SKRIPSI
Oleh : Dewi Octaviany
0633010047
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian
Jurusan Teknologi Pangan
Oleh : Dewi Octaviany
0633010047
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM SURABAYA
semesta alam yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya selama pelaksanaan
penyusunan skripsi dengan judul “Pembuatan Mellorine dari Mengkudu dan Rosella
(Kajian Konsentrasi Susu Skim dan Na-CMC” hingga terselesaikannya pembuatan
laporan skripsi ini. Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan.
Kemudahan dan kelancaran pelaksanaan skripsi serta penyusunan laporan
ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini dengan penuh rasa hormat dan rendah hati, penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran” Jatim.
2. Ibu Ir. Latifah, MP selaku Ketua Jurusan Teknologi Pangan UPN “Veteran”
Jatim.
3. Ibu Rosida STP, MP selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan pengarahan dan bimbingan serta memberikan saran dalam
penulisan skripsi ini.
4. Ibu Ir. Sri Djajati, MPd selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan pengarahan dan bimbingan serta memberikan saran dalam
penulisan skripsi ini.
6. Ibu Dr.Dedin F.R.,STP.M.Kes, Ir. Rudi Nurismanto, Drh Ratna yulistiani,MP
selaku dosen penguji ujian lisan yang telah banyak memberikan pengarahn
dan bimbingan serta memberikan saran dalam skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan Staf di Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi
Industri UPN “Veteran” Jatim.
8. Kedua Orang tua dan segenap keluarga penulis yang telah memberikan motivasi,
kesabaran, dukungan materi dan spiritual sehingga dapat terselesaikan skripsi
ini.
9. Buat teman-teman seperjuangan angkatan 2005,2006 terimakasih atas semangat
yang diberikan selama ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa di
Jurusan Teknologi Pangan pada khususnya dan bagi pihak-pihak yang memerlukan
pada umumnya. Skripsi ini masihlah jauh dari sempurna serta banyak
kekurangannya, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat obyektif dan membangun guna kesempurnaan skripsi ini.
Surabaya, Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI ...iii
DAFTAR TABEL ...vi
DAFTAR GAMBAR ...vii
DA FTAR LAMPIRAN ...viii
INTISARI………ix
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Tujuan Penelitian ...3
C. Manfaat Peneltian ...3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...4
A. Mellorine ...4
B. Bahan – Bahan Penyusun Es Krim ...6
1. Air ... 6
2. Susu / Lemak ... 6
3. Padatan Susu Bukan Lemak (Susu Skim)... 7
4. Emulsifier... 7
5. Stabilizer ... 8
6. Gula... 9
C. Proses Pembuatan Mellorine ... 9
1. Penyiapan Bahan... 9
2. Pencampuran Bahan... 10
3. Pasteurisasi... 10
4. Pematangan (Aging)... 11
5. Pembuihan ... 12
6. Pembekuan... 12
7. Pengerasan ... 13
4. Rasa dan Aroma... 16
E. Bunga Rosella ...16
F. Mengkudu ... 18
G. Susu Skim ... 20
H. Carboxymethylcellulose (CMC) ... 22
I. Minyak Nabati ... 24
J. Analisis Keputusan ...24
K. Analisa Finansial ...25
L. Landasan Teori ...28
M. Hipotesa ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ...31
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...31
B. Bahan Penelitian ...31
C. Alat Penelitian ...31
D. Metode Penelitian ...31
E. Parameter yang diamati ...34
F. Prosedur Penelitian ...35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...40
A. Hasil Analisa Bahan Awal ...40
B. Hasil Analisa produk Mellorine dari Mengkudu dan Rosella ....41
1. Total Padatan Terlarut ... 41
2. Overrun ... 43
3. Waktu Pelelehan ... 45
4. Stabilitas Emulsi ... 48
C. Uji Organoleptik ... 50
a. Uji Warna ...50
b. Uji Aroma ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...63
A. Kesimpulan ...63
B. Saran ...64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Tabel 2. Kompisi Es Krim Secara Umum ... 5
Tabel 3. Standar Nasional Indonesia Es Krim ... 6
Tabel 4. Kandungan Ekstrak Rosella Setiap 100 gr ... 18
Tabel 5. Komposisi Kimia Buah Mengkudu per 100 gr ... 20
Tabel 6. Komposisi Susu Skim per 100 gr ... 22
Tabel 7. Kombinasi Perlakuan Antara Faktor A dan Faktor B ... 33
Tabel 8. Komposisi Vitamin C Bahan Awal ...40
Tabel 9. Nilai rata-rata total padatan terlarut Mellorine dari mengkudu dan rosella dengan perlakuan konsentrasi susu skim dan Na-CMC ... 41
Tabel 10. Nilai rata-rata overrun mellorine dari mengkudu dan rosella dengan perlakuan konsentrasi susu skim dan Na-CMC……….... 43
Tabel 11. Nilai rata-rata waktu pelelehan mellorine dari mengkudu dan rosella dengan perlakuan konsentrasi susu skim dan Na-CMC ... 46
Tabel 12. Nilai rata-rata stabilitas emulsi mellorine dari mengkudu dan rosella dengan perlakuan konsentrasi susu skim dan Na-CMC ……... 48
Tabel 13. Jumlah rangking kesukaan warna mellorine mengkudu rosella ... 50
Tabel 14. Jumlah rangking kesukaan aroma mellorine mengkudu rosella ... 51
Tabel 15. Jumlah rangking kesukaan rasa mellorine mengkudu rosella ... 53
Tabel 16. Jumlah rangking kesukaan tekstur mellorine mengkudu rosella ... 54
Tabel 17. Hasil analisis keseluruhan pada produk mellorine ... 55
Tabel 18. Hasil analisis mellorine perlakuan terbaik ………. 56
Gambar 2. Rosella (Hibiscus Sabdariffa) ... 17
Gambar 3. Mengkudu (morinda citrifolia) ... 19
Gambar 4. Struktur Na-CMC... 24
Gambar 5. Proses pembuatan es krim mellorine ... 39
Gambar 6. Grafik Hubungan antara konsentrasi susu skim dan Na-CMC terhadap Total Padatan terlarut mellorine dari mengkudu dan rosella... 42
Gambar 7. Grafik Hubungan antara konsentrasi susu skim dan Na-CMC terhadap overrun mellorine mengkudu rosella ... 44
Gambar 8. Grafik Hubungan antara konsentrasi susu skim dan Na-CMC terhadap waktu pelelehan mellorine mengkudu rosella... 47
Gambar 9. Grafik Hubungan antara konsentrasi susu skim dan Na-CMC stabilitas emulsi mellorine mengkudu rosella……….. 49
viii Lampiran 3. Parameter total padatan terlarut
Lampiran 4. Parameter overrun
Lampiran 5. Parameter waktu pelelehan
Lampiran 6. Parameter Stabilitas emulsi
Lampiran 7. Uji Organoleptik warna
Lampiran 8. Uji organoleptik tekstur
Lampiran 9. Uji organoleptik aroma
Lampiran 10. Uji organoleptik rasa
Lampiran 11. Analisa finansial
Lampiran 12. Kebutuhan dan biaya
Lampiran 13. Perhitungan modal perusahaan
Lampiran 14. Perkiraan biaya produksi tiap tahun
Lampiran 15. Perhitungan payback period dan Break Event Point produksi
mellorine dari mengkudu dan rosella
Lampiran 16. Grafik Break Event Point
Lampiran 17. Laju pengembalian modal
Lampiran 18. Net Present value dan gross Benefit
DEWI OCTAVIANY 0633010047
INTISARI
Mellorine adalah kudapan mirip dengan es krim tetapi lemak susunya diganti secara keseluruhan atau sebagian dengan lemak nabati. Permasalahan yang di hadapi pada pembuatan mellorine adalah tekstur yang kasar dan tidak di sukai konsumen. Tekstur lembut es krim sangat di pengaruhi oleh komposisi es krim, cara mengolah, dan kondisi suhu penyimpanan. Mengkudu dan Rosella tidak memiliki komposisi protein dan lemak yang cukup tinggi,yang berpengaruh terhadap tekstur es krim, oleh karena itu di perlukan penambahan pengemulsi misalnya susu skim dan bahan penstabil yaitu Na-CMC yang bertujuan untuk memperbaiki tekstur es krim.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan konsentrasi susu skim dan Na-CMC terhadap sifat fisik, organoleptik mellorine dan untuk mengetahui kombinasi perlakuan terbaik antara konsentrasi susu skim dan Na-CMC dalam pembuatan mellorine dengan sifat fisik, kimia, organoleptik yang baik dan di sukai konsumen. Rancangan yang dilakukan adalah rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri dari 2 faktor yaitu konsentrasi susu skim (10%, 15%, 20%) dan Na-CMC(1%,2%.3%).
