SKRIPSI
SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN
PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM
STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
I NYOMAN AGUS PRADNYA WIGUNA
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
i
SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN
PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM
STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA FISIOTERAPI
Oleh :
I Nyoman Agus Pradnya Wiguna NIM. 1202305045
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Senam
Jantung Sehat Dapat Menurunkan Persentase Lemak Tubuh pada Mahasiswi Program
Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana”.
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana
Fisioterapi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan
segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, yaitu
kepada:
1. Prof.Dr.dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes selaku dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
2. Prof.Dr.dr.I Nyoman Adiputra, MOH, PFK selaku ketua Program Studi
Fisioterapi Universitas Udayana.
3. I Putu Sutha Nurmawan, SSt.FT, M.Fis selaku pembimbing sekaligus
pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. dr. I Gusti Ayu Artini, M.Sc selaku pembimbing sekaligus pengajar yang
telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi
vi
5. Dosen-dosen pengajar dan staf Program Studi Fisioterapi yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu, Bapak dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh teman-teman Axoplasmic yang selalu membantu dan memberikan
semangat.
8. Seluruh kerabat dan sejawat yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penuli skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak penulis sangat harapkan.
Denpasar, Mei 2016
vii
SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE
LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI
FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
ABSTRAK
Kegemukan umumnya terjadi akibat masuknya asupan energi dalam jumlah yang besar ke dalam tubuh, namun tidak diimbangi dengan pembakaran kalori melalui aktivitas fisik yang seimbang. Banyak orang melakukan olahraga berintensitas tinggi dengan harapan lemak tubuh akan berkurang dalam waktu singkat. Namun sesungguhnya olahraga yang efektif dilakukan untuk menurunkan lemak tubuh adalah olahraga yang bersifat aerobik salah satunya Senam Jantung Sehat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap penurunan persentase lemak tubuh pada mahasiswi program studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Rancangan penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan
randomized pre-test dan post-test control group design. Sampel penelitian sebanyak
20 mahasiswi, dan dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 10 orang yang terdiri dari 5 overweight dan 5 obesitas. Kelompok 1 sebagai kelompok perlakuan dengan pelatihan Senam Jantung Sehat diberikan sebanyak 3 kali seminggu selama 6 minggu, sedangkan kelompok 2 sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur persentase lemak tubuh menggunakan skinfold
caliper sebelum dan setelah pelatihan Senam Jantung Sehat pada kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol. Persentase lemak tubuh dihitung dengan menggunakan rumus Jackson dan dikonversikan dengan rumus Siri.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan persentase lemak tubuh sebesar 1,71% pada kelompok perlakuan dan peningkatan persentase lemak tubuh sebesar 0,07% pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil Uji beda selisih dengan Independent sample t-test menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dimana p=0,000 (p<0,05).
Disimpulkan bahwa Pelatihan Senam Jantung Sehat memiliki pengaruh terhadap penurunan persentase lemak tubuh pada mahasisiwi program studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
viii
JANTUNG SEHAT
GYMNASTICS REDUCED THE BODY FAT
PERCENTAGE OF FEMALE STUDENTS IN THE PHYSICAL
THERAPY DEPARTMENT, FACULTY OF MEDICINE, UDAYANA
UNIVERSITY
ABSTRACT
Overweight is generally caused by the influx of energy intake in large quantities into the body, but not matched with the burning calories through balanced physical activity. Many people take high-intensity exercise in the hope that the body fat will be reduced in a short time. However, the real effective exercise to do to lose body fat is aerobic exercise, one of them is Jantung Sehat Gymnastics. The purpose of this study was to determine the effect of Jantung Sehat Gymnastics to reduce body fat percentage of female students in the Physical Therapy Department, Faculty of Medicine, Udayana University.
The study design is randomized experimental design with pre-test and post-test control group design. The research sample as many as 20 students, and divided into two groups each of 10 people consisting of 5 overweight and 5 obesity. The first group as the group treated with a Jantung Sehat Gymnastics training given 3 times a week for 6 weeks, while the second group as the control group. The data collection was done by measuring the body fat percentage using a skinfold caliper before and after training Jantung Sehat Gymnastics in the treatment group and the control group. The body fat percentage is calculated using the Jackson formula and converted with the Siri formula.
The results showed a decrease in body fat percentage by 1.71% in the treatment group and increased body fat percentage of 0.07% in the control group. Independent sample t-test result showed a significant difference between the treatment group and the control group (p <0.05).
In conclution the Jantung Sehat Gymnastics reduced the body fat percentage of female students in the Physical Therapy Depertement, Faculty of Medicine, Udayana University.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.1.1 Tujuan Umum ... 6
1.1.2 Tujuan Khusus ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.4.1 Bagi Ilmiah ... 7
1.4.2 Bagi Praktisi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
x
2.1.1 Definisi Lipid ... 8
2.1.2 Klasifikasi Lipid ... 8
2.1.3 Deposit Lemak ... 9
2.2 Energi ... 12
2.2.1 Sumber Energi ... 12
2.2.2 Kegunaan Energi ... 16
2.2.3 Keseimbangan energi ... 17
2.3 Overweight dan obesitas ... 18
2.2.1 Definisi Overweight dan Obesitas ... 18
2.2.2 Etiologi Overweight dan Obesitas ... 20
2.2.3 Epidemiologi Overweight dan Obesitas ... 22
2.4 Mengukur Lemak Tubuh ... 23
2.3.1 Persentase Lemak Tubuh ... 23
2.3.2 Alat ukur Skinfold Caliper ... 23
2.5 Senam Jantung Sehat ... 26
2.4.1 Sejarah Senam Jantung Sehat ... 26
2.4.2 Pelaksanaan Senam Jantung Sehat ... 27
2.4.3 Manfaat Senam Jantung Sehat ... 31
2.4.4 Gerakan Senam Jantung Sehat ... 32
xi
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN ... 37
3.1 Kerangka berpikir ... 37
3.2 Kerangka Konsep ... 39
3.3 Hipotesis Penelitian ... 39
BAB IV METODE PENELITIAN ... 40
4.1 Rancangan penelitian ... 40
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41
4.3 Populasi dan Sampel ... 42
4.3.1 Penentuan Populasi ... 42
4.3.2 Penentuan Sampel ... 42
4.3.3 Besaran Sampel ... 43
4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel ... 44
4.4 Variabel Penelitian ... 45
4.5 Definisi Operasional Variabel ... 46
4.6 Instrumen Penelitian ... 47
4.7 Prosedur Penelitian ... 47
4.7.1 Prosedur Perijinan ... 47
4.7.2 Prosedur Sampling ... 48
4.7.3 Prosedur Pelatihan Senam Jantung Sehat ... 49
xii
4.7.5 Prosedur Pengolahan Data ... 51
4.8 Alur Penelitian ... 52
4.9 Teknik Analisis Data ... 53
BAB V HASIL PENELITIAN ... 54
5.1 Data Karakteristik Sampel ... 55
5.2 Uji Normalitas dan Homogenitas ... 56
5.3 Pengujian Hipotesis ... 57
BAB VI PEMBAHASAN ... 60
6.1 Karakteristik Sampel ... 60
6.2 Perbandingan Penurunan Persentase Lemak Tubuh pada kedua kelompok .. 64
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 72
7.1 Simpulan ... 72
7.2 Saran ... 72
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Teknik penjepitan lipatan lemak menggunakan Skinfold Caliper ... 24
Gambar 2.2 Tiga Lokasi Pengukuran Lemak Subkutan pada Subjek Perempuan 25
Gambar 3.1 Konsep Penelitian ... 39
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian ... 40
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh menurut WHO ... 18
Tabel 2.2 Kategori Indeks Massa Tubuh sesuai Perspektif Asia Pasifik ... 19
Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian ... 55
Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Persentase Lemak Tubuh ... 56
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Era globalisasi, memiliki pengaruh yang sangat besar dalam setiap aspek
kehidupan masyarakat salah satunya adalah aspek kesehatan. Berkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi membuat setiap orang mudah untuk mengakses berbagai
hal. Namun kemajuan tersebut selain memiliki dampak positif, tentu memiliki
dampak negatif yang harus dikendalikan. Sebagai contoh, kini seseorang tidak perlu
bersusah payah untuk menaiki tangga karena sudah tersedia lift atau eskalator, bahkan
berkat adanya jaringan internet dan handphone memudahkan seseorang untuk
memesan makanan tanpa harus berpindah tempat. Tanpa disadari hal tersebut
menghantar seseorang menjalani gaya hidup sedentary, yang cenderung
bermalas-malasan dan kurangnya aktivitas fisik.
