• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIAGNOSIS PSIKIATRI DAN PILIHAN CARA PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PASIEN INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DIAGNOSIS PSIKIATRI DAN PILIHAN CARA PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PASIEN INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

DIAGNOSIS PSIKIATRI DAN PILIHAN CARA PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PASIEN INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH

*Made Mulya Cintyadewi S, **Ni Ketut Sri Diniari

*Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana **Bagian/SMF Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah

Denpasar

ABSTRAK

Bunuh diri merupakan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat dimana erat kaitannya dengan kesehatan jiwa. Pada tahun 2006 data dari World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa untuk setiap tahun di dunia terdapat 10 sampai 20 juta orang berupaya melakukan bunuh diri. Tahun 2006 data Departemen Kesehatan Virginia menyatakan dari 33.300 kematian akibat bunuh diri di Amerika Serikat, 18,3% adalah kasus keracunan yang disengaja. Self poisoning yaitu meracuni diri sendiri dengan menggunakan zat mulai dari obat-obatan, pestisida hingga produk rumah tangga yang tersedia merupakan metode yang paling umum dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menjelaskan mengenai diagnosis pskiatri dan pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan. Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah dilakukan dalam kurun waktu 2-5 Desember 2013. Total keseluruhan kasus yang melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 47 kasus. Pasien dengan diagnosis depresi merupakan penyebab terbanyak melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 60% kasus. Disusul oleh diagnosis psikotik yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 13%, stress akut 8%, gangguan penyesuaian 13%, dan gangguan bipolar 6% kasus. Pilihan percobaan bunuh diri dari diagnosis tersebut dengan zat kimia, benda tajam, gantung diri, membakar diri, menenggelamkan diri, serta melompat dari ketinggian. Tidak ada pilihan cara khas untuk masing-masing diagnosis dalam melakukan percobaan bunuh diri.

(2)

PSYCHIATRIC DIAGNOSTIC AND OPTIONS TO ATTEMPT SUICIDE PATIENTS AT EMERGENCY UNIT SANGLAH HOSPITAL

ABSTRACT

Suicide is a health problem that occurs in the community in which closely related to mental health. In 2006 data from the World Health Organization ( WHO ) reports that for each year in the world there are 10 to 20 million people attempt to commit suicide. In 2006 the data from the Virginia Department of Health claimed 33,300 suicide deaths in the United States, 18.3 % are cases of deliberate poisoning. Self poisoning is poisoning yourself by using substances ranging from pharmaceuticals, pesticides to household products available is the most common method.This study is a descriptive study to explain the psythiatric diagnostic and preferences attempt suicide. The study was conducted in the Emergency Unit Sanglah made within 2 to 5 December 2013. Total cases attempted suicide many as 47 cases. Patients with a diagnostic of depression is highest cause attempted suicide as much as 60 % of cases. Followed by a diagnosis of psychotic attempted suicide reported 13 %, 8 % of acute stress, adjustment disorder 13 %, and 6 % of cases of bipolar disorder. Options attempted suicide of the diagnostic with chemicals, sharp objects, hanging themselves, burn themselves , drown himself, and jump. There is no way a typical choice for each diagnosis in attempted suicide .

Keywords : suicide, psychiatric diagnostic, attempted suicide option

PENDAHULUAN

Bunuh diri merupakan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat dimana erat kaitannya dengan kesehatan

jiwa. Secara umum dikatakan bahwa bunuh diri merupakan konsekuensi dari

sebuah komplek interaksi biologis, psikologis, dan sosiologis. Bunuh diri tidak pernah ditemukan oleh suatu sebab tunggal. Berdasarkan literatur menyatakan bahwa penyebab utama orang bunuh diri adalah menghentikan

rasa sakit yang tidak tertahankan. Rasa sakit yang dirasakan bisa bersifat fisik misalnya karena penyakit kronis dan

(3)

Pada tahun 2006 data dari World Health Organization (WHO) pada melaporkan bahwa untuk setiap tahun di dunia terdapat 10 sampai 20 juta orang berupaya melakukan bunuh diri. Faktor-faktor yang terkait dengan bunuh diri meliputi: jenis kelamin, metode, usia, ras, agama, status perkawainan, pekerjaan, dan kesehatan mental. Kasus bunuh diri di negara-negara Eropa menempati urutan

tertinggi. Jerman menduduki urutan tertinggi dengan kasus 37 orang per 100.000 penduduk. Republik Ceko, Selandia Baru, Austria, dan Swiss juga memiliki insiden yang tinggi. Negara Austria, Denmark, Inggris dengan kasus 23 orang per 100.000 penduduk. Pada tahun 2007 Centers of Disease Control (CDC) melaporkan angka bunuh diri secara keseluruhan di Amerika Serikat yaitu 11,26 per 100.000 penduduk. Angka bunuh diri yang terjadi di Amerika Serikat pada usia 12 sampai 20 tahun terus mengalami peningkatan. Populasi pada umumya yang melakukan percobaan bunuh diri cenderung lansia tetapi semakin banyak penelitian melaporkan bahwa pasien psikiatrik yang melakukan

percobaan bunuh diri cenderung relatif muda. Penelitian menunjukkan bahwa usia rata-rata untuk korban bunuh diri

laki-laki adalah usia 29,5 tahun dan untuk wanita adalah 38,4 tahun.1,2

Pada tahun 2006 data Departemen Kesehatan Virginia menyatakan dari 33.300 kematian akibat bunuh diri di Amerika Serikat, 18,3% adalah kasus keracunan yang disengaja. Self poisoning yaitu meracuni diri sendiri dengan menggunakan zat mulai dari obat-obatan,

(4)

Stuart Gw dan Lararia menyatakan adanya faktor predisposisi bunuh diri yang berhubungan dengan diagnosis gangguan jiwa. Diagnosis psikiatri yang berhubungan dengan percobaan bunuh diri adalah skizofrenia, depresi, psikotik, gangguan waham organik, stress akut, gangguan penyesuaian, serta ganguan campuran cemas dan depresi. Hampir 95% dari

semua pasien yang melakukan usaha percobaan bunuh diri memiliki suatu gangguan mental yang terdiagnosis. Gangguan depresif dengan persentase 80% kasus, skizofrenia 10% kasus, demensia atau delirium 5% kasus. Usaha bunuh diri sebelumnya atau di masa lalu kemungkinan merupakan indikator bahwa seorang pasien berada dalam resiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri. Penelitian melaporkan bahwa 40% dari pasien depresi yang melakukan bunuh diri pernah melakukan bunuh diri sebelumnya. Resiko untuk pasien melakukan usaha bunuh diri kedua adalah tertinggi dalam tiga bulan setelah usaha pertama.1

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka dirumuskan masalah mengenai diagnosis psikiatri dan pilihan

cara percobaan bunuh diri pada pasien

IRD RSUP Sanglah. Manfaat penelitian yaitu sebagai informasi sehingga bisa melakukan pencegahan lebih awal.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menjelaskan mengenai diagnosis psikiatri dan pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan. Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah. Penelitian dilakukan dalam kurun waktu 2 sampai dengan 5 Desember 2013. Sampel penelitian ini diambil dari pasien-pasien yang datang ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang berasal dari register pasien periode Mei-November 2013.

(5)

Sanglah. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.5 Kriteria inklusi yang dipakai adalah pasien dengan percobaan bunuh diri yang dibawa ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah. Kriteria eksklusi berupa pasien yang terdiagnosis bukan percobaan bunuh diri dan pasien yang tidak dibawa ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP

Sanglah. Jumlah sampel ditentukan oleh seberapa banyak data pasien percobaan bunuh diri yang terdaftar di register pasien Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah periode waktu Mei-November 2013.

Subyek penelitian ini adalah pasien yang sudah ditegakkan diagnosisnya dan melakukan

percobaan bunuh diri yang dibawa ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data-data mengenai diagnosis psikiatri dan pilihan cara percobaan bunuh diri merupakan data sekunder yang dikumpulkan dari register pasien. Penilaian pasien didapatkan dari register pasien Instalasi Rawat

Darurat (IRD) RSUP Sanglah periode waktu Mei-November 2013. Diagnosis yang ditegakkan dan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan pada pasien psikiatri diperoleh dari hasil anamnesa secara auto anamnesis dan hetero anamnesis yang dilakukan oleh residen psikiatri dan di supervisi oleh psikiater di SMF Bagian Psikiatri.