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik yaitu perlakuan dengan konsentrasi susu skim 20% dan Na-CMC 1% yang menghasilkan mellorine dengan total padatan terlarut 31.67%, overrun 28.52%, stabilitas emulsi 83.67%, waktu pelelehan 28 menit, total ranking kesukaan warna100, aroma 94.5, rasa 124.5 dan tekstur 131. Hasil analisis finansial menunjukkan nilai Breake Event Point (BEP) sebesar 24.10%, atau sebesar Rp. 151.578.069,80 dengan kapasitas 60631 cup/tahun Pay Back Periode (PP) perusahaan 3 tahun 3 bulan, Benefit Cost Ratio sebesar 1,0738 %, NPV Rp. 90.020.438,- dan IRR sebesar 23.11 %.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mellorine adalah kudapan mirip dengan es krim tetapi lemak susunya
diganti secara keseluruhan atau sebagian dengan lemak nabati (Marshal.1997).
Mellorine merupakan produk minuman dingin yang disantap setelah makan siang
atau malam ataupun sendiri sebagai makanan kecil. Secara umum bahan dasar
yang digunakan dalam pembuatan es krim adalah susu, tetapi dalam rangka
penganekaragaman pangan di Indonesia, pembuatan es krim telah di campur
dengan beberapa bahan yang memiliki khasiat dan manfaat yang berguna bagi
tubuh manusia (Padaga, 2005)
Buah mengkudu merupakan salah satu buah berkhasiat tinggi, tetapi
sangat jarang digunakan sebagai produk olahan karena bau dan rasanya yang
kurang enak. Secara keseluruhan mengkudu merupakan buah yang bergizi
lengkap. Asam askorbat yang terdapat dalam buah mengkudu selain merupakan
sumber vitamin C, juga merupakan antioksidan yang baik. Antioksidan
bermanfaat menetralisir radikal bebas, yaitu partikel – partikel berbahaya yang
dapat merusak materi genetik dan sistim kekebalan tubuh. Menurut Hindun
Pulungan, (2004) ekstrak mengkudu mengandung asam kaproat dan asam kaprik
yang menyebabkan bau busuk yang tajam ketika buah mengkudu masak,
sedangkan asam kaprilat yang membuat rasa buah tidak enak (Bangun &
Kelopak Bunga Rosella banyak digunakan sebagai bahan minuman segar.
Kelopak bunga tersebut mengandung vitamin C, vitamin A dan asam amino.
Dalam kelopak bunga Rosella terdapat 18 asam amino termasuk arginin dan
leginin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain itu, Rosela juga
mengandung protein dan kalsium, dari penelitian terbukti bahwa kelopak bunga
Rosella mempunyai efek antihipertensi, hal ini terjadi karena adanya asam
organik, polysakarida dan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak kelopak
Bunga Rosella. Kelopak Bunga Rosella mengandung vitamin C dalam kadar
tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap
serangan penyakit (Anonymous, 2008)
Pada pembuatan mellorine jika tidak menggunakan bahan penstabil dan
pengemulsi akan menghasilkan es yang memiliki tekstur kasar dan tidak disukai
oleh konsumen, komponen – komponen yang menentukan tekstur yaitu komposisi
bahan (protein, lemak), cara mengolah dan kondisi penyimpanan (Marshall,
2003), oleh karena itu pembuatan mellorine membutuhkan penstabil dan
pengemulsi yang baik. Penstabil yang di gunakan pada umumnya yaitu Na-CMC
dan pengemulsinya yaitu susu skim.
Menurut Naruki dan kanoni (1992), Na-CMC yang berfungsi memperbaiki
kelembutan tekstur es selama penyimpanan, membentuk produk yang seragam,
memberikan ketahanan terhadap pelelehan dan memperbaiki sifat berkaitan
dengan penanganannya. Bahan pengemulsi yang di gunakan dalam pembuatan es
krim biasanya susu skim, susu skim berfungsi menstabilkan emulsi lemak setelah
dan menstabilkan daya mengikat air yang berpengaruh pada kekentalan es krim
yang berpengaruh pada tekstur dan kelembutan es krim (Padaga dan Sawitri,
2005).
Pada penelitian sebelumnya telah di lakukan pembuatan es krim mellorine
dari susu kacang gude dan kacang tanah dan di peroleh perlakuan terbaik adalah
penambahan mentega putih 11% dan gelatin 0,4% (Lynda, 2006). Penambahan
dekstrin dan Na-CMC dengan konsentrasi yang berbeda teehadap kualitas
minuman serbuk cincau hijau (Sri Dhamayanti,2000)
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh perlakuan konsentrasi susu skim dan Na CMC
terhadap sifat fisik, kimia dan organoleptik es krim mellorine
2. Untuk mengetahui kombinasi perlakuan terbaik antara konsentrasi susu
skim dan Na CMC dalam pembuatan es krim dengan sifat fisik, kimia,
organoleptik yang baik dan disukai konsumen.
C. Manfaat Penelitian
1. Sebagai usaha penganekaragaman es krim.
2. Sebagai usaha pemanfaatan buah mengkudu dan bunga Rosella.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mellorine
Es krim adalah kudapan manis dengan kandungan gizi yang tinggi. Es
krim sudah dikenal sejak tahun 1300 dan biasa dikonsumsi sebagai makann
selingan (dessert). Hingga saat ini es krim sudah sangat popular hampiri di semua
Negara dan menjadi makanan yang sangat disukai terutama oleh anak – anak
(Padaga, 2005)
Menurut Marshall (1997), Mellorine adalah kudapan mirip dengan es krim
tetapi lemak susunya diganti secara keseluruhan atau sebagian dengan lemak
nabati. Komposisi mellorine dapat dikategorikan menjadi 2 tipe yaitu tipe 10 %
dan tipe 5,0 %. Komposisi yang berbeda tersebut dinyatakan berdasarkan jumlah
lemak nabati yang menjadi penyusun dari mellorine tersebut. Komposisi
mellorine secara umum dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Mellorine Secara Umum
Komposisi Mellorine Type 10 % Mellorine Type 5 %
Lemak Nabati
Padatan Susu Bukan lemak Gula Pasir Sumber: Arbuckle (1996)
Es krim merupakan sumber Ca dan protein yang potensial, karena bahan
bakunya adalah susu. Kandungan gizi es krim lainnya adalah karbohidrat dan
lemak, sedangkan untuk vitamin yang dapat larut air sangat sedikit dijumpai pada
produk es krim, khusunya untuk vitamin B1 (Anonymous, 2005)
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) menyebutkan bahwa
komposisi es krim minimal terdiri dari lemak 5%. Kandungan total padatan 30%,
kadar gula 8%, bahan mengemulsi dan bahan penstabil masing – masing 0,2%.
Dapat di lihat pada Tabel 3. Es krim merupakan media yang potensial untuk
fortifikasi zat gizi mikro. Zat gizi yang mendapat perhatian antara lain :
a. Nilai Biologis protein tinggi.
b. Mengandung asam lemak esensial.
c. Mengandung zat gizi mikro yang kekurangannya menjadi masalah
misalnya: besi, iodium, kalsium, vitamin A, Vitamin B1 dan B2
(Rianto,1997)
Komposisi es krim secara umum dapat dilihat pada Tabel 2 dan Standar
Nasional mutu es krim dapat di lihat pada Tabel 3
Tabel 2. Komposisi Es krim Secara Umum
Tabel. 3. Standar Nasional Indonesia Es Krim (SNI)
NO Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1.
- Pewarna Tambahan - Pemanis Buatan
- Pemantap & Pengemulsi Cemaran Logam
- Timbal - Tembaga - Arsen Cemaran Mikrobia
- Angka lempeng total - MPN Coliform
B. Bahan – Bahan Penyusun Es krim
Es krim dapat dibangun dari lemak susu, padatan bukan susu bukan lemak,
gula, penstabil, pengemulsi, udara dan air.
a. Air
Fungsi utama air dalam pembuatan es krim adalah penimbul rasa
dingin dan segar. Selain itu juga mengatur kekerasan es krim, sehingga kita
dapat membentuk produk sesuai keinginan, air juga merupakan fase
kontinyu yang melarutkan komponen lain. (Rianto dan Muhdal, 1997)
b. Susu / Lemak
Susu atau lemak merupakan sumber lemak dan penimbul rasa,
Perkembangan teknologi yang semakin modern, menyebabkan susu dapat di
ganti dengan berbagai bahan lain yang berprotein tinggi antara lain susu
kedelai, susu tempe, ekstrak kacang maupun ekstrak kacang merah (Rianto
dan Muhdal,1997).
c. Padatan Susu Bukan Lemak (susu skim)
Bahan padatan bukan lemak adalah bagian dari susu yang telah
diambil lemkanya dan mengandung laktosa, protein dan mineral serta vitamin
– vitamin yang tidak larut lemak. Komponen terpenting dalam bahan padatan
bukan lemak adalah protein. Sumber bahan padatan bukan lemak yang paling
baik adalah susu skim dalam bentuk susu kental maupun bubuk. (Padaga,
2005)
Pada proses pembuatan es krim, protein berfungsi menstabilkan emulsi
lemak setelah proses homogenisasi, membantu pembuihan, meningkatkan dan
menstabilkan daya mengikat air yang berpengaruh pada kekentalan es krim
dan menghasilkan tekstur es krim yang lembut. Penggunaan bahan padatan
bukan lemak yang berlebihan dapat menyebabkan aroma es krim kurang
sedap, kelebihan laktosa menyebabkan terbentuknya tekstur yang kurang
lembut, berpasir sebagai akibat kristalisasi dari gula susu (Padaga, 2005)
d. Emulsifier
Berfungsi untuk mengikat minyak dan air dalam es krim sehingga
tidak terpisahkan satu sama lain, terbentuk es krim yang mempunyai daya
Menurut Buckle (1987), susu dan krim saja tidak cukup memberikan
padatan bukan lemak, maka harus dilengkapi dengan padatan yang bukan
lemak kering. Lemak yang berasal dari krim dan susu memberikan flavour
masa dan tekstur pada produk. Bertambahnya kandungan lemak, tekstur
menjadi lebih baik dan se krim menjadi tahan terhadap proses pencairan.