Menurut data Indeks Tendensi Konsumen yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik provinsi DKI Jakarta tahun 2015 menunjukkan kebutuhan masyarakat akan
makanan lebih tinggi dibandingkan non makanan, hal tersebut menunjukkan ekonomi
konsumsi menjadi penopang utama kebutuhan di Indonesia. Hal ini dipicu oleh
tingginya penduduk usia produktif di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2015), data
yang sama juga ditunjukkan oleh CIA World Factbook (2010) yang menunjukkan
2
15-64 tahun: 67,56% dan usia 65 tahun keatas sebesar 6,62%, hal ini membuktikan
mayoritas penduduk Indonesia tergolong produktif.
Melihat fenomena yang terjadi, maka tidak heran jikalau beberapa orang
mengalami permasalahan kesehatan yang diakibatkan oleh penimbunan akumulasi
lemak abnormal ataupun berlebih di dalam tubuh. Secara global tercatat sebesar 1,9
miliar penduduk dunia mengalami overweight di tahun 2014 (WHO, 2015).
Sedangkan di Indonesia tercatat pada kategori dewasa overweight sebesar 10% dari
total populasi sedangkan yang mengalami obesitas sebesar 2% dari total populasi
Data prevalensi juga menunjukkan, perempuan dewasa yang overweight sebesar 25%,
jauh lebih besar dibandingkan laki-laki dewasa yang overweight sebesar 16%.
Sedangkan pada perempuan dewasa yang obesitas sebesar 7%, jauh lebih besar
dibandingkan laki-laki dewasa obesitas sebesar 3%. (Global Nutrition Report, 2014).
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, menunjukkan terjadinya perubahan
prevalensi obesitas dari tahun 2007 hingga 2013. Pada laki-laki dewasa usia >18
tahun, tercatat sebesar 19,7% di tahun 2013 yang sebelumnya 13,9% ditahun 2007.
Sedangkan perempuan dewasa usia >18 tahun, meningkat sebesar 18,1% yaitu 32,9%
ditahun 2013 dan 13,9% ditahun 2007.
Data diatas menunjukkan peningkatan prevalensi overweight dan obesitas
yang sangat signifikan pada perempuan dewasa, bahkan diseluruh dunia tercatat
sebesar 2,8 juta orang meninggal setiap tahun sebagai dampak dari overweight dan
obesitas dan diperkirakan 35.800.000 (2,3%) mengalami DALYs (Disability Adjusted
3
Indeks massa tubuh (IMT) memiliki korelasi yang sangat kuat dengan
persentase lemak tubuh dan secara signifikan dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin
(Ranasinghe dkk, 2013). Pada tahun 2009 juga telah dilakukan penelitian kepada
mahasiswi, program studi FKMUI dengan alat ukur BIA (Bioelectrical Impedance
Analysis). Hasil yang didapatkan sebesar 34,7% mahasiswi memiliki persentase
lemak tubuh >30% atau dikategorikan sebagai persentase lemak tubuh berlebih
(Indrawagita, 2009). Hal ini diduga terjadi karena pola makan dan gaya hidup
beberapa mahasiswi yang kurang tepat, yaitu tinggi asupan yang mengandung energi
dan lemak serta kurangnya melakukan aktivitas fisik.
Overweight dan obesitas akibat dari penimbunan jaringan adiposit (lemak)
yang berlebih, menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti efek metabolik yang
buruk pada tekanan darah, kolesterol, dan resistensi insulin. Meningkatnya indeks
massa tubuh (IMT) juga dikaitkan dengan risiko penyakit jantung koroner, stroke
iskemik, osteoarthritis dan diabetes mellitus tipe 2 (Adityawarman, 2007)
Penurunan persentase lemak tubuh dapat dilakukan dengan latihan fisik yang
bersifat aerobik, hal ini disebabkan karena lemak akan dipecah sebagai sumber energi
ketika melakukan latihan aerobik (Guyton & Hall, 2007). Latihan aerobik dapat
memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan dengan frekuensi, intensitas
serta durasi yang cukup (Corbin dkk, 2008). Menurut American College of Sports
Medicine dan Surgeon General intensitas latihan dikatakan ringan apabila mencapai
35-54% dari HRmax, sedang apabila mencapai 55-69% dari HRmax, dan tinggi apabila
4
ditingkatkan dengan menambah beban latihan dengan gerakan meloncat-loncat atau
dengan mempercepat gerakan. Latihan aerobik sebaiknya dilakukan dengan frekuensi
3-5 kali perminggu, dengan durasi latihan 20-30 menit setiap kali latihan (Wilmore
dkk, 2005). Corbin dkk, (2008) mengatakan bahwa durasi latihan 15-30 menit sudah
dinilai cukup, dengan syarat didahului 3-5 menit pemanasan dan diakhiri dengan 3-5
menit pendinginan, serta dilakukan secara berkelanjutan.
Jenis olahraga yang paling diminati oleh kaum hawa salah satunya adalah
senam aerobik. Selain memberikan manfaat terhadap peningkatan kebugaran fisik
dan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Purwanto, 2011), senam aerobik low impact
juga dapat menurunkan persentase lemak tubuh sebesar 86,42%, menurunkan berat
badan sebesar 66,78%, dan kadar kolesterol sebesar 27,67% dengan frekuensi 3 kali
seminggu selama 2 bulan (Utomo dkk, 2012). Hal senada juga dikemukakan oleh
Wahya dkk (2013) dimana senam aerobik low impact, dengan durasi 40-60 menit,
frekuensi 3 kali perminggu selama 6 minggu sudah dibuktikan dapat menurunkan
berat badan dan lemak tubuh secara signifikan. Penelitian Pantelic dkk, (2013)
mendapatkan efek dari senam aerobik selama 12 minggu terhadap komposisi tubuh
salah satunya penurunan persentase lemak tubuh sebesar 2,29%. Pada penelitian
Sudibjo dkk, (2001) senam aerobik intensitas sedang (30 menit) dapat menurunkan
persentase lemak tubuh sebesar 4,02% dibandingkan dengan senam aerobik intensitas
tinggi (15 menit) yang hanya menurunkan persentase lemak tubuh sebesar 0,86%
selama 8 minggu perlakuan. Hal ini disebabkan karena latihan aerobik yang
5
akan membakar lemak. Latihan aerobik yang dilakukan dalam intensitas yang tinggi
dalam waktu singkat atau kurang dari 30 menit akan membakar glikogen/glukosa
(Saputra dkk, 2014).
Senam aerobik dapat menurunkan jaringan lemak subkutan dan komposisi
tubuh pada wanita (Pantelic dkk, 2013), begitu pula dengan penelitian Saputra, dkk
(2014) yang menyebutkan senam aerobik intensitas rendah dan sedang, frekuensi 3
kali selama 6 minggu sama-sama dapat menurunkan persentase lemak subkutan
secara bermakna. Lemak subkutan dapat diukur melalui metode anthropometris
dengan menggunakan alat skinfold caliper karena metode ini telah terbukti
mempunyai validitas yang tinggi. Rumus Jackson and Pollock yang menggunakan
tiga regio pengukuran skinfold yaitu triceps, suprailiaca, dan thigh anterior
merupakan cara yang terbaik untuk menetapkan persentase lemak tubuh pada
populasi wanita Cina (ras mongolid). Rumus ini dapat diterapkan untuk populasi
wanita Asia termasuk Indonesia (Nevill dkk, 2008).