(6)

HASIL

Berdasarkan data yang diperoleh dari Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah selama periode bulan Mei sampai November 2013. Pada penelitian ini diperoleh 47 sampel kasus percobaan bunuh diri yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi. Data ini merupakan register IRD RSUP Sanglah yang tercatat dari bulan Mei sampai dengan November 2013. Karakteristik sampel, diagnosis psikiatri, dan pilihan atau metode percobaan bunuh diri akan dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:

Sampel Populasi

Terjangkau Populasi

Target

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Register Pasien

Data

[image:6.612.105.416.80.380.2]

Analisis Data

(7)

Tabel 1 : Karakteristik sampel yang melakukan percobaan bunuh diri periode Mei-November 2013 di IRD RSUP Sanglah

Karakteristik Sampel Jumlah (total=47)

Persentase (%) Jenis kelamin

Laki-laki 17 36

Perempuan 30 64

Usia (tahun)

< 15 0 0

15-24 25-45 >45

18 26 3

38 55 7 Status Perkawinan

Menikah 20 42

Belum Menikah 21 45

Janda 5 11

Duda 1 2

Percobaan Bunuh Diri sebelumya

Ada 25 53

Tidak Ada 22 47

Sumber: register IRD RSUP Sanglah Mei-November 2013.

Karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, status perkawinan, dan percobaan bunuh diri yang dilakukan sebelumnya. Berdasarkan jenis kelamin diperoleh laki-laki 36% dan perempuan 64% kasus. Ditinjau dari segi usia yaitu usia 15 sampai 24 tahun 38%, usia 25 sampai 45 tahun 55%, serta usia lebih dari 45 tahun sebanyak 7% kasus.

Status perkawinan belum menikah

lebih banyak yang melakukan percobaan

[image:7.612.97.518.114.374.2]
(8)

Tabel 2. Diagnosis Psikiatri pada pasien yang melakukan percobaan bunuh diri periode Mei-November 2013 di IRD RSUP Sanglah

No Diagnosis

Persentase

(%) Pilihan/Metode Percobaan Bunuh Diri 1 Psikotik 13% Zat kimia, benda tajam, dan gantung diri

2 Depresi

60% Zat kimia, menenggelamkan diri, benda tajam, gantung diri, serta membakar diri

3 Stress akut 8% Zat kimia

4

Gangguan

Penyesuaian 13% Zat kimia dan benda tajam

5 Gangguan Bipolar 6% Zat kimia, benda tajam, dan melompat dari ketinggian Sumber: register IRD RSUP Sanglah Mei-November 2013.

Berdasarkan data yang diperoleh dari dari register di IRD RSUP Sanglah diagnosis psikiatri dengan percobaan bunuh diri meliputi : psikotik, depresi, stress akut, gangguan penyesuaian, serta gangguan bipolar. Pasien dengan diagnosis psikotik sebanyak 13% melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia, benda tajam, dan gantung diri. Diagnosis depresi yang paling banyak ditemukan dilaporkan 60% dan pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan juga beragam seperti menggunakan zat kimia, menenggelamkan diri, benda

tajam, gantung diri, serta membakar diri.

Berdasarkan data diperoleh bahwa pasien dengan diagnosis stress akut dilaporkan 8% melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia. Pasien dengan diagnosis gangguan penyesuaian yaitu 13% melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia dan benda tajam. Pasien dengan gangguan bipolar dilaporkan 6% melakukan percobaan bunuh diri dengan melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia, benda tajam, dan melompat dari

ketinggian.

DISKUSI

Pasien dengan diagnosis psikotik akut dilaporkan 13% kasus yang

melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia, benda tajam, dan gantung diri. Zat kimia yang digunakan

(9)

serangga, pengharum laundry, dan obat-obatan. Zat kimia umumnya diminum oleh pasien dan berharap dengan meminum zat kimia dapat mengakhiri hidupnya. Benda tajam yang digunakan seperti pisau dan silet dengan mengiris pergelangan tangannya. Cara percobaan bunuh diri dengan gantung diri dilakukan dikamar dengan menggunakan selendang kemudian diikatkan pada leher pasien.

Pasien dengan diagnosis psikotik memiliki sindrom yang khas yaitu polimorfik. Polimorfik yaitu beranekaragam dan berubah sangat cepat seperti schizophrenia-like atau seperti gejala skizofrenia. Gejala skizofrenia muncul pada orang yang memiliki suatu kerentanan spesifik atau yang disebut diathesis apabila ada pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress maka akan timbul gejala skizofrenia.

Pasien juga memiliki kepekaan sosial yang menurun dan tampak menjadi impulsif seperti contoh : merebut rokok orang lain, membuang makanan di lantai, usaha bunuh diri, serta pembunuhan sebagai respon dari halusinasi yang memerintahkan pasien untuk melakukan

hal tersebut.6,7

Bunuh diri pada gangguan psikotik terbanyak karena pasien

mengalami halusinasi audiotorik. Suara-suara halusinasi ini yang akan mengancam pasien karena pasien mendengar suara-suara yang memberi perintah.Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Halusinasi pendengaran seperti mendengar

suara-suara paling sering yang didengar adalah suara orang. Pasien yang mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu dapat membahayakan dirinya seperti bunuh diri. Selain halusinasi juga terdapat waham yang menonjol. Waham adalah keyakinan tentang suatu pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas normal. Adanya perubahan emosional dan gejala-gejala afektif individual terlihat pada pasien psikotik. Faktor psikodinamika yang harus diperhatikan pada gangguan psikotik adalah stressor pencetus dan lingkungan interpersonal. Seringkali peristiwa yang

(10)

Pasien dengan diagnosis depresi yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 60% kasus. Berdasarkan data menunjukkan bahwa pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan adalah dengan menggunakan zat kimia, menenggelamkan diri, benda tajam, gantung diri, serta membakar diri. Zat kimia dan benda tajam yang digunakan sama seperti yang telah diuraikan pada

diagnosis psikotik. Pilihan cara percobaan bunuh diri dengan menenggelamkan diri dilakukan pasien dengan cara pergi ke pantai kemudian berharap dirinya terseret ombak. Cara membakar diri dilakukan dengan menyiram tubuh pasien dengan menggunakan minyak kemudian menyulut dengan api. Diagnosis depresi merupakan kasus yang paling banyak dan pasien melakukan cara percobaan bunuh diri secara beragam. Depresi merupakan suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu gangguan depresi.5,9

Beberapa gejala gangguan depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang

berlebihan setelah aktivitas rutin yang

biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Laporan pada pasien dengan depresi meyatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa, sedih, dan merasa tidak berguna. Depresi merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri. Pasien dalam keadaan depresi memiliki pandangan negatif tentang dunia dan dirinya sendiri. Isi pikiran pasien dengan

diagnosis depresi berkaitan dengan kehilangan, rasa bersalah, ada aide atau keinginan untuk mengakhiri hidup. Pada pasien depresi akan muncul pikiran akan kematian dan melakukan percobaan bunuh diri berulang kali untuk mengakhiri hidupnya.2,9

Pasien dengan diagnosis stress akut yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 8% kasus. Berdasarkan data diperoleh bahwa pilihan percobaan bunuh diri yang dilakukan yaitu dengan menggunakan zat kimia. Zat kimia yang digunakan yaitu pestisida untuk membasmi serangga dan obat-obatan. Obat yang diminum pasien melebihi dosis dan berharap dengan minum obat yang berlebihan tersebut dapat mengahiri hidupnya. Diagnosis stress akut

(11)

mengalami kejadian traumatik dan terdapat gejala campuran yang berubah-ubah. Pasien dengan diagnosis stress akut melakukan percobaan bunuh diri mungkin disebabkan karena adanya stressor yang luar biasa. Pasien umumnya akan terlihat depresi, cemas, marah, serta kecewa. Kerentanan individu dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap stressor yang dirasakan memegang

peranan penting dalam terjadinya atau beratnya suatu reaksi stress akut.10,11

Pasien dengan gangguan penyesuaian yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 13% kasus. Berdasarkan data diperoleh bahwa pilihan percobaan bunuh diri yang dilakukan dengan menggunakan zat kimia dan benda tajam. Diagnosis gangguan penyesuaian dicetuskan oleh satu atau lebih stressor. Gejala dari diagnosis gangguan penyesuaian bervariasi yaitu depresi, cemas, dan gangguan campuran yang sering dialami pada orang dewasa serta disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari sehingga menyebabkan pasien melakukan percobaan bunuh diri. Gejala yang dialami pasien tidak selalu menghilang dengan cepat setelah stressor menghilang.