Protein susu, kuning telur adalah umum digunakan sebagai emulsifier. Mono
dan digleserida dari gliserolisis dari bagian yang dapat diserap dari lemak
dan minyak juga bisa digunakan polyoxyethylen sorbitan monooleate,
Polyoxyethylen tristearate dan Propilenglycol ester dari Methylcelulose juga
bisa digunakan (Considine and Considine, 1982)
e. Stabilizer
Stabilizer berfungsi untuk melindungi es krim apabila terkena
hentakan suhu yang lebih tinggi. Stabilizer yang digunakan adalah
hidrokoloid yang dapat menurunkan konsentrasi air bebas dengan menyerap
air tersebut sehingga akan mengurangi kristalisasi es yang terbentuk dan
dapat memperhalus tekstur (Rianto dan Muhdal,1997).
Menurut Marshall dan Arbuckle (1996), stabilizer berfungsi untuk
mencegah terbentuknya kristal es yang besar karena fluktuasi suhu selama
penyimpanan. Stabilizer juga efektif dalam menghasilkan tekstur yang lebih
lembut dan juga meningkatkan viskositas. Jumlah maksimum penstabil yang
digunakan adalah 0,5% (Marliyati,1990). Stabilizer yang umum digunakan
carboxymethyl sellulose (CMC), pektin, carob gum, gum guar, dan banyak
lainnya yang digunakan (Considine and Considine,1982)
f. Gula
Berfungsi meningkatkan citarasa, meningkatkan kekentalan dan
sebagai sumber energi (Potter, 1980). Pada produk es krim dapat digunakan
madu, gula bit, sirup jagung atau pemanis buatan sebagai pengganti gula
(Eckless, 1984)
C. Proses Pembuatan Mellorine
Pada dasarnya, proses pembuatan es krim mellorine sama dengan
proses pembutana es krim pda umumnya. Langkah – langkah pembutan
mellorine adalah : penyiapan bahan, pencampuran, pasteurisasi, homogenisasi,
pematangan (aging), pembuihan dengan Ice Cream Maker, pembekuan dan
pengerasan.
1. Penyiapan Bahan
Komposisi adonan sangat penting karena akan mempengaruhi hasil
akhir produk. Banyaknya jumlah bahan yang digunakan tergantung dari jenis
es krim yang akan dibuat. Pada pembuatan rata – rata es krim yang baik,
lemak susu yang digunakan 12%, padatan susu bukan lemak 11%, gula 15%,
emulsifier dan stabilizer 0,2 serta total padatan 38,4%. Bahan baku disiapkan
dalam kondisi yang higienis untuk mencegah kontaminasi bakteri
(Potter,1980).
2. Pencampuran bahan
Pencampuran bahan untuk es krim dilakukan secara bertahap dan tidak
boleh sekaligus (Hadiwiyoto, 1983). Prosedur yang biasa untuk pencampuran
bahan es krim yaitu mencampur bahan – bahan cair (krim atau produk cair
lainnya) dalam wadah pasteurisasi. Pemanasan bahan dimulai dan dimasukkan
abhan padat seperti gelatin dan kuning telur. Pada suhu sekitar 49° C gula di
tambahkna pada adonan, dan sebelum tercapai suhu pasteurisasi semua bahan
harus sudah tercampur rata (Desrosier and Tessler, 1997)
3. Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah proses pemanasan makanan pada temperatur
tertentu selama beberapa menit, cukup untuk menghancurkan mikroorganisme
yang patogen tetapi tidak cukup untuk mencapai sterilisasi (Bennion, 1980)
Marshal, et al , menyataka bahwa pasteurisasi Ice Cream Mix (ICM)
dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sebagian besar mikroba, terutama
dari golongan petogen, melarutkan dan membantu pencampuran bahan –
bahan penyusun, memperbaiki cita rasa, menghasilkan produk yang seragam
dan meperpanjang umur simpan produk dengan mutu yang baik. Sedangkan
menurut Jeremiah (1996), pasteurisasi juga bertujuan untuk meningkatkan
ketahanan terhadap iksidasi dan meningkatkan pertambahan volume.
Anonymous (2001), menyatakan bahwa pasteurisasi pada es krim di
lakukan dengan tujuan untuk membebaskan adonan dari bakteri patogen,
Pasteurisasi adonan di lakukan pada suhu 68,3°C selama 30 menit atau pada
suhu 71°C selama 30 detik.
4. Pematangan (Aging)
Menurut Syamsiar (1995), proses aging yaitu mendiamkan adonan
pada suhu 4° C selama 4-24 jam. Pernyataan ini diperkuat oleh Potter (1980),
yang sebelumnya menyatakan bahwa aging adalah proses pematangan ICM
selama 3-24 jam, suhu yang digunakan 4,4° C atau dibawahnya. Tujuan dari
aging dinyatakan oleh Desrosier and Tessler (1977), yaitu memberikan waktu
pada penstabil dan protein susu untuk mengikat air bebas, sehingga air terikat
dengan komponen padatan membentuk gel yang lemah sehingga akan
menurunkan jumlah air bebas. Perubahan yang terjadi selama aging adalah
agar diperoleh Ice Cream Mix (ICM) yang lebih kental, lebih halus, dan
tampak lebih mengkilap.
Secara rinci, Goff (2002), menerangkan pentingnya tahapan aging,
yaitu :
1. Menyediakan waktu untuk lemak bisa saling bergabung.
2. Memberikan waktu bagi potein dan penstabil untuk mengikat air sehingga
akan meningkatkan viskositas.
3. Memberikan waktu bagi membran tersusun kembali dari interaksi protein
dan pengemulsi, dimana pengemulsi menggantikan protein pada
permukaan globula lemak, sehingga terjadi penurunan stabilitas emulsi
5. Pembuihan
Pembuihan di lakukan dengan tujuan untuk mendapatkan es krim yang
enak di mulut. Apabila setelah dilakukan aging campuran terssebut dibiarkan
mendingin, maka tidak akan dihasilkan es krim melainkan gumpalan padat
dan rapat berisi kristal – kristal es krim yang tidak enak kalau di makan, oleh
karena itu setelah di – aging, maka adonan harus dilakukan pengadukan
(pembuihan) didalam alat yang di sebut “Ice Cream Maker”. Pembuihan
campuran merupakan kunci dalam pembuatan es krim yang baik (Kompas,
2004)
6. Pembekuan
Proses pembekuan adalah proses penurunan suhu produk pada -18° C,
menghasilkan kristalisasi sebagian besar air dan beberapan padatan. Faktor –
faktor yang mempengaruhi proses pembekuan antara lain kecepatan
pembekuan, pengemasan sebelum pembekuan, metode pembekuan, suhu
produk yang dibekukan, suhu akhir, bentuk produk makanan, ketebalan, dan
komponen produk (Gaonkar, 1995)
Pembekuan harus di lakukan cepat untuk membentuk kristal es kecil
dan tekstur yang lembut. Fungsi proses pembekuan adalah :
Membekukan bagian air dalam adonan Menggabungkan udara kedalam adonan.
Suhu pembekuan mencapai kurang lebih -28° C. selama pembekuan
sehingga terbentuk kristal es yang lebih besar. Hal ini dapat dikurangi dengan
penambahan penstabil dan tetap menjaga suhu penyimpanan.
7. Pengerasan
Tahap selanjutnya setelah pembekuan adalah proses pengerasan di
dalam freezer pada suhu antara -30° C sampai -40° C, karena pada suhu ini air
yang tersisa kebanyakan bias membeku, di bawah suhu -25° C, es krim
menjadi lebih stabil dan tidak memungkinkan terjadinya rekristalisasi
sehingga membentuk kristal es yang besar (Pearson,2005)
Semakin cepat pengerasan, kristal es yang terbentuk akan semakin
kecil dan tekstur es krim yang terbentuk semakin lembut. Proses pengerasan di
anggap cukup bila suhu bagian tengah produk telah mencapai -18° C. suhu
pengerasan tergantung pada ukuran dan bentuk kemasan, luas permukaan suhu
medium pendingin, kecepatan pergerakan udara pendingin, suhu awal produk
Diagram alir proses pembuatan es krim mellorine secara umum dapat
di lihat pada gambar 1.