Senam Jantung Sehat merupakan senam aerobik low impact yang dapat
meningkatkan dan memelihara kesehatan serta kesegaran jasmani. Senam ini juga
mampu menjadi pengobatan suportif untuk pemulihan kesehatan. Berdasarkan
perkembangannya senam jantung sehat kini sudah memiliki berbagai variasi dari seri
I hingga IV sehingga memiliki beragam gerakan bukan hanya cocok dilakukan oleh
lansia namun juga bisa diaplikasikan pada remaja hingga dewasa (Wahyo dkk, 2001).
Penelitian sebelumnya terkait pelatihan senam jantung sehat sudah pernah
6
namun didapat bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan (Fitri dkk, 2014), selain itu
terdapat penelitian senam jantung sehat seri I untuk menurunkan tekanan darah pada
lansia (Kusmarjati, 2012). Namun dalam penelitian ini Senam Jantung Sehat dengan
kombinasi seluruh serinya, secara teoritis hendaknya mampu menurunkan persentase
lemak tubuh, belum pernah diteliti. Berpedoman pada hal diatas menjadikan peneliti
mengangkat judul dalam penyusunan tugas akhir, yaitu “Senam Jantung Sehat dapat
Menurunkan Persentase Lemak Tubuh pada Mahasiswi Program Studi Fisioterapi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang
disampaikan sebagai berikut:
Apakah pelatihan Senam Jantung Sehat dapat menurunkan persentase lemak
tubuh pada Mahasiswi program studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana?
1.3Tujuan Penelitian 1.1.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya pengaruh pelatihan Senam Jantung Sehat terhadap
7
1.1.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui perbedaan persentase lemak tubuh sebelum dan setelah
Senam Jantung Sehat pada Mahasiswi program studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Ilmiah
1. Memberikan informasi dan memahami tentang proses terjadinya kegemukandan
peranan tindakan fisioterapi dalam penatalaksanaan penurunan persentase lemak
tubuh.
2. Membuktikan bagaimana pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap penurunan
persentase lemak tubuh pada Mahasiswi program studi Fisioterapi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
3. Dapat digunakan sebagai bahan acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2 Bagi Praktisi
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi pelatih dalam pengaplikasian
Senam Jantung Sehat untuk penurunan persentase lemak tubuh.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan penatalaksanaan pelayanan fisioterapi
di masyarakat terutama sebagai upaya promotif dan preventif untuk menjaga berat
badan tubuh dalam kondisi ideal dan mencegah berbagai macam penyakit yang
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1Lipid
2.1.1 Definisi Lipid
Beberapa senyawa kimia organik yang terdapat didalam makanan dan tubuh
serta sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia dapat diklasifikasikan sebagai lipid
atau yang lebih dikenal oleh masyarakat awan dengan sebutan lemak. Belum terdapat
definisi yang baku mengenai lipid, hal ini disebabkan karena senyawa - senyawa yang
tergolong lipid tidak memiliki rumus struktural yang serupa. Namun para Ahli
biokimia, sepakat bahwa senyawa organik yang memiliki sifat fisika seperti lemak,
dimasukkan kedalam satu golongan yang disebut lipid. Adapun sifat fisika yang
dimaksud yaitu (1) bersifat hidrofobisitas yang berarti tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organik non-polar misalnya ester, aseton, kloroform, dan benzena;
(2) mempunyai hubungan dengan asam lemak atau esternya; (3) zat kaya energi yang
digunakan oleh mahluk hidup dalam proses metabolisme tubuh. Berdasarkan sifat
fisika tersebut, lipid dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan cara ekstraksi
dengan menggunakan pelarut lemak tersebut (Thompson dkk, 2012).
2.1.2 Klasifikasi Lipid
Lipid meliputi lemak netral atau dikenal sebagai trigliserida, fosfolipid,
kolesterol, dan beberapa lipid lain yang kurang penting. Lemak yang paling banyak
9
molekulnya tersusun dari sebuah inti gliserol dan rantai samping tiga asam lemak.
Lemak netral merupakan unsur utama dalam bahan makanan yang berasal dari hewan
dan sangat sedikit ada dalam makanan yang berasal dari tumbuhan. Dalam diet yang
biasa juga mengandung sejumlah kecil fosfolipid, kolesterol dan ester kolesterol.
Fosfolipid dan ester kolesterol terdiri atas asam lemak. Sebaliknya kolesterol
merupakan suatu senyawa sterol yang tidak mengandung asam lemak, tetapi
kolesterol memperlihatkan beberapa sifat fisik dan kimia dari lemak, selain itu
kolesterol juga merupakan turunan lemak, dan di metabolisme seperti lemak. Oleh
karena itu dari sudut makanan kolesterol merupakan suatu lemak (Guyton & Hall,
2007).
2.1.3 Deposit Lemak 2.1.3.1Jaringan Adiposa
Sejumlah besar lemak disimpan dalam dua jaringan tubuh utama, jaringan
adiposa dan hati. Jaringan adiposa biasanya disebut deposit lemak atau jaringan
lemak saja. Fungsi utama jaringan adiposa adalah menyimpan trigliserida sampai
diperlukan untuk membentuk energi dalam tubuh. Fungsi tambahan adalah untuk
menyediakan penyekat panas untuk tubuh. Sel lemak (adiposit) dari jaringan adiposa
merupakan modifikasi fibroblas yang menyimpan trigliserida yang hampir murni
dengan jumlah sebesar 80-95% dari keseluruhan volume sel (Guyton & Hall, 2007).
Berdasarkan letaknya, jaringan adiposa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
lemak subkutan yang letaknya tepat dibawah kulit dan lemak visceral yang letaknya
10
yang berlokasi di dalam rongga perut. Jaringan lemak ini memiliki kecepatan lebih
tinggi dalam proses penguraian lemak (lipolisis), menghasilkan peningkatan jumlah
asam lemak bebas (Saputra, dkk 2014).
Sedangkan jaringan lemak subkutan merupakan jaringan lemak dibawah kulit.
Menurut Jeyaratnam & Koh (2009), kulit menyumbang sekitar 10% berat badan,
terdiri atas lapisan epidermis di bagian luar, lapisan dermis, dan lapisan subkutan.
Epidermis memiliki ketebalan kurang lebih 0,1 mm. Dibawah lapisan epidermis
terdapat lapisan dermis yang merupakan struktur pendukung jaringan penyambung
yang terdiri atas kolagen dan berkas elastik. Pada dermis terdapat pembuluh darah
dan pembuluh limfe. Dibawah dermis terdapat lapisan lemak subkutan yang bertindak
sebagai bantalan antara epidermis/dermis dan struktur badan internal. Lapisan
subkutan mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang terdapat
dibawahnya. Lapisan ini mengandung jumlah sel lemak yang beragam, bergantung
pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh darah dan ujung
saraf.
Trigliserida di dalam sel lemak umumnya dalam bentuk cair. Bila jaringan
terpapar udara dingin yang lama selama 1 minggu, rantai asam lemak trigliserida sel
menjadi lebih pendek atau lebih tidak jenuh untuk mengurangi titik cairnya. Dengan
demikian lemak selalu dipertahankan dalam bentuk cair. Hal tersebut penting
terutama karena hanya lemak cair yang dapat di hidrolisis dan transport dari sel
11
2.1.3.2Lipid Hati
Fungsi utama hati dalam metabolisme lipid ialah untuk memecahkan asam
lemak menjadi senyawa kecil yang dapat dipakai untuk energi, menyimpan
trigliserida terutama dari karbohidrat dan protein namun dalam jumlah yang lebih
sedikit dan mensintesis lipid lain dari asam lemak, terutama kolesterol dan fosfolipid.
Sejumlah besar trigliserida terdapat dihati pada saat stadium awal kelaparan, pada
diabetes militus dan pada beberapa keadaan lain ketika lemak dipakai untuk energi
bukannya karbohidrat. Pada keadaan ini sejumlah besar trigliserida di mobilisasi dari
jaringan adiposa, yang ditranspor sebagai asam lemak bebas dalam darah, dan
ditimbun kembali sebagai trigliserida di hati, tempat dimulainya tahap awal dari
sejumlah besar degradasi lemak. Jadi, dalam keadaan fisiologis normal, jumlah total
trigliserida dihati sangat ditentukan oleh kecepatan penggunaan lipid sebagai sumber
energi secara keseluruhan (Guyton & Hall, 2007).