Jika stressor berlanjut maka mungkin

akan terjadi gangguan yang bersifat kronis.2,10

Pasien dengan gangguan bipolar dilaporkan sebanyak 6% kasus. Pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan dengan menggunakan zat kimia, benda tajam, dan melompat dari ketinggian. Pasien melakukan percobaan bunuh diri dengan melompat dari lantai 2 dan

berharap dapat mengakhiri hidupnya. Beberapa kasus dilaporkan bahwa pasien mengiris pergelangan tangannya dengan menggunakan pecahan CD. Pasien dengan diagnosis bipolar mengalami perubahan mood yaitu berupa depresi dan mania. Setiap orang umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik dan suasana hati yang buruk. Akan tetapi pasien yang mengalami gangguan bipolar memiliki mood swings yaitu pola perasaan yang mudah berubah secara drastis.2

Berdasarkan total keseluruhan kasus yang melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 47 kasus. Diagnosis psikiatri meliputi : psikotik 13%, depresi 60%, stress akut 8%, gangguan penyesuaian 13%, dan gangguan bipolar 6%. Pilihan percobaan bunuh diri dari

(12)

benda tajam, gantung diri, membakar diri, menenggelamkan diri, serta melompat dari ketinggian.

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu terdapat beberapa

sampel yang mungkin terlewatkan sebagai kriteria inklusi akibat kurangnya sistem penyimpanan data dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti.

SIMPULAN DAN SARAN

Bunuh diri merupakan masalah

kesehatan yang terjadi di masyarakat dimana erat kaitannya dengan kesehatan jiwa. Secara umum dikatakan bahwa bunuh diri merupakan konsekuensi dari sebuah komplek interaksi biologis, psikologis, dan sosiologis. Pada tahun 2006 data dari World Health Organization (WHO) pada melaporkan bahwa untuk setiap tahun di dunia terdapat 10 sampai 20 juta orang berupaya melakukan bunuh diri.1,2 Pada tahun 2006 data Departemen Kesehatan Virginia menyatakan dari 33.300 kematian akibat bunuh diri di Amerika Serikat, 18,3% adalah kasus keracunan yang disengaja. Self poisoning yaitu meracuni diri sendiri dengan menggunakan zat mulai dari obat-obatan,

pestisida hingga produk rumah tangga yang tersedia merupakan metode yang paling umum dilakukan.3,4

Pasien dengan diagnosis depresi merupakan penyebab terbanyak melakukan percobaan bunuh diri

sebanyak 60% kasus. Disusul oleh diagnosis psikotik yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 13%, stress akut 8%, gangguan penyesuaian 13%, dan gangguan bipolar 6% kasus. Pilihan percobaan bunuh diri dari diagnosis tersebut dengan zat kimia, benda tajam, gantung diri, membakar diri, menenggelamkan diri, serta melompat dari ketinggian. Tidak ada pilihan cara khas untuk masing-masing diagnosis dalam melakukan percobaan bunuh diri.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kouichi Yoshimasu, Shigeki Takemura, Jin Fukumoto dan

Kazuhisa Miyashita. Self-Reported Symptoms Related to Depression and Suicidal Risk. Department of Hygiene, School of Medicine. Wakayama Medical University. Japan. Halaman : 20-34. 2012.

2. Harold I. Kaplan MD. Sinopsis Psikiatri Jilid I dan II. Binarupa Aksara. Ciputat-Tangerang. 2010. 3. Ajay Risal, Pushpa Prasad

Sharma, dan Rajkumar Karki. Psychiatric Illnesses among the Patients Admitted for Self-poisoning in a Tertiary Care Hospital of Nepal. Journal of Advances in Internal Medicine 2013;02(01):10-3.

4. David Tibbutt. Poisoning with organophosphates. South Sudan Medical Journal. Vol 6. No 1. Februari 2013.

5. John WG Tiller. Depression and anxiety. University of Melbourne. MJA Open.Halaman : 28–32. 2012.

6. Kahyee Hor dan Mark Taylor. Suicide and schizophrenia: a systematic review of rates and risk

factors. Journal of

Psychopharmacology. Halaman

81-90. 2010.

7. Cicek Hocaoglu dan Zeynep Tekin Babuc. Suicidal Ideation in Patients with Schizophrenia. Isr J Psychiatry Relat Sci Vol 46 No. 3. Halaman : 195–203. 2009.

8. Alize J. Ferrari, Fiona J. Charlson, Rosana E. Norman, dkk. Burden of Depressive Disorders by Country, Sex, Age, and Year: Findings from the Global Burden of Disease Study 2010. PLOS Medicine. Volume 10. Halaman: 1-12 . 2013.

9. Jean Starling & Isabelle Feijo. Schizophrenia And Other Psyhotic Disorders Of Early Onset. IACAPAP Textbook of Child and Adolescent Mental Health. Halaman : 1-22. 2009. 10.Rusdi Maslim. Diagnosis

Gangguan Jiwa. PT Nuh Jaya-Jakarta. Cetakan Pertama 2001. 11.Bernadette von Dawans, Urs

(14)

Kirschbaum, dkk. The Social Dimension of Stress Reactivity: Acute Stress Increases Prosocial

Behavior in Humans.

(15)
(16)

DIAGNOSIS PSIKIATRI DAN PILIHAN CARA PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PASIEN INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH

*Made Mulya Cintyadewi S, **Ni Ketut Sri Diniari

*Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana **Bagian/SMF Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah

Denpasar

ABSTRAK

Bunuh diri merupakan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat dimana erat kaitannya dengan kesehatan jiwa. Pada tahun 2006 data dari World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa untuk setiap tahun di dunia terdapat 10 sampai 20 juta orang berupaya melakukan bunuh diri. Tahun 2006 data Departemen Kesehatan Virginia menyatakan dari 33.300 kematian akibat bunuh diri di Amerika Serikat, 18,3% adalah kasus keracunan yang disengaja. Self poisoning yaitu meracuni diri sendiri dengan menggunakan zat mulai dari obat-obatan, pestisida hingga produk rumah tangga yang tersedia merupakan metode yang paling umum dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menjelaskan mengenai diagnosis pskiatri dan pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan. Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah dilakukan dalam kurun waktu 2-5 Desember 2013. Total keseluruhan kasus yang melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 47 kasus. Pasien dengan diagnosis depresi merupakan penyebab terbanyak melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 60% kasus. Disusul oleh diagnosis psikotik yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 13%, stress akut 8%, gangguan penyesuaian 13%, dan gangguan bipolar 6% kasus. Pilihan percobaan bunuh diri dari diagnosis tersebut dengan zat kimia, benda tajam, gantung diri, membakar diri, menenggelamkan diri, serta melompat dari ketinggian. Tidak ada pilihan cara khas untuk masing-masing diagnosis dalam melakukan percobaan bunuh diri.

(17)

PSYCHIATRIC DIAGNOSTIC AND OPTIONS TO ATTEMPT SUICIDE PATIENTS AT EMERGENCY UNIT SANGLAH HOSPITAL

ABSTRACT

Suicide is a health problem that occurs in the community in which closely related to mental health. In 2006 data from the World Health Organization ( WHO ) reports that for each year in the world there are 10 to 20 million people attempt to commit suicide. In 2006 the data from the Virginia Department of Health claimed 33,300 suicide deaths in the United States, 18.3 % are cases of deliberate poisoning. Self poisoning is poisoning yourself by using substances ranging from pharmaceuticals, pesticides to household products available is the most common method.This study is a descriptive study to explain the psythiatric diagnostic and preferences attempt suicide. The study was conducted in the Emergency Unit Sanglah made within 2 to 5 December 2013. Total cases attempted suicide many as 47 cases. Patients with a diagnostic of depression is highest cause attempted suicide as much as 60 % of cases. Followed by a diagnosis of psychotic attempted suicide reported 13 %, 8 % of acute stress, adjustment disorder 13 %, and 6 % of cases of bipolar disorder. Options attempted suicide of the diagnostic with chemicals, sharp objects, hanging themselves, burn themselves , drown himself, and jump. There is no way a typical choice for each diagnosis in attempted suicide .