Penyiapan Bahan
Es krim
Gambar 1. Diagaram alir proses pembuatan es krim secara umum (Potter, 1980)
Pencampuran bahan
Pasteurisasi (72° C, 15 detik)
Homogenisasi (25 menit)
Pendinginan (4 – 12 jam, 4° C)
Pembekuan (-28° C)
D. Kualitas Es Krim
Menurut Padaga (2005), pada dasarnya kualitas es krim ditentukan
oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Overrun
Overrun adalah pengembangan volume yaitu kenaikan volume es krim
antara sebelum dan sesudah pembekuan (Hadiwiyoto, 1983). Es krim yang
berkualitas memiliki overrun berkisar antara 70-80% sedangkan untuk industri
rumah tangga berkisar antara 35-50%. Overrun dapat dihasilkan dari
pengadukan (agitasi) pada saat proses pembekuan, tanpa adanya overrun es
krim akan terbentuk gumpalan massa yang keras. Overrun mempengaruhi
tekstur dan kepadatan yang sangat menentukan kualitas es krim.
2. Kecepatan Meleleh
Es krim yang baik akan lebih tahan terhadap pelelehan pada saat
dihidangkan pada suhu kamar. Kecepatan meleleh es krim dipengaruhi oleh
komposisi bahan – bahan yang digunakan pada pembuatan es krim. Es krim
yang mempunyai kecepatan meleleh yang rendah atau lambat meleleh, kurang
disukai konsumen karena bentuk es krim akan tetap tidak berubah pada suhu
kamar sehingga memberi kesan terlalu banyak padatan yang digunakan. Akan
tetapi, es krim terlalu cepat meleleh juga kurang disukai karena es krim akan
segera mencair pada suhu ruang.
Menurut Marshall (2003), kecepatan meleleh secara umum disebabkan
oleh bahan penstabil, bahan pengemulsi, keseimbangan komposisi serta kondisi
adonan es krim. Sehingga es krim yang dihasilkan akan memiliki overrun yang
rendah dan tekstur yang lembut karena terbentuknya kristal – kristal es yang
kecil dan memperlambat pelelehan es krim pada saat dihidangkan. Kristal es
yang besar akan lebih cepat mencair dari pada kristal es yang kecil sehingga
mempercepat proses pelelehan es krim.
3. Tekstur
Tekstur es krim ynag baik adalah tidak keras, lembut dan tampak
mengkilat. Tekstur lembut es krim sangat dipengaruhi oleh komposisi es krim,
cara mengolah dan kondisi suhu penyimpanan
4. Rasa dan Aroma
Rasa dan aroma sangat mempengaruhi kesukaan konsumen terhadap es
krim bahkan dapat dikatakan faktor penentu yang utama.
E. Bunga Rosella
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) termasuk vamili Malvaceae dan
terdapat 2 tipe utama, yaitu Hibiscus sabdariffa var. altassima dan Hibiscus
sabdariffa var. sabdariffa.
Bunga rosella yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal, artinya
pada setiap tangkai hanya terdapai 1 bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai
kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm, pangkalnya saling berkelatan, dan
berwarna merah. Kelopak bunga ini sering di anggap sebagai bunga oleh
masyarakat. Bagian inilah yang sering di manfaatkan sebagai bahan makanan dan
Gambar 2 Rosella (Hibiscus Sabdariffa)
Di Indonesia belum banyak masyarakat yang memanfaatkan tanaman
rosella, sementara di Negara lain, rosella sudah banyak dimanfaatkan sejak lama.
Namun akhir-akhir ini minuman berbahan rosella mulai banyak dikenal sebagai
minuman kesehatan. Bahan minuman dari rosella yang berbentuk seperti teh celup
juga sudah dapat diperoleh di pasar swalayan.
Di India barat dan tempat-tempat tropis lainnya, kelopak segar rosella
digunakan untuk pewarna dan perasa dalam membuat anggur rosella, jeli, sirup,
gelatin, minuman segar, pudding dan cake. Kelopak rosella yang berwarna cantik
dapat ditambahkan pada salat untuk mempercantik warnanya. Kelopak rosella
juga dapat dimasak sebagai pengganti kubis.
Pada tahun 2006, dilakukan penelitian tentang manfaat medis dari rosela
merah (Hibiscus sabdariffa) dan diperoleh hasil terdapat 1,7 mmmol/prolox
antioksidan. Jumlah itu lebih banyak dibandingkan kumis kucing yang
antioksidannya teruji klinis meluruhkan batu ginjal. Khasiat dari bunga rosella
diantaranya sebagai berikut : bersifat detoksifikasi, menetralkan racun,
menurunkan kolesterol dalam darah, menyeimbangkan berat badan, mengurangi
panas dalam, dan susah buang air besar, menurunkan tingkat penggumpalan lemak
di hati, mengurangi pusing / migraine, mengandung multivitamin, termasuk vit. C
dan Beta karoten, membantu memulihkan dari ketergantungan obat, dan
mengandung zat antihipertensi.
Hasil penelitian kadar vitamin C pada bunga rosella segar dan kering
diperoleh hasil bunga rosella segar adalah 42,34 ± 0,11mg/100g, bunga rosella
kering adalah 25,44 ± 0,007 mg/100g hal ini menunjukan ada perbedaan kadar
vitamin C pada bunga rosella segar dan kering (Anonymous. 2010)
Kelopak kering bisa dimanfaatkan untuk membuat teh, jeli, selai, es krim,
serbat, mentega, pai, saus, tart dan makanan pencuci mulut lainnya. Pada
pembuatan jeli rosella tidak perlu ditambahkan pektin untuk memperbaiki tekstur,
karena kelopak sudah mengandung pectin 3,19 %. (Anonymous 2006). Adapun
kandungan ekstrak rosella setiap 100 gram adalah :
F. Mengkudu
Mengkudu (morinda citrifolia) merupakan salah satu bahan pengobatan
tradisional sangat popular dikawasan Asia tenggara, Kepulauan Pasifik dan
Karibia. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel – sel polygonal (persegi
banyak) yang berbintik – bintik dan berkutil. Mula – mula buah berwarna hijau,
menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih
transparan dan lunak (Bangun dan Sarwono, 2002)
Hampir semua bagian tanaman mengkudu mengandung zat kimia dan
nutrisi yang berguna bagi kesehatan, sehingga disebut tanaman multiguna. Zat –
zat nutrisi dalam mengkudu yang terdiri atas protein, mineral dan vitamin,
ternyata berkhasiat sebagai antioksidan (Rukmana, 2002). Mengkudu dapat di
lihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Mengkudu (morinda citrifolia)
Asam Askorbat didalam buah mengkudu merupakan sumber vitamin C
dan asam askorbat juga merupakan antioksidan yang hebat. Antioksidan
bermanfaat menetralisir radikal bebas yang dapat merusak materi genetik dan
dan asam kaprilat. Asam kaproat dan asam kaprik inilah yang menyebabkan bau
busuk yang tajam ketika buah mengkudu masak. Sedangkan asam kaprilat
membuat rasa buah tidak enak. Bau ini dapat disiasati dengan cara dibuat dalam
bentuk jus mengkudu dicampur dengan buah lain atau komponen lain yang bau
dan rasanya lebih segar dan menonjol. Mengkonsumsi sari buah mengkudu secara
rutin dan teratur dapat membantu mengatasi keseimbangan pH tubuh, sehingga
meningkatkan kemampuan tubuh dalam menyerap vitamin, mineral dan protein
(Bangun & Sarwono, 2002)
Sjabana (2002) menyatakan, buah mengkudu juga mengandung senyawa –
senyawa yang menyebabkan proses pencoklatan (browning), diantaranya adalah
senyawa fenol, Vitamin C dan enzim askorbit Acid, oleh karena itu didalam
pengolahan buah mengkudu terlebih dahulu perlu dilakukan blanching untuk
mencegah timbulnya warna kecoklatan. Komposisi kimia buah mengkudu dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi kimia buah mengkudu per 100 gram
Energi dan gizi Jumlah
Konsumsi sari buah mengkudu akan membantu penyediaan hormon
xeronine. Xeronine dari mengkudu bekerja secara kontradiktif. Pada penderita
tekanan darah tinggi, xeronin menurunkan tekanan darah menjadi normal. Pada
penderita tekanan darah rendah, mengkudu meningkatkan tekanan darah darah.
Dengan kata lain, sari buah mengkudu berfungsi sebagai adaptogen, penyeimbang
fungsi sel-sel tubuh. Efek kontradiktif buah mengkudu juga telah diteliti oleh Y.