Sel hati, selain mengandung trigliserida, juga mengandung sejumlah besar
fosfolipid dan kolesterol, yang secara berkelanjutan disintesis oleh hati. Sel hati juga
lebih mampu mendesaturasi asam lemak daripada jaringan lain sehingga trigliserida
hati secara normal lebih tidak jenuh dari pada trigliserida dari jaringan adiposa.
Kemampuan hati untuk mendesaturasi asam lemak secara fungsional penting untuk
semua jaringan tubuh, sebab banyak elemen struktur dari seluruh sel mengandung
jumlah lemak tak jenuh yang cukup banyak, dan sumber utamanya adalah hati.
12
2.2Energi
2.2.1 Sumber Energi
Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan sebagian kecil protein yang
berasal dari makanan dan dapat dipakai seluruhnya oleh sel untuk membentuk
sejumlah besar adenosin trifosfat (ATP) yang dapat dipakai sebagai sumber energi
untuk berbagai fungsi sel lainnya. Sifat ATP yang membuatnya bernilai tinggi
sebagai suatu alat bayar energi adalah besarnya energi bebas (kira-kira 7300 atau 7,3
Kalori [kilokalori], tiap mol pada keadaan standar, dan sebanyak 12.000 kalori pada
keadaan fisiologis) yang dikandung oleh masing-masing dari dua ikatan fosfat
berenergi tinggi tersebut. ATP dibentuk dari pembakaran karbohidrat, lemak dan
sebagian kecil protein (Guyton & hall, 2007)
1. Pembakaran Karbohidrat
Secara singkat proses metabolisme energi dari glukosa darah atau glikogen
otot akan berawal dari karbohidrat yang dikonsumsi. Semua jenis karbohidrat,
baik itu karbohidrat kompleks (nasi, kentang, roti, singkong, dll) atau karbohidrat
sederhana (gula, sukrosa, fruktosa) akan terkonvensi menjadi glukosa tubuh.
Glukosa yang terbentuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi sebagai
glikogen di hati dan otot serta tersimpan dalam aliran darah sebagai glukosa darah
atau dapat juga dibawa ke dalam sel-sel tubuh yang membutuhkan (Irawan,
2007).
Dalam sel tubuh, sebagai tahap awal dari metabolisme energi secara aerobik,
13
mengalami proses glikolisis yang dapat menghasilkan molekul ATP serta
menghasilkan asam piruvat. Pada proses ini 2 buah molekul ATP dihasilkan
apabila sumber glukosa berasal dari glukosa darah dan sebanyak 3 buah molekul
ATP dihasilkan apabila glukosa bersumber pada glikogen otot. Setelah melalui
proses glikolisis, asam piruvat yang dihasilkan kemudian akan diubah menjadi
Asetil-KoA dalam mitokondria. Proses perubahan ini akan berjalan dengan
adanya oksigen serta akan menghasilkan produk samping berupa NADH yang
dapat menghasilkan 2-3 molekul ATP. Untuk memenuhi kebutuhan energi bagi
sel tubuh, Asetil-KoA hasil konversi asam piruvat kemudian akan masuk kedalam
siklus asam-sitrat yang kemudian diubah menjadi karbondioksida (CO2), ATP,
NADH, dan FADH2 melalui tahapan reaksi kompleks. (Saputra dkk, 2014;
Guyton & hall, 2007) Reaksi-reaksi tersebut dapat dituliskan secara sederhana
sebagai berikut :
Asetil-KoA + ADP + Pi + 3 NAD + FAD + 3H2O
2CO2 + ATP + 3 NADH + 3H++ FADH2
Setelah melewati berbagai tahapan proses reaksi di dalam siklus asam sitrat,
metabolisme energi dari glukosa kemudian dilanjutkan kembali melalui suatu
proses reaksi yang disebut proses fosforilasi oksidatif. Pada proses ini molekul
NADH dan juga FADH yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat akan diubah
menjadi molekul ATP dan H2O. Dari 1 molekul NADH akan didapat 3 molekul
14
metabolisme energi secara aerobik melalui pembakaran glukosa/glikogen akan
menghasilkan total 38 molekul ATP dan menghasilkan produk samping berupa
karbondioksida dan H2O. Persamaan reaksi sederhana dapat dituliskan sebagai
berikut: Glukosa + 6O2 + 38 ADP + 38 Pi 6CO2 + 6H2O + 38 ATP.
2. Pembakaran Lemak
Tahap awal dari metabolisme energi dari lemak adalah melalui proses
pemecahan simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh yaitu trigliserida.
Trigliserida dalam tubuh disimpan dalam jaringan adiposa serta di dalam sel-sel
hati. Melalui proses yang dinamakan lipolisis, trigliserida yang tersimpan akan
dikonversikan menjadi asam lemak dan gliserol. Kedua molekul yang dihasilkan
melalui proses ini akan mengalami jalur metabolisme yang berbeda dalam tubuh.
Gliserol yang terbentuk akan masuk kedalam siklus metabolisme untuk diubah
menjadi glukosa atau juga asam piruvat. Sedangkan asam lemak yang terbentuk
akan dipecah menjadi unit-unit kecil melalui proses yang dinamakan β-oksidasi
untuk kemudian menghasilkan energi (ATP) di dalam mitokondria sel. Proses β
-oksidasi berjalan dengan adanya oksigen serta membutuhkan karbohidrat untuk
menyempurnakan pembakaran asam lemak. Pada proses ini, asam lemak
umumnya berbentuk rantai panjang yang terdiri dari sekitar 16 atom karbon akan
dipecah menjadi unit kecil yang terbentuk dari 2 atom karbon. Tiap unit 2 atom
karbon yang terbentuk dapat mengikat 1 molekul KoA untuk membentuk
Asetil-KoA. Molekul asetil-KoA ini kemudian masuk ke dalam siklus asam sitrat dan
15
dihasilkan melalui proses metabolisme energi dari glukosa/glikogen (Irawan,
2007; Guyton & Hall, 2007)
3. Pembakaran Protein
Unsur-unsur dasar penyusun protein adalah asam amino. Pemecahan protein
jadi asam amino terjadi di hati dengan proses deaminasi yang merupakan proses
pengeluaran gugus amino dari asam amino. Proses deaminasi asam amino ini
melepaskan amonia (NH3) dan asam keto. Amonia dikeluarkan dari darah hampir
seluruhnya melalui konversi menjadi ureum. Pada dasarnya semua ureum pada
tubuh manusia disintesis di hati, dan setelah ureum terbentuk, ureum berdifusi
dari sel hati masuk ke dalam cairan tubuh dan disekresikan diginjal. Sedangkan
asam keto yang dihasilkan dapat dioksidasi untuk melepas energi sebagai
keperluan metabolisme. Oksidasi ini biasanya melibatkan dua proses yang
berurutan, dimana asam keto diubah menjadi asam piruvat yang dapat masuk ke
dalam siklus asam sitrat, dan zat tersebut dipecah oleh siklus asam sitrat dan
digunakan sebagai energi dengan cara yang sama seperti penggunaan asetil-KoA
yang dihasilkan oleh metabolisme karbohidrat dan lemak. Secara umum, jumlah
ATP yang dibentuk setiap gram protein yang dioksidasi, lebih sedikit dari pada
jumlah yang dibentuk setiap gram glukosa yang dioksidasi. (Guyton & Hall,
16
2.2.2 Kegunaan Energi
Keluaran energi dibagi ke dalam beberapa komponen yang dapat dihitung,
mencakupi energi yang digunakan untuk mejalankan fungsi metabolisme basal
(BMR), berbagai aktivitas fisik, proses pencernaan, penyerapan dan proses makanan.