Keywords : suicide, psychiatric diagnostic, attempted suicide option

PENDAHULUAN

Bunuh diri merupakan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat dimana erat kaitannya dengan kesehatan

jiwa. Secara umum dikatakan bahwa bunuh diri merupakan konsekuensi dari

sebuah komplek interaksi biologis, psikologis, dan sosiologis. Bunuh diri tidak pernah ditemukan oleh suatu sebab tunggal. Berdasarkan literatur menyatakan bahwa penyebab utama orang bunuh diri adalah menghentikan

rasa sakit yang tidak tertahankan. Rasa sakit yang dirasakan bisa bersifat fisik misalnya karena penyakit kronis dan

(18)

Pada tahun 2006 data dari World Health Organization (WHO) pada melaporkan bahwa untuk setiap tahun di dunia terdapat 10 sampai 20 juta orang berupaya melakukan bunuh diri. Faktor-faktor yang terkait dengan bunuh diri meliputi: jenis kelamin, metode, usia, ras, agama, status perkawainan, pekerjaan, dan kesehatan mental. Kasus bunuh diri di negara-negara Eropa menempati urutan

tertinggi. Jerman menduduki urutan tertinggi dengan kasus 37 orang per 100.000 penduduk. Republik Ceko, Selandia Baru, Austria, dan Swiss juga memiliki insiden yang tinggi. Negara Austria, Denmark, Inggris dengan kasus 23 orang per 100.000 penduduk. Pada tahun 2007 Centers of Disease Control (CDC) melaporkan angka bunuh diri secara keseluruhan di Amerika Serikat yaitu 11,26 per 100.000 penduduk. Angka bunuh diri yang terjadi di Amerika Serikat pada usia 12 sampai 20 tahun terus mengalami peningkatan. Populasi pada umumya yang melakukan percobaan bunuh diri cenderung lansia tetapi semakin banyak penelitian melaporkan bahwa pasien psikiatrik yang melakukan

percobaan bunuh diri cenderung relatif muda. Penelitian menunjukkan bahwa usia rata-rata untuk korban bunuh diri

laki-laki adalah usia 29,5 tahun dan untuk wanita adalah 38,4 tahun.1,2

Pada tahun 2006 data Departemen Kesehatan Virginia menyatakan dari 33.300 kematian akibat bunuh diri di Amerika Serikat, 18,3% adalah kasus keracunan yang disengaja. Self poisoning yaitu meracuni diri sendiri dengan menggunakan zat mulai dari obat-obatan,

(19)

Stuart Gw dan Lararia menyatakan adanya faktor predisposisi bunuh diri yang berhubungan dengan diagnosis gangguan jiwa. Diagnosis psikiatri yang berhubungan dengan percobaan bunuh diri adalah skizofrenia, depresi, psikotik, gangguan waham organik, stress akut, gangguan penyesuaian, serta ganguan campuran cemas dan depresi. Hampir 95% dari

semua pasien yang melakukan usaha percobaan bunuh diri memiliki suatu gangguan mental yang terdiagnosis. Gangguan depresif dengan persentase 80% kasus, skizofrenia 10% kasus, demensia atau delirium 5% kasus. Usaha bunuh diri sebelumnya atau di masa lalu kemungkinan merupakan indikator bahwa seorang pasien berada dalam resiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri. Penelitian melaporkan bahwa 40% dari pasien depresi yang melakukan bunuh diri pernah melakukan bunuh diri sebelumnya. Resiko untuk pasien melakukan usaha bunuh diri kedua adalah tertinggi dalam tiga bulan setelah usaha pertama.1

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka dirumuskan masalah mengenai diagnosis psikiatri dan pilihan

cara percobaan bunuh diri pada pasien

IRD RSUP Sanglah. Manfaat penelitian yaitu sebagai informasi sehingga bisa melakukan pencegahan lebih awal.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menjelaskan mengenai diagnosis psikiatri dan pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan. Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah. Penelitian dilakukan dalam kurun waktu 2 sampai dengan 5 Desember 2013. Sampel penelitian ini diambil dari pasien-pasien yang datang ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang berasal dari register pasien periode Mei-November 2013.

(20)

Sanglah. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.5 Kriteria inklusi yang dipakai adalah pasien dengan percobaan bunuh diri yang dibawa ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah. Kriteria eksklusi berupa pasien yang terdiagnosis bukan percobaan bunuh diri dan pasien yang tidak dibawa ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP

Sanglah. Jumlah sampel ditentukan oleh seberapa banyak data pasien percobaan bunuh diri yang terdaftar di register pasien Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah periode waktu Mei-November 2013.

Subyek penelitian ini adalah pasien yang sudah ditegakkan diagnosisnya dan melakukan

percobaan bunuh diri yang dibawa ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data-data mengenai diagnosis psikiatri dan pilihan cara percobaan bunuh diri merupakan data sekunder yang dikumpulkan dari register pasien. Penilaian pasien didapatkan dari register pasien Instalasi Rawat

Darurat (IRD) RSUP Sanglah periode waktu Mei-November 2013. Diagnosis yang ditegakkan dan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan pada pasien psikiatri diperoleh dari hasil anamnesa secara auto anamnesis dan hetero anamnesis yang dilakukan oleh residen psikiatri dan di supervisi oleh psikiater di SMF Bagian Psikiatri.

(21)

HASIL

Berdasarkan data yang diperoleh dari Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah selama periode bulan Mei sampai November 2013. Pada penelitian ini diperoleh 47 sampel kasus percobaan bunuh diri yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi. Data ini merupakan register IRD RSUP Sanglah yang tercatat dari bulan Mei sampai dengan November 2013. Karakteristik sampel, diagnosis psikiatri, dan pilihan atau metode percobaan bunuh diri akan dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:

Sampel Populasi

Terjangkau Populasi

Target

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Register Pasien

Data

[image:21.612.105.416.80.380.2]

Analisis Data

(22)

Tabel 1 : Karakteristik sampel yang melakukan percobaan bunuh diri periode Mei-November 2013 di IRD RSUP Sanglah

Karakteristik Sampel Jumlah (total=47)

Persentase (%) Jenis kelamin

Laki-laki 17 36

Perempuan 30 64

Usia (tahun)

< 15 0 0

15-24 25-45 >45

18 26 3

38 55 7 Status Perkawinan

Menikah 20 42

Belum Menikah 21 45

Janda 5 11

Duda 1 2

Percobaan Bunuh Diri sebelumya

Ada 25 53

Tidak Ada 22 47

Sumber: register IRD RSUP Sanglah Mei-November 2013.

Karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, status perkawinan, dan percobaan bunuh diri yang dilakukan sebelumnya. Berdasarkan jenis kelamin diperoleh laki-laki 36% dan perempuan 64% kasus. Ditinjau dari segi usia yaitu usia 15 sampai 24 tahun 38%, usia 25 sampai 45 tahun 55%, serta usia lebih dari 45 tahun sebanyak 7% kasus.

Status perkawinan belum menikah

lebih banyak yang melakukan percobaan

[image:22.612.97.518.114.374.2]
(23)

Tabel 2. Diagnosis Psikiatri pada pasien yang melakukan percobaan bunuh diri periode Mei-November 2013 di IRD RSUP Sanglah

No Diagnosis

Persentase

(%) Pilihan/Metode Percobaan Bunuh Diri 1 Psikotik 13% Zat kimia, benda tajam, dan gantung diri

2 Depresi

60% Zat kimia, menenggelamkan diri, benda tajam, gantung diri, serta membakar diri

3 Stress akut 8% Zat kimia

4

Gangguan

Penyesuaian 13% Zat kimia dan benda tajam

5 Gangguan Bipolar 6% Zat kimia, benda tajam, dan melompat dari ketinggian Sumber: register IRD RSUP Sanglah Mei-November 2013.

Berdasarkan data yang diperoleh dari dari register di IRD RSUP Sanglah diagnosis psikiatri dengan percobaan bunuh diri meliputi : psikotik, depresi, stress akut, gangguan penyesuaian, serta gangguan bipolar. Pasien dengan diagnosis psikotik sebanyak 13% melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia, benda tajam, dan gantung diri. Diagnosis depresi yang paling banyak ditemukan dilaporkan 60% dan pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan juga beragam seperti menggunakan zat kimia, menenggelamkan diri, benda

tajam, gantung diri, serta membakar diri.

Berdasarkan data diperoleh bahwa pasien dengan diagnosis stress akut dilaporkan 8% melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia. Pasien dengan diagnosis gangguan penyesuaian yaitu 13% melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia dan benda tajam. Pasien dengan gangguan bipolar dilaporkan 6% melakukan percobaan bunuh diri dengan melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia, benda tajam, dan melompat dari

ketinggian.

