengaruhi output anatara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan diantaranya faktor biaya, tenaga kerja, pupuk, pestisida, dan peralatan. (3) Terdapat perbedaan pendapatan anatar petani jambu biji yang sudah menghasilkan dan yang baru lama menghasilkan dengan selisih sebesar Rp 14.891.490. (4) Usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan layak untuk diusahakan dengan analisis kelayakan IRR (Internal Rate of Return) usahatani jambu biji yang baru menghasilkan adalah 37,8% dan yang sudah lama menghasilkan adalah 38,2%. (5) Terdapat kesulitan-kesulitan yang dihadapi petani jambu biji anatar lain luas lahan yang terbatas dan pemasaran produk jambu biji.

Maruli Tumpal dalam penelitiannya “Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji Di Desa Sembahe Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”, data dianlisis dngan menggunakan metode analisis pendapatan dan analisis financial (NPV, Net B/C, dan IRR). Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa (1) rata-rata biaya produksi usahatani jambu biji per hektar selama 1 bulan adalah Rp 16.347.118,29. (2) rata-rata pendapatan bersih petani jambu biji per petani adalah Rp19.112.884,551 dalam satu tahun. Rata-rata pendapatan bersih petani perhektar adalah Rp 36749.940,49 dalam satu tahun. Rata-rata pendapatan keluarga petani per hektar adalah Rp 80.826.440,49. (3) Usahatani jambu biji di daerah penelitian layak diusahakan secara financial karena NPV > 0, Net B/C > 1, dan IRR > 1. 2.4 Kerangka Pemikiran

Petani dalam melakukan usahataninya memiliki beberapa faktor input yang mempengaruhi produksinya. Dalam prinsipnya usahatani mempunyai tujuan

(17)

utama yaitu untuk memperoleh hasil produksi yang berkualitas. Input produksi mencakup hal-hal yang diperlukan untuk usahataninya yaitu seperti bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan peralatan. Sehingga diperoleh output yang berupa produksi yang dihasilkan dalam usahatani tersebut. Dengan dicapainya produksi jambu biji yang maksimal maka akan mempengaruhi penerimaan usahatani tersebut. Penerimaan usahatani yaitu hasil perkalian antara produksi jambu biji dikali dengan harga jual jambu biji. Pendapatan usahatani diperoleh dari selisih penerimaan dan total biaya produksi yang dikeluarkan (biaya bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja). Dari hasil pendapatan yang diperoleh oleh petani yang dihitung melalui analisis kelayakan usahatani maka akan diketahui layak atau tidak layaknya usahatani tersebut. Berikut adalah skema kerangka pemikiran

Gambar : Skema Kerangka Pemikiran : menyatakan hubungan

: menyatakan pengaruh Pendapatan Penerimaan

Pendapatan

Layak Tidak Layak Layak Tidak Layak Harga Harga

• Biaya bibit • Biaya pupuk • Biaya tenaga kerja

Faktor Input Produksi • Bibit • Pupuk • Tenaga Kerja Faktor Input Produksi • Bibit • Pupuk • Tenaga Kerja Produksi Usahatani Jambu

Biji yang Baru menghasilkan

Produksi Usahatani Jambu Biji yang

Sudah Lama menghasilkan

Penerimaan

• Biaya bibit • Biaya pupuk • Biaya tenaga kerja

(18)

2.5 Hipotesis

1. Faktor produksi input (bibit, pupuk, dan tenaga kerja,) berpengaruh terhadap produksi usahatani jambu biji yang baru menghasilkan di daerah penelitian. 2. Tingkat pendapatan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan lebih rendah

dibandingkan jambu biji yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. 3. Kelayakan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan lebih rendah

Gambar

Gambar : Skema Kerangka Pemikiran  : menyatakan hubungan

Referensi

Dokumen terkait

PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Penawaran pekerjaanJasa Renovasi Gedung Kantor KPP Madya Batam (Lelang Ulang) pada Kantor KPP Madya Batam, kamiPokja ULPD Kepulauan Riau telah melaksanakan pembukaan dokumen

Data yang dihasilkan masih berupa data mentah yang belum memiliki makna berarti. Agar data tersebut bermakna dan dapat memberikan gambaran nyata mengenai

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah – Nya kami dapat menyelesaikan penelitian dengan Judul “ Pengaruh Konsumsi Tablet Besi Dengan

Prof Tien prihatin melihat kondisi masyarakat Indonesia saat ini yang lebih cenderung membeli produk pangan dengan brand luar atau produk impor.. Tantangan bagi Indonesia saat

PAIS/Pakis/Pendis Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi. Bidang PAIS/Pakis/Pendis akan menyeleksi seluruh berkas yang diterima sesuai ketentuan yang sudah

Tzu Chi sangat menghormati tradisi beribadah umat Muslim, secara lintas agama telah membantu pembangunan masjid, ketulusan ini telah mendatangkan keharuan pada para guru

Noer Transport Tama Wisata pada periode 2006 hingga 2008, dengan karyawan yang memiliki kemampuan relatif rendah, perusahaan dapat melakukan model manajemen baru untuk