1. Menjalankan Metabolisme Basal
Ketika seseorang benar-benar dalam keadaan istirahat, sejumlah energi
dibutuhkan untuk mengerjakan seluruh reaksi kimia tubuh dan juga melaksanakan
berbagai fungsi fisiologis alat tubuh seperti kerja jantung dalam memompa darah,
pernapasan dalam mengambil oksigen dan mengeluarkan karbondioksida oleh
paru-paru, dan lain-lain. Tingkat energi minimum yang diperlukan untuk bertahan
hidup tersebut dinamakan kecepatan metabolik dasar (BMR) dan mencakup
50-70% dari energi harian yang dipakai pada kebanyakan individu yang tidak aktif
(sedentary). Angka metabolisme basal dinyatakan dalam kilokalori per kilogram
berat badan per jam (Guyton & Hall, 2007; Dewantari, 2007)
2. Energi yang digunakan untuk aktivitas fisik
Jumlah kebutuhan energi yang diperlukan dalam melakukan berbagai aktivitas
fisik tidak sama, banyaknya energi yang diperlukan tergantung pada jumlah otot
yang melakukan aktivitas. Energi yang digunakan oleh orang gemuk lebih banyak
daripada orang kurus, karena orang gemuk membutuhkan usaha besar dalam
menggerakkan badannya. Pengeluaran energi melalui aktivitas fisik dikatakan
paling baik. Besarnya pengeluaran energi akibat aktivitas fisik berkisar antara
17
3. Energi yang digunakan untuk proses makanan.
Setelah makanan dicerna, kecepatan metabolisme meningkat disebabkan oleh
peningkatan beragam reaksi kimia yang berkaitan dengan pencernaan, absorpsi,
dan penyimpanan makanan dalam tubuh. Hal ini disebut efek termogenik
makanan, karena proses tersebut memerlukan energi dan panas. Efek termogenik
makanan mencakup sekitar 8 persen pengeluaran energi harian total pada banyak
orang. (Guyton & Hall, 2007)
2.2.3 Keseimbangan energi
Keseimbangan energi mengacu pada energi yang masuk melalui makanan dan
energi yang keluar melalui pembakaran energi dalam aktivitas sehari-hari. Apabila
jumlah energi yang masuk lebih besar daripada yang dibutuhkan, maka kelebihan
energi akan disimpan dalam bentuk lemak. Setengah kilogram lemak badan setara
dengan energi 3500 kilokalori. Jadi, diperlukan 3500 kilokalori energi yang harus
dioksidasi untuk membuang simpanan lemak sebesar 0,5 kg. Sebaliknya, 3500
kilokalori asupan energi dari makanan akan menambah 0,5 kg berat badan. Defisit
energi menentukan jumlah berat badan yang berkurang. Apabila terdapat defisit 100
kilokalori perhari, maka akan berkurang 0,5 kgsetiap 35 hari. Defisit 500 kilokalori
perhari akan mengurangi 0,5 kg perminggu. Defisit sebaiknya tidak melebihi 1000
kilokalori perhari. Apabila defisit melebihi 1000 kilokalori perhari makan akan
menyebabkan kelelahan, lesu, dan berkurangnya kekebalan terhadap infeksi
18
2.3Overweight dan obesitas
2.2.1 Definisi Overweight dan Obesitas
Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh sedangkan
overweight adalah tahap sebelum dikatakan obesitas secara klinis (Guyton & Hall,
2007). Penanda kandungan lemak tubuh yang digunakan adalah Indeks Massa Tubuh,
adapun kriteria yang digunakan secara umum diseluruh dunia menurut World Health
Organization (WHO) yang dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh menurut WHO
Klasifikasi IMT (kg/m
2
)
Principal cut-off points Additional cut-off points
Normal range 18,50 – 24,99 18,50 – 22,99
Sumber: Health and Social Care Information Centre, 2015
Secara klinis, IMT yang bernilai antara 25 dan 29,9 kg/m2 disebut overweight,
dan nilai IMT lebih dari 30 kg/m2 disebut obese. Menurut WHO, IMT mungkin tidak sesuai pada beberapa populasi di dunia untuk menilai kegemukan, hal ini disebabkan
perbedaan meta-analisis beberapa kelompok etnik dengan konsentrasi lemak tubuh,
19
IMT lebih tinggi 4,5 kg/m2 dibandingkan dengan Etnik Kaukasia. Nilai IMT Bangsa
Ethiopia (4,6 kg/m2), Cina (1,9 kg/m2), Indonesia (3,2 kg/m2), dan Thailand (2,9
kg/m2) lebih rendah daripada Etnik Kaukasia (WHO, 2004). Kriteria kelebihan berat badan dengan perspekif Asia Pasifik dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Kategori Indeks Massa Tubuh sesuai Perspektif Asia Pasifik
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Kurang dari normal < 18,5
Kisaran normal 18,5 – 22,9
sebagian besar kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai lemak. Oleh karena
itu, kelebihan adiposit disebabkan masukan energi yang melebihi pengeluaran energi.
Untuk setiap kelebihan energi sebanyak 9 kalori yang masuk ketubuh, kira-kira 1
gram lemak akan disimpan. Lemak disimpan terutama dijaringan adiposit pada
jaringan subkutan dan pada rongga intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan tubuh
lainnya seringkali menimbun cukup lemak pada orang obesitas.
Obesitas dibagi mejadi 2 tipe yaitu obesitas sentral (central obesity) yang juga
disebut dengan obesital abdominal atau obesitas visceral karena penumpukan lemak
terjadi pada daerah perut memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan
20
dengan penumpukan lemak terjadi daerah panggul dan pantat. Agar seseorang dapat
mengurangi berat badannya, masukan energi harus lebih kecil dari pengeluaran energi
(Guyton & Hall, 2007).
2.2.2 Etiologi Overweight dan Obesitas
Penyebab kegemukan sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan penting
dalam menentukan asupan makan dan metabolisme energi, gaya hidup dan faktor
lingkungan dapat berperan dominan pada banyak orang dengan overweight hingga
obesitas. Peningkatan prevalensi overweight dan obesitas dalam beberapa dekade
terakhir, memperkuat pentingnya peran faktor lingkungan dan gaya hidup karena
perubahan genetik tidak timbul secepat itu.
1. Gaya hidup tidak aktif
Aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan
massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat
menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Sekitar 25
hingga 30 persen energi yang digunakan oleh rata-rata orang ditunjukkan untuk
aktivitas otot, dan pada seorang pekerja kasar, sebanyak 60 sampai 70 persen
digunakan untuk tujuan tersebut. Pada orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik
biasanya akan meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang
berakibat penurunan berat badan yang bermakna. Oleh sebab itu, aktivitas fisik
adalah cara terpenting untuk pengeluaran energi dari tubuh, peningkatan aktivitas
21
2. Faktor lingkungan, sosial dan psikologis menyebabkan prilaku makan yang
abnormal.
Pengaruh faktor lingkungan sangatlah nyata, dengan adanya peningkatan
prevalensi overweight dan obesitas yang cepat di sebagian besar negara maju,
yang juga diikuti dengan berlimpahnya makanan berenergi tinggi (terutama
makanan berlemak) dan gaya hidup yang tidak aktif. Faktor psikologis juga dapat
menyebabkan kegemukan pada beberapa individu. Misalnya, berat badan
seseorang sering kali meningkat selama atau setelah orang tersebut mengalami
stress, seperti kematian orang tua, penyakit yang parah atau bahkan depresi.
Prilaku makan rasanya dapat menjadi sarana penyaluran stress.
3. Kelainan neurogenik
Lesi di nukleus ventromedial hipotalamus dapat menyebabkan seekor binatang
makan secara berlebihan dan menjadi obesitas. Orang dengan tumor hipofisis
yang menginvasi hipotalamus seringkali mengalami obesitas yang progresif, yang
memperlihatkan bahwa overweight dan obesitas pada manusia, juga dapat timbul
akibat kerusakan pada hipotalamus. Walupun kerusakan hipotalamus hampir tak
pernah dijumpai pada orang obesitas, susunan fungsional hipotalamus atau pusat
makan neurologik lainnya pada orang obesitas dapat berbeda pada susunan yang
terdapat pada orang normal.
4. Faktor Genetik
Sekitar 20-25% kasus kelebihan berat badan disebabkan faktor genetik. Gen
22
dan pengaturan pengeluaran dan penyimpanan lemak. Gen-gen yang terlibat
dalam hal tersebut antara lain : (a) mutasi MCR-4, (b) defisiensi leptin kongenital
dan (c) mutasi reseptor leptin.