DISKUSI

Pasien dengan diagnosis psikotik akut dilaporkan 13% kasus yang

melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia, benda tajam, dan gantung diri. Zat kimia yang digunakan

[image:23.612.92.578.114.261.2]
(24)

serangga, pengharum laundry, dan obat-obatan. Zat kimia umumnya diminum oleh pasien dan berharap dengan meminum zat kimia dapat mengakhiri hidupnya. Benda tajam yang digunakan seperti pisau dan silet dengan mengiris pergelangan tangannya. Cara percobaan bunuh diri dengan gantung diri dilakukan dikamar dengan menggunakan selendang kemudian diikatkan pada leher pasien.

Pasien dengan diagnosis psikotik memiliki sindrom yang khas yaitu polimorfik. Polimorfik yaitu beranekaragam dan berubah sangat cepat seperti schizophrenia-like atau seperti gejala skizofrenia. Gejala skizofrenia muncul pada orang yang memiliki suatu kerentanan spesifik atau yang disebut diathesis apabila ada pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress maka akan timbul gejala skizofrenia.

Pasien juga memiliki kepekaan sosial yang menurun dan tampak menjadi impulsif seperti contoh : merebut rokok orang lain, membuang makanan di lantai, usaha bunuh diri, serta pembunuhan sebagai respon dari halusinasi yang memerintahkan pasien untuk melakukan

hal tersebut.6,7

Bunuh diri pada gangguan psikotik terbanyak karena pasien

mengalami halusinasi audiotorik. Suara-suara halusinasi ini yang akan mengancam pasien karena pasien mendengar suara-suara yang memberi perintah.Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Halusinasi pendengaran seperti mendengar

suara-suara paling sering yang didengar adalah suara orang. Pasien yang mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu dapat membahayakan dirinya seperti bunuh diri. Selain halusinasi juga terdapat waham yang menonjol. Waham adalah keyakinan tentang suatu pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas normal. Adanya perubahan emosional dan gejala-gejala afektif individual terlihat pada pasien psikotik. Faktor psikodinamika yang harus diperhatikan pada gangguan psikotik adalah stressor pencetus dan lingkungan interpersonal. Seringkali peristiwa yang

(25)

Pasien dengan diagnosis depresi yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 60% kasus. Berdasarkan data menunjukkan bahwa pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan adalah dengan menggunakan zat kimia, menenggelamkan diri, benda tajam, gantung diri, serta membakar diri. Zat kimia dan benda tajam yang digunakan sama seperti yang telah diuraikan pada

diagnosis psikotik. Pilihan cara percobaan bunuh diri dengan menenggelamkan diri dilakukan pasien dengan cara pergi ke pantai kemudian berharap dirinya terseret ombak. Cara membakar diri dilakukan dengan menyiram tubuh pasien dengan menggunakan minyak kemudian menyulut dengan api. Diagnosis depresi merupakan kasus yang paling banyak dan pasien melakukan cara percobaan bunuh diri secara beragam. Depresi merupakan suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu gangguan depresi.5,9

Beberapa gejala gangguan depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang

berlebihan setelah aktivitas rutin yang

biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Laporan pada pasien dengan depresi meyatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa, sedih, dan merasa tidak berguna. Depresi merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri. Pasien dalam keadaan depresi memiliki pandangan negatif tentang dunia dan dirinya sendiri. Isi pikiran pasien dengan

diagnosis depresi berkaitan dengan kehilangan, rasa bersalah, ada aide atau keinginan untuk mengakhiri hidup. Pada pasien depresi akan muncul pikiran akan kematian dan melakukan percobaan bunuh diri berulang kali untuk mengakhiri hidupnya.2,9

Pasien dengan diagnosis stress akut yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 8% kasus. Berdasarkan data diperoleh bahwa pilihan percobaan bunuh diri yang dilakukan yaitu dengan menggunakan zat kimia. Zat kimia yang digunakan yaitu pestisida untuk membasmi serangga dan obat-obatan. Obat yang diminum pasien melebihi dosis dan berharap dengan minum obat yang berlebihan tersebut dapat mengahiri hidupnya. Diagnosis stress akut

(26)

mengalami kejadian traumatik dan terdapat gejala campuran yang berubah-ubah. Pasien dengan diagnosis stress akut melakukan percobaan bunuh diri mungkin disebabkan karena adanya stressor yang luar biasa. Pasien umumnya akan terlihat depresi, cemas, marah, serta kecewa. Kerentanan individu dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap stressor yang dirasakan memegang

peranan penting dalam terjadinya atau beratnya suatu reaksi stress akut.10,11

Pasien dengan gangguan penyesuaian yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 13% kasus. Berdasarkan data diperoleh bahwa pilihan percobaan bunuh diri yang dilakukan dengan menggunakan zat kimia dan benda tajam. Diagnosis gangguan penyesuaian dicetuskan oleh satu atau lebih stressor. Gejala dari diagnosis gangguan penyesuaian bervariasi yaitu depresi, cemas, dan gangguan campuran yang sering dialami pada orang dewasa serta disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari sehingga menyebabkan pasien melakukan percobaan bunuh diri. Gejala yang dialami pasien tidak selalu menghilang dengan cepat setelah stressor menghilang.

Jika stressor berlanjut maka mungkin

akan terjadi gangguan yang bersifat kronis.2,10

Pasien dengan gangguan bipolar dilaporkan sebanyak 6% kasus. Pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan dengan menggunakan zat kimia, benda tajam, dan melompat dari ketinggian. Pasien melakukan percobaan bunuh diri dengan melompat dari lantai 2 dan

berharap dapat mengakhiri hidupnya. Beberapa kasus dilaporkan bahwa pasien mengiris pergelangan tangannya dengan menggunakan pecahan CD. Pasien dengan diagnosis bipolar mengalami perubahan mood yaitu berupa depresi dan mania. Setiap orang umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik dan suasana hati yang buruk. Akan tetapi pasien yang mengalami gangguan bipolar memiliki mood swings yaitu pola perasaan yang mudah berubah secara drastis.2

Berdasarkan total keseluruhan kasus yang melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 47 kasus. Diagnosis psikiatri meliputi : psikotik 13%, depresi 60%, stress akut 8%, gangguan penyesuaian 13%, dan gangguan bipolar 6%. Pilihan percobaan bunuh diri dari

(27)

benda tajam, gantung diri, membakar diri, menenggelamkan diri, serta melompat dari ketinggian.

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu terdapat beberapa

sampel yang mungkin terlewatkan sebagai kriteria inklusi akibat kurangnya sistem penyimpanan data dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti.

SIMPULAN DAN SARAN

Bunuh diri merupakan masalah

kesehatan yang terjadi di masyarakat dimana erat kaitannya dengan kesehatan jiwa. Secara umum dikatakan bahwa bunuh diri merupakan konsekuensi dari sebuah komplek interaksi biologis, psikologis, dan sosiologis. Pada tahun 2006 data dari World Health Organization (WHO) pada melaporkan bahwa untuk setiap tahun di dunia terdapat 10 sampai 20 juta orang berupaya melakukan bunuh diri.1,2 Pada tahun 2006 data Departemen Kesehatan Virginia menyatakan dari 33.300 kematian akibat bunuh diri di Amerika Serikat, 18,3% adalah kasus keracunan yang disengaja. Self poisoning yaitu meracuni diri sendiri dengan menggunakan zat mulai dari obat-obatan,

pestisida hingga produk rumah tangga yang tersedia merupakan metode yang paling umum dilakukan.3,4

Pasien dengan diagnosis depresi merupakan penyebab terbanyak melakukan percobaan bunuh diri

sebanyak 60% kasus. Disusul oleh diagnosis psikotik yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 13%, stress akut 8%, gangguan penyesuaian 13%, dan gangguan bipolar 6% kasus. Pilihan percobaan bunuh diri dari diagnosis tersebut dengan zat kimia, benda tajam, gantung diri, membakar diri, menenggelamkan diri, serta melompat dari ketinggian. Tidak ada pilihan cara khas untuk masing-masing diagnosis dalam melakukan percobaan bunuh diri.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kouichi Yoshimasu, Shigeki Takemura, Jin Fukumoto dan

Kazuhisa Miyashita. Self-Reported Symptoms Related to Depression and Suicidal Risk. Department of Hygiene, School of Medicine. Wakayama Medical University. Japan. Halaman : 20-34. 2012.

2. Harold I. Kaplan MD. Sinopsis Psikiatri Jilid I dan II. Binarupa Aksara. Ciputat-Tangerang. 2010. 3. Ajay Risal, Pushpa Prasad

Sharma, dan Rajkumar Karki. Psychiatric Illnesses among the Patients Admitted for Self-poisoning in a Tertiary Care Hospital of Nepal. Journal of Advances in Internal Medicine 2013;02(01):10-3.