Murati (1981). Perasan daging buah mengkudu memberikan perubahan sangat
berarti pada jantung, yaitu menurunkan kekuatan kontraksi otot jantung,
menurunkan kecepatan denyut jantung dan menaikkan jumlah aliran darah
koroner jantung setiap menitnya.
G. Susu Kim
Skim merupakan bagian susu yang tertinggal setelah krim diambil
sebagian atau seluruhnya melalui proses pemisahan dengan alat sentrifugal
berdasarkan perbedaan berat jenis krim dari krim susu (Buckle., 1987). Pada
pembuatan es krim, susu skim berfungsi untuk memperbaiki tekstur es krim dan
menambah cita rasa.
Penambahan susu skim berfungsi meningkatkan kandungan padatan dalam
es krim sehingga lebih kental dan sebagai sumber protein yang penting sehingga
dapat meningkatkan nilai nutrisi es krim. Pada proses pembuatan es krim, protein
berfungsi menstabilkan emulsi lemak setelah proses homogenisasi, menambah
cita rasa, membantu pembuihan, meningkatkan dan menstabilkan daya mengikat
air yang berpengaruh pada kekentalan es krim dan mebghasilkan tekstur es krim
tanpa mempengaruhi tekstur dan kelembutan es krim (Padaga dan Sawitri,2003).
Menurut Naruki dan Kanoni (1992), tingkat penggunaan susu skim berkisar antara
9-13 % tergantung komposisi produk.
Buckle (1987), menyatakan bahan padatan susu bukan lemak atau susu
skim mengandung laktosa atau bahan padat dari serum, mempunyai pengaruh
terhadap tekstur dan nilai gizi produk, terdapat kemungkinan kristalisasi laktosa
yang bersifat pasir (sandiness) jika terlalu banyak digunakan. Terlalu banyak
bahan dari serum juga menghasilkan produk dengan flavor susu kental manis yang
terlalu kuat. Sedangkan Hadiwiyoto (1983), menyatakan susu skim merupakan
bagian yang banyak mengandung protein dan mineral untuk orang dewasa.
Adapun komposisi susu skim per 100 gramnnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. komposisi susu skim per 100 gramnya
H. Carboxymethylcellulose (CMC)
Na-CMC adalah suatu zat padat jenis eter selulosa, turunan dari selulosa.
Zat tersebut berupa serbuk, butiran atau serat, berwarna putih, tidak berbau dan
tidak beracun. CMC dengan derajat subtitusi tertentu (0,4 – 1,4) mempunyai sifat
mudah mendispersi dalam air, membentuk koloid
Menurut Tranggono dkk (1990), CMC di buat dari reaksi kimia yang
polimerisasi,tingkat subtitusi dan keseragaman subtitusi antara 0,65 – 0,85 gram
biasa digunakan untuk bahan tambahan pangan yang mana susunan selulosa ini
mudah larut dalam air panas maupun dingin pengendapan bahan – bahan terlarut.
Na-CMC dalam bentuk murninya disebut gum sellulosa merupakan
campuran garam – garam kalsium, natrium, Na-CMC berfungsi untuk
memperbaiki dan menstabilkan tekstur, mencegah kristalisasi dan menstabilkan
emulsi (Anonymous.2005)
Menurut Hui (1992) karboksimetil selulosa sering digunakan sebagai
penstabil pada bahan makanan. Penggunaannya antara lain adalah mencegah
pertumbuhan kristal es dan es krim mengatur kelembaban dan memperkaya sifat
organoleptik, memperpanjang umur simpan pada cake dan produk sejenisnya,
pengontrol viskositas, frosting dan glazes dan sebagai pemantap dalam sirup.
Menurt Ganz (1977), CMC akan membantu menghambat pembentukan
kristal – kristal es, meningkatkan jumlah air yang membeku dan mencegah
pengendapan bahan – bahan terlarut, hal ini akan meningkatkan nilai tekstur
karena tekstur akan menjadi lebih halus.
Mekanisme kerja dari Na – CMC adalah sebagai berikut, Na – CMC akan
terdispersi dalam air, butir – butir Na – CMC yang bersifat hidrofilik akan
menyerap air dan membengkak, air yang sebelumnya berada di luar granula dan
bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagi sehingga keadaan larutan lebih mantap
dan terjadi peningkatan viskositas. Karena Na – CMC mempunyai gugus
karboksil, maka viskositas Na – CMC dapat bertahan pada kisaran pH 4-9
akan mengendap sedangkan di atas pH 10 ada penurunan viskositas (Fennema et
al,1996). Struktur kimia dari Na – CMC dapat dilihat pada Gambar 3
CH2OCH2COONa
H H H
OH H H H O O
H OH CH2OCH2COONa
Gambar 4 Struktur Na-CMC (Anonymous,2005)
G. Minyak Nabati
Minyak nabati ialah sejenis minyak yang terbuat dari tetumbuhan yang
berbeda. Digunakan dalam makanan dan untuk memasak. Beberapa jenis minyak
nabati yang biasa digunakan ialah minyak kelapa sawit Afrika, jagung, zaitun,
minyak lobak, kedelai, dan bunga matahari.dalam pembuatan es krim, minyak
nabati berfungsi untuk melembutkan tekstur es krim dan menambah cita rasa es
krim.
H. Analisa Keputusan
Analisa keputusan pada dasarnya adalah suatu prosedur yang logis dan
kuantitatif yang tidak hanya menerangkan mengenai pengambilan keputusan,
tetapu jiga merupakan suatu cara untuk membuta keputusan (Siagian, 1987)
Analisa pengambila keputusan didahului dengan mengetahui
permasalahan, alternatif – alternatif yang ada seeta kriteria untuk mengukur atau
membandingkan setiap alternatif yang memberikan hasil atau keuntungan yang
paling besar dengan resiko yang plaing kecil serta yang paling efektif. Jadi
masalah yang mempersulit suatu keputusan adalah adanya alternatif yang harus
dipilih sebagai landasan untuk tindakan yang harus dilaksanakan ( Siagian, 1987)
Analisis keputusan adalah untuk memilih alternatif terbaik yang dilakukan
antara aspek kualitas , kuantitas dan aspek finansial dari produk yang dihasilkan
dari kombinasi setiap perlakuan , kemudian ditentukan alternatif yang terbaik
(Mangkusubroto & Trisnadi, 1987)]
I. Analisa Finansial
Analisa finansial adalah data sekunder berupa harga – harga baik bahan
baku maupun bahan tambahan digunakan sebagai dasar perhitungan kelayakan
finansial produk. Analisa finansial yang dilakukan meliputi, analisis nilai uang
dan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Break event
Point (BEP) dan Payback Period (Mangkusubroto & Trisnadi, 1987)
1. Break event Point (Pujawa, 2002)
BEP adalah suatu keadaan dimana pada tingkat penjualan tertentu,
perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau ,menderita kerugian. BEP dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
BEP = Fixed Cost
Sales price / unit – variable cost / unit
= X unit
BEP = Fixed Cost
= Rp X
BEP = BEP (Rp)
Volume Penjualan
= X Produk
2. Net Present Value (NPV) (Pujawa, 2002)
NPV merupakan selisih antara Present Value daripada benefit dan present
value dari biaya. Bila dalam analisa NPV lebih besar dari nol, berarti proyek layak
untuk diilaksanakan. Sedang jika dalam perhitungan diperoleh NPV lebih kecil
dari nol, berarti proyek tidak layak untuk dilaksanakan (Susanto dan suneto, 1994)
NPV = Σ Bt – Ct
i = 1 I = 1t
Keterangan :
Bt = Penerimaan pada tahun ke – t
Ct = Penerimaan pada tahun ke – t
t = 1, 2, 3, . . . .. n
n = Umur ekonomi dari proyek
I = Sosial discount rate
3. Payback Periods ( Susanto dan Saneto, 1994)
Payback period merupakan perhitungan jangka waktu yang dibutuhkan
untuk mengembalikan modal yang ditanam pada proyek. Payback period tersebut
harus lebih kecil dari nilai ekonomis proyek. Kriteria ini memberikan nilai bahwa
proyek akan dipilih jika mempunyai waktu payback period yang paling cepat.
Keterangan :
I = Jumlah modal
Ab = Penerimaan bersih pertahun
4. Internal Rate of Return (IRR) (Pujawa, 2002)
Internal rate of return merupakan tingkat suku bunga yang menunjukkan
persamaan antara nilai penerimaan bersih sekarang dengan jumlah investasi
(modal) awal dari suatu proyek yang sedang dikerjakan. IRR merupakan nilai
discount rate 1 yang membuat NPV diproyek = 0. Bila nilai IRR suatu proyek
lebih besar dari suku bunga yang berlaku maka proyek dinyatakan layak untuk
dilaksanakan.