2.2.3 Epidemiologi Overweight dan Obesitas
Obesitas merupakan masalah kesehatan utama di beberapa negara maju
maupun negara berkembang. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh National
Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) prevalensi obesitas di dunia
terus meningkat secara dramatis dari sekitar 9,4% pada NHANES I (1971-1974)
menjadi 14,5% pada NHANES II (1976-1980), kemudian 22,5% pada NHANES III
(1988-1994) serta 30% pada survei tahun 1999-2000 (Ristiadiningrum dkk, 2010).
Indeks massa tubuh khususnya overweight dan obesitas pada penduduk dunia terus
mengalami peningkatan. Jumlah penduduk dunia yang berusia di atas 20 tahun
menderita overweight mencapai lebih dari satu miliar orang pada tahun 2008. Sekitar
200 juta laki-laki dan 300 juta perempuan termasuk dalam kategori obesitas.
Berdasarkan NHANES berikutnya pada tahun 2007-2008 di Amerika Serikat,
ditemukan bahwa penduduk yang menderita overweight sebanyak 34,2% dan obesitas
33,8%. Jumlah penduduk Indonesia yang menderita obesitas tahun 2010 mencapai
11,7% (Lailani, 2013). WHO (2004) juga memprediksi bahwa pada tahun 2015,
sekitar 2.3 miliar dewasa akan mengalami overweight dan lebih dari 700 miliar akan
23
2.4Mengukur Lemak Tubuh 2.3.1 Persentase Lemak Tubuh
Indeks Massa Tubuh bukan merupakan pengukuran langsung terhadap
adipositas dan tak dapat dipakai pada individu dengan IMT yang tinggi akibat
besarnya masa otot. Berdasarkan kelemahan tersebut, dapat disolusikan dengan cara
pengukuran persentase lemak tubuh (body fat percentage / BF%) yang merupakan
cara yang lebih baik, untuk mengukur total lemak tubuh hingga dapat didefinisikan
sebagai overweight maupun obesitas. Obesitas biasanya dinyatakan dengan adanya
25% lemak tubuh total atau lebih pada pria dan sebanyak 35% atau lebih pada wanita
(Corbin dkk, 2008). Rata-rata jumlah lemak tubuh normal usia 18-22 tahun sebesar
12.5-15% pada pria dan 16-25% pada wanita (Sharkley, 2011). Meskipun persentase
lemak tubuh dapat diperkirakan dengan berbagai cara, seperti pengukuran tebal
lipatan kulit, impedansi bioelektrik, atau pengukuran berat badan di dalam air
(Guyton & Hall, 2007), namun dalam penelitian ini alat ukur yang peneliti pilih ialah
Skinfold Caliper untuk mengukur lemak subkutan yang nanti akan dikonversikan
menjadi persentase lemak tubuh melalui rumus siri (Chahar, 2014).
2.3.2 Alat ukur Skinfold Caliper 2.3.2.1Definisi Skinfold Caliper
Skinfold Caliper adalah alat yang dapat mengukur ketebalan lipatan kulit
dengan lapisan dasar lemak. Pengukuran dilakukan di beberapa lokasi tertentu yang
dapat mewakili jumlah total lemak di dalam tubuh yang memungkinkan untuk
24
tekanan konstan pada lipatan kulit umumnya 10 gr/mm2, dan skala yang akurat
mengukur ketebalan lipatan lemak dalam satuan milimeter dengan ketelitian 0,1 mm.
Ketika pengukuran terdapat daerah yang sukar dijangkau, sehingga orang-orang tidak
dapat melakukan pengukuran sendiri, namun harus dibantu dengan terapis, agar
skinfold caliper sedekat mungkin, mengenai daerah-daerah yang digambarkan untuk
setiap pengukuran (Donoghue, 2009)
Gambar 2.1 Teknik penjepitan lipatan lemak menggunakan Skinfold Caliper
Sumber: Instruction Manual for Measuring % body fat using Skinfold Calipers, by
Wallace C. Donoghue, 2009
Gambar 2.1 menunjukkan bagaimana lipatan kulit ditarik dari luar tubuh, lalu ditarik
lebih kuat (seperti dicubit), dan diukur dengan skinfold caliper. Akurasi pengukuran
tergantung pada akurasi dari peralatan yang digunakan, pilihan lokasi pengukuran
tebal lipatan kulit yang benar, teknik yang tepat dalam mengambil pengukuran dan
pengalaman penggunanya.
2.3.2.2Pemilihan lokasi Skinfold Caliper
Pemilihan lokasi sangat penting dan sering menjadi sumber kesalahan dalam
pengujian tebal lipatan kulit, pemilihan lokasi harus sesuai dengan protokol tertentu
yang digunakan. Terdapat dua protokol, diantaranya sistem pertama menggunakan 4
25
kedua digunakan 3 lokasi, sistem ini berbeda baik untuk subjek laki-laki dan
perempuan dan digunakan dalam hubungannya dengan rumus body density (Nevill,
2008). Pada penelitian ini menggunakan sistem kedua dengan 3 lokasi yaitu regio
triceps, suprailiaca, dan thigh anterior.
Gambar 2.2 Tiga Lokasi Pengukuran Lemak Subkutan pada Subjek Perempuan
Sumber: The Harpenden skinfold caliper by Baty Internasional, 2010.
Pengukuran (1) triceps terletak pada sisi posterior mid acromiale dan
olecranon dengan posisi vertikal,cubitan dilakukan pada permukaan paling posterior
dari lengan atas pada daerah m. triceps brachii dan ketika pengukuran siku harus
ekstensi dan lengan releks. Pengukuran (2) suprailiaca cubitan dilakukan pada titik
perpotongan antara garis yang terbentang dari spina iliaca anterior superior (SIAS)
ke batas anterior axilla dan garis horisontal yang melalui tepi atas crista illiaca. Titik
ini terletak sekitar 5 – 7 cm di atas SIAS tergantung pada ukuran subjek dewasa. Arah
26
anterior, pengukur berdiri menghadap sisi kanan subjek. Subjek dalam posisi duduk
di kursi dengan lutut fleksi 900. Cubitan dilakukan dengan arah vertikal pada garis
tengah aspek anterior paha di pertengahan antara panggul (hip) dengan tepi atas
patella (Wicaksono dkk, 2012).
2.5Senam Jantung Sehat
2.4.1 Sejarah Senam Jantung Sehat
Dalam rangka meningkatkan kesehatan jantung dan kebugaran jasmani
masyarakat serta turut menunjang program pemerintah dalam memasyarakatkan
olahraga dan mengolahragakan masyarakat, maka pada Jambore Nasional I Klub
Jantung Sehat Yayasan Jantung Indonesia bulan November 1987, Yayasan Jantung
Indonesia telah menyusun dan memasyarakatkan Senam Jantung Sehat seri I baik
untuk anggota Klub Jantung Sehat maupun masyarakat umum. Sambutan masyarakat
terhadap kehadiran Senam Jantung Sehat ini sangat besar, dan sesuai dengan
perkembangan serta adanya tuntutan dari anggota Klub Jantung Sehat, Senam
Jantung Sehat ini terus dikembangkan. Pada Jambore Klub Jantung Sehat DKI
Jakarta dan sekitar bulan September 1991 di Cangkuang, Sukabumi, Senam Jantung
Sehat Seri II mulai dimasyarakatkan oleh Yayasan Jantung Indonesia yang juga
mendapatkan perhatian yang sangat besar dari masyarakat. Pada saat Jambore
Nasional ke II bulan September 1994 dilakukan pengembangan Senam Jantung Sehat
seri III yang langsung dicanangkan oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga untuk
27
2000 dilakukan pengembangan Senam Jantung Sehat yang merupakan cikal bakal
tersusunnya Senam Jantung Sehat seri IV. (Wahyo dkk, 2001).