4. David Tibbutt. Poisoning with organophosphates. South Sudan Medical Journal. Vol 6. No 1. Februari 2013.

5. John WG Tiller. Depression and anxiety. University of Melbourne. MJA Open.Halaman : 28–32. 2012.

6. Kahyee Hor dan Mark Taylor. Suicide and schizophrenia: a systematic review of rates and risk

factors. Journal of

Psychopharmacology. Halaman

81-90. 2010.

7. Cicek Hocaoglu dan Zeynep Tekin Babuc. Suicidal Ideation in Patients with Schizophrenia. Isr J Psychiatry Relat Sci Vol 46 No. 3. Halaman : 195–203. 2009.

8. Alize J. Ferrari, Fiona J. Charlson, Rosana E. Norman, dkk. Burden of Depressive Disorders by Country, Sex, Age, and Year: Findings from the Global Burden of Disease Study 2010. PLOS Medicine. Volume 10. Halaman: 1-12 . 2013.

9. Jean Starling & Isabelle Feijo. Schizophrenia And Other Psyhotic Disorders Of Early Onset. IACAPAP Textbook of Child and Adolescent Mental Health. Halaman : 1-22. 2009. 10.Rusdi Maslim. Diagnosis

Gangguan Jiwa. PT Nuh Jaya-Jakarta. Cetakan Pertama 2001. 11.Bernadette von Dawans, Urs

(29)

Kirschbaum, dkk. The Social Dimension of Stress Reactivity: Acute Stress Increases Prosocial

Behavior in Humans.

(30)
(31)

DIAGNOSIS PSIKIATRI DAN PILIHAN CARA PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PASIEN INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH

*Made Mulya Cintyadewi S, **Ni Ketut Sri Diniari

*Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana **Bagian/SMF Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah

Denpasar

ABSTRAK

Bunuh diri merupakan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat dimana erat kaitannya dengan kesehatan jiwa. Pada tahun 2006 data dari World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa untuk setiap tahun di dunia terdapat 10 sampai 20 juta orang berupaya melakukan bunuh diri. Tahun 2006 data Departemen Kesehatan Virginia menyatakan dari 33.300 kematian akibat bunuh diri di Amerika Serikat, 18,3% adalah kasus keracunan yang disengaja. Self poisoning yaitu meracuni diri sendiri dengan menggunakan zat mulai dari obat-obatan, pestisida hingga produk rumah tangga yang tersedia merupakan metode yang paling umum dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menjelaskan mengenai diagnosis pskiatri dan pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan. Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah dilakukan dalam kurun waktu 2-5 Desember 2013. Total keseluruhan kasus yang melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 47 kasus. Pasien dengan diagnosis depresi merupakan penyebab terbanyak melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 60% kasus. Disusul oleh diagnosis psikotik yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 13%, stress akut 8%, gangguan penyesuaian 13%, dan gangguan bipolar 6% kasus. Pilihan percobaan bunuh diri dari diagnosis tersebut dengan zat kimia, benda tajam, gantung diri, membakar diri, menenggelamkan diri, serta melompat dari ketinggian. Tidak ada pilihan cara khas untuk masing-masing diagnosis dalam melakukan percobaan bunuh diri.

(32)

PSYCHIATRIC DIAGNOSTIC AND OPTIONS TO ATTEMPT SUICIDE PATIENTS AT EMERGENCY UNIT SANGLAH HOSPITAL

ABSTRACT

Suicide is a health problem that occurs in the community in which closely related to mental health. In 2006 data from the World Health Organization ( WHO ) reports that for each year in the world there are 10 to 20 million people attempt to commit suicide. In 2006 the data from the Virginia Department of Health claimed 33,300 suicide deaths in the United States, 18.3 % are cases of deliberate poisoning. Self poisoning is poisoning yourself by using substances ranging from pharmaceuticals, pesticides to household products available is the most common method.This study is a descriptive study to explain the psythiatric diagnostic and preferences attempt suicide. The study was conducted in the Emergency Unit Sanglah made within 2 to 5 December 2013. Total cases attempted suicide many as 47 cases. Patients with a diagnostic of depression is highest cause attempted suicide as much as 60 % of cases. Followed by a diagnosis of psychotic attempted suicide reported 13 %, 8 % of acute stress, adjustment disorder 13 %, and 6 % of cases of bipolar disorder. Options attempted suicide of the diagnostic with chemicals, sharp objects, hanging themselves, burn themselves , drown himself, and jump. There is no way a typical choice for each diagnosis in attempted suicide .

Keywords : suicide, psychiatric diagnostic, attempted suicide option

PENDAHULUAN

Bunuh diri merupakan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat dimana erat kaitannya dengan kesehatan

jiwa. Secara umum dikatakan bahwa bunuh diri merupakan konsekuensi dari

sebuah komplek interaksi biologis, psikologis, dan sosiologis. Bunuh diri tidak pernah ditemukan oleh suatu sebab tunggal. Berdasarkan literatur menyatakan bahwa penyebab utama orang bunuh diri adalah menghentikan

rasa sakit yang tidak tertahankan. Rasa sakit yang dirasakan bisa bersifat fisik misalnya karena penyakit kronis dan

(33)

Pada tahun 2006 data dari World Health Organization (WHO) pada melaporkan bahwa untuk setiap tahun di dunia terdapat 10 sampai 20 juta orang berupaya melakukan bunuh diri. Faktor-faktor yang terkait dengan bunuh diri meliputi: jenis kelamin, metode, usia, ras, agama, status perkawainan, pekerjaan, dan kesehatan mental. Kasus bunuh diri di negara-negara Eropa menempati urutan

tertinggi. Jerman menduduki urutan tertinggi dengan kasus 37 orang per 100.000 penduduk. Republik Ceko, Selandia Baru, Austria, dan Swiss juga memiliki insiden yang tinggi. Negara Austria, Denmark, Inggris dengan kasus 23 orang per 100.000 penduduk. Pada tahun 2007 Centers of Disease Control (CDC) melaporkan angka bunuh diri secara keseluruhan di Amerika Serikat yaitu 11,26 per 100.000 penduduk. Angka bunuh diri yang terjadi di Amerika Serikat pada usia 12 sampai 20 tahun terus mengalami peningkatan. Populasi pada umumya yang melakukan percobaan bunuh diri cenderung lansia tetapi semakin banyak penelitian melaporkan bahwa pasien psikiatrik yang melakukan

percobaan bunuh diri cenderung relatif muda. Penelitian menunjukkan bahwa usia rata-rata untuk korban bunuh diri

laki-laki adalah usia 29,5 tahun dan untuk wanita adalah 38,4 tahun.1,2

Pada tahun 2006 data Departemen Kesehatan Virginia menyatakan dari 33.300 kematian akibat bunuh diri di Amerika Serikat, 18,3% adalah kasus keracunan yang disengaja. Self poisoning yaitu meracuni diri sendiri dengan menggunakan zat mulai dari obat-obatan,

(34)

Stuart Gw dan Lararia menyatakan adanya faktor predisposisi bunuh diri yang berhubungan dengan diagnosis gangguan jiwa. Diagnosis psikiatri yang berhubungan dengan percobaan bunuh diri adalah skizofrenia, depresi, psikotik, gangguan waham organik, stress akut, gangguan penyesuaian, serta ganguan campuran cemas dan depresi. Hampir 95% dari

semua pasien yang melakukan usaha percobaan bunuh diri memiliki suatu gangguan mental yang terdiagnosis. Gangguan depresif dengan persentase 80% kasus, skizofrenia 10% kasus, demensia atau delirium 5% kasus. Usaha bunuh diri sebelumnya atau di masa lalu kemungkinan merupakan indikator bahwa seorang pasien berada dalam resiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri. Penelitian melaporkan bahwa 40% dari pasien depresi yang melakukan bunuh diri pernah melakukan bunuh diri sebelumnya. Resiko untuk pasien melakukan usaha bunuh diri kedua adalah tertinggi dalam tiga bulan setelah usaha pertama.1

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka dirumuskan masalah mengenai diagnosis psikiatri dan pilihan

cara percobaan bunuh diri pada pasien

IRD RSUP Sanglah. Manfaat penelitian yaitu sebagai informasi sehingga bisa melakukan pencegahan lebih awal.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menjelaskan mengenai diagnosis psikiatri dan pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan. Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah. Penelitian dilakukan dalam kurun waktu 2 sampai dengan 5 Desember 2013. Sampel penelitian ini diambil dari pasien-pasien yang datang ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang berasal dari register pasien periode Mei-November 2013.