IRR = I’ + NPV’ ( I” – I’ ) NPV” + NPV’
Keterangan :
NPV’ = NPV yang akan datang
NPV” = NPV sekarang
I’ = Tingkat suku bunga
I” = Tingkat suku bunga bank yang akan dating
5. Gross Benefit Cost Ratio (Kadariyah dan Gray, 1987)
Merupakan nilai perbandingan antara manfaat (pendapatan) dengan biaya
yang dikeluarkan. Kriteria ini membedakan pedoman bahwa proyek akan dipilih
apabila gross benefit cost ratio lebih besar 1, dan bila proyek memiliki gross
Nilai B/C Ratio = Pendapat
Biaya Produksi
J. Landasan Teori
Mellorine adalah makanan mirip dengan es krim tetapi lemak susunya
diganti secara keseluruhan atau sebagian dengan sayur atau lemak nabati
(Marshall,1997). Es krim merupakan perpaduan antara sistem emulsi dan foam
(buih). Emulsi adalah titik – titik cairan yang tersebar (terdispersi) diseluruh fase
cair lain. Es krim termasuk dalam sistem emulsi Oil in water ( o/w ), dimana
lemak bertindak sebagai fase terdispersi dan air sebagai fase kontinyu (Goff,
2006)
Mellorine dengan bahan baku mengkudu dan rosella akan mempunyai
nilai gizi yang tinggi. Mengkudu merupakan buah yang mempunyai nilai nutrisi
yang cukup lengkap dan di butuhkan tubuh seperti, protein, vitamin dan mineral
penting, tersedia dalam jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. (Rukmana,
2002). Bunga rosella selain sebagai pewarna dalam pembuatan produk ini, juga
digunakan untuk penyempurna. Senyawa yang terdapat dalam bunga rosella,
seperti yang kita ketahui bunga rosella juga memiliki senyawa yang sangat
bermanfaat bagi tubuh terutama zat antihipertensi dan vitamin C dalam kadar
tinggi, bunga rosella juga bersifat detoksifikasi, menetralkan racun, menurunkan
kadar gula darah pada penderita diabetes (Anonymous, 2005)
Proses pembuatan mellorine campuran antara mengkudu dan rosella ini
saja akan menghasilkan mellorine dengan tekstur yang kasar dan tidak di senangi
lemak, serat , dan protein yang tinggi yang dapat mempengaruhi tekstur dan
kualitas mellorine. Bahan padatan susu bukan lemak atau susu skim mengandung
laktosa atau bahan padat dari serum, mempunyai pengaruh terhadap tekstur dan
nilai gizi produk (Buckle,1987), untuk memperbaiki teksturnya perlu di
tambahkan emulsi dan stabilizer. Menurut Anonymous (2010), emulsifier atau zat
pengemulsi adalah zat untuk membantu menjaga kestabilan emulsi minyak dan
air. Umumnya emulsifier merupakan senyawa organik yang memiliki dua gugus,
baik polar maupun nonpolar sehingga kedua zat tersebut dapat bercampur. Gugus
nonpolar emulsifier akan mengikat minyak (partikel minyak di kelilingi)
sedangkan air akan terikat kuat oleh gugus polar pengemulsi tersebut. Bagian
polar kemudian akan terionisasi menjadi bermuatan negative. Partikel minyak
kemudian akan tolak-menolak sehingga dua zat yang pada awalnya tidak dapat
larut tersebut kemudian menjadi stabil.
Menurut Fennema (1996), Na-CMC adalah turunan dari selulosa dan
sering di pakai dalam industri pangan, atau di gunakan dalam bahan makanan.
Menurut Fardiaz,dkk (1987), ada empat sifat fungsional yang penting dari
Na-CMC yaitu untuk pengental, stabilisator, pembentuk gel dan beberapa hal sebagai
pengemulsi. Di dalam sistem emulsi hidrokoloid (Na-CMC) tidak berfungsi
sebagai pengemulsi tetapi lebih sebagai senyawa yang memberkan kestabilan.
Pada penelitian sebelumnya telah di lakukan pembuatan es krim susu
jagung probiotik dengan perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan penambahan
susu skim 20% dan konsentrasi starter 2% (Astri, 2005). Nuril (2002) meneliti
perlakuan konsentrasi beras 14% dan Na-CMC 0,2%. Untuk mellorine dengan
bahan baku mengkudu dan rosella perlu di kaji berapa susu skim dan Na-CMC
yang harus ditambahkan untuk menghasilkan mellorine yang berkualitas.
K. Hipotesa
Diduga perlakuan konsentrasi susu skim dan Na-CMC akan berpengaruh
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dilaboratorium Teknologi Pengolahan Pangan,
laboratorium Analisa Bahan Pangan, laboratorium Uji Inderawi Jurusan Teknologi
Pangan Fakultas Teknologi Industri UPN ”Veteran” Jawa Timur di Surabaya pada
bulan Juni – November 2010
B. Bahan :
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah : Mengkudu, bunga
Rosella, gula pasir, susu skim, Na – CMC di peroleh di Pasar Soponyono Rungkut
Bahan pembantu yaitu bahan kimia yang digunakan untuk analisa dalam
percobaan ini adalah H2SO4 , alkohol, K2SO4. aquades, indikator amilum 1%,
antifoan agent.
C. Alat :
Alat – alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah ice cream maker,
mixer, mesin pendingin atau freezer, timbangan analitik, termometer, blender,
Erlenmeyer, labu takar, pipet, pendingin balik, spatula.
D. Metode Penelitian :
Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
faktorial yang terdiri dari 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah
Na – CMC. Analisis data yang digunaka adalah analisis varians dan jika terdapat
perbedaan nyata dilajutkan dengan uji Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
1 Peubah berubah ,terdiri dari 2 faktor :
Faktor I : Konsentrasi susu skim (A)
A1= 10% b/v
A2= 15% b/v
A3= 20% b/v
Faktor II: Konsentrasi Na - CMC (B)
B1 = 1% b/v
B2 = 2% b/v
B3 = 3% b/v
Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan antara jenis bahan pengisi dank
on sentrasi bahan pengisi. Variasi perlakuan tersebut dapat dilihat pada table 6.
Tabel 7. Kombinasi perlakuan antara faktor A dan faktor B
A
B
A1 A2 A3
B1 A1B1 A2B1 A3B1
B2 A1B2 A2B2 A3B2
B3 A1B3 A2B3 A3B3
Keterangan :
A1B1 = Penambahan susu skim 10% dan Penambahan Na – CMC 1%
A1B2 = Penambahan susu skim 10% dan Penambahan Na – CMC 2%
A1B3 = Penambahan susu skim 10% dan Penambahan Na – CMC 3%
A2B2 = Penambahan susu skim 15% dan Penambahan Na – CMC 2%
A2B3 = Penambahan susu skim 15% dan Penambahan Na – CMC 3%
A 3B1 = Penambahan susu skim 20% dan Penambahan Na – CMC 1%
A3B2 = Penambahan susu skim 20% dan Penambahan Na – CMC 2%
A3B3 = Penambahan susu skim 20% dan Penambahan Na – CMC 3%
Menurut Gasperz (1991), model statisitika untuk perlakuan faktorial yang
terdiri dari dua faktor dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah
sebagai berikut:
Yijk : µ + αi + βj + (αβ)ij + εij
Keterangan :
Yijk :Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang mempengaruhi
kombinasi i & j (taraf ke-I dari factor I & taraf ke-j dari factor II)
µ : Nilai tengah umum (rata – rata sesungguhnya)
αi : Pengaruh perlakuan ke-I dari faktor I
βj : Pengaruh perlakuan ke-j dari faktor II
(αβ) : Pengaruh interaksi factor I ke-I dari faktor II ke-j
i : 1,2,…..,p
ε : Galat percobaan pada perlakuan ke-I pada faktor I dan perlakuan ke-j
pada faktor II
j : 1,2,…….,n
2. Peubaha Tetap
a. Berat mengkudu : air ( 1: 4)
b. Berat bunga rosella : air ( 1 : 20 )
c. Gula sebanyak 20 % b/v
d. Minyak jagung sebanyak 5 %.
E. Parameter yang diamati
1. Analisa bahan awal (mengkudu,Rosella dan ekstrak mengkudu,ekstrak
rosella)
o Vitamin C (cara titrasi yodium) (Sudarmadji dkk,1984)
2. Analisa Produk (Es krim Kudusella)
o Stabilitas Emulsi (Lissant,1994)
o Total Padatan Terlarut dengan refraktometer (Apriyanto,dkk.1989)
o Over run berdasarkan berat bahan (%) (Hadiwiyoto,1983)
o Waktu Pelelehan (Koxholt,2001)
o Organoleptik (rasa,warna,aroma.tekstur) dengan uji hedonik atau
kesukaan (Rahayu,2001)
3. Analisa Perlakuan Terbaik
o Vitamin C (cara titrasi yodium) (Jacobs) dalam (Sudarmadji
dkk.1984)
o Kadar Protein, metode Kjeldahl (Sudarmadji dkk,1997)
o Kadar Lemak, metode Hidrolisis asam (Khasani, 1984)
F. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan ekstrak mengkudu
Pembuatan ekstrak mengkudu, di lakukan pengambilan buah mengkudu
yang memiliki umur panen + 4 bulan (buah mengkudu sudah matang/berwarna
putih kekuningan), untuk mendapatkan ekstrak mengkudu dilakukan beberapa
tahapan yaitu :
Pencucian dan Pembersihan
Buah mengkudu yang telah diambil, dilakukan pengupasan kulit
menggunakan pisau, kemudian dicuci menggunakan air mengalir yang
bertujuan untuk menghilangkan kotoran – kotoran pada buah mengkudu
Perebusan
Pada tahapan ini, dilakukan proses pemanasan selama 10 menit yang
bertujuan melayukan buah dengan tidak merusak karakteristik dari bahan.