2.4.2 Pelaksanaan Senam Jantung Sehat
Secara umum, setiap olahraga atau latihan apapun termasuk Senam Jantung
Sehat, pada prinsipnya harus memenuhi format latihan yang benar yaitu mengikuti
petunjuk resep FITT (Frequency, Intensity, Type, Time) dan memenuhi tahapan
latihan yang terdiri dari pemanasan (warming up), gerakan inti/ latihan dan diakhiri
dengan pendinginan (cooling down). Bagi mereka yang cukup sehat dan memiliki
kebugaran yang baik petunjuk resep “FITT” dapat memberikan manfaat maksimal
(terutama kebugaran aerobik) dan minimal terjadinya risiko cedera misalnya
gangguan kardio-respiratori, ortopedik dan stres oleh karena panas (Corbin dkk,
2008). Petunjuk pemberian latihan menurut resep FITT yang juga direkomendasikan
oleh American Collage of Sport Medicine dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Frekuensi
Frekuensi latihan merupakan berapa kali seminggu olahraga/ senam dilakukan
agar dapat memberikan efek latihan. Frekuensi yang dianjurkan adalah 3-5 kali
dalam seminggu, sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Cooper, yang
menyebutkan olahraga minimal dilakukan tiga kali seminggu, dengan jarak waktu
antara yang merata artinya terdapat selang hari bergantian semisal hari ini latihan,
besoknya tidak latihan dan begitu seterusnya. Hal ini dikarenakan ketika
berolahraga kita memberikan stressor pada tubuh, sehingga dibutuhkan selang
28
pemulihan jaringan tubuh atau self-recovery. Jadi bila latihan dilakukan hanya
sekali seminggu, maka tidak akan memberikan efek latihan yang bermakna,
begitu pula bila dilakukan lebih dari lima kali seminggu akan menimbulkan
hal-hal yang tidak diinginkan baik secara psikologis berupa beban mental jikalau
tidak berolahraga maupun secara fisiologis berupa kelelahan dan bisa berlanjut
terjadinya cedera patologis yang disebabkan oleh olahraga yang cukup berat
(Corbin dkk, 2008)
2. Intesitas
Intensitas latihan dapat diartikan seberapa berat latihan dapat memacu kerja
jantung dan paru yang ditandai dengan seberapa cepat jantung berdenyut per
menit. Menurut American College of Sports Medicine dan Surgeon General
intensitas latihan dikatakan ringan apabila mencapai 35-54% dari HRmax, sedang
apabila mencapai 55-69% dari HRmax, dan tinggi apabila mencapai 70-89% dari
HRmax. Adapun cara menghitung denyut jantung maksimal adalah 220 – umur
(dalam tahun) (Plowman & Smith, 2011).
Menentukan denyut jantung (denyut per menit) pada waktu latihan senam
jantung sehat, dilakukan diakhir pemanasan, gerakan inti dan pendinginan.
Dilakukan dengan cara meraba nadi radialis dan hitunglah jumlah denyutan
dalam 6 detik dan kalikan dengan 10. Pengukuran ini juga sangat penting
dilakukan untuk mengetahui kesungguhan latihan pada peserta Senam Jantung
Sehat Intensitas yang direkomendasikan untuk pemula (low fitness level) 50-60%
29
advanced (high fitness level): 75-85% dari HRmax. Senam Jantung Sehat yang
digunakan oleh peneliti memiliki intensitas ringan-sedang, sehingga masih
mampu untuk diikuti oleh mahasiswi dengan latar belakang aktivitas fisik
tergolong ringan.
3. Tipe
Tipe latihan menggambarkan benturan bagian-bagian badan yang diakibatkan
dengan lepasnya satu atau dua kaki dari lantai. Senam Jantung Sehat merupakan
senam aerobik dengan teknik gerakan low impact. Hal senada juga di ungkapkan
oleh Dra. Marthea Sari salah seorang pelatih utama jantung sehat di Klub Jantung
Sehat Cabang Jawa Timur, mengatakan semua seri Senam Jantung Sehat cocok
dilakukan oleh warga Evergreen (lansia) sebab, hampir seluruh gerakan
senamnya cenderung menggunakan teknik gerakan low impact. Senam aerobik
low impact merupakan senam yang gerakannya melibatkan seluruh otot, terutama
pada otot-otot besar, sehingga dapat memacu kerja jantung-paru dan gerakan
badan dilakukan secara berkesinambungan dengan bentuk gerakan-gerakan
dengan satu atau kedua kaki tetap menempel pada lantai (Sudibjo dkk, 2001).
Oleh sebab itu gerakan kakinya tidak banyak melakukan lompatan-lompatan dan
hanya berupa variasi dari gerakan jalan ditempat.
4. Waktu
Waktu latihan adalah jangka waktu atau lamanya latihan/senam yang
diberikan agar memberikan manfaat atau efek latihan. Senam Jantung Sehat
30
Senam Jantung Sehat seri II dan III memiliki lama durasi waktu yang sama.
Senam Jantung Sehat seri I memiliki total durasi waktu 17 menit 13 detik dengan
rincian, pemanasan 7 menit, inti 7 menit, dan pendinginan 3 menit 30 detik.
Sedangkan pada Senam Jantung Sehat seri II dan III memiliki total durasi waktu
12 menit 23 detik dengan rincian, pemanasan 3 menit 40 detik, inti 6 menit 22
detik, dan pendinginan 2 menit 21 detik. Pada Senam Jantung Sehat seri IV
memiliki total durasi waktu 6 menit, inti 12 menit, dan pendinginan 4 menit 30
detik (Wahyo dkk, 2001; Kusmarjathi, 2012). Penelitian ini mengkombinasikan
seri pemanasan seri IV, inti seri I, II dan III, pendinginan seri IV memiliki total
durasi 30 menit 14 detik dengan rincian pemanasan 6 menit, inti 19 menit 44
detik, dan pendinginan 4 menit 30 detik.
Selanjutnya yang tidak kalah penting dan harus diperhatikan ketika melakukan
latihan/senam adalah tahapan latihan yang benar, yang terdiri dari pemanasan
(warming up), gerakan inti/ latihan dan diakhiri dengan pendinginan (cooling down).
1. Pemanasan (warming up)
Pemanasan adalah upaya tubuh untuk menyesuaikan diri dengan peningkatan
secara bertahap serta meminimalkan kekurangan oksigen dan pembentukan asam
laktat. Sebelum melakukan olahraga/ senam kondisi denyut jantung masih dalam
keadaan istirahat dan otot-otot rangka serta persendian masih dalam keadaan
kaku, sehingga pemanasan sangat penting untuk dilakukan agar otot-otot rangka
dan persendian yang akan digerakkan mulai beradaptasi dan dapat mencegah
31
pesendian siap menerima pembebanan, dengan meregangkan dan melenturkan
otot-otot tubuh, juga akan memberikan reaksi pada denyut jantung dan tekanan
darah yang perlahan-lahan mulai meningkat dengan mengikat banyak oksigen
untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh sehingga dapat menghasilkan energi
yang dibutuhkan ketika tubuh menerima pembebanan (Kusmarjathi, 2012).
2. Gerakan Inti/ Latihan
Seusai pemanasan, seseorang dapat melakukan latihan yang bersifat aerobik atau
dalam hal ini, sudah siap memasuki gerakan inti Senam Jantung Sehat. Latihan
hendaknya sesuai dengan kemampuan orang tersebut dengan melihat karakteristik
seseorang meliputi umur, jenis kelamin, kebiasaan latihan, penyakit serta tingkat
kesehatannya (Kusmarjathi, 2012).
3. Pendinginan (cooling down)
Selama pendinginan, tekanan darah dan denyut jantung harus diusahakan
berangsur- angsur turun kembali, tidak menurun secara drastis dan tidak
melampaui tekanan darah maupun denyut jantung sebelum latihan. Pendinginan
ini bertujuan untuk memulihkan atau merileksasikan otot-otot yang digunakan
selama latihan dan pengeluaran sisa pembakaran (Kusmarjathi, 2012).