(35)

Sanglah. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.5 Kriteria inklusi yang dipakai adalah pasien dengan percobaan bunuh diri yang dibawa ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah. Kriteria eksklusi berupa pasien yang terdiagnosis bukan percobaan bunuh diri dan pasien yang tidak dibawa ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP

Sanglah. Jumlah sampel ditentukan oleh seberapa banyak data pasien percobaan bunuh diri yang terdaftar di register pasien Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah periode waktu Mei-November 2013.

Subyek penelitian ini adalah pasien yang sudah ditegakkan diagnosisnya dan melakukan

percobaan bunuh diri yang dibawa ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data-data mengenai diagnosis psikiatri dan pilihan cara percobaan bunuh diri merupakan data sekunder yang dikumpulkan dari register pasien. Penilaian pasien didapatkan dari register pasien Instalasi Rawat

Darurat (IRD) RSUP Sanglah periode waktu Mei-November 2013. Diagnosis yang ditegakkan dan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan pada pasien psikiatri diperoleh dari hasil anamnesa secara auto anamnesis dan hetero anamnesis yang dilakukan oleh residen psikiatri dan di supervisi oleh psikiater di SMF Bagian Psikiatri.

(36)

HASIL

Berdasarkan data yang diperoleh dari Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUP Sanglah selama periode bulan Mei sampai November 2013. Pada penelitian ini diperoleh 47 sampel kasus percobaan bunuh diri yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi. Data ini merupakan register IRD RSUP Sanglah yang tercatat dari bulan Mei sampai dengan November 2013. Karakteristik sampel, diagnosis psikiatri, dan pilihan atau metode percobaan bunuh diri akan dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:

Sampel Populasi

Terjangkau Populasi

Target

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Register Pasien

Data

[image:36.612.105.416.80.380.2]

Analisis Data

(37)

Tabel 1 : Karakteristik sampel yang melakukan percobaan bunuh diri periode Mei-November 2013 di IRD RSUP Sanglah

Karakteristik Sampel Jumlah (total=47)

Persentase (%) Jenis kelamin

Laki-laki 17 36

Perempuan 30 64

Usia (tahun)

< 15 0 0

15-24 25-45 >45

18 26 3

38 55 7 Status Perkawinan

Menikah 20 42

Belum Menikah 21 45

Janda 5 11

Duda 1 2

Percobaan Bunuh Diri sebelumya

Ada 25 53

Tidak Ada 22 47

Sumber: register IRD RSUP Sanglah Mei-November 2013.

Karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, status perkawinan, dan percobaan bunuh diri yang dilakukan sebelumnya. Berdasarkan jenis kelamin diperoleh laki-laki 36% dan perempuan 64% kasus. Ditinjau dari segi usia yaitu usia 15 sampai 24 tahun 38%, usia 25 sampai 45 tahun 55%, serta usia lebih dari 45 tahun sebanyak 7% kasus.

Status perkawinan belum menikah

lebih banyak yang melakukan percobaan

[image:37.612.97.518.114.374.2]
(38)

Tabel 2. Diagnosis Psikiatri pada pasien yang melakukan percobaan bunuh diri periode Mei-November 2013 di IRD RSUP Sanglah

No Diagnosis

Persentase

(%) Pilihan/Metode Percobaan Bunuh Diri 1 Psikotik 13% Zat kimia, benda tajam, dan gantung diri

2 Depresi

60% Zat kimia, menenggelamkan diri, benda tajam, gantung diri, serta membakar diri

3 Stress akut 8% Zat kimia

4

Gangguan

Penyesuaian 13% Zat kimia dan benda tajam

5 Gangguan Bipolar 6% Zat kimia, benda tajam, dan melompat dari ketinggian Sumber: register IRD RSUP Sanglah Mei-November 2013.

Berdasarkan data yang diperoleh dari dari register di IRD RSUP Sanglah diagnosis psikiatri dengan percobaan bunuh diri meliputi : psikotik, depresi, stress akut, gangguan penyesuaian, serta gangguan bipolar. Pasien dengan diagnosis psikotik sebanyak 13% melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia, benda tajam, dan gantung diri. Diagnosis depresi yang paling banyak ditemukan dilaporkan 60% dan pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan juga beragam seperti menggunakan zat kimia, menenggelamkan diri, benda

tajam, gantung diri, serta membakar diri.

Berdasarkan data diperoleh bahwa pasien dengan diagnosis stress akut dilaporkan 8% melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia. Pasien dengan diagnosis gangguan penyesuaian yaitu 13% melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia dan benda tajam. Pasien dengan gangguan bipolar dilaporkan 6% melakukan percobaan bunuh diri dengan melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia, benda tajam, dan melompat dari

ketinggian.

DISKUSI

Pasien dengan diagnosis psikotik akut dilaporkan 13% kasus yang

melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan zat kimia, benda tajam, dan gantung diri. Zat kimia yang digunakan

[image:38.612.92.578.114.261.2]
(39)

serangga, pengharum laundry, dan obat-obatan. Zat kimia umumnya diminum oleh pasien dan berharap dengan meminum zat kimia dapat mengakhiri hidupnya. Benda tajam yang digunakan seperti pisau dan silet dengan mengiris pergelangan tangannya. Cara percobaan bunuh diri dengan gantung diri dilakukan dikamar dengan menggunakan selendang kemudian diikatkan pada leher pasien.

Pasien dengan diagnosis psikotik memiliki sindrom yang khas yaitu polimorfik. Polimorfik yaitu beranekaragam dan berubah sangat cepat seperti schizophrenia-like atau seperti gejala skizofrenia. Gejala skizofrenia muncul pada orang yang memiliki suatu kerentanan spesifik atau yang disebut diathesis apabila ada pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress maka akan timbul gejala skizofrenia.

Pasien juga memiliki kepekaan sosial yang menurun dan tampak menjadi impulsif seperti contoh : merebut rokok orang lain, membuang makanan di lantai, usaha bunuh diri, serta pembunuhan sebagai respon dari halusinasi yang memerintahkan pasien untuk melakukan

hal tersebut.6,7

Bunuh diri pada gangguan psikotik terbanyak karena pasien

mengalami halusinasi audiotorik. Suara-suara halusinasi ini yang akan mengancam pasien karena pasien mendengar suara-suara yang memberi perintah.Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Halusinasi pendengaran seperti mendengar

suara-suara paling sering yang didengar adalah suara orang. Pasien yang mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu dapat membahayakan dirinya seperti bunuh diri. Selain halusinasi juga terdapat waham yang menonjol. Waham adalah keyakinan tentang suatu pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas normal. Adanya perubahan emosional dan gejala-gejala afektif individual terlihat pada pasien psikotik. Faktor psikodinamika yang harus diperhatikan pada gangguan psikotik adalah stressor pencetus dan lingkungan interpersonal. Seringkali peristiwa yang

(40)

Pasien dengan diagnosis depresi yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 60% kasus. Berdasarkan data menunjukkan bahwa pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan adalah dengan menggunakan zat kimia, menenggelamkan diri, benda tajam, gantung diri, serta membakar diri. Zat kimia dan benda tajam yang digunakan sama seperti yang telah diuraikan pada

diagnosis psikotik. Pilihan cara percobaan bunuh diri dengan menenggelamkan diri dilakukan pasien dengan cara pergi ke pantai kemudian berharap dirinya terseret ombak. Cara membakar diri dilakukan dengan menyiram tubuh pasien dengan menggunakan minyak kemudian menyulut dengan api. Diagnosis depresi merupakan kasus yang paling banyak dan pasien melakukan cara percobaan bunuh diri secara beragam. Depresi merupakan suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu gangguan depresi.5,9

Beberapa gejala gangguan depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang

berlebihan setelah aktivitas rutin yang

biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Laporan pada pasien dengan depresi meyatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa, sedih, dan merasa tidak berguna. Depresi merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri. Pasien dalam keadaan depresi memiliki pandangan negatif tentang dunia dan dirinya sendiri. Isi pikiran pasien dengan

diagnosis depresi berkaitan dengan kehilangan, rasa bersalah, ada aide atau keinginan untuk mengakhiri hidup. Pada pasien depresi akan muncul pikiran akan kematian dan melakukan percobaan bunuh diri berulang kali untuk mengakhiri hidupnya.2,9