Penghancuran
Mengkudu yang telah mengalami perebusan, dilakukan penghancuran
menggunakan blender dengan perbandingan mengkudu : air (1:4) selama 5
menit, 100 gram mengkudu untuk 400 ml air, air yang di tambahkan yaitu
air hasil pemanasan atau perebusan
Penyaringan
Setelah dilakukan penghancuran, kemudian di lanjutkan penyaringan
dengan menggunakan saringan dengan ukuran 40 mesh, untuk
2. Pembuatan ekstrak rosella
Pembuatan ekstrak rosella, dilakukan pengambilan rosella kering, untuk
mendapatkan esktrak rosella di lakukan melalui beberapa tahap, yaitu :
Pencucian dan Pembersihan
Rosella yang telah diambil, dilakukan pencucian dengan menggunakan air
mengalir yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran – kotoran pada
rosella
Perebusan
Pada tahapan ini, dilakukan proses pemanasan selama 10 menit yang
bertujuan melayukan bunga rosella dengan tidak merusak karakteristik
dari bahan.
Penghancuran
Rosella yang telah mengalami perebusan, dilakukan penghancuran
menggunakan blender dengan perbandingan rosella : air (1:4) selama 5
menit, 20 gram rosella kering untuk 400 ml air, air yang di tambahkan
yaitu air hasil pemanasan atau perebusan
Penyaringan
Setelah dilakukan penghancuran, kemudian di lanjutkan penyaringan
dengan menggunakan saringan dengan ukuran 40 mesh, untuk
3. Pembuatan produk mellorine dari mengkudu dan rosella
Pada pembuatan mellorine dari mengkudu dan rosella ini, menggunakan
ekstrak mengkudu dan ekstrak rosella dengan tahapan sebagai berikut :
Pencampuran 1
Pada tahapan ini, dilakukan pencampuran ekstrak mengkudu dan ekstrak
rosella dengan perbandingan mengkudu : rosella (1 : 1)
Pencampuran 2
Campuran ekstrak rosella dan ekstrak mengkudu kemudian di lakukan
pencampuran susu skim dengan konsentrasi berbeda (10%, 15% , 20%)
dan penambahan Na-CMC dengan konsentrasi yang berbeda (1%,2%,3%),
dan di lakukan penambahan gula 20% dan minyak jagung 5%.
Homogenisasi
Homogenisasi di lakukan menggunakan mixer selama + 10 menit,
homogenisasi pada pembuatan es krim bertujuan untuk mencegah globula
lemak bersatu, untuk mengurangi waktu yang diperlukan bagi proses aging
campuran itu dan untuk mempengaruhi kekentalan sehingga tekstur dan
body es krim menjadi lebih baik.
Pembuihan
Untuk mendapatkan tekstur mellorine yang lebih baik, maka dilakukan
pembuihan. Pembuihan dilakukan menggunakan Ice Cream Maker
demgan suhu -5° C selama 25 menit. Pembuihan bertujuan untuk
menghasilkan tekstur es yang lebih baik sehingga mencegah terbentuknya
Pembekuan dalam freezer
Mellorine yang telah mengalami pembuihan, masih membutuhkan
pembekuan. Pembekuan dalam freezer pada suhu -25° C selama 24 jam.
Selain untuk pembekuan, freezer juga untuk penyimpanan mellorine agar
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisa Bahan Awal
Pada penelitian pembuatan mellorine dari mengkudu dan rosella ini di
lakukan analisa vitamin C pada bahan awal yaitu buah mengkudu, bunga rosella
dan esktrak mengkudu dan ekstrak rosella. Hasil analisa bahan awal tersebut dapat
di lihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Komposisi Vitamin C
No Bahan Vitamin C (mg/100gr bahan)
1. Mengkudu 34,354
2. Ekstrak Mengkudu 5,914
3. Rosella 34,898
4. Ekstrak Rosella 5,069
Hasil analisa bahan awal terhadap mengkudu, ekstrak mengkudu, rosella
dan ekstrak rosella menunjukkan bahwa vitamin C dari mengkudu yaitu 34.354
mg/100, pada ekstrak mengkudu vitamin C sebesar 5.914 mg/100, sedangkan
pada rosella kering vitamin C sebesar 34.898 mg/100 dan ekstrak rosella sebesar
5,069 mg/100. Menurut Anonymous (2010), kandungan vitamin C pada Rosella
Kering yaitu 214.68 mg/100 gr bahan, sedangkan kandungan vitamin C pada
mengkudu sebesar 175 mgr/100 gr bahan. Data menurut literature berbeda dengan
hasil penelitian, hal ini disebabkan masa panen dan kondisi rosella dan mengkudu
tumbuh berbeda – beda, sehingga vitamin c yang di kandung pun berbeda – beda.
B. Kualitas Mellorine dari Mengkudu dan Rosella
1. Total Padatan Terlarut
Berdasarkan hasil analisa ragam (Lampiran 3) dapat diketahui bahwa
terdapat interaksi yang nyata (p < 0,05) antara perlakuan konsentrasi susu skim
dan konsentrasi Na-CMC dan masing-masing perlakuan berpengaruh nyata
terhadap total padatan terlarut. Hasil rata - rata total padatan terlarut dapat di lihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata total padatan terlarut Mellorine dari Mengkudu dan Rosella dengan perlakuan konsentrasi susu skim dan Na-CMC
Perlakuan
Ket : nilai rata - rata yang diikuti huruf berbeda berarti berbeda nyata
Pada Tabel 9 diketahui bahwa rata-rata total padatan terlarut Mellorine
dari mengkudu dan rosella dengan perlakuan konsentrasi susu skim dan Na-CMC
berkisar antara 27.67% - 33.67%. Pada perlakuan penambahan susu skim 20%
dan Na-CMC 3% menghasilkan total padatan terlarut tertinggi (33.67%),
sedangkan pada perlakuan penambahan susu skim 10% dan Na-CMC 1%
Grafik hubungan antara konsentrasi penambahan susu skim dan Na-CMC
pada analisa total padatan terlarut dapat di lihat pada Gambar 6
y = 2x + 26.444
Penambahan Susu Skim (%)
Tot
Gambar 6. Grafik Hubungan antara konsentrasi susu skim dan Na-CMC terhadap Total Padatan terlarut mellorine dari mengkudu dan rosella
Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi susu skim
dan Na-CMC maka total padatan terlarut mellorine akan semakin tinggi, hal ini
disebabkan susu skim mempunyai kandungan protein yang tinggi yang bersifat
larut air . Protein yang terdapat dalam susu skim yatu lactoglabulin, demikian
pula Na-CMC yang bersifat larut air, oleh karena itu susu skim sebagai emulsifier
dan Na-CMC sebagai stabilizer larut menjadi satu dalam air, maka total padatan
terlarut pada mellorine mengkudu rosella akan semakin meningkat.
Menurut Tranggono dkk. (1991), CMC ini mudah larut dalam air panas
maupun air dingin. Menurut Padaga dan Sawitri (2005), susu skim berfungsi
meningkatkan kandungan padatan dalam es krim sehingga lebih kental dan
sebagai sumber protein yang penting sehingga dapat meningkatkan nilai nutrisi
dari es tersebut. Sumber total padatan terlarut berasal dari gula, susu skim,
2. Over Run
Berdasarkan hasil analisa ragam (Lampiran 4) dapat diketahui bahwa
terdapat interaksi yang nyata (p < 0,05) antara perlakuan konsentrasi susu skim
dan konsentrasi CMC dan masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap
total padatan terlarut Hasil rata - rata overrun dapat di lihat pada Tabel 10
Tabel 10. Rata-rata Overrun Mellorine mengkudu rosella dengan perlakuan konsentrasi susu skim dan Na-CMC
Perlakuan
Ket : nilai rata - rata yang diikuti huruf berbeda berarti berbeda nyata
Pada Tabel 10. diketahui bahwa rata-rata overrun Mellorine mengkudu
rosella dengan perlakuan konsentrasi susu skim dan Na-CMC berkisar antara
23.800% - 32.417%. Pada perlakuan penambahan susu skim 20% dan Na-CMC
3% menghasilkan overrun tertinggi (32.417%), sedangkan pada perlakuan
penambahan susu skim 10% dan Na-CMC 1% menghasilkan overrun terendah
(23.80%)
Grafik hubungan antara konsentrasi penambahan susu skim dan Na-CMC
y = 2.36x + 21.011
Penambahan Susu Skim (%)
ov
Gambar 7. Grafik Hubungan antara konsentrasi susu skim dan Na-CMC terhadap
overrun mellorine mengkudu rosella
Pada Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi susu skim
dan Na-CMC maka overrun akan semakin tinggi, hal ini di sebabkan karena
Na-CMC dapat terdispersi dalam air, butir-butir Na-Na-CMC yang bersifat hidrofilik
akan menyerap air dan membengkak. Menurut winarno (1996) Na-CMC
berfungsi untuk stabilisator, pembentuk gel, pengemulsi, meningkatkan
kekentalan dan mencegah retrogradasi, selain itu CMC juga dapat meningkatkan
viskositas sehingga dapat menurunkan kemampuan mengembang, dan susu skim
juga bersifat hidrofilik yang dapat menyerap air dan membengkak. Komponen
utama susu skim yaitu laktosa dan protein. Pada pembuatan es krim protein
berperan untuk membentuk buih selama proses pembuihan dengan menggunakan
Ice cream Maker sehingga dapat meningkatkan overrun
Menurut Hadiwiyoto (1983) overrun adalah pengembangan volume atau
kenaikan volume es krim antara sebelum dan sesudah pembekuan. Overrun dapat
Menurut Fennema et al (1996), air yang sebelumnya berada di granula dan
bebas bergerak tidak dapat bergerak lagi sehingga keadaan larutan lebih mantap
dan terjadi peningkatan viskositas.