2.4.3 Manfaat Senam Jantung Sehat
Penyusunan Senam Jantung Sehat berdasarkan prinsip dasar olahraga untuk
pembinaan kesehatan jantung kesegaran jasmani yang mencakupi peningkatan
ketahanan jantung dan alat peredaran darah serta pernafasan/paru-paru
32
endurance), kelentukan (flexibility), koordinasi gerak (coordination), kelincahan
(agility) dan keseimbangan (balance) (Wahyo dkk, 2001). Menurut Penelitian
Kusmarjati (2012) pelatihan senam jantung sehat seri I pada lansia 3x seminggu dapat
menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 11,34% dan menurunkan tekanan darah
diastolik sebesar 2,24%. Senam Jantung Sehat tergolong senam aerobik maka dari itu
Senam Jantung Sehat merupakan salah satu latihan yang paling efektif untuk
mengurangi kegemukan jikalau dilakukan dengan benar dan cukup aman. Oleh
karena itu latihan aerobik yang benar umumnya merupakan latihan yang paling
dianjurkan. Latihan ini cocok untuk semua orang, termasuk mereka yang menderita
penyakit jantung-paru, misalnya mereka yang mengikuti program rehabilitasi jantung
(Corbin dkk, 2008).
2.4.4 Gerakan Senam Jantung Sehat
Gerakan pada Senam Jantung Sehat tentu berbeda-beda setiap serinya, namun
yang harus diperhatikan ialah teknik gerakannya, dimana Senam Jantung Sehat seri I
hingga seri IV menggunakan teknik gerakan low impact. Pada Senam Jantung Sehat
seri I memiliki gerakan cenderung lambat dan kurang variatif begitu dengan musik
pengiringnya. Sedangkan Senam Jantung Sehat seri II memiliki jenis gerakan yang
masih sama dengan seri I, namun musik yang dipakai sedikit lebih Up-Beat. Berbeda
dengan Senam Jantung Sehat seri III sudah memiliki banyak variasi gerakan dengan
iringan musik lebih Up-Beat dibandingkan seri II, dan pada Senam Jantung Sehat seri
IV variasi gerakannya lebih banyak dan musik pengiringnya sangat atraktif sehingga
33
Senam Jantung Sehat juga memiliki variasi pada musik dan tempo yang
berbeda-beda setiap serinya. Senam Jantung Sehat seri I memiliki tempo lebih lambat
dibadingkan dengan seri lainnya. Senam Jantung Sehat seri II memiliki tempo musik
yaitu 115/menit untuk pemanasan, 130/menit untuk inti, dan 110/menit untuk
pendinginan (Kusmarjathi, 2012). Senam Jantung Sehat seri III memiliki tempo
musik yaitu 125/menit untuk pemanasan, 140/ menit untuk inti, dan 115/menit untuk
pendinginan (Kusmarjathi, 2012). Sedangkan Senam Jantung Sehatseri IV memiliki
tempo musik yaitu 130/menit untuk pemanasan, 145/menit untuk inti, dan 120/menit
untuk pendinginan (Wahyo dkk, 2001; Kusmarjathi, 2012).
2.4.4.1Prinsip Gerakan Senam Jantung Sehat
Semua prinsip gerakan Senam Jantung Sehat pada setiap serinya sama yaitu
semua gerakan dimulai ke arah kanan, gerakan jalan selalu dimulai dengan kaki kiri,
kekuatan dan ketahanan otot serta beban latihan ditingkatkan sesuai seri, gerakan
kekuatan harus dilakukan dengan gerakan tangan seolah-olah membawa beban
(dumbles), mampu melakukan Senam Jantung Sehat seri I sebelum melakukan Senam
Jantung Sehat seri berikutnya dengan denyut nadi tertinggi tidak melebihi dosis
latihan (Wahyo dkk, 2001).
2.4.4.2Prosedur Gerakan Senam Jantung Sehat
Prosedur Gerakan Senam Jantung Sehat yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi pemanasan seri IV, inti seri I, II, dan III, serta pendinginan seri IV tertera
34
2.6Hubungan Senam Jantung Sehat dengan Penurunan Lemak Tubuh
Dalam melakukan aktivitas, otot memperoleh energi dari pemecahan molekul
ATP. Melalui simpanan energi yang terdapat dalam tubuh yaitu simpanan
Posfokreatin(PC), karbohidrat, lemak, dan protein, molekul ATP ini akan dihasilkan
melalui metabolisme energi yang akan melibatkan beberapa reaksi kimia yang
kompleks. Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap
ketersediaan oksigen dalam membantu proses oksidasi sumber energi sehingga juga
akan bergantung terhadap kinerja optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung,
paru-paru, dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen untuk proses
pembakaran energi (Irawan, 2007). Pada saat melakukan aktivitas olahraga terdapat 3
jalur metabolisme energi untuk menghasilkan ATP yaitu (1) sistem phospatagen
(ATP-PC) sistem ini energi di sintesis dari ATP yang berasal dari Posfokreatin (PC).
(2) Anaerobik Glikolisis, atau sistem asam laktat, menyediakan ATP dari degradasi
parsial dari glikogen atau glukosa. (3) Sistem oksigen dari proses oksidasi
karbohidrat dan beta oksidasi dari asam lemak dan protein. Pada sistem oksigen
mengalami reaksi oksidasi melalui siklus krebs/siklus asam sitrat.
Transisi dari keadaan istirahat menuju fase latihan memerlukan jumlah ATP
yang sangat banyak di detik hingga menit pertama. Kebutuhan energi ini didominasi
secara anaerobik dari koordinasi interaksi sistem Phospatagen (ATP-PC) yang
merupakan sistem penyediaan energi ATP yang berasal dari kreatin fosfat (PC), yang
berlangsung selama 1-2 menit. Dengan enzim kreatin kinase, PC dipecah menjadi
35
kontraksi ATP dipecah menjadi ADP dan fosfat diikat kembali oleh kreatin menjadi
kreatin fosfat (PC). Kurang lebih fosfokreatin 15–17 milimol tertimbun dalam otot
per kilo gram. Bila PC terurai akan dilepaskan energi, dan fosfat segera didonorkan
untuk membentuk ATP dari ADP. Reaksi ATP dan PC dalam sel berlangsung sangat
cepat. Pada saat ATP digunakan, segera PC terurai dan membebaskan energi. Pada
kondisi standart energi dilepaskan sebesar 8300 kalori permol PC dan kondisi reaktan
dan suhu tubuh normal 13000 kalori, lebih besar energi dari hidrolisis ATP sebesar
12000 kalori. Kreatin fosfat jumlahnya sangat sedikit, sehingga cepat habis. Tetapi
merupakan sumber energi yang tercepat untuk membentuk ATP kembali. Oleh karena
itu sistem energi ini dapat digunakan secara cepat yang diperlukan pada aktivitas
yang memerlukan kecepatan (Plowman & Smith 2011).
Setelah energi yang berasal dari kreatin fosfat (PC) habis, lalu ATP dipasok
melalui sistem glikolisis anaerobik, dimana sistem ini hanya berlangsung 1 s/d 3 atau
4 menit. Adapaun ciri sistem glikolisis anaerobik adalah: menyebabkan terbentuknya
asam laktat, tidak memerlukan oksigen, dan hanya menggunakan karbohidrat
(glukosa atau glikogen otot). Setelah ketersediaan energi yang berasal dari proses
glikolisis anaerobik habis, maka selanjutnya pasokan ATP berasal dari sistem
aerobik.
Sistem aerobik merupakan sistem pembentukan kembali ATP melalui
fosforilasi oksidatif di mitokondria. Pada kegiatan aerobik dominan yang berlangsung
20-45 menit, metabolisme akan berjalan melalui pembakaran simpanan karbohidrat,
36
tubuh untuk menghasilkan ATP (Irawan, 2007). Pada olahraga dengan intensitas
rendah seperti jalan kaki atau lari-lari kecil, simpanan lemak akan memberikan
kontribusi yang besar sebagai sumber energi utama bagi tubuh. Kontribusi simpanan
lemak sebagai sumber energi tubuh baru akan berkurang apabila terjadi peningkatan
intensitas dalam berolahraga. Pada saat terjadinya peningkatan intensitas olahraga
yang juga akan meningkatkan kebutuhan energi, pembakaran lemak akan
memberikan kontribusi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan pembakaran
karbohidrat untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam tubuh. Walaupun
pembakaran lemak ini memberikan kontribusi yang lebih kecil jika dibandingkan
dengan pembakaran karbohidrat saat intensitas olahraga meningkat, namun kuantitas
lemak yang terbakar tetap akan lebih besar jika dibandingkan saat berolahraga dengan