Pasien dengan diagnosis stress akut yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 8% kasus. Berdasarkan data diperoleh bahwa pilihan percobaan bunuh diri yang dilakukan yaitu dengan menggunakan zat kimia. Zat kimia yang digunakan yaitu pestisida untuk membasmi serangga dan obat-obatan. Obat yang diminum pasien melebihi dosis dan berharap dengan minum obat yang berlebihan tersebut dapat mengahiri hidupnya. Diagnosis stress akut

(41)

mengalami kejadian traumatik dan terdapat gejala campuran yang berubah-ubah. Pasien dengan diagnosis stress akut melakukan percobaan bunuh diri mungkin disebabkan karena adanya stressor yang luar biasa. Pasien umumnya akan terlihat depresi, cemas, marah, serta kecewa. Kerentanan individu dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap stressor yang dirasakan memegang

peranan penting dalam terjadinya atau beratnya suatu reaksi stress akut.10,11

Pasien dengan gangguan penyesuaian yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 13% kasus. Berdasarkan data diperoleh bahwa pilihan percobaan bunuh diri yang dilakukan dengan menggunakan zat kimia dan benda tajam. Diagnosis gangguan penyesuaian dicetuskan oleh satu atau lebih stressor. Gejala dari diagnosis gangguan penyesuaian bervariasi yaitu depresi, cemas, dan gangguan campuran yang sering dialami pada orang dewasa serta disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari sehingga menyebabkan pasien melakukan percobaan bunuh diri. Gejala yang dialami pasien tidak selalu menghilang dengan cepat setelah stressor menghilang.

Jika stressor berlanjut maka mungkin

akan terjadi gangguan yang bersifat kronis.2,10

Pasien dengan gangguan bipolar dilaporkan sebanyak 6% kasus. Pilihan cara percobaan bunuh diri yang dilakukan dengan menggunakan zat kimia, benda tajam, dan melompat dari ketinggian. Pasien melakukan percobaan bunuh diri dengan melompat dari lantai 2 dan

berharap dapat mengakhiri hidupnya. Beberapa kasus dilaporkan bahwa pasien mengiris pergelangan tangannya dengan menggunakan pecahan CD. Pasien dengan diagnosis bipolar mengalami perubahan mood yaitu berupa depresi dan mania. Setiap orang umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik dan suasana hati yang buruk. Akan tetapi pasien yang mengalami gangguan bipolar memiliki mood swings yaitu pola perasaan yang mudah berubah secara drastis.2

Berdasarkan total keseluruhan kasus yang melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 47 kasus. Diagnosis psikiatri meliputi : psikotik 13%, depresi 60%, stress akut 8%, gangguan penyesuaian 13%, dan gangguan bipolar 6%. Pilihan percobaan bunuh diri dari

(42)

benda tajam, gantung diri, membakar diri, menenggelamkan diri, serta melompat dari ketinggian.

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu terdapat beberapa

sampel yang mungkin terlewatkan sebagai kriteria inklusi akibat kurangnya sistem penyimpanan data dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti.

SIMPULAN DAN SARAN

Bunuh diri merupakan masalah

kesehatan yang terjadi di masyarakat dimana erat kaitannya dengan kesehatan jiwa. Secara umum dikatakan bahwa bunuh diri merupakan konsekuensi dari sebuah komplek interaksi biologis, psikologis, dan sosiologis. Pada tahun 2006 data dari World Health Organization (WHO) pada melaporkan bahwa untuk setiap tahun di dunia terdapat 10 sampai 20 juta orang berupaya melakukan bunuh diri.1,2 Pada tahun 2006 data Departemen Kesehatan Virginia menyatakan dari 33.300 kematian akibat bunuh diri di Amerika Serikat, 18,3% adalah kasus keracunan yang disengaja. Self poisoning yaitu meracuni diri sendiri dengan menggunakan zat mulai dari obat-obatan,

pestisida hingga produk rumah tangga yang tersedia merupakan metode yang paling umum dilakukan.3,4

Pasien dengan diagnosis depresi merupakan penyebab terbanyak melakukan percobaan bunuh diri

sebanyak 60% kasus. Disusul oleh diagnosis psikotik yang melakukan percobaan bunuh diri dilaporkan 13%, stress akut 8%, gangguan penyesuaian 13%, dan gangguan bipolar 6% kasus. Pilihan percobaan bunuh diri dari diagnosis tersebut dengan zat kimia, benda tajam, gantung diri, membakar diri, menenggelamkan diri, serta melompat dari ketinggian. Tidak ada pilihan cara khas untuk masing-masing diagnosis dalam melakukan percobaan bunuh diri.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kouichi Yoshimasu, Shigeki Takemura, Jin Fukumoto dan

Kazuhisa Miyashita. Self-Reported Symptoms Related to Depression and Suicidal Risk. Department of Hygiene, School of Medicine. Wakayama Medical University. Japan. Halaman : 20-34. 2012.

2. Harold I. Kaplan MD. Sinopsis Psikiatri Jilid I dan II. Binarupa Aksara. Ciputat-Tangerang. 2010. 3. Ajay Risal, Pushpa Prasad

Sharma, dan Rajkumar Karki. Psychiatric Illnesses among the Patients Admitted for Self-poisoning in a Tertiary Care Hospital of Nepal. Journal of Advances in Internal Medicine 2013;02(01):10-3.

4. David Tibbutt. Poisoning with organophosphates. South Sudan Medical Journal. Vol 6. No 1. Februari 2013.

5. John WG Tiller. Depression and anxiety. University of Melbourne. MJA Open.Halaman : 28–32. 2012.

6. Kahyee Hor dan Mark Taylor. Suicide and schizophrenia: a systematic review of rates and risk

factors. Journal of

Psychopharmacology. Halaman

81-90. 2010.

7. Cicek Hocaoglu dan Zeynep Tekin Babuc. Suicidal Ideation in Patients with Schizophrenia. Isr J Psychiatry Relat Sci Vol 46 No. 3. Halaman : 195–203. 2009.

8. Alize J. Ferrari, Fiona J. Charlson, Rosana E. Norman, dkk. Burden of Depressive Disorders by Country, Sex, Age, and Year: Findings from the Global Burden of Disease Study 2010. PLOS Medicine. Volume 10. Halaman: 1-12 . 2013.

9. Jean Starling & Isabelle Feijo. Schizophrenia And Other Psyhotic Disorders Of Early Onset. IACAPAP Textbook of Child and Adolescent Mental Health. Halaman : 1-22. 2009. 10.Rusdi Maslim. Diagnosis

Gangguan Jiwa. PT Nuh Jaya-Jakarta. Cetakan Pertama 2001. 11.Bernadette von Dawans, Urs

(44)

Kirschbaum, dkk. The Social Dimension of Stress Reactivity: Acute Stress Increases Prosocial

Behavior in Humans.

(45)

Gambar

Gambar 1. Alur Penelitian
Tabel 1 : Karakteristik sampel yang melakukan percobaan bunuh diri periode Mei-November 2013 di IRD RSUP Sanglah
Gambar 1. Alur Penelitian
Tabel 1 : Karakteristik sampel yang melakukan percobaan bunuh diri periode Mei-November 2013 di IRD RSUP Sanglah
+5

Referensi

Dokumen terkait

 Pada hipokortisolism akut tanfa disertai hipoaldosteron, diberikan pengobatan dengan kortisol intravena 100 mg per m 2 luas permukaan tubuh yang diberikan setiap 6-8

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, bersama ini kami sampaikan pengumuman nama-nama guru peserta PLPG yang dinyatakan (a) LULUS, (b) MENGIKUTI UJIAN ULANG, dan (c)

1.Strategi adaptasi sosial adalah tindakan yang dilakukan berulang- ulang dan bentuk penyesuaian terhadap lingkungan masyarakat, dalam penelitian ini pada lingkungan

Mukti Panel Industri pada periode Juli 2018 sd Juni 2019 tidak melakukan pembelian impor bahan baku kayu dan turunannya.. Unit usaha menerapkan sistem

langkah strategis untuk dapat membentengi masyarakat khususnya generasi muda terhadap berbagai tantangan yang ada. Hal ini dilakukan Rindam Jaya sebagai salah satu lembaga yang

Perilaku grafik penurunan terhadap beban untuk pondasi telapak, pondasi sumuran, serta pondasi gabungan telapak dan sumuran (telasur) menunjukkan perilaku yang hampir sama

Untuk menambahkan Task yang baru dapat dilakukan dengan memilih salah satu user story yang ada pada daftar stories, lalu klik icon plus (+) yang ada disamping user story

Kekurangannya, jelas karena antivirus memantau cara kerja perangkat lunak secara keseluruhan yaitu bukan memantau berkas, maka seringnya antivirus membuat alarm