Menurut Padaga dan Sawitri (2005), pada proses pembuatan es krim
protein dari susu skim berfungsi menambah cita rasa, membantu pembuihan,
meningkatkan dan menstabilkan daya mengikat air yang berpengaruh pada
kekentalan es krim dan menghasilkan nilai “overrun” tanpa mempengaruhi
tekstur dan kelembutan pada es. Interaksi antara susu skim dan Na-CMC ini yang
menyebabkan meningkatnya overrun dari es krim.
3. Waktu Pelelehan
Berdasarkan hasil analisa ragam (Lampiran 5) dapat diketahui bahwa
terdapat interaksi yang nyata (p < 0,05) antara perlakuan konsentrasi susu skim
dan konsentrasi Na-CMC dan masing-masing perlakuan berpengaruh nyata
terhadap waktu pelelehan Hasil rata - rata waktu pelelehan dapat di lihat pada
Tabel 11 .Rata-rata waktu pelelehan mellorine dari mengkudu dan rosella dengan perlakuan konsentrasi susu skim dan Na-CMC
Perlakuan Ket : nilai rata – rata yang diikuti huruf berbeda berarti berbeda nyata
Pada Tabel 11 diketahui bahwa rata-rata waktu pelelehan Es Mellorine
dari mengkudu dan rosella dengan perlakuan konsentrasi susu skim dan Na-CMC
berkisar antara 13.333 – 35.667 menit. Pada perlakuan penambahan susu skim
20% dan Na-CMC 3% menghasilkan waktu pelelehan terlama (35.667 menit),
sedangkan pada perlakuan penambahan susu skim 10% dan Na-CMC 1%
menghasilkan waktu pelelehan tercepat yaitu (13.133 menit).
Grafik hubungan antara konsentrasi penambahan susu skim dan Na-CMC
y = 7.4333x + 6.4
susu skim 10% susu skim 15% susu skim 30%
Penambahan Susu Skim (%)
W
Gambar 8. Grafik Hubungan antara konsentrasi susu skim dan Na-CMC terhadap waktu pelelehan mellorine mengkudu rosella
Pada Gambar 8. menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi susu
skim dan Na-CMC maka kecepatan meleleh mellorine akan semakin lama, hal ini
disebabkan karena Na-CMC yang tinggi menyebabkan tekstur dari es mellorine
menjadi lebih padat dan lengket, sehingga lebih lama untuk meleleh. Kecepatan
meleleh secara umum di pengaruhi oleh stabilizer, emulsifier, bahan – bahan serta
kondisi pemprosesan dan kondisi penyimpanan (Chambell,1975). Menurut
Glickman (1983), bahwa stabilizer yang digunakan dalam es krim berfungsi untuk
memperbaiki stabilitas emulsi, meningkatkan kehalusan tekstur dan
4. Stabilitas Emulsi
Berdasarkan hasil analisa ragam (Lampiran 6) dapat diketahui bahwa
terdapat interaksi yang nyata (p < 0,05) antara perlakuan konsentrasi susu skim
dan konsentrasi Na-CMC dan masing – masing perlakuan berpengaruh nyata
terhadap stabilitas emulsi mellorine mengkudu rosella yang di hasilkan. Hasil rata
– rata stabilitas emulsidapat di lihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rata- rata stabilitas emulsi mellorine mengkudu rosella dengan perlakuan konsentrasi susu skim dan Na-CMC
Perlakuan
Ket : nilai rata - rata yang diikuti huruf berbeda berarti berbeda nyata
Pada Tabel 12. diketahui bahwa rata-rata stabilitas emulsi Mellorine
mengkudu rosella dengan perlakuan konsentrasi susu skim dan Na-CMC berkisar
antara 79.67% - 88.67%. Pada perlakuan penambahan susu skim 20% dan
Na-CMC 3% menghasilkan stabilitas emulsi tertinggi (88.67%), sedangkan pada
perlakuan penambahan susu skim 10% dan Na-CMC 1% menghasilkan stabilitas
Grafik hubungan antara konsentrasi penambahan susu skim dan Na-CMC
terhadap stabilitas emulsi dapat di lihat pada Gambar 9
y = 2x + 77.556
Penambahan Susu Skim (%)
S
Gambar 9. Grafik Hubungan antara konsentrasi susu skim dan Na-CMC stabilitas emulsi mellorine mengkudu rosella
Pada Gambar 9, menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi susu
skim dan Na-CMC maka stabilitas emulsi akan semakin tinggi, hal ini di
karenakan susu skim sebagai emulsifier akan berinteraksi dengan CMC.
Na-CMC sebagai stabilizer berfungsi menstabilkan struktur es dengan cara melapisi
gelombang udara yang terjadi selama pengadukan dan menahan udara yang
terperangkap di dalamnya. Menurut Glickman (1983), bahwa stabilizer yang
digunakan dalam es krim berfungsi untuk memperbaiki stabilitas emulsi,
meningkatkan tekstur dan memperlambat melelehnya es krim.
Menurut Marshall and Goff (2003), selama proses pengembangan adonan,
protein yang berada di permukaan gelembung udara akan berinteraksi dengan
emulsifier, komplek protein-emulsifier ini akan bergabung dengan lemak yang
5. UJi Organoleptik Kesukaan Mellorine Mengkudu Rosella
a. Warna
Hasil analisa uji organoleptik menunjukkan bahwa perlakuan penambahan
konsentrasi susu skim dan Na – CMC tidak berbeda nyata terhadap kesukaan
warna mellorine dari mengkudu dan rosella. Hasil uji organoleptik kesukaan
warna mellorine dapat di lihat pada Tabel 13 berikut.
Tabel 13. Jumlah ranking kesukaan warna merah mellorine mengkudu rosella
Konsentrasi
Dari hasil uji organoleptik tersebut, dapat di ketahui bahwa produk yang
memiliki konsentrasi susu skim 10% dan Na-CMC 1% dalam segi warna sangat di
sukai oleh para panelis, sedangkan produk paling tidak di sukai warnanya yaitu
mellorine dengan konsentrasi susu skim 20% dan Na-CMC 3%, hal ini diduga
karena pengaruh perubahan warna yang tidak stabil pada rosella. Rosella stabil
dan memiliki warna yang cerah pada kondisi asam (pH 5) sedangkan dengan
penambahan konsentrasi susu skim yang semakin banyak, menyebabkan pH naik
Hasil analisa uji organoleptik, menunjukkan bahwa penambahan Na –
CMC dan susu skim berpengaruh terhadap tingkat kesukaam yang berbeda pada
panelis. Semakin tinggi penambahan Na – CMC maka warna yang di hasilkan,
kurang di sukai oleh panelis, penambahan susu skim juga berpengaruh terhadap
tingkat kesukaan warna panelis, semakin tinggi konsentrasi susu skim maka
warna yang di hasilkan juga kurang di sukai oleh panelis
b. Aroma
Hasil analisa uji organoleptik menunjukkan bahwa perlakuan penambahan
konsentrasi susu skim dan Na – CMC tidak berbeda nyata terhadap kesukaan
aroma mellorine mengkudu dan rosella. Hasil uji organoleptik kesukaan warna
mellorine dapat di lihat pada Tabel 14 berikut.
Tabel 14. Jumlah ranking kesukaan aroma mellorine mengkudu rosella
Konsentrasi
Hasil analisa uji organoleptik menunjukkan bahwa penambahan susu skim
dan Na – CMC memberikan tingkat kesukaan terhadap aroma yang berbeda pada
panelis. Semakin tinggi Na CMC dan susu skim maka aroma yang dihasilkan di